TRADISI IMLEK A. Pengantar Di Indonesia, perayaan tahun baru Imlek baru diresmikan sebagai hari libur nasional setelah tahun 2000 (era Presiden KH Abdurahman Wahid/Gus Dur). Begitu pula Kong Hu Cu mulai diakui di Indonesia sebagai salah satu dari agama yang diakui. Seringkali kita melihat orang-orang yang bukan beragama Kong Hu Cu namun beretnis Tionghoa1 juga ikut merayakan perayaan ini. Sedangkan perlu kita tahu pula bahwa di kebudayaan Tionghoa memiliki kepercayaan kepada dewa-dewi. Lantas, menjadi pertanyaan bagi kita apakah perayaan Imlek adalah hari raya keagamaan ataukah perayaan kultural? Dalam tradisi Imlek, ada banyak makna yang terkandung dalam simbol-simbol, katakata atau gerak tubuh. Melalui simbol, kita dapat memahami apakah perayaan Imlek merupakan perayaan budaya atau perayaan keagamaan. Selain itu, kita juga dapat mengetahui bagian-bagian mana yang sebaiknya dilakukan oleh mereka yang beragama Kong Hu Cu saja dan mana yang dapat dilakukan oleh orang Tionghoa yang beragama lain. B. Pengetahuan Dasar tentang Kebudayaan dan Keagamaan Menurut KBBI Daring, keagamaan adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya. Dari pengertian ini, dapat kita simpulkan bahwa keagamaan adalah sesuatu yang berhubungan dengan relasi kepada yang Ilahi atau yang Maha Tinggi (vertical). Sedangkan budaya atau kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Dari Pengertian ini, kita dapat menyimpulkan bahwa kebudayaan berhubungan dengan manusia sebagai makluk sosial yang berhubungan dengan akal budi manusia (Horizontal). C. Pengetahuan Dasar dan Sejarah “Imlek” Pada dasarnya, perayaan Imlek adalah perayaan musim semi. Perayaan Imlek sendiri memiliki banyak sebutan. Di Indonesia, kita sering menyebutnya sebagai tahun baru Imlek, ada juga yang menyebutnya sebagai hari lahir Kong Hu Cu. Namun, di tempat asalnya di China, perayaan ini dikenal dengan nama Chunjie (perayaan musim semi) atau disebut juga Guo nian (memasuki tahun baru).2 Kata “Imlek” berasal dari kata yin li (Bahasa Mandarin) yang berarti penanggalan bulan atau dari dialek Hokian “Im” berarti bulan dan “Lek” yang berarti 1 Tionghoa berasal dari kata zhong hua (Bahasa Mandarin).Istilah Tionghoa lahir dari lafal Melayu, khususnya Indonesia.Jadi, kata “Tionghoa” atau “Tiongkok” hanya digunakan di Indonesia saja. (Harsono, Tradisi Imlek: Simbol Ungkapan Syukur pada Yang Maha Tinggi,(Yogyakarta, Universitas Santa Dharma, 2008), 14). 2 Harsono, Tradisi Imlek: Simbol Ungkapan Syukur pada Yang Maha Tinggi, 15. penanggalan.3Arti dari keduanya adalah penanggalan yang perhitungannya didasarkan pada peredaran bulan. Menurut James Danandjaja dalam bukunya Foklor Tionghoa yang dikutip oleh Harsono dalam legenda yang sudah ada sejak tahun 2254 SM, Kaisar Yao4 memerintahkan agar dibuat siklus tahunan dari perubahan musim-musim yang ada untuk membantu para petani mengetahui kapan waktu menanam tiba.5 Setiap tanggal lima belas dalam bulan-bulan tahun Imlek adalah bulan purnama. Saat bulan purnama, air laut pasang. Hal ini dapat membantu para petani atau nelayan untuk dapat memantau situasi alam yang berhubungan dengan pekerjaan mereka6 Selain alasan pertanian, tahun Imlek juga berhubungan dengan tradisi orang Tionghoa. Dalam setiap keluarga orang Tionghoa, ada tradisi memelihara abu jenazah di dalam rumahnya. Abu itu ditaruh di atas meja untuk sembahyang. Sebagai tanda hormat kepada leluhur, maka setiap tanggal satu dan lima belas tahun Imlek, mereka akan membakar dupa (hio) dan juga mempersembahkan buah-buahan.7 D. Simbol dalam Imlek Dalam Imlek terdapat beberapa simbol yang memiliki maknanya masing-masing. Beberapa di antaranya adalah: 1. Pakaian bersih dan merah Pakaian yang bersih memiliki makna untuk menapaki dan melalui tahun baru yang bersih. Sedangkan warna merah memiliki arti menghindarkan dari pengaruh kejahatan (warna api yang membakar kejahatan). Pakaian warna merah melambangkan kegembiraan, kebahagiaan dan keberhasilan, selanjutnya mengungkapkan harapan bahwa tahun mendatang akan terhindar dari kejahatan, bencana dan pengaruh roh jahat. Dari sini kita dapat melihat bahwa pakaian bersih dan warna merah, serta beberapa maknanya adalah seputar kebudayaan. Sedangkan, kegunaan untuk mengusir kejahatan adalah ranah kepercayaan. 2. Makanan Makanan dalam tradisi Imlek berkaitan dengan persembahan orang-orang Tionghoa kepada Tuhan (Thian) dan sarana mempererat tali persaudaraan mereka. Dalam kerangka persembahan, makanan menjadi wujud bakti dan hormat mereka kepada Thian dan leluhur. Dengan berbakti, mereka akan mendapat berkah yang berlimpah di tahun yang datang. Hal ini berada dalam ranah keagamaan. Dalam kerangka persaudaraan atau budaya, keluarga akan berkumpul mempererat tali persaudaraan dan makan bersama. Makanan dalam tahun Baru Imlek idealnya berjumlah dua belas macam karena memiliki kaitan dengan dua belas shio8 yang ada dalam tradisi Tionghoa 3 Hasyim Hasanah, Perayaan Imlek Etnis Tionghoa(Semarang: UIN Walisongo, 2014), 5 (Jurnal Penelitian) Kaisar Tiongkok dengan masa jabatan tahun 2333 SM–2234 SM 5 Harsono, Ibid, 17 6 Markus T.Suryanto, Imlek Budaya Tionghoa dan Iman Kristen(Jakarta: PELKRINDO, 2001), 74 7 Markus T.Suryanto, Ibid, 75 8 Tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing dan babi. 4 sendiri.9Makanan-makanan tersebut kebanyakan dibuat dari olahan hasil pertanian mengingat Imlek merupakan perayaan yang dilakukan petani untuk mengucap syukur atas alam yang hidup kembali. Ada pula makanan yang manis dengan harapan agar dalam kehidupan di tahun yang akan datang akan terasa lebih manis lagi. Beberapa hidangan yang harus tersedia10: a. Mie panjang umur (Siu mi), dengan harapan diberi umur yang panjang. b. Camilan: kacang dan kuaci sebagai lambang kelahiran dan menjadi camilan yang cocok untuk menambah keakraban keluarga. c. Kue: kue lapis (rejekinya berlapis-lapis), kue mangkok dan kue keranjang yang dihidangkan dengan susunan ke atas; khusus untuk kue keranjang bagian atas diberi warna merah dengan harapan hidup yang semakin cerah dan mekar seperti kue. d. Buah-buahan: Buah-buahan yang dipilih adalah buah kurma, semangka merah, apel, jeruk dan pear. Buah kurma melambangkan kelimpahan Buah semangka merah melambangkan keberuntungan Buah jeruk melambangkan kemewahan. Biasanya jeruk yang digunakan untuk sesaji adalah jeruk berwarna kuning dan emas yang masih ada daunnya sebagai lambang kekayaan yang terus bertumbuh. Apel melambangkan harapan akan besarnya kesehatan dan keselamatan Buah pear sebagai lambang dari kebahagiaan. e. Agar-agar berbentuk bintang: melambangkan suatu harapan agar orang yang memakannya memiliki pikiran yang jernih seperti bintang. f. Ikan sebagai lauk yang melambangkan harapan agar rezeki dapat terus mengalir. g. Nasi: melambangkan kemakmuran. Namun, tidak boleh menghidangkan bubur, karena melambangkan kemiskinan. h. Ayam atau bebek: Ayam atau bebek menjadi simbol udara yang memiliki arti kesetiaan dan ketaatan. i. Babi: Babi adalah hewan malas, dengan memakan babi, harapannya orang yang memakan tidak menjadi pemalas. 3. Barongsai Di Tiongkok, barongsai lazim disebut “shi” yang berarti “singa”. Sedangkan, kata “barongsai” merupakan buah akulturasi dengan kebudayaan Indonesia, khususnya Jawa, yang berasal dari kata “barong”. Perpaduan budaya Indonesia dan Cina itulah yang memunculkan istilah barongsai. Singa, menyimbolkan keberanian dan dipercayai memiliki kekuatan mistis mengusir roh jahat,'' kata Oey Tjin Eng, tokoh masyarakat Cina di Kota Tangerang, Banten, dalam tulisan yang dipublikasikan Republika.11 Barongsai muncul kira-kira sejak 1500 tahun silam. Barongsai bermakna untuk mengusir hal-hal buruk yang akan terjadi. Sebenarnya ada banyak versi sejarah Barongsai, salah satunya dikaitkan dengan tokoh Nian yang adalah monster. Alkisah, 9 Harsono, Tradisi Imlek: Simbol Ungkapan Syukur pada Yang Maha Tinggi, 24 Harsono, Ibid, 25-27. 11 www.republika.co.id diakses pada hari Jumat, 5 Oktober 2018, pukul 14.10 WIB 10 pada masa dinasti Qing, ada monster yang mengganggu ketenteraman penduduk. Kemudian hadirlah singa yang menghalangi monster tersebut. Monster itu kemudian kalah dan pergi. Ketika monster sudah pergi, singa pun pergi. Namun, monster itu datang lagi sedangkan singa itu tidak datang kembali. Akhirnya mereka menciptakan kostum seperti singa untuk membuat monster itu ketakutan. Hal tersebut mendasari alasan mengapa dalam setiap Imlek pasti ada barongsai. Kini, barongsai dimaknai untuk mengusir aura-aura buruk. Salah satu gerakan wajib Barongsai, yang merupakan klimaks dari barongsai adalah saat singa memakan amplop berisi uang (Lay See). Bagian atas amplop biasanya disertai sayuran selada air sebagai perlambang hadiah bagi sang singa.12 Barongsai memang berada dalam ranah keagamaan, namun barongsai juga dapat dimaknai sebagai kebudayaan jika memandang nilai seni di dalamnya. 4. Angpao Seperti halnya lebaran, orang yang lebih tua akan memberikan uang yang dibungkus dengan amplop merah (angpao) kepada orang yang lebih muda. Angpao menyimbolkan kegembiraan, semangat yang membawa nasib baik dan diyakini dapat melindungi anak-anak dari roh jahat.Hal ini disebabkan oleh roh jahat yang bernama Sui. Sui adalah roh jahat yang mengganggu anak-anak kecil. Untuk mengusir Sui, ditaruhlah koin yang dibungkus kertas merah di bawah bantal sebagai tumbal. Unsur api dalam warna merah dapat melindungi dari pengaruh roh jahat. Angpau yang berwarna merah untuk mengusir roh jahat berada dalam ranah keagamaan dan angpau sebagai sarana persaudaraan berada dalam ranah budaya. 5. Ritus yang menyertai Ada beberapa kepercayaan-kepercayaan dalam tradisi Imlek sebagai ukuran terlaksananya perayaan Imlek dengan baik dan sempurna. Sebagai tindakan yang baik dilaksanakan sebagai budaya, namun makna mitologi di balik tindakan itu baik dimasukkan dalam ranah keagamaan dan doa untuk suatu tujuan yang baik. Beberapa kepercayaan-kepercayaan itu antara lain: a. Bersih diri:13 Orang-orang Tionghoa berkeyakinan bahwa kotoran dalam diri dapat menghambat datangnya kebahagiaan dan rezeki. Kotoran itu juga termasuk dalam utang-piutang, Selain itu membersihkan rumah bertujuan agar dapat digunakan untuk perayaan Imlek bersama. Segala pembersihan diri itu sebagai sarana mempersiapkan diri menyambut Imlek dengan gembira, sehingga kebahagiaan, kesejahteraan, dan rejeki akan datang dengan lancar. b. Tidak menyapu14: Selama hari Imlek dan dua hari sesudahnya. Jikalau menyapupun, kotorannya jangan dibuang tetapi dipinggirkan dahulu di sudut-sudut rumah. Hal ini menyimbolkan bahwa rezeki akan ikut hilang saat menyapu. Selain itu, jika 12 www.cnnindonesia.com Diakses pada hari Jumat, 5 Oktober 2018, pukul 14.16 WIB Markus T.Suryanto, Imlek Budaya Tionghoa dan Iman Kristen(Jakarta: PELKRINDO, 2001), 78. 14 Markus T.Suryanto, Ibid, 97 13 menyapu, mereka juga akan mengusir para leluhur yang dipercaya datang merayakan Imlek bersama. c. Tidak mengucapkan kata-kata kotor dan berkelahi: Hal ini berkaitan dengan salah satu makna Imlek yaitu menjalin tali persaudaraan dengan keluarga. Seperti halnya lebaran, mereka akan saling mengunjungi, bagi mereka yang rumahnya jauh juga akan pulang, berbagi cerita dan bersama-sama menghormati Tuhan, leluhur mereka juga untuk semakin mempererat persaudaraan mereka. E. Cara Memberi Selamat dalam Imlek Cara mengucapkan selamat dalam Imlek bukan hanya terwujud dalam kata-kata belaka, tetapi harus memperhatikan juga tentang gerak tubuh. Jika gerak tubuh berbeda, maka artinya juga akan berbeda. 1) Kata-kata15 Sebagai suatu kebiasaan untuk mempererat persaudaraan, memberi ucapan selamat menjadi suatu hal yang baik. Memberi ucapan selamat dalam tahun baru Imlek selain dengan bahasa Indonesia “Selamat Tahun Baru Imlek” kita juga bisa mengucapkan Imlek dengan bahasa Mandarin, Kantonis ataupun Hokkien. “Gōng xĭ fā cái (Bahasa Mandarin) “Kung hei fat choi” (Bahasa Kantonis/Bahasa sehari-hari Hong Kong) “Kiong hi huat cai” (Bahasa Hokkien/Fujian) Ketiga perkataan tersebut memiliki arti “Selamat dan semoga banyak rejeki.” Sedangkan jika kita ingin mengucapkan “Selamat Tahun Baru”, kita dapat mengucapkannya dengan “Xīn nián kuài lè” (Bahasa Mandarin). Bahasa Mandarin adalah bahasa nasional Tiongkok Xin berarti baru, nian adalah tahun dan kuai le berarti senang. Jadi, “Xīn nián kuài lè” adalah “selamat tahun baru”16. Pada kata-kata tersebut kita dapat merasakan suatu nuansa harapan akan kesejahteraan di masa yang akan mendatang. 2) Gerak tubuh17 Dalam pengucapan sehari-hari, biasanya orang-orang Tionghoa cukup mengucapkan “Kiong hi” atau “selamat” saja sambil memberikan pai-pai.Pai-pai adalah gerak tubuh kepalan tangan saat mengucapkan kata-kata ucapan selamat dalam Imlek. Dalam pai-pai ada aturannya yaitu, tangan kiri harus menggenggam tangan kanan, bukanlah sebaliknya karena maknanya akan berbeda. Tangan kiri menggenggam tangan kanan menggambarkan suasana yang gembira, sedang jika tangan kiri menggenggam tangan kanan suasananya adalah sedih. Letak pai-pai, jika mengucapkannya dengan orang sepantaran, maka tingginya sedada; jika lebih muda, bisa sedada atau di perut,;jika kepada yang lebih tua, setara 15 Harsono, Tradisi Imlek: Simbol Ungkapan Syukur pada Yang Maha Tinggi, 34 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ungkapan-ungkapan Imlek", https://edukasi.kompas.com/read/2017/01/27/15594951/ungkapan-ungkapan.imlek. Diakses pada hari Jumat, 5 Oktober 2018, pukul 13.36 WIB. 17 Harsono, Ibid, 36 16 dengan mulut. Sedangkan jika memberikan hormat kepada Thian, tingginya di atas kepala. F. Ritual Imlek 1. Toa Pe Kong: Ritual Imlek dimulai pada tanggal 23 atau 24 bulan 12 tahun Imlek atau kurang lebih seminggu sebelum Hari Raya Imlek. Dalam waktu itu, orang-orang Tionghoa akan melakukan sembahyang kepada Dewa Dapur atau Toa Pe Kong Dapur (Tjiao Kun Kong). Perayaan Toa Pe Kong adalah usaha manusia untuk mendapatkan keselamatan serta menggambarkan sebuah pengakuan dari hati nurani yang terdalam, betapa manusia ini berdosa dan perlu pengampunan.18 Dewa Dapur memiliki tugas untuk mengawasi tingkah laku penghuni rumah dan melaporkannya kepada Thian (Tuhan).19 Ritual ini dilakukan dengan cara membakar dupa (hio), membakar petasan dan menyajikan sajian buah-buahan.20Hal ini dilakukan agar Dewa Dapur memberikan laporan yang baik-baik kepada Thian, sehingga mendatangkan rezeki dan kesejahteraan yang melimpah. Usaha agar Dewa Dapur melaporkan hal-hal yang baik kepada Thian adalah dengan mengoleskan madu pada mulut Dewa Dapur, ada juga yang menyediakan kue keranjang dengan tujuan agar mulut Dewa Dapur menjadi rapat dan tidak dapat melaporkan tingkah laku penghuni rumah.21Ada pula dengan menggoyang-goyangkan Toa Pe Kong agar menyenangkan hatinya. Selain sembahyang kepada Dewa Dapur, tepat seminggu sebelum Imlek, diadakan pula pembersihan patung-patung dan bangunan klenteng.22 Masing-masing keluarga Tionghoa juga akan membersihkan rumah dan lingkungan sekitar mereka. Itu semua sebagai lambang kebaharuan dalam menyambut tahun baru. Kegiatan bersih-bersih dan kebersamaan adalah kegiatan yang baik sebagai suatu kebiasaan, tetapi ritual kepada Dewa jelas berada dalam ranah agama. 2. Hari Raya Imlek Malam menjelang tahun baru Imlek diadakanlah sembahyangan Sam Seng. Ada dua model perayaan Sam Seng yaitu bagi mereka yang memiliki abu leluhur dan bagi mereka yang tidak memilikinya. Bagi yang tidak memiliki abu leluhur, perayaan dilakukan dengan sederhana saja yaitu dengan membersihkan rumah, mempersiapkan meja persembahan, memasak makanan persembahan, menyiapkan buah-buah persembahan, mempersiapkan angpao, membeli baju baru, mengatur makanan dan minuman di meja tamu.23 Sedangkan bagi mereka yang masih memiliki abu leluhur, mereka akan mengadakan sembahyangan besar. Meja yang digunakan dalam sembahyangan besar juga di tata dalam empat bagian: meja utama, sayap kanan, sayap kiri dan sayap muka yang ditutup dengan kain merah yang bergambar bunga atau 18 Markus T.Suryanto, Imlek Budaya Tionghoa dan Iman Kristen, 79 M.Tan, Imlek dan Alkitab, Betlehem Publiser, 2014), 72 20 M.Tan, Ibid, 72 21 Harsono, Tradisi Imlek: Simbol Ungkapan Syukur pada Yang Maha Tinggi, 79 22 Harsono, Ibid, 79 23 M.Tan, Imlek dan Alkitab (Jakarta: Betlehem Publisher, 2014), 82 19 binatang.24Dalam sembahyang besar, keempat meja itu akan diisi dengan makanan dan buah-buahan dan di tengah meja tersebut diletakkan Hoat Kue. Keduanya sedikit berbeda tetapi tujuannya sama yaitu sebagai bentuk hormat kepada Tuhan dan leluhur. Pada malam tahun baru Imlek, semua anggota keluarga yang didahului kepala keluarga akan membakar hio secara bergantian. Kemudian mereka akan memasang sepasang lilin merah dan pelita yang diletakkan di atas meja. Lilin ini dijaga jangan sampai padam. Bagi yang memiliki abu leluhur, pada pukul dua belas malam, mereka akan sujud di depan meja abu.25Maksud dari berjaga ini agar umur mereka tidak diperpendek. Sembari berjaga, mereka sekeluarga akan berkumpul dan bercerita. Suasana yang dibangun adalah suasana kegembiraan dan kekeluargaan.26 Pada hari pertama tahun baru Imlek, mereka akan mengenakan baju baru dan kemudian memberikan ucapat selamat dan maaf. Anak-anak juga akan mendapatkan Angpao. Dalam hal ini, perayaan tahun baru Imlek dilihat dari nilai kebersamaan bisa masuk dalam ranah budaya atau kebiasaan baik, tetapi kegiatan doa apalagi doa kepada leluhur jelas berada dalam ranah agama. Oleh karena itu, perlu diperhatian bahwa cara berdoa harus disesuaikan dengan agama masing-masing. 3. Ritual King Thi Kong Ritual King Thi Kong dilakukan pada tanggal delapan atau Sembilan bulan pertama tahun baru Imlek. Tetapi, tidak semua orang melakukan ritual ini.Hanya orang-orang yang memegang budaya Hokkian. Biasanya, sebelum melakukan sembahyang ini, mereka akan berpantang untuk tidak memakan daging. Upacara ini dilakukan dengan sederhana karena diperlukan ketulusan hati. Sebelum berdoa, mereka mempersiapkan meja yang tinggi yang diletakkan di depan pintu. Kemudian doa dimulai dengan mengucap syukur lalu berjanji untuk hidup lebih baik di masa yang akan datang. Dalam maksudnya memang suatu hal yang baik, namun tentu harus berada dalam ranah agama masing-masing. 4. Goan Siao (Cap Go Meh) Perayaan Imlek akhirnya ditutup dengan perayaan Cap Go Meh di hari kelimabelas. Di Tiongkok, Cap Go Meh disebut sebagai Goan Siao atau Goan Meh. Goan Meh berati malam tanggal limabelas.27 Pada malam kelimabelas itu, bulan berbentuk bulat sebulat-bulatnya di tahun yang baru dan membuat orang-orang bersukacita. Pada malam itu pula, banyak lampion dipasang di depan rumah ataupun di jalan-jalan. Seringkali pada hari Cap Go Meh disebut juga sebagai hari festival lampion. Dalam Cap Go Meh tidak ada upacara khusus, tetapi ada pula keluarga yang melakukan sembahyangan Sam Kai (sembahyangan kepada langit, bumi dan manusia). Dalam Cap Go Meh juga sama, dalam nuansa kebersamaan adalah hal yang baik, tetapi berdoanya tentu secara agamanya masing-masing. 24 M.Tan, Ibid, 83 M.Tan, Ibid, 83 26 Harsono, Tradisi Imlek: Simbol Ungkapan Syukur pada Yang Maha Tinggi, 82 27 M.Tan, Imlek dan Alkitab, 94 25 G. Kesimpulan Ritual Imlek sebagai ungkapan syukur pada Yang Maha Tinggi. Imlek, seperti yang telah kita bahas di atas adalah perayaan syukur para petani menyambut datangnya musim semi. Musim semi berarti munculnya suatu kehidupan baru. Hal ini yang akhirnya diberi pemaknaan yang lebih yaitu dihubungkan dengan karya kebaikan Thian. Setelah dimaknai secara spiritual, tata cara atau ritual pun mulai dibuat. Secara ritual, perayaan itu disertai dengan berbagai simbol yang semuanya diambil dari alam. Selain simbol, terdapat juga mitos yang menyertai dalam Imlek seperti larangan-larangan yang ada. Makna dari simbol-simbol itu tak lain adalah rasa syukur kepada Thian yang telah memberi alam indah kepada manusia. Masing-masing dari simbol itu memiliki maknanya sendiri-sendiri. Perayaan Imlek memiliki dua makna yaitu tradisi dan agama. Ada bagian-bagian tertentu yang dapat dilakukan sebagai budaya, namun ada bagian-bagian tertentu yang memiliki makna keagamaan. Menanggapi ini, kita harus memiliki sikap yang kritis untuk membedakan mana yang budaya dan mana yang agama. Oleh sebab itu, sah-sah saja kita yang bukan beragama Kong Hu Cu (namun beretnis Tionghoa) merayakan perayaan tahun baru Imlek, tetapi perlu kritis pula bahwa yang kita rayakan adalah Imlek sebagai budaya bukanlah kegiatan keagamaan umat Kong Hu Cu. Kegiatan keagamaan harus tetap disesuakan dengan agama yang dianut saat ini. H. Daftar Pustaka Harsono. Tradisi Imlek: Simbol Ungkapan Syukur pada Yang Maha Tinggi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. 2008 Markus T.Suryanto. Imlek Budaya Tionghoa dan Iman Kristen. Jakarta: PELKRINDO. 2001 Hasyim Hasanah. Perayaan Imlek Etnis Tionghoa.Semarang: UIN Walisongo. 2014 M.Tan. Imlek dan Alkitab. Jakarta.Betlehem Publiser. 2014 www.republika.co.id diakses pada hari Jumat, 5 Oktober 2018, pukul 14.10 WIB www.cnnindonesia.com Diakses pada hari Jumat, 5 Oktober 2018, pukul 14.16 WIB