MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOGNITIF MORAL DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER Risa Wismaliya, Cece Rakhmat, Reni Bakhraeni Program S1-PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmlaya Abstrak Penelitian ini mengenai studi kasus model pembelajaran berbasis kognitif moral pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV di SDN 2 Pasirtamiang dalam upaya mewujudkan pendidikan karakter. Latar belakang penelitian ini berawal dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Dasar tersebut dengan menggunakan model pembelajaran berbasis kognitif moral yang merasa khawatir dengan degradasi moral bangsa Indonesia yang belakangan ini muncul berita aktual mengenai kekerasan kepada anak dibawah umur, pelecehan seksual, dan lain-lain. Data yang didapatkan dari Menko Kesra, 2006 dalam Kusnaedi (2013, hlm. 5) menyatakan bahwa “tidak ada satu provinsi-pun di Indonesia yang terbebas dari HIV/AIDS.perkembangannya menunjukkan 10 %”, sehingga peran orang tua dan sekolah khususnya guru penting menanamkan kebiasaan hidup bermoral yang kemudian akan menjadi karakter dalam diri seseorang. Penelitian ini memaparkan mengenai tahapan (sintaks) model pembelajaran berbasis kognitif moral dari mulai perencanaan, pelaksaan dan evaluasi. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pembahasannya mencakup kesesuaian perencanaan pembelajaran (RPP) dengan pelaksanaan dan hasil belajara siswa serta semua kegiatan yang dilakukan memuat karakter yang diharapkan. Karakter tersebut (Education character) mengacu kepada 18 nilai pendidikan budaya dan karater bangsa. Model pembelajaran berbasis kognitif moral ini sudah terpadu kepada setiap pembelajaran dalam memberikan pesan moral dan penanaman pendidikan karakter namun penelitian ini memaparkan bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral di lapangan. Kata kunci : model pembelajaran berbasis kognitif moral, sintaks, education character. Penelitian studi kasus mengenai model pembelajaran berbasis kognitif moral diperlukan untuk mengetahui bagaimana tahapan pembelajarannya dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar siswa. Model pembelajaran berbasis kognitif moral adalah model pembelajaran yang menggunakan struktur kognitif sebagai pertimbangan keputusan yang berkaitan dengan moral, Sarbaini mengatakn bahwa “ konsep dalam pembelajaran moral ini disebut kognitif karena mengakui bahwa pendidikan moral didasarkan pada stimulasi berpikir terhadap isu-isu dan keputusan moral” (2012, hlm.35). Model pembelajaran berbasis kognitif moral ini memuat karakter yang diharapkan dalam setiap kegiatan maupun konten pembelajaran. Karakter tersebut mengacu kepada 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam salah satu upaya mewujudkan pendidikan karakter. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 telah menghibau semua praktisi pendidikan untuk mengintegrasikan karakter dalam setiap pembelajaran (pendidikan karakter), penggunaan model berbasis kognitif moral ini pun memuat lembar evaluasi hasil belajar siswa yang berkaitan dengan penanaman nilai moral agar menjadi karakter yang baik dalam diri siswa. Dalam rangka menyambut kurikulum 2013 yang mengusung afektif sebagai hal yang prioritas untuk diperhatikan, penggunaan model berbasis kognitif moral ini menjadi salah satu upaya dalam mewujudkan pendidikan karakter. Model pembelajaran berbasis kognitif moral dipilih karena model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada penanaman nilai moral dalam upaya mewujudkan pendidikan karakter bagi warga negara (civics virtue), hal ini sesuai dengan pendapat Sarbaini (2012, hlm. 4) “dalam kegiatan pembelajarannya telah dilaksakan berbagai model pembelajaran yang berorientasi pada karakter moral warga negara seperti model konsiderasi, model pembentukan rasional, model perkembangan kognitif, model analisis nilai, model klarifikasi nilai dan model aksi sosial” Sehingga model pembelajaran berbasis kognitif moral ini dapat digunakan sebagai upaya dalam mewujudkan pendidikan karakter. Mata pelajaran yang biasa digunakan oleh model pembelajaran di atas salah satunya model kognitif moral adalah pendidikan kewarganegaraan (PKn), namun sejalan dengan perkembangannya, model ini pun dapat digunakan dalam mata pelajaran lain seperti pada mata pelajaran Bahasa Indonesia hal ini dikarenakan bahasa menjadikan manusia memiliki identitas dengan kebahasaannya. Dari bahasa yang seseorang ucapkan, kita pun dapat mengetahui keilmuan yang dimilikinya, seperti contoh seorang dokter akan cenderung dapat berbahasa ilmu kedoktrean atau medis, seorang teknisi berbahasa dengan kosa kata mesinnya, seorang politisi berbicara dengan kosa kata yang berbau politik, seorang guru berbahasa dengan kosa kata pendidikannya, dan seorang manusia yang bermoral berbahasa dengan nilai moral yang dimilikinya. Bahasa yang diperoleh serta dipelajari, dapat menjadi bekal seorang manusia tidak hanya dalam berkomunikasi tetapi bahasa dapat mewakili seseorang untuk mengutarakan apa yang ada dipikirannya. Maka kode-kode pikiran yang positif dapat dituangkan dalam bahasa yang positif pula, seperti yang dikatakan oleh Henry Guntur Tarigan (1981, hlm. 15) bahwa “Ujaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial, dan pendidikannya”. Berkenaan dengan hal di atas, model pembelajaran berbasis kognitif moral ini yang terangkum dalam tiga kegiatan utama yaitu : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar memuat penanaman moral pada siswa dapat dengan dilakukan berbagai strategi, salah satunya adalah dengan mengintegrasikannya kepada setiap mata pelajaran sesuai dengan pendapat Amirulloh “model ketiga yang mengintegrasikan pendidikan karakter dengan seluruh mata pelajaran ditempuh dengan paradigma bahwa semua guru adalah pendidik karakter (character educator). (2012, hlm. 59). Maka model pembelajaran berbasis kognitif moral dapat diterapkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan dihimbau untuk bisa diintegrasikan pula dengan mata pelajaran lainnya, hal ini diungkapkan oleh Kusnaedi “guru mata pelajaran diluar guru agama dan Pkn memprogramkan pengajaran berbasis karakter” (2013, hlm. 79). Sehingga mata pelajaran apapun guru dapat menanamkan pendidikan karakter secara terpadu dan menyadari pentingnya kebiasaan tersebut sejak dini. “menanamkan budi pekerti luhur (nilai-nilai karakter bangsa) kepada anak di sekolah itu ukumnya wajib” (ki hajar dewantara dalam Kusnaedi, 2013, hlm.16). Relevansi antara model pembelajaran berbasis kognitif moral dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter adalah bahwa dalam pembelajaran menggunakan model kognitif moral diiringi karakter yang diharapkan disetiap kegiatan/kontennya melalui langkah-langkah pembelajaran dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar siswa. Dalam evaluasi hasil belajar, lembar evaluasi siswa berisi soal kisah dilemma moral, dimana kisah dilemma moral ini akan mengaktifkan struktur kognitif siswa yang sesuai dengan pendapat Buchori (2007) dalam Mulyasa (2013, hlm.8) mengemukakan bahwa “pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan secara afektis dan akhornya pengamalan nilai secara nyata”. Pandangan yang dikemukakan Kohlberg pun (Beck, 1989 dalam Sarbaini, 2012, hlm.12) mengatakan bahwa “ sejumlah penghasil teori ini, percaya bahwa konflik adalah bahan paling dasar bagi perubahan pengalaman moral”. Dalam pelaksanaannya di lapangan, perencanaan yang dibuat oleh guru berupa RPP berkarakter, dimana setiap konten atau kegiatannya memuat karakter yang diharapkan sesuai dengan 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu : (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semnagat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab. METODE Penelitian ini bermaksud meneliti pelaksanaan pembelajaran yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam upaya mewujudkan pendidikan karakter. Hal ini telah terjadi sebelumnya di kelas IV SDN 2 Pasirtamiang yang mulai mempersiapkan diri menyambut kurikulum 2013 dengan menanamkan pendidikan karakter dalam salah satu mata pelajaran. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Pasirtamiang, dan objek dalam penelitian ini adalah karakter yang muncul dalam perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis kognitif moral. Inilah yang akan menjadi sumber data penelitian yang akan dianalisis selanjutnya. Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan observasi secara langsung, wawancara dan studi dokumentasi. Data diolah dan dianalisis berdasarkan kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan dan karakter yang diharapkan dari setiap konten / kegiatannya serta hasil belajar siswa dalam kisah dilemma moral. HASIL DAN PEMBAHASAN Paparan hasil analisis dari perencanaan pembelajaran (RPP) model kognitif moral Standar kompetensi dari perencanaan pembelajaran model pembelajaran berbasis kognitif moral adalah mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis dan lisan dalam karangan, pengumuman dan pantun anak dan memiliki karakter yang diharapkan yaitu siswa diharapkan bisa memiliki nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa kreatif. Kompetensi Dasar dari perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral adalah menyusun dan mengungkapkan karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll) dan karakter yang diharapkan adalah kreatif. Indikator dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral adalah : Menentukan tema atau topik karangan (memilih 18 nilai penmdidikan dan karakter bangsa yang dituliskan guru di papan tulis). Indikator yang pertama memiliki karakter yang diharapkan yaitu mandiri. Menyusun kerangka karangan. Indikator yang kedua dari RPP model pembelajaran berbasis kognitif moral memuat karakter yang diharapkan yaitu disiplin. Menulis karangan dengan menggunakan bahasa dan ejaan yang disempurnakan. Karakter yang diharapkan adalah disiplin. Perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral memiliki tujuan pembelajaran sebagai berikut : Siswa dapat menentukan tema atau topik karangan (memilih 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dituliskan guru di papan tulis) tujuan pembelajaran dalam model ini memiliki karakter yang diharapkan yaitu mandiri. Siswa dapat menyusun kerangka karangan. Dalam hal ini karakter yang diharapkan adalah disiplin. Siswa dapat menulis karangan dengan menggunakan bahasa dan ejaan yang disempurnakan. Tujuan pembelajaran model kognitif moral ini memuat karakter yang diharapkan disiplin. Materi ajar yang digunakan dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral adalah karangan bebas (bertema nilai pendidikan dan karakter bangsa) serta kisah dilemma moral untuk upaya mewujudkan pendidikan karakter. Karakter yang diharapkan adalah siswa memiliki rasa ingin tahu. Metode pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral adalah : ceramah, diskusi dan penugasan nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang diharapkan adalah menumbuhkan rasa ingin tahu. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis kognitif moral, dimana model ini menjadi salah satu alternatif dalam upaya mewujudkan pendidikan karakter. Guru mengharapkan minimal tiga karakter ada dalam diri siswa dengan menggunakan model pembelajaran ini. Dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral terdapat langkah-langkah pembelajaran yang terangkum dalan tiga kegiatan yang bertahapan yaitu : kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal siswa melakukan beberapa tahapan (sintaks) sebagai berikut : Siswa melakukan doa bersama dengan harapan siswa memiliki nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa religius. Dilanjutkan dengan kegiatan menyanyikan salah satu lagu wajib nasional dan diharapkan siswa memiliki nilai cinta tanah air. Guru melakukan pengecekan terhadap kehadiran siswa, kegiatan ini diharapkan siwa memiliki karakter disiplin. Pemberian motivasi belajar oleh guru dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral ini siswa memiliki karakter disiplin. Menyatakan tujuan belajar dalam model ini guru memberikan tujuan yang akan dicapai dan siswa diharapkan memiliki karakter rasa ingin tahu. Terakhir dalam kegiatan awal, guru melakukan apersepsi sebagai jembatan siswa melanjutkan pembelajaran kepada kegiatan inti. Dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral ini siswa diharapkan dapat memiliki karakter rasa ingin tahu. Setelah kegiatan awal, siswa dan guru melaksanakan kegiatan inti pembelajaran. Dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral, tahapannya (sintaks) adalah sebagai berikut : Menentukan tema untuk karangan yang dibuat oleh siswa, dengan tema yang disuguhkan oleh guru dalam papan tulis yaitu tema yang menjadi pilihan dalam karangan adalah 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. dalam menentukan tema ini siswa diharapkan memiliki karakter tanggung jawab. Siswa membuat kerangka karangan dengan tema yang telah dipilihnya. Dalam pembuatan kerangka karangan, siswa diharapkan memiliki karakter kreatif. Setelah itu, siswa menulis karangannya (narasi sederhana) dengan memperhatikan ejaan yang disempurnakan. Dalam model kognitif moral ini siswa menulis karangan diharapkan dapat memiliki karakter disoplin. Siswa membacakan hasil karangannya dengan penanaman nilai menghargai prestasi. Selama membacakan hasil karangannya, guru mengaitkan tema yang dibacakan siswa dengan kisah dilemma moral. Kisah dilemma moral dapat diperleh dari berita teraktual, agar siswa dapat memahami kisah dilemma moral dikesehariannya. Hal ini untuk mamacu nikai karakter rasa ingin tahu. Dalam diskusi ini, siswa pun berpendapat mengenai kasha dilemma moral yang disuguhkan oleh guru sehingga diharapkan dapat menanamkan karakter komunikatif. Pada kegiatan akhir dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral, siswa melakukan berbagai tahapan belajar diantaranya : Siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami. Dalam hal ini siswa diharapkan memiliki karakter demokratis. Siswa mengerjakan lembar evaluasi berupa kisah dilemma moral yang terdiri dari lima soal dan dari masingmasing soal memiliki karakter yang diharapkan. Dalam lembar evaluasi siswa, diharapkan siswa dapat memiliki karakter jujur dan pada Soal no.1 diharapkan siswa memiliki karakter mandiri, soal no.2 karakter toleransi, soal no.3 karakter cinta damai, soal no.4 karakter peduli sosial, dan soal no.5 karakter tanggung jawab. Alat serta bahan yang digunakan adalah teks cerita (kisah dilemma moral), standar isi 2006, dan sumber belajarnya dari Buku Bina Bahasa Indonesia kelas 4 Hal.93-94, PT. Erlangga. RPP yang dibuat oleh guru kelas IV SDN 2 Pasirtamiang memuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disebut RPP berkarakter dengan menggunakan model pembelajaran berbasis kognitif moral ini dirancang pula untuk mempersiapkan kurikulum 2013 dan sebagai upaya dalam mewujudkan pendidikan karakter. Karakter yang diharapkan dalam RRP berkarakter ini berjumlah 16 karakter yang diharapkan dari 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu : (1) Kreatif, (2) mandiri, (3) disiplin, (4) rasa ingin tahu, (5) tanggungjawab, (6) religius, (7) Cinta tanah air, (8) menghargai prestasi, (9) komunikatif, (10) demokratis, (11) jujur, (12) kerja keras, (13) gemar membaca, (14) toleransi, (15) cinta damai dan (16) peduli sosial. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral Pada tahap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis kognitif moral, guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : Guru membuka pembelajaran dengan salam. Kemudian guru mengkondisikan kesiapan siswa melalui : kegiatan berdoa, mengecek kehadiran siswa, menyatakan tujuan belajar, memberikan motivasi belajar, melakukan apersepsi dan kegiatan lainnya dalam proses belajar sehingga guru dapat mengarahkan siswa secara tidak langsung dalam kegiatan pembelajaran inti. Ketika guru mengecek kehadiran siswa kemudian ada siswa yang tidak masuk karena sakit, siswa selalu mengingatkan untuk menjenguk temannya yang sakit, hal ini terjadi ketika peneliti mengobservasi. Pada pembukaan pembelajaran ketua kelas menyiapkan kerapian duduk kemudian melalui bimbingan guru, siswa melaksanakan kegiatan berdoa bersama dan membaca salah satu surat dalam Al-Quran juga membaca asmaul husna. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan rutin, yakni menyanyikan salah satu lagu nasional, pada tanggal 07 Mei 2014 siswa menyanyikan lagu wajib nasional Garuda Pancasila.Guru dan siswa melaksanakan pengecekan kehadiran siswa. Pada tanggal 07 Mei 2014, salah seorang siswa bernama Wahyu tidak masuk sekolah karena sakit. Salah satu siswa mengatakan “bu kapan kita menjenguk wahyu ? sudah lama tidak sekolah”. Kemudian guru tersebut menyarankan siswa berdiskusi saat istirahat yang dipimpin oleh ketua kelas untuk menjenguk sahabatnya. Dari sana terlihat, siswa memiliki jiwa peduli terhadap rekannya, ini sesuai dengan 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa poin ke-13 dan 17 yakni bersahabat dan peduli sosial. Selain itu, kelas IV SDN 2 Pasirtamiang memiliki struktur organisasi yang berjalan dengan baik. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan mengangkat salah satu berita aktual di televisi (materi sebelumnya) dengan perlahan guru memunculkan kisah dilema moral melalui bacaan, film atau bermain peran. Dalam hal ini guru memberikan cerita dilema moral melalui bacaan yang secara langsung yang berhubungan dengan kehidupan siswa. Suatu kisah dilema mencakup lima unsur-unsul esensial (Sarbaini, 2012, hlm.45-46) “fokus, tokoh sentral, pilihan, isu-isu moral, pertanyaan”. Siswa dan guru menganalisis kejadian seorang siswa kelas VI SD yang memukuli adik kelasnya karena tidak sengaja menyenggol minuman kakak kelasnya itu. Kemudian siswa kelas VI tersebut memukuli sampai siswa kelas V yang dipukulinya jatuh sakit dan beberapa hari kemudian meninggal dunia. Hal ini diduga dari pemukulan yang dilakukan. Guru dan siswa berdiskusi menganalisis bagaimana masalah ini bisa terjadi, siswa mengambil hikmah dari kejadian ini dan guru membantu siswa untuk mengungkapkan pendapatnya menggunakan Bahsa Indonesia yang baik dan benar untuk selanjutnya diarahkan pada pembuatan karangan yang bertemakan 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan memiliki tujuan belajar yang hendak dicapai oleh siswa dengan menanamkan karakter yang diharapkan dari setiap kegiatan. Dari hasil penelitian antara kegiatan dan karakter yang diharapkan di atas terdapat 5 (lima) karakter yang telah dicapai. Berikut ini adalah tabel hasil penelitian yang dilakukan terkait kegiatan yang berlangsung dengan karakter yang diharapkan. Kelima karakter tersebut adalah : (1) Religius), (2) cinta tanah air, (3) peduli sosial, (4) rasa ingin tahu, (5) bersahabat. Ada beberapa karakter yang sesuai dengan perencanaan (RPP) dan ada pula yang berbeda, berikut karakter yang diharapkan antara perencaan dan pelaksanaan pada kegiatan pembukaan: Perbedaan antara perencaan karakter yang diharapkan dengan pelaksaan (pada kegiatan pembukaan) adalah pada saat mengecek kehadiran siswa, guru mencantumkan karakter yang diharapkan adalah disiplin karena guru berharap siswa dapat dengan tertib menunjukkan kehadirannya ketika guru mengecek, namu pada saat pelaksanaan, ketika guru mengecek kehadiran siswa, ada salah satu siswa yang sedang sakit, sehingga menimbulkan respon dari siswa yang lainnya untuk menengok temannya yang tidak sekolah. Hal ini memunculkan karakter lain selain disiplin yakni bersahabat dan peduli sosial. Pada kegiatan memberikan motivasi pun, guru mencantumkan karakter yang diharapkan adalah disiplin, karena siswa akan merasa termotivasi dan bersikap disiplin saat guru menyampaikan motivasi belajar, namun dalam kenyataannya siswa memiliki karakter lain yang muncul yaitu sisi religiusnya hal ini disebabkan karena guru setelah mengecek kehadiran siswa dan ada siswa yang sakit secara spontan guru memberikan motivasi belajar dengan cara bersyukur atas nikmat sehat yang Tuhan berikan sehingga siswa yang lainnya dapat mengikuti pembelajaran dengan lancar, dan masih banyak orang lain yang belum bisa melaksanakan pembelajaran. Dalam ini siswa tidak hanya disiplin mendengarkan motivasi belajar dari guru tetapi memunculkan kembali nilai religiusnya dengan bersyukur atas nikmat Tuhan. Berdasarkan hal di atas tidak menjadi suatu kendala yang berarti karena ketidaktercapaian karakter bukan penghilangan karakter, akan tetapi penambahan karakter. Pada kegiatan inti, peneliti mengikuti kegiatan pembelajaran selama tiga kali. Namun secara keseluruhan peneliti mengobservasi mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran berbasis kognitif moral. Pada tanggal 07 Mei 2014 guru menanyakan mengenai berita teraktual yang dilihat siswa (sebagai apersepsi) dan kebanyakan siswa menjawab mengenai pemberitaan siswa kelas VI memukuli adik kelasnya karena tidak sengaja menumpahkan minuman, sampai adik kelasnya tersebut jatuh sakit dan meninggal dunia. Guru membimbing siswa dan secara perlahan mengangkat kasus tersebut menjadi kisah dilemma moral dalam membuka pembelajaran. Terjadi percakapan dan diskusi antar siswa dan guru : Guru : “setelah kamu mengetahui kejadian tersebut, berikan pendapatmu mengenai tindakan adik kelas yang tidak sengaja menyenggol minuman hingga tumpah ke baju kakak kelasnya !” Siswa : “ sebaiknya lekas minta maaf” (mayoritas siswa menjawab seperti itu) Guru : “ lalu bagaimana menurutmu tindakan kakak kelasnya ?” Siswa I: “terlalu emosi” Siswa II : “Baju basah tinggal dijemur” Siswa III : “memaafkan saja” Terdengar beberapa siswa menyebutkan hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh siswa yang mengeroyok adik kelasnya. Siswa saling berdiskusi dan guru mengarahkan kepada nilai-nilai moral. Dengan tertib siswa mengemukakan pendapatnya dan mendengarkan sahabatnya yang lain berbicara, guru berperan sebagai moderator. Hingga guru dan siswa memaknai kejadian tersebut dan bersama-sama mengambil hikmah, guru pun mengajak siswa menganalisis sebab akibat dari kejadian. Seperti yang diucapkan oleh guru berikut ini “coba kamu bayangkan akibat dari tidak bisa mengendalikan emosi, siswa tersebut kelas VI, dan kita mengetahui bahwa kelas VI akan menghadapi ujian nasional sementara siswa tersebut harus menghadapi polisi dan menanggung malu serta rasa bersalah. Ibu harap kalian harus berpikir dulu sebelum bertindak dan jangan terbawa emosi, memiliki rasa dendam serta belajarlah memaafkan”. Selanjutnya guru melanjutkan pembelajaran dengan memberi materi pembuatan karangan dengan pilihan jenis tema yang beragam. Tema tersebut ditulis di papan tulis sebagai salah satu tema yang akan ditulis oleh siswa. Tema tersebut adalah 18 nilai pendidikan dan karakter bangsa.Dalam pemilihan tema ini ada beberapa siswa yang bertanya mengenai pengertian tema, misalnya seorang siswa bertanya “bu toleransi itu apa ?”, dan guru pun menjawab dengan jelas. Rasa ingin tahu siswa muncul untuk menanyakan pengertian dari beberapa tema, sehingga guru mengambil tindakan untuk menjelaskan secara singkat contoh karangan (cerita) yang memuat tema pertemanya.Selanjutnya siswa membuat kerangka karangan dengan dibantu oleh guru menggunakan 5W + 1H (What, Who, When, Where, Why dan How), siswa menulis karangan berupa cerita singkat yang dilakukan di sekolah oleh siswa-siswa dengan teman-temannya (kegiatan sehari-hari) yang menunjukkan aktivitas sesuai dengan tema. Siswa diharapkan dapat berprilaku kreattif dalam mengembangan cerita yang dibuatnya.Kerangka karangan sederhana telah dibuat, selanjutnya adalah membuat karangan atau menuliskan kembali dari kerangka karangan yang sudah dibuat menjadi sebuah cerita yang memiliki tema yang telah disuguhkan oleh guru. Dalam hal ini guru memperingatkan siswa untuk menuliskan karangan sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan (EYD). Siswa diharapkan dapat memiliki karakter disiplin dalam membuat karangannya.Selanjutnya siswa membacakan karangan sederhananya di depan kelas dan sekilas guru membahas mengenai karangan yang bertemakan ke-18 nilai tersebut, agar siswa mengenal dan dapat mengetahui sejak dini. Beberapa karangan dijadikan kisah dilemma moral, sehingga memunculkan keaktifan siswa untuk berpendapat. Setelah membacakan karangannya, guru memberikan kisah dilemma moral yang didiskusikan oleh siswa, kisah dilemma moral mengenai sikap toleransi dan cinta damai (kelanjutan dari berita yang sebelumnya). Selama siswa menjalani proses pembelajaran siswa terlihat aktif. Hal ini disebabkan siswa merasakan materi yang disajikan, siswa belajar dari pendapatnya sendiri dan merupakan aktivitas sehari-hari. Setelah guru memberikan cerita dilema moral dari media tersebut, siswa menyatakan posisi sementara mereka mengenai jawaban dari cerita dilema “jika ia menjadi_” atau “apa yang sebaiknya dilakukan_”. hal ini dapat ditulis pada kertas masing-masing siswa (secara individu) berisi jawaban dan alasan mereka memilih hal tersebut. Siswa secara singkat menuliskan mengenai posisi ia jika menjadi siswa kelas V yang tidak sengaja menyenggol minuman kepada kakak kelasnya, dan siswa pun menempatkan diri menjadi siswa kelas VI, apakah setuju dengan apa yang telah dilakukannya, dan sebaiknya seperti apa. Langkah selanjutnya adalah menguji alasan siswa. Sebelumnya guru mengelompokan jawaban siswa yang sama walaupun dengan berbagai alasan yang berbeda. Sehingga siswa terbagi dalam kelompok kecil. Pada langkah ini guru memberikan waktu kepada siswa untuk berdiskusi kecil mengenai alasan umum atau kesimpulan alasan yang mereka rumuskan untuk diungkapkan kepada kelompok yang lainnya. Siswa bisa menuliskan alasan-alasan mereka. Tahapan terkahir dari diskusi di kelas adalah siswa kembali sekali lagi meringkas alasan dengan menuliskannya di papan tulis. Atau pemberian kesempatan kepada siswa mengenai alasannya, mungkin beberapa siswa ingin menambah alasannya setelah mendengar komentar- komentar selama diskusi. Dan terkahir meminta siswa untuk mencatat sikap atau karakter apa yang mereka rasakan selama proses pembelajaran. Secara umum tahapan kegiatan inti pembelajaran : Guru dan siswa mengangkat berita teraktual. Siswa membuat karangan sebagai pengenalan 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.Siswa membuat kerangka karangan dan membuat karangan sesuai dnegan EYD. Siswa membacakan hasil kerjanya di depan kelas. Guru menyuguhkan kembali kisah dilema moral yang berkaitan dengan karangan siswa dan melakukan diskusi ringan. Guru kembali menyimpulkan berita yang aktual mengenai meninggalnya siswa kelas V karena dipukuli oleh kakak kelasnya sebagai penutup kisah dilemma moral dan bahan lanjutan diskusi siswa. Siswa menyatakan posisi sementara (kesetujuan siswa mengenai tindakan yang dilakukan oleh aktor dalam kisah dilemma moral tersebut). Menguji alasan siswa (berdiskusi dalam menganalisis megapa kejadian tersebut bisa terjadi sampai mengakibatkan hal yang fatal). Mencatat karakter apa yang mereka rasakan (guru mengarahkan siswa menyebutkan hikmah yang terjadi, dan apa yang harus mereka lakukan jika kejadian tersebut menimpanya suatu hari, agar siswa dapat belajar meminta maaf saat bersalah dan dapat mengendalikan emosi dan saling memaafkan). Dalam pelaksanaan (kegiatan inti) terdapat lima karakter yang telah dicapai, yaitu : (1) Rasa ingin tahu, (2) kreatif, (3) disiplin, (4) menghargai prestasi, (5) kreatif. Hasil analisis dari perencanaan pembelajaran (RPP) dengan pelaksanaan (kegiatan inti) memiliki ketercapaian karakter yang berbeda, berikut hasil analisis karakter yang diharapkan dala perencanaan dan pelaksanaan. Ada beberapa karakter yang diharapkan tidek sesuai dengan yang dituliskan di RPP. Yaitu pada kegiatan menentukan tema. Ketika siswa menentukan tema, karakter yang diharapkan dalam RPP adalah tanggungjawab, dimana siswa memilih salah stau tema karangan tersebut dengan rasa tanggungjawab yang memiliki deskripsi sebagai suatu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Namun pada kenyataannya karakter yang muncul adalah rasa ingin tahu, siswa banyak bertanya mengenai tema yang dituliskan oleh guru di papan tulis. Sehingga pada kegiatan menentukan tema ini, siswa tidak hanya memiliki rasa tanggung jawab akan pemilihan tema yag dipilihnya, namun siswa pun memiliki karakter rasa ingin tahu. Karakter yang berbeda selanjutnya antara perencanaan dan pelaksanaan terdapat pada kegiatan penjelasan guru terkait karangan siswa dengan kisah dilem moral. Pada perencanaan siswa diharapkan memiliki karakter rasa ingin tahu, akan tetapi siswa telah memiliki karakter selanjutnya setelah rasa ingin tahu yaitu siswa menunjukan keaktifan siswa dalam menanggapi kisah dilemma moral yang disuguhkan yakni siswa lebih komunikatif. Dan pada kegiatan berdiskusi (tukar pendapat) karakter dalam perencanaan (RPP) siswa diharapkan dapat memiliki karakter yang komunikatif, namun siswa telah menunjukkannya saat guru memberikan penjelasan sebelumnya, sehingga pada tahapan ini siswa lebih kreatif menjawab pertanyaan guru dan teman-temannya, jawaban yang bervariasi dan lebih percaya diri. Berdasarkan hal tersebut, siswa bukan tidak mencapai karakter yang diharapkan akan tetapi siswa menunjukkan karakter lain. Dari semua rangkaian yang telah dilaksanakan pada kegiatan inti, guru dan siswa sudah melaksanakannya sesuai dengan RPP, dan banyak sekali menyelipkan pesan moral. Model pembelajaran berbasis kognitif moral memberikan banyak kesempatan kepada guru dan siswa untuk mengkaji nilainilai moral serta menanamkan karakter yang baik kepada siswa. Kisah dilemma moral sebagai salah satu yang bisa membantu siswa mendapatkan karakter yang baik dan tertanam di masa yang akan datang. Pada kegiatan penutup, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami, pada saat itu tidak ada siswa yang bertanya. Namun pada saat guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran, siswa terlihat antusias menyebutkan satu persatu poin pembelajaran yang telah dipelajari. Guru menginformasikan mengenai pembelajaran selanjutnya tentang kisah dilema moral yang akan dijadikan dalam lembar evaluasi siswa. Diharapkan siswa mengerjakannya sendiri, guru tersebut berkata “tlong dikerjakan sendiri ! karena ini jawabannya adalah pendapat kalian, jadi tidak ada yang salah silakan kemukakan pendapat kalian, jangan takut salah ! yang salah itu yang mencontek dari temannya !”. perkataan guru tersebut membuat siswa semangat mengerjakan lembar evaluasi, dan terlihat siswa sibuk sendiri terhadap lembar evaluasinya sendiri, sehingga pengerjaan ini meminimalisisr siswa untuk melihat jawaban temannya. Kegiatan penutup ini guru memberikan pula pekerjaan rumah berupa soal sebagai berikut : Coba kamu tulis kembali hasil karanganmu dengan rapi dalam kertas polio serta gabungkan hasil kerjamu dengan teman-temanmu, dikumpulkan di ketua kelas ! Pada proses belajar ini, model pembelajaran berbasis moral ini tidak hanya dilakukan satu kali. Karena jawaban dan alasan siswa akan dianalisis sebagai referensi apakah siswa telah menemukan bahkan merasakan pendidikan karakter selama proses belajar. Hasil jawaban siswa akan kembali dianalisis dan dihubungkan dengan pemberian soal kepada siswa yang berkaitan dengan pendidikan karakter dari proses mereka mengolah pikiran menuju ranah kognitif yang bermoral.Pada pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan penutup berikut peneliti paparkan hasil analisisnya terdapat tiga karakter yang diharapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di bagian kegiatan penutup yaitu : (1) demokratis, (2) jujur, dan (3) kerja keras.Pada pelaksanaan pembelajaran dalam kegiatan penutup karakter yang diharapkan antara perencanaan (RPP) telah sesuai dan tercapai. Karakter yang diharapkan pada isi soal lembar evaluasi siswa pun tiap per poinnya memiliki karakter yang diharapkan. Pembahasan mengenai ketercapaian karakter yang diharapkan antara RPP dan pelaksanaan di lembar evaluasi kisah dilemma moral, akan dibahas pada hasil belajar siswa. Satu persatu siswa akan dianalisis jawabannya persatu soal. Rangkaian pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran berbasis kognotif moral ini mencantumkan 16 (enam belas) karakter yang diharapkan dari 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Keenambelas karakter tersebut akan dipaparkan beserta kegiatannya dari seluruh proses pembelajaran. Rangkaian kegiatan yang memuat proses pembelajaran Bahasa Indonesia berjumlah 23. Dari semuanya, 23 kegiatan / konten telah diketahui kesesuaiannya antara perencanaan dengan pelaksanaan. Dari 23 kegiatan / konten ini, ada 5 karakter yang belum sesuai dengan harapan yaitu pada kegiatan mengecek kehadiran siswa yang diharapkan adalah nilai disiplin semntara yang menonjol adalah bersahabat dan nilai peduli sosial. Kemudian pada kegiatan pemberian motovasi, nilai yang diharapkan adalah disiplin namun yang menonjol adalah religius. Selanjutnya menentukan tema karangan , nilai yang diharapkan adalah tanggung jawab namun nilai yang menonjol adalah rsa ingin tahu. Selanjutnya pda kegiatan penjelasan guru terkait kisah dilemma moral dengan nilai yang diharapkan adalah rasa ingin tahu namun nilai yang menonjol adalah komunikatif. Dan yang terakhir pada saat siswa mengemukakan pendapat mengenai kisah dilemma moral, nilai yang diharapkan adalah komunikatid sementara nilai yang menonjol adalah kreatif. Hal ini terjadi disebabkan oleh berbagai hal. Namun pada kenyataannya bukan siswa tidak mencapai karakter tersebut, hanya segi penonjolan karakter yang dikeluarkan siswa berbeda dengan karakter yang diharapkan pada perencanaan (RPP). Serangkaian kegiatan model pembelajaran berbasis kognitif moral telah diketahui upaya dalam mewujudkan pendidikan karakter dengan hasil analisis 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Evaluasi Hasil Belajar Siswa dalam Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral Selanjutnya adalah hasil belajar siswa pun dianalisis berdasarkan pendapat siswa melalui lisan ketika berdiskusi dengan teman-temannya dan berupa tulisan yang didokumentasikan melalui lembar evaluasi siswa. Jawaban dari siswa akan dikaitkan dengan 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Relevansi jawaban siswa akan disajikan secara langsung dan dapat dilihat apakah model pembelajaran berbasis kognitif moral ini dapat menjadi salah satu upaya dalam mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia. Pada soal no.1 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak 5 siswa, dan yang tidak sesuai sebanyak 7 orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab disiplin tiga orang, tanggung jawab tiga orang, komunikatif satu orang. Pada soal no.2 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak tiga orang. Dan siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak 9 orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab komunikatif dua orang, religius lima orang dan yang tidak terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak dua orang. Pada soal no.3 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak enam orang siswa. Dan siswa yang menjawab tidak sesuai pun sebanyak enam orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab komunikatif tiga orang, tanggung jawab satu orang dan tidak terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanak dua orang siswa. Pada soal no.4 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak sepuluh orang siswa. Dan siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak dua orang. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab kerja keras satu orang dan tidak terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak satu orang siswa. Pada soal no.5 siswa yang jawabannya dalam perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak tujuh orang siswa. Dan siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak lima orang. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab jujur sebanyak satu orang, komunikatif sebanyak satu orang dan peduli lingkungan sebanyak dua orang. SIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang model pembelajaran berbasis kognitif moral di kelas IV SDN 2 Pasirtamiang adalah perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memiliki tahapan (sintaks) kegiatan / konten :standar kompetensi, kompetensi daras, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, model pembelajaran. Langkahlangkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup, serta alat / bahan / sumber belajar juga lembar evaluasi siswa yang berisi kisah dilemma moral. Dalam perencanaan itu telah mencapai 16 (enam belas) deskripsi nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. yaitu: (1) Kreatif, (2) mandiri, (3) disiplin, (4) rasa ingin tahu, (5) tanggungjawab, (6) religius, (7) Cinta tanah air, (8) menghargai prestasi, (9) komunikatif, (10) demokratis, (11) jujur, (12) kerja keras, (13) gemar membaca, (14) toleransi, (15) cinta damai dan (16) peduli sosial. Terdapat dua karakter yang belum tercapai dalam perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral yaitu (1) semangat kebangsaan dan (2) peduli lingkungan. Pelaksanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral yang terdiri dari kegiatan pembukaan yang didalamnya terdapat kegiatan berdoa, menyanyikan salah satu lagu wajib nasional, mengecek kehadiran siswa, pemberian motivasi, menyatakan tujuan belajar dan melakukan apersepsi. Kegiatan inti didalamnya terdapat menentukan tema untuk karangan siswa, membuat kerangka karangan, menulis karangan, membacakan hasil karangan yang telah dibuat oleh siswa, guru melakukan penjelasan terkait karangan siswa dengan kisah dilemma moral, dan siswa mengemukakan pendapatnya dengan diskusi. Kegiatan penutup memuat kegiatan pe,berian kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami, siswa mengerjakan lembar evaluasi siswa dan pemberian tugas rumah (PR). Dari semua rangkaian kegiatan tersebut, tahap pelaksanaan dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral telah mencapai 11 deskripsi nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu : (1) religius), (2) cinta tanah air, (3) peduli sosial, (4) rasa ingin tahu, (5) kreatif, (6) disiplin, (7) menghargai prestasi, (8) komunikatif, (9) demokratis, (10) jujur, dan (11) kerja keras. Sementara terdapat tujuh nilai yang belum tercapai yaitu : (1) gemar membaca, (2) toleransi, (3) cinta damai, (4) mandiri, (5) semangat kebangsaan, (6) peduli lingkungan, dan (7) peduli sosial. Evaluasi hasil belajar siswa pada model pembelajaran berbasis kognitif moral memiliki karakter yang diharapkan setiap soalnya. Lembar evaluasi siswa yang berisi kisah dilemma moral memuat lima soal, setiap soalnya memiliki karakter yang diharapkan, karakter tersebut adalah mandiri, toleransi, cinta damai, peduli sosial dan tanggung jawab. Pada soal no.1 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak 5 siswa, dan yang tidak sesuai sebanyak 7 orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab disiplin tiga orang, tanggung jawab tiga orang, komunikatif satu orang. Pada soal no.2 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak tiga orang. Siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak 9 orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab komunikatif dua orang, religius lima orang dan yang tidak terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak dua orang. Pada soal no.3 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak enam orang siswa. Siswa yang menjawab tidak sesuai pun sebanyak enam orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab komunikatif tiga orang, tanggung jawab satu orang dan tidak terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanak dua orang siswa. Pada soal no.4 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak sepuluh orang siswa. Dan siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak dua orang. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab kerja keras satu orang dan tidak terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak satu orang siswa. Pada soal no.5 siswa yang jawabannya dalam perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak tujuh orang siswa. Dan siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak lima orang. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab jujur sebanyak satu orang, komunikatif sebanyak satu orang dan peduli lingkungan sebanyak dua orang. DAFTAR PUSTAKA Amirulloh. (2012). Buku pintar pendidikan karakter. Jakarta : Prima Pustaka. Departemen Nasional. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Kusnaedi. (2013). Pendidikan Karakter. Bekasi. DUTA MEDIA UTAMA. Mulyasa. (2013). Manajemen pendidikan karakter. Jakarta : Bumi Aksara Sarbaini. (2012). Model pembelajaran berbasis kognitif moral. Yogyakarta : Aswaja Pressindo Tarigan-Henry, G. (1981). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung : Angkasa.