ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI NAMA : ROSIDAMINA NIM : 2017.030 PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING PEMDA LUWU 2020 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme(Brunner & Suddarth, 2008). Menurut WHO Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Nurarif, 2015). Diabetes mellitus dikenal juga dengan penyakit kencing manis atau kencing gula adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (Glukosa) darah akibat kekurangan hormone insulin secara absolute atau relative (Jauhari dan Nasution, 2013). International of Diabetic Federation (IDF, 2015) menyatakan tingkat prevalensi penderita DM di Dunia pada tahun 2014 sebesar 8.3% dari keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387 juta kasus. Indonesia menempati urutan ke 7 dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Mexico (WHO, 2015). Data Sample Registration Survey (2014) menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Dunia dengan persentase sebesar 6,7%. Bila tak ditanggulangi, Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitias, dan kematian dini. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013) menyebutkan angka kejadian DM di Indonesia mengalami peningkatan dari 5,7% di tahun 2007 menjadi 6,9% di tahun 2013. Jumlah estimasi penyandang Diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta. Bahkan jumlah pengidap diabetes akan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan diperkirakan jumlah penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang. Jumlah penderita diabetes ini membuat Indonesia menjadi Negara dengan populasi penderita diabetes terbanyak ke-7 di dunia pada tahun 2013, setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia,dan Meksiko (Riskesdas, 2013). Diabetes tidak bisa diobati, orang yang terkena diabetes tidak bias normal lagi, hanya bisa dikendalikan seumur hidup dengan mengatur pola hidup yang baik guna meningkatkan status kesehatan pasien diabetes melitus. Pasien dengan DM membutuhkan perawatan oleh pelayanan kesehatan untuk mendapat manajemen dan pencegahan terjadinya komplikasi seperti gangguan pada sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem integumen dan gangguan pada ginjal. (Krisnatuti, Yenrina dan Rasjmida, 2014). Gejala klinis dari penderita diabetes melitus adalah apabila menderita dua dari tiga gejala, gejala yang pertama yaitu keluhan TRIAS: banyak minum, banyak kencing, dan penurunan berat badan. Gejala yang kedua yaitu kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl. Gejala yang ketiga yaitu kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl. Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus adalah poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus menurun, bisul/ luka, keputihan (Rendy & Margareth, 2012). Diagnosa keperawatan yang muncul dari klien DM antara lain ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh yang aktif, intoleransi aktifitas. Dimana yang menjadi prioritas untuk menangani klien DM yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Adapun batasan karasteristiknya yang dapat muncul yaitu berat badan 20% atau lebih di bawah rentang normal, bising usus hiperaktif, ketidak mampuan memakan makanan, kurang minat pada makanan, membrane mukosa pucat, penurun berat badan dengan asupan makanan adekuat. Serta banyak faktor-faktor yang berhubungan yaitu faktor biologis, faktor ekonomi, ketidak mampuan makan ketidak mampuan mencerna makanan, dan kurang asupan makanan (Nanda, 2015). Masalah yang ditimbulkan akibat ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan memberikan asupan nutrisi dan diet yang sesuai dengan penderita diabetes mellitus. Nutisi adalah pengambilan zat zat makanan penting dan di butuhkan oleh tubuh. Nutrisi yaitu suatu proses penggunaan organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorsi, penyimpanan metabolism dan mengeluarkan zat zat yang tidak terpakai (Misnadianly, 2008). Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar fisiologis bagi manusia yang tidak bisa terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhinya, serta implikasinya terhadap kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi. Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat, 2009). Kepatuhan diet nutrisi pasien merupakan suatu perubahan perilaku yang positif dan diharapkan proses kesembuhan penyakit lebih cepat dan terkontrol. Pengaturan diet nutrisi yang seumur hidup bagi pasien DM menjadi suatu yang sangat membosankan dan menjemukan, jika dalam diri pasien tidak timbul pengertian dan kesadaran yang kuat dalam menjaga kesehatannya. Perubahan perilaku diet nutrisi bagi pasien DM yang diharapkan adalah mau melakukan perubahan pola makan dari yang tidak teratur menjadi diet yang terencana. Penderita DM didalam melaksanakan diet harus memperhatikan (3J), yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makanan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan. Kepatuhan akan diet diet harus dilakukan seumur hidup secara terus menerus dan rutin yang memungkinkan terjadinya kejenuhan pada pasien (Hasdianah, 2012). Hasil penelitiannya Setyani (2014) menunjukkan hanya 43% pasien yang patuh menjalankan diet diabetes mellitus. Sebanyak 57% pasien tidak patuh menjalankan diet yang dianjurkan. Sedangkan hasil penelitian Husnah, Zufry dan Maisura (2014) di Poliklinik Endokrin RSUD Dr. Zainoel Abidin dari sebanyak 91 pasien memiliki pengetahuan baik sebanyak 67 pasien (73,6%), patuh menjalani terapi obat 46 pasien (50,5%), patuh menjalani terapi nutrisi medis 55 pasien (60,4%), dan patuh menjalani aktivitas fisik 59 pasien (64,8%). Intervensi yang dapat di lakukan pada klien DM yaitu memenuhi status gizi dengan memantau asupan nutrisi yang masuk. Dengan mempertimbangkan jumlah kadar glukosa yang ada pada nutrisi tersebut. Adapun untuk keluarga klien DM harus diberikan pengetahuan tentang cara memberikan diet yang sesuai. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumusan masalah dari kasus tersebut adalah studi literature review Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi” C. Tujuan Penelitian Tujuan dari studi literatur ini adalah “untuk mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Keilmuan a. Bagi penulis Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan tandar asuhan keperawatan untuk pengembangan praktik keperawatan. b. Manfaat untuk institusi pendidikan Salah satu referensi bagi mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan pada pasien DM. 2. Manfaat aplikatif a. Manfaat untuk klien Mendapatkan pelayanan keperawatan yang tepat dan optimal berdasarkan kebutuhan klien. b. Manfaat untuk keluarga klien Mengetahui kebutuhan dasar klien dan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien, sehingga pengetahuan klien dan keluarga bertambah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Pemenuhan Nutrisi 1. Pengertian Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses-proses di dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwatoh dan Wartonah, 2011). 2. Fungsi Nutrisi Dalam Tubuh Tubuh kita terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh karena itu kita memerlukan masukan makanan yaitu untuk memperoleh zat-zat yang diperlukan tubuh. Zat-zat ini disebut nutrisi yang berfungsi membentuk dan memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur pekerjaan didalam tubu, dan melindungi tubuh terhadap, serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah memberikan energy bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubu serta mengatur berbagai proses kimiawi tubuh (Jauhari dan Nasution, 2013). Untuk pertumbuhan tubuh diperlukan zat yang disebut protein, mineral dan juga air. Tenaga yang diperlukan untuk bekerja dan untuk menjalankan aktivitas di dalam tubuh yaitu pencernaan makanan, pernapasan dan peredaran darah diperoleh dari zat hidrat arang, lemak dan protein. Protein digunakan untuk menghasalikan tenaga terutama bila jumlah hidrat arang dan lemak tidak cukup. Zat-zat yang berfungsi memelihara mengatur kerja di dalam tubuh dan melindungi diri kita terhadap serangan penyakit adalah mineral dan vitamin (Jauhari dan Nasution, 2013). 3. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi Menurut Hidayat (2009), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada manusia adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi. a. Pengetahuan Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi. b. Prasangka Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka. c. Kebiasaan Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik. d. Kesukaan Kesukaan yang berlebihan dapat terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. e. Ekonomi Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah. 4. Komponen Nutrisi Makanan yang kita makan pada dasarnya harus mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air (Asmadi, 2008). a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimamfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk glokogen. 1) Fungsi karbohidrat a) Sumber energi yang murah. b) Sumber energi utama pada otak dan saraf. c) Cadangan untuk tenaga tubuh. d) Pengaturan metabolisme lemak. e) Efisiensi penggunaan protein. f) Memberikan rasa kenyang 2) Sumber karbohidrat Sumber karbohidrat berasal dari makan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong dan lain–lain. Sedangkan karbohidrat pada hewani berbentuk glikogen b. Protein Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon dan antibodi. 1) Fungsi protein a) Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotok koloid serta keseimbangan asam basa. b) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. c) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon. d) Sumber energi disamping karbohidrat dan lemak. e) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat menyimpan dan meneruskan sifat–sifat keturunan. 3) Sumber protein a) Protein hewani, yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati, udang, kerang, ayam dan sebainya. b) Protein nabati, yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, tepung terigu dan sebagainya. c. Lemak Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori lebih besar dari pada karbohidrat dan protein. 1) Fungsi lemak a) Sebagai sumber energi, memberi kalori dimana dalam 1 gram lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori sebanyak 9 kkal. b) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus. c) Untuk aktivasi enzim seperti fosfolipid. d) Penyusun hormon seperti biosintesis hormon steroid. 2) Sumber lemak Sumber lemak berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti pada kacang-kacangan kelapa dan lainnya. Sedangkan lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing dan lain sebagainya. d. Vitamin Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubu dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh.Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator. 1) Sumber dan fungsi vitamin a) Vitamin B1, banyak terdapat pada biji-bijian tumbuhan seperti padi, kacang tanah, kacang hijau, gandum, roti, sereal, jaringan, tubuh hewan, ginjal, hati, dan ikan. Fungsinya adalah mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati perifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati wernicke. b) Vitamin B2, banyak terdapat pada ragi, hati, ginjal, susu, keju, kacang almond, dan yoghurt. Fungsinya adalah memperbaiki kulit, mata serta mencegah terjadinya hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang mendapatkan fototerapi. c) Vitamin B3, banyak terdapat pada berbagai jenis makanan dari hewani dan nabati seperti sereal, beras, dan kacang- kacangan. Fungsi vitamin ini adalah menetralisasi zat racun, berperan dalam sintesis lemak, memperbaiki kulit dan saraf, serta sebagai koenzim d) Vitamin B5, sumber vitamin ini melimpah di berbagai jenis makanan, baik di tumbuhan dan hewani, sehingga jarang terjadi kekurangan vitam B5. Fungsinya sebagai katalisator reaksi kimia dalam pembentukan koenzim A yang berperan dalam pembentukan energi (ATP). e) Vitamin B6, vitamin ini banyak terdapat pada hati, ikan, daging, telur, pisang, sayuran, fungsinya berperan dalam proses metabolisme asam amino, proses glikogenesis pembentukan antibodi, serta regenerasi sel darah merah. f) Vitamin B12, vitamin ini banyak terdapat pada daging, ikan, kepiting, telur, susu, dan tempe. Fungsinya membantu pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan sel saraf, dan membantu metabolisme protein. g) Vitamin C, sumbernya banyak pada sayuran dan buah saperti jeruk, mangga, tomat, stroberi, asparagus, kol, susu, mentega, ikan, dan hati. Fungsinya membantu pembentukan tulang,otot, dan kulit, membantu penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat besi, serta melindungi tubuh dari radikal bebas. h) Asam Folat, sumbernya terdapat pada hati, daging, sayuran hijau, kacang-kacangan, fungsinya dalam membantu metabolisme, khususnya asam amino, pematangan sel darah merah, serta mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan. i) itamin D, sumber vitamin ini adlah ikan, telur, daging, susu, keju, tahu, dan tempe. Fungsinya adalah meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor untuk kekuatan tulang dan gig, pengaturan produksi hormon, serta pengaturan kadar kalsium darah. j) Vitamin A, banyak terdapat pada ikan, telur, daging, hati, susu, wortel, labu, dan bayam. Fungsinya membangun sel-sel kulit, melindungi sel-sel retina dari kerusakan. k) Vitamin E, sumbernya banyak terdapat pada minyak sayur, alpukat, kacang-kacangan, sayuran, daging, telur, susu, ikan. Manfaat vitamin ini adalah sebagai antioksidan dengan cara memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas. l) Vitamin K, vitamin ini banyak terdapat pada jaringan tanaman, sayuran, dan hewan sebagai bahan makanan, produksi oleh bakteri usus. Fugsinya adalah membantu dalam proses pembekuan darah dan jika terjadi kekurangan dapat mengakibatkan penyakit perdarahan. e. Mineral Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energi, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh. f. Air Merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan sel-sel tubuh. Setiap hati, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter, sehingga sekitar 10-11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya direabsorbsi. Absorbsi air terjadi pada usus halus dan usus besar (kolon) dan terjadi melalui proses difusi. 5. Masalah Kebutuhan Nutrisi Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, kanker, dan anoreksia nervosa (Jauhari dan Nasution, 2013). a) Malnutrisi Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain. b) Obesitas Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori. c) Hipertensi Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. d) Penyakit jantung koroner Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain. e) Kanker Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan. f) Anoreksia nervosa noreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi. g) Diabetes melitus Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan. B. Konsep Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes Mellitus Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relative (Hasdianah, 2012). Diabetes merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Dalam metabolism tubuh, insulin bertugas memasukan glukosa ke dalam sel sehingga dapat dihasilkan energy (tenaga). Insulin ini adalah suatu zat atau hormone yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas. Jika insulin tidak diprosuksi atau tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya, maka glukosa tidak dapat masuk sel, akibatnya glukosa akan tetap didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah akan meningkat melebihi kadar normal (Subiyanto, 2010). 2. Etiologi Menurut Huda (2015) terdapat beberapa macam etiologi dari diabetes mellitus tergantung dari tipe diabetes melitus, diantaranya: a. Diabetes Mellitus Tipe I yaitu diabetes mellitus yang bergantung pada insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh : a) Faktor genetik/Herediter, Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. b) Faktor imunologi (autoimun) c) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan estruksi beta. b. Diabetes Mellitus tipe II yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin. diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan produksi insulin. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II adalah sebagai brikut : usia, obesitas, riwayat dan keluarga. 3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Rendy & Margareth (2012) seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila menderita dua dari tiga gejalan yaitu: a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat badan. b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah: Poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, kesemutan, gatal, visus menurun, bisul/ luka, keputihan. 4. Komplikasi Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah: lemah, a) Akut 1) Hipoglikemia dan hiperglikemia 2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner, (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler). 3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. 4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler. b) Komplikasi menahun diabetes mellitus 1) Neuropati diabetik 2) Retinopati diabetik 3) Nefropati diabetik 4) Proteinuria 5) Kelainan koroner 6) Ukus gangrene 5. Penatalaksanaan Diabetes mellitus Beck (2011) menjelaskan bahwa tujuan diet nutrisi ini antara lain: a. Memulihkan dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran nilai yang normal sehingga mencegah terjadinya glikosuria beserta gejala-gejalanya. b. Mengurangi besarnya perubahan kadar glukosa darah postprandial. tindakan ini bersama-sama dengan normalisasi kadar glukosa darah,akan membantu mencegah terjadinya komplikasi lanjut yang mencakup penyakit mikrovaskuler c. Memberikan masukan semua jenis nutrien yang memadai sehingga memungkinkan pertumbuhan normal dan perbaikan jaringan d. Memulihkan dan mempertahankan berat badan yang normal e. Penderita diabetes melitus didalam melaksanakan diet harus memperhatikan (3 J), yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan. 6. Tipe Diet Nutrisi Pasien DM Tipe diet nutrisi untuk pasien DM (Beck, 2011) : 1. Diet Rendah Kalori Diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan yang kemudian diikuti dengan diet untuk mempertahankan berat badan. Pasien DM yang menjalani diet rendah kalori harus menyadari perlunya penurunan berat badan dan berat badan yang diturunkan tidak boleh dibiarkan naik kembali. 2. Diet bebas gula Tipe diet ini digunakan untuk pasien diabetes yang berusia lanjut dan tidak memerlukan suntikan insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan dua prinsip: a) Tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula b) Mengkonsumsi makanan sumber hidratarang sebagai bagian dari keseluruhan hidangan secara teratur. 3. Sistem penukaran hidratarang Sistem penukarang hidratarang digunakan untuk pasien-pasien DM yang mendapatkan suntikan insulin atau obat-obatan hipoglikemik oral dengan dosisi tinggi. Diet yang berdasarkan sistem ini merupakan diet yang lebih rumit untuk diikuti oleh seseorang pasien DM, tetapi mempunyai kelebihan, yaitu diet ini lebih fleksibel dan bervariasi ketimbang diet tipe bebas gula. 7. Pemilihan Jenis Makanan Anies (2011), makanan yang dainjurkan untuk pasien DM adalah makanan yang mengandung sumber karbohidrat kompleks (seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu), mengandung protein rendah lemak (seperti ikan, ayam tanpa kulit,tempe, tahu dan kacang- kacangan) dan sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang diolah dengan cara dipanggang, dikukus, direbus dan dibakar). Makanan yang mengandung karbohidrat alamiah berserat juga dianjurkan, misalkan roti yang terbuat dari biji gandum, sayuran, kacang-kacangan, serta buah segar Makanan untuk diet DM biasanya kurang bervariasi, sehingga banyak penderita DM yang merasa bosan, sehingga variasi diperlukan agar penderita tidak merasa bosan. Hal itu diperbolehkan asalkan penggunaan makanan penukar memiliki kandungan gizi yang sama dengan makanan yang digantikan (Beck, 2011). 8. Pengaturan Jadwal Makan Penderita DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama dan 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Jadwal makan standar untuk penderita DM yaitu: Tabel 2.1 Jadwal Makan Penderita DM Jenis Makanan Waktu Total Kalori Makan Pagi 07.00 20% Selingan 10.00 10% Makan Siang 13.00 30% Selingan 16.00 10% Makan Sore/Malam 19.00 20% Selingan 21.00 10% Sumber : Waspadji (2012) 9. Standar Diet Waspadji (2012) mengatakan bahwa standar diet DM diberikan pada penderita DM sesuai kebutuhannya. Ada 8 jenis standar diet menurut kandungan energi yaitu : a. Diet DM I : 1100 kalori b. Diet DM II : 1300 kalori c. Diet DM III : 1500 kalori d. Diet DM IV : 1700 kalori e. Diet DM V : 1900 kalori f. Diet DM VI : 2100 kalori g. Diet DM VII : 2300 kalori h. Diet DM VIII : 2500 kalori Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk, Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal, Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. C. Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Nutrisi Pasien Diabetes Mellitus 1. Pengkajian a. Identitas pasien Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiri dari nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan diagnose medis. b. Identitas penaggung jawab Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa di hubungi selama menjalani masa rawatan di rumah sakit. c. Riwayat kesehatan 1) Riwayat kesehatan sekarang a) Keluhan Utama Keluhan utama pada pasien diabetes mellitus adalah poliuria, polifagia, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, dan ulkus yang lama sembuh. Pasien yang mengalami ketoasidosis terdapat mual, muntah, dan nyeri abdomen. pada pasien yang mengalami sindrom HHNK terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor kulit jelek), takikardi, dan tanda- tanda neurologis yang bervariasi (perubahan sensori, kejang-kejang, hemiparise). Gejala yang timbul pada pasien yang mengalami hipoglikemia adalah badan gemetar, berkeringat, takikardia dan kecemasan (Price & Wilson, 2012) b) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada pasien diabetes tipe I, mengalami poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, dan ketoasidosis, semuanya terjadi akibat gangguan metabolic. Pasien dengan diabetes tipe II juga dapat memperlihatkan gejala poliuria dan polidipsia, tetapi umumnya asimtomatik. c) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit diabetes melitus, kegemukan, penyakit pangkreas, penyakit hormonal, konsumsi obat-obatan (aloxan, streptozokin: sitotoksin terhadap sel-sel beta, derivat thiazide) yang dapat menurunkan sekresi insulin, malnutrisi (kekurangan protein kronik). Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih lanjut dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. d) Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus atau adanya riwayat obesitas dari generasi terdahulu. d. Pola aktivitas sehari-hari (ADL) 1) Pola Nutrisi Riwayat keperawatan Diet: a) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan. b) Apakah ada diet yang dilakukan secara kusus? c) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya? d) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar atau demam. e) Adakah toleransi makan atau minum tertentu. Faktor yang mempengaruhi diet: a) Status kesehatan. b) Kulture dan kesehatan. c) Status sosial ekonomi. d) Faktor psikologis e) Informasi yang salah tentang makanan dan cara diet. 2) Pola eliminasi a) Buang Air Kecil Intake dan output pasien selama 24 jam. Dibandingkan antara kondisi pasien yang sehat dengan kondisi pasien yang sedang mengalami perawatan dirumah sakit. Pasien mengeluh sering berkemih dalam sehari. b) Buang Air Besar Konsistensi buang air besar, jumlah, kepadatan, warna dan bau di bandingkan saat kondisi pasien yang sehat dengan kondisi pasien yang sedang mengalami perawatan dirumah sakit. c) Pola tidur dan istirahat Waktu istirahat perhari pasien di bandingkan saat keadaan sehat dengan keadaan saat pasien dirawat dirumah sakit. 3) Pola aktifitas dan latihan Aktifitas fisik yang dilakukan pasien atau olahraga yang di lakuka oleh pasien. 4) Pola pekerjaan Berat ringannya pekerjaan pasien yang dilakukan seharihari. e. Pemeriksaan fisik 1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda–tanda vital. 2) Ukuran antropometri : a) TB dan BB untukmenetukan status nutrisi b) Lingkar kepala c) Lingkar dada d) Lingkar lengan atas (MAC) : Nilai normal Wanitausiasubur : 23,5 cm e) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) : Nilai normal wanita : 16,5-18 cm Pria : 12,5-16,5 cm 3) Pemeriksaan kepala Mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala.Pada rambut ditemukan rambut kusam, kering, pudar, kemerahan pecah atau patah- patah. 4) Pemeriksaan wajah Pada pemeriksaan di wajah ditemukan wajah pucat, bibir kering, pecah-pecah, bengkak, adanya lesi, stomatititis, membran mukosa pucat. 5) Pemeriksaan mata Pada pemeriksaan mata ditemukan konjungtiva pucat, kering, esofalmus, tanda-tanda infeksi. 6) Pemeriksaan mulut dan bibir Pada pemeriksaan mulut dan bibir ditemukan bibir pecah-pecah, bibir kering, ada lesi dan bengkak di bagian bibir dan mulut, stomatitis dan membran mukosa mulut pucat. Pada gusi terjadi perdarahan dan peradangan. Terjadi edema dan hiperemis pada lidah. Pada gigi terdapat karies, nyeri dan kotor. 7) Sistem integument Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. 8) Sistem pernafasan Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada penderita DM mudah terjadi infeksi. 9) Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis 10) Sistem gastrointestinal Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas. 11) Sistem urinary Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih. 12) Sistem musculoskeletal Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepatlelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas. 13) Sistem neurologis Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi. f. Data psikologis Adanya perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit yang dapat mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumah sakit. g. Data sosial Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih dan membeli makanan serta kemampuan keluarga pasien dalam pemenuhan kesehatan. h. Data spritual Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh pasien dan keluarga. i. Data penunjang Pemeriksaan laboratorium : 1) Albumin (N: 4–5,5mg/100ml) 2) Transferi (N: 170-25 mg/100ml 3) Hemoglobin (N: 12mg%) 4) BUN (N: 10–20 mg/100ml) 5) Pemeriksaan gula darah puasa Nilai normal :Wholeblood Dewasa :70–100 mg/ dl : 60–100 mg / dl Bayi baru lahir :30–80 mg /dl :60 – 100 mg / dl Anak 6) Pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan Nilai normal : Dewasa : <140 ml / dl / 2 jam Wholeblood : < 120 mg / dl / 2 jam (Robbins dkk, 2007) 7) Pemeriksaan gula darah sewaktu Nilai normal : 200 mg / dl 8) Pemeriksaan HB AIC (Hemoglobin Glikosilasi) Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah, untuk memperoleh informasi kadar gula darah yang sesungguhnya, karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam kurun waktu 2–3 bulan. Tes ini berguna untuk mengukur tingkat ikatan gula pada hemoglobin A (AIC) sepanjang umur sel darah merah (120 hari). 9) Pemeriksaan fruktosamin Pemeriksaan fruktosamin menggunakan metoda enzymatic seperti pada pemeriksaan glukosa. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dalam proses asuhan keperawatan, diagnosa keperawatan dapat ditegakkan dengan adanya hasil pengkajian yang sudah dilakukan. Menurut Tarwoto (2016), diagnosa keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus antara lain : a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin. b. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia dan poliuria. c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer, defisit fungsi motorik, neuropati otonomik. d. Risiko tidakefektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan baru terpapar DM, pengobatan medik dan kurang pengetahuan tentang diabetes dan pengobatannya. 3. Perencanaan Keperawatan Perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dari proses dari proses asuhan keperawatan yaitu dengan membuat rencana yang akan dilakukan terhadap diagnosa yang sudah ditegakkan. Berikut perencanaan keperawatan terhadap diagnosa yang muncul pada pasien DM (Tarwoto, 2016) : a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin. Tujuan : selama dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil : 1) Pasien mengungkapkan tidak ada mual dan nafsu makan membaik. 2) Berat badan pasien dalam rentang ideal. 3) Intake makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, Indeks Massa Tubuh (IMT). 4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 5) Nilai Hb dalam batas normal. 6) Kadar glukosa tubuh dalam rentang toleransi. Rencana Keperawatan : 1) Kaji status nutrisi pasien Rasional : menentukan kebutuhan nutrisi pasien. 2) Timbang berat badan pasien setiap 3 hari sekali atau sesuai indikasi. Rasional : berat badan merupakan indikator status nutrisi. pasien. Dapat juga digunakan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan merencanakan terapi nutrisi. 3) Hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien. Rasional : kebutuhan nutrisi tubuh ditentukan oleh hasil IMT. 4) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi pasien. Rasional : untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab kurang nurisi dan merencanakan kebutuhan nutrisi. 5) Monitor gula darah pasien secara periodik sesuai indikasi. Rasional : perubahan kadar gula dalam darah dapat terjadi setiap saat dan dapat menentukan perencanaan kebutuhan kalori. 6) Monitor nilai laboratorium yang terkait dengan status nutrisi seperti albumin, Hb, transferring, elektrolit. Rasional : penurunan albumin indikasi penurunan protein, penurunan Hb indikasi penurunan eritrosit darah, penurunan transferring indikasi penurunan serum protein. Kadar otassium dan sodium menurun pada malnutrisi. 7) Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang Diet diabetik. Rasional : pasien DM rentan terjadi komplikasi sehingga pasien dan keluarga harus memahami komplikasi akut dan kronik. 8) Libatkan pasien dan keluarga dalam merencanakan kebutuhan nutrisi pasien. Rasional : keluarga dan pasien merupakan subjek dan objek yang dapat menentukan rencana program nutrisi dapat dilaksanakan. 9) Monitor tanda-tanda hipoglikemia. Rasional ; pemberian obat anti diabetik atau insulin dapat menimbulkan hipoglikemia. 10) Berikan pendidikan kesehatan tentang DM, obat-obatan dan risiko tidak mentaati apa yang sudah diprogramkan dan program aktivitas. Rasional : pasien kooperatif dalam program pemulihan status nutrisi. 11) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengidentifikasi dan merencanakan kebutuhan nutrisi pasien. Rasional : ahli gizi kompeten dalam menentukan dan merencanakan kebutuhan nutrisi pasien. 12) Kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi seperti pemberian obat antidiabetik atau insulin. Rasional : pengobatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peningkatan status nutrisi pasien. b. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia dan poliuria. Tujuan : selama dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan. Kriteria hasil : 1) Pola BAK normal. 2) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. 3) Konsentrasi urine normal. 4) Berat badan pasien stabil atau tidak ada penurunan berat badan. 5) Intake cairan 1500-3000 ml per hari. 6) Kadar gula dalam darah rentang toleransi. Rencana Keperawatan : 1) Kaji pola eliminasi urine pasien, konsentrasi urine, keadaan turgor kulit pasien. Rasional : menentukan status cairan tubuh. 2) Monitor intake dan output cairan pasien. Rasional : menentukan kebutuhan dan keseimbangan cairan tubuh. 3) Monitor pemeriksaan tanda-tanda vital. Rasional : kekurangan cairan dapat menurunkan tekanan darah, sinus takikardia dapat terjadi pada hipovolemia. 4) Anjurkan pasien untuk minum dengan jumlah yang cukup (1500 – 3000 ml). Rasional : pemenuhan kebutuhan cairan tubuh. 5) Laksanakan program pengobatan pemberian insulin atau obat antidiabetik. Rasional : menurunkan kadar gula darah sehingga efektif dalam mengatasi poliuria. c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer, defisit fungsi motorik, neuropati otonomik. Tujuan : selama dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam pasien dapat mempertahankan integritas kulit. Kriteria hasil : 1) Keadaan jaringan kulit utuh. 2) Neuropati tidak ada. 3) Tidak terjadi luka atau ulkus diabetikus. 4) Vaskularisasi perifer baik. 5) Kebersihan kulit baik, keadaan kuku baik dan utuh. 6) Keadaan kaki utuh. Rencana Keperawatan : 1) Kaji penampilan atau keadaan dari kebersihan kaki pasien. Rasional : kaki merupakan bagian tubuh yang sering mengalami gangguan integritas kulit pada pasien DM. 2) Kaji integritas kulit pasien, catat warna kulit, ada atau tidaknya ulserasi, dermatitis. Rasional : autonomik neuropati menyebabkan kulit menjadi kering, kulit mudah pecah serta terjadi infeksi. 3) Kaji keadaan dan bentuk kaki, apakah ada bentuk kaki charcot, cacat pembentukan kalus. Rasional : neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot dan atropi sehingga terjadi perubahan bentuk kaki. Tekanan pada kaki yang berlebihan menimbulkan kalus yang akan mudah menjadi luka. 4) Kaji status sirkulasi vaskuler kaki dengan palpasi, pulsasi, ultrasound dopler. Rasional : pasien DM mudah menimbulkan arteriosklerosis sehingga terjadi penurunan suplai darah ke kaki. 5) Kaji adanya edema. Rasional : keadaan edema mempermudah terjadinya luka. 6) Anjurkan kepada pasien untuk menjaga kebersihan kulit. Rasional : mengurangi risiko infeksi dan terjadi perlukaan. 7) Anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban kulit kaki dengan menggunakan lotion. Rasional : kulit kaki yang kering berisiko terjadi luka. 8) Ajarkan pasien untuk melakukan senam senam kaki DM. Rasional : menambah pengetahuan pasien tentang peningkatan sirkulasi dengan senam kaki DM. 9) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan senam kaki DM. Rasional : meningkatkan sirkulasi darah pada kaki. 10) Anjurkan pasien untuk menggunakan alas kaki yang lebih lembut atau sepatu yang tidak keras. Rasional : mengurangi terjadinya trauma dan perlukaan. 11) Instruksikan kepada pasien untuk menghindari risiko terjadinya trauma seperti penggunaan kompres hangat, minum minuman yang panas. Rasional : mengurangi risiko trauma karena gangguan sensasi neuropati. d. Risiko tidakefektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan baru terpapar DM, pengobatan medik dan kurang pengetahuan tentang diabetes dan pengobatannya. Tujuan : selama dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam pasien dapat memperlihatkan kemampuan untuk mempertahankan gula darah dalam rentang toleransi dan dapat menunjukkan pengetahuan tentang perawatan diri pada pasien DM. Kriteria hasil : 1) Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala DM. 2) Pasien memahami penyebab dan perjalanan penyakit DM. 3) Pasien memahami kriteria penyakit DM. 4) Pasien memahami risiko atau komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien DM. 5) Pasien memahami cara pengukuran gula darah. 6) Pasien mengerti terapi yang diberikan. 7) Pasien memahami perawatan pasien dengan DM. Rencana Keperawatan : 1) Kaji latar belakang pendidikan pasien dan pengetahuan pasien tentang penyakit DM. Rasional : memahami dan mengukur kemampuan apa saja yang harus disampaikan kepada pasien. 2) Kaji faktor risiko penyakit DM yang dialami pasien. Rasional : informasi awal yang penting untuk perencanaan intervensi lebih lanjut. 3) Kaji komplikasi yang mungkin timbul pada pasien DM seperti hipertensi, penyakit jantung, ginjal, stroke, gangguan penglihatan dan gangguan seksual. Rasional : informasi adanya komplikasi pada pasien DM merupakan indikator pasien mengalami DM pada masa yang lama. 4) Eksplorasi pengetahuan pasien tanda dan gejala DM, penyebab, pengobatan, cara pengukuran gula darah. Rasional : menggali kemampuan pasien dalam mengenal tanda dan gejala, pengobatan dan cara pengukuran gula darah. 5) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tanda dan gejala DM, penyebab, pengobatan, cara pengukuran gula darah. Rasional : memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakit DM. 6) Jelaskan kepada pasien tentang aktivitas atau olah raga pada pasien DM. Rasional : latihan dapat menurunkan kadar HbA1c, meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan risiko penyakit jantung dan mempertahankan berat badan. 7) Jelaskan tentang obat – obatan DM. Rasional : dosis obat dan risiko pemberian obat antidiabetes penting disampaikan kepada pasien agar lebih kooperatif dalam perawatan dan gula darah dapat terkontrol. 8) Ajarkan kepada pasien cara mengukur gula darah secara mandiri. Rasional : pasien DM harus dapat mengontrol gula darah secara mandiri sehingga dapat mengantisipasi risiko komplikasi. 9) Lakukan evaluasi tentang Diet, latihan, pemberian obat. Rasional : mengetahui ketaatan pasien terhadap program yang sudah dilakukan. 4. Pelaksanaan Keperawatan Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan dengan melaksanakan berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya dalam rencana tindakan. Adapun intervensi pada pasien DM yaitu: a. Mempertahankan kebutuhan nutrisi. b. Mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit c. Mempertahankan integritas kulit. d. Mempertahankan gula darah dalam rentang toleransi. 5. Evaluasi Keperawatan Tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin. Evaluasi yang diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi. b) Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia dan poliuria. Evaluasi yang diharapkan keseimbangan cairan teratasi. c) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer, defisit fungsi motorik, neuropati otonomik. Evaluasi yang diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi. d) Risiko tidakefektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan baru terpapar DM, pengobatan medik dan kurang pengetahuan tentang diabetes dan pengobatannya. Evaluasi yang diharapkan pasien dapat memahami perawatan pasien dengan DM. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka. Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain. Jenis penelitian ini adalah penelitan kepustakaan (library research), yaitu serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya digali melalui beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan dokumen). (Nana Syaodih, 2009) Penelitian kepustakaan atau kajian literatur (literature review, literature research) merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu (Mohammad Imam Farisi, 2010). B. Fokus Studi Fokus penelitian kepustakaan adalah menemukan berbagai teori, hukum, dalil, prinsip, atau gagasan yang digunakan untuk menganalisis dan memecahkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan. Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni penguraian secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Fokus studi adalah asuhan keperawatan, yaitu Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Mellitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi. C. Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung. Akan tetapi data tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa buku dan laporan ilmiah primer atau asli yang terdapat di dalam artikel atau jurnal (tercetak dan/atau non-cetak) berkenaan dengan sejarah matematika dan peletakannya dalam aktivitas pembelajaran. Pemilihan sumber didasarkan pada empat aspek yakni (Mohammad Imam Farisi. 2012) (1) Provenance (bukti), yakni aspek kredensial penulis dan dukungan bukti, misalnya sumber utama sejarah; (2) Objectivity (Objektifitas), yakni apakah ide perspektif dari penulis memiliki banyak kegunaan atau justru merugikan; (3) Persuasiveness (derajat keyakinan), yakni apakah penulis termasuk dalam golongan orang yang dapat diyakini; dan (4) Value (nilai kontributif), yakni apakah argumen penulis meyakinkan, serta memiliki kontribusi terhadap penelitian lain yang signifikan. D. Kriteria literature Kriteria literatur adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu literatur yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai bahan literatur penelitian (Jimung, 2018). 1. Kriteria Inklusi a. Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 10 tahun (2010-2020) b. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris c. Subyek yang di teliti Manusia dewasa d. Original artikel penelitian (bukan review penelitian) tersedia full text 2. Kriteria Eksklusi a. Penelitian di bawah tahun 2010 b. Jurnal yang membahas di luar topik Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Mellitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi. c. Jurnal tidak dalam bentuk full text (tidak dapat diakses penuh) E. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan mencari atau menggali data dari literatur yang terkait dengan apa yang dimaksudkan dalam rumusan masalah.130 Data-data yang telah didapatkan dari berbagai literatur dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. F. Analisa Data dan Penyajian Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain, (Dena Taylor 2020). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anotasi bibliografi (annotated bibliography). Anotasi berarti suatu kesimpulan sederhana dari suatu artikel, buku, jurnal, atau beberapa sumber tulisan yang lain, sedangkan bibliografi diartikan sebagai suatu daftar sumber dari suatu topic (Dena Taylor 2020). Dari kedua definisi tersebut, anotasi bibliografi diartikan sebagai suatu daftar sumber- sumber yang digunakan dalam suatu penelitian, dimana pada setiap sumbernya diberikan simpulan terkait dengan apa yang tertulis di dalamnya. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu analisis anotasi bibliografi. Ketiga hal tersebut adalah: (Dena Taylor 2020) 1. Identitas sumber yang dirujuk; 2. Kualifikasi dan tujuan penulis; 3. Simpulan sederhana mengenai konten tulisan; dan 4. Kegunaan/pentingnya sumber yang permasalahan yang telah dirumuskan. dirujuk dalam menjawab DAFTAR PUSTAKA Anies, (2012). Waspada ancaman penyakit tidak menular : solusi pencegahan dari aspek perilaku dan lingkungan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Asmadi, (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika E. Mary Back. (2011). Ilmu Gizi Dan Diet : Hubungannya Dengan PenyakitPenyakit Untuk Perawat Dan Dokter. Yogyakarta: C.V Andi Offset Garnadi, Y. (2012). Hidup Nyaman dengan Diabetes Mellitus. Jakarta: Agromedia Pustaka Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak – Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika Hasriani. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi di Ruang Perawatan RSAD DR. R Ismoyo Kota Kendari. KTI. Kendari : Poltekes Kendari Hidayat, A. Aziz Alimul, (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: plikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Husnah, Zufry., Maisura, (2014). Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dalam Menjalani Terapi Di Rsud Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal kedokteran syiah kuala, Volume: 14, 62-66. IDF. (2015). A Guide to National Diabetes Programmes. Belgium: International Diabetes Federation. Jauhari, Ahmad., Nasution, Nita. (2013). Nutrisi dan Keperawatan. Yogyakarta: Dua Satria Offset Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses darihttp://www.depkes.go.id/resources/download/general/HasilRis kesdas2 013.pdf pada tanggal 21 Maret 2018 Krisnatuti, D. (2014). Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya Lusianah, Indaryani, Suratun. (2012). Prosedur Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media Maryam, Siti., Pudjiati., Gustina dan Raenah, Een. (2013). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Berpikir Kritis Dalam Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media Misnadianly. (2006) Diabetes In Misnadianly, Diabetes Mellitus:Ganggren, Infeksi, Mengenal Gejala . Jakarta : Pustaka Opopuler Obo NANDA International. (2015). NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah). Jakarta: EGC Nasrul. (2011). Hubungan Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nurarif, Amin Huda (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis: Nanda Nic Noc. Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rhineka Cipta Jakarta. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses Penyakit, Ed: 6, Vol: 2. Jakarta: EGC Subiyanto, Paulus. (2010). Self Hypnosis bagi Diabetisi. Cara Mudah Tetap Sehat, Mandiri dan Panjang Umur. Magelang: penerbit gosyen publishing. Setyani. (2012). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Dalam Melaksanakan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Di BRSD RSU RAA Soewondo Kabupaten Pati. Skripsi : Tidak dipublikasikan Tarwoto.,Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi Empat. Jakarta: Salemba Medika Wijaya, A.S., Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Jakarta: EGC WHO. (2015). Diabetes Melitus. Diakses 23 Maret 2018. From http://www.who.int/topics/diabetes mellitus/en/