Uploaded by User76890

PROPOSAL ROSIDA MINA 02

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
NAMA : ROSIDAMINA
NIM : 2017.030
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN SAWERIGADING
PEMDA LUWU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang
ditandai oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat
mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan
oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau
tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak
teraturnya metabolisme(Brunner & Suddarth, 2008).
Menurut WHO Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme
yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan
sekresi insulin atau penurunan sensivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati
(Nurarif, 2015). Diabetes mellitus dikenal juga dengan penyakit kencing
manis atau kencing gula adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang mengalami peningkatan kadar gula (Glukosa) darah akibat kekurangan
hormone insulin secara absolute atau relative (Jauhari dan Nasution, 2013).
International of Diabetic Federation (IDF, 2015) menyatakan tingkat
prevalensi penderita DM di Dunia pada tahun 2014 sebesar 8.3% dari
keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014
menjadi 387 juta kasus. Indonesia menempati urutan ke 7 dengan jumlah
penderita DM terbesar di dunia setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil,
Rusia, dan Mexico (WHO, 2015). Data Sample Registration Survey (2014)
menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor
3 di Dunia dengan persentase sebesar 6,7%. Bila tak ditanggulangi, Kondisi
ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, disabilitias, dan kematian
dini.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013) menyebutkan angka
kejadian DM di Indonesia mengalami peningkatan dari 5,7% di tahun 2007
menjadi 6,9% di tahun 2013. Jumlah estimasi penyandang Diabetes di
Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta. Bahkan jumlah pengidap diabetes akan
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan diperkirakan jumlah
penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia akan meningkat signifikan
hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang. Jumlah penderita diabetes ini
membuat Indonesia menjadi Negara dengan populasi penderita diabetes
terbanyak ke-7 di dunia pada tahun 2013, setelah Cina, India, Amerika
Serikat, Brazil, Rusia,dan Meksiko (Riskesdas, 2013).
Diabetes tidak bisa diobati, orang yang terkena diabetes tidak bias
normal lagi, hanya bisa dikendalikan seumur hidup dengan mengatur pola
hidup yang baik guna meningkatkan status kesehatan pasien diabetes melitus.
Pasien dengan DM membutuhkan perawatan oleh pelayanan kesehatan untuk
mendapat manajemen dan pencegahan terjadinya komplikasi seperti gangguan
pada sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem integumen dan
gangguan pada ginjal. (Krisnatuti, Yenrina dan Rasjmida, 2014).
Gejala klinis dari penderita diabetes melitus adalah apabila menderita
dua dari tiga gejala, gejala yang pertama yaitu keluhan TRIAS: banyak
minum, banyak kencing, dan penurunan berat badan. Gejala yang kedua yaitu
kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl. Gejala yang
ketiga yaitu kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, visus
menurun, bisul/ luka, keputihan (Rendy & Margareth, 2012).
Diagnosa keperawatan yang muncul dari klien DM antara lain ketidak
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh yang aktif, intoleransi aktifitas.
Dimana yang menjadi prioritas untuk menangani klien DM yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Adapun batasan
karasteristiknya yang dapat muncul yaitu berat badan 20% atau lebih di bawah
rentang normal, bising usus hiperaktif, ketidak mampuan memakan makanan,
kurang minat pada makanan, membrane mukosa pucat, penurun berat badan
dengan asupan makanan adekuat. Serta banyak faktor-faktor yang
berhubungan yaitu faktor biologis, faktor ekonomi, ketidak mampuan makan
ketidak mampuan mencerna makanan, dan kurang asupan makanan (Nanda,
2015).
Masalah yang ditimbulkan akibat ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan memberikan asupan nutrisi dan
diet yang sesuai dengan penderita diabetes mellitus. Nutisi adalah
pengambilan zat zat makanan penting dan di butuhkan oleh tubuh. Nutrisi
yaitu suatu proses penggunaan organisme menggunakan makanan yang di
konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorsi, penyimpanan
metabolism dan mengeluarkan zat zat yang tidak terpakai (Misnadianly,
2008).
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar fisiologis bagi manusia
yang tidak bisa terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhinya, serta
implikasinya terhadap kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan ini tidak
terpenuhi. Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh (Hidayat, 2009).
Kepatuhan diet nutrisi pasien merupakan suatu perubahan perilaku
yang positif dan diharapkan proses kesembuhan penyakit lebih cepat dan
terkontrol. Pengaturan diet nutrisi yang seumur hidup bagi pasien DM menjadi
suatu yang sangat membosankan dan menjemukan, jika dalam diri pasien
tidak timbul pengertian dan kesadaran yang kuat dalam menjaga
kesehatannya. Perubahan perilaku diet nutrisi bagi pasien DM yang
diharapkan adalah mau melakukan perubahan pola makan dari yang tidak
teratur menjadi diet yang terencana. Penderita DM didalam melaksanakan diet
harus memperhatikan (3J), yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal
makanan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan.
Kepatuhan akan diet diet harus dilakukan seumur hidup secara terus menerus
dan rutin yang memungkinkan terjadinya kejenuhan pada pasien (Hasdianah,
2012).
Hasil penelitiannya Setyani (2014) menunjukkan hanya 43% pasien
yang patuh menjalankan diet diabetes mellitus. Sebanyak 57% pasien tidak
patuh menjalankan diet yang dianjurkan. Sedangkan hasil penelitian Husnah,
Zufry dan Maisura (2014) di Poliklinik Endokrin RSUD Dr. Zainoel Abidin
dari sebanyak 91 pasien memiliki pengetahuan baik sebanyak 67 pasien
(73,6%), patuh menjalani terapi obat 46 pasien (50,5%), patuh menjalani
terapi nutrisi medis 55 pasien (60,4%), dan patuh menjalani aktivitas fisik 59
pasien (64,8%).
Intervensi yang dapat di lakukan pada klien DM yaitu memenuhi status
gizi
dengan
memantau
asupan
nutrisi
yang
masuk.
Dengan
mempertimbangkan jumlah kadar glukosa yang ada pada nutrisi tersebut.
Adapun untuk keluarga klien DM harus diberikan pengetahuan tentang cara
memberikan diet yang sesuai.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumusan masalah dari kasus
tersebut adalah studi literature review Asuhan Keperawatan pada Pasien
Diabetes Mellitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari studi literatur ini adalah “untuk mengidentifikasi Asuhan
Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi”.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Keilmuan
a. Bagi penulis
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan
tandar asuhan keperawatan untuk pengembangan praktik keperawatan.
b. Manfaat untuk institusi pendidikan
Salah satu referensi bagi mahasiswa keperawatan dalam membuat
asuhan keperawatan pada pasien DM.
2. Manfaat aplikatif
a. Manfaat untuk klien
Mendapatkan pelayanan keperawatan yang tepat dan optimal
berdasarkan kebutuhan klien.
b. Manfaat untuk keluarga klien
Mengetahui kebutuhan dasar klien dan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien, sehingga pengetahuan klien dan keluarga
bertambah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pemenuhan Nutrisi
1.
Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses-proses di dalam
tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari
lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain
yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit (Tarwatoh dan Wartonah, 2011).
2.
Fungsi Nutrisi Dalam Tubuh
Tubuh kita terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh
karena itu kita memerlukan masukan makanan yaitu untuk memperoleh
zat-zat yang diperlukan tubuh. Zat-zat ini disebut nutrisi yang berfungsi
membentuk dan memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga,
mengatur pekerjaan didalam tubu, dan melindungi tubuh terhadap,
serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah
memberikan energy bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka
dan jaringan tubu serta mengatur berbagai proses kimiawi tubuh (Jauhari
dan Nasution, 2013).
Untuk pertumbuhan tubuh diperlukan zat yang disebut protein,
mineral dan juga air. Tenaga yang diperlukan untuk bekerja dan untuk
menjalankan aktivitas di dalam tubuh yaitu pencernaan makanan,
pernapasan dan peredaran darah diperoleh dari zat hidrat arang, lemak dan
protein. Protein digunakan untuk menghasalikan tenaga terutama bila
jumlah hidrat arang dan lemak tidak cukup. Zat-zat yang berfungsi
memelihara mengatur kerja di dalam tubuh dan melindungi diri kita
terhadap serangan penyakit adalah mineral dan vitamin (Jauhari dan
Nasution, 2013).
3.
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Menurut Hidayat (2009), faktor yang mempengaruhi kebutuhan
nutrisi pada manusia adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan,
dan ekonomi.
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi
tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di
beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang paling
murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan
karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan
tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di
beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi para
gadis remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin
yang sangat baik.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan dapat terhadap suatu jenis makanan
dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh
tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan
dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian
yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
4. Komponen Nutrisi
Makanan yang kita makan pada dasarnya harus mengandung
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air (Asmadi, 2008).
a. Karbohidrat
Karbohidrat
merupakan
sumber
energi
utama
tubuh.
Karbohidrat akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian
dimamfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan
jaringan otot dalam bentuk glokogen.
1) Fungsi karbohidrat
a) Sumber energi yang murah.
b) Sumber energi utama pada otak dan saraf.
c) Cadangan untuk tenaga tubuh.
d) Pengaturan metabolisme lemak.
e) Efisiensi penggunaan protein.
f) Memberikan rasa kenyang
2) Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat berasal dari makan pokok, umumnya
berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu,
singkong dan lain–lain. Sedangkan karbohidrat pada hewani
berbentuk glikogen
b. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam
penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon dan
antibodi.
1) Fungsi protein
a) Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan
yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotok koloid serta
keseimbangan asam basa.
b) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
c) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.
d) Sumber energi disamping karbohidrat dan lemak.
e) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat
menyimpan dan meneruskan sifat–sifat keturunan.
3) Sumber protein
a) Protein hewani, yang berasal dari hewan seperti susu, daging,
telur, hati, udang, kerang, ayam dan sebainya.
b) Protein nabati, yang berasal dari tumbuhan seperti jagung,
kedelai, kacang hijau, tepung terigu dan sebagainya.
c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan
jumlah kalori lebih besar dari pada karbohidrat dan protein.
1) Fungsi lemak
a) Sebagai sumber energi, memberi kalori dimana dalam 1 gram
lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori
sebanyak 9 kkal.
b) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus.
c) Untuk aktivasi enzim seperti fosfolipid.
d) Penyusun hormon seperti biosintesis hormon steroid.
2) Sumber lemak
Sumber lemak berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti pada
kacang-kacangan kelapa dan lainnya. Sedangkan lemak hewani
banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang
seperti pada daging sapi, kambing dan lain sebagainya.
d. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubu
dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh.Vitamin
sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai
katalisator.
1) Sumber dan fungsi vitamin
a) Vitamin B1, banyak terdapat pada biji-bijian tumbuhan seperti
padi, kacang tanah, kacang hijau, gandum, roti, sereal, jaringan,
tubuh hewan, ginjal, hati, dan ikan. Fungsinya adalah
mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati perifer,
gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati wernicke.
b) Vitamin B2, banyak terdapat pada ragi, hati, ginjal, susu, keju,
kacang almond, dan yoghurt. Fungsinya adalah memperbaiki
kulit, mata serta mencegah terjadinya hiperbilirubinemia pada
bayi baru lahir yang mendapatkan fototerapi.
c) Vitamin B3, banyak terdapat pada berbagai jenis makanan dari
hewani dan nabati seperti sereal, beras, dan kacang- kacangan.
Fungsi vitamin ini adalah menetralisasi zat racun, berperan
dalam sintesis lemak, memperbaiki kulit dan saraf, serta
sebagai koenzim
d) Vitamin B5, sumber vitamin ini melimpah di berbagai jenis
makanan, baik di tumbuhan dan hewani, sehingga jarang terjadi
kekurangan vitam B5. Fungsinya sebagai katalisator reaksi
kimia dalam pembentukan koenzim A yang berperan dalam
pembentukan energi (ATP).
e) Vitamin B6, vitamin ini banyak terdapat pada hati, ikan,
daging, telur, pisang, sayuran, fungsinya berperan dalam proses
metabolisme asam amino, proses glikogenesis pembentukan
antibodi, serta regenerasi sel darah merah.
f) Vitamin B12, vitamin ini banyak terdapat pada daging, ikan,
kepiting, telur, susu, dan tempe. Fungsinya membantu
pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan sel saraf,
dan membantu metabolisme protein.
g) Vitamin C, sumbernya banyak pada sayuran dan buah saperti
jeruk, mangga, tomat, stroberi, asparagus, kol, susu, mentega,
ikan, dan hati. Fungsinya membantu pembentukan tulang,otot,
dan kulit, membantu penyembuhan luka, meningkatkan daya
tahan tubuh, membantu penyerapan zat besi, serta melindungi
tubuh dari radikal bebas.
h) Asam Folat, sumbernya terdapat pada hati, daging, sayuran
hijau,
kacang-kacangan,
fungsinya
dalam
membantu
metabolisme, khususnya asam amino, pematangan sel darah
merah, serta mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan.
i) itamin D, sumber vitamin ini adlah ikan, telur, daging, susu,
keju, tahu, dan tempe. Fungsinya adalah meningkatkan
penyerapan kalsium, fosfor untuk kekuatan tulang dan gig,
pengaturan produksi hormon, serta pengaturan kadar kalsium
darah.
j) Vitamin A, banyak terdapat pada ikan, telur, daging, hati, susu,
wortel, labu, dan bayam. Fungsinya membangun sel-sel kulit,
melindungi sel-sel retina dari kerusakan.
k) Vitamin E, sumbernya banyak terdapat pada minyak sayur,
alpukat, kacang-kacangan, sayuran, daging, telur, susu, ikan.
Manfaat vitamin ini adalah sebagai antioksidan dengan cara
memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas.
l) Vitamin K, vitamin ini banyak terdapat pada jaringan tanaman,
sayuran, dan hewan sebagai bahan makanan, produksi oleh
bakteri usus. Fugsinya adalah membantu dalam proses
pembekuan
darah
dan
jika
terjadi
kekurangan
dapat
mengakibatkan penyakit perdarahan.
e. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena
peranannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin
tidak menghasilkan energi, tetapi merupakan elemen kimia yang
berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
f. Air
Merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam
kehidupan sel-sel tubuh. Setiap hati, sekitar 2 liter air masuk ke tubuh
kita melalui minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh
berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter, sehingga sekitar
10-11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11
liter cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui
feses, selebihnya direabsorbsi. Absorbsi air terjadi pada usus halus dan
usus besar (kolon) dan terjadi melalui proses difusi.
5. Masalah Kebutuhan Nutrisi
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri obesitas,
malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, kanker, dan
anoreksia nervosa (Jauhari dan Nasution, 2013).
a) Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan
zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah
asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala
umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang
cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan
otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa,
konjungtiva, dan lain-lain.
b) Obesitas
Obesitas
merupakan
masalah
peningkatan
berat
badan
yang
mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah
melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan
penurunan dalam penggunaan kalori.
c) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
d) Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok.
Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya
hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
e) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
f) Anoreksia nervosa
noreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak
dan
berkepanjangan,
ditandai
dengan
adanya
konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
g) Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan
insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
B. Konsep Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes melitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
(hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun
relative (Hasdianah, 2012).
Diabetes merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin atau insulin yang diproduksi tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya. Dalam metabolism tubuh, insulin bertugas
memasukan glukosa ke dalam sel sehingga dapat dihasilkan energy
(tenaga). Insulin ini adalah suatu zat atau hormone yang dikeluarkan oleh
sel beta di pankreas. Jika insulin tidak diprosuksi atau tidak dapat bekerja
sebagaimana mestinya, maka glukosa tidak dapat masuk sel, akibatnya
glukosa akan tetap didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di
dalam darah akan meningkat melebihi kadar normal (Subiyanto, 2010).
2. Etiologi
Menurut Huda (2015) terdapat beberapa macam etiologi dari diabetes
mellitus tergantung dari tipe diabetes melitus, diantaranya:
a. Diabetes Mellitus Tipe I yaitu diabetes mellitus yang bergantung pada
insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang
disebabkan oleh :
a)
Faktor genetik/Herediter, Penderita diabetes tidak mewarisi
diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau
kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
b)
Faktor imunologi (autoimun)
c)
Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang menimbulkan estruksi beta.
b. Diabetes Mellitus tipe II yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung
pada insulin. diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan
produksi insulin. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II adalah sebagai brikut : usia, obesitas, riwayat
dan keluarga.
3. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Rendy & Margareth (2012) seseorang dapat dikatakan menderita
diabetes mellitus apabila menderita dua dari tiga gejalan yaitu:
a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, banyak kencing dan penurunan berat
badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah:
Poliuria,
polidipsia,
polifagia,
berat
badan
menurun,
kesemutan, gatal, visus menurun, bisul/ luka, keputihan.
4. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah:
lemah,
a) Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler: mengenai pembuluh darah besar,
penyakit jantung koroner, (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh
darah kapiler).
3) Penyakit
mikrovaskuler,
mengenai
pembuluh
darah
kecil,
retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf
otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.
b) Komplikasi menahun diabetes mellitus
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ukus gangrene
5. Penatalaksanaan Diabetes mellitus
Beck (2011) menjelaskan bahwa tujuan diet nutrisi ini antara lain:
a. Memulihkan dan mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran
nilai yang normal sehingga mencegah terjadinya glikosuria beserta
gejala-gejalanya.
b. Mengurangi besarnya perubahan kadar glukosa darah postprandial.
tindakan ini bersama-sama dengan normalisasi kadar glukosa
darah,akan membantu mencegah terjadinya komplikasi lanjut yang
mencakup penyakit mikrovaskuler
c. Memberikan masukan semua jenis nutrien yang memadai sehingga
memungkinkan pertumbuhan normal dan perbaikan jaringan
d. Memulihkan dan mempertahankan berat badan yang normal
e. Penderita diabetes
melitus
didalam
melaksanakan diet harus
memperhatikan (3 J), yaitu: jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal
makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus diperhatikan.
6. Tipe Diet Nutrisi Pasien DM
Tipe diet nutrisi untuk pasien DM (Beck, 2011) :
1. Diet Rendah Kalori
Diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan yang kemudian
diikuti dengan diet untuk mempertahankan berat badan. Pasien DM
yang menjalani diet rendah kalori harus menyadari perlunya penurunan
berat badan dan berat badan yang diturunkan tidak boleh dibiarkan
naik kembali.
2. Diet bebas gula
Tipe diet ini digunakan untuk pasien diabetes yang berusia lanjut
dan tidak memerlukan suntikan insulin. Diet bebas gula diterapkan
berdasarkan dua prinsip:
a) Tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula
b) Mengkonsumsi makanan sumber hidratarang sebagai bagian dari
keseluruhan hidangan secara teratur.
3. Sistem penukaran hidratarang
Sistem penukarang hidratarang digunakan untuk pasien-pasien
DM yang mendapatkan suntikan insulin atau obat-obatan hipoglikemik
oral dengan dosisi tinggi. Diet yang berdasarkan sistem ini merupakan
diet yang lebih rumit untuk diikuti oleh seseorang pasien DM, tetapi
mempunyai kelebihan, yaitu diet ini lebih fleksibel dan bervariasi
ketimbang diet tipe bebas gula.
7. Pemilihan Jenis Makanan
Anies (2011), makanan yang dainjurkan untuk pasien DM adalah
makanan yang mengandung sumber karbohidrat kompleks (seperti nasi,
roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu), mengandung protein rendah
lemak (seperti ikan, ayam tanpa kulit,tempe, tahu dan kacang- kacangan)
dan sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang
diolah dengan cara dipanggang, dikukus, direbus dan dibakar). Makanan
yang mengandung karbohidrat alamiah berserat juga dianjurkan, misalkan
roti yang terbuat dari biji gandum, sayuran, kacang-kacangan, serta buah
segar
Makanan untuk diet DM biasanya kurang bervariasi, sehingga
banyak penderita DM yang merasa bosan, sehingga variasi diperlukan agar
penderita tidak merasa bosan. Hal itu diperbolehkan asalkan penggunaan
makanan penukar memiliki kandungan gizi yang sama dengan makanan
yang digantikan (Beck, 2011).
8. Pengaturan Jadwal Makan
Penderita DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama dan
3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Jadwal makan standar
untuk penderita DM yaitu:
Tabel 2.1 Jadwal Makan Penderita DM
Jenis Makanan
Waktu
Total Kalori
Makan Pagi
07.00
20%
Selingan
10.00
10%
Makan Siang
13.00
30%
Selingan
16.00
10%
Makan Sore/Malam
19.00
20%
Selingan
21.00
10%
Sumber : Waspadji (2012)
9. Standar Diet
Waspadji (2012) mengatakan bahwa standar diet DM diberikan
pada penderita DM sesuai kebutuhannya. Ada 8 jenis standar diet menurut
kandungan energi yaitu :
a. Diet DM I
: 1100 kalori
b. Diet DM II
: 1300 kalori
c. Diet DM III
: 1500 kalori
d. Diet DM IV
: 1700 kalori
e. Diet DM V
: 1900 kalori
f. Diet DM VI
: 2100 kalori
g. Diet DM VII
: 2300 kalori
h. Diet DM VIII : 2500 kalori
Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk,
Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal,
Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Nutrisi Pasien Diabetes
Mellitus
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiri dari nama, tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan diagnose
medis.
b. Identitas penaggung jawab
Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa di
hubungi selama menjalani masa rawatan di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien diabetes mellitus adalah
poliuria, polifagia, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan,
dan ulkus yang lama sembuh. Pasien yang mengalami
ketoasidosis terdapat mual, muntah, dan nyeri abdomen. pada
pasien yang mengalami sindrom HHNK terdiri atas gejala
hipotensi, dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor
kulit jelek), takikardi, dan tanda- tanda neurologis yang
bervariasi (perubahan sensori, kejang-kejang, hemiparise).
Gejala yang timbul pada pasien yang mengalami hipoglikemia
adalah badan gemetar, berkeringat, takikardia dan kecemasan
(Price & Wilson, 2012)
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien diabetes tipe I, mengalami poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, dan ketoasidosis, semuanya
terjadi akibat gangguan metabolic. Pasien dengan diabetes tipe
II juga dapat memperlihatkan gejala poliuria dan polidipsia,
tetapi umumnya asimtomatik.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus, kegemukan,
penyakit pangkreas, penyakit hormonal, konsumsi obat-obatan
(aloxan, streptozokin: sitotoksin terhadap sel-sel beta, derivat
thiazide) yang dapat menurunkan sekresi insulin, malnutrisi
(kekurangan protein kronik). Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih lanjut dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus
atau adanya riwayat obesitas dari generasi terdahulu.
d. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)
1) Pola Nutrisi
Riwayat keperawatan Diet:
a) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
b) Apakah ada diet yang dilakukan secara kusus?
c) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya?
d) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet
seperti luka bakar atau demam.
e) Adakah toleransi makan atau minum tertentu.
Faktor yang mempengaruhi diet:
a) Status kesehatan.
b) Kulture dan kesehatan.
c) Status sosial ekonomi.
d) Faktor psikologis
e) Informasi yang salah tentang makanan dan cara diet.
2) Pola eliminasi
a) Buang Air Kecil
Intake dan output pasien selama 24 jam. Dibandingkan antara
kondisi pasien yang sehat dengan kondisi pasien yang sedang
mengalami perawatan dirumah sakit. Pasien mengeluh sering
berkemih dalam sehari.
b) Buang Air Besar
Konsistensi buang air besar, jumlah, kepadatan, warna dan bau
di bandingkan saat kondisi pasien yang sehat dengan kondisi
pasien yang sedang mengalami perawatan dirumah sakit.
c) Pola tidur dan istirahat
Waktu istirahat perhari pasien di bandingkan saat keadaan
sehat dengan keadaan saat pasien dirawat dirumah sakit.
3) Pola aktifitas dan latihan
Aktifitas fisik yang dilakukan pasien atau olahraga yang di
lakuka oleh pasien.
4) Pola pekerjaan
Berat ringannya pekerjaan pasien yang dilakukan seharihari.
e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda–tanda vital.
2) Ukuran antropometri :
a) TB dan BB untukmenetukan status nutrisi
b) Lingkar kepala
c) Lingkar dada
d) Lingkar lengan atas (MAC) : Nilai normal Wanitausiasubur :
23,5 cm
e) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) :
Nilai normal wanita : 16,5-18 cm
Pria
: 12,5-16,5 cm
3) Pemeriksaan kepala
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Mengetahui kelainan
yang terdapat di kepala.Pada rambut ditemukan rambut kusam,
kering, pudar, kemerahan pecah atau patah- patah.
4) Pemeriksaan wajah
Pada pemeriksaan di wajah ditemukan wajah pucat, bibir kering,
pecah-pecah, bengkak, adanya lesi, stomatititis, membran mukosa
pucat.
5) Pemeriksaan mata
Pada pemeriksaan mata ditemukan konjungtiva pucat, kering,
esofalmus, tanda-tanda infeksi.
6) Pemeriksaan mulut dan bibir
Pada pemeriksaan mulut dan bibir ditemukan bibir pecah-pecah,
bibir kering, ada lesi dan bengkak di bagian bibir dan mulut,
stomatitis dan membran mukosa mulut pucat. Pada gusi terjadi
perdarahan dan peradangan. Terjadi edema dan hiperemis pada
lidah. Pada gigi terdapat karies, nyeri dan kotor.
7) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
8) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
9) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis
10) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
11) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
12) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepatlelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
13) Sistem neurologis
Terjadi
penurunan
sensoris,
parasthesia,
anastesia,
letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
f. Data psikologis
Adanya perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit
yang dapat mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumah sakit.
g. Data sosial
Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih dan
membeli
makanan
serta
kemampuan
keluarga
pasien
dalam
pemenuhan kesehatan.
h. Data spritual
Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh pasien dan
keluarga.
i. Data penunjang Pemeriksaan laboratorium :
1) Albumin (N: 4–5,5mg/100ml)
2) Transferi (N: 170-25 mg/100ml
3) Hemoglobin (N: 12mg%)
4) BUN (N: 10–20 mg/100ml)
5) Pemeriksaan gula darah puasa
Nilai normal
:Wholeblood
Dewasa
:70–100 mg/ dl
: 60–100 mg / dl
Bayi baru lahir :30–80 mg /dl
:60 – 100 mg / dl
Anak
6) Pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan
Nilai normal
: Dewasa
: <140 ml / dl / 2 jam
Wholeblood
: < 120 mg / dl / 2 jam (Robbins dkk, 2007)
7) Pemeriksaan gula darah sewaktu Nilai normal : 200 mg / dl
8) Pemeriksaan HB AIC (Hemoglobin Glikosilasi)
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah, untuk
memperoleh informasi kadar gula darah yang sesungguhnya,
karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam kurun waktu
2–3 bulan. Tes ini berguna untuk mengukur tingkat ikatan gula
pada hemoglobin A (AIC) sepanjang umur sel darah merah (120
hari).
9) Pemeriksaan fruktosamin
Pemeriksaan fruktosamin menggunakan metoda enzymatic
seperti pada pemeriksaan glukosa.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dalam proses
asuhan keperawatan, diagnosa keperawatan dapat ditegakkan dengan
adanya hasil pengkajian yang sudah dilakukan.
Menurut Tarwoto (2016), diagnosa keperawatan pada pasien
dengan diabetes mellitus antara lain :
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya produksi insulin.
b. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia
dan poliuria.
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati
sensori perifer, defisit fungsi motorik, neuropati otonomik.
d. Risiko tidakefektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan baru
terpapar DM, pengobatan medik dan kurang pengetahuan tentang
diabetes dan pengobatannya.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dari proses dari
proses asuhan keperawatan yaitu dengan membuat rencana yang akan
dilakukan terhadap diagnosa yang sudah ditegakkan. Berikut perencanaan
keperawatan terhadap diagnosa yang muncul pada pasien DM (Tarwoto,
2016) :
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya produksi insulin.
Tujuan : selama dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam
kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Pasien mengungkapkan tidak ada mual dan nafsu makan membaik.
2) Berat badan pasien dalam rentang ideal.
3) Intake makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, Indeks Massa
Tubuh (IMT).
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
5) Nilai Hb dalam batas normal.
6) Kadar glukosa tubuh dalam rentang toleransi.
Rencana Keperawatan :
1) Kaji status nutrisi pasien
Rasional : menentukan kebutuhan nutrisi pasien.
2) Timbang berat badan pasien setiap 3 hari sekali atau sesuai
indikasi.
Rasional : berat badan merupakan indikator status nutrisi. pasien.
Dapat juga digunakan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan merencanakan terapi nutrisi.
3) Hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien.
Rasional : kebutuhan nutrisi tubuh ditentukan oleh hasil IMT.
4) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi pasien.
Rasional : untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab kurang
nurisi dan merencanakan kebutuhan nutrisi.
5) Monitor gula darah pasien secara periodik sesuai indikasi.
Rasional : perubahan kadar gula dalam darah dapat terjadi setiap
saat dan dapat menentukan perencanaan kebutuhan kalori.
6) Monitor nilai laboratorium yang terkait dengan status nutrisi
seperti albumin, Hb, transferring, elektrolit.
Rasional : penurunan albumin indikasi penurunan protein,
penurunan Hb indikasi penurunan eritrosit darah, penurunan
transferring indikasi penurunan serum protein. Kadar otassium dan
sodium menurun pada malnutrisi.
7) Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang Diet diabetik.
Rasional : pasien DM rentan terjadi komplikasi sehingga pasien
dan keluarga harus memahami komplikasi akut dan kronik.
8) Libatkan pasien dan keluarga dalam merencanakan kebutuhan
nutrisi pasien.
Rasional : keluarga dan pasien merupakan subjek dan objek yang
dapat menentukan rencana program nutrisi dapat dilaksanakan.
9) Monitor tanda-tanda hipoglikemia.
Rasional ; pemberian obat anti diabetik atau insulin dapat
menimbulkan hipoglikemia.
10) Berikan pendidikan kesehatan tentang DM, obat-obatan dan risiko
tidak mentaati apa yang sudah diprogramkan dan program
aktivitas.
Rasional : pasien kooperatif dalam program pemulihan status
nutrisi.
11) Kolaborasi
dengan
ahli
gizi
untuk
mengidentifikasi
dan
merencanakan kebutuhan nutrisi pasien.
Rasional
:
ahli
gizi
kompeten
dalam
menentukan
dan
merencanakan kebutuhan nutrisi pasien.
12) Kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi seperti pemberian
obat antidiabetik atau insulin.
Rasional : pengobatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari peningkatan status nutrisi pasien.
b. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia
dan poliuria.
Tujuan : selama dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam
pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil :
1) Pola BAK normal.
2) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
3) Konsentrasi urine normal.
4) Berat badan pasien stabil atau tidak ada penurunan berat badan.
5) Intake cairan 1500-3000 ml per hari.
6) Kadar gula dalam darah rentang toleransi.
Rencana Keperawatan :
1) Kaji pola eliminasi urine pasien, konsentrasi urine, keadaan turgor
kulit pasien.
Rasional : menentukan status cairan tubuh.
2) Monitor intake dan output cairan pasien.
Rasional : menentukan kebutuhan dan keseimbangan cairan tubuh.
3) Monitor pemeriksaan tanda-tanda vital.
Rasional : kekurangan cairan dapat menurunkan tekanan darah,
sinus takikardia dapat terjadi pada hipovolemia.
4) Anjurkan pasien untuk minum dengan jumlah yang cukup (1500 –
3000 ml).
Rasional : pemenuhan kebutuhan cairan tubuh.
5) Laksanakan program pengobatan pemberian insulin atau obat
antidiabetik.
Rasional : menurunkan kadar gula darah sehingga efektif dalam
mengatasi poliuria.
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati
sensori perifer, defisit fungsi motorik, neuropati otonomik.
Tujuan : selama dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam
pasien dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil :
1) Keadaan jaringan kulit utuh.
2) Neuropati tidak ada.
3) Tidak terjadi luka atau ulkus diabetikus.
4) Vaskularisasi perifer baik.
5) Kebersihan kulit baik, keadaan kuku baik dan utuh.
6) Keadaan kaki utuh.
Rencana Keperawatan :
1) Kaji penampilan atau keadaan dari kebersihan kaki pasien.
Rasional : kaki merupakan bagian tubuh yang sering mengalami
gangguan integritas kulit pada pasien DM.
2) Kaji integritas kulit pasien, catat warna kulit, ada atau tidaknya
ulserasi, dermatitis.
Rasional : autonomik neuropati menyebabkan kulit menjadi kering,
kulit mudah pecah serta terjadi infeksi.
3) Kaji keadaan dan bentuk kaki, apakah ada bentuk kaki charcot,
cacat pembentukan kalus.
Rasional : neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot dan
atropi sehingga terjadi perubahan bentuk kaki. Tekanan pada kaki
yang berlebihan menimbulkan kalus yang akan mudah menjadi
luka.
4) Kaji status sirkulasi vaskuler kaki dengan palpasi, pulsasi,
ultrasound dopler.
Rasional : pasien DM mudah menimbulkan arteriosklerosis
sehingga terjadi penurunan suplai darah ke kaki.
5) Kaji adanya edema.
Rasional : keadaan edema mempermudah terjadinya luka.
6) Anjurkan kepada pasien untuk menjaga kebersihan kulit. Rasional :
mengurangi risiko infeksi dan terjadi perlukaan.
7) Anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban kulit kaki dengan
menggunakan lotion.
Rasional : kulit kaki yang kering berisiko terjadi luka.
8) Ajarkan pasien untuk melakukan senam senam kaki DM.
Rasional : menambah pengetahuan pasien tentang peningkatan
sirkulasi dengan senam kaki DM.
9) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan senam kaki DM.
Rasional : meningkatkan sirkulasi darah pada kaki.
10) Anjurkan pasien untuk menggunakan alas kaki yang lebih lembut
atau sepatu yang tidak keras.
Rasional : mengurangi terjadinya trauma dan perlukaan.
11) Instruksikan kepada pasien untuk menghindari risiko terjadinya
trauma seperti penggunaan kompres hangat, minum minuman yang
panas.
Rasional : mengurangi risiko trauma karena gangguan sensasi
neuropati.
d. Risiko tidakefektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan baru
terpapar DM, pengobatan medik dan kurang pengetahuan tentang
diabetes dan pengobatannya.
Tujuan : selama dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam
pasien dapat memperlihatkan kemampuan untuk mempertahankan gula
darah dalam rentang toleransi dan dapat menunjukkan pengetahuan
tentang perawatan diri pada pasien DM. Kriteria hasil :
1) Pasien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala DM.
2) Pasien memahami penyebab dan perjalanan penyakit DM.
3) Pasien memahami kriteria penyakit DM.
4) Pasien memahami risiko atau komplikasi yang mungkin terjadi
pada pasien DM.
5) Pasien memahami cara pengukuran gula darah.
6) Pasien mengerti terapi yang diberikan.
7) Pasien memahami perawatan pasien dengan DM.
Rencana Keperawatan :
1) Kaji latar belakang pendidikan pasien dan pengetahuan pasien
tentang penyakit DM.
Rasional : memahami dan mengukur kemampuan apa saja yang
harus disampaikan kepada pasien.
2) Kaji faktor risiko penyakit DM yang dialami pasien.
Rasional : informasi awal yang penting untuk perencanaan
intervensi lebih lanjut.
3) Kaji komplikasi yang mungkin timbul pada pasien DM seperti
hipertensi, penyakit jantung, ginjal, stroke, gangguan penglihatan
dan gangguan seksual.
Rasional : informasi adanya komplikasi pada pasien DM
merupakan indikator pasien mengalami DM pada masa yang lama.
4) Eksplorasi pengetahuan pasien tanda dan gejala DM, penyebab,
pengobatan, cara pengukuran gula darah.
Rasional : menggali kemampuan pasien dalam mengenal tanda dan
gejala, pengobatan dan cara pengukuran gula darah.
5) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tanda dan gejala DM,
penyebab, pengobatan, cara pengukuran gula darah.
Rasional : memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang
penyakit DM.
6) Jelaskan kepada pasien tentang aktivitas atau olah raga pada pasien
DM.
Rasional : latihan dapat menurunkan kadar HbA1c, meningkatkan
sensitivitas insulin, menurunkan risiko penyakit jantung dan
mempertahankan berat badan.
7) Jelaskan tentang obat – obatan DM.
Rasional : dosis obat dan risiko pemberian obat antidiabetes
penting disampaikan kepada pasien agar lebih kooperatif dalam
perawatan dan gula darah dapat terkontrol.
8) Ajarkan kepada pasien cara mengukur gula darah secara mandiri.
Rasional : pasien DM harus dapat mengontrol gula darah secara
mandiri sehingga dapat mengantisipasi risiko komplikasi.
9) Lakukan evaluasi tentang Diet, latihan, pemberian obat. Rasional :
mengetahui ketaatan pasien terhadap program yang sudah
dilakukan.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam proses
asuhan keperawatan dengan melaksanakan berbagai tindakan keperawatan
yang telah direncanakan sebelumnya dalam rencana tindakan. Adapun
intervensi pada pasien DM yaitu:
a. Mempertahankan kebutuhan nutrisi.
b. Mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit
c. Mempertahankan integritas kulit.
d. Mempertahankan gula darah dalam rentang toleransi.
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap
akhir
dari
proses
keperawatan
yang
merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya produksi insulin.
Evaluasi yang diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
b) Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia
dan poliuria.
Evaluasi yang diharapkan keseimbangan cairan teratasi.
c) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati
sensori perifer, defisit fungsi motorik, neuropati otonomik. Evaluasi
yang diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
d) Risiko tidakefektifnya regimen terapeutik berhubungan dengan baru
terpapar DM, pengobatan medik dan kurang pengetahuan tentang
diabetes dan pengobatannya.
Evaluasi yang diharapkan pasien dapat memahami perawatan pasien
dengan DM.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka.
Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data atau
sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari
berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain.
Jenis penelitian ini adalah penelitan kepustakaan (library research),
yaitu serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan
data pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya digali melalui beragam
informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan
dokumen). (Nana Syaodih, 2009)
Penelitian kepustakaan atau kajian literatur (literature review, literature
research) merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis
pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur
berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta merumuskan
kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu (Mohammad Imam
Farisi, 2010).
B. Fokus Studi
Fokus penelitian kepustakaan adalah menemukan berbagai teori,
hukum, dalil, prinsip, atau gagasan yang digunakan untuk menganalisis dan
memecahkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan. Adapun sifat dari
penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni penguraian secara teratur data
yang telah diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar
dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Fokus studi adalah asuhan keperawatan, yaitu Asuhan Keperawatan
Pasien Diabetes Mellitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.
C. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung.
Akan tetapi data tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa
buku dan laporan ilmiah primer atau asli yang terdapat di dalam artikel atau
jurnal (tercetak dan/atau non-cetak) berkenaan dengan sejarah matematika dan
peletakannya dalam aktivitas pembelajaran. Pemilihan sumber didasarkan
pada empat aspek yakni (Mohammad Imam Farisi. 2012)
(1) Provenance
(bukti), yakni aspek kredensial penulis dan dukungan bukti, misalnya sumber
utama sejarah; (2) Objectivity (Objektifitas), yakni apakah ide perspektif dari
penulis memiliki banyak kegunaan atau justru merugikan; (3) Persuasiveness
(derajat keyakinan), yakni apakah penulis termasuk dalam golongan orang
yang dapat diyakini; dan (4) Value (nilai kontributif), yakni apakah argumen
penulis meyakinkan, serta memiliki kontribusi terhadap penelitian lain yang
signifikan.
D. Kriteria literature
Kriteria literatur adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau
penetapan sesuatu literatur yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai
bahan literatur penelitian (Jimung, 2018).
1. Kriteria Inklusi
a. Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 10 tahun (2010-2020)
b. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
c. Subyek yang di teliti Manusia dewasa
d. Original artikel penelitian (bukan review penelitian) tersedia full text
2. Kriteria Eksklusi
a. Penelitian di bawah tahun 2010
b. Jurnal yang membahas di luar topik Asuhan Keperawatan Pasien
Diabetes Mellitus Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.
c. Jurnal tidak dalam bentuk full text (tidak dapat diakses penuh)
E. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan
data dengan mencari atau menggali data dari literatur yang terkait dengan apa
yang dimaksudkan dalam rumusan masalah.130 Data-data yang telah
didapatkan dari berbagai literatur dikumpulkan sebagai suatu kesatuan
dokumen yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan.
F. Analisa Data dan Penyajian Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang
kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain, (Dena
Taylor 2020).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anotasi
bibliografi (annotated bibliography). Anotasi berarti suatu kesimpulan
sederhana dari suatu artikel, buku, jurnal, atau beberapa sumber tulisan yang
lain, sedangkan bibliografi diartikan sebagai suatu daftar sumber dari suatu
topic (Dena Taylor 2020).
Dari kedua definisi tersebut, anotasi bibliografi diartikan sebagai suatu
daftar sumber- sumber yang digunakan dalam suatu penelitian, dimana pada
setiap sumbernya diberikan simpulan terkait dengan apa yang tertulis di
dalamnya.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu analisis anotasi
bibliografi. Ketiga hal tersebut adalah: (Dena Taylor 2020)
1. Identitas sumber yang dirujuk;
2. Kualifikasi dan tujuan penulis;
3. Simpulan sederhana mengenai konten tulisan; dan
4. Kegunaan/pentingnya
sumber
yang
permasalahan yang telah dirumuskan.
dirujuk
dalam
menjawab
DAFTAR PUSTAKA
Anies, (2012). Waspada ancaman penyakit tidak menular : solusi pencegahan dari
aspek perilaku dan lingkungan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Asmadi, (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika
E. Mary Back. (2011). Ilmu Gizi Dan Diet : Hubungannya Dengan PenyakitPenyakit Untuk Perawat Dan Dokter. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Garnadi, Y. (2012). Hidup Nyaman dengan Diabetes Mellitus. Jakarta:
Agromedia Pustaka
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak –
Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika
Hasriani. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi di Ruang Perawatan RSAD DR. R
Ismoyo Kota Kendari. KTI. Kendari : Poltekes Kendari
Hidayat, A. Aziz Alimul, (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia:
plikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Husnah, Zufry., Maisura, (2014). Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan
Pasien Diabetes Melitus dalam Menjalani Terapi Di Rsud Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal kedokteran syiah kuala,
Volume: 14, 62-66.
IDF. (2015). A Guide to National Diabetes Programmes. Belgium: International
Diabetes Federation.
Jauhari, Ahmad., Nasution, Nita. (2013). Nutrisi dan Keperawatan. Yogyakarta:
Dua Satria Offset
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses
darihttp://www.depkes.go.id/resources/download/general/HasilRis
kesdas2 013.pdf pada tanggal 21 Maret 2018
Krisnatuti, D. (2014). Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta:
Penebar Swadaya
Lusianah, Indaryani, Suratun. (2012). Prosedur Keperawatan. Jakarta: CV. Trans
Info Media
Maryam, Siti., Pudjiati., Gustina dan Raenah, Een. (2013). Kebutuhan Dasar
Manusia Dan Berpikir Kritis Dalam Keperawatan. Jakarta: Trans
Info Media
Misnadianly. (2006) Diabetes In Misnadianly, Diabetes Mellitus:Ganggren,
Infeksi, Mengenal Gejala . Jakarta : Pustaka Opopuler Obo
NANDA
International.
(2015).
NANDA
International
Inc.
Diagnosa
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna
Keliat, et al, Penerjemah). Jakarta: EGC
Nasrul. (2011). Hubungan Pengetahuan Tentang Diet Diabetes Mellitus Dengan
Kepatuhan Pelaksanaan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus.
Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 –
Desember 2011
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis: Nanda Nic Noc. Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT.
Rhineka Cipta Jakarta.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses
Penyakit, Ed: 6, Vol: 2. Jakarta: EGC
Subiyanto, Paulus. (2010). Self Hypnosis bagi Diabetisi. Cara Mudah Tetap
Sehat, Mandiri dan Panjang Umur. Magelang: penerbit gosyen
publishing.
Setyani. (2012). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Diabetes
Mellitus Dengan Kepatuhan Dalam Melaksanakan Diet Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di BRSD RSU RAA Soewondo
Kabupaten Pati. Skripsi : Tidak dipublikasikan
Tarwoto.,Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Empat. Jakarta: Salemba Medika
Wijaya, A.S., Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori Dan Contoh Askep. Jakarta: EGC
WHO.
(2015). Diabetes Melitus. Diakses 23 Maret 2018. From
http://www.who.int/topics/diabetes mellitus/en/
Download