Uploaded by rieapril21

INTERAKSI OBAT DRUG INTERACTION

advertisement
INTERAKSI OBAT (DRUG INTERACTION)
INTERAKSI OBAT (DRUG INTERACTION)
PENDAHULUAN
A. INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT LAIN.
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih.
Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan
effek yang merugikan atau membahayakan.
Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan effek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya
dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan “ Polypharmacy “ atau “ Multiple Drug Therapy “.
Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari dokter yang memuat lebih
dari dua macam obat. Belum lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk
penyakit yang sama dan mendapat resep obat yang baru. Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat
adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dibeli
di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai pengetahuan farmakologi tentang
obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang
kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima
pengobatan polypharmacy cukup banyak.
Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Pada dasarnya dapat digolongkan sebagai
berikut:
I. INTERAKSI FARMASETIK
Interaksi ini adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan / disiapkan sebelum
obat digunakan oleh penderita.
Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan
pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Bentuk interaksi ini ada 2 macam :
Interaksi secara fisik : misalnya terjadi perubahan kelarutan
Interaksi secara khemis : misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat
selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.
II. INTERAKSI FARMAKOKINETIKA
Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi, metabolisme, distribusi dan
ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi
absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau
dirangsang dan ekskresi dihalangi atau dipercepat.
III. INTERAKSI FARMAKODINAMIK.
Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja fisiologis obat
lain. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi :
a.Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ (sinergisme).
b.Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ).
c.Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah
BEBERAPA CONTOH INTERAKSI BETA-BLOCKER DENGAN OBAT LAIN
( Concor, dilbloc, inderal, internolol, lodoz, maintate, tenormin dll )
Interaksi beta-blocker dengan anti hipertensi
a. Beta-blocker dengan diuretika (aldactone, spirolactone, aldazide, blopress, co-diovan, lasix, hct,
letonal, hygroton)
Diuretika sering digunakan untuk terapi hipertensi. Tapi kalau diuretika saja maka hasil terapinya
terbatas. Untuk mencapai hasil yang lebih baik maka sebaiknya dikombinasikan dengan antihipertensi
lain. Percobaan di klinik menunjukan bahwa kombinasi beta-blocker dengan diuretika diperoleh kerja
antihipertensi yang lebih baik. Dalam hal ini tidak terjadi postural hipotensi dan tachycardia yang
disebabkan oleh diuretika (thiazide). Dan juga peninggian plasma renin akibat pemberian diuretika akan
dikurangi oleh beta-blocker.
b. Beta-blocker dengan vasolidator (Brainact, degrium,m duvadilan, enico,
frego, hydergin, sibelium, stugeron tanakan unalium dll)
Kombinasi obat ini akan menghasilkan efek terapi yang lebih baik. Ternyata efek sampingnya akan
berkurang. Pemberian hydralazine yang menimbulkan reflex tachycardia akan berkuirang bila
pemberiannnya dikombinasikan dengan beta-blocker.
c. Beta-blocker dengan methyldopa (Dopamet)
Penggunaan kombinasi dari methyldopa dan beta-blocker ternyata lebih aman dibandingkan dengan
pemakaiannya secara tunggal. Efek samping dari methyldopa berupa postural hipotensi akan hilang bila
diberikan bersama-sama dengan beta-blocker.
Interaksi beta-blocker dengan anti –arrhytmia.
a. Beta-blocker dengan quinidine.
Quinidine yang digunakan pada arrhythmia jantung dapat menimbulkan ventricular fibrillation. Bila
diberikan bersama-sama dengan beta-blocker maka efek samping ini berkurang.
b. Beta-blocker dengan procainamide.
Pemberian procainamide sebagai anti-arrhytmia dapat menimbulkan penurunan tekana darah yang
sangat cepat terutama bila diberikan secara intravena. Pemberian bersama-sama dengan beta-blocker
akan menyebabkan efek yang berbahaya karena bekerja sinergistik.
Interaksi beta-blocker dengan antidepressant
Pemberian antidepressant misalnya derivat tricyclic dan derivat phenothiazine dapat menimbulkan
dysrhythmia. Maka pemberian beta-blocker akan menghindarkan efek dysrhythmia akibat pemberian
antidepressan tersebut
Interaksi beta-blocker dengan anti inflammasi
Beta-blocker menghambat efek anti inflammasi dari obat-obat natrium salisilat, aminopirin, fenilbutazon,
hidrokortison. Hal ini disebabkan karena kompetisi langsung antara kedua obat ini pada reseptor yang
sama.
Interaksi beta-blocker dengan anti-angina
Gabungan kedua obat ini menghasilkan sinergisme, beta-blocker mengurangi kerja jantung dengan
mengurangi heart rate. Demikian pula nitrat berbuat hal yang sama dengan mengurangi venous return
dan volume serta tekanan dalam ventrikell kiri.
Berikut ini beberapa contoh interaksi obat dengan obat lain :
a. Norit sering dipakai untuk mengurangi kembung dan diare. Norit ini bersifat menyerap racun dan zatzat lainnya di lambung. Sifat ini sebenarnya yang dipakai untuk mengurangi kembung dan diare. Namun,
norit menyerap zat-zat di lambung hampir tidak pilih bulu sehingga obat-obat yang anda minum dalam
waktu bersamaan atau dalam rentang waktu 3-5 jam sekitar waktu makan norit juga akan ikut diserap
oleh norit. Akibatnya penyerapan obat oleh tubuh justru berkurang sehingga efek atau khasiat obat yang
anda minum tersebut akan berkurang, dan mungkin efek pengobatan tidak akan tercapai.
b.Penurunan atau pengurangan penyerapan obat oleh tubuh juga dapat terjadi jika anda mengkonsumsi
suatu obat tertentu bersamaan dengan obat, makanan atau suplemen makanan yang banyak
mengandung kalsium, magnesium, aluminium atau zat besi. Mineral-mineral ini banyak terdapat dalam
berbagai macam suplemen vitamin dan juga dalam obat maag (antasida)
c.Kalsium, magnesium, aluminium dan zat besi dapat bereaksi dengan beberapa obat tertentu, misalnya
antibiotika tetrasikiklin dan turunan fluoroquinolon seperti ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin, dan
trovafloxacin, membentuk senyawa yang sukar diabsorbsi atau diserap oleh tubuh. Satu penelitian
mengungkapkan bahwa penurunan absorbsi antibiotika karena drug interaction dengan mineral-mineral
tersebut dapat mencapai 50 – 75 %.
d.Antibiotika rifampicin dapat mengurangi efektivitas dari berbagai pil kontrasepsi. Kombinasi rifampicinpil KB ini juga dapat meningkatkan resiko terjadinya pendarahan.
e.Antihistamin sering diberikan dalam obat flu atau obat batuk. Kombinasi antihistamin dengan obat-obat
penenang atau obat-obat yang berkerja menekan system syaraf pusat seperti luminal dan diazepam
harus dihindari, sebab kombinasi ini dapat mengadakan potensiasi, sehingga dapat terjadi penekanan
system syaraf pusat secara berlebihan.
B. INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN
Pada prinsipnya interaksi obat dengan makanan dapat menyebabkan dua hal penting :
Interaksi dimana makanan atau minuman dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat atau
manfaat obat, baik melalui penghambatan penyerapannya atau dengan mempengaruhi metabolisme atau
distribusi obat tersebut didalam tubuh.
Interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya
efek samping dari obat-obat tertentu akibat dari terjadinya peningkatan kadar obat dalam darah.
Dibawah ini contoh interaksi obat berdasarkan indikasi penggunaan obat
Golongan Obat
Hal- Hal yang harus diperhatikan
Antibiotika
- Cephalosforin dan penicillin
Konsumsi antibiotik pada saat perut kosong untuk mempercepat absorbsi.
- Eritromisin
Jangan di konsumsi bersama dengan jus buah-buahan atau grape fruit yang dapat menurunkan
efektifitas obat.
- Golongan sulfa
Meningkatkan resiko kekurangan vitamin B12
- Tetrasiklin
Produk susu dapat mengurangi efektivitas obat, dan juga menurunkan absorbsi vit. C.
Antidepresan
- MAO Inhibitor
Makanan dengan kadar tyramin yang tinggi seperti daging yang diproses, bir dan anggur dapat
menyebabkan krisis hipertensi.
Golongan Trisiklik
Banyak makanan terutama daging, ikan dan makanan kaya vit C dapat menurunkan penyerapan obat.
Antihipertensi dan obat jantung
- ACE Inhibitor
Konsumsi obat pada saat perut kosong, akan meningkatkan absorbsi obat.
- Alfa blocker
Dikonsumsi dengan minuman atau makanan untuk menghindari kelebihan penurunan tekanan darah.
- Anti aritmia
Hindari konsumsi kafein karena meningkatkan / mempercepat denyut jantung.
- Beta blocker
Konsumsi obat pada saat perut kosong. Makanan terutama daging meningkatkan efek obat dan
menyebabkan pusing serta hipotensi.
- Digitalis
Hindari mengkonsumsi dengan susu dan makanan tinggi serat karena menurunkan absorsbi dan
meningkatkan kehilangan kalium.
Antikonvulsi
- Dilantin, Fenobarbital
Meningkatkan resiko anemia dan masalah yang berhubungan dengan syaraf karena defisiensi folat dan
vit B lainnya.
Obat Asma
- Pseudoefedrin
Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat meningkatkan rasa cemas dan gelisah.
- Theophyllin
Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat menyebabkan peningkatan toksisitas obat.
Tukak Peptik
- Antasida
Untuk mendapatkan manfaat maksimal, konsumsi obat 1 jam setelah makan.
- Simetidin, Famotidin dan Sukralfat
Hindari makanan berprotein tinggi, kaffein dan makanan lain yang dapat meningkatkan keasaman
lambung.
Tranquilizer
- Benzodiazepine
Tidak boleh dikonsumsi dengan alcohol. Kafein dapat meningkatkan kecemasan dan mengurangi
efektivitas obat.
Penghilang Rasa Sakit
- Aspirin dan Obat NSAID
Konsumsi makanan terlebih dahulu untuk mencegah iritasi saluran cerna. Hindari alcohol karena dapat
meningkatkan resiko pendarahan. Penggunaan yang sering dari obat golongan ini dapat menurunkan
absorbsi folat dan vit C.
Sediaan Hormon
- Kontrasepsi Oral
Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Obat ini menurunkan absorbsi folat, vit B6 dan nutrisi
lain. Tingkatkan konsumsi makanan yang kaya nutrisi dan protein untuk mencegah defisiensi.
- Steroid
Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Konsumsi makanan yang kaya kalsium, vit K, kalium
dan protein untuk mencegah defisiensi.
Laksatif
- Mineral Oil
Penggunaan yang berlebihan menyebabkan defisiensi vit A, D, E dan K.
Penurun Kolesterol
- Cholestyramin
Meningkatkan ekskresi folat dan vit A, D, E dan K.
- Gemfibrozil
Hindari makanan berlemak karena dapat menurunkan efektivitas obat dalam menurunkan kolesterol.
Anti Jamur
- Flukonazol, Ketokonazol, Itrakonazol, Griseofulvin
Hindari makanan atau minuman yang mengandung susu, keju, yoghurt, es krim atau antasida.Untuk
alcohol dapat menyebabkan efek samping berupa mual, , keram perut, muntah, sakit kepala dan
kemerahan dengan panas di muka.
Obat Penghambat enzim (Golongan Statin)
- Fluvastatin, Lovastatin, Pravastatin,
Hindari minum alcohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan hati.
simvastatin
Hindari minun lovastatin dan simvastatin bersama jus grapefruit karena dapat meningkatkan terjadinya
efek samping akibat terjadinya peningkatan kadar obat dalam tubuh.
C. INTERAKSI OBAT DENGAN MINUMAN
Interaksi obat yang dimaksud di sini adalah interaksi obat dengan minuman berupa teh, susu, kopi, dan
alcohol, contoh :
Teh mengandung senyawa tannin yang dapat mengikat berbagai senyawa aktif obat sehingga sukar
diabsorbsi atau diserap dari saluran pencernaan. Demikian pula susu. Susu mempunyai sifat dapat
menghambat absorbsi zat-zat aktif tertentu terutama antibiotika. Jika obat kurang diabsorbsi, berarti daya
khasiat atau kemanjurannya juga akan berkurang, sehingga penyembuhan mungkin tidak akan tercapai.
Tidak semua jenis obat tidak baik dikonsumsi bersama-sama dengan susu. Ada beberapa obat, terutama
yang bersifat mengiritasi lambung, justru dianjurkan untuk diminum bersama susu atau pada waktu
makan. Gunanya agar susu atau makanan tersebut dapat mengurangi efek iritasi lambung dari obat yang
dikonsumsi. Walaupun susu atau makanan dapat sedikit mengurangi daya kerja obat tersebut, namun
efek perlindungannya terhadap iritasi lambung lebih bermanfaat dibandingkan dengan efek penurunan
daya kerja obat yang sangat sedikit.
Obat-obat seperti ini, contohnya obat-obat antiinflamasi nonsteroid seperti asetosal dan ibuprofen, yang
biasa diberikan untk meredakan atau mengurangi rasa sakit, nyeri, atau demam. Begitu juga obat-obat
kortikosteroid yang biasanya digunakan untuk meredakan inflamasi (misalnya bengkak atau gatal-gatal)
seperti prednison, prednisolon, metilprednisolon dll.
Bagaimana dengan kopi? Kopi, sebagaimana kita ketahui mengandung kafein. Kafein bekerja
merangsang susunan syaraf pusat. Jadi agar efek stimulan terhadap susunan syaraf pusat tidak
berlebihan, hindari mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung kafein seperti kopi, teh, coklat,
minuman kola dan beberapa merek minuman berenergi (energy drink)
Alkohol juga akan meningkatkan resiko pendarahan lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi
bersama obat-obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga dilarang
diminum bersama dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti
propanolol. Kombinasi alcohol- propanolol dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan
membahayakan
PERAN APOTEKER DAN ASISTEN APOTEKER DALAM MENCEGAH INTERAKSI OBAT
Satu prinsip yang harus menjadi perhatian utama saat memberikan informasi kepada pasien mengenai
penggunaan obat adalah pastikan pasien untuk mengikuti petunjuk yang diberikan agar dapat
memperoleh manfaat yang maksimum dengan resiko minimum dari obat yang diminum. Adapun
informasi yang perlu disampaikan kepada pasien mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum
mengkonsumsi obat, terkait dengan kemungkinan adanya interaksi dengan makanan atau minuman
adalah :
- Pasien harus mentaati petunjuk yang terdapat pada label atau etiket yang melengkapi.
- Kapan obat seharusnya dikonsumsi, apakah sebelum atau sesudah makan, atau bersamaan dengan
makanan. Atau pada saat perut kosong.
- Boleh tidaknya obat dikonsumsi bersamaan dengan susu, kopi, teh, atau minuman lain seperti minuman
ringan atau alcohol.
- Efek yang mungkin terjadi jika suatu obat dikonsumsi dengan makanan, misalnya bisa menurunkan
atau meningkatkan absorbsi obat, atau bisa mengiritasi lambung jika diberikan sebelum makan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.
Alkohol merupakan zat adiktif dan memiliki berbagai bentuk, termasuk bir, asam cuka, anggur, tape
ketan/beras, 'alcopops' dan spirits seperti whisky, gin dan vodka.
Alkohol menjadikan otak dan badan lebih santai, dan biasanya diminum untuk efek yang menyenangkan
ini. Karena kemampuannya untuk merubah suasana hati dan menyebabkan perubahan fisik, alkohol juga dapat
menyebabkan masalah fisik, psikologis dan sosial. Banyak orang yang merasa bahwa minum alkohol secara moderat
(satu atau dua unit alkohol per hari) dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan rasa relaks, dan berfungsi
untuk mengundang selera makan. Satu unit alkohol itu sama dengan setengah pint bir berkekuatan normal atau
lager, segelas anggur, atau segelas kecil sherry atau port.
Alkohol juga akan meningkatkan risiko perdarahan lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi bersama
obat-obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga dilarang diminum bersama
dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti misalnya propranolol. Kombinasi
alkohol-propranolol dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan membahayakan keselamatan jiwa pasien.
Tape, walaupun sedikit, sudah kita ketahui mengandung alkohol, terutama tape ketan atau tape beras. Oleh sebab itu
sebaiknya kurangi atau hindari makan tape ketika Anda mengkonsumsi obat-obat yang dapat berinteraksi dengan
alkohol seperti yang diuraikan di atas.
Pengaruh makanan atau minuman terhadap obat dapat sangat signifikan atau hampir tidak berarti,
bergantung pada jenis obat dan makanan/minuman yang kita konsumsi. Selain itu harus pula difahami bahwa sangat
banyak faktor lain yang mempengaruhi interaksi ini, antara lain dosis obat yang diberikan, cara pemberian, umur,
jenis kelamin, dan tingkat kesehatan pasien.
Selain itu, orang yang minum alkohol dalam jumlah besar seringkali memiliki pola makan yang buruk dan
ini dapat menyebabkan permasalahan kesehatan lain. Alkohol merupakan zat depresif dan dapat menyebabkan atau
memperburuk masalah mental, psikologis atau emosional. Bila digunakan bersamaan dengan zat lain, seperti obat
penghilang rasa sakit yang biasa seperti parasetamol, alkohol dapat menimbulkan efek yang lebih buruk.
Oleh sebab itu apabila kita ingin meminum obat sebaiknya obat diminum dengan air putih saja agar aman
dan tidak berinteraksi dengan bahan makanan juga minuman yang mengandung alcohol.
I.2 Rumusan Masalah.
I.2.1
I.2.2
I.2.3
I.2.4
I.2.5
I.2.6
I.2.7
Apa kegunaan obat Parasetamol ?
Apa indikasi Parasetamol ?
Bagaimana kontraindikasi Parasetamol ?
Bagaimana mekanisme kerjanya ?
Bagaimana dosis pemberian Parasetamol ?
Apakah interaksi obat itu ?
Mengapa alcohol dapat berinteraksi dengan obat ?
I.3 Tujuan .
I.3.1
I.3.2
I.3.3
I.3.4
I.3.5
I.3.6
Untuk mengetahui obat Parasetamol.
Untuk mengetahui indikasi Parasetamol.
Untuk mengetahui kontraindikasi Parasetamol.
Untuk mengetahui mekanismekerja Parasetamol.
Untuk mengetahui dosis Parasetamol.
Untuk mengetahui interaksi obat.
I.3.7
Untuk mengetahui interaksi alcohol dengan obat.
BAB II
PEMBAHASAN
II .1 Interaksi Obat.
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat
atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga
dapat menimbulkan effek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi
obat dengan effek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya
penggunaan apa yang dinamakan “Polypharmacy" atau “Multiple Drug Therapy”.
Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari dokter yang
memuat lebih dari dua macam obat. Dan penderita biasanya mengonsumsi obat dengan makanan
apabila obat tersebut diminum, setelah itu penderita makan makanan yang berinteraksi dengan
obat itu sendiri dan mengakibatkan toksik atau merugikan kesehatan bagi tubuh penderita.
Belum lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang
Sama dan mendapat resep obat yang baru.
Obat dapat berinteraksi dengan obat lain maupun dengan makanan atau minuman yang
dikonsumsi oleh pasien. Hal ini dapat terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang
seorang penderita mendapat obat lebih dari satu macam obat, menggunakan obat ethical, obat
bebas tertentu selain yang diresepkan oleh dokter maupun mengkonsumsi makanan dan
minuman tertentu seperti alkohol, kafein.
Perubahan efek obat akibat interaksi obat dapat bersifat membahayakan dengan
meningkatnya toksisitas obat atau berkurangnya khasiat obat. Namun, interaksi dari beberapa
obat juga dapat bersifat menguntungkan seperti efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan
dengan beta-bloker dalam pengobatan hipertensi.
Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita
untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli di toko-toko obat secara
bebas. Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyaii pengetahuan
farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan
itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada
orang penderita yang menerima pengobatan polypharmacy cukup banyak. Mekanisme interaksi
obat bermacam-macam dan kompleks. Pada dasarnya dapat digolongkan sebagai berikut:
II.2 INTERAKSI FARMAKOKlNETIKA
Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi, metabolisme,
distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam
hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma,
metabolisme dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi atau dipercepat.
II.2.1. Perobahan absorbsi pada gastrointestinal
Perobahan absorbsi sesuatu obat oleh obat lain dapat terjadi akibat :
a. Perobahan pH.
b. Gangguan pada sistim transport.
c. Pembentukan suatu kompleks
d. Perubahan aliran darah.
II.2.2. Penggeseran ikatannya dengan protein plasma
Suatu interaksi terjadi bila suatu obat menggeser obat lain dari tempat ikatannya dengan
protein plasma sehingga kadar obat yang bebas didalam darah meningkat, akibatnya effek obat
tersebut bertambah.
II.2.3. Biotransformasi.
Biotransformasi obat terutama terjadi dimikrosoma sel hati. Mikrosoma ini sangat peka
terhadap aksi obat berarti produksi enzim-enzimnya dapat bertambah atau berkurang,
perangsangan mikrosoma mengakibatkan aktivitas obat menurun sedangkan pengharnbatan
menyebabkan aktivitas obat meningkat atau bertahan lama.
II.2.4. Perubahan ekskresi.
Bila sesuatu obat mempengaruhi ekskresi obat lain melalui ginjal, dapat terjadi perobahan
aktivitas dan lama kerja sesuatu obat.
II.3 INTERAKSI FARMAKODINAMIK.
Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja
fisiologis obat lain atau interaksi di mana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat aksi.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi :
II.3.1. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ(sinergisme).
II.3.2. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme).
II.3.3 Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.
II.4 INTERAKSI FARMASETIK.
Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di mana terjadi reaksi fisiko-kimiawi
antara obat-obat sehingga mengubah (menghilangkan) aktifitas farmakologik obat. Yang sering
terjadi misalnya reaksi antara obat-obat yang dicampur dalam cairan secara bersamaan, misalya
dalam eneti atau suntikan . Campuran penisilin (atau antibiotika beta-laktam yang lain) dengan
aminoglikosida dalam satu larutan tidak dianjurkan. Walaupun obat-obat ini pemakaian
kliniknya sering bersamaan, jangan dicampur dalam satu suntikan. Beberapa tindakan hati-hati
(precaution) untuk menghindari interaksi farmasetik ini mencakup.
Perubahan efek obat akibat interaksi obat sangat bervariasi diantara individu karena
dipengaruhi oleh berbagai eneti seperti dosis, kadar obat dalam darah, rute pemberian obat,
eneticsm obat, durasi terapi dan karakteristik pasien seperti umur, jenis kelamin, unsure enetic
dan kondisi kesehatan pasien. Tidak semua interaksi obat akan bermakna secara signifikan,
walaupun secara teoritis mungkin terjadi. Banyak interaksi obat yang kemungkinan besar
berbahaya terjadi hanya pada sejumlah kecil pasien. Namun demikian seorang farmasis perlu
selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya efek merugikan akibat interaksi obat ini untuk
mencegah timbulnya resiko morbiditas atau bahkan mortalitas dalam pengobatan pasien.
BAB III
ISI
III.1 PARASETAMOL.
Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintetis dari p-aminofenol yang
memberikan efek analgesia dan antipiretika. Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetilpaminofenol atau p-asetamidofenol atau 4’hidroksiasetanilid, bobot molekul 151,16 dengan
rumus kimia C8H9NO2 dan mempunyai struktur molekul sebagai berikut :
Parasetamol adalah derivat-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu
banyak digunakan sebagai analgetikum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran
karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya adalah analgetik dan
antipiretik, tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri
yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetiknya diperkuat
oleh kofein dengan kira-kira 50% dan kodein.
Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga
berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan
sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai
antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna.
Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah
pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami
perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Parasetamol yang dikonsumsi terus
menerus dan sudah lewat masa kadaluarsanya dapat menyebabkan gejala kerusakan hati.
Dalam golongan obat analgetik, parasetamol atau nama lainnya asetaminofen memiliki
khasiat sama seperti aspirin atau obat-obat non steroid antiinflamatory drug (NSAID) lainnya.
Seperti aspirin, parasetamol berefek menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi
sedikit aktivitasnya sebagai penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat
NSAIDs, obat ini tidak memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang) dan tidak menyebabkan
gangguan saluran cerna maupun efek kardiorenal yang tidak menguntungkan.
Karenanya cukup aman digunakan pada semua golongan usia. Selama bertahun-tahun
digunakan, informasi tentang cara kerja parasetamol dalam tubuh belum sepenuhnya diketahui
dengan jelas hingga pada tahun 2006 dipublikasikan dalam salah satu jurnal Bertolini A, et. al
dengan topik Parasetamaol : New Vistas of An Old Drug, mengenai aksi pereda nyeri dari
parasetamol ini. Ternyata di dalam tubuh efek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh
aktivitas tak langsung reseptor canabinoid CB1.
Di dalam otak dan sumsum tulang belakang, parasetamol mengalami reaksi deasetilasi
dengan asam arachidonat membentuk N-arachidonoylfenolamin, komponen yang dikenal
sebagai zat endogenous cababinoid. Adanya N-arachidonoylfenolamin ini meningkatkan kadar
canabinoid endogen dalam tubuh, disamping juga menghambat enzim siklooksigenase yang
memproduksi prostaglandin dalam otak. Karena efek canabino-mimetik inilah terkadang
parasetamol digunakan secara berlebihan.
Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat.
Prosentase Pengikatan pada protein-nya 25%, plasma t ½ -nya 1-4 jam. Antara kadar plasma
dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati, zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis
yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat-glukuronida dan sulfat (Tjay dan Rahardja, 2002).
III.2 Mekanisme Kerja.
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan. Parasetamol
menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki
khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim
siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi. Sebagaimana
diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2,
suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol menghambat enzim
siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat
konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti
inflamasi.
Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah
bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif .
Metabolisme parasetamol terjadi di hati. Metabolit utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan
konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab
terhadap efek toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p-benzo-kuinon imina).
Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini segera
didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui ginjal . Namun apabila pasien
mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga
menyebabkan kerusakan hati.
III.3 Indikasi.
Mengurangi rasa sakit kepala, sakit gigi, dan menurunkan panas. Paracetamol aman
diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap dianjurkan pada wanita hamil untuk
meminum obat ini bila benar benar membutuhkan dan dalam pengawasan dokter.
III.4. Kontra Indikasi.
Hifersensitif dengan Parasetamol dan defisiensi glucose -6-fosfat dehidroganase dan tidak boleh digunakan
pada penderita dengan gangguan fungi hati.
III.5 Efek samping
Jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada penggunaan
kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan
nekrose hati yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang
pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis
diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein
dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis
diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah,
dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar
(asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah
intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan
aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu.
III.6 Farmakodinamik
Efek analgetik parasetamol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasi
parasetamol sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik
(Ganiswara, 1995)
III.7 Farmakokinetik
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam
(Ganiswara, 1995)
III.8 Dosis Parasetamol.
Dosis maksimal sebesar 4.000 mg untuk orang dewasa tampaknya sangat besar dan tidak
mungkin tercapai. Tapi tanpa kita sadari, dosis sebesar itu bisa saja kita konsumsi. Bayangkan
saja, sebagian besar obat panas dan sakit kepala (untuk orang dewasa) berisi Parasetamol dengan
kandungan sekitar 500 mg. Bahkan pada saat ini sudah tersedia obat dengan kandungan
Parasetamol yang lebih besar daripada 500 mg, misalnya 650 mg. Itu artinya, 4.000 mg akan
setara dengan hanya 6-8 butir obat. Bila sakit kepala hebat dan kita mengonsumsi obat tersebut
3-4 kali sehari dan setiap kalinya 2 tablet, maka dosis tersebut akan tercapai bahkan terlewati.
III.9 Interaksi obat Parasetamol.






Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif.
Kombinasi dengan obat penyakit AIDS zidovudin meningkatkan resiko neutropenia.
Parasetamol/asetaminofen dilarang dikonsumsi dengan alcohol (tape ketan dan beras) karena
akan mengakibatkan resiko pendarahan dilambung dan kerusakan hati.
Parasetamol diduga dapat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin.
Paracetamol sering dikombinasikan dengan aspirin untuk mengatasi rasa nyeri pada rematik
sebab paracetamol tidak mempunyai efek anti inflamasi seperti aspirin sehingga bila kedua obat
ini digabung maka akan didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada penyakit rematik.
Parasetamol diduga dapat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin.
Bagaimana kerusakan organ hati bisa terjadi ?
Saat kita mengonsumsi Parasetamol, sebagian besar dari obat tersebut akan diserap
dengan cepat melalui dinding usus ke dalam pembuluh darah. Namun ada sekitar 25% obat akan
langsung dibuang melalui organ hati. Hati akan mengubah Parasetamol menjadi bentuk yang
mudah dibuang melalui urin.
Mekanisme kerusakan hati akibat Parasetamol sesungguhnya disebabkan oleh kenyataan
tersebut. Dalam dosis normal, substansi yang terbentuk tidak berbahaya dan mudah dibuang,
namun dalam keadaan overdosis, terbentuklah suatu substansi yang toksik yang dikenal dengan
nama N -acetyl-benzoquinoneimine (NAPQI). Dan substansi inilah yang menjadi biang kerok
kerusakan hati.
Parasetamol memang memiliki rentang keamanan yang cukup sempit. Artinya, sedikit
dosis melebihi dosis maksimal sudah berpotensi menimbulkan efek samping. Bahkan bila kita
mengonsumsi dosis berlebih dalam jangka pendek, efek samping akut masih bisa terjadi. Pada
sebagian orang, misalnya para pengonsumsi alkohol dan penderita gangguan hati, dosis yang
lebih kecil sudah bisa menimbulkan efek samping.
Parasetamol dalam kemasan cair yang diperuntukan bagi anak pun bisa menimbulkan
overdosis karena dosis per sendok yang tidak standar. Misalnya ada produk yang memiliki
kandungan Parasetamol sekitar 120 mg per sendok takar, tapi ada pula yang sekitar 160 mg per
sendok takar. Suatu perbedaan dosis yang cukup jauh, khususnya bagi anak-anak. Bila orang tua
tidak menyadari perbedaan ini dan mengonsumsi sendiri tanpa petunjuk dokter (karena
parasetamol toh dijual bebas di warung), kesalahan bisa saja terjadi.
Apa yang harus dilakukan?
Lebih berhati-hati saat mengonsumsi obat. Baca kandungan obat yang diberikan,
khususnya bila obat tersebut adalah obat bebas.
1.
2.
Ikuti petunjuk dokter bila obat tersebut berdasarkan resep dokter
Jangan menambahkan obat bebas saat mengonsumsi obat dokter kecuali telah
disetujui oleh dokter
3.
4.
Utamakan pencegahan penyakit, bukan penyembuhan
Bila merasa ada yang aneh setelah mengonsumsi suatu obat, segera hubungi
dokter Anda.
5.
Beberapa poin penting yang perlu dicermati dalam penggunaan parasetamol :

Hentikan penggunaan parasetamol bila demam berlangsung lebih dari 3 hari atau nyeri
semakin memburuk lebih dari 10 hari, kecuali atas saran dokter.

Bagi ibu hamil dan menyusui, konsultsikan dengan dokter jika hendak menggunakan obat
ini.

Orang dengan penyakit gangguan liver sebaiknya tidak menggunakan obat ini.

Konsultasikan dengan dokter sebelum mengkombinasi parasetamol dengan obat-obat
NSAID, antikoagulan (warfarin), ataupun kontrasepsi oral.

Penggunaan parasetamol bersama alkohol dpat meningkatkan toksisitas hati.

Konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan kadar parasetamol dalam tubuh.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan.
Parasetamol seharusnya tidak dikonsumsi bersamaan dengan alkohol, apalagi pada tape
ketan dan tape singkong, karena tape ketan dan singkong mengandung alkohol yang bisa
berinteraksi dengan beberapa macam obat salah satunya Parasetamol. Karena akan
mengakibatkan resiko pendarahan dilambung dan kerusakan organ hati.
IV.2 SARAN.
Sebaiknya dalam mengonsumsi Parasetamol tidak bersamaan alkohol atau tape
ketan dan tape singkong. Karena obat akan berinteraksi dan menyebabkan kerusakan beberapa
organ tubuh terutama kerusakan organ hati dan lambung. Lebih baik mengonsumsi obat dengan
air putih, karena air putih akan melarutkan obat dalam lambung dsengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://myzavier.blogspot.com/2009/06/mengenal-parasetamol.html
http://mysoulmate.web.id/archives/tag/spiramycin-tramadol-dan-paracetamol
http://ekapur.blogspot.com/2009/03/amankah-parasetamol-bagi-anda.html
http://kangtotong.blogspot.com/2009/08/pengaruh-metabolit-obat-terhadap_14.html
http://klinikku.wordpress.com/2009/08/05/hati-hati-minum-parasetam
kuliah
Jumat, 31 Mei 2013
proses Interaksi Obat dengan makanan
1. Macam-macam proses Interaksi Obat dengan makanan
Berikut merupakan macam-macam proses interaksi obat dan makanan dan efek yang ditimbulkan
dalam tubuh kita.
a. Makanan yang meningkatkan efek beberapa obat
Obat yang efeknya dapat ditingkatkan oleh makanan dan biasanya harus digunakan bersama
dengan makanan agar didapatkan efek yang tetap.
b. Obat jantung β bloker
Digunakan untuk mencegah angina, untuk menormalakan kembali denyut jantung yang tidak
beraturan, dan untuk menaggulangi tekanan darah tinggi. Nama paten pemblok beta Tenormin,
Inderal,lopresor. Karbamazapin (tagretol) anti konvulsan yang digunakan untuk mencegah serangan
Diazepam (Valium) – suatu transkuliansia Diuretika digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi
dan layu jantung. Nama paten diuretika yang berinterakasi : Anhydron, Aquatag, aquetnsin, diucardin,
diulo, diuril, enduron, hydromox. Hidralazine (apresoline) digunakan untuk menanggulangi tekanan arah
tinggi. Nitrofurantoin (furadantin, Macrodantin) suatu anti mikroba digunakan untuk mengobati infeksi
saluran kemih. Fenitoin (dilantin) suatu anti konvulsann digunakan untuk mencegah serangan
Spironolakton (aldactazide, aldactone) suatu diuretika digunakan untuk menanggulangi tekanan darah
tinggi dan layu Jantung.
c. Makanan yang menurunkan efek beberapa obat
Makan obat berikut ini satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan untuk mencegah
interaksi yang mungkin menurunkan efek obat. Kaptoril (capoten) digunakan untuk menanggulangi
tekanan darah tinggi dan layu jantung. Pengecualian antibiotika yang tidak dipengaruhi oleh makanan :

Amoksisilin (amoksil, larotid, polymox)

Eritromisin estolat (liosone)

Bakampisilin (spectrobid)

Minosiklin (minocin)

Doksisilin (doxcychel)

Hetasalin (Versapen)
d. Makanan Beralkali Metenamin (hiprex, Mandelamine, Urex)
Efek metanamine dapat berkurang. Metanamine digunakan untuk mengobati infeksi saluran
kemih (kandung kemih Dan ginjal). Akibatnya :
Infeksi mungkin tidak terobati dengan baik. Hindari makanan beralkali seperti : amandel, susu mentega,
kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan (kecuali berry. Prem yang dikeringkan),
susu, sayuran (kecuali Jagung)
e. Makanan beralkali Kinidin (Cardioquin, duraquin, quinaglute dura tabs, Quinora)
Efek kinidin dapat meningkat, kinidin digunakan untuk menormalkan denyut jantung yang tidak
beraturan. Akibatnya mungkin menjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak kinidin disertai
gejala jantung berdebar atau denyut jantung tidak teratur, pusing sakit kepala, telinga berdaging, dan
gangguan
penglihatan.
Hindari makanan beralkali seperti : amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa
susu, buah-buahan, sayuran (kecuali Jagung)
f. Makanan beralkali Kinin (coco Quinine, Quinamm, Quinine)
Efek Quinine dapat meningkat. Kinin adalah obat bebas yang digunakan untuk mengobati
malaria dan untuk kejang kaki malam hari. Akibatnya mungkin dapat menjadii efek samping merugikan
karena terlalu banyak kinin disertai gejala pusing dan sakit kepala, telinga berdenging, dan gangguan
penglihatan. Hindari makan beralkali seperti : amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa,
kelapa susu, buah-buahan, sayuran (kecuali Jagung)
g. Makanan Berkofein Obat asma gol teofilin
Efek obat asama dapat meningkat . obat asama melebarkan jalan udara dan memeudahkan
pernapasan penderita asma, akibatnya mungkin menjdai efek samping merugikan karena terlalu banyak
teofilin disertai gejala mual, pisong, sakit kepala, mudah tersinggung, tremor, insomnia, trakhikardia,
nama paten obat asma golongan teofilin. Sumber kafein adalah : Kopi teh kola dan mnuman ringan,
coklat, beberapa pil pelangsing yang dijual bebeas, sediaan untuk flu/ batuk, nyeri, dan sakit yang
menggangu akibat haid
h. Makanan berkarbohidrat asetaminofen
Asetaminofen dapat berkurang asetaminofen adalah obat penghilang nyeri dan demam yang
masyhur. Akibatnya nyeri dan demam mungkin tidak hilang sebagaimana mestinya. Sumber karbohidrat
: roti biscuit aroma jeli, dll. Nama paten asetaminofen : Anacin-3, Datril, liquprin.
i.
Sate sapi atau hamburger obat asma turunan teofilin
Efek obat asama dapat berkurang obat asama membuka jalan udara di paru-paru dan
mempermudah pernapasan penderita asma akibatya : asma mungkin tidak terkendali dengan baik.
j.
Makanan berlemak – Griseofulvin (Fluvicin P/G, Fluficin U/F, Griseofulvin V, Grisactin, Gris PEG)
Efek griseofulvin dapat meningkat griseofulvin diberikan secara oral untuk mengobati infeksi
jamur
pada
rambut,
kulit,
kuku
tangan,
dan
kuku
kaki.
Interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan griseofulvin sebaikanya ditelan pada
saat
makan
makanan
berlemak
seperti
:
Alpukat, daging sapi, mentega, kue, kelapa susu, selada ayam, kentang goring, ayam goreng.
k. Makanan berserat banyak digoksin
Efek digoksin berkurang digoksin digunakan untuk mengobati layu jantung dan untuk
menormalkan kembali denyut jantung yang tak beraturan akibatya kondisi yang diobati mungkin tidak
terkendali dengan baik. Gunakan digoksin satu jam sebelum atau sesudah makan yang berserat seperti :
Sari buah prem, seralia beras, makanan dari gandum, biji-bijian, sayuran mentah, sayuran berdaun.
l.
Makanan berprotein tinggi (daging, produk susu) – levodopa
Efek levodopa dapat berkurang. Levodopa digunakan untuk mengendalikan tremor pada
penderita penyakit Parkinson. Akibatya : kondisi yang diobati terkendali dengan baik. Hindari atau
makanlah sedikit makanan berprotein tinggi.
m. Sayuran berdaun hijau Tiroid (Amour Thyroid)
Efek tiroid mungkin dilawan. Tiroid diberikan untuk memperbaiki hipotiroidisme (kelenjar tiroid
tidak berfungsi sempurna) dan gondok (pembesaran kelenjar tiroid). Hindari makan sayuran berdaun
hijau seperti asparagus, brokoli, bunga kol, kol, kangkung, buncis.
n. Kayu manis (licorice) obat tekanan darah tinggi
Efek obat tekanaan darah mungkin dilawan. Akibatnya tekanan darah mungkin tidak terkendali
dengan baik. Jangan makan kayu manis alam kayu manis buatan boleh saja.
o. Kayu manis (licorice) obat jantung digitalis
Efek digitalis dapat meningkat. Digitalis digunakan pada layu jantung dan untuk menormalkan
kembali denyut jantung yang tak beraturan akibatya mungkin terjadi efek samping merugikan karena
terlalu banyak digitalis disertai gejala mual bingung gangguan penglihatan, sakit kepala tak bertenaga
jangasn makan kayu manis alam
p. Susu dan produk susu – antibiotika tetrasiklin
Efek tetrasiklin dapat berkurang. Tetrasiklin adalah antibiotika yang digunakan untuk melawan
infeksi akibatnya infeksi yang diobati mungkin tak terkendali dengan baik. Untuk mencegah interaksi,
gunakan tetrasiklin satu atau dua jam dedudah minum susu atau produk susu lain. Kekecualian
:doksisiklin , monosiklin.
q. Garam lithium (eskalith, lithane, lithobid)
Makanan berkadar garam rendah meningkatkan efek litium sedangkan yang berkadar garam
tinggi menurunkan refek litium. Litium digunakan untuk menanggulangi beberapa gangguan jiwa yang
berat.
Makanan yang mengandung terlalu sedikit garam dapat menimbulkan keracunan lithium
dengan gejala pusing, mulut kering, lemah, bingung, tak bertenaga, kehilangan selera makan, mual nyeri
perut, nanar, dan bicara tidak jelas. Jika makanan mengandung garam terlalu banyak, kondisi yang
diobati mungkin tidak terlalu baik. NaCl terdapat didalam bermacam-macam makanan
r.
Makanan yang mengandung tiramin – antidepresan jenis IMAO (EUtoniyl, Marpan, Nardil, Parnete)
s. Kombinasi ini dapat meningkatkan tekanan darah dengan nyata, akibatya sakit kepala berat, demam,
gangguan penglihatan, bingung yang mungkin,diikuti oleh perdarahan otak. Tiramin adalah stimulant
syaraf pusat,anti depresan digunakan untuk meningkatkan tekanan jiwa dan memeperbaiki suasana
hati. Depresan jenis IMAO ini sudah tidakk begitu banyak digunakan lagi sejak ditemukanya
antidepresan yang lebih aman seperti Elavil, Sinequan, dan Desyrel.
t.
Hindari makan mengandung tiramin seperti : Alpukat, kentang bakar, pisang buncis, bir, sosis, keju, hati
ayam, ciklat, kopi minuman kola, korma, (dalam kaleng), pengepuk daging, kacang sup kemas, cabe acar
ikan,haring, rasberi, salami, acar, kol, sosis, kecap, anggur, ragi. Makanan yang mengandung vitamin B6
piridoksin. Efek levodopa dapat berkurang. Levodopa digunakan untuk mengendalikan tremor pada
penderita penyakit Parkinson. Akibatya : kondisi yang diobati terkendali dengan baik. Hindari makanan
yang kaya vitamin B6 : alpukat, ragi roti, Ragi beras.
Makanan yang kaya vitamin K antikoagulan ( athrombin K, Caufarin, Caumadin, dikumarol. Efek
anti koagulan dapat berkurang. Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah dan mencgah
pembekuan darah. Akibatnya : darah mungkin tetap membeku meski penderita sedang berobat dengan
antikoagulan Untuk mengurangi interaksi ini, jangan makan terlalu banyak makanan vitamin K : Hati,
sayuran berdaun (asparagus, brokoli, kol, kembang kol, kangkung, kapri, bayam, lobak)
a. Obat cacing (pirantel pamoat) juga lebih baik diminum dengan susu atau sesudah makan, karena akan
terjadi peningkatan absorpsi dengan makanan/susu.
2. Macam-Macam Lambang (Warna) Label Obat Berdasarkan Peraturan Undang –
Undang
a. Obat Bebas
Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket
serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit saat obat
diperlukan, jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga pemakainnya tidak memerlukan
pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh
karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama kemasannya.
Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer (parasetamol), vitamin
dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam golongan ini, namun dikelompokkan sendiri
dalam obat tradisional (TR).
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual
atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi
panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat
pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:
Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang seorang
asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker), karena diharapkan
pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat bebas terbatas.
Contoh obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan krim antiseptik.
c. Obat Keras
Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan
ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. Yang termasuk golongan ini
adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk didalamnya narkotika dan
psikotropika tergolong obat keras.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital
d. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin
Note:
1) Obat bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daftar W (Warschuwing) atau OTC (over the
counter).
2) Pada obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6.
3) Obat keras nama lain yaitu obat daftar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dengan resep dokter.
4) OWA (obat wajib apoteker) yaitu obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker pengelola apotek
(APA), hanya bisa didapatkan di apotek.
Obat Wajib Apotek (Owa)
Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan
khususnya akses obat pemerintah mengeluarkan kebijakan OWA.
OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada
pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus dilakukan
dalam penyerahan OWA.
Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat, umur)
serta penyakit yang diderita.
Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien.
Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube.
Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-indikasi,
cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang
disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.

Jenis OWA
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obat yang
digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien.
Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan
mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.
Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan:
1) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang
tua di atas 65 tahun.
2) Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
3) Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4) Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
5) Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan
sendiri.
Obat Generik versus Obat Paten
Obat generik adalah obat yang mengandung zat aktif sesuai nama generiknya, contoh
parasetamol generik berarti obat yang dibuat dengan kandungan zat aktif parasetamol, dipasarkan
dengan nama parasetamol, bukan nama merek seperti Panadol (Glaxo), Pamol (Interbat), Sanmol
(Sanbe). Atau obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
Obat paten adalah obat dengan nama dagang dan menggunakan nama yang merupakan milik
produsen obat yang bersangkutan. Misal: Lipitor (Pfizer), produk innovator/originator yaitu merek
dagang untuk Atorvastatin.
Produsen obat dalam negeri lebih banyak mengeluarkan obat me-too, alias versi generik dari
obat yang telah habis masa patennya yang lalu diberi merek dagang. Kalangan perusahaan farmasi di
Indonesia — sekali lagi, yang lokal — cenderung memposisikan produk semacam ini sebagai “obat
paten” (mungkin karena mereknya didaftarkan di kantor paten), walau sebenarnya lebih tepat disebut
sebagai “branded generic”, alias obat generik bermerek itu tadi.
Obat generik ditargetkan sebagai program pemerintah untuk meningkatkan keterjangkauan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas khususnya dalam hal daya beli obat. Oleh karena pemasaran
obat generik tidak memerlukan biaya promosi (iklan, seminar, perlombaan, dll) maka harga dapat
ditekan sehingga produsen (pabrik obat) tetap mendapat keuntungan, begitu pula konsumen mampu
membeli dengan harga terjangkau.
Pada awal kebijakan ini diluncurkan (awal tahun 1990-an), pemerintah mencanangkan
penggunaan obat generik (OG), artinya pabrik pembuat obat tidak boleh mencantumkan logo pabrik,
namun tetap mencantumkan nama pabriknya. Seiring berjalannya waktu, desakan datang dari produsen
obat menginginkan adanya logo pada obat buatannya. Maka muncullah Obat Generik Berlogo (OGB).
Pemerintah merasa perlu meluluskan permintaan industri ini asal harga OGB tetap dikontrol oleh
pemerintah (khususnya Depkes). Oleh karena itu, sekarang dapat kita jumpai parasetamol produk
generik dengan logo yang berbeda-beda, contoh: Kimia Farma, Indo Farma, Dexa Medica, Hexpharm, dll.
3. Macam-Macam Instruksi Dan Kode Aturan Pakai
Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat
mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika berada dalam sediaan
tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus
bukan dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi yang diinginkan.
Ketikapun bagi kita yang berpraktek di apotek, maka perlu diperhatikan benar etiket obat yanbg dibuat.
Misalnya tablet dengan kaplet itu berbeda, atau tablet yang harus dikunyah dulu (seperti obat maag
golongan antasida), seharusnyalah etiket obat memuat instruksi yang singkat namun benar dan jelas.
Jangan sampai pasien menjadi bingung dengan petunjuk etiket obat. Oleh karena itu penting sekali bagi
kita semua untuk mengetahui bentuk sediaan obat.
a. Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian luar.
b. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan
pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer.
c. Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa
bahan tambahan.
1) Tablet kempa
Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung desain
cetakan.
2) Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan
3) Tablet trikurat
Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang ditemukan
4) Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan
injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
5) Tablet sublingual
Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan tablet di bawah lidah.
6) Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
7) Tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab.
Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"
8) Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga mulut, mudah ditelan, tidak
meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
d.
Pil (pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan
untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak
ditemukan pada seduhan jamu.
e. Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain
menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul
yang lebih besar.
e. Mudah ditelan
f. Kaplet (kapsul tablet)
Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.
g. Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak
dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan sedian cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan
topikal (kulit).
h. Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair.
macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma),suspensi topikal (penggunaan
pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),suspensi optalmik,suspensi sirup kering.
i.
Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu
terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat
pengemulsi.
j.
Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang
disari.
k. Ekstrak (extractum)
Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisisa nabati
atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang sesuai.kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku
yang ditetapkan.
l.
Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada
suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.
m. Imunoserum (immunosera)
Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan
dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular0 dan mengikut
kuman/virus/antigen.
n. Salep (unguenta)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
o. Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal,
vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan
adalah :

Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan inflamasi karena
hemoroid.

Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk anti muntah,kloral
hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik.
p. Obat tetes (guttae)
Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam
atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan
setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope indonesia. Sediaan
obat tetes dapat berupa antara lain : guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares
(tetes telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).
q. Injeksi (injectiones)
Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat
diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
Aturan minum obat
Aturan minum obat yang paling baik adalah sesuai dengan petunjuk. Penting diperhatikan
adalah waktu yang tepat untuk minum obat, agar didapatkan khasiat maksimal dari obat. Selain itu,
kerja obat yang tidak maksimal bisa menjadikan efek samping yang tidak diinginkan. Misal saja, karena
obat tidak terserap dengan maksimal menyebabkan dosis berkurang, sehingga penyakit menjadi
kebal.
Sebagian obat diminum setelah makan, namun yang lain mempunyai aturan minum
sebelum makan. Bahkan, ada obat yang dianjurkan diminum ketika sedang makan (di sela-sela waktu
makan). Selain itu, sebagian obat dikonsumsi dengan cara ditelan, yang lain diharuskan untuk dikunyah.
Berikut ini adalah beberapa aturan minum obat dan juga cara mengkonsumsi ataupun larangan
setelah minum obat.

Diminum Sebelum Makan
Biasanya, waktu minum obat adalah 1 jam sebelum makan. Untuk mendapatkan khasiat yang
maksimal, obat diminum pada saat perut dalam keadaan kosong. Oleh karena makanan bisa
mengganggu proses penyerapan obat ke dalam darah. Obat seperti ini tidak mengiritasi usus. Sebagai
contoh adalah obat maag tertentu.

Diminum Sesudah Makan
Obat diminum sekitar 15 menit setelah makan. Obat yang dianjurkan diminum setelah makan,
salah satunya karena mempunyai sifat mengiritasi lambung atau saluran pencernaan lain.

Diminum Di Tengah Makan (Sedang Makan)
Obat tertentu, dianjurkan untuk diminum di saat sedang makan. Demikian, karena obat
bersangkutan menjadi rusak atau tidak bermanfaat untuk kesembuhan apabila kontak dengan asam
lambung. Terkadang, beberapa obat yang mempunyai fungsi untuk membantu proses pencernaan atau
membantu penyerapan nutrisi makanan juga diminum ketika sedang makan.

Diminum Bersama Air Putih
Air putih dapat memudahkan obat untuk sampai di pencernaan, jika dibandingkan dengan air teh
manis, kopi, dan lain-lain; kecuali atas petunjuk dari dokter.

Harus Dikunyah
Beberapa obat antasida/maag aturan mengkonsumsinya adalah dengan cara dikunyah,
dimaksudkan agar proses penyerapan obat menjadi cepat.

Harus Ditelan, Jangan Dikunyah
Obat demikian mempunyai lapisan luar yang berguna untuk menghindari iritasi pada alat
pencernaan atau mempunyai fungsi lain. Lapisan ini akan hancur jika dikunyah.

Harus Dihabiskan
Obat dalam kategori antibiotik harus dihabiskan, meskipun penderita sudah sehat. Dosis yang
telah diberikan oleh dokter adalah ukuran untuk mematikan bakteri patogen keseluruhan. Apabila tidak
dihabiskan, kemungkinan meninggalkan bakteri patogen yang masih hidup. Sehingga, suatu saat jika
terjangkit penyakit lagi/kambuh akan menjadi resisten (kebal) pada obat yang sama.

Dilarang Mengendarai Kendaraan
Efek samping beberapa obat adalah menyebabkan kantuk. Oleh karena itu, pengguna obat
semacam ini tidak diperbolehkan untuk mengendarai kendaraan.
4. Macam-Macam Alergi , Penyebab Dan Ciri-Cirinya
a. Jenis Alergi :

Asma
Asma adalah peradangan saluran pernafasan yang mengakibatkan kesulitan bernafas karena
menyempitnya saluran udara bronkial sehingga pasokan udara ke paru-paru menjadi kurang. Asma tidak
selalu disebut alergi, namun disebut sebagai gejala alergi yang disebabkan oleh alergen yang terhirup.
Gejala-gejala asma yang umum adalah nafas pendek, batuk, nafas berbunyi dan dada sesak.

Alergi Selaput Lendir hidung (Rhinitis)
Alergi jenis ini dapat didiagnosa karena ada peradangan di dalam saluran hidung. Alergi ini
dialami oleh 1 dari 5 orang di Amerika dan dikenal sebagai gejala sakit yang umum diseluruh dunia. Ini
memicu berbagai gejala yang lain termasuk hidung tersumbat dan gatal, bersin-bersin, mata berair,
hidung beringus, post nasal drip (sensasi menetesnya lendir di belakang hidung) dan hidung berair.
Alergi selaput lendir hidung secara garis besar digolongkan menjadi dua grup, yaitu terusmenerus dan musiman. Alergi yang terus menerus disebabkan oleh kontak dengan alergen secara terus
menerus seperti debu dan tungau (kutu mikroskopik), jamur dan bulu binatang. Alergi jenis ini yang
musiman juga disebut sebagai demam rumput kering (hay fever), disebabkan serbuk sari yang terbang
musiman. Kejadian alergi musiman akan timbul disaat musim serbuk sari berkembang.

Alergi mata atau alergi Konjungtivitis
Alergi ini disebabkan oleh peradangan selaput yang meliputi bola mata dan struktur dibawah
bola mata. Ada 5 gejala umum dari alergi konjungtivitis yaitu, bertambahnya produksi airmata, putih
mata menjadi merah begitu juga bagian dalam kelopak mata, mata menjadi gatal, pandangan kabur dan
pembengkakan kelopak mata atau sekitarnya.

Alergi Eksim
Alergi eksim atau kulit meradang adalah alergi akibat bakteri yang berkembang di kulit. Karakter
umum alergi kulit ini adalah peradangan atau iritasi pada kulit, bisa gatal ataupun tidak gatal. Gejalanya
berbeda pada tiap orang.

Kulit berbintik-bintik merah, gatal dan bengkak.
Dikenal juga dengan urtikaria, karakter alergi ini adalah kulit menjadi merah pucat serta benjol
bengkak di beberapa bagian kulit yang muncul karena kontak dengan alergen. Kulit menjadi gatal dan
kadang menyebabkan rasa seperti terbakar atau tersengat. Ini bisa muncul pada semua bagian tubuh
termasuk permukaan kulit, telinga, tenggorokan dan lidah. Biasanya berbentuk bentol-bentol kecil, tapi
pada beberapa kasus, urtikaria bisa menyebabkan benjolan sebesar piring makan.

Alergi Makanan
Ini adalah payung dari alergi yang biasanya disebut ketidak-toleranan terhadap jenis makanan.
Ada beberapa jenis makanan yang bisa menyebabkan alergi yang umumnya timbul pada masyarakat
Amerika termasuk alergi susu, kacang, alergi telur, alergi ikan, alergi kerang dan kedelai. Jelly Gamat
luxor Solusi Alergi!!
b. Faktor Penyebab Alergi
Untuk membantu menjawab pertanyaan ini, marilah kita lihat pada beberapa contoh-contoh
rumah tangga yang umum. Beberapa bulan setelah kedatangan seekor kucing didalam rumah, ayah
mulai mendapat mata-mata yang gatal dan episode-episode dari bersin. Satu dari tiga anak
mengembangkan batuk dan mencuit-cuit, terutama ketika kucing itu masuk kedalam kamar tidurnya.
Ibu dan kedua anak lainnya tidak mengalami reaksi apa saja terhadap kehadiran kucing. Bagaimana kita
menjelaskan ini ?
Sistim imun adalah mekanisme pertahanan yang diorganisir oleh tubuh melawan penyerbupenyerbu asing, terutama infeksi-infeksi. Pekerjaannya adalah mengenali dan bereaksi terhadap bahanbahan asing ini, yang disebut antigens. Antigens adalah bahan-bahan yang mampu menyebabkan
produksi dari antibodi-antibodi. Antigens mungkin dapat atau tidak dapat menjurus pada reaksi alergi.
Allergens adalah antigens tertentu yang menyebabkan reaksi alergi dan produksi dari IgE.
Tujuan dari sistim imun adalah memobilisasi kekuatannya pada tempat penyerangan dan
menghancurkan musuh. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menciptakan proteinprotein pelindung yang disebut antibodi-antibodi yang khusus ditujukan melawan bahan-bahan asing
tertentu. Antibodi-antibodi ini, atau immunoglobulins (IgG, IgM, IgA, IgD), adalah pelindung dan
membantu menghancurkan partikel asing dengan melekatkan dirinya pada permukaannya, dengan
begitu membuat mudah sel-sel imun lainnya untuk menghancurkannya. Bagaimanapun orang yang
alergi, mengembangkan tipe spesifik dari antibodi yang disebut immunoglobulin E, atau IgE, sebagai
tanggapan pada bahan asing tertentu yang umumnya tidak berbahaya, seperti dander kucing.
Ringkasannya, immunoglobulins adalah grup dari molekul-molekul protein yang bekerja sebagai
antibodi-antibodi. Ada 5 macam tipe-tipe yang berbeda: IgA, IgM, IgG, IgD, dan IgE. IgE adalah antibodi
alergi.
Pada contoh binatang kucing, ayah dan anak perempuan termuda mengembangkan antibodiantibodi IgE dalam jumlah besar yang ditujukan melawan allergen kucing, dander kucing. Ayah dan anak
perempuan kini menjadi sensitif atau cenderung untuk mengembangkan reaksi-reaksi alergi pada
ekspose yang berikutnya dan berulang pada allergen kucing. Secara khas, ada periode “sensitifitas” yang
berkisar dari bulanan sampai tahunan sebelum reaksi alergi. Walaupun mungkin adakalanya terjadi
reaksi alergi pada ekspose pertama kali pada allergen, pasti sebelumnya ada kontak sehingga sistim
imun bereaksi dengan cara ini.
IgE adalah antibodi yang dimiliki oleh kita semua dalam jumlah kecil. Orang-orang yang alergi,
bagaimanapun, menghasilkan IgE dalam jumlah yang besar. Secara normal, antibodi ini penting dalam
melindungi kita dari parasit-parasit, namun tidak dari dander kucing atau allergens. Selama periode
sensitifitas, IgE dander kucing diproduksi berlebihan dan melapisi sel-sel tertentu yang berpotensi
meledak yang mengandung bahan-bahan kimia. Sel-sel ini mampu menyebabkan rekasi alergi pada
ekspose berikutnya pada dander. Ini disebabkan oleh reaksi dari dander kucing dengan dander IgE
mengiritasi sel-sel dan menjurus pada pelepasan beragam bahan-bahan kimia, termasuk histamine.
Bahan-bahan kimia ini, pada gilirannya, menyebabkan peradangan dan gejala-gejala alergi yang khas. Ini
adalah bagaimana sistim imun menjadi berlebihan dan disiapakn untuk menyebabkan reaksi alergi
ketika distimulasi oleh allergen.
Waktu ekspose pada dander kucing, ibu dan kedua anak lainnya menghasilkan klas-klas
antibodi-antibodi lainnya, tidak satupun darinya menyebabkan reaksi alergi. Dalam anggota keluarga
yang tidak alergi, partikel-partikel dander dieliminasi oleh sistim imun dan kucing itu tidak ada
pengaruhnya pada mereka.
c. Ciri-ciri Alergi

Sistem pernafasan. Gejala alergi pada sistem pernafasn adalah batuk, pilek, hidung tersumbat, bersin,
sesak nafas, mengi suara, mimisan, sakit telinga, tenggorokan gatal, suara serak.

Mata. Gejala alergi pada mata adalah: mata gatal, mata merah, mata berair, mata belekan, warna
kehitaman di bawah mata, bintitan.

Sistem pencernaan. Gejala alergi terhadap sistem pencernaan: nyeri perut, diare, sulit buang air besar,
kembung, dan sering kentut.

Kulit. Gejala alergi pada kulit bisa kulit gatal, kulit merah berbintik-bintik, kulit menebal, eksim, kulit
menjadi kebiruan/hitam, bibir menjadi bengkak.
5. Penggolongan Antibiotika
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh
mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotik untuk
meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas
pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
a. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
 Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin
 Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
 Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide,
Aminoglycoside, dan Tetracycline
 Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
 Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
 Antimetabolit, misalnya azaserine.
b. Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :

Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin,
streptomisin, tobramisin.

Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin
(sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan
golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan
ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.

Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.

Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
c. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :

Bakterisid
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini
adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin,
isoniazid dll.

Bakteriostatik
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman,
TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh.
Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim,
linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll.
Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada
kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated)
atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi
harus bakterisid.
d. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :

Spektrum luas (aktivitas luas)
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif
dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin,
kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.

Spektrum sempit (aktivitas sempit)
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram
positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap
mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif.
e. Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :

Golongan Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan
beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas
(hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia,
saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk
meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi blaktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.
Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis amat
tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui

Golongan Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri
gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati
infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia,
infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin,
E.coli, Klebsiella dan Proteus.
Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-laktamase:
 Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya
sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih
ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius
 Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor,
sefamandol, sefmetazol,sefuroksim
 Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan
bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara
parenteral,pilihan pertama untuk sifilis
 Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim

Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini
dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada
kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida,
terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes
sehingga digunakan secara topikal pada acne.
Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).

Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi
lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis
intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat.
Contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang
bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya
luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit
mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran
kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan &
pada anak kecil.

Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis
polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat
golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan
antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat
karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi)
dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,251%.
Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.

Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman,
sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paruparu. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan
infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan
lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu
sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.
Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.

Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase
bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran
pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang
sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra
abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax
inhalational.
Penggolongan :
 Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi
 Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum
kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.
Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas
dan meliputi gram positif.

Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid,
berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel.
Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada TBC juga pada
endocarditis,Gentamisin,
amikasin
bersama
dengan
penisilin
pada
infeksi
dengan
Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau
tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta
nefrotoksik.

Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang
sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas,
H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam

Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat
bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin,
sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol +
trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.
Penggunaan:
Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol
Infeksi mata : sulfasetamid
Radang usus : sulfasalazin
Malaria tropikana : fansidar.
Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.
Tifus : kotrimoksazol.
Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol
Sebaiknya tidak
hiperbilirubinemia

digunakan pada kehamilan teruama trimeseter
akhir :
icterus,
Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob dan
anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi
Penggunaan Antibiotik kombinasi :

Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua antibiotik
dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan
polimiksin dalam sediaan topikal.

Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (kotrimoksazol) dan
sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir)
terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.

Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir enzim
penisilinase.

Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa (rifampisin + INH +
pirazinamida) dan kusta (dapson + klofazimin dan/atau rifampisin).

Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen
dapat dikurangi.
Diposkan oleh maman hidayat di 04.51
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
 ▼ 2013 (2)
o ► Juni (1)
o ▼ Mei (1)
 proses Interaksi Obat dengan makanan
Mengenai Saya
maman hidayat
Lihat profil lengkapku
maman. Template Tanda Air. Gambar template oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.
Seperti yang telah disebutkan pada artikel mitos dan kenyataan mengenai
obat pada mitos 1, penyerapan obat oleh tubuh berbeda-beda. Ada obat
yang penyerapannya lebih baik dan lebih cepat dan ada obat yang
penyerapannya lebih lambat dan lebih jelek bila ada makanan, tanpa
makanan atau bersama-sama makanan. Demikian pula jenis makanan dan
minuman yang kita konsumsi akan berpengaruh terhadap penyerapan obat
dalam tubuh. Setelah obat diserap oleh tubuh, barulah obat bekerja di
dalam tubuh sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Interaksi obat dengan makanan dan minuman dapat berdampak obat tidak
bekerja dengan semestinya, menyebabkan efek samping atau sebaliknya
obat lebih efektif bekerja. Karena itu aturan pakai obat berbeda-beda. Ada
baiknya kita mengetahui kapan waktu terbaik kita minum obat? dan obat
apa yang berinteraksi dengan makanan? agar obat yang kita minum dapat
optimal membantu pemulihan kesehatan kita.
Obat-obat penghilang sakit/penurun demam yang istilah medisnya disebut
analgetik, contoh yang paling populer adalah parasetamol. Obat ini terbaik
diberikan dalam keadaan perut kosong karena makanan akan
memperlambat penyerapan obat. Jangan minum alkohol bila sedang
mengkonsumsi obat ini karena dapat berdampak terhadap kerusakan hati
atau pendarahan pada saluran cerna.
Obat anti alergi, seperti cetiridin, loratadin, CTM, dll juga sebaiknya
diminum dalam keadaan perut kosong. Efek samping obat ini
menyebabkan kantuk yang mengurangi kewaspadaan. Sehingga sangat
berbahaya jika minum obat ini berbarengan dengan minum alkohol, karena
akan memperparah efek samping tersebut. Minum teh/kopi dapat
mengurangi rasa kantuk.
Jangan minum antibiotik tetracyclin bersama-sama dengan susu. Susu
mengandung kalsium yang dapat membentuk suatu kesatuan dengan
tetracyclin sehingga sulit untuk dapat diserap oleh tubuh.
Obat asma seperti golongan teofilin, albuterol dan ephinephrine bila
berinteraksi dengan makanan yang memiliki kandungan lemak tinggi dapat
meningkatkan jumlah teofilin dalam darah, tetapi dengan makanan yang
memiliki karbohidrat tinggi dapat menurunkan kadar teofilin dalam tubuh.
Hindari pula minum teh atau kopi bersama-sama dengan obat ini, karena
keduanya sama-sama akan memacu susunan saraf pusat. Minum obat ini
bersama alkohol akan meningkatkan efek samping seperti mual, muntah,
dan sakit kepala.
Obat warfarin adalah obat untuk mengencerkan darah. Vitamin E dan
bawang juga membantu pengenceran darah. Sehingga bila mereka
dikonsumsi bersama dampaknya terhadap pengenceran darah akan
berlebih yang tentu saja berbahaya. Tetapi sebaiknya pasien yang
mengkonsumsi obat ini juga makan sayuran brokoli dan bayam secara
teratur dengan jumlah secukupnya (tidak berlebih), karena sayur tersebut
membantu pembentukan clot darah sehingga membantu mengembalikan
efek warfarin.
Makanan/minuman yang mengandung tiramin seperti alkohol, keju dan
daging olahan tidak boleh dikonsumsi bersama-sama dengan obat
antidepresan, karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Sebenarnya masih banyak lagi contoh interaksi obat dan makanan yang
seharusnya dihindari oleh pasien. Contoh diatas hanya untuk memberikan
gambaran agar kita selalu waspada bila berhubungan dengan konsumsi
obat. Minum alkohol harus dihindari bila kita sedang mengkonsumsi obat.
Untuk informasi yang lebih jelas dan lengkap anda dapat konsultasi dengan
apoteker di apotek sewaktu membeli obat.
Share this:
Download