INTERAKSI OBAT (DRUG INTERACTION) INTERAKSI OBAT (DRUG INTERACTION) PENDAHULUAN A. INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT LAIN. Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan effek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan effek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan “ Polypharmacy “ atau “ Multiple Drug Therapy “. Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari dokter yang memuat lebih dari dua macam obat. Belum lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang sama dan mendapat resep obat yang baru. Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dibeli di toko-toko obat secara bebas. Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan polypharmacy cukup banyak. Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Pada dasarnya dapat digolongkan sebagai berikut: I. INTERAKSI FARMASETIK Interaksi ini adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan / disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Bentuk interaksi ini ada 2 macam : Interaksi secara fisik : misalnya terjadi perubahan kelarutan Interaksi secara khemis : misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan. II. INTERAKSI FARMAKOKINETIKA Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi atau dipercepat. III. INTERAKSI FARMAKODINAMIK. Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi : a.Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ (sinergisme). b.Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ). c.Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah BEBERAPA CONTOH INTERAKSI BETA-BLOCKER DENGAN OBAT LAIN ( Concor, dilbloc, inderal, internolol, lodoz, maintate, tenormin dll ) Interaksi beta-blocker dengan anti hipertensi a. Beta-blocker dengan diuretika (aldactone, spirolactone, aldazide, blopress, co-diovan, lasix, hct, letonal, hygroton) Diuretika sering digunakan untuk terapi hipertensi. Tapi kalau diuretika saja maka hasil terapinya terbatas. Untuk mencapai hasil yang lebih baik maka sebaiknya dikombinasikan dengan antihipertensi lain. Percobaan di klinik menunjukan bahwa kombinasi beta-blocker dengan diuretika diperoleh kerja antihipertensi yang lebih baik. Dalam hal ini tidak terjadi postural hipotensi dan tachycardia yang disebabkan oleh diuretika (thiazide). Dan juga peninggian plasma renin akibat pemberian diuretika akan dikurangi oleh beta-blocker. b. Beta-blocker dengan vasolidator (Brainact, degrium,m duvadilan, enico, frego, hydergin, sibelium, stugeron tanakan unalium dll) Kombinasi obat ini akan menghasilkan efek terapi yang lebih baik. Ternyata efek sampingnya akan berkurang. Pemberian hydralazine yang menimbulkan reflex tachycardia akan berkuirang bila pemberiannnya dikombinasikan dengan beta-blocker. c. Beta-blocker dengan methyldopa (Dopamet) Penggunaan kombinasi dari methyldopa dan beta-blocker ternyata lebih aman dibandingkan dengan pemakaiannya secara tunggal. Efek samping dari methyldopa berupa postural hipotensi akan hilang bila diberikan bersama-sama dengan beta-blocker. Interaksi beta-blocker dengan anti –arrhytmia. a. Beta-blocker dengan quinidine. Quinidine yang digunakan pada arrhythmia jantung dapat menimbulkan ventricular fibrillation. Bila diberikan bersama-sama dengan beta-blocker maka efek samping ini berkurang. b. Beta-blocker dengan procainamide. Pemberian procainamide sebagai anti-arrhytmia dapat menimbulkan penurunan tekana darah yang sangat cepat terutama bila diberikan secara intravena. Pemberian bersama-sama dengan beta-blocker akan menyebabkan efek yang berbahaya karena bekerja sinergistik. Interaksi beta-blocker dengan antidepressant Pemberian antidepressant misalnya derivat tricyclic dan derivat phenothiazine dapat menimbulkan dysrhythmia. Maka pemberian beta-blocker akan menghindarkan efek dysrhythmia akibat pemberian antidepressan tersebut Interaksi beta-blocker dengan anti inflammasi Beta-blocker menghambat efek anti inflammasi dari obat-obat natrium salisilat, aminopirin, fenilbutazon, hidrokortison. Hal ini disebabkan karena kompetisi langsung antara kedua obat ini pada reseptor yang sama. Interaksi beta-blocker dengan anti-angina Gabungan kedua obat ini menghasilkan sinergisme, beta-blocker mengurangi kerja jantung dengan mengurangi heart rate. Demikian pula nitrat berbuat hal yang sama dengan mengurangi venous return dan volume serta tekanan dalam ventrikell kiri. Berikut ini beberapa contoh interaksi obat dengan obat lain : a. Norit sering dipakai untuk mengurangi kembung dan diare. Norit ini bersifat menyerap racun dan zatzat lainnya di lambung. Sifat ini sebenarnya yang dipakai untuk mengurangi kembung dan diare. Namun, norit menyerap zat-zat di lambung hampir tidak pilih bulu sehingga obat-obat yang anda minum dalam waktu bersamaan atau dalam rentang waktu 3-5 jam sekitar waktu makan norit juga akan ikut diserap oleh norit. Akibatnya penyerapan obat oleh tubuh justru berkurang sehingga efek atau khasiat obat yang anda minum tersebut akan berkurang, dan mungkin efek pengobatan tidak akan tercapai. b.Penurunan atau pengurangan penyerapan obat oleh tubuh juga dapat terjadi jika anda mengkonsumsi suatu obat tertentu bersamaan dengan obat, makanan atau suplemen makanan yang banyak mengandung kalsium, magnesium, aluminium atau zat besi. Mineral-mineral ini banyak terdapat dalam berbagai macam suplemen vitamin dan juga dalam obat maag (antasida) c.Kalsium, magnesium, aluminium dan zat besi dapat bereaksi dengan beberapa obat tertentu, misalnya antibiotika tetrasikiklin dan turunan fluoroquinolon seperti ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin, dan trovafloxacin, membentuk senyawa yang sukar diabsorbsi atau diserap oleh tubuh. Satu penelitian mengungkapkan bahwa penurunan absorbsi antibiotika karena drug interaction dengan mineral-mineral tersebut dapat mencapai 50 – 75 %. d.Antibiotika rifampicin dapat mengurangi efektivitas dari berbagai pil kontrasepsi. Kombinasi rifampicinpil KB ini juga dapat meningkatkan resiko terjadinya pendarahan. e.Antihistamin sering diberikan dalam obat flu atau obat batuk. Kombinasi antihistamin dengan obat-obat penenang atau obat-obat yang berkerja menekan system syaraf pusat seperti luminal dan diazepam harus dihindari, sebab kombinasi ini dapat mengadakan potensiasi, sehingga dapat terjadi penekanan system syaraf pusat secara berlebihan. B. INTERAKSI OBAT DENGAN MAKANAN Pada prinsipnya interaksi obat dengan makanan dapat menyebabkan dua hal penting : Interaksi dimana makanan atau minuman dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat atau manfaat obat, baik melalui penghambatan penyerapannya atau dengan mempengaruhi metabolisme atau distribusi obat tersebut didalam tubuh. Interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat-obat tertentu akibat dari terjadinya peningkatan kadar obat dalam darah. Dibawah ini contoh interaksi obat berdasarkan indikasi penggunaan obat Golongan Obat Hal- Hal yang harus diperhatikan Antibiotika - Cephalosforin dan penicillin Konsumsi antibiotik pada saat perut kosong untuk mempercepat absorbsi. - Eritromisin Jangan di konsumsi bersama dengan jus buah-buahan atau grape fruit yang dapat menurunkan efektifitas obat. - Golongan sulfa Meningkatkan resiko kekurangan vitamin B12 - Tetrasiklin Produk susu dapat mengurangi efektivitas obat, dan juga menurunkan absorbsi vit. C. Antidepresan - MAO Inhibitor Makanan dengan kadar tyramin yang tinggi seperti daging yang diproses, bir dan anggur dapat menyebabkan krisis hipertensi. Golongan Trisiklik Banyak makanan terutama daging, ikan dan makanan kaya vit C dapat menurunkan penyerapan obat. Antihipertensi dan obat jantung - ACE Inhibitor Konsumsi obat pada saat perut kosong, akan meningkatkan absorbsi obat. - Alfa blocker Dikonsumsi dengan minuman atau makanan untuk menghindari kelebihan penurunan tekanan darah. - Anti aritmia Hindari konsumsi kafein karena meningkatkan / mempercepat denyut jantung. - Beta blocker Konsumsi obat pada saat perut kosong. Makanan terutama daging meningkatkan efek obat dan menyebabkan pusing serta hipotensi. - Digitalis Hindari mengkonsumsi dengan susu dan makanan tinggi serat karena menurunkan absorsbi dan meningkatkan kehilangan kalium. Antikonvulsi - Dilantin, Fenobarbital Meningkatkan resiko anemia dan masalah yang berhubungan dengan syaraf karena defisiensi folat dan vit B lainnya. Obat Asma - Pseudoefedrin Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat meningkatkan rasa cemas dan gelisah. - Theophyllin Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat menyebabkan peningkatan toksisitas obat. Tukak Peptik - Antasida Untuk mendapatkan manfaat maksimal, konsumsi obat 1 jam setelah makan. - Simetidin, Famotidin dan Sukralfat Hindari makanan berprotein tinggi, kaffein dan makanan lain yang dapat meningkatkan keasaman lambung. Tranquilizer - Benzodiazepine Tidak boleh dikonsumsi dengan alcohol. Kafein dapat meningkatkan kecemasan dan mengurangi efektivitas obat. Penghilang Rasa Sakit - Aspirin dan Obat NSAID Konsumsi makanan terlebih dahulu untuk mencegah iritasi saluran cerna. Hindari alcohol karena dapat meningkatkan resiko pendarahan. Penggunaan yang sering dari obat golongan ini dapat menurunkan absorbsi folat dan vit C. Sediaan Hormon - Kontrasepsi Oral Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Obat ini menurunkan absorbsi folat, vit B6 dan nutrisi lain. Tingkatkan konsumsi makanan yang kaya nutrisi dan protein untuk mencegah defisiensi. - Steroid Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Konsumsi makanan yang kaya kalsium, vit K, kalium dan protein untuk mencegah defisiensi. Laksatif - Mineral Oil Penggunaan yang berlebihan menyebabkan defisiensi vit A, D, E dan K. Penurun Kolesterol - Cholestyramin Meningkatkan ekskresi folat dan vit A, D, E dan K. - Gemfibrozil Hindari makanan berlemak karena dapat menurunkan efektivitas obat dalam menurunkan kolesterol. Anti Jamur - Flukonazol, Ketokonazol, Itrakonazol, Griseofulvin Hindari makanan atau minuman yang mengandung susu, keju, yoghurt, es krim atau antasida.Untuk alcohol dapat menyebabkan efek samping berupa mual, , keram perut, muntah, sakit kepala dan kemerahan dengan panas di muka. Obat Penghambat enzim (Golongan Statin) - Fluvastatin, Lovastatin, Pravastatin, Hindari minum alcohol karena dapat meningkatkan resiko kerusakan hati. simvastatin Hindari minun lovastatin dan simvastatin bersama jus grapefruit karena dapat meningkatkan terjadinya efek samping akibat terjadinya peningkatan kadar obat dalam tubuh. C. INTERAKSI OBAT DENGAN MINUMAN Interaksi obat yang dimaksud di sini adalah interaksi obat dengan minuman berupa teh, susu, kopi, dan alcohol, contoh : Teh mengandung senyawa tannin yang dapat mengikat berbagai senyawa aktif obat sehingga sukar diabsorbsi atau diserap dari saluran pencernaan. Demikian pula susu. Susu mempunyai sifat dapat menghambat absorbsi zat-zat aktif tertentu terutama antibiotika. Jika obat kurang diabsorbsi, berarti daya khasiat atau kemanjurannya juga akan berkurang, sehingga penyembuhan mungkin tidak akan tercapai. Tidak semua jenis obat tidak baik dikonsumsi bersama-sama dengan susu. Ada beberapa obat, terutama yang bersifat mengiritasi lambung, justru dianjurkan untuk diminum bersama susu atau pada waktu makan. Gunanya agar susu atau makanan tersebut dapat mengurangi efek iritasi lambung dari obat yang dikonsumsi. Walaupun susu atau makanan dapat sedikit mengurangi daya kerja obat tersebut, namun efek perlindungannya terhadap iritasi lambung lebih bermanfaat dibandingkan dengan efek penurunan daya kerja obat yang sangat sedikit. Obat-obat seperti ini, contohnya obat-obat antiinflamasi nonsteroid seperti asetosal dan ibuprofen, yang biasa diberikan untk meredakan atau mengurangi rasa sakit, nyeri, atau demam. Begitu juga obat-obat kortikosteroid yang biasanya digunakan untuk meredakan inflamasi (misalnya bengkak atau gatal-gatal) seperti prednison, prednisolon, metilprednisolon dll. Bagaimana dengan kopi? Kopi, sebagaimana kita ketahui mengandung kafein. Kafein bekerja merangsang susunan syaraf pusat. Jadi agar efek stimulan terhadap susunan syaraf pusat tidak berlebihan, hindari mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung kafein seperti kopi, teh, coklat, minuman kola dan beberapa merek minuman berenergi (energy drink) Alkohol juga akan meningkatkan resiko pendarahan lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi bersama obat-obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga dilarang diminum bersama dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti propanolol. Kombinasi alcohol- propanolol dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan membahayakan PERAN APOTEKER DAN ASISTEN APOTEKER DALAM MENCEGAH INTERAKSI OBAT Satu prinsip yang harus menjadi perhatian utama saat memberikan informasi kepada pasien mengenai penggunaan obat adalah pastikan pasien untuk mengikuti petunjuk yang diberikan agar dapat memperoleh manfaat yang maksimum dengan resiko minimum dari obat yang diminum. Adapun informasi yang perlu disampaikan kepada pasien mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mengkonsumsi obat, terkait dengan kemungkinan adanya interaksi dengan makanan atau minuman adalah : - Pasien harus mentaati petunjuk yang terdapat pada label atau etiket yang melengkapi. - Kapan obat seharusnya dikonsumsi, apakah sebelum atau sesudah makan, atau bersamaan dengan makanan. Atau pada saat perut kosong. - Boleh tidaknya obat dikonsumsi bersamaan dengan susu, kopi, teh, atau minuman lain seperti minuman ringan atau alcohol. - Efek yang mungkin terjadi jika suatu obat dikonsumsi dengan makanan, misalnya bisa menurunkan atau meningkatkan absorbsi obat, atau bisa mengiritasi lambung jika diberikan sebelum makan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Alkohol merupakan zat adiktif dan memiliki berbagai bentuk, termasuk bir, asam cuka, anggur, tape ketan/beras, 'alcopops' dan spirits seperti whisky, gin dan vodka. Alkohol menjadikan otak dan badan lebih santai, dan biasanya diminum untuk efek yang menyenangkan ini. Karena kemampuannya untuk merubah suasana hati dan menyebabkan perubahan fisik, alkohol juga dapat menyebabkan masalah fisik, psikologis dan sosial. Banyak orang yang merasa bahwa minum alkohol secara moderat (satu atau dua unit alkohol per hari) dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan rasa relaks, dan berfungsi untuk mengundang selera makan. Satu unit alkohol itu sama dengan setengah pint bir berkekuatan normal atau lager, segelas anggur, atau segelas kecil sherry atau port. Alkohol juga akan meningkatkan risiko perdarahan lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi bersama obat-obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga dilarang diminum bersama dengan obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti misalnya propranolol. Kombinasi alkohol-propranolol dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan membahayakan keselamatan jiwa pasien. Tape, walaupun sedikit, sudah kita ketahui mengandung alkohol, terutama tape ketan atau tape beras. Oleh sebab itu sebaiknya kurangi atau hindari makan tape ketika Anda mengkonsumsi obat-obat yang dapat berinteraksi dengan alkohol seperti yang diuraikan di atas. Pengaruh makanan atau minuman terhadap obat dapat sangat signifikan atau hampir tidak berarti, bergantung pada jenis obat dan makanan/minuman yang kita konsumsi. Selain itu harus pula difahami bahwa sangat banyak faktor lain yang mempengaruhi interaksi ini, antara lain dosis obat yang diberikan, cara pemberian, umur, jenis kelamin, dan tingkat kesehatan pasien. Selain itu, orang yang minum alkohol dalam jumlah besar seringkali memiliki pola makan yang buruk dan ini dapat menyebabkan permasalahan kesehatan lain. Alkohol merupakan zat depresif dan dapat menyebabkan atau memperburuk masalah mental, psikologis atau emosional. Bila digunakan bersamaan dengan zat lain, seperti obat penghilang rasa sakit yang biasa seperti parasetamol, alkohol dapat menimbulkan efek yang lebih buruk. Oleh sebab itu apabila kita ingin meminum obat sebaiknya obat diminum dengan air putih saja agar aman dan tidak berinteraksi dengan bahan makanan juga minuman yang mengandung alcohol. I.2 Rumusan Masalah. I.2.1 I.2.2 I.2.3 I.2.4 I.2.5 I.2.6 I.2.7 Apa kegunaan obat Parasetamol ? Apa indikasi Parasetamol ? Bagaimana kontraindikasi Parasetamol ? Bagaimana mekanisme kerjanya ? Bagaimana dosis pemberian Parasetamol ? Apakah interaksi obat itu ? Mengapa alcohol dapat berinteraksi dengan obat ? I.3 Tujuan . I.3.1 I.3.2 I.3.3 I.3.4 I.3.5 I.3.6 Untuk mengetahui obat Parasetamol. Untuk mengetahui indikasi Parasetamol. Untuk mengetahui kontraindikasi Parasetamol. Untuk mengetahui mekanismekerja Parasetamol. Untuk mengetahui dosis Parasetamol. Untuk mengetahui interaksi obat. I.3.7 Untuk mengetahui interaksi alcohol dengan obat. BAB II PEMBAHASAN II .1 Interaksi Obat. Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan effek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan effek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan “Polypharmacy" atau “Multiple Drug Therapy”. Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari dokter yang memuat lebih dari dua macam obat. Dan penderita biasanya mengonsumsi obat dengan makanan apabila obat tersebut diminum, setelah itu penderita makan makanan yang berinteraksi dengan obat itu sendiri dan mengakibatkan toksik atau merugikan kesehatan bagi tubuh penderita. Belum lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang Sama dan mendapat resep obat yang baru. Obat dapat berinteraksi dengan obat lain maupun dengan makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh pasien. Hal ini dapat terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang seorang penderita mendapat obat lebih dari satu macam obat, menggunakan obat ethical, obat bebas tertentu selain yang diresepkan oleh dokter maupun mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu seperti alkohol, kafein. Perubahan efek obat akibat interaksi obat dapat bersifat membahayakan dengan meningkatnya toksisitas obat atau berkurangnya khasiat obat. Namun, interaksi dari beberapa obat juga dapat bersifat menguntungkan seperti efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan dengan beta-bloker dalam pengobatan hipertensi. Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli di toko-toko obat secara bebas. Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyaii pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang menerima pengobatan polypharmacy cukup banyak. Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Pada dasarnya dapat digolongkan sebagai berikut: II.2 INTERAKSI FARMAKOKlNETIKA Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma, metabolisme dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi atau dipercepat. II.2.1. Perobahan absorbsi pada gastrointestinal Perobahan absorbsi sesuatu obat oleh obat lain dapat terjadi akibat : a. Perobahan pH. b. Gangguan pada sistim transport. c. Pembentukan suatu kompleks d. Perubahan aliran darah. II.2.2. Penggeseran ikatannya dengan protein plasma Suatu interaksi terjadi bila suatu obat menggeser obat lain dari tempat ikatannya dengan protein plasma sehingga kadar obat yang bebas didalam darah meningkat, akibatnya effek obat tersebut bertambah. II.2.3. Biotransformasi. Biotransformasi obat terutama terjadi dimikrosoma sel hati. Mikrosoma ini sangat peka terhadap aksi obat berarti produksi enzim-enzimnya dapat bertambah atau berkurang, perangsangan mikrosoma mengakibatkan aktivitas obat menurun sedangkan pengharnbatan menyebabkan aktivitas obat meningkat atau bertahan lama. II.2.4. Perubahan ekskresi. Bila sesuatu obat mempengaruhi ekskresi obat lain melalui ginjal, dapat terjadi perobahan aktivitas dan lama kerja sesuatu obat. II.3 INTERAKSI FARMAKODINAMIK. Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja fisiologis obat lain atau interaksi di mana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat aksi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi : II.3.1. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ(sinergisme). II.3.2. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme). II.3.3 Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah. II.4 INTERAKSI FARMASETIK. Interaksi ini merupakan interaksi fisiko-kimiawi di mana terjadi reaksi fisiko-kimiawi antara obat-obat sehingga mengubah (menghilangkan) aktifitas farmakologik obat. Yang sering terjadi misalnya reaksi antara obat-obat yang dicampur dalam cairan secara bersamaan, misalya dalam eneti atau suntikan . Campuran penisilin (atau antibiotika beta-laktam yang lain) dengan aminoglikosida dalam satu larutan tidak dianjurkan. Walaupun obat-obat ini pemakaian kliniknya sering bersamaan, jangan dicampur dalam satu suntikan. Beberapa tindakan hati-hati (precaution) untuk menghindari interaksi farmasetik ini mencakup. Perubahan efek obat akibat interaksi obat sangat bervariasi diantara individu karena dipengaruhi oleh berbagai eneti seperti dosis, kadar obat dalam darah, rute pemberian obat, eneticsm obat, durasi terapi dan karakteristik pasien seperti umur, jenis kelamin, unsure enetic dan kondisi kesehatan pasien. Tidak semua interaksi obat akan bermakna secara signifikan, walaupun secara teoritis mungkin terjadi. Banyak interaksi obat yang kemungkinan besar berbahaya terjadi hanya pada sejumlah kecil pasien. Namun demikian seorang farmasis perlu selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya efek merugikan akibat interaksi obat ini untuk mencegah timbulnya resiko morbiditas atau bahkan mortalitas dalam pengobatan pasien. BAB III ISI III.1 PARASETAMOL. Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintetis dari p-aminofenol yang memberikan efek analgesia dan antipiretika. Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetilpaminofenol atau p-asetamidofenol atau 4’hidroksiasetanilid, bobot molekul 151,16 dengan rumus kimia C8H9NO2 dan mempunyai struktur molekul sebagai berikut : Parasetamol adalah derivat-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetikum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya adalah analgetik dan antipiretik, tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetiknya diperkuat oleh kofein dengan kira-kira 50% dan kodein. Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Parasetamol yang dikonsumsi terus menerus dan sudah lewat masa kadaluarsanya dapat menyebabkan gejala kerusakan hati. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol atau nama lainnya asetaminofen memiliki khasiat sama seperti aspirin atau obat-obat non steroid antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya sebagai penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat NSAIDs, obat ini tidak memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang) dan tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun efek kardiorenal yang tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan pada semua golongan usia. Selama bertahun-tahun digunakan, informasi tentang cara kerja parasetamol dalam tubuh belum sepenuhnya diketahui dengan jelas hingga pada tahun 2006 dipublikasikan dalam salah satu jurnal Bertolini A, et. al dengan topik Parasetamaol : New Vistas of An Old Drug, mengenai aksi pereda nyeri dari parasetamol ini. Ternyata di dalam tubuh efek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh aktivitas tak langsung reseptor canabinoid CB1. Di dalam otak dan sumsum tulang belakang, parasetamol mengalami reaksi deasetilasi dengan asam arachidonat membentuk N-arachidonoylfenolamin, komponen yang dikenal sebagai zat endogenous cababinoid. Adanya N-arachidonoylfenolamin ini meningkatkan kadar canabinoid endogen dalam tubuh, disamping juga menghambat enzim siklooksigenase yang memproduksi prostaglandin dalam otak. Karena efek canabino-mimetik inilah terkadang parasetamol digunakan secara berlebihan. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Prosentase Pengikatan pada protein-nya 25%, plasma t ½ -nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati, zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konjugat-glukuronida dan sulfat (Tjay dan Rahardja, 2002). III.2 Mekanisme Kerja. Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi. Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-inflamasi. Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif . Metabolisme parasetamol terjadi di hati. Metabolit utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p-benzo-kuinon imina). Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui ginjal . Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati. III.3 Indikasi. Mengurangi rasa sakit kepala, sakit gigi, dan menurunkan panas. Paracetamol aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap dianjurkan pada wanita hamil untuk meminum obat ini bila benar benar membutuhkan dan dalam pengawasan dokter. III.4. Kontra Indikasi. Hifersensitif dengan Parasetamol dan defisiensi glucose -6-fosfat dehidroganase dan tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungi hati. III.5 Efek samping Jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. III.6 Farmakodinamik Efek analgetik parasetamol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasi parasetamol sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik (Ganiswara, 1995) III.7 Farmakokinetik Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam (Ganiswara, 1995) III.8 Dosis Parasetamol. Dosis maksimal sebesar 4.000 mg untuk orang dewasa tampaknya sangat besar dan tidak mungkin tercapai. Tapi tanpa kita sadari, dosis sebesar itu bisa saja kita konsumsi. Bayangkan saja, sebagian besar obat panas dan sakit kepala (untuk orang dewasa) berisi Parasetamol dengan kandungan sekitar 500 mg. Bahkan pada saat ini sudah tersedia obat dengan kandungan Parasetamol yang lebih besar daripada 500 mg, misalnya 650 mg. Itu artinya, 4.000 mg akan setara dengan hanya 6-8 butir obat. Bila sakit kepala hebat dan kita mengonsumsi obat tersebut 3-4 kali sehari dan setiap kalinya 2 tablet, maka dosis tersebut akan tercapai bahkan terlewati. III.9 Interaksi obat Parasetamol. Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif. Kombinasi dengan obat penyakit AIDS zidovudin meningkatkan resiko neutropenia. Parasetamol/asetaminofen dilarang dikonsumsi dengan alcohol (tape ketan dan beras) karena akan mengakibatkan resiko pendarahan dilambung dan kerusakan hati. Parasetamol diduga dapat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin. Paracetamol sering dikombinasikan dengan aspirin untuk mengatasi rasa nyeri pada rematik sebab paracetamol tidak mempunyai efek anti inflamasi seperti aspirin sehingga bila kedua obat ini digabung maka akan didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada penyakit rematik. Parasetamol diduga dapat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin. Bagaimana kerusakan organ hati bisa terjadi ? Saat kita mengonsumsi Parasetamol, sebagian besar dari obat tersebut akan diserap dengan cepat melalui dinding usus ke dalam pembuluh darah. Namun ada sekitar 25% obat akan langsung dibuang melalui organ hati. Hati akan mengubah Parasetamol menjadi bentuk yang mudah dibuang melalui urin. Mekanisme kerusakan hati akibat Parasetamol sesungguhnya disebabkan oleh kenyataan tersebut. Dalam dosis normal, substansi yang terbentuk tidak berbahaya dan mudah dibuang, namun dalam keadaan overdosis, terbentuklah suatu substansi yang toksik yang dikenal dengan nama N -acetyl-benzoquinoneimine (NAPQI). Dan substansi inilah yang menjadi biang kerok kerusakan hati. Parasetamol memang memiliki rentang keamanan yang cukup sempit. Artinya, sedikit dosis melebihi dosis maksimal sudah berpotensi menimbulkan efek samping. Bahkan bila kita mengonsumsi dosis berlebih dalam jangka pendek, efek samping akut masih bisa terjadi. Pada sebagian orang, misalnya para pengonsumsi alkohol dan penderita gangguan hati, dosis yang lebih kecil sudah bisa menimbulkan efek samping. Parasetamol dalam kemasan cair yang diperuntukan bagi anak pun bisa menimbulkan overdosis karena dosis per sendok yang tidak standar. Misalnya ada produk yang memiliki kandungan Parasetamol sekitar 120 mg per sendok takar, tapi ada pula yang sekitar 160 mg per sendok takar. Suatu perbedaan dosis yang cukup jauh, khususnya bagi anak-anak. Bila orang tua tidak menyadari perbedaan ini dan mengonsumsi sendiri tanpa petunjuk dokter (karena parasetamol toh dijual bebas di warung), kesalahan bisa saja terjadi. Apa yang harus dilakukan? Lebih berhati-hati saat mengonsumsi obat. Baca kandungan obat yang diberikan, khususnya bila obat tersebut adalah obat bebas. 1. 2. Ikuti petunjuk dokter bila obat tersebut berdasarkan resep dokter Jangan menambahkan obat bebas saat mengonsumsi obat dokter kecuali telah disetujui oleh dokter 3. 4. Utamakan pencegahan penyakit, bukan penyembuhan Bila merasa ada yang aneh setelah mengonsumsi suatu obat, segera hubungi dokter Anda. 5. Beberapa poin penting yang perlu dicermati dalam penggunaan parasetamol : Hentikan penggunaan parasetamol bila demam berlangsung lebih dari 3 hari atau nyeri semakin memburuk lebih dari 10 hari, kecuali atas saran dokter. Bagi ibu hamil dan menyusui, konsultsikan dengan dokter jika hendak menggunakan obat ini. Orang dengan penyakit gangguan liver sebaiknya tidak menggunakan obat ini. Konsultasikan dengan dokter sebelum mengkombinasi parasetamol dengan obat-obat NSAID, antikoagulan (warfarin), ataupun kontrasepsi oral. Penggunaan parasetamol bersama alkohol dpat meningkatkan toksisitas hati. Konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan kadar parasetamol dalam tubuh. BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan. Parasetamol seharusnya tidak dikonsumsi bersamaan dengan alkohol, apalagi pada tape ketan dan tape singkong, karena tape ketan dan singkong mengandung alkohol yang bisa berinteraksi dengan beberapa macam obat salah satunya Parasetamol. Karena akan mengakibatkan resiko pendarahan dilambung dan kerusakan organ hati. IV.2 SARAN. Sebaiknya dalam mengonsumsi Parasetamol tidak bersamaan alkohol atau tape ketan dan tape singkong. Karena obat akan berinteraksi dan menyebabkan kerusakan beberapa organ tubuh terutama kerusakan organ hati dan lambung. Lebih baik mengonsumsi obat dengan air putih, karena air putih akan melarutkan obat dalam lambung dsengan baik. DAFTAR PUSTAKA http://myzavier.blogspot.com/2009/06/mengenal-parasetamol.html http://mysoulmate.web.id/archives/tag/spiramycin-tramadol-dan-paracetamol http://ekapur.blogspot.com/2009/03/amankah-parasetamol-bagi-anda.html http://kangtotong.blogspot.com/2009/08/pengaruh-metabolit-obat-terhadap_14.html http://klinikku.wordpress.com/2009/08/05/hati-hati-minum-parasetam kuliah Jumat, 31 Mei 2013 proses Interaksi Obat dengan makanan 1. Macam-macam proses Interaksi Obat dengan makanan Berikut merupakan macam-macam proses interaksi obat dan makanan dan efek yang ditimbulkan dalam tubuh kita. a. Makanan yang meningkatkan efek beberapa obat Obat yang efeknya dapat ditingkatkan oleh makanan dan biasanya harus digunakan bersama dengan makanan agar didapatkan efek yang tetap. b. Obat jantung β bloker Digunakan untuk mencegah angina, untuk menormalakan kembali denyut jantung yang tidak beraturan, dan untuk menaggulangi tekanan darah tinggi. Nama paten pemblok beta Tenormin, Inderal,lopresor. Karbamazapin (tagretol) anti konvulsan yang digunakan untuk mencegah serangan Diazepam (Valium) – suatu transkuliansia Diuretika digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan layu jantung. Nama paten diuretika yang berinterakasi : Anhydron, Aquatag, aquetnsin, diucardin, diulo, diuril, enduron, hydromox. Hidralazine (apresoline) digunakan untuk menanggulangi tekanan arah tinggi. Nitrofurantoin (furadantin, Macrodantin) suatu anti mikroba digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih. Fenitoin (dilantin) suatu anti konvulsann digunakan untuk mencegah serangan Spironolakton (aldactazide, aldactone) suatu diuretika digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi dan layu Jantung. c. Makanan yang menurunkan efek beberapa obat Makan obat berikut ini satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan untuk mencegah interaksi yang mungkin menurunkan efek obat. Kaptoril (capoten) digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi dan layu jantung. Pengecualian antibiotika yang tidak dipengaruhi oleh makanan : Amoksisilin (amoksil, larotid, polymox) Eritromisin estolat (liosone) Bakampisilin (spectrobid) Minosiklin (minocin) Doksisilin (doxcychel) Hetasalin (Versapen) d. Makanan Beralkali Metenamin (hiprex, Mandelamine, Urex) Efek metanamine dapat berkurang. Metanamine digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih (kandung kemih Dan ginjal). Akibatnya : Infeksi mungkin tidak terobati dengan baik. Hindari makanan beralkali seperti : amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan (kecuali berry. Prem yang dikeringkan), susu, sayuran (kecuali Jagung) e. Makanan beralkali Kinidin (Cardioquin, duraquin, quinaglute dura tabs, Quinora) Efek kinidin dapat meningkat, kinidin digunakan untuk menormalkan denyut jantung yang tidak beraturan. Akibatnya mungkin menjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak kinidin disertai gejala jantung berdebar atau denyut jantung tidak teratur, pusing sakit kepala, telinga berdaging, dan gangguan penglihatan. Hindari makanan beralkali seperti : amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan, sayuran (kecuali Jagung) f. Makanan beralkali Kinin (coco Quinine, Quinamm, Quinine) Efek Quinine dapat meningkat. Kinin adalah obat bebas yang digunakan untuk mengobati malaria dan untuk kejang kaki malam hari. Akibatnya mungkin dapat menjadii efek samping merugikan karena terlalu banyak kinin disertai gejala pusing dan sakit kepala, telinga berdenging, dan gangguan penglihatan. Hindari makan beralkali seperti : amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan, sayuran (kecuali Jagung) g. Makanan Berkofein Obat asma gol teofilin Efek obat asama dapat meningkat . obat asama melebarkan jalan udara dan memeudahkan pernapasan penderita asma, akibatnya mungkin menjdai efek samping merugikan karena terlalu banyak teofilin disertai gejala mual, pisong, sakit kepala, mudah tersinggung, tremor, insomnia, trakhikardia, nama paten obat asma golongan teofilin. Sumber kafein adalah : Kopi teh kola dan mnuman ringan, coklat, beberapa pil pelangsing yang dijual bebeas, sediaan untuk flu/ batuk, nyeri, dan sakit yang menggangu akibat haid h. Makanan berkarbohidrat asetaminofen Asetaminofen dapat berkurang asetaminofen adalah obat penghilang nyeri dan demam yang masyhur. Akibatnya nyeri dan demam mungkin tidak hilang sebagaimana mestinya. Sumber karbohidrat : roti biscuit aroma jeli, dll. Nama paten asetaminofen : Anacin-3, Datril, liquprin. i. Sate sapi atau hamburger obat asma turunan teofilin Efek obat asama dapat berkurang obat asama membuka jalan udara di paru-paru dan mempermudah pernapasan penderita asma akibatya : asma mungkin tidak terkendali dengan baik. j. Makanan berlemak – Griseofulvin (Fluvicin P/G, Fluficin U/F, Griseofulvin V, Grisactin, Gris PEG) Efek griseofulvin dapat meningkat griseofulvin diberikan secara oral untuk mengobati infeksi jamur pada rambut, kulit, kuku tangan, dan kuku kaki. Interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan griseofulvin sebaikanya ditelan pada saat makan makanan berlemak seperti : Alpukat, daging sapi, mentega, kue, kelapa susu, selada ayam, kentang goring, ayam goreng. k. Makanan berserat banyak digoksin Efek digoksin berkurang digoksin digunakan untuk mengobati layu jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak beraturan akibatya kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik. Gunakan digoksin satu jam sebelum atau sesudah makan yang berserat seperti : Sari buah prem, seralia beras, makanan dari gandum, biji-bijian, sayuran mentah, sayuran berdaun. l. Makanan berprotein tinggi (daging, produk susu) – levodopa Efek levodopa dapat berkurang. Levodopa digunakan untuk mengendalikan tremor pada penderita penyakit Parkinson. Akibatya : kondisi yang diobati terkendali dengan baik. Hindari atau makanlah sedikit makanan berprotein tinggi. m. Sayuran berdaun hijau Tiroid (Amour Thyroid) Efek tiroid mungkin dilawan. Tiroid diberikan untuk memperbaiki hipotiroidisme (kelenjar tiroid tidak berfungsi sempurna) dan gondok (pembesaran kelenjar tiroid). Hindari makan sayuran berdaun hijau seperti asparagus, brokoli, bunga kol, kol, kangkung, buncis. n. Kayu manis (licorice) obat tekanan darah tinggi Efek obat tekanaan darah mungkin dilawan. Akibatnya tekanan darah mungkin tidak terkendali dengan baik. Jangan makan kayu manis alam kayu manis buatan boleh saja. o. Kayu manis (licorice) obat jantung digitalis Efek digitalis dapat meningkat. Digitalis digunakan pada layu jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak beraturan akibatya mungkin terjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak digitalis disertai gejala mual bingung gangguan penglihatan, sakit kepala tak bertenaga jangasn makan kayu manis alam p. Susu dan produk susu – antibiotika tetrasiklin Efek tetrasiklin dapat berkurang. Tetrasiklin adalah antibiotika yang digunakan untuk melawan infeksi akibatnya infeksi yang diobati mungkin tak terkendali dengan baik. Untuk mencegah interaksi, gunakan tetrasiklin satu atau dua jam dedudah minum susu atau produk susu lain. Kekecualian :doksisiklin , monosiklin. q. Garam lithium (eskalith, lithane, lithobid) Makanan berkadar garam rendah meningkatkan efek litium sedangkan yang berkadar garam tinggi menurunkan refek litium. Litium digunakan untuk menanggulangi beberapa gangguan jiwa yang berat. Makanan yang mengandung terlalu sedikit garam dapat menimbulkan keracunan lithium dengan gejala pusing, mulut kering, lemah, bingung, tak bertenaga, kehilangan selera makan, mual nyeri perut, nanar, dan bicara tidak jelas. Jika makanan mengandung garam terlalu banyak, kondisi yang diobati mungkin tidak terlalu baik. NaCl terdapat didalam bermacam-macam makanan r. Makanan yang mengandung tiramin – antidepresan jenis IMAO (EUtoniyl, Marpan, Nardil, Parnete) s. Kombinasi ini dapat meningkatkan tekanan darah dengan nyata, akibatya sakit kepala berat, demam, gangguan penglihatan, bingung yang mungkin,diikuti oleh perdarahan otak. Tiramin adalah stimulant syaraf pusat,anti depresan digunakan untuk meningkatkan tekanan jiwa dan memeperbaiki suasana hati. Depresan jenis IMAO ini sudah tidakk begitu banyak digunakan lagi sejak ditemukanya antidepresan yang lebih aman seperti Elavil, Sinequan, dan Desyrel. t. Hindari makan mengandung tiramin seperti : Alpukat, kentang bakar, pisang buncis, bir, sosis, keju, hati ayam, ciklat, kopi minuman kola, korma, (dalam kaleng), pengepuk daging, kacang sup kemas, cabe acar ikan,haring, rasberi, salami, acar, kol, sosis, kecap, anggur, ragi. Makanan yang mengandung vitamin B6 piridoksin. Efek levodopa dapat berkurang. Levodopa digunakan untuk mengendalikan tremor pada penderita penyakit Parkinson. Akibatya : kondisi yang diobati terkendali dengan baik. Hindari makanan yang kaya vitamin B6 : alpukat, ragi roti, Ragi beras. Makanan yang kaya vitamin K antikoagulan ( athrombin K, Caufarin, Caumadin, dikumarol. Efek anti koagulan dapat berkurang. Antikoagulan digunakan untuk mengencerkan darah dan mencgah pembekuan darah. Akibatnya : darah mungkin tetap membeku meski penderita sedang berobat dengan antikoagulan Untuk mengurangi interaksi ini, jangan makan terlalu banyak makanan vitamin K : Hati, sayuran berdaun (asparagus, brokoli, kol, kembang kol, kangkung, kapri, bayam, lobak) a. Obat cacing (pirantel pamoat) juga lebih baik diminum dengan susu atau sesudah makan, karena akan terjadi peningkatan absorpsi dengan makanan/susu. 2. Macam-Macam Lambang (Warna) Label Obat Berdasarkan Peraturan Undang – Undang a. Obat Bebas Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek. Dalam pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan, jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga pemakainnya tidak memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama kemasannya. Di Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik/pain killer (parasetamol), vitamin dan mineral. Ada juga obat-obat herbal tidak masuk dalam golongan ini, namun dikelompokkan sendiri dalam obat tradisional (TR). b. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut: Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin (dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada apoteker), karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat bebas terbatas. Contoh obat golongan ini adalah: pain relief, obat batuk, obat pilek dan krim antiseptik. c. Obat Keras Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan ditandai dengan tanda lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. Yang termasuk golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek (OWA). Juga termasuk didalamnya narkotika dan psikotropika tergolong obat keras. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital d. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin Note: 1) Obat bebas dan obat bebas terbatas, termasuk obat daftar W (Warschuwing) atau OTC (over the counter). 2) Pada obat bebas terbatas terdapat salah satu tanda peringatan nomor 1- 6. 3) Obat keras nama lain yaitu obat daftar G (Gevarlijk), bisa diperoleh hanya dengan resep dokter. 4) OWA (obat wajib apoteker) yaitu obat keras yang dapat diberikan oleh apoteker pengelola apotek (APA), hanya bisa didapatkan di apotek. Obat Wajib Apotek (Owa) Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat pemerintah mengeluarkan kebijakan OWA. OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul. Jenis OWA Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal. Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan: 1) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. 2) Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. 3) Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. 4) Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. 5) Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Obat Generik versus Obat Paten Obat generik adalah obat yang mengandung zat aktif sesuai nama generiknya, contoh parasetamol generik berarti obat yang dibuat dengan kandungan zat aktif parasetamol, dipasarkan dengan nama parasetamol, bukan nama merek seperti Panadol (Glaxo), Pamol (Interbat), Sanmol (Sanbe). Atau obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat paten adalah obat dengan nama dagang dan menggunakan nama yang merupakan milik produsen obat yang bersangkutan. Misal: Lipitor (Pfizer), produk innovator/originator yaitu merek dagang untuk Atorvastatin. Produsen obat dalam negeri lebih banyak mengeluarkan obat me-too, alias versi generik dari obat yang telah habis masa patennya yang lalu diberi merek dagang. Kalangan perusahaan farmasi di Indonesia — sekali lagi, yang lokal — cenderung memposisikan produk semacam ini sebagai “obat paten” (mungkin karena mereknya didaftarkan di kantor paten), walau sebenarnya lebih tepat disebut sebagai “branded generic”, alias obat generik bermerek itu tadi. Obat generik ditargetkan sebagai program pemerintah untuk meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas khususnya dalam hal daya beli obat. Oleh karena pemasaran obat generik tidak memerlukan biaya promosi (iklan, seminar, perlombaan, dll) maka harga dapat ditekan sehingga produsen (pabrik obat) tetap mendapat keuntungan, begitu pula konsumen mampu membeli dengan harga terjangkau. Pada awal kebijakan ini diluncurkan (awal tahun 1990-an), pemerintah mencanangkan penggunaan obat generik (OG), artinya pabrik pembuat obat tidak boleh mencantumkan logo pabrik, namun tetap mencantumkan nama pabriknya. Seiring berjalannya waktu, desakan datang dari produsen obat menginginkan adanya logo pada obat buatannya. Maka muncullah Obat Generik Berlogo (OGB). Pemerintah merasa perlu meluluskan permintaan industri ini asal harga OGB tetap dikontrol oleh pemerintah (khususnya Depkes). Oleh karena itu, sekarang dapat kita jumpai parasetamol produk generik dengan logo yang berbeda-beda, contoh: Kimia Farma, Indo Farma, Dexa Medica, Hexpharm, dll. 3. Macam-Macam Instruksi Dan Kode Aturan Pakai Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus bukan dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek terapi yang diinginkan. Ketikapun bagi kita yang berpraktek di apotek, maka perlu diperhatikan benar etiket obat yanbg dibuat. Misalnya tablet dengan kaplet itu berbeda, atau tablet yang harus dikunyah dulu (seperti obat maag golongan antasida), seharusnyalah etiket obat memuat instruksi yang singkat namun benar dan jelas. Jangan sampai pasien menjadi bingung dengan petunjuk etiket obat. Oleh karena itu penting sekali bagi kita semua untuk mengetahui bentuk sediaan obat. a. Pulvis (serbuk) Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar. b. Pulveres Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer. c. Tablet (compressi) Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. 1) Tablet kempa Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung desain cetakan. 2) Tablet cetak Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan 3) Tablet trikurat Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang ditemukan 4) Tablet hipodermik Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral. 5) Tablet sublingual Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan tablet di bawah lidah. 6) Tablet bukal Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi 7) Tablet Effervescent Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan" 8) Tablet kunyah Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. d. Pil (pilulae) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu. e. Kapsul (capsule) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah : a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan) d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar. e. Mudah ditelan f. Kaplet (kapsul tablet) Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul. g. Larutan (solutiones) Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit). h. Suspensi (suspensiones) Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma),suspensi topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),suspensi optalmik,suspensi sirup kering. i. Emulsi (elmusiones) Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi. j. Galenik Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari. k. Ekstrak (extractum) Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang sesuai.kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan. l. Infusa Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit. m. Imunoserum (immunosera) Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular0 dan mengikut kuman/virus/antigen. n. Salep (unguenta) Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. o. Suppositoria Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan adalah : Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan inflamasi karena hemoroid. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik. p. Obat tetes (guttae) Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata). q. Injeksi (injectiones) Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut. Aturan minum obat Aturan minum obat yang paling baik adalah sesuai dengan petunjuk. Penting diperhatikan adalah waktu yang tepat untuk minum obat, agar didapatkan khasiat maksimal dari obat. Selain itu, kerja obat yang tidak maksimal bisa menjadikan efek samping yang tidak diinginkan. Misal saja, karena obat tidak terserap dengan maksimal menyebabkan dosis berkurang, sehingga penyakit menjadi kebal. Sebagian obat diminum setelah makan, namun yang lain mempunyai aturan minum sebelum makan. Bahkan, ada obat yang dianjurkan diminum ketika sedang makan (di sela-sela waktu makan). Selain itu, sebagian obat dikonsumsi dengan cara ditelan, yang lain diharuskan untuk dikunyah. Berikut ini adalah beberapa aturan minum obat dan juga cara mengkonsumsi ataupun larangan setelah minum obat. Diminum Sebelum Makan Biasanya, waktu minum obat adalah 1 jam sebelum makan. Untuk mendapatkan khasiat yang maksimal, obat diminum pada saat perut dalam keadaan kosong. Oleh karena makanan bisa mengganggu proses penyerapan obat ke dalam darah. Obat seperti ini tidak mengiritasi usus. Sebagai contoh adalah obat maag tertentu. Diminum Sesudah Makan Obat diminum sekitar 15 menit setelah makan. Obat yang dianjurkan diminum setelah makan, salah satunya karena mempunyai sifat mengiritasi lambung atau saluran pencernaan lain. Diminum Di Tengah Makan (Sedang Makan) Obat tertentu, dianjurkan untuk diminum di saat sedang makan. Demikian, karena obat bersangkutan menjadi rusak atau tidak bermanfaat untuk kesembuhan apabila kontak dengan asam lambung. Terkadang, beberapa obat yang mempunyai fungsi untuk membantu proses pencernaan atau membantu penyerapan nutrisi makanan juga diminum ketika sedang makan. Diminum Bersama Air Putih Air putih dapat memudahkan obat untuk sampai di pencernaan, jika dibandingkan dengan air teh manis, kopi, dan lain-lain; kecuali atas petunjuk dari dokter. Harus Dikunyah Beberapa obat antasida/maag aturan mengkonsumsinya adalah dengan cara dikunyah, dimaksudkan agar proses penyerapan obat menjadi cepat. Harus Ditelan, Jangan Dikunyah Obat demikian mempunyai lapisan luar yang berguna untuk menghindari iritasi pada alat pencernaan atau mempunyai fungsi lain. Lapisan ini akan hancur jika dikunyah. Harus Dihabiskan Obat dalam kategori antibiotik harus dihabiskan, meskipun penderita sudah sehat. Dosis yang telah diberikan oleh dokter adalah ukuran untuk mematikan bakteri patogen keseluruhan. Apabila tidak dihabiskan, kemungkinan meninggalkan bakteri patogen yang masih hidup. Sehingga, suatu saat jika terjangkit penyakit lagi/kambuh akan menjadi resisten (kebal) pada obat yang sama. Dilarang Mengendarai Kendaraan Efek samping beberapa obat adalah menyebabkan kantuk. Oleh karena itu, pengguna obat semacam ini tidak diperbolehkan untuk mengendarai kendaraan. 4. Macam-Macam Alergi , Penyebab Dan Ciri-Cirinya a. Jenis Alergi : Asma Asma adalah peradangan saluran pernafasan yang mengakibatkan kesulitan bernafas karena menyempitnya saluran udara bronkial sehingga pasokan udara ke paru-paru menjadi kurang. Asma tidak selalu disebut alergi, namun disebut sebagai gejala alergi yang disebabkan oleh alergen yang terhirup. Gejala-gejala asma yang umum adalah nafas pendek, batuk, nafas berbunyi dan dada sesak. Alergi Selaput Lendir hidung (Rhinitis) Alergi jenis ini dapat didiagnosa karena ada peradangan di dalam saluran hidung. Alergi ini dialami oleh 1 dari 5 orang di Amerika dan dikenal sebagai gejala sakit yang umum diseluruh dunia. Ini memicu berbagai gejala yang lain termasuk hidung tersumbat dan gatal, bersin-bersin, mata berair, hidung beringus, post nasal drip (sensasi menetesnya lendir di belakang hidung) dan hidung berair. Alergi selaput lendir hidung secara garis besar digolongkan menjadi dua grup, yaitu terusmenerus dan musiman. Alergi yang terus menerus disebabkan oleh kontak dengan alergen secara terus menerus seperti debu dan tungau (kutu mikroskopik), jamur dan bulu binatang. Alergi jenis ini yang musiman juga disebut sebagai demam rumput kering (hay fever), disebabkan serbuk sari yang terbang musiman. Kejadian alergi musiman akan timbul disaat musim serbuk sari berkembang. Alergi mata atau alergi Konjungtivitis Alergi ini disebabkan oleh peradangan selaput yang meliputi bola mata dan struktur dibawah bola mata. Ada 5 gejala umum dari alergi konjungtivitis yaitu, bertambahnya produksi airmata, putih mata menjadi merah begitu juga bagian dalam kelopak mata, mata menjadi gatal, pandangan kabur dan pembengkakan kelopak mata atau sekitarnya. Alergi Eksim Alergi eksim atau kulit meradang adalah alergi akibat bakteri yang berkembang di kulit. Karakter umum alergi kulit ini adalah peradangan atau iritasi pada kulit, bisa gatal ataupun tidak gatal. Gejalanya berbeda pada tiap orang. Kulit berbintik-bintik merah, gatal dan bengkak. Dikenal juga dengan urtikaria, karakter alergi ini adalah kulit menjadi merah pucat serta benjol bengkak di beberapa bagian kulit yang muncul karena kontak dengan alergen. Kulit menjadi gatal dan kadang menyebabkan rasa seperti terbakar atau tersengat. Ini bisa muncul pada semua bagian tubuh termasuk permukaan kulit, telinga, tenggorokan dan lidah. Biasanya berbentuk bentol-bentol kecil, tapi pada beberapa kasus, urtikaria bisa menyebabkan benjolan sebesar piring makan. Alergi Makanan Ini adalah payung dari alergi yang biasanya disebut ketidak-toleranan terhadap jenis makanan. Ada beberapa jenis makanan yang bisa menyebabkan alergi yang umumnya timbul pada masyarakat Amerika termasuk alergi susu, kacang, alergi telur, alergi ikan, alergi kerang dan kedelai. Jelly Gamat luxor Solusi Alergi!! b. Faktor Penyebab Alergi Untuk membantu menjawab pertanyaan ini, marilah kita lihat pada beberapa contoh-contoh rumah tangga yang umum. Beberapa bulan setelah kedatangan seekor kucing didalam rumah, ayah mulai mendapat mata-mata yang gatal dan episode-episode dari bersin. Satu dari tiga anak mengembangkan batuk dan mencuit-cuit, terutama ketika kucing itu masuk kedalam kamar tidurnya. Ibu dan kedua anak lainnya tidak mengalami reaksi apa saja terhadap kehadiran kucing. Bagaimana kita menjelaskan ini ? Sistim imun adalah mekanisme pertahanan yang diorganisir oleh tubuh melawan penyerbupenyerbu asing, terutama infeksi-infeksi. Pekerjaannya adalah mengenali dan bereaksi terhadap bahanbahan asing ini, yang disebut antigens. Antigens adalah bahan-bahan yang mampu menyebabkan produksi dari antibodi-antibodi. Antigens mungkin dapat atau tidak dapat menjurus pada reaksi alergi. Allergens adalah antigens tertentu yang menyebabkan reaksi alergi dan produksi dari IgE. Tujuan dari sistim imun adalah memobilisasi kekuatannya pada tempat penyerangan dan menghancurkan musuh. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menciptakan proteinprotein pelindung yang disebut antibodi-antibodi yang khusus ditujukan melawan bahan-bahan asing tertentu. Antibodi-antibodi ini, atau immunoglobulins (IgG, IgM, IgA, IgD), adalah pelindung dan membantu menghancurkan partikel asing dengan melekatkan dirinya pada permukaannya, dengan begitu membuat mudah sel-sel imun lainnya untuk menghancurkannya. Bagaimanapun orang yang alergi, mengembangkan tipe spesifik dari antibodi yang disebut immunoglobulin E, atau IgE, sebagai tanggapan pada bahan asing tertentu yang umumnya tidak berbahaya, seperti dander kucing. Ringkasannya, immunoglobulins adalah grup dari molekul-molekul protein yang bekerja sebagai antibodi-antibodi. Ada 5 macam tipe-tipe yang berbeda: IgA, IgM, IgG, IgD, dan IgE. IgE adalah antibodi alergi. Pada contoh binatang kucing, ayah dan anak perempuan termuda mengembangkan antibodiantibodi IgE dalam jumlah besar yang ditujukan melawan allergen kucing, dander kucing. Ayah dan anak perempuan kini menjadi sensitif atau cenderung untuk mengembangkan reaksi-reaksi alergi pada ekspose yang berikutnya dan berulang pada allergen kucing. Secara khas, ada periode “sensitifitas” yang berkisar dari bulanan sampai tahunan sebelum reaksi alergi. Walaupun mungkin adakalanya terjadi reaksi alergi pada ekspose pertama kali pada allergen, pasti sebelumnya ada kontak sehingga sistim imun bereaksi dengan cara ini. IgE adalah antibodi yang dimiliki oleh kita semua dalam jumlah kecil. Orang-orang yang alergi, bagaimanapun, menghasilkan IgE dalam jumlah yang besar. Secara normal, antibodi ini penting dalam melindungi kita dari parasit-parasit, namun tidak dari dander kucing atau allergens. Selama periode sensitifitas, IgE dander kucing diproduksi berlebihan dan melapisi sel-sel tertentu yang berpotensi meledak yang mengandung bahan-bahan kimia. Sel-sel ini mampu menyebabkan rekasi alergi pada ekspose berikutnya pada dander. Ini disebabkan oleh reaksi dari dander kucing dengan dander IgE mengiritasi sel-sel dan menjurus pada pelepasan beragam bahan-bahan kimia, termasuk histamine. Bahan-bahan kimia ini, pada gilirannya, menyebabkan peradangan dan gejala-gejala alergi yang khas. Ini adalah bagaimana sistim imun menjadi berlebihan dan disiapakn untuk menyebabkan reaksi alergi ketika distimulasi oleh allergen. Waktu ekspose pada dander kucing, ibu dan kedua anak lainnya menghasilkan klas-klas antibodi-antibodi lainnya, tidak satupun darinya menyebabkan reaksi alergi. Dalam anggota keluarga yang tidak alergi, partikel-partikel dander dieliminasi oleh sistim imun dan kucing itu tidak ada pengaruhnya pada mereka. c. Ciri-ciri Alergi Sistem pernafasan. Gejala alergi pada sistem pernafasn adalah batuk, pilek, hidung tersumbat, bersin, sesak nafas, mengi suara, mimisan, sakit telinga, tenggorokan gatal, suara serak. Mata. Gejala alergi pada mata adalah: mata gatal, mata merah, mata berair, mata belekan, warna kehitaman di bawah mata, bintitan. Sistem pencernaan. Gejala alergi terhadap sistem pencernaan: nyeri perut, diare, sulit buang air besar, kembung, dan sering kentut. Kulit. Gejala alergi pada kulit bisa kulit gatal, kulit merah berbintik-bintik, kulit menebal, eksim, kulit menjadi kebiruan/hitam, bibir menjadi bengkak. 5. Penggolongan Antibiotika Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional. a. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya : Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin; Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, Antimetabolit, misalnya azaserine. b. Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia : Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. Polipeptida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). Polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin. Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. Streptogramin Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin. Oksazolidinon Diantaranya linezolid dan AZD2563. Sulfonamida Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat. c. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya : Bakterisid Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll. Bakteriostatik Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll. Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid. d. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya : Spektrum luas (aktivitas luas) Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin. Spektrum sempit (aktivitas sempit) Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif. e. Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya : Golongan Penisilin Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi blaktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam. Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui Golongan Sefalosporin Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus. Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-laktamase: Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim Golongan Lincosamides Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne. Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin). Golongan Tetracycline Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil. Golongan Kloramfenikol Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,251%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol. Golongan Makrolida Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paruparu. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin. Golongan Kuinolon Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational. Penggolongan : Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain. Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif. Aminoglikosida Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel. Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik. Monobaktam Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam Sulfonamide Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin. Penggunaan: Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol Infeksi mata : sulfasetamid Radang usus : sulfasalazin Malaria tropikana : fansidar. Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine. Tifus : kotrimoksazol. Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol Sebaiknya tidak hiperbilirubinemia digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, Vankomisin Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi Penggunaan Antibiotik kombinasi : Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal. Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik. Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir enzim penisilinase. Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida) dan kusta (dapson + klofazimin dan/atau rifampisin). Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen dapat dikurangi. Diposkan oleh maman hidayat di 04.51 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih BaruBeranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Arsip Blog ▼ 2013 (2) o ► Juni (1) o ▼ Mei (1) proses Interaksi Obat dengan makanan Mengenai Saya maman hidayat Lihat profil lengkapku maman. Template Tanda Air. Gambar template oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger. Seperti yang telah disebutkan pada artikel mitos dan kenyataan mengenai obat pada mitos 1, penyerapan obat oleh tubuh berbeda-beda. Ada obat yang penyerapannya lebih baik dan lebih cepat dan ada obat yang penyerapannya lebih lambat dan lebih jelek bila ada makanan, tanpa makanan atau bersama-sama makanan. Demikian pula jenis makanan dan minuman yang kita konsumsi akan berpengaruh terhadap penyerapan obat dalam tubuh. Setelah obat diserap oleh tubuh, barulah obat bekerja di dalam tubuh sesuai dengan fungsinya masing-masing. Interaksi obat dengan makanan dan minuman dapat berdampak obat tidak bekerja dengan semestinya, menyebabkan efek samping atau sebaliknya obat lebih efektif bekerja. Karena itu aturan pakai obat berbeda-beda. Ada baiknya kita mengetahui kapan waktu terbaik kita minum obat? dan obat apa yang berinteraksi dengan makanan? agar obat yang kita minum dapat optimal membantu pemulihan kesehatan kita. Obat-obat penghilang sakit/penurun demam yang istilah medisnya disebut analgetik, contoh yang paling populer adalah parasetamol. Obat ini terbaik diberikan dalam keadaan perut kosong karena makanan akan memperlambat penyerapan obat. Jangan minum alkohol bila sedang mengkonsumsi obat ini karena dapat berdampak terhadap kerusakan hati atau pendarahan pada saluran cerna. Obat anti alergi, seperti cetiridin, loratadin, CTM, dll juga sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong. Efek samping obat ini menyebabkan kantuk yang mengurangi kewaspadaan. Sehingga sangat berbahaya jika minum obat ini berbarengan dengan minum alkohol, karena akan memperparah efek samping tersebut. Minum teh/kopi dapat mengurangi rasa kantuk. Jangan minum antibiotik tetracyclin bersama-sama dengan susu. Susu mengandung kalsium yang dapat membentuk suatu kesatuan dengan tetracyclin sehingga sulit untuk dapat diserap oleh tubuh. Obat asma seperti golongan teofilin, albuterol dan ephinephrine bila berinteraksi dengan makanan yang memiliki kandungan lemak tinggi dapat meningkatkan jumlah teofilin dalam darah, tetapi dengan makanan yang memiliki karbohidrat tinggi dapat menurunkan kadar teofilin dalam tubuh. Hindari pula minum teh atau kopi bersama-sama dengan obat ini, karena keduanya sama-sama akan memacu susunan saraf pusat. Minum obat ini bersama alkohol akan meningkatkan efek samping seperti mual, muntah, dan sakit kepala. Obat warfarin adalah obat untuk mengencerkan darah. Vitamin E dan bawang juga membantu pengenceran darah. Sehingga bila mereka dikonsumsi bersama dampaknya terhadap pengenceran darah akan berlebih yang tentu saja berbahaya. Tetapi sebaiknya pasien yang mengkonsumsi obat ini juga makan sayuran brokoli dan bayam secara teratur dengan jumlah secukupnya (tidak berlebih), karena sayur tersebut membantu pembentukan clot darah sehingga membantu mengembalikan efek warfarin. Makanan/minuman yang mengandung tiramin seperti alkohol, keju dan daging olahan tidak boleh dikonsumsi bersama-sama dengan obat antidepresan, karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Sebenarnya masih banyak lagi contoh interaksi obat dan makanan yang seharusnya dihindari oleh pasien. Contoh diatas hanya untuk memberikan gambaran agar kita selalu waspada bila berhubungan dengan konsumsi obat. Minum alkohol harus dihindari bila kita sedang mengkonsumsi obat. Untuk informasi yang lebih jelas dan lengkap anda dapat konsultasi dengan apoteker di apotek sewaktu membeli obat. Share this: