Uploaded by User49615

Modul-15 Etika Periklanan

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etika Periklanan
Pokok Bahasan :
Penyempurnaan
Etika Pariwara Indonesia (EPI)
2020
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Advertising &
Marcomm
TatapMuka
15
Kode MK
DisusunOleh
43011
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
“Suatu etika periklanan akan lebih
efektif justru kalau ia disusun,
disepakati, dan ditegakkan oleh para
pelakunya sendiri”
Mahasiswa mengetahui pedoman
etika perikalanan dari
mancanegara.
Penyempurnaan EPI 2020
EPI disusun dengan prinsip swa-kramawi. Prinsip yang memberi rujukan
bahwa suatu etika periklanan akan lebih efektif justru kalau ia disusun, disepakati, dan
ditegakkan oleh para pelakunya sendiri. Seiring berjalannya waktu, EPI telah dikinikan
sesuai dengan jamannya, tiga kali. Pada tahun 1996, 2005 dan 2014. Dewan
Periklanan Indonesia (DPI) memandang perlu untuk kembali mengkinikan EPI
mengingat perubahan pesat yang terjadi di ekosistem periklanan Indonesia, terutama
karena semakin berkembang dan canggihnya teknologi. Pada pertengahan 2019, DPI
membentuk Komite Penyempurnaan Etika Pariwara Indonesia (KPEPI) untuk
mengkinikan EPI. KPEPI diketuai oleh Dr. Hery Margono dari P3I dan beranggotakan
wakil dari semua unsur pemangku kepentingan periklanan Indonesia.
Komite Penyempurnaan EPI:

Ketua merangkap anggota: Hery Margono (P3I)

Sekretaris merangkap anggota: Nana Febriana Sinaga (APPINA)

Penanggungjawab merangkap anggota: Sancoyo Antariksa (DPI)

Pengarah merangkap anggota: Baty Subakti (P3I)

Pengawas merangkap anggota: Neil R. Tobing (ATVSI)
Anggota:
1. Bambang Sumaryanto (Badan Musyawarah Etika DPI)
2. Susilo Dwihatmanto (Badan Pengawas Periklanan P3I)
3. Musa Chandra (APPINA)
4. Nuke Mayasaphira (AMLI)
5. Nono Suharsono (TVRI)
6. Irvan Senjaya (ATVSI)
7. Shanti Ruwyastuti (ATVSI)
8. R.T.S. Masli (DPI)
9. Jojo Nugroho (Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia)
10. Meily Badriati (Dewan Perguruan Periklanan Indonesia)
11. Irwa R Zarkasi (Dewan Perguruan Periklanan Indonesia)
2020
2
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Etika Pariwara Indonesia (EPI). Ini merupakan penyempurnaan keempat atas
dokumen serupa yang pertama kali diikrarkan tanggal 17 September 1981 yang
disebut kitab Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI).
Penyempurnaan atas kitab pertama diikrarkan tanggal 19 Agustus 1996. Pada
penyempurnaan kedua yang diikrarkan tanggal 26 Agustus 2005, kitab TKTCPI
disepakati disebut EPI. Penyempurnaan ketiga atas kitab EPI diikrarkan tanggal 1
Oktober 2014.
Penyempurnaan keempat ini dilakukan karena banyaknya perkembangan
teknologi dan perubahan struktur ekosistem periklanan yang terjadi dalam industri
periklanan dalam lima tahun terakhir yang belum tercakup dalam kitab EPI lama.
Dalam kaitan ini, sebagian dari penyempurnaan yang diperlukan adalah untuk
memperluas perspektif setiap permasalahan etika, namun di lain pihak, mempertajam
subyek klausal terkait. Sebagian lainnya dari penyempurnaan ini adalah untuk
menampung tiga gejala penting yang menjadi penyebab terjadinya perubahan besar
dalam industri periklanan saat ini, yaitu:
a. Lompatan teknologi komunikasi dan informasi yang memunculkan berbagai
wujud pesan dan media periklanan baru.
b. Konvergensi media yang mengharuskan adanya konsistensi perlakuan antar
media, antar klausal.
c. Kebutuhan untuk berkampanye pemasaran yang menyeluruh dan terpadu,
sehingga memunculkan juga bentuk-bentuk jasa dan metode baru dalam
berprofesi dan berpraktik usaha.
Penyempurnaan Menyeluruh
Dalam EPI ini penyempurnaan yang dilakukan menyangkut asas EPI dan
klausal-klausal yang sudah ada sebelumnya, maupun penambahan klausal-klausal
baru. Pada klausal-klausal yang sudah ada, penyempurnaan dilakukan untuk
mempertegas, menjelaskan, atau melengkapi aspek maupun perspektifnya.
Dalam hal tata krama, penyempurnaan isi iklan pada klausal-klausal yang
sudah ada termasuk tentang hak kekayaan intelektual, bahasa, penjelasan halal,
pencantuman harga, penjelasan garansi, rasa takut dan tahayul, hiperbolisasi, dan
2020
3
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
anjuran. Penyempurnaan ragam iklan pada klausal- klausal yang sudah ada terdiri
dari: rokok dan produk tembakau, obat-obatan, produk pangan, kosmetika dan produk
perawatan tubuh, alat dan perlengkapan kesehatan di rumah tangga, jasa layanan
kesehatan, penghimpunan modal, dan dana sosial.
Penyempurnaan pemeran iklan pada klausal yang sudah ada hanya tentang
anak dan penjelasan pejabat negara. Sedangkan penyempurnaan wahana iklan pada
klausal-klausal yang sudah ada tentang media digital, media luar griya, layanan pesan
singkat, dan pemasaran/penjualan langsung.
EPI ini juga mengandung banyak klausal baru, seperti pada bagian isi iklan
terdiri dari klausal-klausal agama, dan lingkungan. Pada bagian ragam iklan terdapat
penambahan klausal baru tentang iklan pelaku usaha jasa keuangan. Pada bagian
pemeran iklan terdapat klausal baru tentang pemeran yang mirip dengan tokoh
nasional/internasional. Sedangkan pada bagian wahana iklan tidak terdapat klausal
baru.
Dalam hal tata cara dan penegakan, semangat klausal-klausal pada bagian
tata cara dan penegakan masih relevan untuk dijalankan pada masa kini. Pada bagian
tata cara dan penegakan, penyempurnaan hanya tentang sanksi.
Penyempurnaan atas EPI ini dilakukan setelah berkonsultasi juga dengan para
pakar terkait. Para pakar ini selain berasal dari industri periklanan sendiri, juga dari
mereka yang mengakrabi bidang-bidang keagamaan, filsafat, sosial, dan budaya.
Selain berkonsultaasi dengan para pakar, penyempurnaan EPI juga dilakukan
setelah menyimak rujukan dari berbagai kode etik periklanan di banyak negara.
Jabaran lebih lanjut tentang rujukan-rujukan dimaksud terdapat pada bagian lain kitab
ini. Rujukan juga diperoleh dari pengalaman lembaga-lembaga penegak etika
periklanan dalam menangani kasus-kasus selama ini, khususnya dari:
a. Badan Musyawarah Etika (BME) yang merupakan lembaga struktural Dewan
Periklanan Indonesia (DPI)
b. Badan Pengawas Periklanan (BPP) P3I
Khusus yang menyangkut media digital, EPI banyak memperoleh bahan dari
Focus Group Discussion yang diselenggarkan oleh Dewan Periklanan Indonesia (DPI)
2020
4
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan dilaksanakan di Graha Unilever BSD, pada 6 September 2019. Diskusi ini selain
menampilkan pembicara dari praktisi periklanan digital dan pakar komunikasi
pemasaran, juga dihadiri pelaku media digital, Indonesian Digital Association (IDA),
Indonesian E-Commerce Association (IDEA), Otoritas Jasa KEUANGAN (OJK), dan
tentunya Komite Penyempurnaan Etika Pariwara Indonesia (KPEPI).
EPI ini sudah diupayakan untuk dapat disusun secara jelas dan lengkap,
namun ringkas. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan terjadi kekeliruan
tafsir di antara para penggunanya. Masalah ini dapat jadi mendasar dalam hal yang
menyangkut perselisihan antar dua pihak. Dalam hal demikian, maka pendapat
lembaga penegak EPI dianggap sebagai makna dan tafsir yang benar.
Dinamika Industri
Segala upaya telah dilakukan untuk membuat EPI ini aktual dan tepat guna.
Meskipun demikian harus diakui bahwa perkembangan industri yang begitu pesat
sepanjang dekade terakhir telah menyebabkan aktualisasi atas suatu rujukan etika
pun dapat bergeser. Karena itu, dalam penerapannya ke depan, para pelaku
periklanan harus mampu menerjemahkan roh dan isi dari kitab EPI ini, sesuai
dialektika dari setiap situasi dan kondisi nyata yang berkembang. Setidaknya dalam
sistem nilai, jiwa, dan semangatnya.
Ancangan ke Depan
Semua asosiasi penganut atau pendukung EPI ini menyadari bahwa tidaklah
sepenuhnya tepat bagi asosiasi-asosisasi usaha tersebut untuk juga mengatur
kadiah-kaidah etika profesi sebagaimana tercantum dalam tatanan tata karma pada
EPI ini.
Namun di sisi lain, disadari pula kurang memadainya asosiasi-asosiasi profesi
periklanan yang ada saat ini untuk dapat mengatur dan menegakkan sendiri etika
profesi atau tata kramanya. Adalah harapan Dewan Periklanan Indonesia untuk suatu
saat nanti dapat pula menampung asosiasi-asosiasi profesi dimaksud dan sekaligus
2020
5
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menjadi lembaga penegak pula bagi suatu etika profesi yang sepenuhnya dari, oleh,
dan untuk profesi periklanan sendiri.
Jika harapan ini dapat diwujudkan, ia akan kian mengokohkan komitmen
industri pada nilai-nilai moral yang ingin ditegakkan, sekaligus mengentalkan
keterkaitan profesi periklanan kepada akar budayanya.
Meskipun periklanan merupakan mata rantai dan konsekuensi yang tak
terhindarkan dari suatu supra sistem sosial dan perekonomian, namun ia harus
dikelola agar senantiasa melindungi masyarakat. Perlindungan ini mesti pula bersifat
menyeluruh, menyangkut keselamatan dan kenyamanan dan utamanya terhadap
keterhormatan. Karena hanya dengan landasan melindungi itu ia dapat memerankan
fungsinya, untuk diterima dan dipercaya oleh masyarakat. Untuk itu, menaati semua
etika profesi dan usaha periklanan diyakini merupakan suatu keniscayaan.
Di samping itu, periklanan hanya dapat hidup dan tumbuh jika masyarakat
memahami dan menghargai peran, fungsi, dan tanggung jawab industry tersebut.
Dengan memahami dan menghargai periklanan, diyakini masyarakat akan dengan
sendirinya berpartisipasi melindungi industry periklanan. Karena itu, demi kehidupan
dan pertumbuhan industri periklanan sendiri, ikhtiar untuk senantiasa melindungi
mayarakat menjadi mutlak. Adalah juga keyakinan bahwa ikhtiar tersebut, demi
kebaikan dan kebenaran segala karya periklanan, harus diawali dengan niat dan
kesengajaan yang penuh dan tulus.
Lingkungan Periklanan
Para pelaku periklanan amat mendambakan lingkungan berprofesi dan
berusaha yang sarat dengan nilai-nilai moral. Karena itu, EPI amat mendorong dan
meleluasakan setiap pesan dan praktik usaha periklanan yang memperkuat
demokratisasi, supremasi hukum dan transparansi. Sejalan dengan itu, periklanan
pun amat peduli pada terciptanya lingkungan hidup yang harmonis, dalam bingkai
ekosistem yang menunjang dan berkelanjutan.
Dengan keyakinan penuh akan kebenaran jiwa, substansi dan arah pedoman
etika berprofesi dan berusaha ini, serta sejalan dengan harapan yang hidup dan
2020
6
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berkembang,
para
pelaku
periklanan
bertekad
untuk
bersungguh-sungguh
menaatinya. Kesungguhan itu diungkapkan dengan membentuk, memfungsikan, dan
memperkuat segala dan semua lembaga penegak etika periklanan nasional.
Para pelaku periklanan mengakui bahwa sebagai hukum normatif, pedoman
etika periklanan ini tidaklah bertentangan dengan segala peraturan perundangundangan. Pedoman etika periklanan ini adalah justru merupakan perwujudan dari
upaya
sungguh-sungguh
dan
terus-menerus
dari
pelaku
periklanan
untuk
berswakrama, atau mengatur diri sendiri. Karena itu, dalam banyak hal, ia melengkapi
ketentuan-ketentuan hukum positif tentang periklanan dan dalam beberapa hal lain ia
menjadi satu-satunya sarana untuk menyelesaikan perselisihan periklanan.
Tujuan dan Publik Sasaran
Pedoman etika periklanan ini disepakati oleh pelaku periklanan untuk dijadikan
pedoman bersikap dan bertingkah laku secara internal, sehingga dalam berprofesi
dan berusaha dapat senantiasa sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Karena itu, pedoman etika periklanan ini akan pula dijadikan rujukan utama dalam
segala upaya penegakannya, baik secara internal maupun dalam hal terjadi
keterkaitan dengan pihak-pihak lain.
Dengan penyepakatan tersebut diharapkan akan tercipta iklim berprofesi dan
berusaha yang adil, kondusif, inovatif, dan dinamis bagi kehidupan dan pertumbuhan
industri periklanan. Selanjutnya, iklim berprofesi dan berusaha sedemikian diharapkan
akan mendorong berkembangnya kegiatan berkomunikasi pemasaran yang bukan
saja sehat dan bertanggung jawab, namun juga maju dan mutakhir. Pada gilirannya,
semua ini akan melindungi konsumen, sekaligus meningkatkan integritas, harkat dan
martabat industri periklanan secara keseluruhan.
Dalam kaitan eksternal, pedoman etika periklanan ini bertujuan untuk memberi
informasi dan rujukan kepada masyarakat luas tentang hak-hak dan kualitas hidup
khalayak yang terkait langsung maupun tak langsung dengan kiprah industri
periklanan.
2020
7
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bagi Pamong, pedoman etika periklanan ini seyogianya dijadikan rujukan
dalam segala upaya pembinaan industri periklanan. Sedang bagi lembaga
pendidikan, ia perlu dijadikan materi ajar yang tak terpisahkan dari studi komunikasi
dan/atau pemasaran.
Selain para pihak itu, pedoman etika periklanan ini pun ditujukan kepada
masyarakat periklanan internasional, agar mereka pun mengetahui dan menghormati
nilai-nilai kemanusiaan yang melekat pada industry periklanan Indonesia, sehingga
terbina rujukan timbal-balik yang dapat menyejajarkan industri periklanan nasional
dengan yang berkembang di mancanegara.
Atas dasar semua wacana di atas, para pelaku dan komponen periklanan
Indonesia telah menghimpun, menyusun dan menetapkan pedoman etika periklanan
yang disebut EPI yang jabarannya termaktub dalam bagian-bagian selanjutnya dari
dokumen ini.
Pelanggaran Etika Periklanan Pada Telivisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai
penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitamputih) maupun berwarna. Televisi merupakan salah satu media elektronik yang
sifatnya dapat dinikmati oleh masyarakat atau khalayak ramai. Oleh karena itu televisi
lebih menarik jika dibandingkan media lain, karena menampilkan gambar hidup dan
warna. Salah satu tayangan televisi
yang sangat menarik karena sifatnya yang
persuasif adalah iklan. Iklan merupakan sebuah pesan yang bertujuan untuk
membujuk dan mendorong orang untuk menggunakan produk atau jasa yang
diiklankan oleh produsen.
Iklan atau advertising dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin yaitu
adverte yang berarti mengalihkan perhatian, sehingga advertising dapat diartikan
sebagai sesuatu yang dapat mengalihkan perhatian khalayak terhadap sesuatu. Maka
inti dari periklanan terletak pada bagaimana usaha mengalihkan khalayak agar
memperhatikan pada sesuatu yang ingin menjadi tujuan kita (Muktaf, 2015: 3).
2020
8
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Periklanan mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi informatif dan fungsi
persuasif. Tetapi pada kenyataannya tidak ada iklan yang semata-mata informatif dan
tidak ada iklan yang semata-mata persuasif. Iklan tentang produk baru biasanya
mempunyai informasi yang kuat. Misalnya tentang tempat pariwisata dan harga
makanan di toko swalayan. Sedangkan iklan tentang produk yang ada banyak
mereknya akan memiliki unsur persuasif yang lebih menonjol, seperti iklan tentang
pakaian bermerek dan rumah (Bertens, 2000: 265).
Dalam iklan itu sendiri terdapat pesan iklan yang ditujukan kepada khalayak.
Para pembuat iklan juga akan merasa sangat kompetitif daam mengkreasikan sebuah
iklan untuk menarik perhatian khalayak. Namun dalam menyampaikan pesan
iklannya, pembuat iklan terkadang mengesampingkan aturan-aturan dalam periklanan
yang berlaku. Pengiklan juga harus mempunyai etika seperti yang diatur dalam Etika
Pariwara Indonesia (EPI) dan Peraturan Daerah (PERDA) karena iklan harus jujur
terhadap khalayak, bertanggungjawab terhadap produk yang diiklankan, dan
menghormati hak setiap orang dalam memilih. Untuk melacak etika dalam periklanan
di Indonesia, kita bisa beranjak dari dokumen-dokumen yang menjadi pegangan
dalam etika periklanan di Indonesia. Dokumen awal yang menjadi pegangan dalam
etika periklanan di Indonesia adalah diikrarkan tangal 17 September 1981, yang
selanjutnya disempurnakan dan diikrarkan lagi pada tanggal 19 Agustus 1996.
Penyempurnaan terakhir dilakukan pada 1 Juli 2005 dengan nama Tata Krama dan
Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI). Nama yang disepakati oleh pemangku
kebijakan di ranah periklanan adalah Etika Pariwara Indonesia (EPI). Pemangku
kebijakan yang terlibat adalah Badan Pengawas Periklanan Persatuan Perusahaan
Periklanan Indonesia (PPPI), Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS), Asosiasi Televisi
Swasta Indonesia (ATVSI), Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI),
Asosiasi Perusahaan Media Luar-griya Indonesia (AMLI), Dewan Periklanan
Indonesia (DPI), dan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI).
(Junaedi, 2019: 126).
Pada era ini iklan televisi telah banyak mengalami perubahan. Dengan
kemajuan teknologi media televisi, semakin memungkinkan dibuat iklan yang lebih
2020
9
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
atraktif dan menarik. Iklan tidak bisa lepas dari etika, karena iklan harus menyatakan
kebenaran dan kejujuran. Masih banyak pengiklan yang mengabaikan norma-norma
dan lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan tertentu dalam membuat iklan.
Untuk itu, harus ada pengontrolan yang tepat untuk menghindari terjadinya iklan yang
mengorbankan nilai etika dan moral.
Pertama, iklan produk Lulur Citra yang ditayangkan oleh stasiun SCTV pada
tanggal 28 Februari pada jam 16:00 WIB tmelanggar etika periklanan karena iklan
tersebut menampilkan seorang artis iklan yang sedang mandi lulur dan melihatkan
paras perempuan seksi dengan melihatkan sedikit bagian punggung. Sedangkan EPI,
pasal 1.26 Pornografi dan Ponoraksi mengatur bahwa “Iklan tidak boleh
mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dakam bentuk apapun”.
Gambar 1.2 contoh pelanggaran iklan dalam iklan Sabun GIV
Kedua, iklan produk Sabun GIV ditayang oleh MNC TV pada tanggal 26
Februari pada jam 13:00 WIB melanggar etika periklanan karena menampilkan
seorang perempuan yang sedang mandi menggunakan produk sabun GIV dengan
melihatkan sedih bagian pundak. Iklan inimelanggar pelanggaran yang sama dengan
contoh sebelumnya yaitu didalam EPI, pasal 1.26 Pornografi dan Ponoraksi mengatur
bahwa “Iklan tidak boleh mengeksploitasi erotisme atau seksualitas dakam bentuk
apapun”.
2020
10
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1.3 contoh pelanggaran iklan dalam iklan Sabu Lifebouy | dok. trans7
Contoh terakhir adalah iklan Sabun Lifebouy ini melanggar etika periklanan
karena menggunakan kata “NO.1 di dunia”. Sedangkan EPI, Bab III.a No. 1 Pasal
1.2.2 mengatur bahwa “Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata “paling”, “no.1”,
“TOP”, atau kata-kata berlawanan “ter”, dan/ atau yang bermakna sama, tanpa secara
khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan
pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang autentik”.
2020
11
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
1. Dewan Periklanan Indonesia, (2020). Etika Pariwara Indonesia, edisi ke 3 cetakan
ke1, penyempurnaan keempat. Jakarta: Dewan Periklanan Indonesia
2. Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia)
3. Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI)
4. http://www.dgip.go.id
2020
12
Etika Periklanan
Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download