Uploaded by User76513

ASKEP PSIKOSOSIAL ANSIETAS

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL
(KECEMASAN)
A. Definisi
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang
sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan
itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap
persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi
bagian dari sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan,
rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman
sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda.
Tepi emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas
atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke
tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat
untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat
menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan
kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget,
hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan
rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi,
insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat
dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta
menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu,
nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya
gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah
sementara atau
menetap. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir
bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas
menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya
dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.
B. Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor
Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada
otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen.
Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap
perkembangan
kepribadian
seseorang, baik hal yang menentramkan,
menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan
menimbulkan
kecemasan
karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.
g. Riwayat gangguan
kecemasan
dalam keluarga akan mempengaruhi
respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung
benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat
menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung
jawab
menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik.
Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
 Sumber
Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
 Sumber
Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam
berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber
Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
C. Rentang Respon Kecemasan
Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).
1. Tingkat kecemasan sebagai berikut:
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan
kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal
lain.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat
berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada satu area lain.
d. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi
peningkatan
aktifitas
motorik,
menurunnya
kemampuan
untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
D. Tanda Dan Gejala Kecemasan
1. Respons fisik :
a. Kardiovaskular
:
Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut Nadi
Cepat
b. Pernafasan
:
Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal,
Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
c. Neuromuskular
:
Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang,
Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
d. Gastrointestinal
:
Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pd Abdomen
e. Traktur Urinarius
:
Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
f. Kulit
:
Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan,
distressed, khawatir, prihatin
E. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya
tahan
dalam
menghadapi berbagai
problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
F. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas
adalah
konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego
atau
Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan
dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan, trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
dengan
harga diri rendah
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang
terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng
berlebihan
lebih
sering
menunjukkan
ansietas
pada
kehidupan
selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan
kesehatan
umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap
ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku.
Kecemasan
dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala
atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas
perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
a. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.
Sistem Tubuh
Respons
 Palpitasi.
Kardiovaskuler
 Jantung berdebar.
 Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
 Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Pernafasan
Neuromuskular
Gastrointestinal

Napas cepat.

Pernapasan dangkal.

Rasa tertekan pada dada.

Pembengkakan pada tenggorokan.

Rasa tercekik.

Terengah-engah.

Peningkatan reflek.

Reaksi kejutan.

Insomnia.

Ketakutan.

Gelisah.

Wajah tegang.

Kelemahan secara umum.

Gerakan lambat.

Gerakan yang janggal.
 Kehilangan nafsu makan.
 Menolak makan.
 Perasaan dangkal.
 Rasa tidak nyaman pada abdominal.
 Rasa terbakar pada jantung.
 Nausea.
 Diare.
Perkemihan
Kulit

Tidak dapat menahan kencing.

Sering kencing.

Rasa terbakar pada mukosa.

Berkeringat banyak pada telapak tangan.

Gatal-gatal.

Perasaan panas atau dingin pada kulit.

Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
b. Respon Perilaku Kognitif.
Sistem
Perilaku
Kognitif
Respons

Gelisah.

Ketegangan fisik.

Tremor.

Gugup.

Bicara cepat.

Tidak ada koordinasi.

Kecenderungan untuk celaka.

Menarik diri.

Menghindar.

Terhambat melakukan aktifitas.

Gangguan perhatian.

Konsentrasi hilang.

Pelupa.

Salah tafsir.

Adanya bloking pada pikiran.

Menurunnya lahan persepsi.

Kreatif dan produktif menurun.

Bingung.
Afektif

Khawatir yang berlebihan.

Hilang menilai objektifitas.

Takut akan kehilangan kendali.

Takut yang berlebihan.

Mudah terganggu.

Tidak sabar.

Gelisah.

Tegang.

Nerveus.

Ketakutan.

Alarm.

Tremor.

Gugup.

Gelisah.
4. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan
keyakinan
budaya
dapat
membantu
seseorang
mengintegrasikan
pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi
ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku
patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptif terhadap stress.
G. Diagnosa
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian Kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola Napas Tidak Efektif.
4. Koping Individu Tidak Efektif.
5. Diam.
6. Gangguan Pembagian Bidang Energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Perubahan Nutrisi.
11. Respon Pasca Trauma.
12. Ketidakberdayaan.
13. Gangguan Harga Diri.
14. Gangguan Pola Tidur.
15. Isolasi Sosial.
16. Perubahan Proses Berfikir.
17. Gangguan Eliminasi Urine.
H. Intervensi
1. Tujuan Umum
: Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat
ringan hingga panik.
2. Tujuan khusus :
Klien mampu untuk
:
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
e. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
f. Klien terlindung dari bahaya.
1. Ansietas Ringan.
Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Ansietas

Tidak nyaman.

Gerakan tidak tenang
ringan adalah

Gelisah.

Perhatikan tanda peningkatan
ansietas

Insomnia ringan
normal dimana 
motivasi
Perubahan nafsu
individu pada

Peka

Gunakan obat bila perlu
keseharian

Pengulangan

Dorong pemecahan masalah
pertanyaan

Berikan informasi akurat dan
dalam batas
kemampuan

untuk
melakukan dan

masalah yang
meningkat.
fuktual



pemecahan

Mudah marah.
Bantu dalam mengidentifikasi
keterampilan koping yang berhasil
Peningkatan
masalah
Sadari penggunaan mekanisme
pertahanan
Peningkatan
persepsi
Bantu klien menyalurkan energi
secara konstruktif
Perilaku mencari
kewaspadaan


makan ringan
perhatian
memecahkan
ansietas
Pertahankan cara yang tenang dan
tidak terburu

Ajarkan latihan dan tehnik
relaksasi
2. Ansietas Sedang.
Deskripsi
Ansietas sedang
Batasan Karakter

adalah cemas
yang

mempengaruhi
pengetahuan
Perkembangan dari

Pertahankan sikap tidak
ansietas ringan
tergesa-gesa, tenang bila
Perhatian terpilih
berurusan dengan klien
dari lingkungan

Intervensi

Bicara dengan sikap
Konsentrasi hanya
tenang, tegas
baru dengan
pada tugas-tugas
meyakinkan
penyempitan
individu
lapangan

Suara bergetar
persepsi

Ketidaknyamanan

Gunakan kalimat yang
pendek dan sederhana

Hindari menjadi cemas,
sehngga
jumlah waktu yang
individu
digunakan

Dengarkan klien

Berikan kontak fisik
marah, dan melawan
kehilangan

Takipnea
pegangan tetapi

Takikardia
dengan menyentuh
dapat mengikuti

Perubahan dalam
lengan dan tangan klien
pengarahan
orang lain.
nada suara

Anjurkan klien

Gemetaran
menggunakan tehnik

Peningkatan
relaksasi
ketegangan otot


Ajak klien untuk
Menggigit kuku,
mengungkapkan
memukul-mukulkan
perasaannya
jari,
menggoyangkan
kaki dan
mengetukkan jari
kaki

Bantu klien mengenali
dan menamai ansietasnya
3. Ansietas Berat
Deskripsi
Batasan Karakter
Pada ansietas 
Perasaan terancam
Intervensi

Isolasi klien
berat

Ketegangan otot yang berlebihan
dalam lingkungan
lapangan

Diaforesis
yang aman dan
persepsi

Perubahan pernapasan
tenang
menjadi

Napas panjang
sangat

Hiperventilasi
perawatan dan
menurun.

Dispnea
kontak sering
Individu

Pusing
sampai konstan
cenderung

Perubahan gastrointestinalis
memikirkan

Mual muntah
hal yang

Rasa terbakar pada ulu hati

Sendawa

Anoreksia

Diare atau konstipasi

Perubahan kardivaskuler

Takikardia

Palpitasi

Rasa tidak nyaman pada
sangat kecil
saja dan
mengabaikan
hal yang lain.
Individu
tidak mampu
berfikir
realistis dan

Berkurangnya jarak persepsi secara

Ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi
memusatkan
pada daerah

Rasa terbakar
lain.

Kesulitan dan ketidaktepatan
pengungkapan

Aktivitas yang tidak berguna

Bermusuhan
Biarkan
Berikan obatobatan klien
melakukan hal
untuk dirinya
sendiri

Observasi adanya
tanda-tanda
peningkatan
agitasi.

Jangan
mennyentuh klien
tanpa permisi

berat
pengarahan,
untuk dapat

prekokardia
membutuhka
n banyak

Yakinkan klien
bahwa dia aman

Kaji keamanan
dalam lingkungan
sekitarnya
4. Panik.
Deskripsi
Adalah
Batasan Karakter

tingkat
dimana


bahaya
terhadap diri

sendiri dan
orang lain

berat
individu
berada pada
Hiperaktif / imobilitasi
Intervensi
Rasa terisolasi yang
; minta bantuan

Jika mungkin
ekstrim
hilangkan beberapa
Kehilangan desintegrasi
stressor fisik dan
kepribadian
psikologisdari
Sangat goncang dan otot-
lingkungan
otot tegang

Tetap bersama klien

Bicara dengan
Ketidakmampuan untuk
tenang, sikap
serta dapat
berkomunikasi dengan
meyakinkan,
menjadi
kalimat yang lengkap
menggunakan nada
Distori persepsi dan
suara yang rendah
diam atau


menyerang
penilaian yang tidak
dengan cara
realistis terhadap
bahwa anda (staf)
kacau.
lingkungan dan ancaman
tidak akan
Perilaku kacau dalam
membahayakan
usaha melarikan diri
dirinya sendiri atau
Menyerang
orang lain



Katakan pada klien
Isolasikan klien pada
daerah yang aman
dan nyaman

Lanjut dengan
perawatan ansietas
berat
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “Ny. M”
DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN
A. Identitas Klien
Inisial
: Ny. M
Umur
: 53 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Berladang
Suku bangsa
: Melayu
Status marital
: Menikah
Alamat lengkap
: Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam
B. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD
Soedarso . Klien melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada
perubahan yang signifikan. Klien terkena stroke sudah 4 kali. Dan
yang
terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2015 klien tiba-tiba terjatuh saat ingin
ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien dari ekstremitas
atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya. Klien mengatakan
sebelumnya 3 kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga mengatakan
bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan
sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan kesehatan karena kondisi Ny. M yang
tidak bisa berjalan seperti dulu.
Masalah Keperawatan
:
Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan,
Kurang Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai
seperti ini.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien
sering menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama
suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak
berharga walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
Kakak klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat
hipertensi.
D. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali
terkena dan terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
3. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien
merasa cemas dengan masalahnya
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD
: 220 / 100 mmHg
N : 88 x/mt
: 153 cm
BB : 46 kg
S : 36.7 0C
P: 22 x/mt
2. Ukur
TB
3. Keluhan Fisik
(*) turun ( ) naik
( ) ya
(*) tidak
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan .
F. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
Laki-laki
:
Perempuan
:
Sudah meninggal :
Klien
:
Tinggal serumah
:
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun.
Klien sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah
dengan suami dan 3 orang anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya
terjalin dengan erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien
adalah suaminya.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak
disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang
rumahnya. Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani,
menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya.
Semenjak sakit klien hanya bisa menonton TV dan berbincang-bincang
dengan anak dan suaminya
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa
memenuhi perannya.
d. Ideal Diri
Klien
mengatakan
bercita-cita
untuk
bisa
menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan
orang lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan
anaknya. Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada
suami dan anaknya pasti akan membantu memecahkan masalah yang
dialami klien. Klien tidak mengikuti kegiatan diluar rumah karena
kondisinya.
4. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Klien mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat ini,
dan berharap diberi kesembuhan atas penyakitnya.
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan
rapi,
pakaian yang digunakan
sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien
menjawab pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses
wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas (Isi
pembicaraan).
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang diulang-ulang
ataupun
gemetar. Namun
saat
membicarakan
penyakitnya klien tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada
komplikasi lain. Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat
sedih
maupun
gembira.
Klien
terlihat
senang
saat
menceritakan
pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus
yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat.
Kontak mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara
dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien
mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan
ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu
topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien
realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan
lingkungannya. Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa
lalu maupun saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi
klien sudah
makan atau
belum, jam berapa. Klien tidak mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa
yang ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu
untuk menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
berladang atau menyiapkan sarapan
untuk keluarga. Klien memilih
menyiapkan sarapan terlebih dahulu karena kalau sudah membuat sarapan
klien leluasa keladangnya
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
H. Pola Makan dan Eliminasi
1. Makan dan minum
Klien makan
3 kali sehari dengan
porsi lebih sedikit dari biasanya
(sebelum sakit seperti sekarang ) tapi habis , klien dapat makan tanpa
bantuan. Keluarga hanya mengambilkan makanan.
2. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, namun suami yang membantu
membawa ke WC.
3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.
5. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun karena
ingin BAK
6. Penggunaan Obat
Keluarga mengatakan klien sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan. Selama ini hanya menggunakan obat warung .
7. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya menonton TV, berbincang-bincang dengan
keluarga dirumah.
8. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan semenjak kondisi klien seperti sekarang klien hanya
keluar ke teras rumah agar tidak jenuh sekalian berjemur.
I. Mekanisme Koping
Klien mengatakan
setiap
mempunyai
masalah
selalu menceritakannya
kepada keluarganya.
J. Kurang Pengetahuan Tentang
Klien mengatakan sudah
lama tidak
kontrol
kondisinya ke pelayanan
kesehatan, Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini,
tidak tahu cara perawatannya dirumah, Ny. M hanya meminum obat warung
dan berjemur saat pagi hari di teras rumah .
K. Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny. M terkena Stroke.
Saat wawancara keluarga tidak tahu obat-obat apa yang diminum Ny. M ,
karena obatnya sudah habis dan Ny. M sudah lama tidak kontrol ke pelayanan
kesehatan .
L. Analisa Data
No
1.
Data
Masalah
DS :

Klien
mengatakan
dengan
merasa
kondisinya
cemas
saat
ini
Kecemasan
(penyakitnya).

Klien mengatakan tubuhnya bagian
kiri mati rasa.

Keluarga
mengatakan
sebelumnya
klien sudah 4 kali menjalani terapi,
tapi
tidak
ada
perubahan
yang
signifikan. Dan sekarang kondisi klien
seperti ini.
DO :

Klien dan keluarga tampak cemas

Klien tampak gelisah

Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang kondisi klien saat ini.
2.
DS :

Klien mengatakan terkadang khawatir
dengan
kondisinya,
takut
komplikasi lain
DO :

Wajah klien tampak ketakutan

Bertanya-tanya kepada perawat
ada
Ketakutan
3.
DS :

Keluarga
mengatakan
bingung
melihat kondisi Ny. M seperti ini,
tidak tahu cara perawatannya dan
sudah
lama
tidak
kontrol
ke-
pelayanan kesehatan karena kondisi
Ny. M yang tidak bisa berjalan seperti
dulu.

Klien mengatakan sudah lama tidak
kontrol
kondisinya ke pelayanan
kesehatan, hanya
meminum obat
warung dan berjemur saat pagi hari
di teras rumah
DO :

Klien dan keluarga bertanya-tanya
kepada perawat
M. Daftar Masalah
1. Kecemasan
2. Ketakutan
3. Kurang pengetahuan
N. Pohon Masalah
Ketakutan
Kecemasan
Kurang Pengetahuan
Kurang Pengetahuan
O. Tindakan Keperawatan
No
1.
Tanggal
Waktu
Selasa
16.00
3 November
WIB
Intervensi
Implementasi (DAR)
DS :

2015

Bina hubungan saling

S:
Klien mengatakan merasa

keluarga dan klien
percaya
cemas dengan kondisinya
mengatakan
Bantu klien
saat ini (penyakitnya).
sedikit tenang
Klien mengatakan tubuhnya
sudah dijelaskan
bagian kiri mati rasa.
dan diajarkan cara
Keluarga mengatakan
mengatasi penyakit
Bantu klien memahami
sebelumnya klien sudah 4
yang dirasakan
perspektif pasien
kali menjalani terapi, tapi
klien (mati rasa).
terhadap situasi stress
tidak ada perubahan yang
dan kondisi yang
signifikan. Dan sekarang
akan
dialaminya sekarang
kondisi klien seperti ini.
mempraktekkan
mengidentifikasi dan

menguraikan
perasaannya

Evaluasi (SOAP)


klien mengatakan
tidak akan sembuh
cara yang sudah
dalam waktu singkat.
diajarkan perawat.
Paraf
DO :

Dengarkan dengan

penuh perhatian

O:
Klien dan keluarga tampak

klien dan
cemas
keluarga masih
Ajarkan teknik

Klien tampak gelisah
tampak sedikit
relaksasi nafas dalam

Klien dan keluarga bertanya-
cemas
untuk kontrol
tanya tentang kondisi klien
mengurangi kecemasan
saat ini.
yang dirasakan
A:

membantu klien
mengidentifikasi
menguraikan perasaannya

Masalah teratasi
sebagian
membina hubungan saling
percaya

A:
membantu klien memahami
perspektif pasien terhadap
situasi stress yang
dialaminya.
P:
Intervensi dilanjutkan

mendengarkan dengan penuh
perhatian
 mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam untuk kontrol
rasa percaya diri dan
mengurangi kecemasan yang
dirasakan klien.
R:

klien tampak sudah percaya
dan mau cerita tentang
kecemasan yang dirasakan
klien

klien mau mengungkapkan
perasaannya

klien mau mempraktekkan
Tarik nafas dalam untuk
mengurangi kecemasan yang
dirasakan
2.
Selasa
16.00
3 November
WIB
DS :

2015
Jelaskan pada klien
Klien mengatakan terkadang

Klien dan
tentang penyakitnya dan
khawatir dengan kondisinya,
keluarga
komplikasi yang bisa
takut ada komplikasi lain
mengatakan
terjadi.


S:
Anjurkan klien dan
keluarga untuk check
up/kontrol kondisi klien
ke pelayanan kesehatan

terjadinya komplikasi
gambaran tentang
Wajah klien tampak
penyakit yang
ketakutan

dialami klien
Bertanya-tanya kepada
serta komplikasi
perawat
untuk mengatasi kondisi
klien dan mencegah
sudah ada
DO :
yang bias terjadi.
A:

lain .

jelaskan pada klien tentang
O:
penyakitnya dan komplikasi

Klien dan
yang bisa terjadi.
keluarga tampak
Anjurkan klien dan keluarga
mengerti dengan
untuk check up/kontrol
penjelasan
kondisi klien ke pelayanan
perawat.
kesehatan untuk mengatasi
kondisi klien dan mencegah
A:
terjadinya komplikasi lain .
Masalah teratasi
R:

P:
klien dan keluarga sudah
mengerti apa yang di jelaskan
Evaluasi intervensi
yang sudah dilakukan.
perawat

klien dan keluarga mau
mendengarkan apa yang
disampaikan perawat
3.
Selasa
16.00
3 November
WIB
DS :

2015

Jelaskan pada klien

S:
Keluarga mengatakan

Klien dan
tentang penyakitnya
bingung melihat kondisi
keluarga
dan komplikasi yang
Ny. M seperti ini, tidak
mengatakan
bisa terjadi.
tahu cara perawatannya
sudah ada
Ajarkan klien
dan sudah lama tidak
gambaran tentang
menggerakkan bagian
kontrol ke-pelayanan
penyakit yang
tubuh yang mati rasa
kesehatan karena kondisi
dialami klien
(ROM) untuk
Ny. M yang tidak bisa
serta komplikasi
membantu
berjalan seperti dulu.

memperlancar

Klien mengatakan sudah
yang bias terjadi.
O:

peredaran darah agar
lama tidak kontrol
tidak terjadi atrofi otot
kondisinya ke pelayanan
keluarga
Anjurkan klien dan
kesehatan, hanya
mengerti dengan
keluarga untuk check
meminum obat warung
penjelasan
up/kontrol kondisi
dan berjemur saat pagi
perawat.
klien ke pelayanan
hari di teras rumah
kesehatan untuk
mengatasi kondisi
A:
DO :

klien dan mencegah
Klien dan
Masalah teratasi
Klien dan keluarga
bertanya-tanya kepada
terjadinya komplikasi
perawat
lain .
P:
Evaluasi intervensi
A:

Men jelaskan pada klien
tentang penyakitnya dan
komplikasi yang bisa
terjadi.
yang sudah dilakukan

mengajarkan klien
menggerakkan bagian
tubuh yang mati rasa
(ROM) untuk membantu
memperlancar peredaran
darah agar tidak terjadi
atrofi otot

menganjurkan klien dan
keluarga untuk check
up/kontrol kondisi klien
ke pelayanan kesehatan
untuk mengatasi kondisi
klien dan mencegah
terjadinya komplikasi lain
R:

klien dan keluarga sudah
mengerti apa yang di
jelaskan perawat

klien dan keluarga mau
mendengarkan apa yang
disampaikan perawat

klien mempraktekkan
gerakan (ROM) yang
diajarkan perawat.
No
1.
Tanggal
Waktu
Kamis
16.00
5 November
WIB
Intervensi
Implementasi (DAR)
DS :

2015
Bantu klien

mengidentifikasi dan

keluarga dan
Klien mengatakan
merasa terbantu
perasaannya
mempraktekkan cara-cara
dengan
Bantu klien memahami
yang telah diajarkan perawat.
datangnya
terhadap situasi stress
dan kondisi yang

tidak akan sembuh
dalam waktu singkat.
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Evaluasi teknik

Klien dan keluarga tidak
cemas lagi dengan kondisi



klien dan
keluarga
Klien mempraktekkan cara
tampak lebih
yang diajarkan perawat
tenang
A:
membantu klien
mengidentifikasi
menguraikan perasaannya

O:
klien
A:
relaksasi nafas dalam
untuk kontrol
perawat kerumah
DO :
dialaminya sekarang

Klien mengatakan tidak ada
klien mengatakan
perspektif pasien

S:
keluhan yang dirasakan .
menguraikan

Evaluasi (SOAP)
membantu klien memahami
Masalah teratasi
P:
Evaluasi Intervensi
yang sudah
Paraf
mengurangi kecemasan
perspektif pasien terhadap
yang dirasakan
situasi stress yang
dialaminya.

mendengarkan dengan penuh
perhatian
 mengevaluasi teknik
relaksasi nafas dalam untuk
kontrol rasa percaya diri dan
mengurangi kecemasan yang
dirasakan klien.
R:

klien mau mengungkapkan
perasaannya

klien mau mempraktekkan
Tarik nafas dalam untuk
mengurangi kecemasan yang
dirasakan
dilakukan
2.
Kamis
16.00
5 November
WIB
2015
DS :

Anjurkan klien dan

S:
Klien dan keluarga

Klien dan
keluarga untuk check
mengatakan sudah tidak
keluarga
up/kontrol kondisi klien
khawatir dan takut lagi akan
mengatakan
ke pelayanan kesehatan
komplikasi yg bisa terjadi .
akan
untuk mengatasi kondisi
klien dan mencegah
terjadinya komplikasi
melakukan
DO :

kontrol ke
Klien mendengarkan
pelayanan
penjelasan perawat.
lain .
O:
A:

kesehatan
menganjurkan klien dan

Klien dan
keluarga untuk check
keluarga
up/kontrol kondisi klien ke
tampak
pelayanan kesehatan untuk
mengerti
mengatasi kondisi klien dan
dengan
mencegah terjadinya
penjelasan
komplikasi lain .
perawat.
R:
A:


klien dan keluarga sudah
Masalah teratasi
mengerti apa yang di
P:
jelaskan perawat
Evaluasi intervensi
klien dan keluarga mau
yang sudah
mendengarkan apa yang
dilakukan.
disampaikan perawat
3.
Kamis
16.00
5 November
WIB
DS :

2015

Jelaskan pada klien

S:
Keluarga dan klien

Klien dan
tentang penyakitnya
mengatakan mengerti
keluarga
dan komplikasi yang
dengan kondisi yang
mengatakan
bisa terjadi.
dialami klien
mengerti
Evaluasi cara klien
menggerakkan bagian
tubuh yang mati rasa
(ROM) untuk
membantu
memperlancar
dengan kondisi
DO :

Klien mendengarkan
penjelasan perawat.
klien serta
komplikasi
yang bias
terjadi.
peredaran darah agar
tidak terjadi atrofi otot

A:

O:
Men jelaskan pada klien

Klien
Anjurkan klien dan
tentang penyakitnya dan
mempraktekkan
keluarga untuk check
komplikasi yang bisa terjadi.
cara yang
Mengevaluasi cara klien
diajarkan
up/kontrol kondisi


klien ke pelayanan
menggerakkan bagian tubuh
kesehatan untuk
yang mati rasa (ROM) untuk
keluarga
mengatasi kondisi
membantu memperlancar
mengerti
klien dan mencegah
peredaran darah agar tidak
dengan
terjadinya komplikasi
terjadi atrofi otot
penjelasan
Menganjurkan klien dan
perawat.
lain .

Klien dan
keluarga untuk check
up/kontrol kondisi klien ke
pelayanan kesehatan untuk
A:
mengatasi kondisi klien dan
Masalah teratasi
mencegah terjadinya
komplikasi lain
P:
Evaluasi intervensi
R:
yang sudah

klien dan keluarga sudah
mengerti apa yang di
jelaskan perawat

klien dan keluarga mau
mendengarkan apa yang
disampaikan perawat

klien mempraktekkan
gerakan (ROM) yang
diajarkan perawat.
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai
Penerbit
FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen,
Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta :
Penerbit MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3,
Jakarta : EGC.
Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Download