LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG ROSELLA 2 RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Oleh: Maulidiyah Mahayu Nilam Anindy, S.Kep 132013143029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2020 1.1 Definisi Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes agepty. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan panas. malaise, sakit kepala, mual, nyeri, pegal seluruh tubuh, adanya petekia. Pada pasien renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih dan jika tak segera ditangani maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolic, dan kematian. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut tiga faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia, dan gangguan koagulasi. Prinsip utama dalam penatalaksanaan adalah tirah baring, pemberian makanan lunak, dan minum banyak, serta kolaborasi dokter dalam pemeberian obat-obatan antipiretik, konsulti, antibiotic kortikosteroid dan anti koagulasi (Hidayat, 2016). 1.2 Etiologi Penyebab DHF ini adalah virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Penularan DHF ini melalui cara: 1. Manusia sebagai host virus dengue. 2. Vektor perantara: nyamuk aedes aegepty (nyamuk rumah), dan aedes albopictus (nyamuk kebun) Virus dengue termasuk genus flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotip, dan ke empatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN 3 serotipe terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidemis dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya (Sudoyo. dkk, 2010). 1.3 Patofisiologi Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya pembesaran atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan verkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan hemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit >20%) dan renjatan (syock). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam, atau bintik-bintik merah pada kulit (petekia), sakit tenggorokan, dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegaly) (Hendarwanto, 2010). Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya keboroan atau pembesaran plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit darah berkala untuk mengetahui jumlah hematocrit. Setelah dilakukan pemeberian intravena didapatkan peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema pari dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian (Titik Lestari, 2016). 1.4 Klasifikasi Klasifikasi penyakit infeksi virus dengue: 1. DD (Demam Dengue) a. Demam disertau 2 atau lebih tanda: myalgia, sakit kepala, nyeri retroorbital, arthralgia. b. Laboratorium: Leukopenia trombositopenia, tidak ditemukan bukti ada kebocoran plasama, serologi dengue positif 2. DBD Derajat I a. GEjala DD ditambah uji bending positif b. Laboratorium: Trombositopenia (<100.000/uL) bukti kebocoran plasma) 3. DBD Derajat II a. Gejala DBD derajat I ditambahi pendarahan spontan b. Laboratorium: Seperti derajat I 4. DBD Derajat III a. Gejala DBD Derajat II ditambahi kegagalan sirkulasi (Kulit dingin dan lembab serta gelisah) b. Laboratorium: Seperti derajat I 5. DBD Derajat IV a. Syock berat dosertai dengan tekanan darah dan nadi tidak teratur b. Laboratorium: Seperti derajat I 1.5 Manifestasi Klinis 1. Panas, biasanya langsung tinggi dan terus menerus. Sebab tidak jelas dan hampir tidak bereaksi dengan pemberian antipiretik. Panas berlangsung 2-7 hari. 2. Malaise, mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, anoreksia, dan kadang batuk. 3. Tanda-tanda pendarahan seperti petekia, pendarahan gusi, epitasis, hematemesis, malena. 4. Muka kemerahan, leukopenia. 5. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati. 6. Pembengkakan sekitar mata 7. Pembesaran hari, limpa, dan kelenjar getah bening 8. Tanda-tanda renjatan adalah sianosis, kulit lembab, dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari 2 detik, nadi cepat, dan lemah. Dengue yang parah adalah kompliakasi yang berpotensi mematikan karena plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu (dibawah 38 C) dan meliputi gejala: sakit pada perut, muntah terus menurus, nafas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kecemasan, dan muntah darah. Setelah 24-48 jam dari tahap kritis dapat mematikan. Hal ini harus dilajukan perawatan medis yang tepat untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian. Menurut WHO DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu: 1. Derajat I: Demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan dalam uji tourniquet positif, trombositipenia, homokonsentrasi. 2. Derajat II: Derajat I disertai dengan pendarahan spontan pada kulit atau tempat lain. 3. Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, atau hipotensi dsietai dengan kulit dingin dan gelisah. 4. Derajat IV: Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba, dan tekana darah tidak terukur. 1.6 Pemeriksaan Diagnostik 1. Uji Tourniquet : Dikatakan positif jika hasilnya terdapat lebih dari 10 petekia 2. Hemoglobin : Pada hari-hari pertama biasanya akan normal atau sedikit menurun, tetapi akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi 3. Hematokrit : Biasanya mulai meningkatkan pada hari ke tiga dari perjalanan penyakit demam berdarah. 4. Trombosit : Nilai trombosit biasanya menurun (<100.000/uL) 1.7 Penatalaksanaan 1. Tirah baring 2. akanan lunak dan minum 2 liter/24 jam 3. Pemberian cairan melalui infus 4. Pemberian obat-obataj (antipiretik dan konvulsif) 1.8 Komplikasi 1. Pendarahan usus 2. Syock/renjatan 3. Efusi pleura 4. Penurunan kesadaran 1.9 WOC Nyamuk Dengue Menggigit manusia Virus masuk ke aliran darah Mekanisme tubuh untuk melawan virus menurun Peningkatan asam lambung Viremia Komplemen antigen antibody meningkat Masuk ke pembuluh darah otak melalui aliran darah sehingga mempengaruhi hipotalamus MK: Hipertemi (D.0130) Mual dan Muntah Pelepasan peptida MK: Defisit Nutrisi (D.0019) Pembebasan histamin MK: Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009) Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah Hemoglobin menurun Kebocoran plasma Nutrisi dan oksigen ke jaringan menurun Pendarahan ekstraseluler Plasma banyak mengumpul pada jaringan interstitial tubuh Edema MK: Hipovolemik (D.0023) Tubuh lemas Menekan saraf C MK: Ansietas (D.0080) MK: Intoleransi Aktivitas (D.0056) 0 MK: Nyeri Akut (D.0077) MK: Defisit Pengetahuan (D.0111) 1.10 Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1) Identitas Penyakit ini merupakan penyakit daerah tropis yang siapa saja dapat terkena, seperti anak-anak, remaja, dan dewasa. 2) Keluhan Utama Biasanya klien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun. 3) Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat penyakit sekarang menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun. 4) Riwayat Penyakit Terdahulu Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik 5) Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat adanya penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit ini adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. 6) Riwayat Kesehatan Lingkungan Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi yang jarang dibersihkan. Pemeriksaan Fisik 1) B1 (Breath) Sesak, pendarahan di hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdangar ronchi, krakles. 2) B2 (Brain) Pada grade III pasien gelisah, dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS. 3) B3 (Blood) Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositopeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipetensi, cyanosis pada sekitar mulut, hidung, dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur. 4) B4 (Bladder) Produksi urin menurun, kadang kurang dari 30 jam, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah. 5) B5 (Bowel) Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekanpada epigastrik, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen tegang, penurunan nafsu makan, mual, muntahm nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena. 6) B6 (Bone) Mudah lelah, pucat, lemas, tirah baring. 2. Diagnosa Keperawatan 1) (D.0130) Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit 2) (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan 3) (D.0023) Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 4) (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik 5) (D.0009) Perfusi Perifer Tidak Efektif behubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin 6) (D.0056) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan 7) (D.0080) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi 8) (D.0111) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi 3. Intervensi Keperawatan 1) (D.0130) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit SLKI Tujuan: SDKI (I.15506) Managemen hipertermi: Setelah dilakukan tindakan Observasi: keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor suhu tubuh masalah hipertermi teratasi. 2. Monitor kadar elektrolit 3. Monitor keluaran urin Kriteria Hasil: 4. Monitor komplikasi akibat hipertermi (L.14134) Termoregulasi: 1. Suhu tubuh normal (36 oC) Terapeutik: 5. Longgar atau lepaskan pakaian (L.08064) Status Kenyamanan: 6. Berikan cairan oral 1. Gelisah menurun (5) 7. Lakukan pendinginan eksternal 2. Pola tidur membaik (8-9 Jam/hari) Edukasi: 8. Anjurkan tirah baring Kolaborasi: 9. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit IV 10. Kolaborasi pemberian antipiretik 2) (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan SLKI SDKI Tujuan: Setalah (I.03119) Managemen Nutrisi: dilakukan tindakan Observasi: keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi masalah deficit nutrisi teratasi. 2. Identifikasi makanan yang disukai 3. Monitor asupan makanan Kriteria Hasil: 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (L.03030) Status Nutrisi: 1. Nafsu makan habis (5) Terapeutik: 2. Frekuensi makan membaik 5. Sajikan makanan secara menarik (3x/hari) 3. Membran mukosa membaik (Lembab) 6. Berikan makanan tinggi serat, kalori, dan protein Edukasi: 7. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi: 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet 3) (D.0023) Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif SLKI SDKI Tujuan: Setelah (I.03116) Managemen Hipovolemi: dilakukan tindakan Observasi: keperawatan 1x24 jam masalah hipovolemi dapat teratasi. 1. Pemeriksaan tanda-tanda hipovolemi (Td, N, Vol. urin, turgor kulit, dll) 2. Monitor intake dan output cairan Kriteria Hasil: (L.03028) Status Cairan: 1. Intake cairan membaik (2200-2700 ml/hari) 2. Output urin Terapeutik: 3. Hitung kebutuhan cairan 4. Berikan asupan cairan oral meningkat (2200-2700 ml/hari) Edukasi: 3. Kadar Hb membaik (11-13 5. Anjurkan memperbanyak asuapan cairan oral gr) 4. Membran mukosa membaik Kolaborasi: (Lembab) 6. Kolaborasi pemberian cairan isotonic dan hipotonis melalui IV Referensi: Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid 2. Salemba Medika: Jakarta. Hendarwanto. 2007. Dengue: Epidemiologi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, ed.3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 st edn. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st edn. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.