Uploaded by User85915

Laporan Pendahuluan DHF

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen pembimbing : dr. Eko Priyono
Disusun oleh :
Citra Anisa Ramdani
108117063
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas petunjuk dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Keperawatan Gawat Darurat ini untuk penambahan
ilmu pengetahuan dan untuk memenuhi keperluan nilai dan penambahan salah satu sumber atau
media pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk memahami tentang
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) beserta Asuhan Keperawatannya.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang telah
mendukung kami selama menjalani pendidikan di STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap.
Dosen pengampu kami dr. Eko Priyono yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
tugas makalah ini serta teman-teman yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan tugas ini.
Tugas ini berisi tentang Laporan Pendahuluan “Dengue Haemorhagic Fever (DHF)” dan
Asuhan Keperawatannya. Di tugas ini, kami sebagai penyusun tugas Keperawatan Gawat
Darurat sangat berterima kasih kepada Bapak/Ibu dosen, karena telah memberi ilmu pengetahuan
kepada kami tentang ilmu pembelajaran yang diberikan kepada kami selama ini.
Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam mengerjakan tugas ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati, guna penyempurnaan
tugas-tugas berikutnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A.
LATAR BELAKANG ...................................................................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 2
C.
TUJUAN PENULISAN .................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
A.
PENGERTIAN DHF ........................................................................................................................ 3
B.
ETIOLOGI DHF ............................................................................................................................... 4
C.
MANIFESTASI KLINIS DHF ......................................................................................................... 4
D.
PATHWAYS .................................................................................................................................... 6
E.
KOMPLIKASI DHF ......................................................................................................................... 7
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG ...................................................................................................... 7
G.
MASALAH KEPERAWATAN ....................................................................................................... 9
H.
PENATALAKSANAAN ................................................................................................................ 10
I.
INTERVENSI KEPERAWATAN .................................................................................................. 12
BAB III ....................................................................................................................................................... 15
PENUTUP .................................................................................................................................................. 15
A.
KESIMPULAN ............................................................................................................................... 15
B.
SARAN ........................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus,
genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, terutama Aedes aegypti (infodatin, 2016). Penyakit DBD dapat muncul
sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Menurut data WHO (2014) penyakit DBD pertama kali dilaporkan di Asia
Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke berbagai Negara.
Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD, namun sekarang
DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika,
Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi
terjadinya kasus DBD. Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara,dan Pasifik Barat telah
melewati 1,2 juta kasus di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun
2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus
merupakan DBD berat. Perkembangan kasusu DBD ditingkat global semangkin
meningkat, seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus
hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus dihampir 60 negara tahun
2000-2009 (WHO, 2014).
Menurut Soedarto (2012) Indonesia adalah daerah edemis DBD dan mengalami
epidemic sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan banyaknya genangan air
bersih dan menjadi sarang nyamuk, mobilitas penduduk yang tinggi dan cepatnya
transportasi antar daerah, menyebabkan sering terjadinya DBD. Indonesia termasuk
dalam salah satu Negara yang edemik DBD dengan jumlah penderitanya yang terusmenerus bertambah dan penyebarannya semakin luas.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Dengue Haemorhagic Fever (DHF) ?
2. Apa saja etiologi dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF) ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF) ?
4. Bagaimana patofisiologi Dengue Haemorhagic Fever (DHF) ?
5. Apa saja komplikasi dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF) ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF) ?
7. Apa saja masalah keperawatan dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF) ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF) ?
9. Bagaimana intervensi dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF) ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
2. Untuk mengetahui etiologi dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
5. Untuk mengetahui komplikasi dari Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Dengue Haemorhagic Fever
(DHF)
7. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Dengue Haemorhagic Fever (DHF)
9. Untuk mengetahui intervensi yang dilakukan pada Dengue Haemorhagic Fever
(DHF)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DHF
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorhagic
fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)
adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Sudoyo Aru, dkk
2009).
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan,
nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang
akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari,
2016).
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes
aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan
sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini
banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika,
termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih
dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya
dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono 2012).
3
B. ETIOLOGI DHF
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue Haemoragic
Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue mempunyai 4 tipe,
yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes
Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber
air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe
terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010).
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap inaktivitas oleh
distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C. Keempat tipe tersebut telah
ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan
(Hendarwanto 2010).
C. MANIFESTASI KLINIS DHF
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
c. Mialgia / arthralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif)
f. Leucopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
4
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :

Uji tourniquet positif.

Petekie, ekimosis, atau purpura.

Perdarahan
mukosa
(epitaksis,
perdarahan
gusi),
saluran
cerna,tempat bekas suntik.

Hematemesis atau melena.
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:

Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin.

Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :

Hipoproteinemia

Asites

Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun <20mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin, lembab.
(Wiwik dan Hariwibowo, 2008)
5
D. PATHWAYS
Virus Dengue
Reaksi antigen –
antibody
Viremia
Mengeluarkan zat
mediator
Vasodilatasi
pembuluh
darah otak
Peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah
Sakit
kepala
Mengeluarkan
zat mediator
Trombositopenia
Darah
berpindah ke
ektravaskuler
Suhu tubuh
meningkat
Hipertermi
Hemokonsentrasi
Risiko
perdarahan
Defisiensi
volume cairan
Merangsang
saraf simpatis
Diteruskan ke
ujung saraf
bebas
Merangsang
hipotalamus
anterior
Kebocoran
plasma
Hematokrit
meningkat
Mual
Nafsu makan
menurun
Intake
inadekuat
Nyeri otot
Nyeri akut
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
Risiko syok
hipovolemik
Kematian
Hospitalisasi
Ansietas
6
E. KOMPLIKASI DHF
Komplikasi yang sering timbul adalah DDS ( Dengue Syok Sindrome) yang
disebabkan oleh karena kebocoran dinding pembuluh darah sehingga cairran atau serum
elektrolit serta ke luar dari pembuluh darah sampai menimbulkan hypovolemia syok
1. Efusi pleura
2. Asikes
3. Sepsis
4. Kematian
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin,
PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya tropositopenia
(100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada
DHF
dengan
dua
kriteria
tersebut
ditambah
terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi
hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum
tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada
7
hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal
untuk semua system.
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan
karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus
berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan
USG dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnosa penyakit yang mungkin
muncul lebih berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu
dan penebalan pancreas.
5. Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitif namun tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus
yang menginfeksi. Antibodi HI bertahan dalam tubuh lama sekali (<48
tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi epidemiologi.
Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari titer serum
akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap
sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru
terjadi (Vasanwala dkk. 2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya
rumit dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi
bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue.
Dan biasanya memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test
(PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
8
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi
virus dengue karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila
IgM negatif maka uji harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif
maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat bertahan dalam darah sampai
2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase
chain reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap
serotype tertentu, hasil cepat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini
dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal dari darah,
jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).
G. MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipertemi b.d proses penyakit (virus dalam darah / viremia)
2. Defisiensi volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan,
muntah dan demam
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan
4. Risiko perdarahan b.d trombositopenia
5. Risiko syok hipovolemik b.d kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan
6. Intoleransi aktivitas b.d kondisi tubuh yang lemah
7. Kurangnya pengetahuan : proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan b.d
kurang informasi
8. Ansietas b.d stressor
9
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam
24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi
kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak
umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih
dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien
terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika
pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma
ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan
berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi
sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan infus
dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)
c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)
1) Kristaloid

Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam
larutan Ringer Laktat (D5/RL).

Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam
larutan Ringer Asetat (D5/RA).

Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5%
dalam larutan Faali (d5/GF).
2) Koloid

Dextran 40

Plasma
10
2. Keperawatan
a. Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa
Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam
24 jam dan kompres hangat.
b. Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang
pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka
tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu
memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah
dan yang lain cairan biasa.
c. Derajat III dan IV

Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit
(RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.

Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.

Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.

Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.

Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.

Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal
biasanya
dipasang
NGT
untuk
membantu
pengeluaran darah dari lambung. NGT bisa dicabut apabila
perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah
boleh diberikan makanan cair.
11
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
1.
DIAGNOSA
NOC
KEPERAWATAN
dilakukan
NIC
Hipertemi b.d proses
Setelah
tindakan Fever Treatment
penyakit (virus dalam
keperawatan selama 3x24 jam,
darah / viremia)
diharapkan suhu tubuh klien dalam
batas normal
1. Monitor suhu sesering
mungkin
2. Monitor
Kriteria hasil :
suhu
dan
warna kulit
3. Monitor tekanan darah,
Thermoregulation
Indikator
IR
Temperature
kulit
sesuai
yang
ER
nadi, dan respirasi
4. Monitor
1
5
1
5
3
5
3
5
penurunan
tingkat kesadaran
diharapkan
Temperature
tubuh
sesuai
yang
diharapkan
Tidak
ada
sakit
kepala
Tidak ada nyeri otot
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
2.
Defisiensi volume
Setelah
dilakukan
tindakan Fluid Management
cairan b.d peningkatan keperawatan selama 3x24 jam,
permeabilitas kapiler,
1. Monitor ststus hidrasi
diharapkan keseimbangan cairan
(kelembaban
perdarahan, muntah
klien terpenuhi
membrane,
dan demam
Kriteris hasil :
adekuat, tekanan darah
Fluid Balance
ortostatik)
nadi,
12
Indikator
IR
ER
3. Monitor
Tekanan darah dalam
batas
yang
2. Monitor vital sign
3
5
cairan
masukan
dan
hitung
intake kalori harian
diharapkan
Intake dan output 24
jam seimbang
Membrane
mukosa
lembab
Tidak terdapat haus
abnormal
4. Kolaborasi pemberian
2
5
2
5
3
5
cairan atau makanan
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
3.
Ketidakseimbangan
Setelah
tindakan
Nutritional Management
nutrisi : kurang dari
keperawatan selama 3x24 jam,
1. Kaji kebutuhan nutrisi
kebutuhan tubuh b.d
diharapkan klien dapat terpenuhi
kurang asupan
makanan
dilakukan
kebutuhan nutrisinya
klien
2. Kolaborasikan dengan
Kriteria hasil :
ahli
gizi
untuk
Nutritional Status
menentukan
jumlah
Indikator
Intake
zat
gizi
(nutrien)
Intake makanan dan
cairan
Berat badan
Ukur
nutrisi
kebutuhan
secara
kalori dan nutrisi yang
IR
ER
2
5
2
5
3
5
4. Berikan
informasi
5
tentang
kebutuhan
dibutuhkan klien
3. Berikan
sesuai
3
makanan
yang
dianjurkan
nutrisi
13
biokimia
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
4.
Risiko perdarahan b.d
trombositopenia
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawtaan selama 3x24 jam,
diharapkan
tidak
terjadi
risiko
1. Monitor dengan ketat
risiko perdarahan
2. Catat nilai Hb
perdarahan
3. Monitor TTV
Kriteria hasil :
4. Instruksikan
Indikator
Penurunan
tekanan
nadi perifer
Nadi
lemah
dan
Meningkatnya
laju
halus
nafas
Akral dingin, kulit
lembab / basah
pucat
IR
ER
3
5
3
5
3
5
3
5
3
5
pasien
meningkatkan
konsumsi
yang
makanan
mengandung
vitamin K
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorhagic
fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik.
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap inaktivitas oleh
distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C. Keempat tipe tersebut telah
ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan
(Hendarwanto 2010).
B. SARAN
1. Lakukan gerakan 3M untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegypti karena tindakan preventif lebih baik dari tindakan kuratif.
2. Kenalilah gejala DBD sedini mungkin agar dapat mengurangi jumlah penderita
DBD
3. Biasakan pola hidup sehat
4. Gunakanlah kelambu anti nyamuk atau lotion anti nyamuk
5. Lakukan tindakan promotif kepada masyarakat sedini mungkin agar masyarakat
tahu dan pahami bahaya DBD dan pentingnya penanganan terhadap kasus DBD
6. Segeralah membawa pasien ke rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat
(PusKesMas) terdekat, apabila terdapat tanda-tanda atau gejala DBD.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36028635/LP_DHF
https://www.academia.edu/9410828/LAPORAN_PENDAHULUAN_Dengue_Haemoragic_Feve
r_DHF
https://www.academia.edu/8374355/askep_DHF
https://www.slideshare.net/fitriyani84/format-pengkajian-vk
16
Download