Uploaded by User76185

Pedoman K3 laboratorium

advertisement
A. Pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat peserta didik atau praktikan melakukan percobaan. Bekerja di
laboratorium tentu tak lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan dan peralatan
baik yang bersifat bahaya maupun tidak berbahaya, yang tak jarang beresiko tinggi bagi peserta didik yang
sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang digunakan.
Misalnya, terjadi kecelakaan ataupun menderita luka baik bersifat luka permanen, luka ringan maupun gangguan
kesehatan dalam yang dapat menyebabkan penyakit kronis maupun akut, serta kerusakan terhadap fasilitasfasilitas dan peralatan penunjang praktikum yang mahal harganya. Semua kejadian ataupun kecelakaan kerja di
laboratorium sebenarnya dapat dihindari dan diantisipasi jikapeserta didik mengetahui dan selalu mengikuti
prosedur kerja yang aman di laboratorium. Kecelakaan dapat juga terjadi karena kelalaian atau kecerobohan
praktikan, yang dapat mencederai dirinya sendiri dan jugaorang lain yang berada disekitarnya. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap keselamatan dan bahaya kerja di laboratorium.
Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan kerja. Walaupun petunjuk
keselamatan dan kesehatan kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan
berulang-ulang agar setiap individu lebih meningkatkan kewaspadaan ketika bekerja di laboratorium. Oleh karena
itu, penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya dilaksanakan oleh semua institusi yang turut
andil dalam semua kegiatan di laboratorium.
Terjadinya kecelakaan dapat dicegah dengan menentukan usaha-usaha pembinaan dan pengawasan
keselamatan kerja yang tepat secara efektif dan efisien,sehingga terjadinya kecelakaan dapat dicegah. Faktor
utama penyebab terjadinya kecelakaan adalah bersumber pada lingkungan kerja dan praktikan. Namun sebagian
besar (85%) kecelakaan tersebut disebabkan oleh faktor manusia. Perilaku praktikan yang tidak aman dapat
membahayakan, kondisi yang berbahaya, kondisi hampir celaka dan penyakit akibat kerja adalah gejala dari
kurang berfungsinya manajemen seperti pencegahan berupa aturan atau tata tertib yang harus diindahkan. Pada
saat melakukan kegiatan di dalam laboratorium, praktikan harus menyadari bahwa dalam setiap kegiatan tersebut
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan kebakaran. Oleh karena itu setiap pengguna laboratorium harus
mempunyai rasa taggung jawab penuhuntuk mengindahkan tatatertib akan keselamatan dan kesehatan kerja di
dalam laboratorium baik keselamatan alat maupun pengguna, untuk itu perlu dibuat peraturan-peraturan dan
prosedur yang ditetapkan dan harus ditaati selalu pada setiap kegiatan di dalam laboratorium.
(kalimatnya berputar-putar hehehe, mngkin lebih baik bila: paragraph 1: fokus ke bahaya yg terjadi di lab, baik
kesalahan manusia maupun sistem/alat, paragraf 2: fokus ke alat atau peralatan yang diperlukan untuk
menghindari kecelakaan atau bahaya, 3. Baru membahas pentingnya ketersediaan K3)
B. Mengenali Potensi Bahaya di Laboratorium
Kecelakaan dapat terjadi di sembarang tempat dan dapat menimpa siapa saja, namun dapat dihindari jika
kita paham sumber-sumber bahaya, misalnya bahaya infeksi, reagensia yang bersifat toksik (beracun), peralatan
listrik, maupun gelas yang digunakan secara rutin. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam laboratorium
dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu
1. Bahaya mengganggu keselamatan (safety hazard)
Bahaya terhadap keselamatan antara lain bersumber dari benda-benda elektronik (sengatanlistrik), mesin,
danlantai yang licin.
2. Bahayamengganggu kesehatan (health hazards)
Bahaya yang mengganggu kesehatan dapat berupa berupa bahaya kimiawi, fisik, biologik, dan stresor.
a. Bahaya kimiawi, dapat terjadi karena kontak dengan zat asam, basa, pestisida, ataupun pengawet
(alkohol dan formalin).
b. Bahaya fisik, dapatberupakebisingan, pencahayaan, radiasi, ergonomik, panas, dingin, vibrasi, debu.
c.
Bahaya biologik, dapatdisebabkanolehbakteri, spora, serangga, tumbuhan.
d. Stresor yang mungkindialami oleh pengelolamaupun pengguna laboratorium dapat berupa gaji rendah,
kebosanan, dan target kegiatan.
Pada umumnya bahaya di atas dapat dihindari dengan melakukanupayapencegahan, misalnyadengan
penjelasanperaturantatatertibsertadenganmenerapkansikapdisiplinketikabekerja di dalamlaboratorium.
C. PengelolaanAlatdanBahan
Alat dan bahan yang digunakandi laboratorium memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik
masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan
dilaboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat
menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium secara tepat dapat menentukan
keberhasilan dan kelancaran kegiatan.Berikut siklus K3 antara pengguna laboratorium(laboran/praktikan), alat,dan
bahan.
PENGGUNA
Kesehatan
Keselamatan
Proses
Lingkungan
BAHAN
ALAT
1. Cara penyimpananalat
a. Pengelompokan alat-alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti gaya dan usaha (mekanika),
panas, bunyi, gelombang, optik, magnet, listrik,dan alat reparasi.
b. Pengelompokanalat-alatbiologi menurut golongan percobaannya, seperti anatomi, fisiologi, ekologi, dan
morfologi.
c.
Pengelompokanalat-alatkimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti logam, kaca, porselen,
plastik, dan karet. Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam
kelompok bahan yang banyak digunakan.
d. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasangilampu yang selalu
menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur.
e. Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang.
f.
Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya neraca lengan, dan gelas beker.
g. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak melebihi tinggi bahu.
2. Cara penyimpananbahan
a. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
b. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
c.
Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap
dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari
secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening.
d. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
e. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula menggunakan
botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan
praktikum pada saat itu. Sisabahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada
botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum
mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
f.
Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.
g. Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
h. Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang mudah menguap
harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.
3. Penyimpananbahankimiaberbahaya
Pengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya sangatdiperlukan. Mengabaikan
sifat-sifat fisika dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran,
peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut
a. Bahan kimia beracun (toxic)
Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran udara
(sirkulasi yang baik),tidak terkena sinar matahari langsung, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang
inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
b. Bahan kimia korosif (corrosive)
Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk
mencegah terjadinya pengumpulan uap.Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hatihati,
dalam
keadaan
tertutup
dandipasang
label.Semualogamdisekelilingtempatpenyimpananharusdicatdandiperiksaakanadanyakerusakan
disebabkanolehkorosi.
Padatempatpenyimpananharustersediapancaran
untukpertolonganpertamabagi yang terkenabahantersebut.
yang
air
c.
Bahankimiamudahterbakar(flammable)
Bahankimiamudahterbakar, dalampenyimpanannyaharusdiperhatikansebagaiberikut.
1) Disimpanpadatempat
yang
cukupdinginuntukmencegahpenyalaantidaksengajapadawaktuadauapdaribahanbakardanudara.
2) Tempatpenyimpananmempunyaiperedaranhawa
yang
cukup,
sehinggabocoranuapakandiencerkankonsentrasinyaolehudarauntukmencegahpercikanapi.
3) Lokasipenyimpananagakdijauhkandaridaerah yang adabahayakebakarannya.
4) Tempatpenyimpananharusterpisahdaribahanoksidatorkuat,
bahanyang
mudahmenjadipanasdengansendirinyaataubahan yang bereaksidenganudaraatauuap air yang
lambatlaunmenjadipanas.
5) Di tempatpenyimpanantersediaalat-alatpemadamapidanmudahdicapai
6) Singkirkansemuasumberapidaritempatpenyimpanan.
7) Di daerahpenyimpanandipasangtandadilarangmerokok.
8) Padadaerahpenyimpanandipasangsambungantanah/ardesertadilengkapialatdeteksiasapatauapioto
matisdandiperiksasecaraperiodik.
d. Bahankimiamudahpeledak(explosive)
Ruangpenyimpananharusmerupakanbangunan yang kokohdantahanapi, lantainyaterbuatdaribahan
yang
tidakmenimbulkanloncatanapi,
memilikisirkulasiudara
yang
baikdanbebasdarikelembaban,
dantetapterkuncisekalipuntidakdigunakan.Untukpeneranganharusdipakaipeneranganalamataulampulistri
k
yang
dapatdibawaataupenerangan
yang
bersumberdariluartempatpenyimpanan.Penyimpanantidakbolehdilakukan di dekatbangunan yangdi
dalamnyaterdapatoli, gemuk, bensin, bahansisa yang dapatterbakar, apiterbukaataunyalaapi.Daerah
tempatpenyimpananharusbebasdarirumputkering,
sampah,atau
material
yang
mudahterbakar,
adabaiknyamemanfaatkanperlindunganalamsepertibukit, tanahcekungbelukaratauhutanlebat.
e. Bahankimiaoksidator(oxidation)
Tempatpenyimpananbahaniniharusdiusahakan agar suhunyatetapdingin, adaperedaranudara,
dangedungnyaharustahanapi.Bahaniniharusdijauhkandaribahanbakar,
yangmudahterbakardanbahan
yang
memilikititikapirendah.
bahan
Alat-
alatpemadamkebakaranbiasanyakurangefektifdalammemadamkankebakaranpadabahanini,
baikpenutupanataupunpengasapan, halinidikarenakanbahanoksidatormenyediakanoksigensendiri.
D. Menjaga Keselamatan di Laboratorium
Kegiatan yang membahayakan sering terjadi di laboratorium, tetapi hal ini tidak harus membuat kita takut
untuk melakukan kegiatan di laboratorium.
1. Sumber Terjadinya Kecelakaan
Berikutterjadinya kecelakaan di laboratrorium.
a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan kimia, proses, serta perlengkapan atau
peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan di laboratorium.
b. Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya pengawasan yang dilakukan
selama melakukan kegiatan laboratorium.
c.
Kurangnya bimbingan terhadap peserta didik yang sedang melakukan kegiatan laboratorium.
d. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan pelindung kegiatan
laboratorium.
e. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus ditaati.
f.
Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau menggunakan peralatan
atau bahan yang tidak sesuai.
g. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan. Terjadinya kecelakaan di laboratorium dapat
dikurangi sampai tingkat paling minimal jika setiap orang yang menggunakan laboratorium mengetahui
tanggung jawabnya.
2. Kecelakaan yang Sering Terjadi di Laboratorium
Berikutbeberapacontoh kecelakaan yang terjadidi laboratrorium.
a. Luka bakar
b. Luka karena benda tajam dan benda tumpu
c.
Cedera pada mata, seperti kelilipan, luka di mata, luka kelopak mata,ataupuntersiram bahan kimia
d. Keracunan
3. Perlengkapan Keselamatan Kerja
Ketika bekerja di laboratoriumperlu menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi sebagai
perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi kecelakaan. Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa
digunakan sebagaiberikut.
a. Jas laboratorium, untuk mencegah kotornya pakaian.
b. Pelindung lengan, tangan, dan jari untuk perlindungan dari panas, bahan kimia, dan bahaya lain.
c.
Pelindung mata digunakan untuk mencegah mata dari percikan bahan kimia.
d. Respirator dan lemari uap.
e. Sepatu pengaman, untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan tertimpanya kaki oleh benda-benda
berat.
f.
Layar pelindung digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan kimia dan alat-alat hampa
udara.
4. Tindakan Penanganan Kebakaran di Laboratorium
Kebakaran dilaboratorium dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah terbakar
atau kertas yang berserakan di atas meja pada saat ada api. Untuk menghindari hal tersebut lakukan hal
berikut.
a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak
b. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang mudah terbakar
c.
Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api) jauhkan alat/bahan yang mudah terbakar
(misal kertas, alkohol) dan bagi peserta didikperempuan yang berambut panjang, rambut harus diikat.
d. Gunakan alat pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran.
e. Jika baju/pakaian yang terbakar, korban harus merebahkan dirinya sambil berguling-guling. Jika ada
selimut tutuplah pada apinya agar cepat padam. Jangan sekali-kali membiarkan korban berlari-lari
karena akan memungkinkan terjadinya kebakaran yang lebih besar.
f.
Jika terjadi kebakaran kecil, misalnya terbakarnya larutan dalam gelas kimia atau dalam penangas,
tutuplah bagian yang terkena api dengan karung atau kain basah.
g. Jika terjadi kebakaran yang besar, gunakan alat pemadam kebakaran (diperlukan pelatihan cara
memadamkan kebakaran dengan menggunakan tabung pemadam kebakaran jenis ABC untuk sumber
kebakaran berasal dari kayu, kertas, minyakmaupunhubunganpendek). Kemudiansumber-sumber yang
dapatmenimbulkanapi, misalnyalistrik, gas, kompor, agar segeradimatikandanjauhkanbahan-bahanyang
mudahterbakar.
h. Jikaterjadikebakarankarenazat
yang
mudahterbakar
(pelarutorganik)
untukmematikanjanganmenggunakan
air,
karenahalituakanmenyebabkanapinyalebihbesardanmenyebarmengikuti
air.
Untukmematikannyagunakanlahpasiratautabungpemadamkebakaranjenis ABC bisaserbukataubusa.
E. Pokok-Pokok Tindakan PPPK
Pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat bagi korban
sebelum pertolongan yang lebih lanjut diberikan oleh dokter. Tindakan yang diambil dalam PPPK tidak
dimaksudkan untuk memberikan pertolongan sampai selesai. Hal-hal yang belum dapat diselesaikan harus
diserahkan kepada dokter. Namun demikian usaha yang dilakukan dalam PPPK harus semaksimal mungkin dan
ditujukan untuk:
1. Menyelamatkan jiwa korban.
2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah terjadinya cedera yang lebih parah.
3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan yang lebih pasti dapat diberikan.
Kecelakaan biasanya datang ketika kita tidak siap menghadapinya. Kekagetan yang ditimbulkan oleh
peristiwa mendadak itu dan rasa takut melihat akibatnya membuat orang cepat panik. Oleh karena itu ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan tindakan PPPK, yaitu:
1. Jangan panik tidak berarti boleh lamban. Bertindaklah cekatan tetapi tetap tenang.
2. Perhatikan pernapasan korban. Jika terhenti segera kerjakanlah pernapasan buatan.
3. Hentikan pendarahan.
4. Perhatikan tanda-tanda shock.
5. Jangan memindahkan korban terburu-buru.
6. Hubungi tim medis
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI DARUSSHOLAH SINGOJURUH
NSS : 301052514065 – NPSN : 20525601 – Jalan Aruji Karta Winata 39 Telp. (0333) 635381
e‐mail [email protected]– website : www.smandarussholah.sch.id
BANYUWANGI
SOP KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)
DI LABORATORIUM
A. Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Laboratorium
1. Pengguna laboratorium wajib memakai jas laboratorium dan alas kaki atau sepatu yang tertutup.
2. Pengguna laboratorium dilarang keras merokok, makan dan minum di dalam ruang laboratorium.
3. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dengan uap beracun atau
merangsang pernafasan, harus dilakukan di dalam almari asam.
4. Hati-hati dengan semua pekerjaan pemanasan. Hindarkan percikan cairan atau terhirupnya uap selama
bekerja.
5. Jauhkan semua senyawa organik yang mudah menguap, seperti: alkohol, eter, kloroform, aseton, dan
spirtus dari api secara terbuka karena bahan mudah terbakar. Sebaiknya pemanasan dilakukan dengan
menggunakan waterbath.
6. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan pembakar spirtus (bunsen) dengan korek api
biasa, jangan menyalakannya dengan pembakar spirtus lain yang sudah menyala, untuk menghindari
terjadinya letupan api.
7. Matikan api pada pembakar spirtus dengan menutup sumbunya, jangan mematikan api dengan meniup
untuk mencegah terjadinya kebakaran atau letupan api.
8. Jangan mencoba mencicipi bahan kimia atau mencium langsung asap atau uap dari mulut tabung
reaksi. Namun, kipaslah terlebih dahulu uap ke arah muka.
9. Jangan sekali-sekali menghisap pipet melalui mulut untuk mengambil larutan asam atau basa kuat
seperti: HNO3, HCl, H2SO4, Asam asetat glasial, NaOH, NH4OH, dan lain-lain. Gunakan pipet dengan
bola penghisap untuk memindahkan bahan-bahan tersebut atau bahan beracun lainnya ke dalam alat
yang akan digunakan.
10. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup untuk mencegah terjadinya
inhalasi bahan-bahan.
11. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia, terutama asam atau basa pekat, di meja kerja atau
lantai. Bila hal ini terjadi, segera laporkan pada laboran atau petugas laboratorium.
12. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan kimia berbahaya, korosif, atau beracun, segera bilas dengan air
sebanyak-banyaknya. Selanjutnya segera laporkan kepada laboran atau petugas laboratorium.
13. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang mungkin sudah
terkontaminasi bahan kimia.
14. Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan uji yang berasal dari bahan biologis, seperti saliva, karena
mungkin dapat terinfeksi kuman atau virus berbahaya seperti hepatitis.
 Sebaiknya gunakan sarung tangan sekali pakai, terutama bila ada luka.
 Cuci segera tangan atau anggota badan lain yang kontak atau terpercik bahan tersebut.
 Cuci alat-alat praktikum dengan sabun dan sterilisasi dengan merendamnya dalam larutan Natrium
hipoklorit 0,5% selama 30 menit.
 Bersihkan meja laboratorium dengan air sabun dan dengan larutan Natrium hipoklorit 0,5%.
15. Tampung cairan atau larutan yang telah selesai digunakan (limbah cair) di dalam jerigen penampungan
limbah sesuai dengan karakteristik limbah cairnya.
16. Tinggalkan meja dan alat kerja dalam keadaan bersih dan rapi seperti semula.
B. Bahaya-bahaya yang Mungkin Terjadi di Laboratorium
1. Bahaya Api
Resiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin mudah
menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu:
oksigen, bahan yang mudah terbakar, dan panas.
Akibat:
 Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat, bahkan kematian.
 Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan:
 Konstruksi bangunan yang tahan api.
 Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar.
 Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran.
 Sistem tanda kebakaran

Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera.

Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis.
 Tersedia jalan untuk menyelamatkan diri.
 Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
 Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
2. Bahaya Listrik
 Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit breaker) dan
perhatikan cara menyala dan mematikannya.
Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan pada laboran atau
petugas laboratorium.
 Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/strum)
secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas, dll.
 Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau orang lain.
 Keringkan bagian tubuh yang basah misalnya keringat atau sisa air wudhu.
 Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas di laboratorium.
 Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti pengguna laboratorium jika hal itu terjadi:

Jangan panik.

Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik.

Bantu pengguna laboratorium yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber
listrik.

Beritahukan dan minta bantuan laboran atau orang di sekitar anda tentang terjadinya
kecelakaan akibat bahaya listrik.
3. Bahaya Zat Kimia
Semua bahan kimia dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan. Gangguan kesehatan yang
paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trikloroetana, tetraklorometana) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat
menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
 “Material Safety Data Sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh
seluruh petugas laboratorium.
 Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan kimia
dan terhirupnya aerosol.
 Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas laboratorium)
dengan benar.
 Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
 Menggunakan alat pelindung pernafasan (masker) dengan benar.
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI DARUSSHOLAH SINGOJURUH
NSS : 301052514065 – NPSN : 20525601 – Jalan Aruji Karta Winata 39 Telp. (0333) 635381
e‐mail [email protected]– website : www.smandarussholah.sch.id
BANYUWANGI
SOP PELAKSANAAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM
1. Guru matapelajaran pembimbing praktikum melakukan koordinasi dengan laboran terkait waktu
pelaksanaan praktikum, kebutuhan dan fasilitas untuk kegiatan praktikum.
2. Laboran menganalisis kebutuhan alat dan bahan praktikum.
3. Laboran membuat daftar kebutuhan alat dan bahan praktikum.
4. Guru matapelajaran didampingi laboran mempersiapkan alat dan bahan praktikum.
5. Siswa (praktikan) melaksanakan praktikum didampingi guru matapelajaran pembimbing praktikum.
6. Setiap satu materi praktikum selesai diselenggarakan, maka siswa (praktikan) wajib membuat
laporan
praktikum
dan
mengumpulkan
laporan
pada
guru
matapelajaranpraktikumsesuaidenganwaktu yang disepakati.
7. Setelah praktikum selesai, siswa (praktikan) membersihkan dan merapikan kembali seluruh
peralatan, bahan, dan fasilitas yang digunakan.
8. Siswa(praktikan) menyerahkan kembali peralatan, bahan, dan fasilitas yang digunakan kepada
laboran untuk dilakukan pengecekan dan persiapan untuk praktikum berikutnya.
9. Laboran mengecek alat, bahan, dan fasilitas yang telah selesai digunakan untuk praktikum.
10. Jika ada kerusakan alat, siswa (praktikan) wajib mengganti alat dengan spesifikasi yang sama.
Penggantian alat sebagai syarat keluarnya nilai praktikum.
11. Pada pertemuan terakhir diadakan responsi oleh guru matapelajaran pembimbing praktikum.
12. Hasilpercobaan dinilai oleh guru matapelajaranpembimbing praktikum.
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI DARUSSHOLAH SINGOJURUH
NSS : 301052514065 – NPSN : 20525601 – Jalan Aruji Karta Winata 39 Telp. (0333) 635381
e‐mail [email protected]– website : www.smandarussholah.sch.id
BANYUWANGI
SOP PEMINJAMAN ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Praktikanmengisi form peminjaman alat dan bahan praktikum sesuai dengan praktikum yang akan
dilaksanakan.
2. Laboran menyiapkan peralatan dan bahan untuk kegiatan praktikum sesuai dengan form
peminjaman alat dan bahan.
3. Laboranmelakukan cek atas alat dan bahan yang akan digunakan, sebelum diserahkan kepada
praktikan. Jika alat dalam keadaan rusak maka alat tidak boleh dipinjamkan dan jika alat dalam
keadaan baik maka alat boleh dipinjamkan.
4. Praktikanmengambil alat dan bahan yang telah dipinjam kepada laboran.
5. Setelah kegiatan praktikum selesai, praktikan membersihkan peralatan dan sisa bahan yang
digunakan dan mengembalikan peralatan kepada asisten.
6. Laboranmelakukan cek atas peralatan yang dipinjam dan sisa bahan yang digunakan dalam
kegiatan praktikum, untuk memastikan kondisinya sama dengan saat peralatan akan dipinjam. Jika
kondisi alat rusak/hilang maka praktikan harus mengganti dengan alat yang sama. Jika alat dalam
keadaan baik maka diserahkan kepada laboran.
7. Laboran menyimpan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI DARUSSHOLAH SINGOJURUH
NSS : 301052514065 – NPSN : 20525601 – Jalan Aruji Karta Winata 39 Telp. (0333) 635381
e‐mail [email protected]– website : www.smandarussholah.sch.id
BANYUWANGI
SOP PENGGUNAAN LABORATORIUM UNTUK PENELITIAN
1. Peneliti membuat surat permohonan penggunaan laboratorium untuk penelitian (surat ijin riset).
2. Peneliti menyerahkan surat ijin riset dan proposal penelitian kepada laboran.
3. Laboran menentukan jadwal penelitian.
4. Peneliti menerima jadwal pelaksanaan penelitian dari laboran.
5. Peneliti mengisi form peminjaman alat dan penggunaan bahan untuk penelitian kepada laboran.
6. Laboran menerima form peminjaman alat dan penggunaan bahan yang sudah diisi oleh peneliti.
7. Laboran mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk penelitian.
8. Peneliti melakukan penelitian sesuai jadwal yang telah ditentukan.
9. Setelah penelitian selesai, peneliti mengembalikan alat kepada laboran.
10. Laboran memeriksa alat yang telah dikembalikan untuk memastikan kondisi alat. Jika alat dalam keadaan
baik maka diterima laboran, jika alat dalam keadaan rusak maka dikembalikan ke peneliti untuk diganti.
11. Laboran menyimpan alat.
Download