Uploaded by User75174

IPDHK Kls-02

advertisement
tugas mata kuliah ilmu penyakit dalam hewan kecil (IPDHK)
Gastritis dan Enteritis
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
2020/2021
NAMA : Rendy Franata Tarigan
NIM
:1502101010137
KELAS :02
RUANG:02
Gastritis dan enteritis pada anjing
1. Enteritis pada anjing
Enteritis adalah proses radang usus berjalan akut atau kronis akan menyebabkan peningkatan
peristaltik usus, kenaikan jumlah sekresi kelenjar pencernaan serta penurunan proses penyerapan
cairan maupun penyerapan sari-sari makanan didalamnya. Radang usus primer maupun sekunder
ditandai dengan menurunnya nafsu makan, menurunnya kondisi tubuh, dehidrasi dan diare. Perasaan
sakit karena adanya radang usus bersifat bervariasi, tergantung pada jenis hewan yang menderita serta
derajat radang yang dideritanya (Subronto, 1995).
A Etiologi
Radang usus dapat dibedakan oleh berbagai agen etiologik, baik yang bekerja secara terpisah atau
secara bersama-sama (Subronto, 1995).
Enteritis oleh protozoa antara lain :
Eimeria canis, Isospora bigemina, Isospora rivolta, Isospora canis, Balantidium coli. Cryptosporidium
diperkirakan juga termasuk protozoa yang menyebabkan koksidiosis akut (Subronto, 2006).
B Gejala-gejala
Rasa sakit ditandai dengan kegelisahan. Diare merupakan gejala yang selalu dijumpai dalam radang
usus. Tinja yang cair dengan bau yang tajam mungkin bercampur dengan darah, lendir atau
reruntuhan jaringan usus. Pada radang yang berlangsung kronik, terjadi kekurusan dan tinja jarang
yang bersifat cair, berisi darah, lendir atau reruntuhan jaringan yang jumlahnya mencolok. Kurangnya
cairan didalam usus akan dijumpai radang usus yang disertai dengan konstipasi, dan tinja bersifat
kering. Radang usus akut selalu disertai dengan oligo uria atau anuria, dan disertai dengan
menurunnya nafsu makan, anoreksia total maupun parsial. Pada radang kronik biasanya nafsu makan
tidak mengalami perubahan(Subronto, 1995).
Akibat kehilangan cairan yang berlebihan, penderita akan mengalami penurunan berat badan dalam
waktu singkat dengan tanda dehidrasi yang mencolok. Dehidrasi yang mencapai lebuih dari 10%
dapat mengancam kehidupan penderita dalam waktu 1-2 hari dan dapat mengakibatkan kematian
karena shock.
C Pemeriksaan patologi anatomis
Pemeriksaan tinja sangat penting dilakukan untuk menentukan penyebab radang usus dan diare. Perlu
diketahui bahwa isolasi virus, kuman, atau parasit, belum pasti meyakinkan bahwa agen-agen tersebut
merupakan penyebab primer radang usus.
Pemeriksaan darah penderita enteritis akut biasaya menunjukkan adanya hemokonsentrasi karena
dehidrasi. Perubahan atas jaringan tubuh lainnya tidak ditemukan kecuali tanda adanya dehidrasi dan
terganggunya peredaran darah.
E Diagnosa
Diagnosa tentatif diambil bila tidak ditemukan penyakit tersifat penyebab diare. Pemeriksaan
laboratorium sangat diperlukan untuk menentukan penyebab radang usus, selanjutnya dengan
mengamati gejala klinis dan identifikasi ookista dalam sampel feses menggunakan larutan sucrose dan
alpha flotation atau pengecan khusus misalnya pengecatan asam cepat untuk Cryptosporidium.
Diagnosa banding adalah infeksi-infeksi enteric akibat virus dan penyakit-penyakit intestinal kibat
parasit yang lain (Ancylostoma sp).
F Terapi
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyebab primernya, Rasa sakit yang terus menerus dapat
dikurangi dengan pemberian analgesika, atau tranquilizer. Pemberian cairan faali maupun elektolit
mutlak diberikan untuk mengganti cairan yang hilang. Pemberian antibiotik dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder. Selanjutnya untuk terapi terhadap protozoa sendiri dapat di
pergunakan :
• Sulfadimethoxine 55 mg/kg per oral pada hari pertama kemudian 27,5 mg/kg selama 4 hari atau
hingga anjing tidak menunjukkan gejala infeksi isospora dan pada pemeriksaan sampel feses negatif
ookista.
• Sulfadiazine 30 mg/kg per oral tiap hari sampai 14 hari.
• Tribison 15 – 30 mg/kg per oral dua kali sehari.
• Tortrazunil 7 mg/kg 2 – 5 hari.
G Etiologi
Radang usus dapat dibedakan oleh berbagai agen etiologik, baik yang bekerja secara terpisah atau
secara bersama-sama (Subronto, 1995).
Enteritis oleh protozoa antara lain :
Eimeria canis, Isospora bigemina, Isospora rivolta, Isospora canis, Balantidium coli. Cryptosporidium
diperkirakan juga termasuk protozoa yang menyebabkan koksidiosis akut (Subronto, 2006).
H Gejala-gejala
Rasa sakit ditandai dengan kegelisahan. Diare merupakan gejala yang selalu dijumpai dalam radang
usus. Tinja yang cair dengan bau yang tajam mungkin bercampur dengan darah, lendir atau
reruntuhan jaringan usus. Pada radang yang berlangsung kronik, terjadi kekurusan dan tinja jarang
yang bersifat cair, berisi darah, lendir atau reruntuhan jaringan yang jumlahnya mencolok. Kurangnya
cairan didalam usus akan dijumpai radang usus yang disertai dengan konstipasi, dan tinja bersifat
kering. Radang usus akut selalu disertai dengan oligo uria atau anuria, dan disertai dengan
menurunnya nafsu makan, anoreksia total maupun parsial. Pada radang kronik biasanya nafsu makan
tidak mengalami perubahan(Subronto, 1995).
Akibat kehilangan cairan yang berlebihan, penderita akan mengalami penurunan berat badan dalam
waktu singkat dengan tanda dehidrasi yang mencolok. Dehidrasi yang mencapai lebuih dari 10%
dapat mengancam kehidupan penderita dalam waktu 1-2 hari dan dapat mengakibatkan kematian
karena shock.
I Pemeriksaan patologi anatomis
Pemeriksaan tinja sangat penting dilakukan untuk menentukan penyebab radang usus dan diare. Perlu
diketahui bahwa isolasi virus, kuman, atau parasit, belum pasti meyakinkan bahwa agen-agen tersebut
merupakan penyebab primer radang usus.
Pemeriksaan darah penderita enteritis akut biasaya menunjukkan adanya hemokonsentrasi karena
dehidrasi. Perubahan atas jaringan tubuh lainnya tidak ditemukan kecuali tanda adanya dehidrasi dan
terganggunya peredaran darah.
J Diagnosa
Diagnosa tentatif diambil bila tidak ditemukan penyakit tersifat penyebab diare. Pemeriksaan
laboratorium sangat diperlukan untuk menentukan penyebab radang usus, selanjutnya dengan
mengamati gejala klinis dan identifikasi ookista dalam sampel feses menggunakan larutan sucrose dan
alpha flotation atau pengecan khusus misalnya pengecatan asam cepat untuk Cryptosporidium.
Diagnosa banding adalah infeksi-infeksi enteric akibat virus dan penyakit-penyakit intestinal kibat
parasit yang lain (Ancylostoma sp).
K Terapi
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi penyebab primernya, Rasa sakit yang terus menerus dapat
dikurangi dengan pemberian analgesika, atau tranquilizer. Pemberian cairan faali maupun elektolit
mutlak diberikan untuk mengganti cairan yang hilang. Pemberian antibiotik dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder. Selanjutnya untuk terapi terhadap protozoa sendiri dapat di
pergunakan :
• Sulfadimethoxine 55 mg/kg per oral pada hari pertama kemudian 27,5 mg/kg selama 4 hari atau
hingga anjing tidak menunjukkan gejala infeksi isospora dan pada pemeriksaan sampel feses negatif
ookista.
• Sulfadiazine 30 mg/kg per oral tiap hari sampai 14 hari.
• Tribison 15 – 30 mg/kg per oral dua kali sehari.
• Tortrazunil 7 mg/kg 2 – 5 hari.
2. Gastritis pada anjing
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Secara histopologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. Gastritis adalah salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
penyakit dalam pada umumnya (Herlan, 2002). Disebut gastritis Kronis apabila infiltrasi
sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri
atas sel-sel kolor rubur (radang) kronik, yaitu limfosit dan neutrofil pada daerah tersebut
menandakan adanya aktifitas yang membuat kerja lambung (Herlan, 2002).
Tipe gastritis kronis sering tidak memperlihatkan tanda atau gejala. Namun,
gastritis kronis merupakan faktor risiko ulkus peptikum, polip lambung, serta kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan
perubahan pada sel-sel di dinding lambung. Menurut data WHO (2005), kanker lambung
merupakan jenis kanker penyebab kematian terbanyak kedua setelah kanker paru yaitu
mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun. Selain itu, gastritis juga merupakan
penyakit yang sangat mengganggu aktivitas dan bila tidak ditangani dengan baik dapat
juga berakibat fatal.
Etiologi
Gastritis pada hewan kecil biasanya disebabkan karena makan berlebihan, ingesti
sampah atau makanan beracun. Agen penyebabnya yaitu makanan yang terfermentasi,
bakteri, enterotoksin dan mikotoksin. Ingesti benda asing seperti logam, plastik, tulang,
bahkan rumput juga bisa menyebabkan gastritis. Agen infeksi seperti coronavirus,
parvovirus, canine distemper juga dapat menimbulkan lesi mukosa gastrium. Gastritis
akut juga dapat terjadi karena reaksi alergi, makanan misalnya. Kondisi seperti uremia,
gangguan hati, shock, sepsis atau stress juga dapat berperan sebagai etiologi gastritis akut
Selain itu terjadinya gastritis disebabkan karena produksi asam lambung yang berlebih.
Asam lambung yang semula membantu lambung malah merugikan lambung. Dalam
keadaaan normal lambung akan memproduksi asam sesuai dengan jumlah makanan yang
masuk. Tetapi bila pola makan kita tidak teratur, lambung sulit beradaptasi dan lama
kelamaan mengakibatkan produksi asam lambung yang berlebih (Uripi,2002).
Penyebab asam lambung tinggi adalah aktivitas padat sehingga telat makan,
Stress yang tinggi, yang berimbas pada produksi asam lambung berlebih, Makanan dan
minuman yang memicu tingginya sekresi asam lambung, seperti makanan dan minuman
dengan rasa asam, pedas, kecut, berkafein tinggi, mengandung vitamin C dosis tinggi,
termasuk buah-buahan.
Kejadian Gastritis kronis, terutama Gastritis kronis antrium meningkat sesuai
dengan peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6
hampir 80% menderita Gastritis kronis dan menjadi 100% pada saat usia mencapai
dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga berpengaruh
terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronis cairan penereatotilien, empedu dan
lisolesitin (Herlan, 2002).
Gastritis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : Gastritis Tipe A dan Gastritis
Tipe B. Tipe A sering disebut sebagai Gastritis auto imun diakibatkan dari perubahan
dari sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit auto imun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus
dari lambung. Tipe B kadang disebut sebagai Helicobacter Pylory mempengaruhi
antrium dan pilorus (ujung bawah dekat dedenum).Ini dihubungkan dengan bakteri
Helicobacter Pylory (H. Pylory). Faktor lain seperti diet makanan bergas, penggunaan
obat-obatan dan alkohol, merokok atau refleks isi usus ke dalam lambung (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Tipe A biasanya meliputi asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B 12 dan
pada Gastritis Tipe B pasien anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa
pahit atau mual dan muntah. Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil terlihat nyeri hati, anoreksia, nusea dan pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan (Mansjoer, 2001).
Patogenesis
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung, yaitu:
1.
Kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.
2.
Perfusi mukosa lambung yang terganggu.
3.
Jumlah asam lambung.
4.
Faktor makan (pola makan)
5.
Faktor obat-obatan
6.
Faktor psikologis
7.
Infeksi bakteri
Pada umumnya patogenesis gastritis kronik belum diketahui. Gastritits kronik
sering dijumpai bersama-sama dengan penyakit lain, misalnya anemia, penyakit Addison
dan Gondok, anemia kekurangan besi idiopatik. Gastritis kronik antrum-pilorus hampir
selalu terdapat bersamaan dengan ulkus lambung kronik. Beberapa peneliti
menghubungkan gastritis kronik fundus dengan proses imunologi. Hal ini didasarkan
pada kenyataan kira-kira 60% serum penderita gastritis kronik fundus mempunyai
antibodi terhadap sel parietalnya. Gastritis kronik antrum-pilorus biasanya dihubungkan
dengan refluks usus-lambung.
Gastritis akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut akan
terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit/infeksi bakteri gastritis umumnya berasal
dari dalam tubuh penderita yang bersangkutan.Keadaan ini sebagai wujud komplikasi
penyakit yang telah diderita sebelumnya. Salah satu bakteri penyebab gastritis yaitu
Helicobacter pylori. Helicobacter pylori adalah kuman Gram negatif, basil yang
berbentuk kurva dan batang. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang
menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang hidup
di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat
memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi
Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi Helicobacter pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya ulkus peptikum dan penyebab tersering terjadinya
gastritis.
Gejala
Menurut (Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB,2011) gejala gastritis pada
umumnya rasa perih pada lambung/pada ulu hati merupakan hal yang sering disebut
sebagai sakit gastritis/maag. Faktanya, gejala sakit gastritis/maag tersebut tidak harus
terasa perih, akan tetapi rasa tidak nyaman pada lambung/ulu hati yang dibarengi dengan
mual atau kembung dan sering sendawa atau cepat merasa kenyang juga merupakan
gejala sakit gastritis/maag. Gastritis pada anjing menyebabkan anjing tersebut mengalami
sakit perut yang parah. Anjing akan sering mengalami muntah yang mungkin
mengandung cairan empedu atau darah. Tanda-tanda umum lainnya dari kondisi ini
termasuk hilangnya nafsu makan, kehilangan berat badan, diare, lemah, lesu, dehidrasi
(dari kehilangan cairan karena muntah), darah dalam tinja ( melena , disebabkan oleh
ulserasi lambung , terutama umum kecuali dalam kasus yang parah gastritis) Membran
mukosa pucat ( pucat , terkait dengan kehilangan darah ) dan kusam pada bulu anjing
tersebut.
Diagnosis penyakit gastritis pada anjing memang agak sedikit sulit. Hal yang
akan dilakukan Dokter hewan pertama kali adalah menyingkirkan kemungkinan
penyebab lain dari gejala ini.
Berikut penjelasan lebih dalam tentang gejala-gejala tersebut :
a. Sendawa
Sendawa (burping/belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna (kerongkongan
dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan kadang-kadang bau.
b. Kembung
Untuk memahami kembung ada 2 hal yang harus diketahui:
1) Gejala/bloating: merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih besar dari
normal, jadi merupakan suatu tanda atau gejala ketidaknyamanan, merupakan hal
yang lebih ringan dari distention.
2) Tanda/distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif) dimana
didapatkan bahwa perut lebih besar dari normal, bisa didapatkan dari observasi saat
menggunakan baju jadi kesempitan dan lambung jelas lebih besar dari biasanya.
c. Flatus/Kentut
Menurut (Dr Helmin Agustina Silalahi) Flatus merupakan keluarnya gas dalam
saluran cerna melalui anus yang bersumber dari udara yang tertelan atau hasil
produksi dari bakteri. Namun terjadinya flatus lebih sering diakibatkan oleh
produksi dari bakteri di saluran cerna atau usus besar berupa hydrogen atau metan
pada keadaan banyak mengkonsumsi kandungan gula dan polisakarida. Contoh gula
adalah seperti laktosa (gula susu) , sorbitol sebagai pemanis rendah kalori, dan
fruktosa pemanis yang biasanya digunakan pada permen.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan FNA (fine needle aspiration), biopsi atau
sialografi. Uji hematologi biasnya normal kecuali bila disertai inflamasi akan tampak
perubahan leukogram. Hasil FNA biasanya ditemukan warna grey gold dan mukus
disertai bercak darah. Pewarnaanmukus spesifik dapat membantu (Periodik Acid Schiff).
Hewan terlihat memakan sesuatu yang mengiritasi, gastritis akut biasanya disimpulkan
dari sejarah dan pemeriksaan fisik yang ditemui. Radiografi abdominal dan data patoligi
klinik mengindikasikan jika hewan sakit atau jika ada dugaan penyakit lain. Tertelan
benda
asing,
obstruksi,
parvoviral
enteritis,
uremia,
diabetes
ketoasidosis,
hypoadrenocorticism, sakit liver, hiperkalsemia, dan pankreatitis dirasa tidak tepat, maka
diagnosa yang tepat adalah gastritis akut. Jika muntah masih berlangsung 1 – 2 hari
setelah diberi terapi simtomatik dan cairan, maka diagnosa diatas bisa jadi benar.
Meskipun pankreatitis masih harus dikoreksi. Gastroskopi pada hewan dapat
mendiagnosa jika adanya erosi empedu dan lambung atau hiperemia.
Gastritis akut menunjukkan gejala yang beragam sesuai dengan penyebabnya
(misalnya benda asing, intoksikasi). Sejarah dan pemeriksaan fisik yang baik diperlukan.
Pemilik harus mengawasi hewan peliharaannya dan jika kondisinya memburuk atau tidak
ada perbaikan dalam 1 – 3 hari perlu dilakukan pemeriksaan darah, biokomia serum dan
urinalisis.
Pengobatan
Prinsip terapinya adalah terapi cairan parenteral, mempuasakan makan dan
minum selama 24 jam untuk mengontrol muntah. Jika muntah persisten atau berlanjut,
atau
jika
hewan
menjadi
depresi
karena
muntah
pemberian
anti
emetika
(prochlorperazine, metoclopromide, ondasetron) dapat diberikan secara parenteral.
Ketika pemberian makan dimulai sejumlah air dapat diberikan sering dalam jumlah yang
sedikit. Jika hewan minum tanpa muntah, sejumlah makanan lunak dapat diberikan.
Antibiotik dan kortikosteroid jarang diindikasikan.
1.
Antiemetika: dapat diberi derivate phenothiazine (chlorpromazine).
2.
Antibiotik : untuk menangani ulcer gastrium dan erosi.
3.
Gastric Protectan Antasida: dapat menggunakan histamine H-2 reseptor antagonist
4.
Cairan Pengganti: Cairan keseimbangan elektrolit (Ringer’s solusion) untuk
mengganti dehidrasi. Dapat diberikan secara Subcutan Intravena dilanjutkan jika
dehidrasi tingkat moderat-parah
5.
Suplemen Potasium Chloride jika terjadi anoreksia yang lama dan muntah/
hypokalemia.
Pencegahan
Adapun pencegahan gastritis diantaranya ialah memberi makan yang teratur,
makan dalam porsi yang semestinya, jangan biarkan hewan stress, exercise secara rutin,
berikan air minum ad libitum serta cukupkan pakan yang kaya serat, menjaga sanitasi
kandang agar tetap bersih.
Pencegahan terhadap gastritis tidak semata – mata pada hal itu saja, namun perlu
adanya diet. Diet memiliki peranan yang sangat penting, dasar diet tersebut adalah
makanan yang dimakan mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan dalam lambung
dan kemungkinan dapat menetralisis asam HCL.
DAFTAR PUSTAKA
Blazer DG, Koenig HG. Mood Disorders. In: Buse EW, Blazer DG, eds, Textbook of
Geriatric Psychiatry. 2nd ed. Washington DC: American Psychiatric Press, 1996. p.23563.
Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2. Jakarta EGC.
Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI- RSCM),
Dr Helmin Agustina Silalahi
Herlan. 2002. Angka Kejadian Penyakit Gastritis Di Indonesia. http://www.mahalo.com.
Mansjoer A. 2001 Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius.
Marshall, B. J., and Warren, J. R., (1984) Unidentified Curved Bacilli In The Stomach Of
Patients With Gastritis And Peptic Ulceration. Lancet ;1: 1311-5.
Uripi, V. 2002. Manajemen Produksi Makanan. Diktat yang tidak dipublikasikan. Program
Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Direktorat Program Diploma.
Institut Pertanian Bogor
World Health Organization (WHO). 2005. World Data Table. Available from :
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_29_world_data_table.pdf.
[Accesed 10 Maret 2011].
Enteritis dan gastritis pada kucing
1. Enteritis pada kucing
Enteritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada usushalus yang biasanya
disertai diare. enteritis mengacu pada peradangan pada usus kecil, kolitisradang pada usus besar,
typhlitis radang pada sekum dan proktitis radang pada rektum. Pada banyak penyakit perubahan
melibatkan seluruh usus dan perut dan istilah radang inidigunakan gastroenteritis. Gejala klinis utama
enteritis adalah diare. Enteritis mungkin terjadi akibat bakteri, virus, infeksi protozoa dan cacing dan
keracunan kimia. Ada sejumlah bentuk morfologi enteritis yaitu catarrhal, perdarahan, fibrin dan
granulomatosa.
a. Enteritis Akut Etiologi
Makanan Memakan bahan yang telah busuk, benda asing, makan berlebihan atau perubahan pakan
mendadak atau intoleran terhadap bahan pakan seperti laktosa, diet lemak tinggi atau bahan aditif
makanan.
Agen infeksiViral seperti Parvovirus, Coronavirus, Rotavirus, Bakterial seperti
Salmonella,Clostridium, Campylobacter, Eschericia coli, Bacillus piliformis, Rickettsia yang
disebabkan Neorickettsia, Fungi namun lebih sering menyebabkan diare kronis, Parasit seperti
Ascaris,Giardia, Koksidia, Ancylostoma, dan Strongyloides.
Obat atau toksinDisebabkan oleh NSAID, kortikosteroid, obat antikanker, insektisida, logam berat,
bahan- bahan perawatan kebun
Penyebab lainGastroenteritis hemoragis, hipoadrenokortisism, penyakit hepar, pankreas, dan renal
B Patofisiologi
Diare terjadi bila absorbsi menurun atau sekresi meningkat atau kombinasi keduanya.
Diare osmotikDi dalam lumen bahan makanan tidak terabsorbsi dengan baik. Hal ini bisa terjadi
karenamengingesti bahan yang sulit terabsorbsi (serat), malasimilasi bahan makanan, kegagalan
transport bahan non elektrolit (glukosa). Bahan-bahan tersebut biasanya mudah menyerap air juga
menyebabkan air dari plasma masuk ke dalam lumen intestinal, sehingga menambah jumlah air di
dalam lumen. Diare osmotik ini akan berhenti bila hewan dipuasakan. Hampirsemua hewan yang
mengalami diare osmotik mengalami penyakit kronis.
Diare sekretorisCairan dan elektrolit disekresi oleh sel sekretoris. Bahan yang disekresi
berupaenterotoksin, hormon gastrointestinal, prostaglandin, stimulasi parasimpatis, serotonin asam
empedu, asam lemak hidroksilat, laksatif. Diare sekretoris murni tidak berhenti bila hewan
dipuasakan.
Peningkatan permiabilitas Perubahan pada area permukaan atau abnormalitas spesifik sel-sel
membran mukosamenyebabkan peningkatan porus-porus pada epitel junction, yang mana
meningkatkan aliransekresi. Meningkatnya ukuran porus juga dapat disebabkan oleh mediator kimia
tertentu atau proses inflamasi.
Gangguan motilitas Gangguan motilitas disebabkan oleh peningkatan peristaltis atau menurunnya
segmentasi.
C Simptom
Kondisi ringan Gejalanya alert, aktif, belum menunjukkan dehidrasi. Umumnya frekuensi diare
kurang 3-4 kali sehari dalam 24 jam terakhir dan tidak menunjukkan adanya darah pada feses.
Kondisi sedang-beratGejala klinis lebih tampak, dehidrasi, depresi, tidak mau bergerak, dan lemah.
Frekuensi defekasi lebih dari 6 kali sehari dan umumnya ditemukan bercak darah pada feses.
D Diagnosis
Pada kondisi ringan lakukan pemeriksaan feses terhadap infestasi parasit dan pemeriksaan antigen
parvovirus. Pada kondisi sedang dan berat lakukan pemeriksaan feses,CBC (hemogram), elektrolit,
dan biokimia. Bila ditemukan azotemia, jumlah leukosit meningkat, aktifitas enzim hepatosit
meningkat diduga tidak hanya berkaitan dengan masalah saluran gastrointestinal. Biasanya terjadi
gangguan elektrolit dan dehidrasi. Anjing dankucing penderita enteritis parvoviral biasanya
mengalami hipoproteinemia setelah dehidrasi.
a Terapi
Terapi cairanTipe cairan yang digunakan bergantung pada kondisi asam-basa dan elektrolit
pasien.Sebagai terapi awal dapat digunakan larutan Ringer Laktat. Pemberian cairan
bergantungkondisi pasien (IV, subkutan atau peroral). Batasi pemberian pakan dalam 24 jam. Beri
pakanyang mudah dicerna dan jangan mengandung serat, lemak atau laktosa. Kemudian frekuensidan
jumlah pakan ditingkatkan hingga kondisi normal.
Modulator motilitasHanya diberikan bila diare sangat berat. Tujuannya adalah meningkatkan ritme
kontraksi segmentasi dan menurunkan ritme peristaltis. Sebaiknya tidak diberikan lebih dari beberapa
hari Agen antisekretoris Antikolinergik misalnya chlorpromazine mampu menghambat aktifitas
calmodul inntra seluler sehingga meningkatkan kapasitias dan memperlambat waktu transit sehingga
meningkatkan waktu absorbsi bahan pakan.
Intestinal protektanBismuth subsalicylate dapat digunakan sebagai protektan. Kaolin dan pectin
diragukandalam mengatasi diare berat.
Antibiotika Diberikan bila ada indikasi terjadi infeksi atau inflamasi pada saluran cerna berdasarkan
pemeriksaan feses. Juga indikasi invasi bakteri pada mukosa saluran cerna dengan adanya bercak
darah pada feses. Antikolinergik tidak boleh digunakan pada pasien penderita obstruksi intestinal,
atonigastrointestinal atau glukoma. Analgesik narkotik dapat menyebabkan depresi SSP, euphoria,
gastrointestinal atoni, megacolon pankreatitis dan anoreksia,sehingga tidak boleh diberikan pada
penderita penyakit hepar, enteritis bakterial dengan atau tanpa produksi enterotoksin.
b. Enteritis Kronis
Enteritis kronis adalah perubahan frekuensi, konsistensi dan volume feses lebih dari 3minggu atau
berlangsung berulang secara periodik. Penyebab enteritis kronis bisa berasal dariusus halus atau usus
besar.
Etiologi
a. Usus halus
Penyakit intestinal primerInflamatory bowel disease (lymphoplasmacytic enteritis, eosinophilic
enteritis), Lymphangiectasia, Infiltrasi neoplasia (lymphosarcoma dan adenocarcinoma), Infeksi
(histoplasmosis, Salmonella spp., Clostridium perfingens), Parasit (Giardia, Ancylostoma,Ascaris,
Strogyloides), Obstruksi partial (benda asing, intususepsi, neoplasia), Smallintestinal bacterial
overgrowth, Short bowel syndrome, Duodenal ulcer.
Maldigesti Exocrine pancreatic insufficiency (juvenile pancreatic acinar atrophy, pancreatitischronic),
dan penyakit hepar.
DietGluten sensitve pada Irish setters dan dietary sensitivity.
Gangguan metabolikPenyakit hepar, hiopadre nokortisism, uremia, toksin, pemberian obat
(antikolinergik dan antibiotika).Faktor risiko adalah perubahan pakan mendadak, bahan pakan yang
tidak mudah dicerna serta mengandung lemak tinggi. b. Usus besar
Penyakit usus besar primerInflamasi (lymphoplasmacytic colitis, eosinophilic colitis), Parasit
(Trichuris vulpis,Giardia, Acylostoma, Entamoeba histolytica, Balantidium coli), Non inflamasi
(ileocolicintususseption, cecal inversion), Neoplasia (benign polyp, adenocarcinoma), Infeksi
(Histoplasmosis, Clostridium perfingens, Salmonella sp., Campylobacter jejuni).
Diet dan IdiopathicPerubahan pakan, benda asing (tulang, batu, rambut), Fiber responsive large
boweldisease, Irritable bowel syndrome.
Gangguan metabolikUremia, hipoadrenokortisism, toksin, dan pemberian obat.Faktor risiko adalah
perubahan pakan mendadak, stress, dan faktor psikologis.
A Patofisologis
Tingginya solut atau cairan sekresi.
Rendahnya solut atau absorbsi cairan.
Permiabilitas intestinal tinggi atau meningkat.
Motilitas gastrointestinal meningkat
B Simptom
Usus halusKondisi tubuh buruk berkaitan dengan maldigesti, malabsorbsi atau hilangnya
proteinentropati. Palpasi abdomen terasa penebalan intestinal berkaitan dengan infiltrasi sel
radang,efusi abdomen karena hipoprote inemia akibat hilangnya protein enteropati atau
massaabdomen (benda asing, neoplastik, intususepsi atau pembesaran limfe nodus mesenterika).
Usus besarPalpasi rektal ditemukan adanya mukosa rektal yang tidak halus dan menebal,
striktura,massa intraluminal atau ekstraluminal, limfadenopati sublumbal.
C Diagnosis
Langkah pertama untuk mengevaluasi enteritis kronis adalah menetukan lokasi lesi berdasarkan
anamnesis dan gejala klinis. Abdominal radiografi dapat membantu melihatadanya massa,
intussusepsi, penebalan dinding intestinal, benda saing atau asites. Uji lainyang dapat dilakukan
adalah uji fungsi eksokrin pankreas (trypsinlike immunoreactivity),Oral bentiromide (BT-PABA) test,
Xylose absorption test, Serum folat dan cobalamin.Endoskopi ataupun kolonoskopi dapat membantu
lebih jelas melihat perubahan lesi padalokasi-lokasi yang dicurigai.
D Terapi
Secara umum bila mengalami dehidrasi lakukan terapi cairan menggunakan cairanseimbang dapat
digunakan normal saline atau larutan Ringer laktat. Pada lesi usus haluslakukan terapi pada penyebab.
Terapi umum ataupun simptomatis biasanya tidak berhasil pada kasus enteritis kronis. Pada lesi usus
besar, telur trichuris jarang ditemukan, namunkarena trichuris paling sering menyebabkan diare usus
besar maka sebaiknya dilakukan pengobatan dengan fenbendazole sebelum melakukan uji diagnosis
yang lain. Diet rendahlemak dan bahan mudah cerna 3-4 minggu akan cepat mengatasi diare usus
besar. Padaumumnya hewan akan sembuh secara bertahap setelah terapi. Namun bila tidak ada
respon,lakukan evaluasi kembali.
2 . Gastritis pada kucing
Gastritis yaitu keradangan dan kerusakan mukosa yang muncul sebagai responrangsangan yang
melibatkan mukosa gastrium.Gastritis yang berlangsung akut pada hewan kecil biasanya disebabkan
karena makan berlebihan, ingesti sampah atau makanan beracun. Makan yang berlebihan pada
anjingterutama dengan pakan yang mudah difermentasi dan pakan yang sulit dicerna
dapatmenimbulkan gastrits akut. Agen penyebabnya yaitu makanan yang terfermentasi,
bakteri,enterotoksin dan mikotoksin. Ingesti benda asing seperti logam, plastik, tulang, bahkanrumput
juga bisa menyebabkan gastritis. Agen infeksi seperti coronavirus, parvovirus, caninedistemper juga
dapat menimbulkan lesi mukosa gastrium. Gastritis akut juga dapat terjadikarena reaksi alergi,
makanan misalnya. Kondisi seperti uremia, gangguan hati, shock, sepsisatau stress juga dapat
berperan sebagai etiologi gastritis akutGastritis akut adalah inflamasi pada gaster atau lambung yang
ditandai denganmuntah kurang dari 7 hari dan tidak menunjukkan gejala-gejala yang lain. Penyakit ini
dapatterjadi pada semua anjing dan kucing dari segala umur. Hewan muda biasanya
mengalamimasalah karena mengingesti benda asing.Gastritis kronis adalah radang pada lambung
yang terjadi dalam waktu yang lama.Pada gastritis kronis hewan mengalami muntah lebih dari 1-2
minggu. Anjing dan kucingyang menderita gastritis kronis umumnya berumur tua dan termasuk ke
dalam breed kecil.
A Etlogi
1. GastrikDisebabkan karena mengkonsumsi makanan basi, perubahan pakan mendadak, toksin
bakterial, alergi, diet lemak tinggi pada hewan muda, ingesti benda asing, tanaman, obat(NSAID)
aspirin, phenylbutazone, ibuprofen, glukokortikoid, agen infeksius (viral, bakterial),dan parasit.2. Non
gastrikDisebabkan karena gagal ginjal, penyakit hepar, sepsis, shock, stress,hipoadrenokortisism, dan
penyakit neurologis.
Gastritis kronis juga bisa terjadi diawali dengan gastritis akut. Faktor risiko penyakitini adalah
pemberian NSAID dan glukokortikoid. Selanjutnya karena lingkungan disekitarhewan, hewan dapat
memakan benda asing atau bahan lain. Memakan pakan atau antigenyang menyebabkan alergi atau
intoleran.
B Patofisiologi
Mukosa lambung mengalami perusakan yang selanjutnya memicu infiltrasi sel-selradang ke lamina
propria dan berpotensi menyebabkan erosi superfisial lambung.Iritasi kronis pada mukosa gastrik
terjadi akibat respon inflamasi pada mukosa yangmeluas hingga lapisan submukosa. Gastritis kronis
sekunder terjadi akibat respon imun ataualergi yang berhubungan dengan stimulasi antigenik kronis.
C Diagnosa
Umumnya pemeriksaan laboratorium normal namun ditemukan hemokonsentrasi bilaterjadi dehidrasi
dan hipoproteinemia bila terjadi kehilangan protein. Urinalisis biasanyanormal. Radiografi dapat
membantu untuk melihat benda asing, penebalan dinding lambungatau usus, dan adanya obstruksi
D pengobatan
Glukokortikoid diberikan pada hewan penderita yang didiagnosa akibat gangguanimunologi karena
tidak ada respon dengan tatalaksana diet.
Lakukan terapi cairan bila terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa.
Berikan antiemetik bila kehilangan cairan banyak terjadi akibat vomit.
Metocloporamide untuk mempercepat pengosongan lambung atau terjadi refluksduodenum.
Metocloporamide tidak boleh digunakan bila terjadi obstruksi lambung.
Daftar pustakaAnonimus. 2009.
Penyakit Sistem Digesti Veteriner II.
Fakultas KedokteranHewan, Universitas Airlangga, Surabaya.
Download