Uploaded by Mastur Photo

proposal kesehat

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan melalui
perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan tentang cara
pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara
langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada
anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (baduta).
Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi memasuki usia
6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa vitamin dan
mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak
usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) Agar
kebutuhan gizi bayi/anak terpenuhi.Dalam pemberian MP-Asi perlu diperhatikan waktu
pemberian MP-ASI ,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara
pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian makanan pada waktu anak
sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak hanya
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilon makan dan
merangsang rasa percaya diri.
Beberapa permasalahan pemberian makanan pendamping ASI (MP Asi) antara lain
; pemberian makanan pralaktat sebelum Asi keluar, kolostrum dibuang, pemberian MP Asi
terlalu dini atau terlambat, MP Asi yang diberikan tidak cukup, pemberian MP-Asi sebelum
Asi, frekuensi pemberian MP-Asi kurang, pemberian Asi terhenti karena ibu kembali bekerja,
kebersihan kurang, prioritas gizi yang salah pada keluarga.
Bahaya dari pemberian MP Asi terlalu dini adalah Pemberian MP-Asi dini sama saja
dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sebab, system imun bayi
dibawah 6 bulan masih belum sempurna. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset
terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MP-Asi sebelum
ia berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas
dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan
kesehatan dunia lainnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status
pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan
pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu yang
dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang
baik atau optimal terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga kemungkinan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensisal. Status gizi lebih terjadi bila tubuh
memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis. Status
gizi kurang atau lebih merupakan gangguan gizi.
Turut sertanya ibu dalam mencari nafkah akan meningkatkan daya beli keluarga,
akan tetapi juga menimbulkan masalah, yaitu pembagian waktu terutama dalam hal waktu
untuk bekerja di luar rumah dengan waktu untuk mengelola rumah tangga serta mengasuh
anak. Peran ganda ibu ini menuntut di satu pihak perlu curahan waktu penuh untuk mengasuh
anak, bersamaan dengan itu perlu sisipan waktu untuk bekerja di luar rumah. Salah satu
peluang untuk mengatasinya adalah anak diasuh oleh pembantu, keluarga atau family yang ada
di rumah. Keterbatasan waktu ibu dalam mengasuh anak dan menyediakan makanan akan
berpengaruh terhadap pola makan anak (bayi) dan konsumsi gizi anak, karena pada usia anakanak ini merupakan usia yang membutuhkan konsumsi pangan yang ideal untuk membantu
kecerdasan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Banggai tahun 2010 bahwa
67 % ibu rumah tangga di kelurahan Simpong bekerja di luar rumah.
Data Puskesmas Simpong tahun 2010 diperoleh informasi bahwa cakupan
pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Simpong hanya berjumlah 32,3 %. Hal ini menandakan
bahwa masih tingginya pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.
Karena hal-hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada
hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi
dini ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi dini di
Kelurahan Simpong.
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui status pekerjaan ibu yang berisiko terhadap kurangnya asupan pemberian
Asi Eksklusif.
b. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi dini.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Untuk Institusi pendidikan (kampus)
Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Untuk Pemerintah Kelurahan Simpong
Dapat lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan khususnya
masalah gizi masyarakat yang berada di Kelurahan Simpong.
3. Manfaat Untuk Peneliti
Sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya untuk masalah-masalah gizi
keluarga terutama zat gizi untuk bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
Tinjauan Umum
Konsep Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Pada Bayi
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan
kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang
paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat
kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan
bayinya (Sunartyo, 2008).
Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI merupakan
makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan pertama. ASI yang
diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang berwarna
kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak
antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan
setiap saat. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu yang tenang. Disamping
itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi dan perawatan payudara.
Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI eksklusif (As’ad,
2002).
ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu
setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan
harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi
berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000).
Dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1.
Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 3 – 4 bulan pertama.
2.
Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.
3.
Mengandung beberapa zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya infeksi.
4.
Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi.
5.
Tidak mengandung beta laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi.
6.
Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam keadaan segar
serta bebas dari kuman.
7.
Berfungsi menjarangkan kehamilan.
8.
Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.
Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6
bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat
setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi
peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang
menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun, sebelum
diberi makanan tambahan sebaiknya coba diperbaiki dahulu cara menyusuinya. Cobalah
hanya memberi bayi ASI saja tanpa memberi minuman atau makanan lain. Selain itu, bayi
harus sering disusui, perhatikan posisi menyusui. Secara umum usahakan dahulu agar cara
pemberian ASI dilakukan sebaik mungkin. Apabila setelah 1 – 2 minggu ternyata upaya
perbaikan tersebut tidak menyebabkan peningkatan berat badan, maka pemberian makanan
tambahan atau padat diberikan bagi bayi berusia diatas 4 bulan (Roesli, 2000).
Bila oleh suatu sebab (misalnya ibu bekerja atau hamil lagi) bayi tidak memperoleh
ASI, maka kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). PASI dibuat dari susu sapi
yang susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir sama dengan susunan gizi ASI, sehingga
dapat diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan akibat sampingan. Akan tetapi belum ada
PASI yang tepat menyerupai susunan ASI (As’ad, 2002).
Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok
masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan. Bahkan ada
yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya, pada masyarkat
urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah diberi makanan tambahan
(Arisman, 2004).
Menurut Sulistjani (2001), seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan yang
diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk menunjang tumbuh
kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai
peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Setelah
berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi
meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Menurut Arisman (2004), pemberian
makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk bubur cair kebentuk
bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan
padat. Pemberian pertama cukup 2 kali sehari, satu atau dua sendok teh penuh. Pada usia 6-9
bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan empat porsi. Menginjak usia 9 bulan bayi telah
mempunyai gigi dan mulai pandai menguyah makanan. Sekitar usia 1 tahun bayi sudah mampu
memakan makanan orang dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan makanan separuh takaran
orang dewasa.
Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk, sayursayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh diberikan
setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal masa penyapihan,
ASI masih merupakan makanan pokok. Sementara makanan sapihan hanyalah sebagai
pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi sebagai makanan tambahan,
sementara makanan sapihan menjadi santapan utama (Arisman, 2004).
Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu
pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak
ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia
4 – 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang
negatif terhadap kesehatan bayi (Roesli, 2000).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan
sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi,
paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam
pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI) harus
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah
berumur 6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat
mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Krisnatuti, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MPASI yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MPASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan
infeksi lain pada bayi, hasil penelitian Widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia
jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang (57,3%)
dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok
bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
2. Konsep tentang Pekerjaan Ibu
Kerja adalah aktivitas, gawai, kegiatan, operasi. Sedangkan yang dimaksud dengan
pekerjaan adalah operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas, kegiatan, kesibukan,
urusan, karier, profesi , pencaharian seseorang. (Tesaurus Bahasa Indonesia)
Merawat anak, mulai dari memandikan, menyuapi sampai mengasuh hampir semuanya
dilakukan oleh ibu. Merawat anak dan menyediakan keperluan makan dan minum anak
merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang ibu. Akan tetapi, tugas itu
tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah. Ibu juga harus mengingatkan tugas anakanaknya mengenai pekerjaan yang harus dilakukan atau belum dilakukan seperti
mengingatkan anak supaya mandi, makan dan mengingatkan waktu bila anaknya bermain
(Supanto, 1990). Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kebutuhan fisik, mental
dan perkembangan emosinya. Bermain bukan berarti membuang-buang waktu, juga bukan
berarti membuat anak menjadi sibuk sementara orangtuanya mengerjakan pekerjaannya
sendiri. Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain. Untuk bermain diperlukan alat
permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya (Soetjiningsih, 1995).
Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orang tua
tentang interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat
menurunkan angka kurang gizi pada anak balita. Penelitian lainnya membuktikan bahwa
perubahan pola asuh psikososial telah meningkatkan derajat pertumbuhan anak. Penelitian di
Bogota, Columbia membuktikan bahwa anak-anak yang menderita kurang gizi, dikunjungi
rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh kader desa, ternyata pertumbuhan pada umur 3
tahun lebih tinggi daripada yang tidak dikunjungi. Dengan dikunjungi rumahnya, ibu- ibu
menjadi lebih memahami kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar.
Didapatkan juga bahwa ibu-ibu yang memahami tentang kebutuhan untuk perkembangan
kognitif anak, anak-anaknya lebih pintar daripada ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya
(Anwar, 2008).
B.
1.
Kerangka Konsep
Makanan Pendamping Asi (MP-Asi) adalah makanan yang diberikan pada bayi berusia 6
bulan keatas dengan tetap memberikan Asi.
2.
Pekerjaan adalah kesibukan atau aktifitas yang menghasilkan upah yang dilaksanakan oleh
seseorang sebagai upaya untuk kelangsungan hidupnya.
3.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status pekerjaan ibu. Ibu
yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan pendamping Asi
pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu yang dimiliki olehnya
relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.
C.
Definisi Operasional
Dimaksudkan dengan pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu menyusui
yang berada di luar rumah dan memakan waktu yang banyak untuk berada di luar rumah.
Seperti menjaga toko, berdagang di Pasar, Karyawan Perusahaan, pegawai negeri pada instansi
pemerintah, dll.
Adapun pemberian MP Asi Dini dalam penelitian ini adalah Makanan Pendamping
yang sudah diberikan pada bayi sebelum berusia genap 6 bulan. Bila MP Asi diberikan pada
H-1 sebelum 6 bulan maka masih termasuk dalam penelitian ini.
BAB III
METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode ………………………(analitik, deskriptif atau
kualitatif)
B. LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kelurahan Simpong
1. Gambaran umum lokasi
………………………………………………………………………………….
C. WAKTU PENELITIAN
Tanggal mulai dari penyusunan proposal hingga skripsi
D. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi adalah sasaran penelitian. Misalnya sumur populasinya adalah air sumur.

Sampel adalah bagian representative dari populasi
1. Sampel itu siapa ?
2. Tekniknya bagaimana ?
Teknik pengambilan sampel ; Random sampling, stratified random sampling dan cluster
ramdom sampling, dll
3. Sampel sizex berapa ?
Angka confidence/tingkat kepercayaan : tingkat kesalahan (misalnya 0,05  5 %) ada
rumusnya !!!!
E. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Cek list
2. Kuesioner
F. METODE ANALISIS DATA (UNTUK PENELITIAN ANALITIK- KALO UNTUK
PENELITIAN DESKRIPTIF DISAJIKAN DULU BARU DI ANALISIS)
G. INSTRUMEN PENELITIAN

Memakai instrument yang dibuat sendiri jika tidak ada instrument baku yang digunakan.

Harus kuat pada teori disesuaikan dengan DASAR TEORI
MEMBUAT INTRUMEN PENELITIAN
1. Mengukur pengetahuan
Apa yang dia ketahui tentang topic
2. Mengukur sikap
Bagaimaimana sikap dia tetang topic (pendapat, tanggapan, dll)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Jelaskan semua hasil penelitian
2. Pembahasan ; antar dengan teori penunjang hasil penelitian, sambung dengan hasil penelitian
yang diperoleh, sambung dengan penelitian orang lain yang berhubungan dengan penelitian,
kesimpulan
Download