Let’s Quit Smoking & No More Central Obesity: Kampanye Pola Hidup Sehat bagi ASNers Apakah menurutmu perut buncit sudah melekat menjadi suatu branding dan self-image bagi ASN maupun PNS di Indonesia? Jika Anda menjawab iya, maka hal tersebut merupakan sesuatu yang memprihatinkan, tidak hanya seakan-akan mencontreng citra ASN sebagai pribadi yang tidak berpola hidup sehat. Namun, ASN juga dapat saja mendapatkan predikat sebagai pribadi yang “pemalas” dan tidak prima dalam melayani masyarakat, yang mana merupakan tugas utama bagi ASN. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi mengenai kemungkinan adanya PTM (Penyakit Tidak Menular) pada ASN tahun 2019, hasil mencatatkan bahwa sebanyak 235 ASN merupakan perokok berat, 350 ASN kurang aktifitas fisik, 410 ASN kurang mengkonsumsi sayur dan buah, 214 ASN mengalami kolesterol, 48 ASN mengalami tekanan darah di atas 140/90 mmHg, 32 ASN mengalami gula darah serta. Hasil pemeriksaan tahun 2018 pun tak jauh berbeda, dari total 865 ASN yang diperiksa, sebanyak 232 ASN adalah perokok berat, kurang aktifitas fisik 421 ASN, kurang sayur dan buah 385, kolesterol 119 orang, tekanan darah di atas 140/90 mmHg ada 124 ASN, gula darah 119 orang, serta obesitas sentral 292 orang. Data tersebut tentunya baru merepresentasikan satu kondisi kesehatan ASN di Cimahi saja, belum menggambarkan bagaimana dengan kondisi kesehatan dan kebugaran ASN di bagian Indonesia yang lain atau secara menyeluruh. Namun, hal ini perlu dijadikan sebagai diskusi penting mengingat performa pelayanan kepada masyarakat seorang ASN sangat bergantung pada kondisi kesehatan dan kebugarannya, terlebih pada masa pandemi covid-19, dimana masa-masa ini merupakan momen yang sangat penting untuk selalu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dan pikiran. PTM (Penyakit Tidak Menular) atau Noncommunicable Diseases merupakan penyebab kematian terbesat di seluruh dunia, sebanyak lebih dari 36 juta penduduk dunia mengalami kematian setiap tahunnya (sekitar 63% dari penduduk dunia). Hal ini terjadi di negara dengan tingkat pendapatan rendah atau menengah. Berikut merupakan beberapa hal mendasar yang perlu dipertimbangkan untuk menjadi insight penting untuk selalu menjaga kesehatan dan kebugaran ASNers. ASN yang memiliki perut buncit merupakan salah satu hal yang mungkin kerap kita temui di sekitar lingkungan dimana kita tinggal. Meskipun terkesan seperti sudah wajar dan normal, sebenarnya memiliki perut yang buncit bukanlah sesuatu hal yang disepelekan begitu saja. Perut buncit bukan lagi menjadi simbol kemakmuran saat ini, melainkan menjadi simbol pola hidup yang tidak sehat dan seimbang. Perut buncit merupakan salah satu pertanda bahwa terjadi adanya obesitas pada perut. Berat badan berlebih atau obesitas cenderung menyimpan banyak penyakit yang berbahaya bagi tubuh baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Risdakes) Kementerian Kesehatan terbaru, prevelensi penyakit tak menular dikarenakan kelebihan berat badan berada di peringkat nomor 1 di Indonesia. Penumpukan lemak di bagian perut ini terdiri dari dua macam, yaitu lemak subkutan dan lemak viseral. Lemak subkutan adalah lemak yang berada di bawah kulit, dapat dicubit, dan terlihat. Sedangkan lemak viseral berada di sekitar organ dalam tubuh sehingga tidak terlihat. Lemak viseral berbahaya karena dapat meningkatkan risiko penyakit tertentu dan sangat sulit dihilangkan. Perut buncit atau disebut obesitas sentral dapat diukur dari lingkar pinggang. Metode pengukurannya dengan menggunakan lingkar perut (diukur tepat di bawah ruas tulang rusuk terakhir dan di atas pusar) dengan batas normal apabila lingkar perut kurang dari 90 cm untuk laki-laki dan 80 cm untuk perempuan. Obesitas sentral juga dapat dilihat berdasarkan rasio lingkar perut dan lingkar tulang panggul. Jika perut memiliki lingkar yang lebih besar dibandingkan tulang panggul, maka sudah dapat dipastikan individu tersebut mengalami obesitas sentral alias buncit (dr. Andreas Wilson Setiawan : 2020). Obesitas sentral memiliki penyebab yang sama dengan obesitas yaitu disebabkan oleh penimbunan lemak akibat pola konsumsi tinggi karbohidrat, kolesterol, dan lemak serta tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup. Namun, obesitas sentral alias buncit, ini sering kali dipicu oleh konsumsi alkohol sehingga sering juga disebut dengan beer belly atau perut bir. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian oleh Schroder di mana individu yang mengonsumsi alkohol berisiko untuk terkena obesitas sentral sebesar 1,8 kali dibandingkan yang tidak mengonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol akan meningkatkan asupan glukosa yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Obesitas sentral menyebabkan gejala langsung yang serius, tetapi akan bertambah parah seiring dengan berjalannya usia individu. Risiko yang mungkin saja didapatkan oleh seseorang yang mengalamu obesitas sentral adalah adanya risiko kematian yang lebih tinggi/kematian dini, disfungsi ereksi, kanker, arterosklerosis (menghambat pembulu darah) serta kemungkinan adanya penyakit lainnya. Oleh sebab itu, kita tidak boleh menormalisasi kebiasaan-kebiasaan yang kurang sehat di kehidupan sehari-hari yang kita jalani, terutama ASN dengan segala kesibukan dan tanggung jawab yang diemban, sebaiknya menyempatkan diri untuk berolahraga sejenak, memanfaatkan program GERMA S (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), menjaga asupan makanan yang sehat dan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kalori agar obesitas sentral tidak menjadi alasan performa kinerja menurun dan penyakitpenyakit baru datang. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI), dr Widyastuti Soerojo, MSC, melansir bahwa dalam satu dekade terakhir jumlah perokok pemula meningkat hingga 240 persen di Indonesia. “Budaya” merokok merupakan aktivitas tidak sehat yang sering kita temui pada sebagian besar masyarakat, termasuk ASN di dalamnya. Selama ini banyak masyarakat yang merokok berdalih mengatakan bahwa rokok adalah salah satu penunjang mereka dalam bekerja agar lebih maksimal dan tidak merasa stress. Namun, sebenarnya rokok memiliki multiplier effect yang tidak kalah banyak, dari yang katanya berperan sebagai media penunjang kerja. Bahaya yang disebabkan dari kegiatan merokok bagi kesehatan yang paling utama adalah dari racun karsinogen (penyebab kanker) dan karbon monoksida pada asap rokok. Kedua zat tersebut akan terhirup saluran pernapasan dan dapat memicu kerusakan organ tubuh serta menurunkan fungsi jantung, pembuluh darah, dan pernapasan. Akibatnya, tubuh akan lebih sulit melawan bibit penyakit yang berada lingkungan karena harus mengatasi kerusakan organ dan melawan racun dari paparan asap rokok. Dengan merokok, itu artinya seseorang akan lebih mungkin terpapar racun dari asap rokok dengan frekuensi yang lebih sering dan waktu yang lama. Hal serupa juga dapat dialami oleh perokok pasif. Bahkan bahaya merokok bagi kesehatan ini akan lebih cenderung meningkat jika para perokok pasif menghirup napas yang dikeluarkan oleh perokok aktif (dr. Tania Savitri : 2020). Sebuah penelitian Institute dari New South Wales, Australia menyebutkan merokok dapat menyebabkan tekanan darah serta detak jantung Anda akan meningkat, kadar oksigen dalam darah berkurang karena karbon monoksida, paparan bahan kimia yang terkandung pada asap rokok menyebabkan rambut halus di saluran pernapasan rusak, Selain itu, otot-otot kecil di saluran pernapasan juga akan terus berkontraksi dan sistem imun (kekebalan tubuh) melemah sehingga membuat tubuh rentan mengalami berbagai penyakit infeksi (David Currow). Bahaya yang disebabkan oleh aktivitas merokok merupakan suatu hal yang perlu dianggap serius baik perokok aktif maupun pasif. Menghirup asap rokok secara pasif dan berkelanjutan dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terserang kanker paru-paru sebanyak 25 persen. Selain itu, perokok pasif juga meningkatkan risiko penyakit jantung coroner. ASN yang memiliki ketergantungan pada rokok dalam hal ini patut untuk setidaknya mengurangi intensitas merokoknya serta mematuhi aturan mengenai jam dan tempat merokok yang telah dibuat pada masing-masing instansi karena banyak sekali keuntungan yang di dapatkan dari tidak merokok. Seperti hasil penelitian yang diterbitkan dari Peninsula Medical School yang menyebutkan keuntungan yang diperoleh dari tidak merokok adalah terhindar dari tumor otak, kemungkinan hamil bagi wanita menjadi lebih besar, lebih tajam dalam berpikir/cerdas dan tentunya lebih produktif karena jarang sakit. Kesehatan merupakan anugerah terindah yang terkadang lupa kita syukuri. Bahkan kita cenderung take for granted segala kenikmatan dari sehatnya tubuh yang kita miliki sekarang, kita tidak melihat bagaimana kondisi kesehatan kita dalam 10 atau 20 tahun ke depan. Salah satu cara mensyukuri nikmat pemberian Tuhan YME ini adalah dengan menjaga dan merawat kesehatan yang kita miliki dengan cara yang sebaik-baiknya dan sesuai dengan informasi kita ketahui. Melalui gerakan pola hidup sehat dengan menjaga asupan makanan yang sehat, berolahraga ringan dan tidak merokok, maka kita sudah beberapa langkah lebih maju untuk menjaga kesehatan bagi diri kita sendiri. Tanggal kematian memang sudah ditentukan oleh Tuhan YME dan kita tidak tahu kapan waktu itu akan tiba. Namun, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menjaga kesehatan dan kebugaran diri kita sendiri. Dengan kesadaran akan menjaga kesehatan dan kebugaran, ASN diharapkan mampu memberikan kebaikan, kebermanfaatan dan kontribusi yang lebih maksimal bagi dirinya sendiri dan tentunya bagi masyarakat luas yang menaruh amanah di tangan mereka. Menjaga kesehatan juga merupakan wujud rasa cinta kepada diri sendiri maupun orang-orang yang kita sayangi, tentunya kita tidak ingin membuat mereka resah atau bahkan kehilangan mereka karena ulah gaya hidup tidak sehat yang kita lakukan sendiri. Jangan sampai penyesalan itu menghampiri kita. Dengan mempraktikan pola gaya hidup sehat, keuntungan baik jangka pendek maupun jangka panjang pun pasti akan ASN dapatkan. Marilah kita memulai pola hidup sehat dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu dan sebisa kita. “ASN sehat, ASN penuh manfaat, Indonesia maju!” Biodata Penulis Nama : Farhan Ramadhani Santoso No Hp : 082173146828 TTL : Batam, 03 Januari 2000 Status : Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri Kedinasan Judul Esai: “Let’s Quit Smoking & No More Central Obesity: Kampanye Pola Hidup Sehat bagi ASNers”