AKUNTANSI PEMERINTAHAN PROSEDUR PELAKSANAAN APBN OLEH: KELOMPOK 5 VII-A NI WAYAN KOMALA YANTI (1715644019) PANDE KADEK VINA FEBRIANTI (1715644139) D4 AKUNTANSI MANAJERIAL JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BALI 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah berjudul Prosedur Pelaksanaan APBN ini secara tepat waktu. Adapun penyusunan tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah Akuntansi Pemerintahan. Dalam kesempatan kali ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pendidik atau dosen serta rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya tugas ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, sehingga masih jauh dari sempuna. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan kemampuan yang kami miliki, maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penyusunan makalah ini di masa mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Badung, November 2020 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 3 C. Tujuan................................................................................................................................................ 3 D. Manfaat.............................................................................................................................................. 4 BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................................................... 5 A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ................................................................................... 5 B. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat APBN .............................................................................................. 6 BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 9 A. Dasar Hukum Pelaksanaan APBN di Indonesia ............................................................................ 9 B. Prinsip-Prinsip Pelaksnaan APBN ................................................................................................ 10 C. Prosedur Pelaksanaan APBN ........................................................................................................ 11 D. Kelonggaran dalam Pelaksanaan APBN ...................................................................................... 17 BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................... 20 A. SIMPULAN ..................................................................................................................................... 20 B. SARAN ............................................................................................................................................ 20 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama suatu negara adalah untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam upaya mencapai tujuan itu, pemerintah selaku pelaksana negara melakukan berbagai hal yang disebut sebagai pembangunan. Di mana pembangunan tersebut berupa pembangunan infrastruktur, kesehatan, pendidikan, sumber daya manusia, dan sebagainya. Untuk dapat melakukan pembangunan tersebut, pemerintah memerlukan suatu alat untuk mempermudah proses pembangunan agar bisa berjalan terarah. Alat yang dimaksud berupa sebuah anggaran. Anggaran negara adalah urat nadi bagi suatu negara dalam menjalankan pemerintahan (Suhartono, 2011). Di Indonesia anggaran negara setiap tahun disusun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN secara filosofi adalah perwujudan dari kedaulatan rakyat sehingga penetapannya dilakukan setiap tahun dengan undang-undang. APBN pada dasarnya sebagai bentuk kepercayaan rakyat kepada pemerintah untuk mengelola keuangan negara sehingga pengelolaannya diharapkan dapat memenuhi syarat akuntabilitas (accountability), transparan (transparency), dan kewajaran (fairness). Hampir di semua negara yang berlandaskan hukum, ketentuan mengenai anggaran belanja negara ditetapkan dalam konstitusi. Di Indonesia ketentuan mengenai APBN terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII Hal Keuangan Pasal 23 yaitu: 1. Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. 2. Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah 1 3. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan anggaran pendapatan dan belanja tahun yang lalu. Menurut (Muhammad, 2017), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrument kebijakan fiscal yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan fungsinya dalam mengatur dan mengarahkan perekonomian serta untuk menjalakan roda pemerintahan dengan cara mengatur pengeluaran dan pendapatan negara. APBN yang ditetapkan tiap tahun dengan undang undang mempunyai arti bahwa terdapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai wakil rakyat atas rancangan APBN yang diajukan oleh pemerintah. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, kebijakan pengelolaan keuangan negara dilaksanakan sesuai asas-asas yang baik dalam pengelolaan keuangan negara yaitu asas kesatuan yaitu asas yang menghendaki semua pendapatan dan belanja negara/daerah disajikan dalam satu dokumen, asas universalitas yaitu asas yang mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran, asas tahunan yaitu asas yang menghendaki adanya batasan masa berlaku anggaran untuk satu tahun tertentu dan asas spesialitas yaitu asas yang mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terperinci secara jelas peruntukannya. Dalam penyusunan APBN terdapat tahapan dari proses perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban yang dikenal dengan siklus APBN. Siklus APBN meliputi tahap perencanaan dalam bentuk RAPBN, pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN, pelaksanaan APBN, tahap pengawasan pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang dan pertanggungjawaban APBN. Pada makalah kali ini akan berfokus membahas mengenai lanjutan siklus APBN sebelumnya, yaitu tahap pelaksanaan APBN. 2 Gambar siklus APBN B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan masalah yang dapat diajukan adalah: 1. Apa dasar hukum pelaksanaan APBN di Indonesia? 2. Apa saja prinsip pelaksanaan APBN? 3. Bagaimana prosedur dan siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan APBN di Indonesia? 4. Apa saja kelonggaran dalam pelaksanaan APBN? C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai melalui makalah ini antara lain: 1. Mengetahui dasar hukum pelaksanaan APBN di Indonesia. 2. Mengetahui prinsip-prinsip pelaksanaan APBN di Indonesia. 3. Mengetahui prosedur pelaksanaan APBN dan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan APBN di Indonesia. 4. Mengetahui kelonggaran dalam pelaksanaan APBN di Indonesia. 3 D. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Makalah ini dijadikan salah satu syarat perkuliahan Akuntansi Pemerintahan serta sebagai referensi tambahan dalam mengikuti perkuliahan. 2. Bagi Politeknik Negeri Bali Makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dan juga literatur bagi Politeknik Negeri Bali, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan makalah dan sumber referensi materi. 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Anggaran negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah suatu dokumen yang memuat perkiraan, penerimaan, dan pengeluaran serta perincian berbagai kegiatan dibidang pemerintahan negara yang berasal dari pemerintah untuk waktu satu tahun (Rachmat, 2010: 139). Anggaran tersebut merupakan batas tertinggi dari pengeluaran negara untuk melaksanakan tugas dan keperluan negara dan penerimaan negara yang diperkirakan dapat menutup pengeluaran dalam periode tertentu, agar tidak menimbulkan defisit anggaran. Rencana keuangan ini diusulkan oleh Presiden dan disetujui oleh DPR. APBN ini dibuat untuk memenuhi tugas negara yang disebutkan dalam UUD 1945 alinea ke-4, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk menjalankan tugas ini, pemerintah membutuhkan pendapatan. Pendapatan pemerintah biasanya didapat dari penerimaan migas, nonmigas, dan pinjaman luar negeri. Lalu, keseluruhan pendapatan dan pengeluaran pun dicatat dalam APBN. Sedangkan kalau di tingkat daerah, dicatat dalam APBD atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dari pengertian yang ada di atas, dapat disimpulkan bahwa APBN terdiri dari lima unsur, yaitu adalah: 1. APBN sebagai pengelolaan keuangan Negara. 2. Ditetapkan setiap tahunnya, dan berlaku selam satu tahun penuh. 3. Ditetapkan melalui Undang-Undang Dasar. 4. Dilaksanakan secara terbuka dan harus bertanggung jawab. 5. Ditujukan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat 5 B. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat APBN 1. Tujuan APBN sendiri telah memiliki tujuan dan ketetapan yang jelas di dalam UU yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berbagai tujuan dari anggaran pendapatan belanja negara antara lain: a. Sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan. b. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR dan masyarakat Luas. c. Meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah. d. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal. e. Memungkinkan pemerintah memenuhi prioritas belanja 2. Fungsi Sebagai sebuah negara yang berdaulat, biasanya suatu negara memiliki 6 buah fungsi APBN yang harus dijalankan. Keenam fungsi ini dikaji dan dijalankan oleh Kementrian Keuangan antara lain, fungsi alokasi, fungsi distribusi, fungsi stabilisasi, fungsi otoritas, fungsi perencanaan, dan fungsi regulasi. a. Fungsi Alokasi Fungsi alokasi adalah salah satu fungsi yang bertujuan untuk membagi proporsionalitas anggaran dalam melakukan pengalokasian pembangunan dan pemerataan. Dalam fungsi ini, anggaran negara harus terarah untuk memangkas pengangguran dan inefisiensi dalam sumber daya dan menambah daya guna perekonomian. b. Fungsi Distribusi Sesuai namanya, distribusi, fungsi ini bertujuan untuk penyaluran dana kepada masyarakat berdasarkan alokasi yang sudah ditetapkan. Diharapkan, kebijakan dalam anggaran negara harus lebih teliti terhadap rasa pantas dan 6 keadilan. Fungsi ini berguna untuk mencapai sama rasa dan sama rata antar wilayah dan daerah. c. Fungsi Stabilisasi Fungsi stabilitasi bermakna bahwa anggaran negara berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara masyarakat melalui intervensi guna mencegah inflasi. d. Fungsi Otoritas Fungsi otoritas mengandung artian bahwa anggaran negara adalah tonggak atau pokok pelaksanaan pendapatan dan belanja dalam setiap tahunnya. e. Fungsi perencanaan APBN berfungsi untuk mengalokasikan sumber daya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan setiap tahunnya. f. Fungsi regulasi Fungsi regulasi APBN, digunakan untuk mendorong kebutuhan ekonomi suatu negara, dan bertujuan jangka panjang untuk meningkatkan kemakmuran rakyat. 3. Manfaat APBN merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mengarahkan dan mempemudah pencapaian cita - cita pembangungan negara. Dengan adanya APBN, setiap tindakan negara dapat dikendalikan sesuai dengan tujuan APBN. Berikut ini adalah manfaat APBN dalam perekonomian a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, maksudnya dapat mengetahui besarnya Gerbang Pembayaran Nasional atau GNP dari tahun ke tahun. b. Menciptakan kestabilan keuangan atau moneter negara, maksudnya dapat mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat. c. Menimbulkan investasi masyarakat, karena dapat mengembangkan industri industri dalam negeri. 7 d. Memperlancar distribusi pendapatan, maksudnya dapat mengetahui sumber penerimaan dan penggunaan untk belanja pegawai dan belanja barang atau jasa serta yang lainnya. e. Memperluas kesempatan kerja, karena terdapat pembangunan proyek - proyek negara dan investasi negara, sehingga dapat membuka lapangan kerja yang baru dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 8 BAB III PEMBAHASAN A. Dasar Hukum Pelaksanaan APBN di Indonesia Landasan hukum pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), di antaranya adalah; 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 Dalam UUD 1945 ayat 1 pasal 23 menyatakan bahwa APBN biasanya akan ditetapkan setiap tahunnya. Apabila pergantian tahun tetapi rancangan APBN belum dibuat dan diresmikan, maka pemerintah akan menggunakan rencana APBN tahun sebelumnya. Pembahasan lebih lanjut tentang APBN juga tercantum dalam BAB VIII UUD 1945 (setelah Amandeman) pasal 23 yang mengatur tentang APBN. Dalam bab tersebut berisi: a. ayat 1 berbunyi, “APBN merupakan bentuk dari pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan dalam setiap tahunnya sesuai dengan UU dan dilaksanakan secara terbuka, APBN juga memiliki tanggungjawab yang besar agar rakyat makmur” b. ayat 2 berbunyi, “rancangan UU APBN pada mulanya akan diajukan oleh Presiden, nantinya akan dibahas lebih lanjut dengan DPR dan juga mempertimbangkan DPD” c. ayat 3 berbunyi, “apabila dalam pembahasan rancangan APBN DPR tidak menyetujuinya, maka pemerintah dapat menjalankan APBN tahun lalu” 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Dalam UU ini, terdapat beberapa perubahan yang mendasar tentang keuangan negara. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya tentang pengertian dan lingkup keuangan negara, asas umum dalam pengelolaan keuangan, penyusunan APBN dan APBD, tentang kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam keuangan, hubungan pemerintah pusat dengan lembaga atau instansi keuangan, penentuan waktu pelaporan keuangan. 9 3. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Pembentukan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertujuan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintah daerah sebagaimana telah diatur dalam undangundang tentang Pemerintahan Daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows function, artinya bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintah yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan. 4. Kepres No 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Dalam peraturan ini disampaikan bahwa APBN dalam satu tahun mencakup: a. semua penerimaan Negara yang diperoleh dari sumber-sumber perpajakan dan bukan perpajakan yang selama Tahun Anggaran yang bersangkutan dimasukkan ke Rekening Kas Negara, diperhitungkan antarbagian anggaran, dibukukan pada rekening-rekening tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan diterima oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri b. semua pengeluaran Negara untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang selama tahun anggaran yang bersangkutan dikeluarkan dari Rekening Kas Negara, diperhitungkan antarbagian anggaran, dibukukan pada rekening-rekening tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan dikeluarkan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri; c. semua penerimaan dan pengeluaran Negara sebagai akibat penarikan dan atau pemberian pinjaman oleh Pemerintah B. Prinsip-Prinsip Pelaksnaan APBN Dikutip dari (Barata, 2017) menurut keputusan presiden No.17 tahun 2000, bahwa pelaksaan belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Hemat, tidak mewah, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan 10 2. Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, serta fungsi setiap Departemen dan Lembaga Pemerintah Non departemen; 3. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri, termasuk rencana bangun dan perekayasaan nasional dengan memperhatikan kemampuan / potensi nasional. 4. Atas beban Anggaran Belanja Negara tidak diperkenankan melakukan pengeluaran untuk keperluan: a. Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya, hari ulang tahun / hari jadi Departemen atau Lembaga pemerintah Non Departemen. b. Pemberian ucapan selamat, hadiah / tanda jasa, karangan bunga, untuk pelbagian peristiwa. c. Iklan ucapan selamat dan sebagainya. d. Pesta untuk pelbagai peristiwa pada Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Depertemen. e. Pekan olahraga pada pelbagai Departemen atau Lembaga Pemerintah Non Departemen. f. Pengeluaran lain-lain untuk kegiatan / keperluan yang sejenis/ serupa dengan tersebut diatas C. Prosedur Pelaksanaan APBN Pelaksanaan APBN secara khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pelaksanaan APBN disamping sebagai pembiayaan operasional pemerintahan juga mempunyai implikasi penting terhadap perekonomian negara, mengingat fungsi APBN adalah sebagai sistem kebijakan fiskal negara. Keungan negara tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. Pengurusan Keuangan Negara Yang Langsung Oleh Pemerintah Dalam pengurusan keuangan Negara yang langsung oleh pemerintah, sebagai kegiatan yang nyata dalam pelaksanaan anggaran Negara, dan perlakuan atas barang- barang milik Negara dikenal dua komponen pengurusan yang saling berkaitan, yaitu: a. Pengurusan umum (administratief beheer) 11 b. Pengurusan khusus (comptabel beheer) Kedua komponen ini mempunyai persamaan dalam unsur-unsur pengurusan dan pertanggung-jawaban. Adapun perbedaannya, pengurusan umum mempunyai unsur penguasaan APBN dan Barang-Barang Milik Negara, sedang pengurusan khusus mengandung unsur kewajiban melaksanakan perintah yang datang dari pengurusan umum. 1) Pengurusan Umum Dalam pelaksanaanya, penyelenggaraan pengurusan umum ini tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan dua fungsi yaitu Fungsi Otorisator dan Fungsi Ordonatur. Bila fungsi otorisator merupakan tanggung jawab dari pengurusan primer keuangan negara, maka fungsi ordonatur adalah tanggung jawab dari penguasa sekunder keuangan negara. Adapun tugas kedua fungsi tersebut dalam garis besarnya meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Mengambil keputusan yang mengakibatkan timbulnya pengeluaran negara. b) Mengambil keputusan yang mengakibatkan penambahan penerimaan negara. c) Menerima dan menguji tagihan-tagihan kepada negara serta membebankan tagihan-tagihan tersebut sesuai dengan bagian dan mata anggaranya. d) Mengusahakan agar penerimaan-penerimaan negara masuk kas negara tepat pada waktunya. e) Menerima hasil pengumpulan penerimaan negara. Dari kelima tugas di atas, tugas a, b, dan e, merupakan realisasi dari fungsi otorisator. Sedangkan tugas d dapat merupakan realisasi dari fungsi otorisator dan dapat pula merupakan realisasi dari fungsi ordonatur. Sedangkan tugas c merupakan realisasi dari fungsi ordonatur. Dalam prakteknya pengurusan umum ini terdiri dari dua jenis pengurusan, yaitu: 12 a) Fungsi otorisator (autorisatie of beschikking bevoegheid) Pelaksanaan fungsi otorisator ini ditandai oleh penerbitan berbagai Undang-undang atau peraturan yang mendatangkan penerimaan negara. Sebagaimana diatur dalam Keppres Nomor 16 Tahun 1994, setelah pemungutan dilakukan, maka selambat-lambatnya dalam waktu 1 ( satu ) hari kerja, tiap-tiap Bendaharawan Penerima/Penyetor Tetap wajib menyetorkan penerimaanya itu ke rekening Kas Negara pada Bank Pemerintah atau bank lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi, atau melalui giro pos. Penyetoran disini dapat dilakukan dengan menggunakan uang tunai, maupun dengan menggunakan cek atau giro yang ditarik sendiri oleh pemungut yang bersangkutan. Penyetoran trsebut baru dianggap sah setelah KPKN/KPN menerima nota kreditnya. Sedangkan dalam bidang pengeluaran, pelaksanaan fungsi otorisator ini ditandai dengan diterbitkanya Surat Keputusan Otorisasi (SKO) oleh biro keuangan masing-masing departemen dan lembaga negara atas nama Menteri Keuangan. b) Fungsi Ordonatur Pelaksanaan Fungsi Ordonatur dalam bidang Pengeluaran ditandai dengan diterbitkanya Surat Perintah Membayar (SPM) yang memerintahkan kepada Bendaharawan untuk melakukan pembayaran. Sedangkan dalam bidang Penerimaan dimana pelaksanaan fungsi ini ditandai dengan diterbitkanya Surat Penagihan (SPN) terhadap piutang-piutang negara. 13 2) Pengurusan Khusus Dalam Pengurusan khusus (comptabel baheer) ini hanya terdapat unsur melaksanakan perintah yang datang dari Pengurusan Umum. Dalam pelaksanaanya penyelenggaraan pengurusan khusus ini tidak dapat dipisahkan dari fungsi Bendaharawan. Sebab dalam praktik penyelenggaraan fungsi Pengurusan khusus ini memang merupakan tanggung jawab dari fungsi Bendaharawan. Yang dimaksud dengan Bendaharawan adalah orang-orang, atau badan yang ditugasi oleh negara untuk menerima, menyimpan, membayar, mencatat, dan mempertanggungjawabkan uang, surat-surat berharga dan barang-barang milik negara yang berada dalam pengurusanya. Sedangkan yang dapat memangku jabatan sebagai Bendaharawan tidak hanya terbatas pada Pegawai Negeri, akan tetapi dapat pula badan hukum atau orang suastayang diangkat oleh Menteri dan atau Lembaga Negara yang menguasai bagian anggaran yang bersangkutan. Dalam garis besarnya Bendaharawan terdiri dari tiga kelompok sebagai berikut. a) Bendaharawan Umum Yang termasuk dalam Bendaharawan Umum ini antara lain adalah Kepala Cabang bank pemerintah atau bank-bank lain yang ditunjuk sebagai bank persepsi, Kepala Kantor Pos dan Giro, dan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Tugas Bendaharawan Umum adalah : 1) Menerima uang yang berasal dari: (a) pemindahbukuan rekening Dirjen Anggaran dan (b) Setoran-storan penerimaan Negara yang berupa pajak dan lain-lain penerimaan (dari surat ketetapan pajak/surat penagihan dan bendaharawan penyetor tetap). 2) Menyimpan, 14 Bendaharawan menyimpaan dalam kluisnya dan membukukannya dalam buku kas umum tibelaris. Yang disimpannya selain dari uang Negara juga uang pihak ketiga seperti uang tender, uang lelang, uang miskin, juga menyimpan barang-barang Negara seperti (SPM) surat perintah membayar yang belum dibayar, promes dan lain-lain. 3) Membayar atau Menyerahkan, Bendaharawan umum hanya dapat membayarkan uang-uang Negara jika ada kertas-kertas berharga /surat perintah membayar yang diterbitkan oleh Ordonatur pelaksana atau suratperintah Direktur Kas Negara untuk melakukan transfer uang kekas Negara lain yang kekurangan uang. 4) Mempertanggungjawabkan Pengurusan, diwajibkan mengirimkan laporan harian kepada kantor Wilayah Direktur Jendral Anggaran setempat, laporan harian/ laporan mingguan kepada Direktorat Kas Negara dan laopran bulanan kepada Badan Pengawasan Keuangan Negara dan Pembangunan (BPKP). b) Bendaharawan Khusus. Bendaharawan khusus hanya mengelola tugas-tugas tertentu saja. Misalnya Bendaharawan penerima hanya menerima penerimaan Negara dan menyetorkannya ke Kas Negara atau Rekeningnya dan tidak boleh mempergunakan uang untuk kepentingan lainnya. Demikian juga dalam hal pengeluaran uang anggara, hanya boleh mengeluarkan saja. Terdapat beberapa bendaharawan khusus sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya yaitu: 1) Bendaharawan Penerima atau Penyetor Tetap 2) Bendaharawan UUDP/Rutin/Proyek 15 3) Bendaharawan Gaji 4) Bendaharawan Pemberi Uang Muka Cabang 5) Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang 6) Bendaharawan Pensiun dan Bendaharawan Pemilu c) Bendaharawan Barang. Bendaharawan Barang (Material Beheer) adalah yang melakukan pengurusan atas barang-barang milik Negara dalam arti kata menerima, menyimpan, mengeluaran dan mempertanggung-jawabkan semua barang-barang milik Negara baik yang berada dalam gudang negara maupun ditempat lain yang dikuasai Negara, yang pengurusannya diserahkan kepada bendaharawan yang bersangkutan. 1) Bendaharawan Gudang Pusat, barang dipusat yang menerima, memelihara, menyalurkan, manata-usahakan, dan mempertanggung-jawabkan barang- barang dari kuasa material/ Pembantu Kuasa Material, melalui produksi sendiri, maupun melalui pembelian dibawah tangan atau melalui lelang dari dalam mauun luar negeri. 2) Bendaharawan Gudang Penyalur, bendaharawan yang mengurus barang- bendaharawan barang pusat Negara dengan transit bendaharawan antara gudang prsediaan dipropinsi yang tak dapat berhubungan langsung dengan bendaharawan gudang pusat, disebut bendaharawan pusat, disebut bendaharawan gudang penyalur. 3) Bendaharawan Gudang Persediaan, Bendaharawan barang yang berada di ibukota propinsi dan yang mengurus barangbarang Negara buat instansinya sendiri, dan instansiinstansi seinduk yang lain didaerahnya disebut bendaharawan gudang persediaan. 4) Bendaharawan Gudang Persediaan, bendaharawan barang 16 yang mengurus barang-barang Negara yang diterimanya dari bendaharawan gudang persediaan untuk memenuhi kebutuhan instansinya secara perorangan yang sesungguhnya. 5) Bendaharawan Gudang Pemakai, Bertugas mengurusi barang untuk dipakai bagi kepentingan instansinya sendiri. D. Kelonggaran dalam Pelaksanaan APBN Angggaran yang telah disetujui DPR dalam bentuk Undang-Undang, diserahkan kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Karena Undang-Undang APBN adalah amanat dari rakyat melalui wakilnya di DPR, sehingga mengikat pemerintah dalam pelaksanaanya dalam tiga hal, yaitu jumlah,penggunaan dan waktu. Sekalipun Undang-Undang APBN mengikat pemerintah dalam pelaksanaannya, pemerintah tetap diberikan kelonggaran-kelonggaran tertentu dimana kelonggaran-kelonggaran itu dengan sendirinya dalam batas-batas tertentu dan terkait dengan peraturan-peraturan yang ada. Oleh sebab itu, pemerintah (Presiden) perlu membuat peraturan-peraturan dalam bentuk keputusan yang disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. 1. Pergeseran Anggaran Bila ternyata dalam pelaksanaan anggaran ada pos tertentu kreditnya berkelebihan dan di lain pihak ada pos pengeluaran yang kreditnya sudah tidak ada, maka kelebihan kredit tadi dapat dipergunakan untuk menutupi kekurangankekurangan pos pengeluaran lainnya. Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam hal pergeseran anggaran. Yaitu: a. Pergeseran anggaran hanya dapat dilakukan dalam lingkungan satu pos mata anggaran, b. Bahwa pergeseran itu tidak boleh mengakibatkan perubahan jumlah terakhir yang telah dialokir pada suatu pos mata anggaran. c. Pergeseran itu dapat dilaksanakan setelah disetujui oleh pemerintah (Menteri Keuangan). 17 Pergeseran anggaran tidak dapat disetujui oleh pemerintah apabila berakibat: a. Mengurangi dana suatu unit kerja, b. Terjadinya pergeseran dana yang tersedia untuk pembayaran listrik, telepon, gas, dan air ke suatu anggaran lain, c. Pergeseran yang tersedia untuk lauk-pauk ke mata anggaran lain, d. Menambah jumlah dana yang tersedia dalam perincian jenis pengeluaran menurut petunjuk pengisian DIK, dan e. Menambah biaya pemeliharaan rumah dinas dan kendaraan bermotor. f. Pos Gabungan/Pos Himpunan Pos gabungan/pos hipunan adalah pos pengeluaran yang disediakan untuk menampung atau menutupi kekurangan pos mata anggaran lain, karena sesuatu hal kredit yang telah disediakan untuk pos tersebut tidak cukup 2. Pos Pengeluaran Tidak Tersangka Pos pengeluaran tidak tersangka adalah pengeluaran yang disediakan untuk menutupi pos pengeluaran yang memang belum ada anggarannya hal ini tersangkasangka atau tidak di perhiutngkan sebelumnya, sehingga tidak disediakan pos anggaran untuk itu. 3. Pengajuan Anggaran Tambahan Apabila ternyata bahwa jumlah anggaran belanja negara tidak cukup, baik secara keseluruhan maupun uyang dialokasikan, maka pemerintah dapat mengajukan dana atau anggaran tambahan. Angaran tambahan departemen dapat diajukan kepada pemerintah (menteri keuangan), sedang anggaran tambahan pemerintah mengalami proses, yaitu sama dengan pengajuan anggaran asli, yakni: a. Dilakukan dengan jalan mengajukan daftar usulan anggaran/tambahan anggaran, b. Rencana anggaran tambahan disusun oleh pemerintah (berapa jumlahnya, untuk apa, dimana sumber anggaran tambahan itu akan ditutupi), c. Diajukan kepada DPR bersama dengan satuan/naskah anggaran, nota keuangan dan amanat presiden, 18 d. Disidangkan oleh DPR, e. Diterima DPR dalam bentuk disahkannya undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara, f. Mengikat pemerintah dalam pelaksanaannya 19 BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Dasar hukum pelaksanaan APBN terdiri dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23, Undnag-Undang NOmor 17 Tahun 2003, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan Kepres No 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 2. Pejabat yang terkait dalam pengelolaan administrasi atau pengelolaan terbagi dua yaitu pejabat yang terkait dalam pengelolaan administrasi atau pengelolaan umum yaitu otorisator dan ordonator, serta pejabat yang terkait dengan pengelolaan khusus adalah bendaharawan. 3. Prinsip-prinsip pelaksanaan APBN di Indonesia antara lain hemat, tidak mewah, dan efesien, efektif, terarah, dan terkendali, serta mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri. 4. Bentuk kelonggaran dalam pelaksanaan APBN di Indonesia dapat berupa pergeseran anggaran, pos pengeluaran tidak tersangka, dan pengajuan anggaran tambahan. B. SARAN Berdasarkan pemaparan materi, diketahui arti penting Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bagi suatu negara, maka dari itu sebaiknya pelaksanaan APBN harus benar-benar didasarkan pada aturan dan prinsip yang berlaku. Hal ini agar apapun yang telah dianggarkan dapat diwujudkan dengan baik. 20 Daftar Pustaka Muhammad, I. (2017). Pendahuluan (APBN). https://doi.org/10.1155/2010/706872 Nugraha, Daniel. 2020. APBN, Apa Itu, Fungsi dan Pelaksanaannya. Tersedia dalam https://www.paper.id/blog/bisnis/apbn-apa-fungsi-dan-pelaksanaannya/ diakses pada 10 Oktober 2020 Sugiartha, I Nyoman. Pengantar Akuntansi Pemerintahan (Pendekatan APBN). Suhartono. (2011). Harmonisasi Peraturan. Universitas Indonesia Jakarta. Yuli. 2019. Dasar Hukum APBN di Indonesia. Tersedia dalam https://dosenekonomi.com/ilmuekonomi/bumn/dasar-hukum-apbn diakses pada 4 Oktober 2020 21