DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PEMBELAJARAN SECARA ONLINE DI INDONESIA TUGAS KELOMPOK 5 Diajukan untuk memenuhi nilai UAS Semester 4 DONY PRASETIYO (12184048) IRSYAD RAFIF AL-HAKIM (12184844) BAYU AJI PANGESTU (12182662) FRIYATNO HALOMOAN RUMAPEA ( 12183413) LORENSIA KEWA GERODA (12184843) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Informatika Universitas Bina Sarana Informatika Jakarta 2020 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. (Tugas kelompok matakuliah Metode Penelitian Semester 4)* ini penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul (Penelitian)*, yang penulis ambil sebagai berikut, “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pembelajaran Secara Online Di Indonesia ”. Tujuan penulisan (Tugas kelompok matakuliah Metode Penelitian Semester 4)* ini dibuat sebagai salah satu syarat uas semester 4 Universitas Bina Sarana Informatika. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan hasil penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan (Penelitian)* ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok ini. Akhir kata semoga (Penelitian)* ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya. Bekasi, 15 Juni 2020 Penulis Kelompok 5 2 DAFTAR ISI JUDUL PENELITIANi Kata Pengantarii Daftar Isiii BAB I PENDAHULUAN4 1.1 Latar Belakang Masalah4 1.2 Perumusan Masalah4 1.3 Tujuan Penelitian5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN7 3.1 Metode Pendekatan7 3.2 Langkah Penelitian8 3.3 Data dan Sumbernya9 3.3.1 Data9 3.3.2 Sumber Data9 3.4 Teknik Pengumpulan Data9 3.5 Teknik Analisa Data10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN11 4.1 Pemaparan Data dan Analisis Data11 4.2 Pembahasan16 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI20 5.1 Kesimpulan20 5.2 Rekomendasi20 DAFTAR PUSTAKA 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandemik COVID-19 adalah krisis kesehatan yang pertama dan terutama di dunia. Banyak negara memutuskan untuk menutup sekolah, perguruan tinggi dan universitas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi gusar dengan adanya fakta tersebut. Organisasi Internasional yang bermarkas di New York, AS, itu menangkap bahwa pendidikan menjadi salah satu sektor yang begitu terdampak oleh virus corona. Parahnya lagi, hal itu terjadi dalam tempo yang cepat dan skala yang luas. Berdasarkan laporan ABC News 7 Maret 2020, penutupan sekolah terjadi di lebih dari puluhan negara karena wabah COVID-19. Penyebaran virus corona ini pada awalnya sangat berdampak pada dunia ekonomi yang mulai lesu, tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia pendidikan. Kebijakan yang diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan, membuat pemerintah dan lembaga terkait harus menghadirkan alternatif proses pendidikan bagi peserta didik maupun mahasiswa yang tidak bisa melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan. Berdasarkan data yang diperoleh dari UNESCO, saat ini total ada 39 negara yang menerapkan penutupan sekolah dengan total jumlah pelajar yang terpengaruh mencapai 421.388.462 anak. 1.2 Perumusan Masalah Kampus dan sekolah di Indonesia mulai menerapkan kebijakan kegiatan belajar mengajar dari jarak jauh atau kuliah online. Semua orang lantas mengambil jarak demi memutus rantai penularan COVID-19. UNESCO sendiri menyediakan dukungan langsung ke negara-negara, termasuk solusi untuk pembelajaran jarak jauh yang inklusif. Kebijakan ini berdampak pada hampir 421,4 juta anak-anak dan remaja di dunia. Negara yang terkena dampak Covid-19 menempatkan respons nasional dalam bentuk platform pembelajaran dan perangkat lain seperti pembelajaran jarak jauh. 4 Korban akibat wabah covid-19, tidak hanya pendidikan di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Stanawiyah, dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, tetapi juga perguruan tinggi. Seluruh jenjang pendidikan dari sekolah dasar/ibtidaiyah sampai perguruan tinggi (universitas) baik yang berada dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI maupun yang berada dibawah Kementerian Agama RI semuanya memperoleh dampak negatif karena pelajar, siswa dan mahasiswa “dipaksa” belajar dari rumah karena pembelajaran tatap muka ditiadakan untuk mencegah penularan covid-19. Padahal tidak semua pelajar, siswa dan mahasiswa terbiasa belajar melalui Online. Apalagi guru dan dosen masih banyak belum mahir mengajar dengan menggunakan teknologi internet atau media sosial terutama di berbagai daerah. 1.3 Tujuan Penelitian Dengan begitu banyaknya total pelajar yang terpengaruh akibat covid-19 yang mengakibatkan penutupan sekolah selama berbulan-bulan, Bahkan di Indonesia Pemerintah telah meniadakan Ujian Nasional (UN) untuk tahun 2020, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembelajaran secara online menjadi pilihan terakhir sekolah untuk mendidik murid-muridnya, berbagai macam metode pembelajaran secara online digunakan mulai dari grup chat sampai video conference, Seberapa efektifkah pembelajaran secara daring ini digunakan apakah mampu menyamai pembelajaran tatap muka secara langsung, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai dampak dan kendala dari pandemik COVID-19 terhadap kegiatan belajar mengajar secara online/daring. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Berdasarkan artikel yang ditulis the conversation (2020), menunjukan adanya ketimpangan akses media pembelajaran, yang semakin dalam antara anakanak dari keluarga ekonomi mampu dan kurang mampu, dan ditemukan bahwa hanya sekitar 28% responden yang menyatakan anak mereka belajar dengan menggunakan media daring/online. Di Jawa Timur 40% responden menyatakan anak merekan mendapatkan pembelajaran daring. Di NTB pembelajaran onlinekurang dari 10% dan di NTT kurang dari 5%, selebihnya melalui offline buku. Disimpulkan semakin terpencil provinsi tersebut, maka semakin kecil persentase siswa yang mendapatkan pembelajaran secara online. Dalam penelitian yang dilakukan EduPsyCouns jurnal (2020), murid dirasa belum ada budaya belajar jarak jauh karena selama ini sistem belajar yang dilaksanakan adalah melalui tatap muka. Dengan diterapkannya pembelajaran jarak jauh membuat murid perlu waktu ubtuk beradaptasi dan mereka menghadapi perubahan baru yang secara tidak langsung akan mempengaruhi daya serap belajar mereka. Karena murid tidak bisa berinteraksi dengan teman-temannya, bermain dan bercanda serta bertatap muka dengan para gurunya. 6 BAB III METODOLOI PENELITIAN 3.1 Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan Analisis Data Sekunder (ADS). ADS merupakan suatu metode dengan memanfaatkan data sekunder sebagai sumber data utama. Memanfaatkan data sekunder yang dimaksud yaitu menganalisa data yang sudah matang yang diperoleh dari Lembaga atau instansi untuk kemudian diolah. Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kualitatif adalah metode yang yang berlandaskan pada filsafat post positivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrunen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan dan snowball, Teknik pengumpulan dengan tri-angggulasi, analisi data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Sedangkan untuk penelitian deskriptif yang digunakan ini bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpresentasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengankata lain penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai kondisi saat ini dan melihat kaitan antara variable yang diteliti (Mardalis, 2007 : 26). Untuk data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga disajikan kedalam bentuk instrument penelitian yang telah teruji, kemudian diolah. Data sekunder yang digunakan adalah dokumentasi data berupa Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Secara Online. Selanjutnya data ini akan diidentifikasi melalui instrument penelitian bersifat kualitatif untuk melihat dampak dan kendala pembelajaran online selama pandemik. 7 3.2 Langkah Penelitian Langkah penelitian ini diartikan sebagai pola pelaksanaan penelitian yang menunjukan adanya rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, proses pemilihan teori yang dipakai dan Teknik analisis data yang akan digunakan. 8 3.3 Data dan Sumbernya Data dan sumberdata dalam penelitian ini dibuat terpisah agar terlihat jelas perbedaan dari dua bentuk data tersebut. 3.3.1 Data Data merupakan keseluruhan objek penelitian yang akan menjadi materi dalam penelitian. 1. Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. 2. ‘Riset dampak COVID-19: potret gap akses online ‘Belajar dari Rumah’ dari 4 provinsi. 3. Survei KPAI terkait pembelajaran jarak jauh. 3.3.2 Sumber Data Sumber data merupakan lokasi atau tempat data dapat diperoleh berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam upaya memecahkan masalah. Sumber data dalam penelitian ini diantaranya: 1. EduPsyCouns Jurnal 2. Website “theconversation.com” 3. Website “kpai.go.id” 3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan Teknik-teknik ilmiah untuk memperoleh data sistematis demi keperluan analisis dan dilakukan menurut standart penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti permasalahan yang mendalam seperti fenomena social atau pengkajian organisasi, yang biasa digunakan dalam ilmu-ilmu social. Data yang diteliti biasanya berupa berupa kalimat-kalimat. Pada penelitian ini peneliti menggunakan Teknik studi dokumentasi, dokumen memiliki arti barang-barang tertulis. Melakukan studi dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti surat, arsip foto, notulen rapat, jurnal, artikel ilmiah, dan lain-lain. Studi Dokumentasi ini berupa pengumpulan data-data tertulis secara objektif dari materi-materi/teori, peraturan atau surat keputusan penting serta berbagai informasi dan data terkait yang dianggap dapat mendukung 9 penulis mengembangkan penelitian. Studi Dokumentasi ini dikembangkan melalui data-data penelitian atau riset Lembaga/media resmi terkait. 3.5 Teknik Analisa Data Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2009 : 334). Data yang akan dianalisis akan disederhanakan dan memudahkan data untuk ditafsirkan serta menguji hipotesis dan membuat interpretasi data dan hasil penelitian yang digunakan untuk memutuskan menyusun data-data apa yang akan dilaporkan dan menguraikannya kedalam kesimpulan. 10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemaparan Data dan Analisis Data Setelah peneliti melakukan penelitian terkait dengan pembelajaran online selama masa pandemic corona dengan menggunakan data sekunder dari Lembaga/media yang terkait dapat dipaparkan temuan penelitian sebagai berikut. Melalui surat edaran bertanggal 24 maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatur pelaksanaan Pendidikan pada masa darurat penyebaran corona virus. Kebijakan “Belajar dari Rumah” ini tepat untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah, survei yang dilakukan artikel “Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI)” menunjukan implementasi kebijakan “Belajar dari Rumah”. INOVASI mensurvei 300 orang tua siswa sekolah dasar di 18 kabupaten dan kota di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Utara, dan Jawa Timur, menunjukan sebagai berikut: 1. 95% responden mengatakan sekolah anak mereka sudah menerapkan kebijakan tersebut. 2. 76% responden mengatakan sekolah telah mengimplementasikan kebijakan itu lebih awal. 3. 28% responden menyatakan anak mereka belajar dengan menggunakan media daring, media konfrensi belajar atau aplikasi belajar online. 4. 66% responden mengatakan masih menggunakan media belajar offline dengan menggunakan buku dan lembar kerja siswa. 5. 6% orang tua mengatakan tidak tahu. 6. 40% responden di Jawa Timur menyatakan anak mereka mendapatkan pembelajaran daring. 7. 10% responden mendapatkan pembelajaran daring di NTB. 8. 5% responden di NTT menyatakan mendapat pembelajaran online. 9. 87% siswa memperoleh manfaat dari penyampaian materi oleh guru. 11 10. 65% siswa yang mendapatkan kesempatan sesi tanya jawab antara siswa dan guru. 11. 39% siswa yang belajar online orang tua bekerja sebagai karyawan pemerintah. 12. 26% siswa yang belajar online orang tua bekerja sebagai wiraswasta. 13. 34% orang tua yang anaknya mendapat pembelajaran online latar belakang Pendidikan minimal S1. 14. 43% orang tua siswa yang mendapat pembelajaran online latar belakang Pendidikan SMA. 15. 47% orang tua bekerja sebagai petani anak mereka tidak diberikan tugas dari sekolah. 16. 47% siswa yang tidak mendapat tugas dari sekolah orang tua mereka berlatar Pendidikan SD. 17. 62% orang tua menyatakan anak-anak menjalankan hidup lebih sehat dan mandiri. 18. 61% mendapat pengetahuan lebih banyak tentang kesehatan termasuk COVID-19. 19. 56% anak lebih sering membantu orang tua. 20. 53% anak memiliki kesempatan lebih banyak untuk mempelajari keterampilan hidup seperti mencuci, memasak, dan sejenisnya. 12 Gambar IV.1 Grafik The Conversation Gambar IV.2 Grafik The Conversation Gambar IV.3 Grafik The Conversation Data yang peneliti peroleh dari EduPsyCouns Jurnal yang telah melakukan penelitian terkait “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar di Tangerang”.Dengan melakukan wawancara terhadap 6 guru dan orang tua sebagai responden. 13 Tabel IV.1 Profil Responden EduPsyCouns Jurnal Initial Jenis Kelamin Usia Status Pendidikan R1 Laki-laki 27 Menikah S1 R2 Perempuan 38 Menikah S1 R3 Perempuan 46 Menikah S1 R4 Laki-laki 38 Single S1 R5 Perempuan 44 Menikah S1 R6 Laki-laki 36 Menikah S1 Daftar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai berikut: 1. Jelaskan dampak pandemic COVID 19 yang dialami murid pada kegiatan belajar mengajar? 2. Jelaskan dampak pandemic COVID 19 yang dialami orang tua pada kegiatan belajar mengajar? 3. Jelaskan dampak pandemic COVID 19 yang dialami guru pada kegiatan belajar mengajar? Seorang dari responden (R6) memberikan pernyataan: “para murid di “paksa” belajar jarak jauh tanpa sarana dan prasarana memadai di rumah”(R6). Responden lain memberikan pernyataan sebagai berikut: “Murid belum ada budaya belajar jarak jauh karena selama ini sistem belajar dilaksanakan adalah melalui tatap muka.”(R5). Dia juga menambahkan pernyataan bahwa: 14 “guru tidak semua mahir menggunakan teknologi internet atau media sosial sebagai sarana pembelajaran”(R5). Beberapa respondenmemberikan pernyataan : “belum ada sistem baku yang menjadi pegangan dalam pembelajaran jarak jauh” (R3). Mirip dengan ini,responden lain memberikan pernyataan sebagai berikut: “belum ada sistem yang baku dalam mengawasi pelajar, siswa dan guru dalam menjalankan proses belajar melalui jarak jauh” (R2). Responden lainnya menambahkan: “biaya pembelian kuota internet bertambah” (R1). Seorang responden mennyatakan bahwa: “saya sebagai orang tua harus meluangkan lebih ekstra waktu kepada anak anak mendampingi belajar online“(R3).“perlu biaya tambahan pembelian pulsa kuota internet” (R4). “Saya pikir, anak-anak kehilangan jiwa social, jika di sekolah mereka bias bermain berinteraksi dnegan teman-temnanya tetapi kali ini mereka tidak bisa”(R5). Beberapa respondenmemberikan pernyataan sebagai berikut: “sekolah diliburkan terlalu lama membuat anak-anak jenuh” (R6). Mirip dengan ini,responden lain memberikan pernyataan sebagai berikut: “anak-anak mulai jenuh di rumah dan pingin segera ke sekolah bermain dengan temantemannya” (R2). Beberapa responden lainnya memberikan pernyataan sebagai berikut: “orang tua ikut jadi sebagai guru mendampingi anaknya” (R1). Mirip dengan ini,responden lain memberikan pernyataan sebagai berikut: 15 “saya ikut belajar mendampingi anak saya” (R3). Peneliti juga mengambil data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang melakukan kajian tentang penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemic COVID-19 dengan melakukan survei terhadap 1.700 gabungan siswa dari jenjang TK sampai SMA di 20 provinsi dan 54 kabupaten/kota sebagai berikut: 1. 95,4% siswa menggunakan telepon genggam/handphone untuk melaksanakan PJJ. 2. 23,9% siswa menggunakan laptop untuk melaksanakan PJJ. 3. 2,4% siswa menggunakan computer/PC. 4. 53,6% responden menyatkan tidak memiliki wifi di rumahnya. 5. 46,6% memiliki wifi dirumahnya. 6. 79,9% responden menyatakan bahwa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berlangsung tanpa interaksi guru-siswa, dan mengaku bahwa dalam hal ini guru hanya memberikan dan menagih tugas. 7. 20,1% responden yang menyatakan ada terjadi interaksi antara siswa dengan guru selama PJJ. 8. 77,8% siswa mengeluh tugas menumpuk karena seluruh guru memberikan tugas dengan waktu yang sempit. 9. 37,1% responden mengeluhkan waktu pengerjaan tugas sempit, sehingga membuat siswa kurang istirahat dan kelelahan. 10. 42,2% responden mengatakan tidak memiliki kuota internet untuk melakukan video konfrensi. 11. 15,6% responden tidak memiliki peralatan PJJ yang memadai seperti laptop/handphone dengan spesifikasi memadai untuk belajar daring. 12. 76,7% siswa tidak senagn dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). 13. 23,3% siswa menyatakan merasa senang dengan PJJ. 4.2 Pembahasan 1. Pemerataan Akses Pembelajaran Online Berdasarkan hasil temuan penelitian diatas dalam penerapan proses pembelajaran online di seluruh wilayah Indonesia terdapat perbedaan yang 16 besar antar provinsi terlihat dengan semakin terpencil provinsi tersebut, maka semakin kecil persentase siswa yang mendapatkan pembelajaran via online, perbandingan terlihat jelas antara provinsi Jawa Timur dengan provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Dikarenakan akses internet yang belum merata di daerah terpencil, dan sumber daya manusia yang belum mampu menggunakan teknologi. Meskipun kabupaten/kota telah lebih dahulu mengimplementasikan kebijakan belajar jarak jauh lebih awal dari surat edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, belum ada sistem yang baku dalam menjalankan dan mengawasi proses pelajar, siswa dan guru dalam menjalankan proses belajar melalui jarak jauh. Sehingga ada pengaruh antara latar belakang Pendidikan orang tua dan ekonomi cenderung berkontribusi pada kepemilikan akses belajar online. Anak-anak dengan orang tua bekerja sebagai karyawan pemerintah dan wiraswasta dan berpendidikan SMA sampai minimal S1 dapat belajar dengan media daring. Sebaliknya anak-anak yang orang tua mereka bekerja sebagai petani dan hanya berpendidikan SD, sama sekali tidak diberikan tugas oleh sekolah. Artinya anak-anak dari kelompok rentan lebih banyak yang tidak belajar dibandingkan anak-anak yang berasal dari keluarga ekonomi mampu. 2. Masalah Teknis Agar proses pembelajaran secara online berjalan dengan lancar maka dibutuhkan media dan alat pendukung dalam kegiatan belajar mengajar, serta SDM yang mampu untuk menggunakan media dengan efektif. Penggunaan computer PC/laptop menjadi alat yang dirasa paling nyaman dalam kegiatan belajar secara online untuk melakukan panggilan video konfrensi dengan baik. Karena harganya yang tidak murah tidak semua siswa memiliki PC/laptop banyak siswa lebih memilih menggunakan telepon genggam/handphone sebagai alat untuk terhubung dengan guru dan teman-temannya selama kegiatan belajar dari rumah. 17 Selama masa pandemic COVID-19 internet menjadi salah satu kebutuhan yang penting untuk tetap terhubung dengan dunia luar salah satunya pembelajran online dari survei yang di di lakukan KPAI lebih dari 50% dari 1.700 siswa tidak memiliki wifi dirumahnya, padahal wifi sangat penting agar pembelajaran dapat berlangsung secara teleconference. Biaya kuota menjadi salah satu keluhan dari orang tua siswa selama berlangsungnya pembelajaran secara online, dikarenakan mereka perlu manambah biaya pengeluaran untuk khusus membeli pulsa/kuota internet. Dalam proses kegiatanya siswa SD membutuhkan orang tua untuk menggunakan teknologi/media pembelajaran daring sehingga orang tua juga perlu menyempatkan waktu untuk mendapingi anak dalam belajar online, para pengajar senior juga belum sepenuhnya mampu menggunakan perangkat atau fasilitas penunjang kegiatan pembelajaran online secara efektif dan diperlukan pendampingan dan juga pelatihan terlebih dahulu. 3. Dampak Terhadap Murid Selama penerapannya Pembelajaran jarak jauh harus dikaji kefektifitasannya mengingat tujuannya sebagai sarana untuk kegiatan belajar dalam masa pandemic COVID-19. Berdasarkan data dari survei KPAI 77% dari 1.700 siswa tidak senang dengan pembelajaran jarak jauh, hasil penelitian melihat ada beberapa factor yang membuat siswa merasa tidak senang dalam kegiatan belajar secara daring. Belum adanya budaya belajar jarak jauh karena selama ini karena selama ini sistem belajar dilaksanakan adalah melalui tatap muka, membuat para murid di “paksa” belajar jarak jauh tanpa sarana dan prasarana memadai di rumah, Mayoritas murid mengatakan pembelajaran jarak jauh berlangsung tanpa interaksi guru dengan siswa, dan dalam hal ini guru hanya akan memberikan dan menagih tugas. Tugas yang diberikan oleh seluruh guru dalam waktu yang berdekatan menyebabkan tugas menumpuk serta pengerjaan tugas yang sempit membuat siswa kurang istirahat dan kelelahan, yang dirasa ini menjadikan kegiatan belajar tidak efektif dan memberatkan para siswa. 18 Orang tua siswa berpendapat anak-anak kehilangan jiwa social mereka, jika di sekolah mereka bisa bermain berinteraksi dengan temantemnanya tetapi kali ini mereka tidak bisa. Sebagaian siswa juga merasa jenuh di rumah dan pingin segera ke sekolah dan bertemu teman-temannya, meskipun pindidikan formal penting kehidupan social anak-anak juga tidak kalah penting. Selain kegiatan belajar daring siswa juga mendapat pengetahuan tentang hidup lebih sehat dan mandiri, dan mendapat banyak informasi dan pengetahuan tentang kesehatan termasuk COVID-19. Selama sekolah diliburkan anak-anak juga lebih sering membantu orang tua dan mendapat banyak kesempatan mempelajari keterampilan hidup seperti mencuci, memasak dan sejenisnya, serta mampu menggunakan teknologi dengan lebih bermanfaat salah satunya belajar. 19 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan mengenai dampak pandemic COVID-19 terhadap pembelajran online maka diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Akses belajar online yang dilaksanakan selama masa pandemic terjadi tidak pemerataan akses dimana provinsi atau daerah yang terpencil hanya sebagain kecil yang menerima pembelajaran online dari sekolahnya. Faktor ekonomi keluarga dan latar belakang pendidikan berkontribusi pada kepemilikan akses belajar online. Hal ini disebabkan karena tidak adanya pemerataan akses internet di wilayah terpencil dan sumber daya manusia yang belum mampu menggunakan teknologi. 2. Penggunaan teknologi dan media untuk melakukan pembelajaran online memiliki banyak masalah tidak semua siswa memiliki handphone, computer/laptop untuk digunakan dalam belajar daring. Akses internet juga menjadi masalah, dalam hal ini pengeluaran orang tua bertambah untuk membeli pulsa/kuota internet karena tidak semua siswa memiliki wifi di rumahnya. 3. Selama Pembelajaran Jarak Jauh berlangsung, banyak siswa tidak senang dengan pembelajaran online, dikarenakan dalam praktiknya siswa di “paksa” belajar dari rumah yang sangat berbeda dengan kebiasaan siswa dalam belajar di sekolah. Dalam pelaksanaannya tidak adanya interaksi antara guru dengan murid, Serta banyaknya tugas yang diberikan oleh seluruh guru dalam waktu yang berdekatan. Siswa juga dapak banyak kesempatan untuk mempraktikan keterampilan sehari-hari seperti memasak, mencuci dan sejenisnya. 20 5.2 Rekomendasi Kesiapan pemerintah dan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh menjadi hal vital seperti peraturan dalam pelaksanaan dan mengawasi selama pembelajaran jarak jauh. Pemerataan akses internet ke seluruh wilayah Indonesia, dan memberikan akses internet khusus kepada guru dan siswa untuk belajar secara online. Ada beberapa rekomendasi yang harus dipikirkan oleh pihak terkait: 1. Pemerintah perlu membuat peraturan yang mengatur tentang PJJ agar kegiatan belajar berjalan efektif dan tidak adanya pihak yang merasa diberatkan karena harus mengikuti PJJ. 2. Guru/pengajar masih banyak yang belum bisa menggunakan teknologi, hal ini perlu adanya pelatihan bagi guru di setiap sekolah agar guru dapat mengajar seefektif mungkin dan siswa tidak dirugikan. 3. Alat atau perangkat penunjang belajar online seperti computer/PC tidak semua siswa memiliki oleh karena itu pemerintak dan sekolah perlu mimikirkan solusi dalam penggunaan alat yang dapat diakses oleh semua siswa. 21 DAFTAR PUSTAKA MEDIA INDONESIA. (2020, 04 27). Survei KPAI: Mayoritas Siswa tak Senang Pembelajaran Jarak Jauh. Retrieved from Media Indonesia: https://m.mediaindonesia.com/read/detail/307985-survei-kpai-mayoritassiswa-tak-senang-pembelajaran-jarak-jauh Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Santoso, P. B., Wijayanti, L. M., Hyun, C. C., & Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaraan Online di Sekolah Dasar. EduPsyCouns Jurnal, 12. THE CONVERSATION. (2020, 05 02). Riset dampak COVID-19: potret gap akses online 'Belajar dari Rumah' dari 4 Provinsi. Retrieved from The Conversation: https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19-potret-gap-akses-onlinebelajar-dari-rumah-dari-4-provinsi-136534 22