Sebagai pimpinan klinik saya akan bertanggung jawab atas kesalahan staff/karyawan yang bekerja tidak sesuai dengan prosedur. ada beberapa hal yang akan saya lakukan adalah memanggil staff untuk melakukan konfirmasi terkait complain yang dilaporkan oleh pasien, lalu mencari solusi tentang apa tindakan yang akan dilakukan, apabila ada kesalahan dari pihak kami saya selaku pimpinan klinik akan meminta maaf dan akan memperbaiki kesalahan yang sebelumnya dilaporkan, dan apabila ditemukan Pasien yang tidak mengerti/salah menerima informasi maka akan dijelaskan informasi se detail mungkin sampai Pasien memahami sesuai dengan aturan/tindakan yang sesuai dengan prosedur. 10 langkah menangani keluhan pelanggan dengan efektif : 1. Menjadi Pendengar yang Baik Hal yang pertama kali menjadi kewajiban ketika mendapatkan keluhan adalah menjadi pendengar yang baik. Semua pelanggan yang komplain didengar tanpa memotong pembicaraan. Biarkan semua permasalahan disampaikan dan Anda terima, jangan lupa catat semua poin yang disampaikan. Jangan sampai pelanggan harus mengulang apa yang dikatakan. Itu akan menambah permasalahan. 2. Tunjukkan Rasa Empati Tetap menjaga komunikasi dengan lemah lembut dan minta maaf jika memang terjadi masalah dengan produk atau jasa Anda. Jangan menghindar, ini hanya akan menambah masalah. Ketika Anda menunjukkan rasa empati, pelanggan pastinya sudah menaruh rasa percaya kepada perusahaan atau bisnis Anda. 3. Ambil Keberanian untuk Bertanggung Jawab Penanganan komplain di setiap perusahaan berbeda-beda. Jika di perusahaan kecil, maka penanganan bisa terjadi langsung ke staff bukan ke layanan keluhan pelanggan. Jika Anda seorang staff dan diberi komplain yang sebenarnya dilakukan oleh staf lain, tetap ambil tanggung jawab dan selesaikan masalah bersama staff tersebut. Karena ini menyangkut kredibilitas perusahaan, jangan saling lembar penyelesaian masalah, selesaikan bersama. 4. Tidak Perlu Panik Sederhana, namun ini paling penting. Tunjukkan kepedulian terhadap pelanggan, tetap menjaga sikap dan perlu memahami definisi komplain. Yang menjadi catatan penting di awal artikel ini, semua perusahaan baik itu perusahaan kecil dan besar pasti memiliki keluhan pelanggan. 5. Bersikap Luwes, Jangan Kaku Berhati-hati jika menghadapi pelanggan yang sedang emosi terhadap keluhannya. Tetap tenang dan luwes. Terkadang sikap kaku keluar karena grogi terhadap keluhan pelanggan. Perlakukan pelanggan seperti saudara atau teman, dengan batasan-batasan tertentu. 6. Berikan Solusi Cerdas dan Tepat Paling dibutuhkan pelanggan adalah solusi yang cerdas dan tepat. Jika pelanggan sudah meluapkan semua keluhan dan emosi sudah mereda. Sampaikan beberapa solusi yang mungkin bisa dilakukan. 7. Sepakati Solusi Jika sudah ada solusi yang diambil maka jadikan sebuah kesepakatan bersama. Jangan lupa untuk menjadwalkan pengerjaan solusi tersebut dan segera dikerjakan. Kesalahan besar jika Anda menyetujui solusi yang tidak dapat Anda kerjakan. 8. Obati Kekecewaan Pelanggan ika perlu, tawarkan beberapa paket khusus atau hadiah tertentu, voucher diskon dan produk lain yang lebih baik untuk mengobati keluhan pelanggan. 9. Catat Keluhan untuk dijadikan Evaluasi Menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan ketika setiap keluhan dijadikan sebagai bahan evaluasi. Setiap produk dan jasa yang mempunyai komplain dan dievaluasi tentu akan menjadi produk atau jasa yang berevolusi menjadi produk atau jasa yang handal bagi perusahaan. 10. Berdayakan Semua Karyawan untuk mengatasi Keluhan Yang terakhir, jika sudah dievaluasi kemudian berdayakan semua karyawan untuk mengatasi setiap keluhan. Jadi keluhan merupakan tanggung jawab setiap karyawan dan menjadi evaluasi bersama. Kesimpulannya, ketika keluhan pelanggan dapat diselesaikan dengan baik berdasarkan solusi yang telah disepakati dan dijadwalkan berjalan sesuai dengan target. Maka sebuah nilai plus untuk perusahaan. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik dengan menerapkan : 1. Kewaspadaan Standar Kewaspadaan standar dilakukan dengan 10 (sepuluh) langkah, yaitu: 1) Kebersihan tangan : Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 (enam) langkah cuci tangan yang benar dan 5 (lima) momen kapan harus dilakukan cuci tangan. Tersedia sarana cuci tangan atau hand sanitizer yang mudah terlihat yaitu wastafel dengan air mengalir dan sabun cair agar setiap pasien/ pengunjung melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) atau dapat menggunakan hand sanitizer saat datang dan pulang dari Klinik. Bila tempat cuci tangan yang ada sulit dijangkau pasien atau pengunjung balita, maka perlu di sediakan alat bantu untuk menjangkaunya. Setiap petugas juga melakukan cuci tangan sesuai standar yaitu: menyentuh pasien, setelah menyetuh lingkungan sekitar pasien. sebelum menyentuh pasien, sebelum menjalankan prosedur bersih atau aseptik, setelah ada risiko terpapar cairan tubuh, setelah menyentuh pasien, setelah menyetuh lingkungan sekitar pasien. 2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Terdapat 4 (empat) unsur dalam penggunaan APD yang harus dipatuhi yaitu (1) menetapkan indikasi penggunaan APD, (2) cara memakai dengan benar, (3) cara melepaskan dengan benar dan (4) cara mengumpulkan (disposal) setelah dipakai. Cara tersebut dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis yang berlaku. Penetapan indikasi penggunaan APD dilakukan dengan mempertimbangkan risiko paparan, dimana APD digunakan oleh orang yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius serta dinamika transmisi, yaitu droplet dan kontak, transmisi secara airborne dapat terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol misalnya resusitasi jantung paru, pemeriksaan gigi seperti penggunaan scaler ultrasonik dan high speed air driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pemakaian nebulizer dan pengambilan swab. 3) Pengendalian lingkungan. 1. Pembersihan area sekitar pasien menggunakan klorin 0,05% atau H2O2 0,5-1,4%, bila ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: Pembersihan area sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari, termasuk setiap kali pasien pulang/keluar dari Klinik. Pembersihan perlu juga dilaksanakan terhadap benda yang sering tersentuh tangan, misalnya: meja kecil disamping tempat tidur, tepi tempat tidur dengan tepi bed rails, tiang infus, tombol telepon, gagang pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, remote AC, remote TV, dan lain-lain. Petugas kebersihan menggunakan APD yang sesuai ketika membersihkan ruang pelayanan. 2. Ventilasi dan kualitas udara Sistem ventilasi adalah sistem yang menjamin terjadinya pertukaran udara di dalam gedung dan luar gedung yang memadai, sehingga konsentrasi droplet nuklei menurun. Sistem ventilasi campuran mengkombinasikan antara ventilasi alamiah dan penggunaan peralatan mekanis. Letakkan fan/ kipas angin atau alat pendingin ruangan secara benar dengan mempertimbangkan arah angin untuk menghindari kontaminasi dari pasien ke petugas dan sebaliknya. 4. Penempatan pasien. Penempatan pelayanan bagi pasien suspek COVID-19 terpisah dengan pasien non suspek COVID-19. Sebaiknya penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne) jika memungkinkan ditempatkan pada ruangan tersendiri. 5. Etika batuk dan bersin. Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus menerapkan etika batuk. Edukasi etika batuk dan bersin dapat disampaikan melalui media promosi atau secara langsung oleh petugas kesehatan. Disamping itu pasien/pengunjung wajib menggunakan masker. 6. Penyuntikan yang aman. Terdapat 7 (tujuh) langkah menuju penyuntikan yang aman yaitu: 1. Ruangan yang bersih 2. Kebersihan tangan petugas saat tindakan penyuntikan 3. Jarum suntik aman yang steril 4. Wadah steril untuk obat dan pelarut 5. Pembersih dan antisepsis kulit yang benar 6. Pengambilan benda tajam yang benar 7. Pembuangan limbah benda tajam yang benar 7. Pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan. Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labelling, pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan dan pemusnahan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 8. Dekontaminasi peralatan pelayanan/perawatan pasien. Proses dekontaminasi peralatan pelayanan/perawatan pasien dilaksanakan dengan prinsip yang tepat dan benar sesuai dengan alur dekontaminasi peralatan pelayanan/perawatan pasien. 9. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman. Klinik harus membuat SOP penatalaksanaan, prosedur penanganan, pengangkutan dan distribusi linen yang jelas, aman dan memenuhi kebutuhan pelayanan. 10) Perlindungan kesehatan petugas. 1. Semua petugas kesehatan menggunakan APD saat berisiko terjadi paparan darah, produk darah, cairan tubuh, bahan infeksius atau bahan berbahaya 2. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap semua petugas terutama pada area risiko tinggi 3. Tersedia tata laksana kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum/ benda tajam bekas pakai pasien. 4. Tata laksana paska pajanan. Tindakan apa yang akan dilakukan bila ada petugas terkena COVID-19, bagaimana dengan pelayanan yang diberikan apakah akan dihentikan sementara sesuai masa inkubasi COVID-19 atau tetap dilaksanakan setelah dilakukan desinfektan dengan penggantian petugas. Hal ini harus sudah dipikirkan penanggung jawab dan pemilik Klinik. 2. Kewaspadaan berdasarkan transmisi/infeksi. COVID-19 merupakan virus yang sangat infeksius dan dapat menyebar dengan cara droplet. Oleh karena itu, sirkulasi udara dalam ruang pelayanan kesehatan di Klinik harus dipastikan bertukar dengan baik agar virus tersebut tidak mencemari ruang pelayanan kesehatan. WHO merekomendasikan natural ventilasi, tetapi dapat menggunakan kombinasi dengan mekanikal ventilasi seperti kipas angin untuk mengarahkan dan menolak udara yang tercemar menuju bagian yang dipasang exhaust fan/jendela/lubang angin sehingga dapat membantu mengeluarkan udara. Posisi duduk petugas juga diatur agar aliran udara bersih dari arah belakang petugas ke arah pasien atau memotong antara pasien dan petugas.