Uploaded by User72132

SariAterEco-Resort

advertisement
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/334947554
Sari Ater Eco-Resort
Thesis · May 2018
CITATIONS
READS
0
252
5 authors, including:
Fitra Febrina
Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Eco-Resort View project
All content following this page was uploaded by Fitra Febrina on 03 August 2019.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB
Sari Ater Eco-Resort
Fitra Febrina
Program Studi Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
Email: [email protected]
Abstrak
Perkembangan wisata air panas Ciater di Kabupaten Subang yang semakin tinggi mendorong pihak
pengelola untuk membangun fasilitas hotel resor. Perancangan proyek ini mengacu pada prinsipprinsip ekowisata. Luas lahan perancangan adalah 47.000 m2 yang terdiri dari 23 unit vila, fasilitas
pendukung, dan fasilitas rekreasi. Proyek ini dirancang dengan mengangkat tiga isu utama, yaitu isu
lingkungan, privasi, dan suasana. Ketiga isu ini kemudian dielaborasi menjadi konsep utama, yaitu
Tranquil Coexistence of Nature and Architecture yang bermakna keselarasan antara arsitektur dan
lingkungannya. Pemandangan asri pegunungan Jawa Barat serta kontur tanah yang miring menjadi
rujukan dalam peletakan komposisi massa serta zonasi dalam tapak. Penyusunan massa dalam
kawasan eco-resort dibuat natural dengan menghindari adanya sudut dan geometri yang simetris.
Konsep massa yang terbuka dan bentuk atap yang diadaptasi dari Arsitektur Sunda menjadi rujukan
bagi penataan ruang dan massa bangunan dalam fasilitas vila maupun fasilitas publik dengan
menggunakan material lokal. Sebagai usaha untuk mengurangi degradasi kualitas lingkungan di Ciater,
perancangan utilitas tapak dibuat dengan pendekatan water sensitive landscape design yang mana
elemen air akan didaur ulang dan dimanfaatkan kembali dalam tapak. Hasil perancangan eco-resort
ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pelestarian lingkungan, peningkatan potensi
wisata air panas Ciater, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar seiring dengan
bertambahnya jumlah pengunjung yang datang.
Kata-kunci : Ciater, eco-resort, Arsitektur Sunda, air panas, pelestarian alam, kesejahteraan masyarakat
Pengantar
Peningkatan aktivitas wisata akibat berubahnya
gaya hidup masyarakat telah berdampak pada
perkembangan fasilitas pendukung wisata yang
semakin pesat. Dikutip dari Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata (RIPP) Jawa Barat
tahun 2003, Provinsi Jawa barat memiliki potensi
pasar utama wisatawan nusantara sebesar
65,1% dari jumlah penduduk Indonesia, serta
potensi pasar utama wisatawan mancanegara
sebesar 23,73% dari jumlah wisatawan
mancanegara
yang
ada
di
Indonesia.
Pengembangan daya tarik wisata Jawa Barat
mulai diarahkan ke kawasan Ciater, Kabupaten
Subang.
Kehadiran fasilitas hotel resor di Ciater
diharapkan mampu menjadi destinasi wisata
unggulan Jawa Barat. Potensi alam Ciater seperti
keindahan suasana pegunungan, pepohonan,
serta objek wisata air panas disekitarnya
diharapkan mampu menarik pengunjung yang
ingin mendapatkan ketenangan dan atmosfir
alami untuk melepas kepenatan.
Perancangan
fasilitas
hotel
resor
ini
menempatkan alam dan lingkungan sekitar
sebagai
landasan
dalam
perancangan.
Kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat
setempat, perancangan berasas berkelanjutan,
serta karakter wilayah khas Ciater adalah hal-hal
yang menjadi dasar dalam penetapan tata letak
dan bentuk bangunan. Perancangan fasilitas
hotel resor ini akan diarahkan menjadi sebuah
fasilitas resor ekowisata atau biasa disebut
dengan eco-resort.
Jurnal ARSTEKTUR 01 | 1
Sari Ater Eco-Resort
Proyek ini merupakan perancangan ulang fasilitas
dalam kawasan Sari Ater Hotel & Resort yang
dikelola oleh PT. Sari Ater.
Data
Lokasi proyek ini terletak di Jalan Raya Ciater,
Desa Nagrak, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Luas tapak perancangan adalah sekitar 47.000
m2. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Subang Tahun 2011-2031, lokasi
tapak berada dalam Kawasan Strategis
Kabupaten (KSK) Pemandian Air Panas Ciater.
Berdasarkan rencana induk (Master Plan)
pengembangan Sari Ater Hotel & Resort, proyek
ini memiliki:
•
•
•
•
KDB
KLB
KDH
GSB
:
:
:
:
13% (7.410 m2)
0.21 (11.970 m2)
60% (34.200 m2)
10 m
ketinggian lebih dari 700 meter, yaitu 802-908
meter.
Jenis vegetasi yang ditemui pada tapak
didominasi oleh spesies Pinus merkusii (pohon
pinus) dan Casuarina junghuhniana (pohon
cemara angin). Tanaman ini banyak ditemukan di
tepi sungai yang terdapat di utara dan selatan
tapak. Kedua sungai ini memiliki aliran air dari
barat ke timur, yakni mengikuti arah kemiringan
lahan.
Pemandangan yang menjadi point of interest dari
tapak terdapat di bagian utara dan selatan.
Bagian utara menghadap ke Gunung Palasari,
sedangkan bagian selatan menghadap ke
pemandangan luas pegunungan di Jawa Barat.
Batas sebelah utara tapak adalah Gunung
Palasari (972 MDPL), sebelah timur adalah Sari
Ater Camping Park, sebelah selatan adalah
ladang warga, dan sebelah timur adalah lembah
hijau.
Gambar 2. Pemandangan dari Tapak.
Gambar 1. Foto Udara dari Daerah yang Berbatasan
dengan Tapak. Sumber: Google Maps dengan olahan
penulis, September 2017
Tapak berada di wilayah tropis yang menerima
cahaya matahari sepanjang tahun. Suhu ratarata tapak adalah 19-25o C dengan kelembaban
rata-rata 80-95%. Arah angin rata-rata
mengarah ke utara dengan kecepatan rata-rata
7.9 m/s. Curah hujan rata-rata adalah 254 mm.
Kemiringan kontur tapak berkisar 3-50%, dengan
keadaan semakin utara maka semakin curam.
Tapak berada di dataran tinggi karena berada di
2 | Jurnal ARSTEKTUR 01
Untuk mencapai tapak, alat transportasi yang
dapat digunakan hanya berupa kendaraan
pribadi atau buggy car yang disediakan oleh
pihak pengelola. Lokasinya yang berada dalam
kawasan Sari Ater Hotel & Resort membuat akses
bagi angkutan umum menjadi terbatas. Tapak
dapat dicapai dengan melewati sebuah jalan
berbatuan dengan lebar sekitar 7 meter.
Karakter lingkungan sekitar tapak merupakan
kawasan pariwisata yang sudah berkembang
sejak 40 tahun yang lalu. Hal ini membuat warga
sekitar menjadi lebih terbuka terhadap
pendatang.
Proyek eco-resort ini menargetkan pengunjung
dari kalangan menengah ke atas sebab fasilitas
yang disediakan merupakan fasilitas high-end
Fitra Febrina
dengan kualitas setara dengan hotel bintang
empat. Target pasar dari proyek ini adalah pasar
nasional
dan
internasional.
Pengunjung
dibedakan menjadi pengunjung yang menginap
dan pengunjung yang tidak menginap. Pengelola
dan karyawan diasumsikan berasal dari
masyarakat sekitar, sehingga tidak disediakan
fasilitas tempat tinggal bagi pekerja, kecuali bagi
pekerja yang bertugas di malam hari.
Kebutuhan ruang dan kriteria desain pada proyek
ini dibagi berdasarkan jenis fasilitasnya, yakni
sebagai berikut.
Tabel 1. Fasilitas Penginapan
No
Tipe Ruang
Jlh
Luas (m2)
1
2
Superior Villa
Deluxe Villa
19
4
Total
1.178
416
1.594
Tipe Ruang
Jlh
Luas (m2)
1
2
3
R. Administrasi
Tata Graha
Ruang Utilitas
1
1
1
26
80,1
141,75
Total
133,5
Tabel 7. Fungsi Keamanan
No
1
Tipe Ruang
Ruang Kontrol
Jlh
1
Luas (m2)
50
2
Pos Satpam
5
Total
30
80
Total luas bangunan adalah 2.531,85 m2. Luas
area sirkulasi yang dibutuhkan yakni sebesar
20% dari luas bangunan (506,37 m2). Dengan
demikian, total luas kebutuhan ruang dalam
bangunan adalah 3.038,22 m2.
No
2
No
Tipe Ruang
Jlh
Luas (m )
1
2
3
Lobi
1
2
1
88,5
50
65
1
2
Total
330
6
133,5
4
5
No
Tabel 8. Fasilitas Parkir
Tabel 2. Fasilitas Publik
Small Meeting Room
Large Meeting Room
Reception Hall
Toilet
Tabel 6. Fungsi Servis
Tabel 3. Fasilitas Retail
No
Tipe Ruang
Jlh
Luas (m2)
1
Gift Shop
2
Total
18
18
Jlh
1
Luas (m2)
128,1
1
1
47
217,4
Total
392,5
1
2
Tipe Ruang
Parkir mobil
dan bus
Parkir motor
Jlh
Luas (m2)
76
950
58
104,4
Total
1.054,4
Luas fasilitas parkir pengunjung dan pegawai
adalah sebesar 1.054,4 m2. Dengan demikian,
total luar seluruh rancangan eco-resort adalah
4.092,62 m2.
Hubungan ruang pada eco-resort ini dapat dilihat
pada diagram berikut.
Tabel 4. Fasilitas Rekreasi
No
1
Tipe Ruang
SPA / Massage
2
3
Hot Spring Area
Kolam Renang
Tabel 5. Fasilitas Food and Beverages (F&B)
No
Tipe Ruang
Jlh
Luas (m2)
1
2
Breakfast Area
1
1
57,35
123
Total
180,35
Restoran
Gambar 3. Diagram Hubungan Ruang.
Jurnal ARSTEKTUR 01 | 3
Sari Ater Eco-Resort
Isu
Berdasarkan analisis fungsi, tapak, serta
pengguna, terdapat tiga isu utama dalam
perancangan Sari Ater Eco-Resort. Isu pertama
adalah lingkungan. Perancangan eco-resort
harus
memperhatikan
usaha-usaha
penghematan energi, khususnya dalah hal
pencahayaan dan penghawaan ruangan. Dengan
kondisi cuaca dataran tinggi yang sejuk,
penghawaan dan pencahayaan dibuat senatural
mungkin. Selain itu, sistem penyaluran air hujan
dirancang agar limbah air dapat ditampung dan
dimanfaatkan kembali dalam tapak.
Isu kedua adalah privasi. Pengunjung yang
datang ke Sari Ater Eco-Resort berharap untuk
mendapatkan privasi dalam menginap dan
bersantai. Untuk mengurangi gangguan, maka
pengaturan letak dan zona pembatas antar
bangunan merujuk kepada desain yang mampu
membatasi
teritori
seorang/sekelompok
pengunjung dengan pengunjung lainnya.
Isu ketiga adalah suasana. Konteks lingkungan
alami dan karakter sosial budaya setempat
menciptakan suasana lokalitas khas Ciater.
Kondisi ini kemudian dipadukan dengan aspek
tropikalitas pada bangunan agar tercipta suasana
tenang dan nyaman bagi pengunjung.
Pembentukan suasana ini bertujuan untuk
menciptakan citra bagi eco-resort yang
berlandaskan kearifan lokal setempat (spirit of
place).
Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan Sari Ater Eco-Resort ini
adalah untuk merancang suatu fasilitas
akomodasi berkelas internasional yang dapat
memberi pelayanan terbaik demi terpenuhinya
kepuasan dan kebutuhan pengguna (pengelola
dan pengunjung) dengan kualitas fasilitas setara
dengan hotel bintang empat. Selain itu, tujuan
perancangan
proyek
ini
juga
untuk
mengonservasi alam sekitar, meningkatkan taraf
hidup perekonomian warga sekitar, dan
melestarikan karakter utama wilayah setempat.
PT. Sari Ater berkeinginan agar rancangan proyek
ini dapat menjadi destinasi berlibur nasional. PT.
4 | Jurnal ARSTEKTUR 01
Sari Ater juga berkeinginan agar proyek ini
menjadi kawasan rekreasi yang rekreatif,
edukatif, dan sehat bagi pengunjung yang datang.
Rancangan
eco-resort
diharapkan
dapat
memberikan suasana tenang dan nyaman serta
terhindar dari gangguan-gangguan yang dapat
mengurangi tingkat kenyamanan pengunjung.
Rancangan
eco-resort
diharapkan
dapat
mencerminkan budaya setempat namun dikemas
dalam desain yang elegan dan efisien dengan
mengadopsi konsep-konsep eco-resort.
Kriteria
Berdasarkan isu dan tujuan perancangan dari
proyek Sari Ater Eco-Resort, dihasilkan beberapa
kriteria perancangan. Kriteria untuk desain
bangunan adalah desain yang dapat mengurangi
penggunaan
energi
untuk
pencahayaan,
penghawaan, dan penggunaan air. Kriteria untuk
desain yang mengutamakan privasi adalah
bangunan harus memiliki area pembatas atau
jarak yang dapat menjaga privasi pengguna vila
maupun pengunjung yang menggunakan fasilitas
lainnya. Kriteria lainnya adalah desain bangunan
yang mampu mencerminkan citra Arsitektur
Sunda yang dikemas dalam fasilitas eco-resort
berkualitas internasional.
Pendekatan
Sebagai sebuah proyek ekowisata, maka
pendekatan yang digunakan dalam perancangan
proyek ini adalah keselarasan antara bangunan
dengan konteks lingkungan, sosial, dan budaya
disekitarnya.
Konsep
Konsep umum dari perancangan proyek ini
adalah sebuah eco-resort yang mampu
menyeimbangkan konservasi alam dengan
fasilitas rekreasi. Konsep ini menekankan bahwa
perancangan
resor
harus
mampu
memaksimalkan potensi alam yang ada tanpa
harus merusak keindahan dan kelestarian
lingkungannya. Konsep ini kemudian dirangkum
menjadi “Tranquil Coexistence of Nature and
Architecture”, yang bermakna keharmonisan
antara arsitektur dengan alam sekelilingnya.
Fitra Febrina
Konsep umum ini kemudian dielaborasikan
menjadi konsep perancangan tapak, konsep
bangunan, konsep sirkulasi, dan konsep utilitas.
didepan vila akan memunculkan rasa kepemilikan
terhadap badan jalan tersebut sehingga
terbentuk teritori bangunan yang jelas.
1) Konsep Perancangan Tapak
Komposisi massa dalam tapak merujuk pada
pemandangan yang ingin dibingkai untuk dilihat
dari dalam bangunan. Pemandangan utama yang
dijadikan daya tarik adalah Gunung Palasari di
bagian utara serta jajaran pegunungan Jawa
Barat yang terletak di bagian tenggara tapak.
Maka dari itu, peletakan massa bangunan dibuat
di tengah tapak dan dilengkapi dengan adanya
viewing deck menghadap pemandanganpemandangan tersebut.
Zonasi dalam tapak didasarkan pada konsep
Patempatan Sunda, yakni “luhur-handap”. Dalam
filososi budaya Sunda, daerah yang lebih tinggi
biasanya memiliki hierarki yang lebih tinggi. Maka
dari itu, bangunan dengan fungsi-fungsi utama
atau fungsi yang “luhur” biasa diletakkan di
daerah yang tinggi. Sementara bangunan dengan
fungsi yang lebih rendah diletakkan pula didaerah
yang lebih rendah. Dalam proyek ini, bangunan
dengan hierarki tertinggi adalah unit vila,
sementara bangunan dengan hierarki terendah
adalah area rekreasi.
Penyusunan massa juga ditentukan berdasarkan
keberadaan sungai di bagian utara tapak. Sungai
menjadi salah satu daya tarik karena memiliki
suasana alami yang sangat baik bagi peletakkan
fasilitas komersil.
Hasil elaborasi dari seluruh unsur yang
mempengaruhi penyusunan massa dalam tapak
ini kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan
rencana tapak.
Arah pergerakan matahari turut mempengaruhi
orientasi bangunan pada tapak. Sisi panjang
bangunan dibuat menghadap Utara-Selatan,
sedangkan sisi pendeknya menghadap BaratTimur.
Komposisi massa juga ditentukan oleh kondisi
kontur yang cenderung landai. Interval kontur
yang cukup besar (sekitar 20-23 meter antar
kontur) dapat dimanfaatkan dalam penataan
massa bangunan. Akses langsung berupa jalan
2) Konsep Bangunan
Arsitektur Sunda diterapkan pada bangunan,
yaitu bentuk bangunan panggung yang ramah
lingkungan, tahan gempa, dan sehat.
Geometri denah dibuat segi empat yang diangkat
dan diberi umpak beton dibawahnya. Semakin
sederhana denah bangunan, maka kualitas
ketahanan gempa bangunan semakin tinggi. Atap
bangunan adalah hasil penggabungan atap
Julang Ngapak dengan Perahu Kumureb. Ruang
dalam vila memiliki konsep terbuka. Konsep ini
dibentuk dengan membuat banyak bukaan.
Semakin rendah tingkat privasi suatu bangunan,
maka bentuk atap dibuat semakin rumit.
Jurnal ARSTEKTUR 01 | 5
Sari Ater Eco-Resort
Gambar 4. Konsep Massa dan Bentuk.
Gambar 5. Konsep Ruang.
Gambar 6. Konsep Fasad.
Proyek ini memiliki dua jenis vila yaitu Superior
Villa dan Deluxe Villa. Untuk menjaga privasi
pengunjung, maka susunan unit villa dibuat
berjarak. Jalan menuju villa dibuat pada kontur
yang sama dengan villa agar terdapat teritori
yang jelas antara villa dan aksesnya.
3) Konsep Sirkulasi
Konsep fasad bangunan yang diterapkan adalah
transparan dan alami, yang mana tampak
bangunan didominasi oleh bukaan. Konsep fasad
ini sangat erat kaitannya dengan pemilihan
material pada seluruh bangunan, yakni “ringan ke
berat”. Maksudnya adalah, semakin kebawah,
maka material yang digunakan adalah material
yang lebih berat dan berdensitas lebih padat
daripada material yang ada diatasnya.
Penutup atap bangunan akan dibuat dengan
material ijuk pada vila dan bitumen pada fasilitas
lainnya. Kemudian pada dinding digunakan
material kayu atau batu. Lalu bagian bawah yakni
umpak beton dan batu kali agar bangunan
menjadi kokoh.
6 | Jurnal ARSTEKTUR 01
Sirkulasi dalam tapak dibedakan menjadi dua
hierarki jalan, yakni jalan untuk servis dan jalan
untuk buggy car. Jalan untuk servis dibuat
mengelilingi tapak, yang berfungsi sekaligus
sebagai jalur darurat apabila terjadi kebakaran.
Perkerasan jalan dibuat menggunakan paving
block agar air tetap dapat diserap oleh tanah.
Bentuk jalur sirkulasi ini juga dibuat senatural
mungkin, yakni berliku-liku menyesuaikan kontur.
Gambar 7. Konsep Sirkulasi.
Fitra Febrina
4) Konsep Utilitas
Hasil Perancangan
Sari Ater Eco-Resort menggunakan konsep Water
Sensitive Landscape Design. Di sekeliling
bangunan dibuat area resapan air hujan yang
terdiri dari lapisan kerikil. Air hujan yang jatuh
tidak ditampung oleh talang, melainkan dibiarkan
jatuh ke tanah. Apabila intensitas hujan
meningkat, maka kelebihan air pada lanskap
akan dialirkan menuju danau retensi yang
terletak di bagian tenggara tapak. Air hujan yang
terkumpul pada danau akan dipompa kembali
untuk pengairan fitur lanskap lainnya pada tapak.
1) Hasil Perancangan Tapak
Gambar 9. Hasil Rancangan Tapak.
Perjalanan pengunjung ketika memasuki gerbang
utama eco-resort disambut dengan bangunan
lobi yang terletak di tengah tapak. Fasilitas
penerima sengaja diletakkan ditengah untuk
meningkatkan fungsi kontrol terhadap kegiatan
pengunjung. Seluruh pengunjung yang ingin
menggunakan fasilitas eco-resort harus melewati
lobi terlebih dahulu, kecuali bagi pengunjung
pemandian air panas, sebab bangunan ini
memiliki lobinya tersendiri.
Aplikasi dari filosofi “patempatan” Sunda
diterapkan dengan meletakkan bangunan
berfungsi privat di kontur yang lebih tinggi, yaitu
unit vila serta meletakkan bangunan berfungsi
publik di kontur yang paling rendah, yaitu
pemandian air panas.
Gambar 8. Konsep Utilitas.
Sirkulasi dalam tapak dibedakan menjadi dua,
yakni jalur servis dan jalur buggy car. Kendaraan
milik pengunjung harus diparkirkan di area parkir.
Untuk itu, pihak pengelola menyediakan buggy
car untuk mengakomodasi kebutuhan mobilisasi
pengunjung dari parkiran menuju unit vila atau
fasilitas lain. Jalur servis dibuat mengelilingi area
eco-resort. Jalur servis ini berfungsi sebagai
sirkulasi loading dan unloading barang sekaligus
menjadi jalur darurat bagi pemadam kebakaran.
Jurnal ARSTEKTUR 01 | 7
Sari Ater Eco-Resort
Gambar 10. Perspektif Mata Burung.
2) Hasil Perancangan Bangunan
Pada Sari Ater Eco-Resort, terdapat dua jenis vila
yang dirancang yaitu Superior Villa dan Deluxe
Villa. Total seluruh vila adalah sebanyak 23 unit.
Bangunan lobi terdiri dari satu ruangan besar
untuk area menunggu pengunjung, ruang
manajer, serta area resepsionis. Bangunan ini
berkonsep terbuka. Kolom kayu diekspos untuk
menyatukan bangunan dengan alam sekitar.
Gambar 11. Perspektif Eksterior Superior Villa.
Gambar 13. Perspektif Bangunan Lobi.
Gambar 12. Perspektif Eksterior Deluxe Villa.
8 | Jurnal ARSTEKTUR 01
Fasilitas pendukung dalam proyek ini terdiri dari
bangunan restoran dan breakfast area, ruang
serbaguna, bangunan SPA, serta pemandian air
panas. Bangunan restoran dan ruang serbaguna
terletak di seberang bangunan lobi. Akses
ketiganya dibuat mudah dan berdekatan karena
fungsinya sebagai area pendukung dan komersil.
Fitra Febrina
Fasilitas SPA dibuat dengan tambahan ruang pijat
outdoor. Konsep bangunan ini dibuat terbuka
dengan
sentuhan
elemen
air
untuk
menambahkan ketenangan bagi pengunjung
yang menggunakan fasilitas ini. Arsitektur
bangunan ini sama dengan bangunan lainnya,
yakni menggunakan atap sunda dan berstruktur
beton berupa bangunan panggung.
Catatan Pembimbing
Perancangan
eco-resort
ini
berupaya
memperhatikan unsur lingkungan dan budaya
setempat dalam desain bangunan dan rencana
tapak. Kekhasan tapak yang berkontur
dimanfaatkan
untuk
memaksimalkan
pemandangan dan privasi dari masing-masing
vila serta kekhasan fasilitas rekreasi yang
berbasis air panas. Suasana yang alami dan
adaptasi Arsitektur Sunda mendukung kekhasan
keberadaan unsur alam, yakni sumber air panas
yang ada. Perpaduan konteks alam dan solusi
perancangan membuat kawasan eco-resort ini
menarik sebagai destinasi wisata, khususnya bagi
wisatawan mancanegara.
Daftar Pustaka
Gambar 14. Perspektif Bangunan SPA.
Fasilitas pemandian air panas yang disediakan
dalam eco-resort ini mengadopsi konsep “onsen”
Jepang, yang mana kolam air panas yang
biasanya berukuran besar dipecah menjadi
beberapa kolam kecil yang dilengkapi dengan
ruang ganti masing-masing. Hal ini ditujukan
agar privasi pengunjung semakin terjaga.
Gambar 15. Perspektif Suasana Hot Spring Area.
Pembimbing dan Penguji
Artikel ini merupakan laporan perancangan Tugas
Akhir Program Studi Sarjana Arsitektur SAPPK
ITB. Pengerjaan tugas akhir ini di-supervisi oleh
pembimbing Dr. Ing. Ir. Himasari Hanan, MAE.
dan penguji Dr. Ir. Agustinus Adib Abadi, M.Sc.
dan Permana, ST., MT.
Abraham, Martin (2007). Encyclopedia of
Sustainable Technologies. Elsevier Science &
Technoloy Books.
Ardiansyah, Rendra (2003). Pengembangan
Kawasan Wisata Ciater di Subang: Penekanan
Desain Arsitektur Ekoturisme. Jurusan
Arsitektur Universitas Diponegoro.
BAPPEDA, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah. 2011-2031. Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Subang. Kab. Subang.
deRoos, J. A. (2011). Planning and
Programming a Hotel. Cornel University,
School of Hospitality Administration.
Design Media Publishing Limited. 2013.
Mountain Resorts. Hongkong.
Kishnani, Nirmal T. (2016). Menghijaukan Asia.
Jakarta: PT Holcim Indonesia Tbk.
Komar, Richard (2006). Hotel Management.
Jakarta: Grasindo.
Kurniasih, Sri. 2007. Prinsip Hotel Resor. Jakarta.
Lawson, Fred. 1995. Hotel and Resort, Planning,
Design and Refurbishment. Watson-Guptil
Publication.
Rutes, A. Walter, Richard P, Lawrence. 2007.
Hotel Design Planning and Development.
London: W. W. Norton & Company.
Setiawan, Dimas Ramdan. 2016. Perancangan
Ciater Resor Hotel. Universitas Komputer
Indonesia.
Jurnal ARSTEKTUR 01 | 9
View publication stats
Download