See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/334947554 Sari Ater Eco-Resort Thesis · May 2018 CITATIONS READS 0 252 5 authors, including: Fitra Febrina Bandung Institute of Technology 1 PUBLICATION 0 CITATIONS SEE PROFILE Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Eco-Resort View project All content following this page was uploaded by Fitra Febrina on 03 August 2019. The user has requested enhancement of the downloaded file. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Sari Ater Eco-Resort Fitra Febrina Program Studi Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Email: [email protected] Abstrak Perkembangan wisata air panas Ciater di Kabupaten Subang yang semakin tinggi mendorong pihak pengelola untuk membangun fasilitas hotel resor. Perancangan proyek ini mengacu pada prinsipprinsip ekowisata. Luas lahan perancangan adalah 47.000 m2 yang terdiri dari 23 unit vila, fasilitas pendukung, dan fasilitas rekreasi. Proyek ini dirancang dengan mengangkat tiga isu utama, yaitu isu lingkungan, privasi, dan suasana. Ketiga isu ini kemudian dielaborasi menjadi konsep utama, yaitu Tranquil Coexistence of Nature and Architecture yang bermakna keselarasan antara arsitektur dan lingkungannya. Pemandangan asri pegunungan Jawa Barat serta kontur tanah yang miring menjadi rujukan dalam peletakan komposisi massa serta zonasi dalam tapak. Penyusunan massa dalam kawasan eco-resort dibuat natural dengan menghindari adanya sudut dan geometri yang simetris. Konsep massa yang terbuka dan bentuk atap yang diadaptasi dari Arsitektur Sunda menjadi rujukan bagi penataan ruang dan massa bangunan dalam fasilitas vila maupun fasilitas publik dengan menggunakan material lokal. Sebagai usaha untuk mengurangi degradasi kualitas lingkungan di Ciater, perancangan utilitas tapak dibuat dengan pendekatan water sensitive landscape design yang mana elemen air akan didaur ulang dan dimanfaatkan kembali dalam tapak. Hasil perancangan eco-resort ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pelestarian lingkungan, peningkatan potensi wisata air panas Ciater, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar seiring dengan bertambahnya jumlah pengunjung yang datang. Kata-kunci : Ciater, eco-resort, Arsitektur Sunda, air panas, pelestarian alam, kesejahteraan masyarakat Pengantar Peningkatan aktivitas wisata akibat berubahnya gaya hidup masyarakat telah berdampak pada perkembangan fasilitas pendukung wisata yang semakin pesat. Dikutip dari Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Jawa Barat tahun 2003, Provinsi Jawa barat memiliki potensi pasar utama wisatawan nusantara sebesar 65,1% dari jumlah penduduk Indonesia, serta potensi pasar utama wisatawan mancanegara sebesar 23,73% dari jumlah wisatawan mancanegara yang ada di Indonesia. Pengembangan daya tarik wisata Jawa Barat mulai diarahkan ke kawasan Ciater, Kabupaten Subang. Kehadiran fasilitas hotel resor di Ciater diharapkan mampu menjadi destinasi wisata unggulan Jawa Barat. Potensi alam Ciater seperti keindahan suasana pegunungan, pepohonan, serta objek wisata air panas disekitarnya diharapkan mampu menarik pengunjung yang ingin mendapatkan ketenangan dan atmosfir alami untuk melepas kepenatan. Perancangan fasilitas hotel resor ini menempatkan alam dan lingkungan sekitar sebagai landasan dalam perancangan. Kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat setempat, perancangan berasas berkelanjutan, serta karakter wilayah khas Ciater adalah hal-hal yang menjadi dasar dalam penetapan tata letak dan bentuk bangunan. Perancangan fasilitas hotel resor ini akan diarahkan menjadi sebuah fasilitas resor ekowisata atau biasa disebut dengan eco-resort. Jurnal ARSTEKTUR 01 | 1 Sari Ater Eco-Resort Proyek ini merupakan perancangan ulang fasilitas dalam kawasan Sari Ater Hotel & Resort yang dikelola oleh PT. Sari Ater. Data Lokasi proyek ini terletak di Jalan Raya Ciater, Desa Nagrak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Luas tapak perancangan adalah sekitar 47.000 m2. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Subang Tahun 2011-2031, lokasi tapak berada dalam Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Pemandian Air Panas Ciater. Berdasarkan rencana induk (Master Plan) pengembangan Sari Ater Hotel & Resort, proyek ini memiliki: • • • • KDB KLB KDH GSB : : : : 13% (7.410 m2) 0.21 (11.970 m2) 60% (34.200 m2) 10 m ketinggian lebih dari 700 meter, yaitu 802-908 meter. Jenis vegetasi yang ditemui pada tapak didominasi oleh spesies Pinus merkusii (pohon pinus) dan Casuarina junghuhniana (pohon cemara angin). Tanaman ini banyak ditemukan di tepi sungai yang terdapat di utara dan selatan tapak. Kedua sungai ini memiliki aliran air dari barat ke timur, yakni mengikuti arah kemiringan lahan. Pemandangan yang menjadi point of interest dari tapak terdapat di bagian utara dan selatan. Bagian utara menghadap ke Gunung Palasari, sedangkan bagian selatan menghadap ke pemandangan luas pegunungan di Jawa Barat. Batas sebelah utara tapak adalah Gunung Palasari (972 MDPL), sebelah timur adalah Sari Ater Camping Park, sebelah selatan adalah ladang warga, dan sebelah timur adalah lembah hijau. Gambar 2. Pemandangan dari Tapak. Gambar 1. Foto Udara dari Daerah yang Berbatasan dengan Tapak. Sumber: Google Maps dengan olahan penulis, September 2017 Tapak berada di wilayah tropis yang menerima cahaya matahari sepanjang tahun. Suhu ratarata tapak adalah 19-25o C dengan kelembaban rata-rata 80-95%. Arah angin rata-rata mengarah ke utara dengan kecepatan rata-rata 7.9 m/s. Curah hujan rata-rata adalah 254 mm. Kemiringan kontur tapak berkisar 3-50%, dengan keadaan semakin utara maka semakin curam. Tapak berada di dataran tinggi karena berada di 2 | Jurnal ARSTEKTUR 01 Untuk mencapai tapak, alat transportasi yang dapat digunakan hanya berupa kendaraan pribadi atau buggy car yang disediakan oleh pihak pengelola. Lokasinya yang berada dalam kawasan Sari Ater Hotel & Resort membuat akses bagi angkutan umum menjadi terbatas. Tapak dapat dicapai dengan melewati sebuah jalan berbatuan dengan lebar sekitar 7 meter. Karakter lingkungan sekitar tapak merupakan kawasan pariwisata yang sudah berkembang sejak 40 tahun yang lalu. Hal ini membuat warga sekitar menjadi lebih terbuka terhadap pendatang. Proyek eco-resort ini menargetkan pengunjung dari kalangan menengah ke atas sebab fasilitas yang disediakan merupakan fasilitas high-end Fitra Febrina dengan kualitas setara dengan hotel bintang empat. Target pasar dari proyek ini adalah pasar nasional dan internasional. Pengunjung dibedakan menjadi pengunjung yang menginap dan pengunjung yang tidak menginap. Pengelola dan karyawan diasumsikan berasal dari masyarakat sekitar, sehingga tidak disediakan fasilitas tempat tinggal bagi pekerja, kecuali bagi pekerja yang bertugas di malam hari. Kebutuhan ruang dan kriteria desain pada proyek ini dibagi berdasarkan jenis fasilitasnya, yakni sebagai berikut. Tabel 1. Fasilitas Penginapan No Tipe Ruang Jlh Luas (m2) 1 2 Superior Villa Deluxe Villa 19 4 Total 1.178 416 1.594 Tipe Ruang Jlh Luas (m2) 1 2 3 R. Administrasi Tata Graha Ruang Utilitas 1 1 1 26 80,1 141,75 Total 133,5 Tabel 7. Fungsi Keamanan No 1 Tipe Ruang Ruang Kontrol Jlh 1 Luas (m2) 50 2 Pos Satpam 5 Total 30 80 Total luas bangunan adalah 2.531,85 m2. Luas area sirkulasi yang dibutuhkan yakni sebesar 20% dari luas bangunan (506,37 m2). Dengan demikian, total luas kebutuhan ruang dalam bangunan adalah 3.038,22 m2. No 2 No Tipe Ruang Jlh Luas (m ) 1 2 3 Lobi 1 2 1 88,5 50 65 1 2 Total 330 6 133,5 4 5 No Tabel 8. Fasilitas Parkir Tabel 2. Fasilitas Publik Small Meeting Room Large Meeting Room Reception Hall Toilet Tabel 6. Fungsi Servis Tabel 3. Fasilitas Retail No Tipe Ruang Jlh Luas (m2) 1 Gift Shop 2 Total 18 18 Jlh 1 Luas (m2) 128,1 1 1 47 217,4 Total 392,5 1 2 Tipe Ruang Parkir mobil dan bus Parkir motor Jlh Luas (m2) 76 950 58 104,4 Total 1.054,4 Luas fasilitas parkir pengunjung dan pegawai adalah sebesar 1.054,4 m2. Dengan demikian, total luar seluruh rancangan eco-resort adalah 4.092,62 m2. Hubungan ruang pada eco-resort ini dapat dilihat pada diagram berikut. Tabel 4. Fasilitas Rekreasi No 1 Tipe Ruang SPA / Massage 2 3 Hot Spring Area Kolam Renang Tabel 5. Fasilitas Food and Beverages (F&B) No Tipe Ruang Jlh Luas (m2) 1 2 Breakfast Area 1 1 57,35 123 Total 180,35 Restoran Gambar 3. Diagram Hubungan Ruang. Jurnal ARSTEKTUR 01 | 3 Sari Ater Eco-Resort Isu Berdasarkan analisis fungsi, tapak, serta pengguna, terdapat tiga isu utama dalam perancangan Sari Ater Eco-Resort. Isu pertama adalah lingkungan. Perancangan eco-resort harus memperhatikan usaha-usaha penghematan energi, khususnya dalah hal pencahayaan dan penghawaan ruangan. Dengan kondisi cuaca dataran tinggi yang sejuk, penghawaan dan pencahayaan dibuat senatural mungkin. Selain itu, sistem penyaluran air hujan dirancang agar limbah air dapat ditampung dan dimanfaatkan kembali dalam tapak. Isu kedua adalah privasi. Pengunjung yang datang ke Sari Ater Eco-Resort berharap untuk mendapatkan privasi dalam menginap dan bersantai. Untuk mengurangi gangguan, maka pengaturan letak dan zona pembatas antar bangunan merujuk kepada desain yang mampu membatasi teritori seorang/sekelompok pengunjung dengan pengunjung lainnya. Isu ketiga adalah suasana. Konteks lingkungan alami dan karakter sosial budaya setempat menciptakan suasana lokalitas khas Ciater. Kondisi ini kemudian dipadukan dengan aspek tropikalitas pada bangunan agar tercipta suasana tenang dan nyaman bagi pengunjung. Pembentukan suasana ini bertujuan untuk menciptakan citra bagi eco-resort yang berlandaskan kearifan lokal setempat (spirit of place). Tujuan Perancangan Tujuan perancangan Sari Ater Eco-Resort ini adalah untuk merancang suatu fasilitas akomodasi berkelas internasional yang dapat memberi pelayanan terbaik demi terpenuhinya kepuasan dan kebutuhan pengguna (pengelola dan pengunjung) dengan kualitas fasilitas setara dengan hotel bintang empat. Selain itu, tujuan perancangan proyek ini juga untuk mengonservasi alam sekitar, meningkatkan taraf hidup perekonomian warga sekitar, dan melestarikan karakter utama wilayah setempat. PT. Sari Ater berkeinginan agar rancangan proyek ini dapat menjadi destinasi berlibur nasional. PT. 4 | Jurnal ARSTEKTUR 01 Sari Ater juga berkeinginan agar proyek ini menjadi kawasan rekreasi yang rekreatif, edukatif, dan sehat bagi pengunjung yang datang. Rancangan eco-resort diharapkan dapat memberikan suasana tenang dan nyaman serta terhindar dari gangguan-gangguan yang dapat mengurangi tingkat kenyamanan pengunjung. Rancangan eco-resort diharapkan dapat mencerminkan budaya setempat namun dikemas dalam desain yang elegan dan efisien dengan mengadopsi konsep-konsep eco-resort. Kriteria Berdasarkan isu dan tujuan perancangan dari proyek Sari Ater Eco-Resort, dihasilkan beberapa kriteria perancangan. Kriteria untuk desain bangunan adalah desain yang dapat mengurangi penggunaan energi untuk pencahayaan, penghawaan, dan penggunaan air. Kriteria untuk desain yang mengutamakan privasi adalah bangunan harus memiliki area pembatas atau jarak yang dapat menjaga privasi pengguna vila maupun pengunjung yang menggunakan fasilitas lainnya. Kriteria lainnya adalah desain bangunan yang mampu mencerminkan citra Arsitektur Sunda yang dikemas dalam fasilitas eco-resort berkualitas internasional. Pendekatan Sebagai sebuah proyek ekowisata, maka pendekatan yang digunakan dalam perancangan proyek ini adalah keselarasan antara bangunan dengan konteks lingkungan, sosial, dan budaya disekitarnya. Konsep Konsep umum dari perancangan proyek ini adalah sebuah eco-resort yang mampu menyeimbangkan konservasi alam dengan fasilitas rekreasi. Konsep ini menekankan bahwa perancangan resor harus mampu memaksimalkan potensi alam yang ada tanpa harus merusak keindahan dan kelestarian lingkungannya. Konsep ini kemudian dirangkum menjadi “Tranquil Coexistence of Nature and Architecture”, yang bermakna keharmonisan antara arsitektur dengan alam sekelilingnya. Fitra Febrina Konsep umum ini kemudian dielaborasikan menjadi konsep perancangan tapak, konsep bangunan, konsep sirkulasi, dan konsep utilitas. didepan vila akan memunculkan rasa kepemilikan terhadap badan jalan tersebut sehingga terbentuk teritori bangunan yang jelas. 1) Konsep Perancangan Tapak Komposisi massa dalam tapak merujuk pada pemandangan yang ingin dibingkai untuk dilihat dari dalam bangunan. Pemandangan utama yang dijadikan daya tarik adalah Gunung Palasari di bagian utara serta jajaran pegunungan Jawa Barat yang terletak di bagian tenggara tapak. Maka dari itu, peletakan massa bangunan dibuat di tengah tapak dan dilengkapi dengan adanya viewing deck menghadap pemandanganpemandangan tersebut. Zonasi dalam tapak didasarkan pada konsep Patempatan Sunda, yakni “luhur-handap”. Dalam filososi budaya Sunda, daerah yang lebih tinggi biasanya memiliki hierarki yang lebih tinggi. Maka dari itu, bangunan dengan fungsi-fungsi utama atau fungsi yang “luhur” biasa diletakkan di daerah yang tinggi. Sementara bangunan dengan fungsi yang lebih rendah diletakkan pula didaerah yang lebih rendah. Dalam proyek ini, bangunan dengan hierarki tertinggi adalah unit vila, sementara bangunan dengan hierarki terendah adalah area rekreasi. Penyusunan massa juga ditentukan berdasarkan keberadaan sungai di bagian utara tapak. Sungai menjadi salah satu daya tarik karena memiliki suasana alami yang sangat baik bagi peletakkan fasilitas komersil. Hasil elaborasi dari seluruh unsur yang mempengaruhi penyusunan massa dalam tapak ini kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan rencana tapak. Arah pergerakan matahari turut mempengaruhi orientasi bangunan pada tapak. Sisi panjang bangunan dibuat menghadap Utara-Selatan, sedangkan sisi pendeknya menghadap BaratTimur. Komposisi massa juga ditentukan oleh kondisi kontur yang cenderung landai. Interval kontur yang cukup besar (sekitar 20-23 meter antar kontur) dapat dimanfaatkan dalam penataan massa bangunan. Akses langsung berupa jalan 2) Konsep Bangunan Arsitektur Sunda diterapkan pada bangunan, yaitu bentuk bangunan panggung yang ramah lingkungan, tahan gempa, dan sehat. Geometri denah dibuat segi empat yang diangkat dan diberi umpak beton dibawahnya. Semakin sederhana denah bangunan, maka kualitas ketahanan gempa bangunan semakin tinggi. Atap bangunan adalah hasil penggabungan atap Julang Ngapak dengan Perahu Kumureb. Ruang dalam vila memiliki konsep terbuka. Konsep ini dibentuk dengan membuat banyak bukaan. Semakin rendah tingkat privasi suatu bangunan, maka bentuk atap dibuat semakin rumit. Jurnal ARSTEKTUR 01 | 5 Sari Ater Eco-Resort Gambar 4. Konsep Massa dan Bentuk. Gambar 5. Konsep Ruang. Gambar 6. Konsep Fasad. Proyek ini memiliki dua jenis vila yaitu Superior Villa dan Deluxe Villa. Untuk menjaga privasi pengunjung, maka susunan unit villa dibuat berjarak. Jalan menuju villa dibuat pada kontur yang sama dengan villa agar terdapat teritori yang jelas antara villa dan aksesnya. 3) Konsep Sirkulasi Konsep fasad bangunan yang diterapkan adalah transparan dan alami, yang mana tampak bangunan didominasi oleh bukaan. Konsep fasad ini sangat erat kaitannya dengan pemilihan material pada seluruh bangunan, yakni “ringan ke berat”. Maksudnya adalah, semakin kebawah, maka material yang digunakan adalah material yang lebih berat dan berdensitas lebih padat daripada material yang ada diatasnya. Penutup atap bangunan akan dibuat dengan material ijuk pada vila dan bitumen pada fasilitas lainnya. Kemudian pada dinding digunakan material kayu atau batu. Lalu bagian bawah yakni umpak beton dan batu kali agar bangunan menjadi kokoh. 6 | Jurnal ARSTEKTUR 01 Sirkulasi dalam tapak dibedakan menjadi dua hierarki jalan, yakni jalan untuk servis dan jalan untuk buggy car. Jalan untuk servis dibuat mengelilingi tapak, yang berfungsi sekaligus sebagai jalur darurat apabila terjadi kebakaran. Perkerasan jalan dibuat menggunakan paving block agar air tetap dapat diserap oleh tanah. Bentuk jalur sirkulasi ini juga dibuat senatural mungkin, yakni berliku-liku menyesuaikan kontur. Gambar 7. Konsep Sirkulasi. Fitra Febrina 4) Konsep Utilitas Hasil Perancangan Sari Ater Eco-Resort menggunakan konsep Water Sensitive Landscape Design. Di sekeliling bangunan dibuat area resapan air hujan yang terdiri dari lapisan kerikil. Air hujan yang jatuh tidak ditampung oleh talang, melainkan dibiarkan jatuh ke tanah. Apabila intensitas hujan meningkat, maka kelebihan air pada lanskap akan dialirkan menuju danau retensi yang terletak di bagian tenggara tapak. Air hujan yang terkumpul pada danau akan dipompa kembali untuk pengairan fitur lanskap lainnya pada tapak. 1) Hasil Perancangan Tapak Gambar 9. Hasil Rancangan Tapak. Perjalanan pengunjung ketika memasuki gerbang utama eco-resort disambut dengan bangunan lobi yang terletak di tengah tapak. Fasilitas penerima sengaja diletakkan ditengah untuk meningkatkan fungsi kontrol terhadap kegiatan pengunjung. Seluruh pengunjung yang ingin menggunakan fasilitas eco-resort harus melewati lobi terlebih dahulu, kecuali bagi pengunjung pemandian air panas, sebab bangunan ini memiliki lobinya tersendiri. Aplikasi dari filosofi “patempatan” Sunda diterapkan dengan meletakkan bangunan berfungsi privat di kontur yang lebih tinggi, yaitu unit vila serta meletakkan bangunan berfungsi publik di kontur yang paling rendah, yaitu pemandian air panas. Gambar 8. Konsep Utilitas. Sirkulasi dalam tapak dibedakan menjadi dua, yakni jalur servis dan jalur buggy car. Kendaraan milik pengunjung harus diparkirkan di area parkir. Untuk itu, pihak pengelola menyediakan buggy car untuk mengakomodasi kebutuhan mobilisasi pengunjung dari parkiran menuju unit vila atau fasilitas lain. Jalur servis dibuat mengelilingi area eco-resort. Jalur servis ini berfungsi sebagai sirkulasi loading dan unloading barang sekaligus menjadi jalur darurat bagi pemadam kebakaran. Jurnal ARSTEKTUR 01 | 7 Sari Ater Eco-Resort Gambar 10. Perspektif Mata Burung. 2) Hasil Perancangan Bangunan Pada Sari Ater Eco-Resort, terdapat dua jenis vila yang dirancang yaitu Superior Villa dan Deluxe Villa. Total seluruh vila adalah sebanyak 23 unit. Bangunan lobi terdiri dari satu ruangan besar untuk area menunggu pengunjung, ruang manajer, serta area resepsionis. Bangunan ini berkonsep terbuka. Kolom kayu diekspos untuk menyatukan bangunan dengan alam sekitar. Gambar 11. Perspektif Eksterior Superior Villa. Gambar 13. Perspektif Bangunan Lobi. Gambar 12. Perspektif Eksterior Deluxe Villa. 8 | Jurnal ARSTEKTUR 01 Fasilitas pendukung dalam proyek ini terdiri dari bangunan restoran dan breakfast area, ruang serbaguna, bangunan SPA, serta pemandian air panas. Bangunan restoran dan ruang serbaguna terletak di seberang bangunan lobi. Akses ketiganya dibuat mudah dan berdekatan karena fungsinya sebagai area pendukung dan komersil. Fitra Febrina Fasilitas SPA dibuat dengan tambahan ruang pijat outdoor. Konsep bangunan ini dibuat terbuka dengan sentuhan elemen air untuk menambahkan ketenangan bagi pengunjung yang menggunakan fasilitas ini. Arsitektur bangunan ini sama dengan bangunan lainnya, yakni menggunakan atap sunda dan berstruktur beton berupa bangunan panggung. Catatan Pembimbing Perancangan eco-resort ini berupaya memperhatikan unsur lingkungan dan budaya setempat dalam desain bangunan dan rencana tapak. Kekhasan tapak yang berkontur dimanfaatkan untuk memaksimalkan pemandangan dan privasi dari masing-masing vila serta kekhasan fasilitas rekreasi yang berbasis air panas. Suasana yang alami dan adaptasi Arsitektur Sunda mendukung kekhasan keberadaan unsur alam, yakni sumber air panas yang ada. Perpaduan konteks alam dan solusi perancangan membuat kawasan eco-resort ini menarik sebagai destinasi wisata, khususnya bagi wisatawan mancanegara. Daftar Pustaka Gambar 14. Perspektif Bangunan SPA. Fasilitas pemandian air panas yang disediakan dalam eco-resort ini mengadopsi konsep “onsen” Jepang, yang mana kolam air panas yang biasanya berukuran besar dipecah menjadi beberapa kolam kecil yang dilengkapi dengan ruang ganti masing-masing. Hal ini ditujukan agar privasi pengunjung semakin terjaga. Gambar 15. Perspektif Suasana Hot Spring Area. Pembimbing dan Penguji Artikel ini merupakan laporan perancangan Tugas Akhir Program Studi Sarjana Arsitektur SAPPK ITB. Pengerjaan tugas akhir ini di-supervisi oleh pembimbing Dr. Ing. Ir. Himasari Hanan, MAE. dan penguji Dr. Ir. Agustinus Adib Abadi, M.Sc. dan Permana, ST., MT. Abraham, Martin (2007). Encyclopedia of Sustainable Technologies. Elsevier Science & Technoloy Books. Ardiansyah, Rendra (2003). Pengembangan Kawasan Wisata Ciater di Subang: Penekanan Desain Arsitektur Ekoturisme. Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro. BAPPEDA, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2011-2031. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang. Kab. Subang. deRoos, J. A. (2011). Planning and Programming a Hotel. Cornel University, School of Hospitality Administration. Design Media Publishing Limited. 2013. Mountain Resorts. Hongkong. Kishnani, Nirmal T. (2016). Menghijaukan Asia. Jakarta: PT Holcim Indonesia Tbk. Komar, Richard (2006). Hotel Management. Jakarta: Grasindo. Kurniasih, Sri. 2007. Prinsip Hotel Resor. Jakarta. Lawson, Fred. 1995. Hotel and Resort, Planning, Design and Refurbishment. Watson-Guptil Publication. Rutes, A. Walter, Richard P, Lawrence. 2007. Hotel Design Planning and Development. London: W. W. Norton & Company. Setiawan, Dimas Ramdan. 2016. Perancangan Ciater Resor Hotel. Universitas Komputer Indonesia. Jurnal ARSTEKTUR 01 | 9 View publication stats