Uploaded by aryafahreva

Pekan8 Group 10 Tugas Pekanan (Revisi)

advertisement
HSE Worksheet 2020
Tugas Pekanan (K3LL-03)
“1 Orang Tewas dan 3 Lainnya Luka Bakar Tersengat Listrik di
Depok”
Muhammad4 and Arya Wirtanu2
Department of Civil Engineering
Bangga Rakana A5
Department of Electrical Engineering
Verolisa3 and Jenny Azzahra1
Department of Chemical Engineering
(*Number indicates person in the group picture from left to right)
Group Picture (Insert group picture here)
1. Penjelasan Kecelakaan yang Terjadi (5W1H), Kronologi Kejadian, dan Informasi Kejadian
1.1 Berita kecelakaan kerja
“1 Orang Tewas dan 3 Lainnya Luka Bakar Tersengat Listrik di Depok”
Sumber: Kompas.com - 30/08/2018, 21:05 WIB
Penulis: Cynthia Lova | Editor: Egidius Patnistik
DEPOK, KOMPAS.com - Lima orang pria tersetrum listrik di Perumahan Banjaran Residence Cilangkap, Tapos,
Depok, Rabu (29/2018) malam. Satu di antaranya, yaitu seorang petugas keamanan bernama Mohammad Sobri (37), tewas
seketika di lokasi kejadian. Tiga orang lainnya yang merupakan buruh bangunan menderita luka bakar di kaki dan tangan.
Seorang lagi, juga seorang buruh bangunan, walau ikut tersetrum tetapi tidak menderita luka. Kapolsek Cimanggis Suyud
mengatakan, Sobri sempat dilarikan warga ke Klinik Dokter Okta di Cilangkap Tapos. “Saat dia terkapar dia sempat dibawa
ke klinik. Namun sampai di sana nyawanya sudah tidak ada,” kata Suyud saat dihubungi, Kamis.
Tiga orang yang menderita luka bakar itu dilarikan ke RS Bina Husada, Cibinong, untuk mendapatkan perawatan.
“Mereka adalah Muhamad Irsad (27), Agus (31), dan Encep Saepudin (29). Ketiganya merupakan warga Garut, Jawa Barat.
Mereka sudah di bawa ke rumah sakit,” kata Suyud. Suyud mengatakan, dari keterangan saksi, Sobri awalnya meminta
tolong kepada empat buruh di perumahan itu untuk memasang tiang portal perumahan. “Saat tiang didirikan, kata dia, tiang
besi menyentuh kabel listrik di atasnya sehingga kelima orang itu terpental. Satu orang tewas seketika, satu selamat tanpa
luka, dan tiga orang lainnya mengalami luka bakar akibat sengatan listrik," kata Suyud. Suyud mengatakan, korban yang
selamat tanpa luka dalam peristiwa itu adalah Robby Gunawan (28) warga Garut, Jawa Barat. “Jadi saat pemasangan itu
kata korban yang masih selamat, mereka tidak melihat kalau ada pemasangan tiang portal itu sehingga menyentuh tiang itu
lalu tersengat,” ujar Suyud.
Saat ini pihak kepolisian masih menyelidiki kasus itu dengan meminta keterangan saksi dan korban yang selamat
serta luka-luka. “Kami telah datangi lokasi dan lakukan pemeriksaan pada saksi dan meminta keterangan korban-korban
yang selamat,” ucap Suyud. Hasil penyelidikan sementara, peristiwa itu murni kecelakaan kerja. “Mereka mengangkat
portal besi dan tak melihat kabel listrik yang ada di atas, sehingga tersengat listrik," kata Suyud.
1.2 Kronologi Kejadian
Berikut merupakan diagram kronologi logis dari kejadian tersebut:
Sobri awalnya
meminta tolong
kepada empat
buruh di
perumahan itu
untuk memasang
tiang portal
perumahan.
Mereka
mengangkat
portal besi dan
tak melihat
kabel listrik
yang ada di
atas.
Human Error Factor
Saat akan
didirikan, tiang
besi tersebut
menyentuh kabel
listrik di atasnya
sehingga kelima
orang itu terpental
karena tersengat
listrik.
Mohammad
Sobri (37),
seorang petugas
keamanan, tewas
seketika di lokasi
kejadian. Sobri
sempat dilarikan
warga ke Klinik
Dokter Okta di
Cilangkap Tapos.
Irsad (27), Agus
(31), dan Encep
Saepudin (29)
menderita luka
bakar di kaki dan
tangan,
sedangkan Robby
Gunawan (28)
walau ikut
tersetrum tetapi
tidak menderita
luka.
Kurangnya pengetahuan
pekerja terhadap prosedur
(SOP)
1
1.3 Penjelasan Kecelakaan yang Terjadi (5W1H)
Berikut merupakan analisa singkat 5W1H mengenai berita di atas:
• What : Lima orang pria tersetrum listrik
• Who
: Mohammad Sobri (37), Robby Gunawan (28) , Irsad (27), Agus (31), dan Encep Saepudin (29).
• Why
: Mereka mengangkat portal besi dan tak melihat kabel listrik yang ada di atas, sehingga tersengat listrik,
• When : Rabu, 29 Agustus 2018 malam
• Where : Perumahan Banjaran Residence Cilangkap, Tapos, Depok.
• How
: Saat akan didirikan, tiang besi tersebut menyentuh kabel listrik di atasnya sehingga kelima orang itu terpental
karena tersengat listrik.
1.4 Informasi Kejadian
1.4.1 Penyebab
Menurut (Suma'mur, 2009) faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja adalah:
- Faktor Lingkungan, dimana keadaan lingkungan kerja yang kurang baik (ventilasi jelek, penerangan cahaya
yang kurang dan suhu yang mengganggu). Pemeliharaan tata rumah tangga yang buruk (pengaturan mesinmesin dan peralatan kerja yang kurang baik). Perencanaan kerja yang buruk (tidak adanya pedoman atau
peraturan secara tegas, peralatan yang kurang mendukung).
- Faktor Mesin dan Peralatan, dimana peralatan mesin kerja yang diabaikan, tidak adanya peralatan pelindung
diri berupa sarung tangan, masker, pakaian kerja yang sesuai, dan lainnya.
- Faktor Manusia, dimana kurangnya kemampuan pekerja, kurangnya pengalaman, kurangnya kecakapan,
lambar dalam mengambil keputusan, kurang disiplin dalam bekerja, melanggar aturan, mengganggu teman
sekerja, perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan, tidak cocok
dalam fisik (cacat, kelelahan dan penyakit) dan mental (kejenuhan) yang semuanya dapat mempengaruhi
terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Berdasarkan sumber berita yang tertulis dikatakan bahwa sumber penyebab terjadinya kecelakaan yang
menyebabkan lima orang pria tersetrum listrik di Perumahan Banjaran Residence Cilangkap, Tapos, Depok, adalah
karena mereka tidak melihat adanya kabel listrik yang bergelantungan di atas saat akan mengangkat sebuah portal
besi, sehingga saat portal besi tersebut akan didirikan, tiang besi-nya menyentuh kabel listrik yang ada di atas dan
menyebabkan kelima orang itu terpental karena tersengat listrik.
Kemudian berdasarkan sumber berita dan definisi faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja, kelompok kami
memperoleh hasil analisis kemungkinan penyebab kejadian tersebut adalah sebagai berikut.
- Faktor Lingkungan: Perencanaan kerja yang buruk (tidak adanya pedoman atau peraturan secara tegas,
peralatan yang kurang mendukung).
- Faktor Manusia: Faktor akibat kelima korban yang terlibat dalam kecelakaan tersebut dapat menjadi kunci
utama terjadinya kecelakaan ini yaitu kurangnya kemampuan dan pengalaman bekerja, kurang disiplin dan
ketelitian dalam bekerja, dan tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan. Kurangnya kemampuan dan
pengalaman bekerja para kelima korban disebabkan karena ketidaksesuaian profesi kelima orang tersebut untuk
melakukan pekerjaan berkaitan dengan kelistrikan dimana satu di antaranya, yaitu seorang petugas keamanan
dan empat orang lainnya yang merupakan buruh bangunan. Kurang disiplin dan ketelitian dalam bekerja, serta
tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan membuat kelima orang tersebut tidak melihat adanya kabel listrik
yang bergelantungan di atas saat akan mengangkat sebuah portal besi tersebut.
- Faktor Mesin/ Peralatan: Kabel yang terbuka yang dapat menyebabkan bahaya kejut jika tersentuh, jaringan
listrik yang tidak terlindung oleh Isolator, peralatan dan komponen listrik rusak, atau kebocoran arus listrik
pada peralatan listrik dengan kerangka yang terbuat dari logam. Hal- hal tersebut memperbesar kemungkinan
terjadinya kecelakaan ini dimana saat tiang besi menyentuh kabel listrik yang ada di atas, aliran listrik dari
kabel langsung merambat melalui tiang besi dan menyetrum kelima orang tersebut.
2
1.4.2
Dampak (Pekerja, Perusahaan, Lingkungan)
Dampak Kecelakaan Kerja terhadap Pekerja / Karyawan
Beberapa dampak yang dirasakan oleh pekerja / karyawan diantaranya
1. Cedera sedang atau ringan, berat, bahkan menyebabkan kematian jika sampai tersengat listrik.
2. Mengakibatkan stres, trauma, atau masalah kejiwaan. Sisi psikologis karyawan menjadi tertekan setelah
mengalami kecelakaan kerja.
3. Produktivitas karyawan pun menjadi terhambat selama proses pemulihan. Atau jika sampai mengalami
cacat fisik, berarti karyawan tersebut tak dapat lagi bekerja secara normal seperti sebelumnya.
Dampak Kecelakaan Kerja Terhadap Perusahaan
Perusahaan pun turut merasakan dampak dari terjadinya kecelakaan kerja. Walau mungkin perusahaan dapat
mencari karyawan pengganti, namun tetap harus efek kecelakaan kerja itu harus dirasa lebih dahulu. Beberapa
akibat yang dirasa perusahaan bila terjadi kecelakaan kerja, di antaranya
1. Rusaknya perlengkapan atau bangunan yang disebut aset perusahaan akibat terbakar karena percikan api
dari sengatan listrik. Maka, perusahaan harus memikul biaya perbaikannya.
2. Punya potensi menyebabkan turunnya kekuatan karyawan setelah kembali dapat bekerja. Dapat karena
keadaan fisik yg tidak senormal sebelumnya ataupun turunnya semangat kerja karyawan. Dengan kata
lain, hal semacam ini berpengaruh pada produktivitas pabrik.
3. Bila ingin merekrut pekerja atau karyawan baru, perusahaan pun perlu keluarkan biaya lagi. Baik untuk
biaya rekrutmen ataupun biaya untuk melatih pekerja baru.
4. Kerugian akibat harus membiayai seluruh fasilitas kesehatan pekerjanya yang terkena sengatan listrik.
5. Kerugian akibat harus membiayai seluruh biaya kompensasi pekerjanya yang meninggal terkena sengatan
listrik.
6. Kerugian akibat rusaknya mesin, bahan material, perkakas, atau peralatan lainnya akibat terkena percikan
api (terbakar) akibat sengatan listrik.
7. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi pesanan pada waktunya,
kehilangan bonus, pembayaran denda ataupun akibat-akibat lain yang serupa.
Dampak Kecelakaan Kerja Terhadap Lingkungan
Tidak hanya pekerja ataupun perusahaan, lingkungan pun turut merasakan dampak dari terjadinya kecelakaan
kerja. Lingkungan ini bisa berupa lingkungan masyarakat dan lingkungan alam, beberapa dampaknya di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Karena produktivitas perusahaan yang terhambat, maka kebutuhan masyarakat (lingkungan) akan produk /
jasa dari perusahaan tersebut juga ikut akan terhambat.
2. Polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan masyarakat sekitar dan dapat mengganggu binatang
udara maupun binatang darat serta tumbuh-tumbuhan.
3. Polusi udara yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem udara yang dapat menjadi sumber
pemanasan global.
4. Menimbulkan trauma bagi keluarga korban maupun masyarakat sekitar lokasi kecelakaan.
1.4.3
Penanggulangan Pasca Kejadian (Jangka Pendek Dan Panjang)
Penanggulangan jangka pendek pasca kejadian
Penanggulangan jangka pendek ini berorientasi jangka pendek dan bersifat temporary atau sementara.
Pendekatan penanggulangan atau pengendalian ini dilakukan apabila penanggulangan yang bersifat permanent
belum dapat atau sulit dilaksanakan. Pengendalian ini dimulai dari pemakaian alat pelindung diri, administrasi,
isolasi, rekayasa teknik, substitusi, baru kemudian eliminasi.
Berikut merupakan penanggulangan jangka pendek yang sudah dilakukan pasca kejadian tersebut:
1. Tiga orang yang dilaporkan mengalami luka bakar akibat sengatan listrik a ini langsung dibawa ke RS
Bina Husada, Binong, untuk mendapatkan perawatan.
3
2. Memasang garis polisi di sekitar lokasi kejadian dan segera dilakukan olah TKP oleh polisi untuk
mengetahui kronologi dan penyebab kecelakaan.
3. Melakukan penyelidikan secara mendalam untuk mengetahui akar masalah penyebab kecelakaan dan
untuk mengetahui pihak terkait yang bertanggungjawab atas terjadinya kecelakaan ini.
4. Menggunakan sarung tangan dan sepatu khusus untuk bahaya listrik, menyimpan peralatan listrik yang
tidak digunakan, di tempat yang kering.
5. Tidak menggunakan atau mengoperasikan atau dekat-dekat dengan arus listrik/peralatan listrik ketika
ada bagian tubuh yang basah/berkeringat.
6. Memastikan bahwa saklar daya utama untuk mematikan daya listrik mudah dijangkau dan jelas
ditandai, sehingga dapat dengan cepat dimatikan dalam keadaan darurat.
Selain itu, berikut merupakan penanggulangan jangka pendek yang dapat dilakukan pihak masyarakat pasca
kejadian tersebut:
1. Penyediaan dan pemakaian APD (alat pelindung diri) bagi setiap orang yang akan mengoperasikan
atau menggunakan listrik untuk menjamin keselamatan orang tersebut.
2. Melakukan pengecekan dan pemeliharaan mesin dan listrik secara berkala.
3. Mengisolasi bagian aktif/bertegangan sehingga tidak ada potensi arus kejut
4. Menutup dengan penghalang atau selungkup, membuat rintangan sehingga dapat meminimalisir
potensi arus kejut atau kecelakaan kerja akibat arus listrik.
5. Memberi jarak aman atau diluar jangkauan untuk mencegah terkena arus kejut dan kecelakaan kerja
akibat arus listrik.
6. Melakukan rehabilitasi pada alat-alat dan bangunan yang mengalami kerusakan sehingga dapat segera
beroperasi kembali.
7. Memasang ulang peralatan listrik dengan memasang grounding/pembumian, sehingga ketika ada arus
kejut maka arus listrik mengalir ke tanah dan dapaat melindungi arus kejut dari tubuh. Selain itu,
grounding memperkecil resistansi alat dan bumi.
8. Mengganti peralatan listrik yang sudah tidak layak dengan yang baru yang sesuai dengan standar
keamanan listrik atau dengan menggunakan kabel tiga kawat/ three-wire-cord dengan kontak yang tergrounding.
Penanggulangan jangka panjang pasca kejadian
Penanggulangan jangka panjang ini berorientasi berorientasi jangka panjang dan bersifat permanen.
Penanggulangan atau pengendalian ini dimulai dari pengendalian eliminasi (menghilangkan sumber bahaya),
substitusi (mengganti sumber bahaya dengan yang lebih aman digunakan), rekayasa teknik (dengan modifikasi,
sensor, pemasangan pengaman mesin), isolasi atau pembatasan, administrasi dan terakhir dengan menggunakan
alat pelindung diri.
Berikut merupakan penanggulangan jangka panjang yang dapat dilakukan pihak perusahaan pasca kejadian
tersebut:
1. Manajemen pencegahan dan penanggulangan K3 Kelistrikan yang dilakukan pada pra kecelakaan, saat
kecelakaan dan pasca kecelakaan.
• Kegiatan yang dilakukan untuk pra kecelakaan yaitu menetapkan kebijakan manajemen,
organisasi, prosedur, Identifikasi resiko terkena arus listrik/tersetrum, analisis resiko bahaya
terkena arus listrik, pembinaan dan pelatihan, Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
bahaya tersetrum ataupun terluka bahkan meninggal akibat terkena arus listrik.
• Pada saat terjadi kecelakaan sudah direncenakan kegiatan peyusunan tanggap darurat k3
kelistrikan yang selalu ditinjau ulang setiap tahun. Peyusunan tanggap darurat kebakaran tersebut
antara lain dengan lokalisir, evakuasi & rescue, dan pengamanan.
• Pasca terjadinya kecelakaan yang dilakukan adalah melakukan investigasi dan rehabilitasi.
Investigasi dilakukan agar kejadian kecelakaan kerja akibat arus listrik tidak terjadi lagi.
Rehabilitasi dilakukan pada alat-alat yang mengalami kerusakan.
2. Menutup semua instalasi yang terbuka, mengisolasi bagian aktif/konduktor, memperbaiki penutup instalasi
yang rusak dan memperbaiki atau mengganti peralatan yang russak.
4
3.
4.
5.
1.4.4
•
•
•
•
•
•
Menghindari lingkungan kerja yang tidak aman, mengecek / memeriksa kondisi kawat atau core cable,
memeriksa dan melakukan grounding, dan menggunakan peralatan / sistem grounding yang benar.
Menghindari penggunaan listrik yang melebihi kapasitasnya, memeriksa dan memelihara peralatan listrik
dengan baik, dan menggunakan peralatan/sistem pengaman.
Menyusun prosedur yang erat kaitannya dengan pencegahan bahaya kecelakaan kerja akibat arus listrik.
Prosedur tersebut seperti prosedur keadaan darurat, prosedur ijin kerja yang menggunakan sumber liatrik,
dan prosedur penanganan arus listrik. Prosedur-prosedur tersebut bertujuan agar pekerjaan dapat dilakukan
dengan baik dan tidak menimbulkan bahaya kecelakaan kerja. Setiap pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan
sesuai dengan tahapan-tahapan yang aman dan selamat dari bahaya. Fungsi lain dari prosedur ini adalah
agar setiap orang mengerti alur tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
Pencegahan Agar Tidak Terjadi Lagi (Yang Dilakukan Pihak Terkait)
Saat pengurusan IMB perlu untuk memperhatikan prosedur oembangunan apabila dekat dengan tiang listrik
Jarak aman perlu dibuat dari tiang kabel listrik
Kabel listrik bisa dipindah posisinya menjadi dibawah tanah untuk menghindari resiko yang ada
Pekerja yang mengerjakan perlu menggunakan alat pelindung diri (APD) agar tidak tersetrum
Perlu dibuatkan SOP pekerja agar dapat menghindari kejadian serupa di masa yang akan datang
Saat tersetrum listrik harus langsung menghubungi PLN untuk menyelesaikan permasalahan agar tidak ada
korban selanjutnya
2. Regulasi dan Standard yang Berkaitan dengan Kasus
Pemerintah telah mengatur standard K3 yang perlu diterapkan dalam pengerjaan proyek-proyek kelistrikan melalui
Peraturan Kementrian Tenaga Kerja (Permenaker)
2.1 Regulasi dan Standard Pemakaian
Berdasarkan ketentuan umum Permenaker No. 12 Tahun 2015 pasal 1 butir a dan b, disebutkan bahwa:
a. perusahaan ialah segala bentuk usaha berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Selain itu, perusahaan juga mencakup
usaha-usaha social dan usaha-usaha lainnya yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain
dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
b. pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri.
Berdasarkan ketentuan umum Permenaker No.12 Tahun 2015 pasal 2, disebutkan bahwa pengurus wajib
melaksanakan K3 listrik di tempat kerja. Kemudian, tujuan pelaksanaan K3 dalam kegiatan kerja bidang listrik atau
yang menyangkut listrik disebutkan pada pasal berikutnya yaitu pasal 3 butir a dan c yang berisi:
• Butir a :
Melindungi keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang berada di dalam
lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya listrik
• Butir c :
Menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong produktivitas
Persyaratan-persyaratan mendasar yang diperlukan dalam lingkungan kerja kelistrikan diatur dalam Persyaratan
Umum Instalasi Listrik (PUIL) yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSNi). Berdasarkan PUIL
Bagian 1 tentang Pendahuluan, prinsip fundamental dan definisi, berikut adalah proteksi yang perlu diperhatikan
ketika bekerja dalam lingkungan kerja berpotensi bahaya listrik:
-Proteksi terhadap efek kejut listrik
Untuk instalasi voltase rendah, sistem dan perlengkapan, proteksi dasar umumnya berkaitan dengan proteksi terhadap
sentuh langsung. Proteksi harus disediakan terhadap bahaya yang dapat timbul karena sentuh dengan bagian aktif
instalasi oleh manusia atau ternak. Proteksi dapat dicapai dengan salah satu metode berikut:
- mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak;
5
- membatasi arus yang dapat mengalir melalui badan ke nilai yang tidak berbahaya.
-Proteksi terhadap efek termal:
Instalasi listrik harus disusun sedemikian untuk meminimalkan risiko kerusakan atau tersulutnya bahan yang mudah
terbakar karena tingginya suhu atau busur api listrik. Demikian pula tidak boleh ada risiko luka bakar pada manusia
maupun ternak selama perlengkapan listrik beroperasi secara normal.
-Proteksi terhadap efek arus Lebih:
Manusia atau ternak harus diproteksi dari cedera, dan harta benda harus diproteksi dari kerusakan karena suhu yang
berlebihan atau stres elektromekanis karena arus lebih yang mungkin timbul pada konduktor.
-Proteksi terhadap efek arus gangguan:
Konduktor, selain konduktor aktif, dan bagian lain yang dimaksudkan untuk menghantarkan arus gangguan harus
mampu menghantarkan arus tersebut tanpa menimbulkan suhu yang berlebihan. Perlengkapan listrik, termasuk
konduktor harus dilengkapi dengan proteksi mekanis terhadap stres elektromekanis arus gangguan jika perlu, untuk
mencegah cedera atau kerusakan pada manusia, ternak dan harta benda.
Pada setiap perlengkapan listrik harus tercantum dengan jelas:
• nama pembuat dan atau merek dagang;
• daya, voltase, dan/atau arus pengenal;
• data teknis lain seperti disyaratkan SNI atau standar yang relevan.
2.2 Analisis Kasus Berdasarkan Regulasi dan Standar yang Berlaku
Berdasarkan Permenaker No. 12 Tahun 2015 yang sudah disebutkan, dapat disimpulakan bahwa kegiatan dalam
berita acuan termasuk ke dalam suatu kegiatan perusahaan dan tentunya memerlukan standard-standard K3 yang
sesuai dalam melaksanakan pekerjaan. Analisis dari kelompok kami adalah Tidak adanya orang yang bertugas
memimpin atau mengarahkan tim bekerja dengan standard K3 yang sesuai. Hal ini berdampak terhadap tidak adanya
penerapan standard K3 yang benar. Kecelakaan yang bersumber dari masalah kelistrikan ini membuat kelompok kami mengacu
Persyaratan Umum Istalasi Listrik (PUIL) dari Badan Standarisasi Nasional (BSNi) untuk standarisasi K3 di bidang kelistrikan.
Berdasarkan PUIL Bagian 1 yang berisi pendahuluan, prinsip fundamental, dan definisi, disebutkan potensi-potensi kecelakaan
yang dapat timbul di sekitar lingkungan kelistrikan, yaitu:
•
•
•
•
arus kejut listrik;
suhu berlebihan yang mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar atau efek cedera lain;
penyulutan atmosfer ledak yang potensial;
voltase kurang, voltase lebih dan pengaruh electromagnetik yang mungkin menyebabkan cedera
atau kerusakan
Mengacu kepada sumber berita, keempat hal tersebut terjadi pada korban. Nampaknya, para pekerja tidak memiliki
wawasan dan kemampuan yang baik untuk mengerjakan proyek ini. Terlihat tidak adanya perencanaan yang matang.
Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya penggunaan alat proteksi listrik dan penanganan cepat yang tepat pasca
kejadian.
3. Saran atau Usulan Solusi
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan ketika hal seperti ini akan terjadi lagi. Untuk mengurangi jumlah korban
dapat dilakukan hal berikut
a. Jangan langsung sentuh korban yang tersambar listrik, karena akan menimbulkan efek domino yang nantinya
akan menambah korban.
6
b. Gunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan karet minimal dalam melakukan pengerjaannya.
c. Mengerjakan pekerjaan dengan SOP yang rapih dan tidak berantakan sehingga mengurangi kecerobohan
yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
d. Perlu ditetapkan pengawas lapangan sebagai orang yang memantau jalannya pekerjaan dan memerhatikan
pekerjaan dilakukan dengan aman.
e. Dilakukan pengecekan ketinggian portal dengan kabel listrik di jalan sehingga dapat diantisipasi tidak terjadi
kontak.
f. Hubungi petugas medis terdekat untuk melakukan pertolongan pertama secepat mungkin.
g. Pemberian area batas kerja sehingga daerah pekerjaan tidak berantakan dan mengarah kemana2 yang
mendekati sumber bahaya.
4.
Foto-Foto Kejadian
Figure 1. Perumahan Banjaran Residence Cilangkap, Tapos, Depok.
Figure 2. Jenazah M. Soberi, Satpam Perumahan Banjaran Residen yang tewas akibat sengatan listrik
7
Figure 3. Polisi saat dimintai keterangan mengenai tewasnya M. Soberi akibat sengatan listrik
References
Hutagaol, A., Akibat Kecelakaan Kerja Terhadap Karyawan, Available: http://mediak3.com/akibat-kecelakaan-kerja-terhadap-karyawan /
February 9, 2016.
Lova, C., 1 Orang Tewas dan 3 Lainnya Luka Bakar Tersengat Listrik di Depok, Available: https://megapolitan.kompas
.com/read/2018/08/30/21052011/1-orang-tewas-dan-3-lainnya-luka-bakar-tersengat-listrik-di-depok , August 30, 2018.
ILO., Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja, Sarana untuk Produktivitas, Avaiable: https://www.ilo.org/wcmsp5/
groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf, November 10, 2020
8
Download