BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan bagi setiap makhluk hidup. Keberadaannya sangat berguna terutama bagi keperluan masyarakat baik digunakan untuk keperluan sehari-hari maupun digunakan dalam industri pabrik sebagai utilitas. Namun air yang dikonsumsi harus memenuhi kriteria yang tercantum dalam peraturan yang mengatur tentang kualitas air minum yang siap untuk dikonsumsi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh suatu komite yang membantu BAPEDAL bahwa terdapat senyawa yang menyebabkan ikan mati, yaitu polyclorinated biphenyls. Polychlorinated Biphenyls (PCB) adalah suatu senyawa organoklorine selain mempunyai sifat racun yang sama dengan pestisida, juga mempunyai sifat yang persisten di alam. PCB adalah senyawa kima beracun yang sangat berbahaya. Masuknya PCB yang utama ke dalam lingkungan dihasilkan dari penguapan selama pembakaran, bocoran, pembuangan cairan industri, dan buangan dalam timbunan dan urugan tanah. Dampak dari penggunaan PCB yaitu dapat memicu terjadinya kanker dengan mengganggu kerja hormon. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui suatu kandungan kuantitatif dan kualitatif senyawa Polychlorinated Biphenyls (PCB) dalam air. Metodenya yaitu dengan metode AAS dan metode Spektroskopi inframerah. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing dengan menggunakan alat yang berbeda sehingga kandungan suatu logam berbahaya seperti PCB dapat diketahui dengan menganalisisnya menggunakan 2 metode ini. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsurunsur yang pemakaiannya sangat luas di berbagai bidang. Metode ini memiliki prosedur yang selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (mencapai ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat, dan mudah untu dilakukan. Metode AAS dapat diterapkan untuk mendeteksi jumlah logam berat yang terdapat pada air. Spektroskopi inframerah merupakan teknik analisis kualitatif dari senyawa organik berupa spektrum unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Pada metode ini, masing-masing kelompok fungsional menyerap sinar inframerah pada berbagai frekuensi yang unik sehingga dari penyerapan tersebut dapat dilakukan pembacaan sehingga dapat diketahui senyawanya. Metode spektroskopi inframerah dapat diterapkan untuk mendeteksi logam berat yang terdapat pada air. 1.2. Tujuan Pembelajaran Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut: βͺ Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) 1. Memahami ciri-ciri air minum berkualitas yang siap untuk dikonsumsi 1 2. Memahami prinsip kerja, instrumen, dan analisis pada AAS 3. Memahami cara menentukan konsentrasi dengan metode AAS 4. Mengetahui keunggulan dan kekurangan metode AAS dalam hal limit deketksi, sensitivitas, dan ketelitian 5. Memahami hukum Lambert-Beer dan hubungannya dalam metode AAS serta hubungan antara absorbansi dengan volume dan konsentrasi pada metode adisi standar βͺ Spektroskopi Inframerah 1. Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia senyawa polychlorinated biphenyls serta batasbatasnya dalam peraturan lingkungan 2. Memahami prinsip kerja, instrumen, dan analisis pada spektroskopi inframerah 3. Mengetahui keungguglan dan kekurangan pada sepektroskopi inframerah 4. Mengetahui perbedaan antara spektoskopi inframerah dengan AAS 5. Mengetahui kegunaan fingerprint area dalam spektrum inframerah 6. Mengetahui aplikasi dari spektroskopi inframerah 2 BAB II SOAL DAN PEMBAHASAN 2.1. Kasus 1 Judul kasus : Analisis Logam Menggunakan Metode Spektroskopi Definisi masalah : Analisis kandungan logam berat pada air minum isi ulang TUGAS 1 1. Dengan berbekal informasi-informasi yang anda dapatkan dari berbagai sumber, dapatkah anda menjelaskan upaya apa yang perlu dilakukan oleh produsen air minum isi ulang, untuk mendapatkan air minum dengan kualitas tinggi? JAWAB Pada dasarnya untuk mendapatkan air minum dengan kualitas tinggi maka produsen air minum perlu memperhatikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas air minum itu sendiri diantaranya: a. Kondisi air sumber yang digunakan Kondisi air sumber yang dipakai pada depot air minum harus bersih dan tidak tercemar oleh mikroba. Oleh karena itu, sebelum melakukan pengolahan maka dilakukan pengecekan baik terhadap kondisi fisik maupun kimia dari air sumber. Apabila dalam air sumber masih terdapat zat pengotor didalamnya maka dapat dilakukan pengolahan awal atau yang biasa disebut sebagai pre-treatment sehingga dapat memudahkan dalam pengolahan proses untuk mendapatkan kualitas air minum yang baik. b. Kondisi peralatan dan proses produksi Kondisi peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan air minum isi ulang harus memenuhi syarat serta memiliki kualitas yang baik, terjaga, serta perlunya dilakukan pengecekan secara rutin terhadap alat yang digunakan sehinga proses produksi yang terjadi dapat berjalan maksimal dan mendapatkan air dengan kualitas yang baik. c. Kebersihan pekerja Kondisi kebersihan karyawan harus sehat dan bebas terkontaminasi dari hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas produksi air minum sehingga diperlukan alat pekerja seperti sarung tangan yang higenis, masker, alkohol yang digunakan untuk membersihkan serta ruangan yang steril dan bebas dari kontaminan. d. Kondisi sanitasi depot Kondisi sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan pencemaran mikroba serta pemilihan lokasi pengolahan air minum sebaiknya tidak terletak pada tempat yang terkena paparan cahaya sinar matahari langsung karena dapat mendukung pertumbuhan bakteri pada air dan terhindar dari hal-hal yang dapat mengkontaminasi produksi air minum. 3 2. Apakah Anda setuju bahwa kandungan logam berat dalam air minum selalu berdampak buruk bagi kesehatan manusia? Bagaimana Anda menjelaskan bahaya logam berat tersebut terhadap kesehatan manusia? JAWAB Logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 g/cm3. Logam-logam berat merupakan salah satu dari bahan pencemar lingkungan, dan beberapa dari unsur logam tersebut merupakan logam yang paling berbanaya, diantara unsur-unsur logam berat pencemar tersebut adalah Arsen (As), Timbal (Pb), Merkuri (Hg) dan Kadmium (Cd). 1) 2) Berdasarkan kegunaannya, logam berat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: Golongan yang dalam konsentrasi tertentu berfungsi sebagai mikronutrein, yang bermanfaat bagi kehidupan organisme perairan, contohnya Cu, Fe, Zn Golongan yang sama sekali belum diketahui manfaatnya bagi organisme perairan, bahkan diyakini sebagai zat toksik, contohnya Pb, Hg, Cd, As Sifat dari logam-logam ini adalah mempunyai afinitas yang besar dengan sulfur (belerang). Logam-logam ini menyerang ikatan sulfida pada molekul-molekul penting sel misalnya protein (enzim), sehingga enzim tidak berfungsi. Ion-ion logam berat bisa terikat pada molekul penting membran sel yang menyebabkan terganggunya proses transpor melalui membran sel. Salah satu logam berat yang berbahaya adalah Kadmium (Cd). Kadmium adalah dapat terakumulasi pada tubuh makhluk hidup karena mudah diadsorpsi, dan pastinya dapat mengganggu sistem pernapasan serta pencernaan. Jika teradsorpsi ke dalam sistem pencernaan, kadmium akan membentuk kompleks dengan protein sehingga mudah diangkut dan menyebar ke hati dan ginjal bahkan sejumlah kecil dapat sampai ke pankreas, usus, dan tulang. Selain itu, kadmium juga akan mengganggu aktivitas enzim dan sel. Hal ini akan menimbulkan teratogenik, mutagenik, dan karsinogenik. • Teratogenik : perkembangan sel yang tidak normal selama kehamilan yang berujung pada terjadinya cacat lahir. Contohnya : Spina Bifida (Kelainan pembentukan vertebra yang tidak sempurna) Gambar 1. Spina Bifida Sumber: http://pennstatehershey.adam.com/content.aspx?productId=42&pid=42&gid=000140 4 • • Mutagenik : sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom yang dapat merubah genetika Karsinogenik : sifat bahan yang dapat menyebabkan pertumbuhan sel kanker, yaitu sel liar yangdapat merusak jaringan tubuh. Sel Kanker memiliki sifat sebagai berikut: 1) Immortal : Pembelahan sel secara tidak terbatas. 2) Independen dari kontrol normal tubuh yang membatasi pertumbuhan dan pembelahan. 3) Invasif : Menyerang jaringan-jaringan lain. Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Selain itu, kadmium juga dapat menyebabkan Osteomalasea, yaitu kelainan pada tulang yang menyebabkan tulang menjadi lunak dan rapuh sehingga tulang mudah mengalami patah tulang. Kerapuhan tulang merupakan akibat dari penurunan asupan vitamin D atau efek samping gagal ginjal. Hal ini juga berhubungan dengan gangguan keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal. Sebagian besar Cd masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urin. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam ginjal dan hati terutama terikat oleh metalothionein. Metalotionien merupakan senyawa protein yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal, dan logam berat lain. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim. Gambar 2. Struktur Metalotionin saat Mengikat Cd Sumber: https://cadmium-binding.wikispaces.com/Metallothioneins Kadmium juga dapat terakumulasi di ginjal setelah diikat oleh metalothionien. Kompleks kadmium-metalothionien (CdMT) melewati glomerulus dan diserap oleh tubulus proksimal. Kemudian, Kadmium dilepas dari protein Metalotionien dan dapat terakumulasi lisosom. CdMT terurai menjadi Cd2+ dan menginhibisi fungsi lisosom yang menyebabkan kerusakan sel tubulus proksimal ginjal. Menumpuknya kadmium dalam ginjal dapat menyebabkan degenerasi sel-sel ginjal. Gejala klinis keracunan kadmium kronis sangat mirip dengan penyakit glomerulo-nephritis. Oleh karena itu, gejala keracunan kadmium ini selalu disertai dengan proteinuria, glukosuria, kadar kalsium dan asam-amino dalam urine juga meningkat. 5 3. Bila anda diminta untuk memberikan informasi tentang AAS, bagaimana anda menjelaskan prinsip penentuan konsentrasi logam dengan spektroskopi absorpsi kimia? JAWAB Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalnya Natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Untuk menentukan konsentrasi sampel dengan Teknik spektrometri, terdapat metode yang biasa digunakan, antara lain adalah sebagai berikut: a. Metode kurva kalibrasi Kurva kalibrasi digunakan untuk menentukan konsentrasi dari suatu elemen dalam larutan yang belum diketahui. Dalam metode ini, dibuat larutan standar/instrumen dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin tinggi pula absorbansinya dalam menyerap radiasi. Selanjutnya larutan sampel diukur absorbansinya dan dicocokkan pada kurva kalibrasi instrument atau larutan standar. b. Metode standar tunggal Metode ini menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standard (Astd) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrofotometri. Astd/Cstd = Asmp/Csmp Csmp = (Asmp/Astd).Cstd Di mana Astd = absorbansi larutan standar, Cstd = konsentrasi larutan standar, Asmp = absorbansi sampel, dan Csmp = konsentrasi sampel. c. Metode adisi standar Adisi standar digunakan saat jumlah larutan standar melimpah. Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode adisi standar, sejumlah volume sampel dimasukkan ke banyak labu. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu tanpa penambahan larutan standar. Larutan selain itu ditambahkan larutan standar terlebih dahulu lalu diencerkan sampai volumenya sama dengan larutan pertama. Setelah itu diukur absorbansinya menggunakan AAS. Menurut hukum Lambert-Beer, Ax = k.Cx AT = k(Cs+Cx) 6 Keterangan: Cx = konsentrasi larutan sampel Cs = konsentrasi larutan standar yang ditambahkan ke larutan sampel Ax = Absorbansi larutan sampel (tanpa penambahan zat standar) AT = Absorbansi larutan sampel + zat standar Maka dari itu, dapat diperoleh konsentrasi larutan sampel dari rumus berikut: Cx = Cs x {Ax/(AT-Ax)} 4. Bagaimana anda menjelaskan keunggulan teknik analisis AAS dibandingkan analisis lain dalam hal limit deteksi, sensitivitas danketelitian. JAWAB Teknik analisis spektroskopi atomik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) 2. Atomic Emission Spectroscopy (AES) 3. Atomic Fluorescence Spectroscopy (AFS). Namun, ketiga jenis teknik analisisspektroskopi atomik ini mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing. Untuk Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) memiliki beberapa keunggulan dalam hal deteksi, sensitivitas dan ketelitian dibandingkan dengan 2 jenis spektroskopi atomik lainnya, yaitu: a. Deteksi Pada metode analisis AAS, limit deteksi lebih baik dibandingkan dengan metode analisis AES. Hal ini karena pada metode AAS, getaran transisi jarang terjadi dan monokromator yang digunakan menghasilkan radiasi dengan lebar panjang gelombang yang kecil. Selain itu metode inidapat mengukur konsentrasi hingga part per billion (ppb). Lagipula, secara umum metode ini bebas dari gangguan. Gangguan yang biasa terjadi adalah efek matriks yang mempengaruhi proses pengatoman. Komposisi kasar dari sampel mempengaruhi disosiasi sampel. Sedangkan pada metode AES, biasanya terjadinya getaran transisi ditutupi oleh transisi elektronik yang menutup ruang garis yang belum sepenuhnya terbaca oleh spektrometer, sehingga limit deteksinya kurang akurat. Meskipun pada pengaplikasiannya, metode AFS merupakan metode yang paling baik dalam limit deteksi. Tetapi dalam penerapannya, metode AFS sangat sulit. Hal itu dikarenakan instrumen pada metode ini sulit didapatkan. Pada metode AFS menggunakan ion anorganik tetapi hanya sedikit ion anorganik yang menghasilkan cahaya fluorescences, sehingga penerapannya terbatas pada senyawa organik. Sedangkan pada metode AAS, penerapannya lebih mudah karena instrumennya mudah didapat dan harganya relative murah. Metode AAS juga lebih lazim digunakan dalam analisis senyawa di berbagai bidang. b. Sensitivitas 7 Sensitivitas pada metode analisis AAS lebih tinggi, karena padametode ini interferensi dari garis – garis spektrum dari unsur lain diperkecil, sehingga data yang didapat lebih akurat akurat. Selain itu metode ini jugadapat menentukan konsentrasi logam meski dalam sampel yang konsentrasinya kurang dari 0,5 ppm dan dapat digunakan untuk menganalisis konsentrasi lebih dari 62 logam yang berbeda dalam suatu larutan. Pada metode AES sensitivitas cenderung rendah, karena menggunakan polychromator sehingga garis –garis yang terbentuk merupakan garis ganda atau lebih dan beberapa garis spektrum letaknya berdekatan sehingga menyulitkan analisis. Kemudian pada metode AFS sensitivitasnya rendah karena hanya dapat menganalisa senyawa organik. Bahkan hanya senyawa organik tertentu yang menghasilkan cahaya fluoresens. Gangguan seperti pengaruh saringan dalam dan pemadaman juga ikut mempengaruhi sensitivitas. c. Ketelitian Dalam metode AAS ketelitian dalam pengukuran reltif lebih tinggi karena metode ini bebas gangguan, sehingga kesalahan relatif hanya mencapai 1% - 2% bahkan bisa kurang dari 1% kecuali pada deteksi logamalkali. Metode AAS juga lebih unggul dalam hal pengukuran konsentrasi logam dibanding dengan Fotometri, karena pengukuran logam harus dilakukan pada saat eksitasi. Pada AAS hal ini lebih mudah dilakukan karena pengukuran dapat dilakukan dalam keadaan steady. Sedangkan pada metode AES kemungkinan terjadinya pernyimpangan mencapai 2% - 50%. Kesalahan sebesar 2% didapat bila berada pada keadaan di bawah kondisi yang tepat, namun bila tidak hati – hati kesalahan bisa mencapai diatas 50% (tingkat akurasi rendah). Pada metode AFS, tingkat ketelitiannya sangat tinggi hanya saja jika digunakan untuk analisis senyawa organik dengan konsentrasi yang rendah. 8 TUGAS 2 Dik: Untuk mengetahui konsentrasi suatu sampel, digunakan metode AAS adisi standar. V sampel= 10 ml V akhir= 50 ml C standar= 12,2 ppm Volume sampel Pb, ml 10.0 10.0 10.0 10.0 10.0 Volume standar Pb, ml 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 Aborbansi 0.210 0.292 0.378 0.467 0.554 1. Bagaimana anda membuat suatu persamaan yang menghubungkan absorbansi (A) dengan besaran Vs, Vx, Cs, Cx serta VT berdasarkan hukum Lambert-Beer? JAWAB Persamaan mencari konsentrasi sampel dengan metode adisi standar secara umum adalah sebagai berikut: πΆπ‘ππ‘ππ = πΆπ₯ ππ₯ + πΆπ ππ πΆπ₯ ππ₯ πΆπ ππ = + ππ ππ ππ Berdasarkan hukum Lambert-Beer, maka π΄π = π. πΆπ‘ππ‘ππ Sehingga πΆπ₯ ππ₯ + πΆπ ππ πΆπ₯ ππ₯ πΆπ ππ π΄ = πΎ( )=πΎ +πΎ ππ ππ ππ Keterangan: Cx Cs Vx Vs VT K A = konsentrasi sampel = konsentrasi larutan standar = volume sampel = volume larutan standar = volume total = konstanta proporsionalitas = absorbansi 9 2. Bila intersep pada plot di atas bernilai a sedangkan kemiringan kurva pada no.1 di atas bernilai b, bagaimana anda mendapatkan persamaan untuk menentukan konsentrasi sampel: Cx = (a.Cs)/(b.Vx) JAWAB Dengan membuat grafik pada program Microsoft Excel, diperoleh grafik dan persamaan sebagai berikut: Grafik Hubungan antara Volume Standar dengan Absorbansi 0.6 Absorbansi 0.5 0.4 y = 0.0086x + 0.2076 0.3 0.2 0.1 0 0 10 20 30 40 50 Volume standar yang ditambahkan (ml) π΄= πΎ πΆπ₯ ππ₯ πΆπ ππ +πΎ ππ ππ π + π π₯ π¦ = πΆπ₯ ππ₯ πΎ = π … … … … … … (1) ππ πΆπ πΎ = π … … … … … … … . (2) ππ ππ = π₯ Melalui substitusi, maka ππ πππ = πΆπ₯ ππ₯ πΆπ π πΆπ πΆπ₯ = π ππ₯ π 3. Bagaimana anda menentukan konsentrasi larutan sampel berdasarkan data yang anda peroleh di atas? Konsentrasi dapat ditentukan dengan pertama-tama mencari persamaan garis yang menunjukkan hubungan antara absorbansi dengan volume larutan standar yang ditambahkan. Selanjutnya, dicari nilai k (konstanta proporsionalitas) yang merupakan gradien garis. Setelah itu, informasi-informasi yang telah didapatkan dimasukkan ke dalam rumus. 10 πΆπ₯ ππ₯ + πΆπ ππ πΆπ₯ ππ₯ πΆπ ππ π΄ = πΎ( )=πΎ +πΎ ππ ππ ππ Konsentrasi juga bisa didapatkan dengan mencari intersep (a) dan gradien garis (b) dan memasukkannya pada rumus berikut. πΆπ₯ = π. πΆπ π. ππ₯ π¦ = ππ₯ + π Berdasarkan grafik, diperoleh persamaan garis sebagai berikut: π¦ = 0.0086π₯ + 0.2076 Karena y=bx+a, maka π = 0.0086; π = 0.2076 πΆπ₯ = 0.2076π₯12.2 = ππ. ππ πππ 0.0086π₯10 11 2.2. Kasus 2 Judul kasus : Analisis Kualitas Air Menggunakan Metode Spektroskopi Inframerah Definisi masalah : Air sungai di daerah Tangerang mengandng senyawa polychlorinated biphenyls sehingga diperlukan suatu analisis untuk mengidentifikasinya. TUGAS 1 1. Apakah memang polychlorinated biphenyls berbahaya bagi kehidupan ikan/makhluk hidup di perairan? Ya, PCB sangat berbahaya bagi kehidupan ikan maupun mahluk hidup lain di perairan karena kontaminan – kontaminan senyawa kimia pada PCB dapat larut dalam air dan berikatan dengan sedimen ataupun terjadi akumulasi di dalam tubuh organisme laut. Selain itu juga PCB yang masuk dalam ekosistem perairan akan mengalami pemekatan sehingga terjadi pengendapan pada dasar perairan dan menyebabkan air menjadi keruh dan dapat mengurangi jarak penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. PCB sangat berbahaya karena memiliki sifat sangat stabil dan sulit terurai di lingkungan dan termasuk dalam POP’s (Persisten Organics Polutan), mempunyai half life yang panjang (8 sampai 10 tahun), tidak larut dalam air, serta mengalami reaksi biokimia dalam tubuh dan mudah terakumulasi dalam jaringan tubuh mahkluk hidup. Adanya PCB dalam air laut adalah karena proses “leaching” yang berasal dari darat yang diakibatkan oleh kegiatan industri yang menggunakan senyawa PCB, dan ada juga yang berasal dari buangan akibat penggunaan alat kapasitor dan transformer dalam alat ini yang mengandung senyawa PCB (Law,1983) Tanabe et al. (1986) menemukan PCB dalam air laut lebih kecil dari 1 ng/l. 2. Bagaimana batas kandungan senyawa tersebut dalam badan air yang membahayakan kehidupan makhluk hidup? Kerangka umum pengaturan mengenai Polychlorinated Biphenyls (PCBs) diatur dalam: a. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan b. PP No. 74/2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun c. PP No. 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun d. Regulasi lain yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Apabila berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup maka Polychlorinated Biphenyls (PCBs) diatur dalam Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-02/MENKLH/1998. 12 Tabel 1. Polychlorinated Biphenyls (PCBs) (sumber: Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP02/MENKLH/1998 Tanggal: 19 Januari 1998) Di mana: ** = Kadar radioactivitas mengikuti peraturan yang berlaku. *** = Limbah pestisida yang berasal dari industri yang memformulasi atau memproduksi dan dari konsmen yang mempergunakan untuk pertanian dan lain-lain tidak boleh menyebabkan pencemaran air yang mengganggu pemanfaatannya. TUGAS 2 3. Bagaimana anda menjelaskan pada Budiman mengapa metoda analisis spektroskopi infra merah dapat digunakan untuk analisis senyawa polychlorinated biphenyls dalam sampel? JAWAB Spektrofotometri infra merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 ± 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 ± 10 cm-1. Metode spektroskopi infra merah merupakan suatu metode yang meliputi teknik serapan (absorption), teknik emisi (emission), teknik fluoresensi (fluorescence). Komponen medan listrik yang banyak berperan dalam spektroskopi umumnya hanya komponen medan listrik seperti dalam fenomena transmisi, pementulan, pembiasan, dan penyerapan. Metode spektroskopi absorpsi inframerah merupakan salah satu jenis spektroskopi molekular yang sangat efektif untuk mengidentifikasi senyawa organik dan anorganik murni karena hampir semua spesi molekular (kecuali beberapa molekul homogen seperti N2, O2, dan Cl2) dapat mengabsorbsi radiasi infra merah. Pada senyawasenyawa seperti N2 dan O2, Senyawa tersebut tidak memiliki perubahan momen dipol dalam vibrasi maupun rotasinya sehingga tidak dapat mengabsorpsi sinar IR. 13 Gambar 3. Sektrofotometer Infra Merah Sumber: http://www.zelian.com.ar/espectrofotometro-uv-visible-doble-haz-marcathermo-scientific-modelo-evolution-600--det--EQL-02111 Spektrofotometri Infra-merah dapat mendeteksi suatu senyawa atau molekul yang mempunyai bilangan gelombang berkisar antara 4000-690 cm-1. Spektra yang akan diinterpretasikan harus memenuhi persyaratan berikut: βͺ βͺ βͺ βͺ Resapan satu sama lainnya harus terpisah dan mempunyai intensitas yang memadai. Spektra harus berasal dari zat murni Spektrofotometer harus dikalibrasi Teknik preparasi sampel harus nyata, selain itu posisi resapan, bentuk, dan tingkat intensitas sering membantu karna spesifik untuk gugus tertentu. Daerah peresapan infra merah dapat dibagi menjadi 3 bagian: βͺ βͺ βͺ 4000-1300 cm-1 (2,5-7,7 μm: Functional group region (OH, NH, C=O) -1 1300-909 cm-1 (7,7-11,0 μm): Finger print region, interaksi, vibrasi pada keseluruhan molekul. 909-650 cm-1 (11,0-15,4 μm): Aromatic region, out-of-plane C-H dan ring bending absorption. Polychlorinated biphenyls (PCBs) adalah anggota dari sekian banyak senyawa organik dengan 1 hingga 10 atom klor yang berikatan dengan bifenil, yang tersusun dari dua cincin benzena. Rumus kimia dari PCBs adalah C12H10.xClx dengan x > 1. PCB memiliki dua gugus aromatik dengan 6 atom C (aril) dan atom klor yang tersubstitusi pada masing-masing atom C di kedua cincin tersebut. PCB merupakan suatu molekul senyawa, bukan merupakan molekul unsur. Jadi, metode yang digunakan untuk menganalisis PCB ini adalah metode spektroskopi molekular, bukan metode spektoskopi atomik. Range bilangan gelombang untuk ikatan C-Cl 14 adalah 500-1430 cm-1, ikatan CC dalam aril adalah 1450-1600 cm-1, dan ikatan C-H dalam aril adalah sekitar 3030 cm-1. Bilangan gelombang ini sesuai dengan rentang yang dimiliki metode spektroskopi IR. Dengan demikian, senyawa PCB dapat dianalisis dengan teknik analisis spektroskopi inframerah. 4. Apakah instrumentasi pada spektroskopi infra merah ini berbeda dari spektroskopi serapan atom yang telah anda ketahui? JAWAB Pada dasarnya, instrumentasi spektroskopi infra merah sama dengan spektroskopi serapan atom, namun berbeda dari sumber radiasinya. Spektrofotometer inframerah mempunyai sistem optik yang serupa dengan ultraviolet atau sinar tampak. Perbedaan utama terletak pada sumber energi dan sel. Sumber radiasi pada spektrofotometer infra merah biasanya adalah laser. Berikut merupakan komponen instrumentasi spektroskopi infra merah. Gambar 4. Bagian-bagian instrumen spektrofotometer inframerah Sumber: bandiyahsriaprillia-fst09.web.unair.ac.id a. Sumber radiasi Prinsip dari sumber radiasi IR adalah dipancarkannya sinar oleh padatan lembam yang dipanaskan sampai pijar dengan aliran listrik. Ada 4 macam sumber radiasi yaitu sebagai berikut: 1. Globar source: tabung silica carbida dengan ukuran diameter 5mm dan panjang 5cm 2. Nernst glower: senyawa-senyawa oksida 3. Tungsten Filament Lamp: untuk analisis dengan nir-IR 4. Incandescent Wire: merupakan lilitan kawat nikrom. 5. LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) b. Sampel kompartemen (semacam wadah untuk meletakkan kuvet) Sampel yang dianalisis dapat berupa cairan, padatan, atau gas. Karena energi vibrasi tidak terlalu besar sampel dapat diletakan langsung berhadapan dengan sumber radiasi IR. 15 Preparasi cuplikan harus menggunakan mortar yang terbuat dari batu agate dan pengempaan dilakukan dengan menggunakan logam monel. c. Monokromator Monokromator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mendispersikan sinar dari sinar polikromatik menjadi sinar monokromatik. Monokromator yang umum digunakan adalah monokromtor kisi difraksi atau gratting. Keunggulannya adalah memberikan resolusi yang lebih bagus dengan tetap menjaga keutuhan radiasi IR menuju detektor. Kelemahannya adalah timbulnya percikan radiasi IR pada monokromator kisi difraksi. d. Detektor Detektor berfungsi mengubah sinyal radiasi IR menjadi sinyal listrik. Selain itu detektor dapat mendeteksi adanya perubahan panas yang terjadi karena adanya pergerakan molekul. 5. Bagaimana anda menjelaskan perbedaan spectra IR dibandingkan spectra AAS dan mengapa hal itu terjadi? JAWAB Kedua jenis analisis tersebut pada dasarnya merupakan salah satu metode fisika dalam penentuan struktur senyawa, akan tetapi berbeda dalam jenis sampel yang akan diuji beserta metode pengujian yang dilakukan. Jika AAS menggunakan sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah teratomisasi, Spektroskopi IR menggunakan cahaya Infra Merah berupa zat yang ada pada inert yang dipanaskan dengan listrik hingga mencapai suhu antara 1500-2000 K, dimana pemanasan ini akan memancarkan sinar infra merah yang kontinyu. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan cara menganalisis suatu sampel dikarenakan perbedaan tujuan serta jenis sampel yang diuji dari tiap alat. Prinsip dari AAS adalah terjadinya interaksi antara energi dan materi, sehingga terjadi penyerapan energi oleh atom. Analisa AAS didasarkan pada pengukuran intesitas sinar yang diserap oleh atom sehingga terjadi eksitasi sehingga berfungsi untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi (cahaya) oleh atom bebas. Sedangkan untuk Spektroskopi IR, digunakan metode analisis yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik untuk mengamati gugus fungsi yang ada pada senyawa organik, dimana tiap molekul atom senyawa organik memiliki vibrasi antar molekul yang berbeda sebagai hasil dari penyerapan infra merah dari sumber. 16 6. Gambar berikut ini adalah spectrum IR senyawa benzene, bagaimana menurut anda spectrum IR untuk polychlorinated biphenyls serta puncak – puncak serapan mana yang karakteristik? JAWAB Senyawa benzene mempunyai gugus fungsi alkena dan gugus aromatik (cincin benzene). Untuk memperkirakan spektrum infra merah polychlorinated biphenyls, perlu diketahui terlebih dahulu struktur yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Polychlorinated biphenyls terdiri dari dua cincin benzena. Seluruh atau beberapa atom C pada benzena berikatan juga oleh unsur klorin (Cl). Berikut struktur dari polychlorinated biphenyls. Gambar 3. Sktruktur senyawa Polychlorinated Biphenyls (PCB) Sumber: http://www.pcbfreeindonesia.com/polychlorinated-biphenyls/ Melalui gambar tersebut, dapat dilihat bahwa polychlorinated biphenyls terdiri dari molekul C—C, C=C, C—H, dan beberapa C—Cl. Maka dari itu, pada spektrum IR untuk Senyawa Polychlorinated Biphenyls (PCB) dapat diketahui puncak - puncak serapan karakteristik dari masing-masing gugus fungsi 1. Adanya C=C aromatik diketahui dari adanya serapan pada daerah 1500 cm-1 2. Adanya gugus aromatik diperkuat dengan adanya puncak pada daerah sekitar 3000 cm-1 3. Adanya ikatan C-Cl diketahui dari adanya serapan pada daerah 760-540 cm-1 7. Apakah kegunaan spectrum sidik jari dalam spectrum IR? JAWAB 17 Pola pada daerah sidik jari sangat berbeda satu dengan yang lain. Oleh karena itu, spectrum sidik jari digunakan untuk mengidentifikasi ikatan tertentu dalam sebuah molekul (identifikasi senyawa). Daerah sidik jari memiliki rentang bilangan gelombang 2000 - 400 cm-1. Daerah ini bersifat khas dan spesifik untuk setiap senyawa. Sedikit perbedaan struktur dan susunan molekul akan menyebabkan distribusi puncak berubah. 8. Apa rancangan Anda bila hendak menganalisis polychlorinated biphenyls dengan metoda spektroskopi infra merah? JAWAB Bila hendak menganalisis polychlorinated biphenyls dengan metoda spektroskopi infra merah, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan sampel dan mengkategorikan sampel ke dalam salah satu dari ketiga jenis sampel yang bergantung pada bentuk fisik sampel yang akan dianalisis yaitu padat, cairan, dan gas. Jika sampel tersebut berbentuk padat, terdapat dua metode untuk menganalisis sampel ini yaitu penggunaan Nujol mull atau pelet KBr. Cara persiapan sampel dengan menggunakan Nujol Mull yaitu sampel digerus dengan mortar dan pestle agar diperoleh bubuk yang halus. Dalam jumlah yang sedikit bubuk tersebut dicampur dengan Nujol agar terbentuk pasta, kemudian beberapa tetes pasta ini ditempatkan antara dua plat sodium klorida (NaCl) (plat ini tidak mengabsorbsi inframerah pada wilayah tersebut). Kemudian plat ditempatkan dalam tempat sampel pada alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis. Lalu, cara menggunakan pelet KBr adalah sebagai berikut; pertama ambil sedikit sampel padat (kira-kira 1 – 2 mg), kemudian ditambahkan bubuk KBr murni (kira-kira 200 mg) dan diaduk hingga rata. Campuran ini kemudian ditempatkan dalam cetakan dan ditekan dengan menggunakan alat tekanan mekanik, lalu tahan beberapa menit, kemudian sampel (pelet KBr yang terbentuk) diambil dan kemudian ditempatkan dalam tempat sampel pada alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis. Jika sampel berbentuk cairan, pertama ambil setetes sampel kemudian ditempatkan di antara dua plat KBr atau plat NaCl untuk membuat film tipis. Kemudian plat ditempatkan dalam tempat sampel alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis. Dan bila sampel berbentuk gas, dibutuhkan sebuah sel silinder/tabung gas dengan jendela pada setiap akhir pada sebuah material yang tidak aktif akan inframerah seperti KBr, NaCl atau CaF2. Hal ini dimaksudkan agar ketika menganalisa menggunakan spektroskop inframerah, gas dapat teridentifikasi. Lalu, sel biasanya mempunyai inlet dan outlet dengan keran untuk mengaktifkan sel agar memudahkan pengisian dengan gas yang akan dianalisis. Kemudian, yang kedua adalah menafsirkan spektrum inframerah (bagaimana cara membacanya, dan lain sebagainya). Untuk penafsiran spektroskopi inframerah, tidak ada aturan kaku, namun syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sebagai upaya untuk menafsirkan suatu 18 spektrum adalah spektrum harus terselesaikan dan intensitas cukup memadai, diperoleh dari senyawa murni. Spektroskopi inframerah harus dikalibrasi sehingga pita yang teramati sesuai dengan frekuensi atau panjang gelombangnya. Kalibrasi dapat dilakukan dengan menggunakan standar yang dapat diandalkan, seperti polistirena film. 9. Apa rekomendasi yang akan Anda berikan kepada Budiman tentang masalah polusi air ini? Bila hasil analisis Anda dari sampel air sungai yang diberikan Budiman menunjukkan kadar PCB sebesar 0,01 mg/L? Apakah air sungai ini layak minum? JAWAB Untuk Budiman, rekomendasi yang paling pas adalah sebagai berikut: βͺ Udara Kandungan PCBs di udara umumnya lebih tinggi di dalam ruangan daripada di luar ruangan. Tingkat paparan udara di dalam ruangan pada gedung yang tidak terkontaminasi, mencapai 1,9 – 3,6 ng/m3, dengan dosis paparan harian sebesar 0.6-1.2 ng/kg. βͺ Air minum Tingkat paparan air minum biasanya berkisar antara 0,1 - 0,5 ng/liter. Seseorang minum 2 liter air per hari yang mengandung 0.5 ng/liter akan terpapar dosis harian sebesar 0,01 – 0,02 ng/kg (berat badan 100 – 50 kg). βͺ Makanan Secara umum, tanaman mengandung tingakat paparan lebih rendah daripada hewani. Beberapa penelitian, telah menganalisis konsentrasi PCB dalam berbagai komoditas pangan dan menghitung asupan makanan. Berdasarkan penelitian, jumlah PCB dalam asupan makanan sebesar 14,35 µg/hari, dengan dosis harian sebesar 0.24 µg/kg untuk orang dengan berat badan 60 kg. Kebiasaan pola makan di suatu wilayah, misalnya asupan lemak ikan dari perariran yang terkontaminasi, secara signifikan dapat meningkatkan asupan harian PCB. Maka, dapat dikatakan bahwa air tersebut tidak layak minum, karena melebihi kadar normal PCB untuk air minum (0,1-0,5 ng/liter). Sehingga, Budiman perlu mencari sampel air yang baru lagi untuk air minum, yang memiliki kadar PCB sesuai dengan kadar normal PCB yang ditentukan 19 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan βͺ βͺ βͺ βͺ βͺ βͺ Terdapat beberapa jenis metode spektroskopi yang digunakan untuk menganalisis suatu sampel, di antaranya adalah spektroskopi AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) dan spektroskopi infra merah. Berdasarkan instrumennya, yang membedakan keduanya adalah sumber radiasinya. Spektrometri Serapan Atom (SSA) atau AAS adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Spektroskopi inframerah (IR) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis senyawa kimia. Spectra inframerah suatu senyawa dapat memberikan gambaran dan struktur molekul senyawa tersebut. Spektra IR dapat dihasilkan dengan mengukur absorpsi radiasi, refleksi, atau emisi di daerah IR. Daerah inframerah pada spektrum gelombang elektromagnetik mencakup bilangan gelombang 14000 cm-1 hingga 10 cm-1. Beberapa kandungan logam berat memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia. Saat ini, terbukti sejumlah air minum isi ulang dan air sungai terdeteksi mengandung logam berat sehingga diperlukan suatu metode analisis untuk mengidentifikasinya. Spektroskopi AAS lebih banyak digunakan untuk analisis kuantitatif, sementara spektroskopi infra merah lebih banyak digunakan untuk analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif sampel menggunakan spektroskopi, dapat menggunakan Hukum Lambert-Beer yang menyatakan hubungan antara nilai absorbansi dan konsentrasi. 20 DAFTAR PUSTAKA Anonim. http://staffnew.uny.ac.id/upload/131873956/pendidikan/kuliah+IR.pdf. Diakses tanggal 7 November 2017. Harvey, David. 2016. Atomic Absorption Spectroscopy. https://chem.libretexts.org/Textbook_Maps/Analytical_Chemistry_Textbook_Maps/Map% 3A_Analytical_Chemistry_2.0_(Harvey)/10_Spectroscopic_Methods/10.4%3A_Atomic_A bsorption_Spectroscopy. Diakses tanggal 25 Oktober 2017. Ilmukimia. 2013. Daerah Serapan Inframerah Senyawa Organik. https://www.ilmukimia.org/2013/07/daerah-serapan-inframerah-senyawa-organik.html. Diakses tanggal 7 November 2017 Kristianingrum, Susila. Spektroskopi Infra Merah. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Susila%20Kristianingrum,%20Dra.,%2 0M.Si./Handout-INSTRUMEN-IR-Susi.pdf. Diakses tanggal 2 November 2017. Nugraha, Febrinaldo. Spektrofotometri Inframerah. http://www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/622/jbptitbpp-gdl-febrinaldo-31070-3-2008ta2.pdf. Diakses tanggal 2 November 2017. Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Graha Ilmu. Yogyakarta. Skoog, Douglas, A. 2004. Fundamentals of Analytical Chemistry Eight Edition. Kanada: Brooks/Cole Tanabe, S. and Tatsukawa, R. “Distribution, Behavior and Load of PCBs in the Oceans.” In: J.S. Waid (ed.) PCBs and the Environment, vol.1 CRC Press, Inc., Florida. (1986): 143-162. The Royal Society of Chemistry. Atomic absorption spectrometry. http://www.liskeard.cornwall.sch.uk/images/Liskeard-Sixth-Form/Atomic-AbsorptionSpectrometry.pdf. Diakses tanggal 25 Oktober 2017. 21