Uploaded by mynameissherlockholmes221b

259009905-ILEUS-paralitik

advertisement
ILEUS PARALITIK
I.
KASUS
No. Rekam Medik
: 514848
Nama Pasien
: Tn. B
Umur
: 62 tahun, 7 bulan, 5 hari
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jln. Perintis Kemerdekaan Km.18 No.46 Makassar
Tempat/Tanggal lahir : Makassar, 25 Mei 1952
Agama
: Islam
Kebangsaan
: Indonesia
Tanggal Pemeriksaan
: 29 - 12 - 2014
Perawatan Bagian
: Infection Centre Kamar 4 /B1 RS. Wahidin
Sudirohusodo
1. 1 ANAMNESIS
a. Keluhan utama
: Perut kembung
b. Anamnesis terpimpin
:
Dialami sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya
pasien merasakan rasa penuh pada perut, disertai mual dan muntah. Tetapi
sejak 5 hari ini mual muntah memberat. Pasien juga tidak bisa BAB dan
kentut sejak 5 hari terakhir ini. Tidak ada penurunan nafsu makan. Riwayat
trauma tidak ada, riwayat demam tidak ada.
c. Riwayat penyakit sebelumnya :
1.
Riwayat hipertensi ada sejak 1 tahun terakhir
2.
Diabetes mellitus tidak ada
3.
Riwayat pengobatan : Tidak mengkonsumsi obat-obatan
4.
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
1
1. 2 PEMERIKSAAN FISIS
a. Status Generalis
Keadaan umum
: Keadaan sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis (E4V6M5)
Status Gizi
: Gizi kurang
b. Tanda Vital
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
Nadi
: 108 kali/menit
Pernafasan
: 28 kali/menit
Suhu
: 36,5oC
c. Mata
Kelopak mata
: Edema (-)
Konjungtiva
: Anemia (-)
Sclera
: Ikterus (-)
Kornea
: Jernih
Pupil
: Bulat, isokor
d. THT
: Dalam batas normal
e. Mulut
Bibir
: Pucat (-), Kering (-)
Lidah
: Kotor (-), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)
Faring
: Hiperemis (-)
Tonsil
: T1 – T1, Hiperemis (-)
f. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Massa tumor (-)
Nyeri tekan (-)
Pembesaran thyroid (-/-)
g. Paru – paru
a. Inspeksi
: simetris, tidak menggunakan otot-otot bantuan pernapasan,
hematom (-), luka (-), jaringan sikatrik (-)
2
b. Palpasi
: massa tumor dan nyeri tekan (-), vocal fremitus normal,
krepitasi (-)
c. Perkusi
: sonor, batas paru hepar ICS VI dextra, bunyi : pekak ke
timpani
d. Auskultasi : BP = bronchovesicular
BT = Wheezing (-/-)
Ronchi (-/-)
h. Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi
: Pekak
Auskultasi
: Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan tidak ada
i. Abdomen
Inspeksi: Tampak cembung, mengikuti gerak nafas, distensi abdomen (+),
meteorismus (+)
Palpasi: Nyeri tekan (+), massa tumor (-), hepar dan lien (tidak teraba)
Perkusi: Timpani
Auskultasi: Peristaltik (-) kesan menghilang
j. Pemeriksaan Rectal Touche
Pada pemeriksaan rectal touche didapatkan hasil rectum tidak kolaps,tidak
ada kontraksi, ampulla kosong, mukosa licin, massa tumor (-).
3
Laboratorium (30 Desember 2014)
Parameter Hasil
Unit
Nama
Hasil
Satuan
Ureum
51
Mg/dL
g/dL
Kreatinin
0.80
Mg/dL
25.5
%
Natrium (Na)
138
mmol/L
MCHC
35.7
g/dL
Kalium (K)
3.3
mmol/L
PLT
232
103/mm3
Clorida (Cl)
117
mmol/L
PCT
0.20
%
3
3
WBC
24.11 10 /mm
RBC
3.23
106/dL
HGB
9.1
HCT
Hasil
Pemeriksaan
Range
%
%
#
NEU
22.82%
85.4 %
52.0 – 75.0
LYM
0.74%
8.2 %
20.0 – 40.0
MON
0.46%
5.1 %
2.0 – 8.0
EOS
0.08%
1.1 %
1.00 – 3.00
BAS
0.01%
0.2 %
0.00 – 0.10
Kesan : Anemia mikrositik
Leukositosis
4
1.3 RADIOLOGI
a.
Foto BNO 3 posisi (30-12-2014)
Gambar 1. Hasil foto radiologi pasien
Hasil pemeriksaan:
- Udara tidak terdistribusi sampai ke distal colon
- Tampak dilatasi loop-loop usus yang memberikan gambaran herring bone dan air
fluid level yang memanjang.
- Tidak tampak udara bebas subdiafragma
- Kedua psoas line tidak tervisualisasi
- Prepreritoneal fat line kiri dan kanan intak
- Stabilisasi posterior terpasang pada corpus vertebra lumbalis setinggi CV T10L3, osteofit pada aspek lateral CV L1-L4 (spondylosis lumbalis), tulang ulang
lainnya intak.
Kesan: Ileus paralitik
5
1.4
FARMAKOTERAPI
1.
IVFD NaCL 3 % 500cc/24 jam
2.
IVFD NaCL 0,5 % 20 tetes/menit
3.
Duragesic patch 25 mg/3 kali
4.
Oksigen 2 L/menit
5.
NGT (dekompresi)
6.
Pemasangan kateter urin
7.
Ceftriaxon 2gr /24jam/IV (antibiotik)
8.
Ranitidin 50 mg/8jam/IV (antagonis H2)
9.
Omepazole 40 mg/12 jam/IV (antibiotik)
10.
Nystatin 10cc/8jam/oral
11.
Amlodipin 10mg/24jam/oral
6
II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal
melakukan kontraksi peristaltic utnuk menyalurkan isinya.Ileus merupakan
suatu penyakit primer melainkan akibat dari penyakit primer, tindakan operasi
yang berhubungan dengan rongga perut, obat obatan dan toksin yang dapat
mempengaruhi kontraksi otot polos usus.1 Ileus paralitik hampir selalu
dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Akan tetapi penyakit yang
menimbulkan ileus paralitik dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1,2
1. Neurogenik: Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, kolik ureter, iritasi
persarafan spalanikus, pancreatitis.
2. Metabolik: Hipokalemia, uremia, komplikasi DM, SLE, Sklerosis Multiple.
3. Obat-obatan: Narkotik, antikolinergik, katekolamin.
4. Infeksi: Pnemonia, empiema, urosepsis, peritonitis.
Anatomi
Gambar 2. Sistem saluran pencernaan4
7
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah
abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin
kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5
cm.3,4
Gambar 3. Sistem saluran pencernaan4
Gambar 4. Colon dan ileocaecalis4
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang
sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata
sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil.3,4
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum
terdapat katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum.
Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup
ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi
8
menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon
ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati,
menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon
ascendens membelok ke kiri membentuk fleksura koli dekstra (fleksura
hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari
fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.3,4
Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke
bawah, membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian
menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul.
Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah
dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan
rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis.
Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan
sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disisni rektum
melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.3,4
II.2 ETIOLOGI
Ileus paralitik ini sering terjadi akibat penyakit lainnya, seperti tindakan
operasi yang berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang
dapat mempengaruhi otot polos. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering
disebabkan
oleh
hernia
inkarserata,
sedangkan
ileus paralitik
sering
disebabkan oleh peritonitis. Ilues paralitik bersifat primer bila tidak terdapat
penyebab lain yang berkontribusi dan disebut sekunder bila adanya penyakit
lain ikut berkontribusi terjadinya ileus.7
Gerakan usus merupakan kondisi yang terkoordinasi dengan baik dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan otot polos usus, hormon
intestinal, sistem saraf simpatik dan parasimpatik, keseimbangan elektrolit dan
lain-lain. Ileus paralitik biasanya dijumpai pada pasien pasca operasi yang
tergantung dari lamanya operasi, beratnya anastesi dan manipulasi yang
dilakukan terhadap usus. Keadaan ini biasanya berlangsung antara 24-72 jam
sampai ada juga yang menyebutkan sampai 5 hari.4 Pencemaran rongga
9
peritoneum oleh asam lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin
menimbulkan paralisis usus.7
Ileus paralitik dapat disebabkan beberapa hal seperti iritasi peritoneum.
Iritasi peritoneum dapat disebabkan melalui peritonitis yang menyebabkan
radang pada dinding usus kemudian hilangnya stimulus kontraksi ileus,
penyebab lain yang merangsang iritasi peritoneum yaitu adanya kolesistitis
akut, appendisitis akut, dan post laparotomi yang lama. Hal kedua yaitu
melalui penyebab ekstra peritoneal seperti trauma abdomen menyebabkan
perdarahan intra peritoneal menyebakan ileus paralitik, kemudian trauma
ginjal menyebabkan perdarahan retriperitoneal mengganggu persarafan, kolik
ureter.Penyebab yang lain yaitu adanya gangguan elektrolit seperti hipokalemi
yang menyebabkan gangguan kontraksi otot polos, syok, uremia, komplikasi
dari DM, dan infeksi abdomen seperti peritonitis. Penyebab lain yaitu
neurogenik melalui lesi saraf, kerusakan medulla spinalis, pada fraktur
vertebra, atau fraktur costa bagian bawah, penyebab lain seperti adanya
pemakaian obat-obatan seperti opioid, antihipertensi, narkotika, dan obat
lainnya.7
Kausa Ileus Paralitik:
1. Neurologik

Pasca operasi
3. Obat-obatan

Kerusakan medula spinalis

Narkotik

Iritasi persarafan splanknikus

Antikolinergik

Trauma

Antihipertensi
pada
tulang
belakang
4. Infeksi
2. Metabolik

Urosepsis
elektrolit

Peritonitis

Uremia

Infeksi sistemik berat lainnya

Komplikasi DM

Penyakit sistemik

Gangguan
keseimbangan
10
II.3 PATOGENESIS
Proses terjadinya ileus mekanik maupun non mekanik memiliki
kemiripan setelah terjadinya obstruksi, tanpa memandang penyebab obstruksi
tersebut apakah karena penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan yang
tampak adalah bila ileus tersebut disebabkan oleh penyebab nonmekanik maka
peristaltik usus dihambat dari permulaan, sedangkan pada ileus karena
penyebab mekanik maka peristaltik mula-mula kuat kemudian bertambah
pelan sampai akhirnya hilang. Semua etiologi ileus menyebabkan usus di
bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
tersumbat awalnya berperistaltik lebih keras sebagai usaha alamiah dan
akhirnya pasase usus jadi melemah dan hilang. Usus yang berdilatasi
menampung cairan dan gas yang merupakan hasil akumulasi cairan dan gas
yang menyebabkan distensi usus. 1,3
Distensi usus tidak hanya pada daerah sumbatan tapi dapat menjalar ke
daerah proksimal. Distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah
tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik) dan dapat terjadi perforasi.
Usaha usus untuk berperistaltik disaat adanya sumbatan menghasilkan nyeri
kolik abdomen dan penumpukan kuman dalam usus merangsang muntah. Pada
obstruksi usus dengan stranguasi,terdapat penjepitan yang menyebabkan
gangguan peredaran darah sehingga terjadi iskemia,nekrosis kemudian
gangren. Gangren ini kemudian menyebabkan tanda toksis yang terjadi
padasepsis yaitu takikardia, syok septik dengan leukositosis. Pengaruh
obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena
padaobstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi
strangulasi. 2,3
Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi
kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan
dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksikolon distal.Dinding usus halus
kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur
sedangkan dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding caecum
merupakan bagiankolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila
11
terlalu tegang. Bila terjadi ruptur maka akan timbul perforasi yang
memperberat keadaan pasien.3
II.4 GEJALA KLINIK
Pasien ileus paralitik mengeluh perutnya kembung, (abdominal
distention), anoreksia, mual , dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin
pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik harus dibedakan
dengan keluhan pada ileus obstruktif. Pasien ileus paralitik mempunyai
keluhan
perut
kembung
tidak
diesrtai
nyeri
kolik
abdomen
yang
paroksismal.1,2,5
Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi
timpani dengan bising ususyang lemah dan jaraang bahkan dapat tidak
terdengar sama sekali. Pada palpasi pasien merasakan perasaan tidak enak
apada perutnya. Tidak ditemukan reaksi peritoneal.1
Pada saat datang serangan, biasanya disertai perasaan perut yang
melilit.Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan
muntah yang berwarnakehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah biasanya
timbul sesudah distensi usus yang jelassekali, muntah tidak proyektil dan
berbau “feculent”, warna cairan muntah kecoklatan.7
II.5 RADIOLOGI
Untuk mendiagnosis pasien Ileus paralitik, perlu dilakukan pemeriksaan
radiologi sebagai berikut :
Foto Polos Abdomen
Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara
mendadak yang memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu
pemeriksaan abdomen harus dilakukan secara segera tanpa perlu persiapan.
Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu
Posisi
terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi antero-posterior
(AP) duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila memungkinkan,
dengan sinar horizontal proyeksi AP. Tiduran miring ke kiri ( left lateral
12
decubitus ), dengan arah horizontal, proyeksi AP. Sebaiknya pemotretan
dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup seluruh abdomen
beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan ukuran kaset dan film ukuran 35x
45cm.13
Hal – hal yang dapat dinilai pada foto abdomen:13
1.

Posisi terlentang (supine)
Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal kanan dan
kiri baik atau menghilang.

Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau adanya pelembungan
(bulging).

Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.

Kontur ginjal kanan dan kiri.

Gambaran udara usus :
2.
o
Normal
o
Pelebaran lambung, usus halus, kolon
o
Penyebaran dari usus – usus yang melebar
o
Keadaan dinding usus
o
Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)
Gambaran udara bebas di bawah diafragma.
3.
Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)
Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya antara
hati dengan dinding abdomen
Barium Enema
Barium
enema
adalah
sebuah
pemeriksaan
radiologi
dengan
menggunakankontras positif. Kontras positif yang biasanya digunakan dalam
pemeriksaan radiologialat cerna adalah barium sulfat (BaSO4). Bahan ini
adalah suatu garam berwarna putih, berat dan tidak mudah larut dalam air.
Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu sehingga
menjadi suspensi. Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada pemeriksaan
13
esophagus, lambung dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma pada
pemeriksaan kolon (lazim disebut enema).Sinar rontgen tidak dapat menembus
barium sulfat tersebut, sehingga menimbulkan bayangan dalam foto rontgen.
Setelah pasien meminum suspensi barium dan air, denganfluroskopi diikuti
kontrasnya sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto – foto
dalam posisi yang di perlukan. 13
Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enemamempunyai suatu peran
terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium
terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat
pada pemeriksaan foto polos abdomen.12
CT-Scan Abdomen
CT ( Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging dimana
sinar X yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil akan mengatur
jumlah sinar x yangditeruskan kepada pasien untuk menyinari targetnya.
Komputer akan segera menganalisadata dan mengumpulkan dalam bentuk
potongan cross sectional. Foto ini juga dapat disimpan, diperbesar maupun di
cetak dalam bentuk film. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto
polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akanmempertunjukkan
secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus,mesenterikus, dan
peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zatkontras
kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat
danlokasi dari obstruksi.10,11
Ileus Paralitik merupakan gangguan aktivitas motorikus sehingga udara
dan cairan berkumpul dalam usus yang data mengakibatkan distensi abdomen.
Ditemukan dilatasi usus (usus halus > 3 cm, usus besar > 8 cm) tanpa titik
transisi, terlihat air-fluid level. Bersifat akut, kronik, atau intermitten. Dengan
etiologi seperti gangguan neural, humoral, metabolik, trauma, pendarahan
retroperitoneal, dan fraktur spinal atau pelvis. 11
Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster
sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
14
memberikan gambaran herring boneappearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaranvertebra dan muskulus
yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga
distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang
pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder
appearance di usus halus dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon.6
Gambar 5. Ileus Paralitik Foto BNO 3 posisi
Dilatasi usus halus dan usus besar sampai rektum disertai retensi udara dan
cairan yang banyak. Air-fluid level yang panjang-panjang. Tidak tampak
herring-bone appearance13
Gambar 6. Foto Polos Abdomen.
Dilatasi usus halus dan usus besar sampai rektum disertai retensi udara dan
cairan yang banyak. Air-fluid level yang panjang-panjang dan cenderung tidak
bertingkat. Tidak tampak herring-bone appearance13
15
Gambar 7. Ileus Paralitik pada foto polos abdomen13
II.6 DIAGNOSIS BANDING
1.
Small Bowel Obstruction
Obstruksi usus halus menyebabkan dilatasi usus halus dan akumulasi
dari udara dan cairan pada bagian proksimal dari titik terjadinya obstruksi.
Sedangkan bagian distal dari titik terjadinya obstruksi tidak mengalami
dilatasi/kolaps. Perubahan foto radiografi polos biasanya mulai muncul tiga
sampai lima jam dari onset terjadinya obstruksi total. Pada obstruksi yang
belum total, kelainan radiologik baru dapat muncul beberapa jam hingga
beberapa hari . Loop – loop usus halus yang dilatasi (diameter maksimal dari
usus halus <3 cm) mengandung cairan dan/atau udara yang dapat dilihat pada
foto polos abdomen posisi supine. Pada foto posisi erect dapat dilihat air-fluid
level yang multipel yang bersifat tidak spesifik yang dapat dijumpai pada ileus
paralitik, gastroenteritis, divertikulosis jejunal, dll.10,11
Gambaran herring bone muncul pada obstruksi usus halus karena adanya
struktur valvula konniventes pada usus halus (duodenum, jejunum, dan ileum).
Pada saat terjadi dilatasi usus halus (> 3 cm) struktur ini akan terlihat
memberikan gambaran seperti herring bone appearance. Gambaran air-fluid
level menunjukkan adanya tingkat udara yang berdensitas lusen diatas cairan
yang berde
nsitas intermediat. Adanya obstruksi menunjukkan udara usus
tidak sampai ke distal.5 Beberapa dengan lebar lebih dari 2,5 cm. pada kondisi
16
ini, ada perbedaan tinggi vertikal lebih dari 2 cm antara air-fluid level dalam
loop usus yang sama (area dilingkari). Ada juga distensi dari diameter usus
halus lebih dari 2,5 cm dan rasio usus halus –usus besar lebih dari 0,5.10,11
Gambar 8. Ileus Obstruktif Konvensional
Gambar kiri menunjukkan beberapa dilatasi loop usus kecil di perut bagian
atas. Usus kecil tidak proporsional melebar dibandingkan usus besar.
Gambar kanan menunjukkan tingkat udara-cairan di loop melebar khas dari
obstruksi usus halus.13
Gambar 9. Ileus Obstruktif Foto BNO
Pada posisi supine: distensi usus halus (> 3 cm) dengan sejumlah valvula
koniventes memberikan gambaran “stack of coins” atau herring bone
appearance13
17
Gambar 10. Foto Polos Abdomen Posisi Erect
Pada posisi erect menunjukkan air-fluid levels multiple dengan ketinggian
berbeda, memberi gambaran step ladder di dalam loop-loop usus halus yang
dilatasi. 13
2.
Large Bowel Obstruction
Large bowel Obstruksi merupakan obstruksi yang terjadi di colon. Large
bowel obstruksi lebih jarang terjadi dibanding dengan small bowel obstruksi.
Hanya 20% dari angka kejadian obstruksi usus. Penyebab tersering dari large
bowel obstruction adalah keganasan 50-6%. Gambaran radiologik yang bisa
didapatkan pada large bowel obstruksi adalah distensi colon pada proksimal
hingga pada lokasi obstruksi dan kolaps pada bagian distal, seperti pada
gambar berikut :6
Gambar 11. Foto Polos Abdomen13
18
Posisi supine, tampak gambaran dilatasi loop-loop usus besar daerah perifer
dengan diameter usus > 5cm dan terlihat haustra yang tebal (a). Foto polos
abdomen posisi erect, tampak dilatasi loop-loop usus besar dan gambaran air
fluid level bertingkat-tingkat/ step ladder appearance.14
Gambar 12. (a) Air fluid level dengan ketinggian berbeda dalam loop usus
yang sama – step ladder sign dan (b) posisi tegak – string of pearls sign
(panah).13
Yang membedakan Ileus Paralitik dan Ileus Obstruksi adalah gambaran
air fluid level. Pada ileus Paralitik air fluid level yang memanjang, sedangkan
pada Ileus obstruksi ditemukan air fluid level yang bertingkat. Selain itu, pada
Ileus Obstruksi juga ditemukan Herring Bone appereance. Dilatasi pada Ileus
Paralitik dilatasi ditemukan pada semua loop loop usus., sedangkan pada Ileus
Obstruksi tidak merata pada semua loop usus, hanya dilatasi padda proksimal
hingga lokasi obstruksi dan kolaps pada bagia distalnya.5
USG Abdomen
USG Abdomen dapat dilakukan pada pasien dengan curiga small bowel
obstruksi. USG dapat mendeteksi adanya air fluid level, dilatasi usus
proksimal dan kolaps distal. USG bersifat operator dependent yaitu sangat
bergantung pada ketelitian dan pengalaman operator. Gambaran radiologi yang
19
didapatkan dari pemeriksaan USG pada pasien dengan ileus obstruksi adalah
sebagai berikut :13
Gambar 13. Ileus Obstruktif Foto USG. Dinding usus menebal dengan pola
bertingkat echo (panah) dan ascites (A).13
Gambar 14.
Obstruksi usus a. Loop – loop usus berisi cairan dengan
keyboard sign. b. Step ladder sign. potongan transversal (A) dan longitudinal
(B) menunjukkan dilatsi multiple loop – loop usus halus pada pasien dengan
obstruksi pada distal usus halus 14
CT Scan Abdomen
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih
teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum.
CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh
darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
20
Berikut gambaran yang didapatkan pada pasien ileus obstruksi dengan
pemeriksaan CT Scan Abdomen : 13
Gambar 15. CT scan axial dari obstruksi usus (CT scan axial menunjukkan
adanya cairan dan dilatasi loop usus kecil ( panah putih ) dan runtuh usus
konsisten dengan obstruksi usus kecil mekanik.14
II.7 PENATALAKSANAAN
Penanganan pada ileus paralitik yaitu mencari kausa, hindari komplikasi,
penanganan bersifat konservatif, hindari lavement. Penanganan berupa
rehidrasi, elektrolit, antibiotik, obat-obat yang memacu spasmodik seperti
pilokarpin, asetilkolin, gangren. Tindakan operatif dilakukan bila terjadi
perforasi dengan laparotomi, atau bila terjadi iskemik dan gangrene dengan
cara reseksi usus kemudia end to end anastomose.8
Pengelolaan
ileus
paralitik
bersifat
konservatif
dan
suportif.
Tindakannya berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit,
mengobati kausa dan penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat.
Tindakan dekompresi abdomen mempunyai beberapa tujuan yaitu:
1. Mengurangi keluhan nyeri atau tidak nyaman pada abdomen
2. Mengurangi kesulitan bernapas
3. Mengurangi perasaan mual dan muntah
4. Mencegah aspirasi muntah ke saluran respirasi
21
Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu
dipasang juga rectal tube). 6
Beberapa obat-obatan jenis penyekat simpatik (simpatolitik) atau
parasimpatomimetik pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten.
Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral
hendaknya diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian
nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid
bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus paralitik
pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus
paralitik karena obat-obatan. Neostigmin juga efektif dalam kasus ileus kolon
yang tidak berespon setelah pengobatan konservatif. Metoklopramid
bermanfaat untuk gastroparesis, cisapride bermanfaat untuk ileus paralitik
pasca operasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus
paralitik karena obat-obatan. Neostigmin sering diberikan pada pasien ileus
paralitik pasca operasi. Bila bisisng usus sudah mulai ada dapat dilakukan
feeding test, bila tidak ada retensi, dapat dimulai dengan diet cair kemudian
disesuaikan sejalan dengan intoleransi ususnya.1,8
1.
2.
Konservatif

Penderita dirawat di rumah sakit.

Penderita dipuasakan

Cari kausa penyakit

Kontrol status airway, breathing and circulation.

Dekompresi dengan nasogastric tube.

Intravenous fluids and electrolyte

Puasa dan nutrisi parenteral total sampai bising usus positif

Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
Farmakologis

Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.

Analgesik apabila nyeri.

Prokinetik: obat –obat seperti dopamine antagonis dan koliergik
agonis
seperti
metaklopromide
22
secara
teoritis
dapat
meningkatkan fungsi pencernaan. Obat seperti cisapride yang
merupakan agonis reseptor serotonin juga dapat digunakan
walaupun sudah jarang digunakan di Amerika karena efek
samping kardiovaskularnya.4
3.

Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin

Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis
Operatif

Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai
dengan peritonitis.

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric
untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.

Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui
laparotomi.
II.8 KOMPLIKASI
Komplikasi ileus paralitik sebagai berikut:

Nekrosis usus

Perforasi usus
Merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien Ileus paralitik.
Pemeriksaan Radiologi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
radiologi pada perforasi usus, salah satunya adalah foto polos abdomen,
dengan posisi LLD (left lateral decubitus) dapat dilakukan jika posisi erect
tidak dapat dilakukan. Gambaran udara bebas berada di tepi lateral dari hati.
Ketika terdapat udara bebas dalam abdomen, usus menjadi lebih jelas terlihat
dengan adanya udara pada kedua sisi dinding usus. Ini disebut sebagai
Riggler’s sign/double wall sign.13
23
Gambar 16. Gambaran Perforasi Usus
Tanda-tanda pneumoperitoneum pada terlentang. Film polos abdomen
(panah): "Wind tanda" atau "berkilau tanda hati ", subhepatic udara bebas
sebagai paralel linear pengumpulan, tanda ligamen bengkok "kubah".14

Sepsis

Syok-dehidrasi

Abses

Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

Pneumonia aspirasi dari proses muntah

Gangguan elektrolit

Meninggal
II.9 PROGNOSIS
Prognosis dari ileus berbeda tergantung dari penyebab ileus itu sendiri.
Bila ileus akibat kondisi operasi perut biasanya bersifat sementara dan
berlangsung sekitar 24-72 jam. Prognosis memburuk pada kasus dengan
kematian jaringan usus, operasi menjadi pertimbangan untuk menghilangkan
jaringan nekrotik. Bila penyebab primer dari ileus cepat tertangani maka
prognosis menjadi lebih baik. Prognosis juga membaik bila ileus cepat
terdiagnosa dan cepat tertangani.1
24
III.
DISKUSI
Seorang laki-laki umur 62 tahun MRS dengan keluhan utama perut
kembung. Dialami sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pada
awalnya pasien merasakan rasa penuh pada perut, disertai mual dan muntah.
Tetapi sejak 5 hari ini mual muntah memberat. Tidak ada penurunan nafsu
makan. Pasien juga tidak bisa BAB dan kentut sejak 5 hari terakhir ini.
Riwayat trauma tidak ada, riwayat demam tidak ada. Riwayat penyakit
sebelumnya tidak ada, riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Dari status generalis, pasien dalam keadaan sakit sedang, composmentis, dan
status gizi kurang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 72
kali/menit, pernafasan 20 kali/menit, dan suhu 36,2oC. Didapatkan juga
distensi pada perut dan peristaltik kesan meningkat. Pada pemeriksaan fisis
mata, THT, leher, dada, paru – paru dan jantung dalam batas normal. Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada obstruksi usus halus
didapatkan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus
bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah.
Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai
kembung. Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi
proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang
meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri
pada obstruksi di daerah distal. 3
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kesan leukositosis dan
belum ada penurunan fungsi ginjal maupun kesembangan elektrolit yang
terganggu. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa nilai
laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,
leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pemeriksaan yang penting untuk
dilakukan yaitu leukosit darah, ureum, glukosa darah. Dari hasil pemeriksaan
foto abdomen 3 posisi ditemukan udara usus tidak terdistribusi sampai ke
25
distal colon, tampak dilatasi loop-loop usus disertai gambaran herring bone
dan tampak air fluid level yang bertingkat-tingkat dan memberikan gambaran
step-ladder, tidak tampak udara bebas subdiafragma, kedua psoas line tidak
tervisualisasi, prepreritoneal fat line intak kanan tidak tervisualisasi, dan
tulang-tulang lainnya intak dengan kesan gambaran ileus obstruktif. Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gambaran radiologi ileus
obstruksi berupa dilatasi usus dengan air fluid levels. 6
Pada posisi supine distensi usus halus memberikan gambaran “stack of
coins atau herring bone appearance. Pada posisi tegak/lateral decubitus
tampak multiple air fluid levels dengan ketinggian berbeda pada loop usus
yang sama memberikan gambaran step ladder. Foto abdomen 3 posisi tampak
dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rectum. Penebalan dinding usus
halus yang dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance
(gambaran seperti tulang ikan), karena dua dinding usus halus yang menebal
dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler
menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi
tampak di tepi abdomen. Pada ileus paralitik tampak gambaran air fluid level
yang segaris (line up) berbeda pada ileus obstruktif yang memberikan
gambaran air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga yang disebut
step ladder appearance.13
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologi serta
laboratorium didapatkan hasil yang mengarah ke Ileus Obstruksi dan
dibuktikan dengan tindakan Laparotomi eksplorasi. Didapatkan penyebab
obstruksi pada pasien ini adalah Tumor Colon Transversum.
26
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sudoyo A.W., Setiyohadi B. Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1
Edisi ke-5. Jakarta : Internal Publishing ; 2009 h. 307
2.
Price S.A., Wilson L.M. Pathofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit
vol. 1 Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2012
3.
Guyton A.C., Hall J.E. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9.
Jakarta : EGC
4.
R. Putz dan R. Pabst. Editor. Anatomi sistem pencernaan dalam Atlas Anatomi
Manusia, Sobotta Jilid 1 Edisi 21. Jakarta: EGC; 2007.h.14.
5.
Siegenthaler W., Differential Diagnosis in Internal Medicine: From Symptom
to Diagnosis, Thieme : 2011
6.
Eisenberg L.R., Gastrointestinal Radiology. 4th Edition. USA: Lippincot
wiliam& Wikins 2003
7.
Djumahana A., Ileus Paralitik. Bagian Ilmu penyakit dalam RS. Hasan Sadikin
Bandung.
8.
Indriyani M.N., Diagnosis dan tatalaksana ileus obstruktif. Bagian ilmu bedah
fakultas kedokteran Universitas Udayana.
9.
Kim et al., Hongkong jurnal of emergency medicine : Accuracy of plain
abdominal radiography in the differentiation between small bowel obstruction
and small bowel ileus in acute abdomen presenting to emergency department.
Vol.18(2). Hongkong: 2011
10. Silva A.C.,Pimenta M., Small Bowel Obstruction : What to look For. Volume
29 (2). April 2009
11. Nawas et al., Small Bowel Obstruction Imaging. North Manchester General
Hospital. http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview
12. Schwars N.T et al., Pathogenesis of Paralytic Ileus Intestinal: Manipulation
Opens a Transient Pathway Between the Intestinal Lumen and the Leukocytic
Infiltrate of the Jejunal Muscularis. Vol. 235 (1). Departemen of surgery
university of pitsburgh medical centre: 2002
27
13. Sutton, David.Text Book Radiology and Imaging. Volume 1, Second Edition.
Churchill Livingstone: 2003
14. Herring, William. Learning Radiology : recognizing the basic / William
Harring 1th ed. 2007
28
Download