1. M4 ttg Konsep Pelayanan Kesehatan Masyarakat Batasan Pelayanan Kesehatan Dari definisi yang dikemukakan oleh Levey dan Loomba (1973), dapat diperoleh bahwabatasan pelayanan kesehatan mengandung hal-hal sebagai berikut : a. Usaha sendiri Setiap usaha pelayanan kesehatan bisa dilakukan sendiri ditempat pelayanan. Misalnya pelayanan bidan praktek mandiri. b. Usaha lembaga atau organisasi Setiap usaha pelayanan kesehatan dilakukan secara kelembagaan atau organisasi kesehatan ditempat pelayanan. Misalnya pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas c. Memiliki tujuan yang dicapai Tiap pelayanan kesehatan memiliki produk yang beragam yang pada tujuan pokoknya adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat atau person d. Lingkup program Lingkup pelayanan kesehatan meliputi kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencengah penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau gabungan dari keseluruhan e. Sasaran pelayanan Tiap pelayanan kesehatan menghasilkan sasaran yang berbeda, tergantung dari program yang akan dilakukan, bisa untuk perseorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk masyarakat secara umum 2. M4 ttg Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat Upaya Program Kesehatan Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun mendatang. 2. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada. 3. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif. 4. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit. 5. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit. 6. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran. 7. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku) 8. Penggerakan peran serta masyarakat. 9. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara sehat. 10. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner. 11. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum). 12. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit. Upaya kesehatan seperti tersebut di atas tidak lain merupakan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan yang sesuai dengan konsep paradigma baru. Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan di masa datang harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang cukup. Upaya Tenaga Kesehatan Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Sebaliknya tenaga kesehatan yang menekankan masalah preventif dan promotif adalah sarjana kesehatan masyarakat yang juga sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistik yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada merek 3. M4 ttg Masalah Kesehatan Masyarakat (Gizi) Permasalahan di bidang kesehatan melliputi: 1. Masih cukup tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kecamatan dan perdesaan. 2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi. 3. Kondisi kesehatan lingkungan masih rendah. 4. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah. 5. Keterbatasan pelayanan kesehatan. 6. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata. 7. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal. 8. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal. 9. Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya 10. Masih rendahnya kinerja SDM kesehatan 11. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal. 12. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah, dimana penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita lebih sering terjadi pada penduduk miskin 13. Penduduk miskin belum terjangkau oleh sistem jaminan atau asuransi kesehatan Masalah di puskesmas: 1. Visi, misi dan fungsi Puskesmas belum dirumuskan secara jelas 2. Beban kerja puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota terlalu berat 3. Sistem manajemen puskesmas dengan berlakunya prinsip otonomi perlu disesuaikan 4. Puskesmas dan daerah tidak memiliki keleluasaan menetapkan kebijakan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, yang tentu saja dinilai tidak sesuai lagi dengan era desentralisasi 5. Proses pencapaian tujuan Puskesmas. Dalam hal ini pemimpin dituntut melaksanakan fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan, pengawasan/pembimbingan, dan evaluasi. Namun masih ada beberapa kepala puskesmas belum optimal dalam melakukan fungsi manajemen ini. Dapat dilihat bahwa petugas baik medis maupun non medis yang berada di puskesmas tersebut tidak ada saat kejadian. Hal tersebut menandakan bahwa proses pengorganisasian (organization) dan penggerakan pelaksanaan (actuating) dalam pelaksanaan manajemen belum optimal. Global Public Health: 1. Penyakit menular: Malaria, TBC, Polio, Campak, cacar 2. Penyakit Pandemik: SARS, demam berdarah, HIV/AIDS, FLU 3. Perubahan lingkungan global: perubahan iklim 4. Alam dan bencana buatan manusia 5. Gaya hidup dan adiktif penyakit: Tembakau, narkotika, penyalahgunaan narkoba 6. Kekerasan: Terorisme dan bioterorisme 7. Kecelakaan lalu lintas cuaca buruk, pemanasan global, badai dan topan Masalah gizi masyarakat lebih didominasi oleh masalah gizi mikro maupun makro yaitu kurang energy protein (KEP), Masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dan masalah kurangnya vitamin A (KVA) Faktor yang mempengaruhi masalah gizi konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang kompleks. Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi yang sangat dipengaruhi oleh faktor pejamu (fisiologis, metabolism, dan kebutuhan zat gizi). Faktor agens meliputi zat gizi yaitu zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienis serta sanitasi makanan 4. M4 ttg Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat 1. METODE HANLON Metode yang memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan yang relative, t tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif. Metode ini juga bisa disebut sebagai Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS). Metode ini memiliki 3 tujuan utama: Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengindentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas. Untuk mengorganisasi factor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relative satu sama lain Memungkinkan factor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual. 2. DIAGRAM FISHBONE Penggunaan: Melakukan identifikasi penyebab masalah Mengkategorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang sistematik Mencari akar penyebab masalah Menjelaskan hubungan sebab-akibat suatu masalah Pedoman pelaksanaan: Identifikasi semua penyebab yang relevan berdasarkan fakta dan data Karakteristik yang diamati benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat diukur atau diupayakan dapat diukur Dalam diagram tulang ikan, factor-faktor yang terkendali sedapat mungkin seimbang peranan atau bobotnya Factor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin dapat diperbaiki, bukan yang tidak mungkin dapat diperbaiki atau diselesaikan Dalam menyelesaikan fakta dimulai pada tulang yang kecil. Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan diagram tulang ikan Fishbone diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyiapkan sesi sebab-akibat 2. Mengidentifikasi akibat 3. Mengidentifikasi berbagai kategori 4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran 5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama 6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin Kelebihan diagram tulang ikan: Lebih terstruktur Mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan cara yang sistematik Mengajarkan pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang berlaku atau yang baru Kekurangan diagram tulang ikan: 3. Tulang ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin) harus didukung data POHON MASALAH Kekurangan pohon masalah: membutuhkan waktu yang banyakdan jika msalah semakin kompleks akan lebih sulit dalam menentukan penyebab masalah Proses pelakasanaan pohon masalah: Membuat kerangka pohon masalah Menentukan masalah yang akan dianalisis Menuliskan masalah dan menempatkan dalam kotak paling atas pada diagram Mengidentifikasi penyebab dari masalah yang telah ditentukan melalui FGD atau Brainstorming Dengan cara yang sama dengan langkah 4, dilakukan analisis penyebab masalah sampai tidak terjawab pertanyaan, atas apa yang menjadi penyebab tersebut melalui proses FGD maupun Brainstorming Memilih masalah inti: a. Sebelum melakukan analisa masalah,pastikan orang yang terlibat dengan suatau permasalahan terlibat dalam perumusan masalah b. Tulis rumusan singkat dari masalah inti pada kartu apa yang dianggap sebagai titik pusat dari masalah yang ada sekarang c. Masalah inti kemudian dipilih oleh seluruh anggota kelompok dengan menyepakati satu “maslah paling inti. Masalah inti tidak harus berarti maslah paling penting karena ia hanya berfungsi sebagai titik awal dari pembuatan pohon masalah. d. Masalah-masalah yang mencakup hubungan sebab-akibat yang menyeluruh dlam wilayah, cocok menjadi masalah inti e. Jika kelompok tidak dapat menyetujui maslah inti, pilihlah secara tantaive satu masalah dan lanjutkan bekerja. Membuat pohon masalah: a. Setelah mentapkan maslah inti, letakkan kartu di dinding atau papan tulis b. Telitilah masalah-masalah lainnya dan kondisi negative yang merupakan penyebab langsung dari masalah inti tersebut. c. Tamabahkan penyebab dari setiap masalah dan bekerjalah terus ke bawah, sehingga membentuk sebuah pohon (pohon masalah) d. Dengan cara yang sama, tempatkan efek langsung dan penting dari masalah inti diatasnya e. Efek selanjutnya dapat ditambahkan pada setiap kartu sebelum menyelasaikan bagian atas dari pohon f. Pada umumnya, terdapat beberapa sebab-akibat permasalah g. Tunjukkan semua hubungan seba-akibat yang utama dan penting dengan tanda panah h. Sambil menyelesaikan pohon masalah, periksa diagram secara keseluruhan dan periksa penggunaan kata yang tepat, hubungan sebab-akibat yang tepat, dan kelengkapannya. Langkah-langkah ini pada akhirnya memunculkan satu gambar yang lengkap dan terinci dengan akar yang diwakili oleh penyebab masalah, dan akibat dari maslah tersebut. 4. BRAINSTORMING (CURAH PENDAPAT) Suatu teknik yang efektif untuk membantu melakukan identifikasi maslah, menentukan penyebab masalah dan mencari cara pemecahan masalah, merupakan metoda yang digunakan untuk meggali ide atau pemikiran yang baru secara efektif melibatkan seluruh kelompok. Kelebihan metoda brainstorming: Mendapatkan masalah, penyebab masalah dan cara pemecahan masalah dengan cepat Merupakan data primer karena sumber data dapat langsung diperoleh Dapat digunakan bila tidak punya data sekunder Menghasilkan ide atau pemikiran baru yang kreatif dan inovatif dengan cepat Kekurangan: Tidak dapat digunakan pada sampel atau peserta yang besar dan ada resiko terjadinya subyektifitas yang sangat besar bila tidak ditunjang dengan data-data yang ada. Manfaat: Dapat digunakan secara efektif untuk memperoleh ide untuk menentukan masalah, identifikasi masalah, prioritas masalah serta mengajukan alternative pemecahan masalah Untuk memperoleh ide atau pemikiran baru dari sekelompok orang dalam waktu singkat dengan menggunakan 2 kemampuan (kreatif dan intuitif) Memberikan kesempatan pada semua angota kelompok untuk memberikan konstribusi dan keterlibatan dalam memecahkan masalah. 5. METODE DELPH Metode delphy adalah cara mendapatkan informasi, membuat keputusan, menetukan indicator, parameter, dll. yang reliable dengan mengeksplorasi ide dan informasi dari orang-orang yang ahli dibidangnya, yaitu dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh ekspertis atau praktisi yang kompeten di bidang yang akan diteliti, kemudian hasil kuisioner direview oleh piahak fasilitator atau peniliti untuk dibuat summary, dikelompokkan, diklasifikasikan dan kemudian dikembalikan pada ekspertis dan praktisi yang sama untuk direview, direvisi, dan begitu seterusnya dalam beberapa tahap yang berulang. Delph technique yaitu penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari. Langkah-langkah metode delphy: 6. Tentukan periode waktu Tentukan jumlah putaran pengambilan pendapat Tentukan apa saja yang akan didefine Tentukan ahlinya Tentukan input apa yang akan diharapkan dari mereka Review literature oleh para ahli tersebut (kriteria dan tujuan) Pelaksanaan sesi diskusi dan feedback iterative bersama ekspertif Perumusan hasil dari sesi diskusi dengan pengelompokan, pengkategorian, ataupun pemeringkatan Menyepakati hasil diskusi dan feedback. DELBECH TECHNIQUE Pada metode ini penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. 7. NOMINAL GROUP TECHNIQUE NGT adalah suatu metode untuk mencapai consensus dalam suatu kelompok, dengan cara mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta, yang kemudian memberikan voting dan ranking terhadap ide-ide yang mereka pilih. Ide yang dipilih adalah ide yang paling besar skornya, yang berarti merupakan consensus bersama. NGT adalah salah satu quality tools yang bermanfaat dalam mengambilan keputusan terbaik. Dalam quality manajemen, metode ini dapat digunakan untuk berbagai hal, mulai dari mencari solusi permsalahan, hingga memilih ide pengembangan yang baru. NGT dapat diimplementasikan ketika membutuhkan consensus dari tim, sementara tim punya pendapat dan perspektif yang berbeda-beda mengenai masalah tersebut. Jika butuh consensus yang cepat, NGT juga cocok dibandingkan dengan brainstorming yang memakan waktu lebih lama. Keunggulan: Menghasilkan ide yang lebih banyak dibandingkan dengan diskusi biasa Menyeimbangkan peran masing-masing individu, membatasi dominasi dari orang yang punya pengaruh dalam kelompok Menghilangkan ‘persaingan’ dalam kelompok dan tekanan untuk ‘konformitas’ Mendorong peserta untuk menyelesaikan masalah dengan konstruktif problem solving Tiap peserta dapat memberikan prioritas idenya secara independen dan tertutup Kelemahan: Membuthkan persiapan Hanya memfasilitasi untuk pencapaian satu tujuan saja Satu pertemuan hanya membahas satu topic Diskusi hanya terbatas, tidak seperti brainstorming yang menstimulasi perkembangan dari ide-ide 5. M4 ttg Kebijakan Dasar Puskesmas (Program) Kebijakan pembangunan kesehatan terutama diarahkan pada : (1) peningkatan jumlah jaringan dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan; (2) peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; (3) pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin; (4) peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat; (5) Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini; (6) Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar dan sebaran tenaga kesehatan. Tujuan Puskesmas Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas. Kedudukan Puskesmas 1. Dalam Sistem Kesehatan Nasional Puskesmas berperan sebagai sarana pelayanan kesehatan (perorangan dan masyarakat) strata pertama 2. Dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/ Kota Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota 3. Dalam Sistem Pemerintah Daerah Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan unit struktural pemda kabupaten/ kota Fungsi Puskesmas 1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan • Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yg berwawasan Kesehatan • Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya • Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan 2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat Berupaya agar seluruh elemen masyarakat: • Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuanmelayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat • Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan • Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan 3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan a. Pelayanan kesehatan perorangan b. Pelayanan kesehatan masyarakat Organisasi Puskesmas Struktur organisasi puskesmas 1. Kepala Puskesmas 2. Unit Tata Usaha 3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional • Upaya Kesehatan Masyarakat • Upaya Kesehatan perorangan 4. Jaringan Pelayanan • Puskesmas pembantu • Puskesmas Keliling • Bidan di Desa/Komunitas Tata kerja 1. Dengan kantor kec: berkordinasi 2. Bertanggung jawab kepada Dinkes kabupaten/ kota 3. Bermitra dengan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya 4. Menjalin kerjasama yang erat dengan fasilitas rujukan 5. Dengan Lintas sektor: berkordinasi 6. Dengan masyarakat: bermitra dg BPP ( BPP: Organisasi yg menghimpun tokoh masyarakat yang peduli kesehatan masyarakat) Upaya Puskesmas A. Upaya kesehatan wajib puskesmas 1. Upaya promosi kesehatan 2. Upaya kesehatan lingkungan 3. Upaya perbaikan gizi 4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular 5. Upaya kesehatan ibu, anak & kb 6. Upaya pengobatan dasar B. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas • Dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan kemampuan Puskesmas • Bila ada masalah kesehatan, tetapi pusk tidak mampu menangani, maka pelaksanaan dilakukan oleh dinkes kab/Kota • Upaya Lab (medis dan kesehatan masyarakat) dan Perkesmas serta Pencatatan Pelaporan merupakan kegiatan penunjang dari setiap upaya wajib atau pengembangan. Azas Penyelenggaraan Puskesmas 1. Azas pertanggungjawaban wilayah 2. Azas pemberdayaan masyarakat 3. Azas keterpaduan - Lintas program - Lintas sektoral 4. Azas rujukan - Rujukan medis - Rujukan kesehatan masyarakat Azas pertanggungjawaban wilayah 1. Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempattinggal di wilayah kerjanya 2. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung 3. Ditunjang dengan puskesmas pembantu, Bidan di desa, puskesmas keliling Azas pemberdayaan masyarakat 1. Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dlm menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas 2. Potensi masyarakat perlu dihimpun UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) Azas Keterpaduan Setiap upaya diselenggarakan secara terpadu, keterpaduan diwujudkan melalui: - Keterpaduan lintas programLokakarya Mini Bulanan - Keterpaduan Lintas Sektoral Lokakarya Mini Tribulanan Azas Rujukan • Rujukan medis/upaya kesehatan perorangan - rujukan kasus - bahan pemeriksaan - ilmu pengetahuan • Rujukan upaya kesehatan masyarakat - rujukan sarana dan logistik - rujukan tenaga - rujukan operasional Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yaitu : 1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan 2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat). 3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita. 4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). 5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat, 6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat. A. PROGRAM PENGEMBANGAN PUSKESMAS Program Pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas adalah beberapa upaya kesehatan pengembangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan kemampuan puskesmas. Dalam struktur organisasi puskesmas program pengembangan ini biasa disebut Program spesifik lokal. Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut adalah 1. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang dilakukan petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah kerja Puskesmas 2. Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, naik atlet maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran jasmani anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di luar gedung 3. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan kasus tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi ketempat tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan keperawatan keluarganya. Misalnya kasus gizi kurang penderita ISPA/Pneumonia 4. Kesehatan Kerja, adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang ditujuhkan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya pemeriksaan secara berkala di tempat kerja oleh petugas puskesmas 5. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar gedung (mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan salah satu penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas 6. Kesehatan Jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam rangka mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui kegiatan pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas. 7. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata terutama pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dibidang mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan didukung oleh peran serta aktif masyarakat. Misalnya upaya penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah. 8. Kesehatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan dukungan peran serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif, kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat usia lanjut. 9. Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan terhadap pelayanan pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dilakukan secara turun temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun keterampilan (pijat, patah tulang). 10. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota 6. M4 ttg Evaluasi & Penilaian Program Puskesmas a. Pengertian Penilaian Kinerja Puskemas Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja / prestasi Puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai instrumen mawas diri karena setiap Puskesmas melakukan penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan verifikasi hasilnya. Adapun aspek penilaian meliputi hasil pencapaian cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu pelayanan (khusus bagi Puskesmas yang telah mengembangkan mutu pelayanan) atas perhitungan seluruh Puskesmas. Berdasarkan hasil verifikasi, dinas kesehatan kabupaten / kota bersama Puskesmas dapat menetapkan Puskesmas kedalam kelompok (I,II,III) sesuai dengan pencapaian kinerjanya.Pada setiap kelompok tersebut, dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melakukan analisa tingkat kinerja puskesmas berdasarkan rincian nilainya, sehingga urutan pencapian kinerjanya dapat diketahui, serta dapat dilakukan pembinaan secara lebih mendalam dan terfokus. b. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas Tujuan Umum Tercapainya tingkat kinerja puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan kabupaten / kota. Tujuan Khusus 1. Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta manajemen puskesmas pada akhir tahun kegiatan. 2. Mengetahui tingkat kinerja puskesmas pada akhir tahun berdasarkan urutan peringkat kategori kelompok puskesmas. 3. Mendapatkan informasi analisis kinerja puskesmas dan bahan masukan dalam penyusunan rencana kegiatan puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk tahun yang akan datang. Manfaat Penilaian Kinerja Puskesmas : 1. Puskesmas mengetahui tingkat pencapaian (prestasi) kunjungan dibandingkan dengan target yang harus dicapai. 2. Puskesmas dapat melakukan identifikasi dan analisis masalah, mencari penyebab dan latar belakang serta hambatan masalah kesehatan di wilayah kerjanya berdasarkan adanya kesenjangan pencapaian kinerja puskesmas (out put dan out come) 3. Puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan tingkat urgensi suatu kegiatan untuk dilaksanakan segera pada tahun yang akan datang berdasarkan prioritasnya. 4. Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat menetapkan dan mendukung kebutuhan sumber daya puskesmas dan urgensi pembinaan puskesmas. c. Ruang Lingkup Penilaian Kinerja Puskesmas Ruang lingkup kinerja puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan, manajemen puskesmas dan mutu pelayanan. Penilaian terhadap kegiatan upaya kesehatan wajib puskesmas yang telah ditetapkan di tingkat kabupaten/kota dan kegiatan upaya kesehatan pengembangan dalam rangka penerapan tiga fungsi puskesmas yang diselenggarakan melalui pendekatan kesehatan masyarakat, dengan tetap mengacu pada kebijakan dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia Sehat. d. Pelaksanaan Penilaian a. Di tingkat Puskesmas 1. Dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka mawas diri mengukur keberhasilan kinerjanya 2. Kepala puskesmas membentuk tim kecil Puskesmas untuk melakukan kompilasi hasil pencapaian (out put dan out come) 3. Masing-masing penanggung jawab kegiatan melakukan pengumpulan data pencapaian, dengan memperhitungkan cakupan hasil (out-put) kegiatan dan mutu bila hal tersebut memungkinkan 4. Hasil yang telah dicapai, masing-masing penanggung jawab kegiatan melakukan analisis masalah,identifikasi kendala atau hambatan, mencari penyebab dan latar belakangnya, mengenali factor-faktor pendukung dan penghambat. 5. Bersama-sama tim kecil Puskesmas menyusun rencana pemecahannya dengan mempertimbangkan kecenderungan timbulnya masalah (ancaman) ataupun kecenderungan untuk perbaikan (peluang) dengan metoda analisis sederhana maupun analisa kecenderungan dengan menggunakan data yang ada 6. Hasil perhitungan, analisa data dan usulan rencana pemecahannya dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota b. Di tingkat kabupaten/kota 1. Menerima rujukan/ konsultasi Puskesmas dalam melakukan perhitungan hasil kegiatan, menganalisa data dan membuat pemecahan masalah. 2. Memantau dan melakukan pembinaan sepanjang tahun pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan urutan prioritas masalah 3. Melakukan verifikasi hasil perhitungan akhir kegiatan Puskesmas dan bersama dengan Puskesmas menghitung dan menetapkan kelompok peringkat kinerja puskesmas. 4. Melakukan verifikasi analisa data dan pemecahan masalah yang telah dibuat Puskesmas dan membuat rencana usulan kegiatan berdasarkan kesepakatan bersama dengan puskesmas 5. Mengirim umpan balik ke puskesmas dalam bentuk penetapan kelompok puskesmas, evaluasi hasil kinerja puskesmas dan rencana usulan kegiatan puskesmas. 6. Penetapan target dan dukungan sumber daya masing-masing puskesmas berdasarkan evaluasi hasil kinerja puskesmas dan rencana usulan kegiatan tahun depan. Teknis pelaksanaan penilaian kinerja puskesmas sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data. Contoh: pengumpulan data dilaksanakan dengan memasukkan data hasil kegiatan puskesmas tahun 2011 ( Januari s.d Desember 2011 ) dengan variabel dan sub variabel yang terdapat dalam formulir penilaian kinerja puskesmas tahun 2011. 2. Pengolahan Data. 3. Setelah proses pengumpulan data selesai, dilanjutkan dengan penghitungan sebagaimana berikut di bawah ini : Penilaian Cakupan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Nilai cakupan kegiatan pelayanan kesehatan adalah rerata per jenis kegiatan. Kinerja cakupan pelayanan kesehatan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : a) Kelompok I (kinerja baik) b) Kelompok II (kinerja cukup) c) : Tingkat pencapaian hasil ≥ 91 % : Tingkat pencapaian hasil 81 – 90 % Kelompok III (kinerja kurang):Tingkat pencapaian hasil ≤ 80 % Penilaian Kegiatan Manajemen Puskesmas Penilaian kegiatan manajemen puskesmas dikelompokkan menjadi empat kelompok : a) Manajemen Operasional Puskesmas b) Manajemen alat dan obat c) Manajemen keuangan d) Manajemen ketenagaan Nilai masing-masing kelompok manajemen adalah rata-rata nilai kegiatan masing-masing kelompok manajemen. Cara Penilaian : Nilai manajemen dihitung sesuai dengan hasil pencapaian Puskesmas dan dimasukkan ke dalam kolom yang sesuai. Hasil nilai skala di masukkan ke dalam kolom nilai akhir tiap variable Hasil rata – rata dari penjumlahan nilai variabel dalam manajemen merupakan nilai akhir manajemen Hasil rata-rata dikelompokkan menjadi: a) Baik : Nilai rata – rata > 8,5 b) Cukup : Nilai 5,5 – 8,4 c) : Nilai < 5 Kurang Penilaian mutu pelayanan Cara Penilaian : Nilai mutu dihitung sesuai dengan hasil pencapaian Puskesmas dan dimasukkan ke dalam kolom yang sesuai. Hasil nilai skala di masukkan ke dalam kolom nilai akhir tiap variable Hasil rata – rata nilai variabel dalam satu komponen merupakan nilai akhir mutu. Nilai mutu dikelompokkan menjadi : a) Baik : Nilai rata – rata > 8,5 b) Cukup : Nilai 5,5 – 8,4 c) : Nilai < 5, Kurang Berdasarkan hasil verifikasi, dinas kesehatan kabupaten / kota bersama Puskesmas dapat menetapkan Puskesmas kedalam kelompok (I,II,III) sesuai dengan pencapaian: a) Kelompok 1: Kelompok puskesmas dengan tingkat kinerja baik b) Kelompok 2: Kelompok puskesmas dengan tingkat kinerja cukup c) Kelompok 3: Kelompok puskesmas dngan tingkat kinerja kurang