Fenomena : Peluncuran Perdana IPHONE XI di Outlet Apple Orchard, Singapura Smartphone telah mengubah cara manusia mendapatkan informasi serta mengubah cara belajar,cara berkomunikasi, juga menawarkan cara baru dalam menjelajah berbagai tempat. Hiburan dan media diakses lewat cara-cara yang sama sekali baru,mudah dan tak merepotkan. Yang diketahui saat ini pengguna smartphone dapat melakukan banyak hal, mulai dari kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari membaca pesan elektronik (e-mail),jaringan media sosial sampai yang berkaitan dengan masalah pekerjaan. Seiring berjalannya waktu kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Hal ini menyebabkan para pengembang smartphone berlomba – lomba untuk membuat suatu inovasi baru yang mampu memenuhi permintaan dan keinginan konsumen Tipe telepon genggam mulai diperkenalkan di Indonesia pada sekitar Tahun 2000an oleh para vendor besar saat itu seperti Nokia, Ericsson dan Motorola, namun pasar smartphone terlihat memperoleh booming-nya pada 4 tahun belakangan ini dengan masuknya vendor Apple dengan produk Iphone dan juga Research In Motion dengan produk Blackberry yang fenomenal di Indonesia. Hal yang menarik untuk dibahas adalah ketika pada tahun 2007 Apple merilis produk iPhone dan juga sebagai pelopor lahirnya smartphone.iPhone 1 menjelma sebagai salah satu raksasa di pasar telepon seluler dengan produk dan fitur fenomenalnya yang mengusung sistem operasi berbasis IOS. produk dengan kualitas,model desain, fitur serta aplikasi dari suatu produk dapat mempengaruhi persepsi dibenak konsumen. Apa yang telah dilakukan oleh Appleterhadap iPhone menjadi menarik untuk dipahami dan dipelajari karena pada Tahun 2013 penelitianyang dipublikasikan oleh jurnal BrandFinancebahwa merek Apple sebagai“The most valuable brands in the world” dan mendapaturutan pertama sebagai “Top five most valuable brands in the world“. TABEL 1 5 MEREK SMARTPHONE TOP DUNIA Sumber : Brandfinance Global, 2015 Kemudian yang menarik untuk dibahas selanjutnya adalah persaingan sistem operasiiPhone dengan smartphone lainnya, iPhone adalah smartphone yang dikembangkan oleh Apple menggunakan sistem operasi IOS yang memiliki performa multi touch dan multi gesture yang lebih baik jika dibandingkan dengan kompetitor utamannya yaitu Android.Android merupakan sistem operasi yang 2 dikembangkan oleh Google, sistem operasi android ini bersifat terbuka atau open source dan dirancang agar dapat digunakan di telepon pintar apapun. Secara teori hal tersebut yang membedakan antara smartphone berbasis android dan iPhoneyang berbasis IOS,yang secara khusus dipergunakan oleh produknya sendiri yaitu iPhone, iPod dan iPad sehingga menjadikan suatu prestige sendiri bagi penggunanya. Sedangkan Android dapat digunakan untuk gadget apapun asalkan mendukung sistem Android. GAMBAR 1 TINGKAT KEPUASAN SISTEM OPERASI Sumber : IBM Digital Analytics Benchmark, 2019 Artinya semua orang yang memberikan komentar kepuasan terhadap sistem IOS pun langsung merekomendasikannya. Kemudian data pada sistem operasi Google Android tingkat kepuasannya sebesar 8,4% dan rekomendasi untuk sistem operasi ini sebesar 8,7% yang artinya sebagian pengguna yang tidak puas dengan sistem operasi Android pun turut merekomendasikannya hal ini 3 karena sistem operasi Android yang open source dan Smartphone yang menggunakan sistem operasi Android ini tergolong murah jika dibandingkan dengan harga smarthphone yang berbasis IOS.Inilah yang menjadikan iPhone mengkategorikan mereknya kedalam speciality bukan lagi mass product seperti Smartphone lainnya. Dengan perkembangan ponsel yang semakin beragam, Apple Inc tidak mau ketinggalan jaman dalam melakukan pengembangan produk-produknya guna untuk memuaskan keinginan konsumen.iPhone adalah jajaran telepon pintar yang dirancang dan dipasarkan oleh Apple Inc yang menggunakan sistem operasi telepon genggam iOS Apple yang dikenal dengan nama "iPhone OS". Perkembangan yang cepat menuntut perusahaan untuk selalu melakukan inovasi dengan cepat.Hal tersebut terlihat dari usaha yang dilakukan Apple Inc dalam mengembangkan teknologi iPhone Sikap fanatisme terhadap gadget khususnya Iphone dapat dikatakan telah terlihat di berbagai belahan dunia khususnya di Asia Tenggara. Sejak tahun 2007 Iphone telah muncul dengan menegaskan image khusus di tengah – tengah penggunanya, bahkan para konsumennya tidak segan – segan mengeluarkan uang hanya untuk menjadi salah satu pengguna Iphone. Fenomena terbaru brand Iphone yang terjadi baru – baru ini adalah penjualan perdana yang terjadi di outlet Iphone di Orchard Road Singapura. Dari hasil penelusuran menunjukkan antrian para penggemar Iphone atau yang biasa disebut dengan “Iphone Fan boy” yang sangat di luar batas kewajaran 4 GAMBAR 2 ANTRIAN CALON PEMBELI IPHONE XI DI ORCHARD ROAD, SINGAPORE Sumber : www.liputan6.com, 2019 Tampak pada gambar 2 para calon pembeli rela antri di depan toko berjam – jam sebelum tokonya terbuka. Ini menunjukkan bahwa animo masyarakat dunia terhadap Iphone sangat besar. produk yang akan diluncurkan adalah smartphone teranyarnya, yakni iPhone 11, iPhone 11 Pro, dan iPhone 11 Pro Max. Sesuai dengan yang dijanjikan, perusahaan yang didirikan Steve Jobs ini akan menjual trio iPhone 11 di berbagai negara mulai besok tanggal 20 September 2019. Dari gambar terlihat suasana toko Apple Store yang terletak di Orchard Road, Singapura sehari sebelum penjualan pertama seri iPhone 11 dimulai, Diketahui dari berbagai sumber bahwa pada Kamis siang tanggal 19 September 2019 5 tepatnya di Toko Iphone Orhard Road Singapore terlihat para fanboys sudah berada pada antrean panjang. Padahal, cuaca di Singapura pun terbilang cukup panas dengan suhu mencapai 33 derajat celcius. GAMBAR 3 ANTRIAN CALON PEMBELI IPHONE XI DI ORCHARD ROAD, SINGAPORE Sumber : www.liputan6.com, 2019 Karena cuaca panas dan antrean iPhone 11 baru dibuka besok pagi jam 8.00 waktu setempat, sejumlah pengantre pun memanfaatkan berbagai cara agar tidak kepanasan. Beberapa ada yang menggunakan payung. Sebagian lainnya mengikatkan jaket atau kain besar di atas kepalanya. Diketahui dari berbagai sumber bahwa orang pertama yang mengantre untuk membeli iPhone 11 adalah seorang pria bernama Brian. Pelanggan tersebut dan keempat temannya datang jauh-jauh dari Vietnam ke Singapura dan mulai mengantre sejak jam dua pagi hanya untuk membeli iPhone 11 Pro Max dengan warna Midnight Green. 6 GAMBAR 4 ANTRIAN CALON PEMBELI PERTAMA IPHONE XI DI SINGAPURA Sumber : www.liputan6.com , 2019 Calon pembeli tersebut juga menjelaskan, ini merupakan kali pertamanya bagi dia untuk mengantre di depan Apple Store seperti ini. Sebagai persiapan untuk mengantre hingga besok pagi, dia dan teman-temannya sudah menyiapkan beberapa hal seperti baju ganti, air minum, makanan, dan power bank." Dari ulasan di atas menunjukkan bahwa semahal apapun produk yang dimiliki perusahaan jika brandanya sudah mendapat tempat khusus dihati mereka maka penggunanya akan merasa bersalah jika tidak mengikuti trend yang dimunculkan setiap saat oleh brand tersebut dan hal ini dapat mengarah ke sifat fanatisme. 7 IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan ulasan fenomena yang telah dibahas pada poin sebelumnya, maka masalah yang dapat diidentifkasi adalah : 1. Bagaimanakah perilaku konsumen iPhone XI ? 2. Bagaimana nilai merek bagi konsumen produk iPhone XI ? 8 KERANGKA TEORI TEORI FENOMENA Fenomenologi merupakan sebuah aliran filsafat yang menilai manusia sebagi sebuah fenomena, mempelajari tentang arti kehidupan beberapa individu dengan melihat konsep pengalaman hidup mereka atau fenomenanya. Fokus dari fenomenologi adalah melihat apakah objek penelitiannya memiliki kesamaan secara universal dalam menanggapi sebuah fenomena. Fenomenologi adalah ilmu yang menjelaskan dan mengklarifikasi sebuah fenomena, atau studi tetang fenomena. Dengan kata lain, fenomenologi mempelajari tentang fenomena yang nampak di depan mata dan bagaimana penampakannya (Hartanto, 2004). Fenomena adalah sesuatu hal yang bisa disaksikan dengan panca indera serta dapat dinilai dan diterangkan secara ilmiah. Atau suatu fakta yang kita temui di lapangan (Freddy Rangkuti: 2011) Teori Gaya Hidup Hypebeast Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang 9 orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Hypebeast adalah Hype atau Menggilai, Mengikuti dan Menggunakan. Trend berpakaian yang sedang booming (hype) untuk tetap terlihat stylish dan kekinian. Tapi tidak semua orang yang menggunakan pakaian atau produk produk hype dapat dikategorikan Hypebeast. Gaya hidup Hypebeast biasanya hanya mengetahui brand-brand original yang sering didengar dan memiliki harga jual fantastis luar biasa mahal. Hypebeast adalah bagaimana mereka bisa berpenampilan semenarik mungkin dengan brand-brand ternama untuk di pamerkan kepada lingkungan sekitar. Tidak peduli dimanapun mereka berada, asalkan berpenampilan semenarik mungkin. Biasanya seorang Hypebeast akan mendapat kepuasan tersendiri jika sudah menggunakan brand ternama, walaupun belum tentu ukuran nya cocok dibadan. Seorang yang menyukai hypebeast biasanya hanya mengetahui brandbrand original dan memiliki harga jual yang mahal dan berkualitas tinggi. Mereka juga tidak mau membeli barang yang bukan original dari pabriknya. Jika ingin menjadi hypebeast adalah menggunakan brand 100% original dan bukan KW ataupun Premium Supercopy, karena jika terbukti palsu pasti akan dihujat dan di bully. Untuk ukuran produk yang memiliki harga paling murah seperti kaos saja sekitar lima ratus ribu, oleh karena itu gaya hidup ini sebenarnya hanya cocok untuk masyarakat yang memiliki penghasilan menangah ke atas. 10 Saat ini tidak hanya anak muda usia 16 sampai 23 saja yang menggunakan gaya hidup hypebeast namun sudah banyak usia dewasa dari 24 sampai 30 yang menggunakannya, bahkan orang tua juga sudah mulai banyak yang menggunakan gaya hidup hypebeast tersebut. Alasan mereka menggunakan gaya hidup hypebeast yaitu karena beberapa faktor salah satunya gaya hidup yang mengikuti zaman. TEORI PERILAKU KONSUMEN a. Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “Mengapa konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan”. Schiffman dan Kanuk (2008:6) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Konsumen memiliki keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia meliputi seluruh individu dari berbagai usia, latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana konsumen berperilaku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut. Definisi perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2008:214): Perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Definisi 11 perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008:6): Perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barangbarang yang berhubungan dengan konsumsi. Dari dua pengertian tentang perilaku konsumen di atas dapat diperoleh dua hal yang penting, yaitu: (1) sebagai kegiatan fisik dan (2) sebagai proses pengambilan keputusan. Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. b. Model Perilaku Konsumen Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling interaksi satu sama lainnya, sehingga pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan harus benar-benar dirancang sebaik mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut. Selain itu, para pemasar harus mampu memahami konsumen, dan berusaha mempelajari bagaimana mereka berperilaku, bertindak dan berpikir. Walaupun konsumen memiliki berbagai macam perbedaan namun mereka juga memiliki banyak kesamaan. Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen agar mereka mampu memasarkan produknya dengan baik. 12 Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai. Tidak dapat diragukan lagi bahwa pemasar yang memahami konsumen akan memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik. Dalam sub bab berikut akan dijelaskan mengenai perilaku pembelian konsumen. Kotler (2008:226) menggambarkan model perilaku konsumen sebagai berikut: GAMBAR 5 MODEL PERILAKU KONSUMEN / BLACK BOX CONCEPT Sumber : Kotler, 2008 c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan masyarakat dimana ia dilahirkan dan berkembang. Ini berarti konsumen berasal dari lapisan masyarakat atau lingkungan yang berbeda akan mempunyai penilaian, kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda, sehingga pengambilan 13 keputusan dalam tahap pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (2008:25) terdiri dari: 1. Faktor Kebudayaan. Faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Faktor kebudayaan terdiri dari: budaya, subbudaya, kelas sosial, faktor budaya dipengaruhi oleh budaya, sub budaya dan kelas sosial Menurut Schifman & Kanuk (2008 : 358) budaya adalah keseluruhan kepercayaan, nilai – nilai, dan kebiasaan yang mempelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu. . Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial. Menurut Engel, et al (1994 : 47) kelas sosial adalah pembagian dalam masyarakat yang terdiri dari individu – individu yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang sama. Sedangkan menurut Sumarwan (2002 : 218) kelas sosial merupakan bentuk lain dari pengelompokan masyarakat kedalam kelas atau kelompok yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk, jenis jasa, dan merek yang dikonsumsi oleh konsumen. Kelompok status mencerminkan suatu harapan komunitas akan gaya hidup di kalangan masing – masing kelas dan juga estimasi sosial yang positif atau negatif mengenai kehormatan yang diberikan kepada masing – masing kelas (Setiadi, 2008 : 299). 2. Faktor Sosial. Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta status sosial. Dalam faktor sosial, kelompok referensi, keluarga, peran sosial dan status 14 mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok referensi (reference group) adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Menurut Assel (dalam Sutisna, 2002 :176) kelompok rujukan atau kelompok referensi adalah kelompok yang berfungsi sebagai poin rujukan bagi individu dalam membentuk kepercayaan, sikap dan perilakunya. 3. Faktor Pribadi. adalah pola ciri – ciri seseorang yang menjadi determinan (faktor penentu) dalam perilaku responnya. Kepribadian adalah respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan (Engel, 1994 : 367). Menurut Sumarwan (2002 : 56) gaya hidup menggambarkan pola dan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. 4. Faktor Psikologis. Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian. Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian. TEORI MOTIVASI BELANJA Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak (Schiffman dan Kanuk, 2008:72). Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat 15 kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individ u secara sadar maupun tidak sadar berjuang untuk mengurangi ketegangan tersebut melalui perilaku yang mereka harapkan akan memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan membebaskan mereka dari tekanan yang mereka rasakan. Tujuan tertentu yang mereka pilih dan pola tindakan yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut merupakan hasil pemikiran dan proses belanjar inidividu (Schiffman dan Kanuk, 2008:72). GAMBAR 6 MODEL PROSES MOTIVASI Sumber : Shifman dan Kanuk, 2008 Gambar di atas menggambarkan bahwa motivasi sebagai keadaan tertekan karena dorongan kebutuhan yang “membuat” individu melakukan perilaku yang menurut anggapannya akan memuaskan kebutuhan dan dengan demikian akan mengurangi ketegangan. Tujuan khusus yang ingin dicapai konsumen dan rangkaian tindakan yang mereka ambil untuk pencapaian suatu tujuan, dipilih atas dasar proses berpikir (kesadaran) dan proses belajar sebelumnya. Banyak faktor yang memotivasi konsumen untuk pergi berbelanja. Motivasi konsumen dalam 16 berbelanja memberikan kontribusi positif terhadap konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk atau jasa. TEORI NILAI MEREK 1. Merek (Brand) American Marketing Association menyatakan bahwa brand adalah sebuah nama, desain, simbol ataupun fitur yang lain yang mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual yang membedakannya dari penjual yang lain (Maurya & Mishra, 2012: 123). Brand mempunyai tiga definisi yang menyatu (Landa, 2006:4), yaitu: a. Semua karakteristik dari sebuah produk, jasa atau organisasi, termasuk fitur fisik, asset emosional, budaya dan asosiasi emosional; b. Identitas brand yang teraplikasi pada setiap produk atau jasa dan ekstensi dari produk, jasa atau organisasi; c. Persepsi audiens terhadap brand. Berbeda dengan yang lain, Neumeier menyatakan bahwa brand adalahperasaan seseorang terhadap sebuah produk, jasa atau perusahaan. Brand adalah perasaan karena semua manusia bersifat emosional dan merupakan makhluk intuisi, seberapapun kerasnya kita mencoba untuk menjadi rasional. Brand adalah perasaan seseorang karena pada akhirnya brand ditentukan oleh perseorangan, bukan perusahaan, pasar, maupun publik. Setiap orang menciptakan versi brandnya masing-masing (Neumeier, 2006:2). Kapferer menyatakan bahwa brand adalah omni present, atau dengan kata lain brand ada dimana-mana. Dapat disimpulkan bahwa brand adalah wajah 17 perusahaan, apa yang pertama kali diperhatikan individual mengenai suatu produk. Brand bisa berwujud suatu emosi yang ditimbulkan oleh brand tersebut. Brand bisa berupa banyak hal, dan meski tidak kita sadari, brand mempengaruhi segala aspek kehidupan kita. . Merek dapat memiliki enam level pengertian (Surachman, 2009): a. Atribut. Atribut berarti bahwa merek mengingatkan pada atibut-atribut tertentu b. Manfaat. Manfaat berarti bahwa atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional c. Nilai. Nilai berarti bahwa merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. d. Budaya. Budaya berarti bahwa merek juga mewakili budaya tertentu. e. Kepribadian. Kepribadian berarti bahwa merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. f. Pemakai. Pemakai berarti bahwa merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan merek tersebut. 2. Manfaat Merek Menurut Keller (2008), merek memiliki manfaat bagi konsumen dan produsen. Bagi produsen, merek memiliki pentingnya: a. Sebuah alat untuk memudahkan mengidentifikasi proses penanganan atau identifikasi produk untuk perusahaan, khususnya bagi pengorganisasian persediaan dan akuntansi proses. b. Suatu bentuk perlindungan hukum terhadap fitur produk yang unik atau aspek. Merek bisa mendapatkan perlindungan kekayaan intelektual. 18 c. Sebuah sinyal dari tingkat kualitas bagi konsumen puas sehingga mereka dapat dengan mudah memilih dan membeli kembali waktu lain. Hasil loyalitas merek seperti permintaan prediktabilitas dan keamanan bagi perusahaan dan menciptakan penghalang masuk bagi perusahaan lain. d. Sebuah platform untuk membuat asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari pesaing lainnya. e. Sebuah sumber keunggulan kompetitif terutama dalam perlindungan hukum, loyalitas konsumen dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen. f. Suatu bentuk pengembalian keuangan terutama dalam kaitannya dengan pendapatan masa depan. TABEL 2 MANFAAT MEREK BAGI KONSUMEN No. FUNGSI 1. Identification 2. Practicality 3. Guarantee 4. Optimization 5. Characterization 6. Continuity 7. Hedonistic 8. Ethical Kepuasan MANFAAT BAGI KONSUMEN Kemudahan visibilitas, makna produk, kemudahan pencarian produk. Memfasilitasi waktu dan penghemanatn energy melalui pembelian kembali produk/jasa yang sama dan loyalitas. Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka bisa mendapatkan kualitas yang sama meskipun waktu pembelian yang berbeda dan tempat. Memberikan jaminan bahwa konsumen dapat membeli alternatif terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan tertentu Mendapatkan konfirmasi dari citra diri konsumen atau gambar yang akan ditampilkan kepada orang lain. Kepuasan yang diperoleh melalui keakraban dan keintiman dengan merek yang digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen selama bertahuntahun. Kepuasan yang berhubungan dengan merek, logo dan daya tarik komunikasi. terkait dengan sikap bertanggung jawab dari merek berkaitan dengan hubungannya dengan massa. Sumber : TJjiptono (2005) 19 3. Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. Ada banyak definisi loyalitas merek ditinjau dari berbagai macam sudut pandang. Definisi yang umum dipakai adalah penjelasan bahwa loyalitas merek merupakan suatu preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu. Loudon & Della Bitta (1993) menyatakan bahwa loyalitas merek (brand loyalty) adalah pola membeli berulang karena ada komitmen terhadap suatu merek tertentu. Mereka juga mendefinisikan loyalitas merek sebagai sesuatu yang tidak bisa diduga, menghasilkan respon perilaku pembelian, dapat diekspresikan sepanjang waktu dengan proses pengambilan keputusan untuk membeli produk yang berkenaan dengan satu atau lebih pilihan merek diluar merek-merek yang pernah dipakai dan merupakan suatu fungsi proses psikologis dalam diri konsumen itu sendiri. Loyalitas merek juga merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek yang lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik yang menyangkut harga ataupun atribut. Pelanggan yang loyal pada umumnya akan melanjutkan pembelian merek tersebut meski dihadapkan 20 pada banyak alternatif merek pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul. Sebaliknya, pelanggan yang tidak loyal pada suatu merek, pada saat mereka melakukan pembelian akan merek tersebut, pada umumnya tidak didasarkan karena keterikatan mereka pada mereknya tetapi lebih didasarkan pada karakteristik produk, harga dan kenyamanan pemakaiannya serta berbagai atribut lain yang ditawarkan oleh merek lain (Durianto, 2001). Pengukuran loyalitas merek terdiri atas pengukuran sikap dan pengukuran perilaku konsumen terhadap suatu merek. Pengukuran sikap konsumen terhadap suatu merek menyangkut seluruh perasaan konsumen mengenai produk dan merek serta kecenderungan mereka untuk membeli produk dan merek tersebut. Pengukuran perilaku bergantung pada respon perilaku konsumen terhadap sebuah stimulus yang bertujuan untuk mempromosikan produk dan merek tertentu. Oleh karena itu, pengukuran ini akan melibatkan ketiga komponen sikap yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif; serta ditambah dengan komponen aksi (Schiffman dan Kanuk, 2004). Berdasarkan beberapa definisi diatas, pengertian loyalitas merek dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Schiffman dan Kanuk (2004) dimana loyalitas merek merupakan bentuk preferensi konsumen secara konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu sehingga pengukuran loyalitas merek akan mencakup pengukuran sikap (melibatkan aspek 21 kognitif, afektif, dan konatif konsumen terhadap merek) dan pengukuran perilaku. Aspek-Aspek Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) menerangkan bahwa komponen-komponen loyalitas merek terdiri atas empat macam, yaitu: a. Kognitif (cognitive) Representasi dari apa yang dipercayai oleh konsumen. Komponen kognitif ini berisikan persepsi, kepercayaan dan stereotype seorang konsumen mengenai suatu merek. Loyalitas berarti bahwa konsumen akan setia terhadap semua informasi yang menyangkut harga, segi keistimewaan merek dan atribut-atribut penting lainnya. Konsumen yang loyal dari segi kognitif akan mudah dipengaruhi oleh strategi persaingan dari merek-merek lain yang disampaikan lewat media komunikasi khususnya iklan maupun pengalaman orang lain yang dikenalnya serta pengalaman pribadinya. b. Afektif (affective) Komponen yang didasarkan pada perasaan dan komitmen konsumen terhadap suatu merek. Konsumen memiliki kedekatan emosi terhadap merek tersebut. Loyalitas afektif ini merupakan fungsi dari perasaan (affect) dan sikap konsumen terhadap sebuah merek seperti rasa suka, senang, gemar dan kepuasan pada merek tersebut. Konsumen yang loyal secara afektif dapat bertambah suka dengan merek-merek pesaing apabila merek-merek pesaing tersebut mampu menyampaikan pesan 22 melalui asosiasi dan bayangan konsumen yang dapat mengarahkan mereka kepada rasa tidak puas terhadap merek yang sebelumnya. c. Konatif (conative), Batas antara dimensi loyalitas sikap dan loyalitas perilaku yang direpresentasikan melalui kecenderungan perilaku konsumen untuk menggunakan merek yang sama di kesempatan yang akan datang. Selain itu, komponen ini juga berkenaan dengan kecenderungan konsumen untuk membeli merek karena telah terbentuk komitmen dalam diri mereka untuk tetap mengkonsumsi merek yang sama. Bahaya-bahaya yang mungkin muncul adalah jika para pemasar merek pesaing berusaha membujuk konsumen melalui pesan yang menantang keyakinan mereka akan merek yang telah mereka gunakan sebelumnya. Umumnya pesan yang dimaksud dapat berupa pembagian kupon berhadiah maupun promosi yang ditujukan untuk membuat konsumen langsung membeli. d. Tindakan (action), Tingkah laku membeli ulang sebuah merek oleh seorang konsumen dalam kategori produk tertentu dan merekomendasikan atau mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. Konsumen yang loyal secara tindakan akan mudah beralih kepada merek lain jika merek yang selama ini ia konsumsi tidak tersedia di pasaran. Loyal secara tindakan mengarah kepada tingkah laku membeli ulang sebuah merek oleh seorang konsumen dalam kategori produk tertentu dan 23 merekomendasikan atau mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. Sedangkan menurut Durianto (2001), loyalitas merek terbagi menjadi lima tingkatan, yaitu: a. Switcher Switcher disebut pula dengan pembeli yang berpindah-pindah, yaitu merupakan tingkatan loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak setia, semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri paling jelas dalam kategori ini adalah mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain membeli merek tersebut karena harganya murah. b. Habitual Buyer Habitual buyer atau pembeli yang bersifat kebiasaan adalah pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama juka peralihan itu membutuhkan usaga, biaya atau pengorbanan lain. Jadi, konsumen membeli suatu merek karena alasan kebiasaan. c. Satisfied Buyer Satisfied buyer atau pembeli yang puas dengan biaya peralihan adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja berpindah merek dengan menanggung switching cost (biaya peralihan), 24 seperti waktu, biaya, atau resiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek tersebut. Untuk menarik peminat pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai manfaat sebagai kompensasi. d. Liking of The Merek Liking of the merek atau menyukai merek adalah pembeli yang sungguhsungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi kualitas yang tinggi. e. Committed Buyer Commited buyer atau pembeli yang berkomitmen adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebanggan dalam menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa sebenarnya pelanggannya. Ciri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan atau mempromosikan merek yang digunakan kepada orang lain. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang benar, loyalitas merek dapat memberikan suatu keuntungan bagi perusahaan. Beberapa potensi yang dapat diberikan oleh loyalitas merek kepada perusahaan menurut Durianto dkk (2001) antara lain, mengurangi biaya pemasaran, dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Jadi biaya pemasaran akan lebih mengecil jika loyalitas merek meningkat. 25 4. Brand Beliefs American Marketing Association mengatakan bahwa belief (keyakinan) ialah suatu kognisi atau organisasi kognitif tentang beberapa aspek dari individu. Tidak seperti sikap, keyakinan selalu emosional atau motivasi netral. Krench dan Crutchfield (1948) menentukan keyakinan sebagai istilah umum yang mencakup pengetahuan, pendapat, dan keyakinan organisasi atas persepsi dan kognisi tentang beberapa aspek dari individu. Keyakinan identik dengan pengetahuan atau makna bahwa semua mengacu pada interpretasi konsumen terhadap konsep-konsep penting. Brand beliefs adalah karakteristik merek yang dianggap penting oleh konsumen. Dalam riset pasar, pemasar mengembangkan atribut dan keuntungan dari sebuah merek. Berikut gambar kerangka teori dapat dilihat pada gambar 7 26 GAMBAR 7 KERANGKA TEORI Fenomena Hypebeast Peluncuran Iphone XI Informasi Produk Iphone XI Perilaku Nilai Konsumen Merek Penjelasan Fenomena Peluncura n Iphone XI Sumber : Hasil olahan penulis, 2019 Berikut penjelasan gambar kerangka teori di atas, dari hasil pengamatan sementara fenomena peluncuran iPhone XI yang terjadi baru – baru ini pada tanggal 20 September 2019 di outlet Apple, Orchard Road, Singapura terjadi karena rasa penasaran dan ingin menjadi pemilik pertama dari barang tersebut kemudian untuk menjelaskan fenomena tersebut dapat diidentifikasi dengan teori perilaku konsumen dan nilai merek bagi konsumennya, juga harus diketahui 27 spesifikasi dari barang tersebut barulah kemudian dapat dijelaskan dan ditentukan fokus penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan datang. 28 PARADIGMA BERPIKIR INFORMASI SPESIFIKASI PRODUK : APPLE IPHONE XI IPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max merupakan penerus dari iPhone XS dan XS Max yang dirilis tahun lalu. Sementara iPhone 11 merupakan penerus iPhone XR. Ketiganya dibanderol dengan harga termurah 699 dollar AS (Rp 9,8 juta) untuk iPhone 11, 999 dollar AS (Rp 14 juta) untuk iPhone 11 Pro, dan 1.099 dollar AS (Rp 15,4 juta) untuk iPhone 11 Pro Max. Dari segi desain, iPhone 11 hadir dengan enam pilihan warna yakni ungu, kuning, hijau, hitam, putih dan merah. Perangkat tersebut tampil dengan layar LCD 6,1 inci liquid Retina Display dengan membawa fitur tap to wake. iPhone 11 dibekali dua sensor kamera yaitu 12MP Wide dan 12MP Ultra Wide yang dipasang vertikal dalam kotak berisi lampu flash. Sensor 12MP wide camera memiliki bukaan f/1.8 dan telah dilengkapi kemampuan optical image stabilization dengan enam elemen lensa. Sementara, sensor 12MP ultra wide camera memiliki bukaan f/2.4 dengan sudut pandang 120 derajat dan dilengkapi 5 elemen lensa. Perangkat lunak pada kamera memungkinkan pengguna untuk beralih dari angle wide ke ultra wide dengan menggeser opsi menu. Kamera iPhone 11 juga dibekali fitur potrait mode untuk hasil foto bokeh yang dilengkapi fitur Depth Control untuk mengatur tingkat bokeh, serta fitur night mode yang dapat meningkatkan intensitas cahaya dan mengurangi noise saat 29 mengambil foto dalam keadaan minim cahaya. Video pada iPhone 11 juga dapat diambil menggunakan kamera wide dan ultra wide dengan resolusi 4K 60 fps. Ada pula fitur Slo-mo, time-lapse dan cinematic video stabilization. Untuk kamera depan, iPhone 11 dibekali 12MP TrueDepth camera. Apple menghadirkan fitur Slo-fies untuk pertama kalinya, yang memungkinkan pengguna untuk merekam slow-motion video di kamera depan. Dari segi performa, iPhone 11 dibekali chipset A13 Bionic, merupakan peningkatan dari pendahulunya A12 yang tertanam di iPhone Xr. Ponsel tersebut juga diklaim memiliki daya baterai 1 jam lebih lama dibanding iPhone Xr, dan telah mengantongi sertifikat IP68 yang tahan dalam air hingga 2 meter selama 30 menit. Harga iPhone 11 iPhone 11 dibanderol mulai dari 699 dolar AS atau sekitar Rp9,8 juta dan akan mulai tersedia di Apple Store pada 20 September mendatang. Spesifikasi iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max Selain iPhone 11, Apple juga meluncurkan dua smartphone yang lebih "kuat" yakni iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max dengan tiga sensor kamera. Informasi dari Senior Vice President of Worldwide Marketing Apple, Philip W. Schiller, dalam presentasinya mengatakan bahwa produk Ini merupakan produk pertama ponsel kami yang kami sebut Pro. iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max memiliki ukuran yang berbeda. iPhone 11 Pro tampil dengan layar OLED 5,8 inci, sementara iPhone 11 Pro Max berukuran lebih besar yaitu 6,5 inci. Namun, kedua perangkat tersebut hadir dengan varian warna midnight green, space grey, silver white dan gold. Kedua smartphone tersebut juga dipersenjatai chipset A13 Bionic yang fokus pada Machine Learning. 30 Chipset tersebut memiliki empat inti efisiensi CPU yang disebut mampu membuat perangkat 20 persen lebih cepat dan 40 persen lebih hemat daya, serta dua inti performa CPU yang diklaim 20 persen lebih cepat dan 30 persen lebih hemat daya. Untuk grafis, chipset tersebut dibekali empat inti yang disebut mampu membuat perangkat 20 persen lebih cepat dan 40 persen lebih hemat daya. Chipset tersebut juga dibekali Neural Engine dengan delapan inti. iPhone 11 Pro diklaim tahan empat jam lebih lama dibanding iPhone Xs. Sementara, iPhone 11 Pro Max diklaim tahan lima jam lebih lama dibanding iPhone Xs Max. Dari segi kamera, iPhone 11 Pro dan iPhone 11 Pro Max dibekali tiga sensor, yakni 12MP wide camera (f/1.8), 12MP telephoto camera (f/2.0) dan 12MP ultra wide camera (f/2.4). Kedua ponsel tersebut juga dibekali fitur kamera yang sama dengan iPhone 11, termasuk night mode serta video 4K hingga 60 fps. Saat mengambil video, pengguna dapat menggunakan tiga kamera bersamaan, dan mampu mengedit video langsung tanpa menggunakan aplikasi lain, untuk mengatur tingkat kecerahan, hingga memotong atau memperbesar. Harga iPhone 11 dan 11 Pro Max iPhone 11 Pro dibanderol mulai 999 dolar AS atau sekitar Rp14 juta, sementara iPhone 11 Pro Max dibanderol 1.099 dolar AS atau sekitar Rp15,4 juta. PERILAKU KONSUMEN IPHONE XI Jika diliat dari model perilaku konsumen yang dipaparkan oleh Kotler maka rangsangan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan Apple terhadap produknya adalah keunggulan produk yang dimiliki oleh barang tersebut, dari keunggulan tersebut ditambah dengan citra produk yang telah tertanam 31 sebelumnya maka semakin menguatkan image produk tersebut. Rangsangan lain adalah datang dari sasaran pembeli yang bisa dibilang ekonomi menengah ke atas karena semua fitur yang dimiliki dapat memudahkan penggunanya mengakses segala keperluan dari satu barang elektronik kemudian juga perusahaan Apple sangat peka terhadap perkembangan teknologi saat ini yang serba cepat dan praktis dan itu diimplementasikan kepada produk yang dikeluarkan yang intinya adalah memudahkan aktivitas penggunanya. Faktor politik juga berpengaruh karena ini berkaitan dengan pengampu kebijakan, beda pemimpin tentu juga beda cara memimpinnya, dan ini berdampak pada regulasi penyebaran informasi khususnya pemasaran produknya, namun hal ini tidak terlalu mempengaruhi karena sampai saat ini tidak ada batasan mengenai teknik marketing yang haru diterapkan yang datangnya dari keputusan yang dipengaruhi oleh aspek politik. Kemudian faktor budaya, di Indonesia khsusnya masih banyak yang memegang budaya penampilan di atas segala – galanya, dan kebiasaan tersebut memicu para calon pembeli untuk dapat mendapatkan apapun yang mereka inginkan dengan bekerja keras meskipun kadang – kadang cara yang diambil itu salah, seperti mungkin remaja yang belum memiliki penghasilan tetap namun karena lingkungannya dimana semua teman- temannya menggunakan merek tertentu dalam hal ini Apple maka dengan keegoisannya remaja tersebut memutuskan untuk mengikuti lingkungannya bagaimanapun caranya. Dari faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut maka akan muncul keinginan untuk dapat memiliki sesuatu, namun karena kuatnya keinginan dari calon pembeli, maka banyak dari pengambilan keputusan 32 pembelian yang tidak dipertimbangkan seperti, kebutuhan sebenanrnya calon pembeli dari barang tersebut apa, kemudian karena sudah menentukan pilihan jadi proses mencari informasi mengenai barang tersebut dilewatkan dengan asumsi bahwa kalau banyak peminatnya sudah otomatis bagus. Setelah barang tersebut menjadi milik seseorang, pemilik tersebut akan merasakan kegunaan dari barang yang ia beli, tapi sekali lagi itu dapat tertutupi oleh rasa bangga yang sangat besar ketika memiliki barang yang menurut dia tidak semua orang mampu memilikinya tanpa mengetahui fungsi – fungsi yang dimiliki barang tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya jika nilai kebanggaan akan bertambah jika memiliki barang tertentu, karena nilai tersebut calon pembeli akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk memiliki barang tersebut, walaupun belum diputuskan kapan akan membelinya, calon pembeli tersebut akan berusaha menunggu sampai kondisi keuangannya cukup untuk memiliki barang tersebut. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan masyarakat dimana ia dilahirkan dan berkembang. Ini berarti konsumen berasal dari lapisan masyarakat atau lingkungan yang berbeda akan mempunyai penilaian, kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda, sehingga pengambilan keputusan dalam tahap pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli produk Iphone XI terdiri dari: 1. Faktor Kebudayaan. Budaya adalah penentu keingian dan perilaku yang paling mendasar. Budaya juga merupakan kumpulan nilai – nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah 33 laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluaraga dan lembaga penting lainnya. Budaya melengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian akan perilaku yang dapat diterima di dalam masyarakat. Budaya merupakan karakter yang penting dari suatu sosial yang membedakan dari kelompok kultur lainnya. Jika dilihat dari aspek budaya, maka jelas bahwa budaya memiliki barang mahal telah mempengaruhi pembeli iphone karena patokan mereka adalah rasa bangga ketika memiliki barang merek eksklusif yang tidak semua orang bisa memilikinya. 2. Faktor Sosial. Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta status sosial. Dalam faktor sosial, yang paling berpengaruh adalah lingkungan sekitar khususnya teman – teman pemilik barang tersebut. Alasan utamanya adalah karena seseorang merasa tergabung dalam satu kelompok yang sama sehingga anggota kelompok tersebut merasa wajib memiliki apa yang dimiliki anggota kelompok yang lain. 3. Faktor Pribadi. Faktor pribadi yang dimaksud adalah bagaimana seseorang dapat menentukan arah kemana ia akan mnggunakan uangnya, apakah digunakan dengan baik atau sebaliknya, dalam hal ini pribadi seseorang yang terbentuk dari sejak ia kecil akan berpengaruh pada karakter yang dibawa ketika sudah dewasa. Dalam hal produk iphone ini, faktor pribadi yang menentukan keinginan menggunakan uang kemudian apakah penggunaannya sudah tepat 34 sesuai kebutuhan atau tidak, dalam analisis ini karena sekali lagi karena pengguna Iphone ini masih didominasi oleh remaja jadi dapat dianalisis bahwa konsumen tersebut belum bisa memprioritaskan dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan, yang pada akhirnya membuat para orang tua sebagai penyandang dana harus memberi pemahaman ekstra mengenai keadaan ekonomi keluarganya. 4. Faktor Psikologis. Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian namun menurut penulis hal paling dominan mempengaruhi adalah motivasi untuk terlihat mampu secara ekonomi di depan banyak orang dan lingkungannya, kemudian keyakinan akan sebuah produk bahwa dengan memiliki produk tersebut dirinya akan dianggap bukan orang sembarangan. Berdasarkan fenomena utama yang terjadi maka masalah yang sebenarnya didentifikasi Faktor sosial dan psikologis memberikan kontribusi terhadap perilaku konsumen terdiri dari kelompok acuan, keluarga, status sosial, gaya hidup, motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan, pendirian, kepribadian dan konsep diri. Seseorang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama hidup mereka. Selera terhadap makanan, pakaian, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan psikologis. Pekerjaan seseorang akan mengarahkan pada kebutuhan dan keinginan seseorang dalam mengkonsumsi barang amaupun jasa yang diinginkan. Pekerjaan juga mempengaruhi pola konsumsi. Para pemasar berusaha 35 untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat lebih diatas rata- rata produk dan jasa yang mereka hasilkan. Berdasarkan hasil penelusuran penulis ditemukan bahwa rata – rata pemilik Iphone adalah berasal dari kalangan remaja dan sebagian besar mereka belum memiliki penghasilan yang tetap. Meskipun hanya mampu meraup total penjualan sebanyak 45 persen di pasar Amerika Serikat, iPhone tampaknya masih menjadi smartphone favorit di kalangan pengguna remaja. Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Piper Jaffray mengungkapkan jika generasi milenial dengan umur rata-rata 16 tahun lebih memilih menggunakan perangkat iPhone daripada smartphone Android. Jumlah presentase perbedaannya pun cukup besar, tak tanggung-tanggung lebih dari 80 persen kaum remaja cenderung memilih iPhone sementara sebanyak 11 persen memilih Android. Piper Jaffray sendiri merupakan salah satu perusahaan investasi dan manajemen aset yang sejak beberapa tahun terakhir secara rutin mengamati segmen pasar ini. Sebagai pihak surveyor mereka mengaku mendapatkan data riset tersebut dari 6.000 responden remaja Amerika Serikat yang diambil dari 40 negara bagian. Survei yang dikemas sebagai "Taking Stock With Teens" itu dilakukan setiap satu tahun sekali. Berdasarkan laporan dari survei tersebut ditemukan fakta bahwa 82 persen kaum remaja di Amerika Serikat saat ini sudah memiliki iPhone. Sementara itu sebanyak 84 persen responden remaja mengaku berencana untuk membeli perangkat iPhone sebagai smartphone terbaru mereka. Angka tersebut cenderung meningkat dari survei sebelumnya. 36 GAMBAR 8 CHART KEPEMILIKAN DAN HARAPAN KEPEMILIKAN IPHONE XI Sumber : Piper jaffray, 2018 Menanggapi hasil survei tersebut, beberapa sumber mengatakan jika hal ini salah satunya disebabkan karena para remaja mayoritas mendapatkan "warisan" iPhone bekas dari orang tuanya, sehingga mereka lebih terbiasa dengan perangkat iPhone daripada Android. Di Amerika maupun di negara lain hal ini biasa terjadi karena dianggap lebih hemat dari pada membelikan ponsel baru. Selain itu generasi milenial juga menganggap iPhone sebagai salah satu simbol yang bisa mengangkat derajat status sosial. Sementara pihak Apple sendiri sampai sekarang masih belum banyak berkomentar terkait hasil survei tersebut. Sebagai informasi, tahun ini vendor smartphone yang dipimpin oleh Tim Cook itu dirumorkan akan merilis penerus iPhone X. Perangkat edisi spesial sebagai penanda sepuluh tahun kiprah Apple di lini ponsel pintar tersebut nantinya juga akan hadir bersamaan dengan dua tipe lain, yakni iPhone X Plus 37 dan iPhone X versi ekonomis. Berdasarkan dari bocoran informasi sebelumnya, iPhone X versi terjangkau tersebut akan hadir dengan bandrol harga di kisaran USD 700 atau sekitar Rp9,5 jutaan. Sementara untuk iPhone X Plus nantinya akan dihargai sekitar USD 999 atau Rp13,6 juta. Segmentasi pasar Iphone XI, sebenarnya segmentasi pasar Iphone lebih diarahkan ke masyarakat ekonomi menengah ke atas karena melihat dari harga yang diberikan pada produknya namun harus diakui perangkat iPhone memang terlihat cukup populer di kalangan anak muda, kendati demikian secara keseluruhan Apple hanya mampu meraih pangsa pasar sekitar 45 persen dari total penjualan smartphone di Amerika Serikat. Sisanya tentu masih didominasi oleh perangkat Android dan BlackBerry yang tidak perlahan tapi pasti menggerus dominasi iOS. MOTIVASI BELANJA KONSUMEN IPHONE XI Berdasarkan teori motivasi yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat diidentifikasi alasan utama konsumen menggunakan Iphone adalah value yang didapatkan ketika menggunakan Iphone. Para pengguna Iphone masih menganggap dengan memiliki barang tersebut maka akan membangun citra diri mereka sebagai orang menengah ke atas. Dengan memiliki barang tersebut mereka dapat merasa tidak dianggap remeh oleh orang lain, dan rasa inilah yang sangat ingin dimiliki oleh para pengguna Iphone khususnya di usia remaja. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena 38 remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anakanak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Pengertian Remaja Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Tidak hanya sekedar core benefit nya saja, namun juga pride yang muncul ketika menggunakan Iphone. Selain itu, brand loyalty dari para pengguna Iphone juga sangat tinggi. Dengan harga Iphone yang cukup mahal jika dibandingkan dengan brand-brand handphone lainnya, konsumen tetap memilih untuk menggunakan Iphone. Ini membuktikan bahwa kesetiaan dari konsumen adalah kekuatan utama dari Iphone. User-friendly adalah alasan lain yang membuat brand Iphone selalu diminati. Walaupun Iphone secara terus-menerus mengembangkan kecanggihan produknya, terbukti bahwa Iphone masih diminati karena kemudahan dalam penggunaannya. Hal ini membuat konsumen semakin nyaman dalam menggunakan iphone. Namun, seperti yang kita tahu, Iphone baru saja merilis 39 Iphone XI dengan perbedaan yang mencolok dengan Iphone-iphone yang sebelumnya, yaitu dengan menghilangkan headphone jack. Dengan mengambil contoh tersebut, inovasi-inovasi seperti ini yang perlu dipertimbangkan oleh Iphone, sebab mayoritas konsumen menilai bahwa hilangnya headphone jack akan mempersulit. Oleh karena itu, Iphone diharapkan dapat terus membuat inovasi teknologi tanpa mengurangi kemudahan dalam penggunaannya, agar kepercayaan dan kenyaman konsumen dapat selalu diutamakan. NILAI MEREK IPHONE XI BAGI KONSUMEN 1. Merek (Brand) Brand atau merek adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau kontrak kepercayaan dari produsen kepada konsumen dengan menjamin konsistensi bahwa sebuah produk akan selalu dapat menyampaikan nilai yang diharapkan konsumen dari sebuah produk. Faktanya adalah pembeli Iphone lebih mengutamakan prestige sebuah merek daripada fungsi dan fitur yang dimiliki handphone walaupun hadir dengan harga yang sangat mahal, iPhone tidak pernah kehilangan pasaran padahal jika dibandingkan dengan pesaingnya yakni Android, iPhone jelas memiliki aplikasi yang lebih sedikit daripada Android, selain itu pengguna iPhone juga lebih terbatas dalam segala hal jika dibandingkan dengan pengguna Android. Nilai merek Iphone yang telah dijelaskan sebelumnya adalah sejalan dengan teori brand /merek yakni bahwa brand adalah sebuah nama, desain, 40 simbol ataupun fitur yang lain yang mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual yang membedakannya dari penjual yang lain (Maurya & Mishra, 2012: 123) dari pengertian tersebut mengidikasikan adalah mereklah yang menjadi faktor konsumen dapat mengidentifikasi dan membedakan juga membandingkan antara 1 produk dengan produk yang lain. 2. Manfaat Merek Jika dikaitkkan dengan teori maka manfaat konsumen juga produsen terhadap merek Iphone adalah : a. Sebuah alat untuk memudahkan mengidentifikasi proses penanganan atau identifikasi produk untuk perusahaan, khususnya bagi pengorganisasian persediaan dan akuntansi proses. Maksud dari teori di atas jika dikaitkan dengan produk Apple Iphone adalah berkaitan dengan spesifikasi produk dimana Apple selalu meluncurkan satu seri tapi dengan sekaligus 3 tipe dan keunggulan yang berbeda juga harganyapun berbeda, semakin cangguh dan memorynya besar maka harganya juga semakin mahal namun waloupun mahal, para konsumen masih saja membelinya. b. Bagi produsen atau penemu merek Apple Iphone adalah suatu bentuk perlindungan hukum atas ide mengenai merek tersebut atau biasa disebut hak atas kekayaan intelektual. Nama – nama merek dapat dilindungi melalui merek dagang terdaftar, proses manufaktur dapat dilindungi melalui merek dagang dipatenkan dan kemasan dapat dilindungi melalui hak cipta dan desain. Hak kekayaan intelektual ini berfungsi sebagai dan jaminan bagi perusahaan untuk berinvestasi dengan aman di merek dikembangkan dan bisa mendapatkan keuntungan dari aset yang berharga. 41 c. Sebuah sinyal dari tingkat kualitas bagi konsumen puas sehingga mereka dapat dengan mudah memilih dan membeli kembali waktu lain maksudnya adalah merek barang Iphone dapat dijadikan patokan oleh konsumen sebagai pertimbangan apabila konsumen ingin konsisten menggunkan semua produk Apple. d. Sebuah platform untuk membuat asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari pesaing lainnya maksundya adalah, karena semua merek dibuat pasti berdasarkan karakteristik dari perusahaannya dan diharapkan akan menjadi pembeda dengan perusahaan yang lain dan ini betul terjadi dimana merek Apple sangat dianggap berbeda oleh para penggunanya, selain karena logonya yang unik juga citra kualitas yang tersirat dari merek tersebutlah yang menjadi kekuatan atau magnet tersendiri bagi para konsumennya e. Sebuah sumber keunggulan kompetitif terutama dalam perlindungan hukum, loyalitas konsumen dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen. Produk merek Apple adalah salah satu hasil karya yang sangat digemari, terbukti sejak kemunculannya di Indonesia pada tahun 2007, merek ini sudah lama membentuk identitasnya di Amerika dimana negara tersebut adalah Negara maju yang menjadi patokan bagi seluruh negara berkembang karena keunggulan tersebut jadi Apple tidak terlalu kesulitan dalam memasarkan produknya karena namanya sudah terkenal jauh sebelum produk Iphonnya diluncurkan di Indonesia untuk pertama kalinya. f. Suatu bentuk pengembalian keuangan terutama dalam kaitannya dengan pendapatan masa depan maksudnya adalah bagi pemilik produk Iphone apabila ingin menjual kembali produk yang telah digunakan sebelumnya, harga jualnya tetap turun namun tidak terlalu signifikan alasannya adalah dikarenakan Apple tidak akan meluncurkan produknya lebih dari 1 kali dalam setahun dengan kata 42 lain dalam jangka waktu satu tahun hanya meluncurkan 1 rangkaian produk baru berbeda dengan pesaingnya yakni Samsung dan lain – lain yang dalam satu tahun bisa meluncurkan lebih dari 1 produk dan rentang waktunyapun sangat berdekatan. Selain itu Apple lebih memilih untuk menunggu sampai produk terbarunya betul – betul sempurna barulah perusahaan tersebut meluncurkannya. Penyebab – penyebab tersebutlah yang membuat harga jual Apple Iphone kembali tidak terlalu turun secara signifikan. Adapun manfaat merek bagi konsumen khususnya pemilik Apple Iphone adalah lebih ke pembentukan identitas sosial seseorang dalam pandangan orang lain melalui tampilan visual, dengan kata lain manfaatnya adalah dengan memiliki produk tersebut akan membentuk sifat ekslusif dalam diri penggunanya, dan ada kepuasan tersendiri jika masyarakat di sekitarnya melihat kemudian mengakui strata sosial walaupun hanya melalui pengamatan sementara hal ini sejalan dengan teori Kotler : 2008 mengenai manfaat konsumen yang menyatakan bahwa salah satu manfaatnya adalah characterization yakni berarti mendapatkan konfirmasi dari citra diri konsumen atau gambar yang akan ditampilkan kepada orang lain. 3. Loyalitas Merek Harga mahal pada iPhone adalah hal yang wajar, mengingat spesifikasinya yang memang kelas atas. kita akan menemukan pengguna iPhone dari berbagai kalangan, dari tua hingga muda sekarang juga banyak yang lebih tertarik menggunakan iPhone dibandingkan dengan Android hal ini sejalan dengan teori Berdasarkan artikel https://www.hitekno.com/gadget/2018/05/15/181346/karena- 43 gengsi-atau-kebutuhan-alasan-millenial-pakai-iphone alasan generasi milenial lebih memilih menggunakan Iphone adalah sebagai berikut : 1. Kualitas Kamera yang Keren Bagi anak muda yang kekinian, penampilan di depan umum maupun di dunia maya adalah hal penting dan utama. Momen-momen penting sangat sayang jika dilewatkan begitu saja tanpa mengabadikan lewat foto atau video dan membagikannya ke sosial media. iPhone mampu memberikan jawaban untuk keperluan kamu tersebut. iPhone dilengkapi dengan resolusi kamera yang tidak terlalu heboh, namun menghasilkan foto yang natural dan tidak norak. Keunggulannya ada pada sensor fotodioda yang digunakan untuk menangkap cahaya lebih banyak agar hasil foto lebih jernih dan minim noise. 2. Keamanan Tinggi IPhone dirancang dengan keamanan privasi yang tinggi. Akan sangat mustahil untuk dibobol oleh hacker. Selain itu, iPhone punya fitur iCloud yang bisa digunakan untuk memback-up seluruh data secara online. Jika smartphone dicuri, pengguna bisa dengan langsung mengunci perangkat sehingga data akan tetap aman dan tidak bisa dibobol dengan mudah. 3. Cara Penggunaan yang Mudah Sistem operasi iOS milik iPhone terbukti sangat ramah dan mudah digunakan untuk semua kalangan khususnya untuk Millenial yang meninginkan kemudahan dalam penggunaannya. Kemudahan ini didukung oleh fitur 44 "Spotlight" yang dapat diakses dengan cara swipe dari atas ke bawah pada tampilan homescreen. 4. Sistem Operasi yang Lebih Efisien Android memiliki berbagai program yang membuat smartphone menjadi berat, bahkan RAM 3 GB milik Android akan selalu kurang karena manajemen sistem operasi Android yang belum sama efisien seperti sistem operasi yang digunakan iPhone. iPhone hanya membutuhkan besaran RAM kecil, namun bekerja dengan sangat smooth tanpa hambatan. 5. Meningkatkan Gengsi Selain karena kualitas yang super bagus, Apple juga konsisten dalam membranding produknya sebagai produk eksklusif yang mewah dan langka. Desain produk Apple juga unik sehingga saat menggunakan produk ini, gengsipun akan secara otomatis meningkat. Alasan terakhir ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak Millenial lebih memilih menggunakan iPhone dibanding Android. Walau banyak yang bilang terlalu mahal, namun tak dipungkiri setiap seri iPhone selalu laris, seperti halnya yang terjadi di Vietnam. Namun di sana ada sebagian pembeli yang membeli karena gengsi, bukan kecanggihannya. Pengguna iPhone di Vietnam diklaim tumbuh pesat. Bahkan di kuartal pertama 2014 jumlahnya sudah naik dua kali lipat, lebih cepat tumbuh dibanding India yang sejatinya punya pasar yang lebih besar. dan anehnya, pangsa pasar Apple di 45 Vietnam tumbuh saat perkembangan ekonomi di negara tersebut melambat. Sekadar catatan, menurut IMF pendapatan per kapita di sana masih di bawah USD 1.900, jauh di bawah Indonesia yang konon sudah lebih dari USD 4.000. Kondisi tersebut tidak membuat para penggemar gadget Apple di Vietnam patah semangat. Mereka tetap mengidolakan iPhone meski harganya di luar batas kantong. Walopun harga Iphone memang lebih dari dua kali gaji mereka tapi dengan memiliki Iphone pemiliknya akan jadi lebih pede saat bertemu teman atau kolega Kondisi ekonomi yang kurang baik, serta kredit macet yang semakin tinggi membuat sejumlah pengusaha di Vietnam gulung tikar. Tapi hal itu tidak terlihat di kalangan penjualan smartphone. Di 'Negeri Flappy Bird' itu menenteng ponsel pintar berharga mahal seakan menjadi simbol kemakmuran. Tak heran jika kemudian iPhone dan tiruannya yang dijual tak lebih dari Rp 1 juta sangat diburu. Sebenarnya tak banyak dari pemiliknya yang sanggup beli iPhone, tapi mereka tetap ingin terlihat kaya. Itulah kenapa toko smart phone khususnya yang menjual Iphone bisa bertahan. 4. Brand Beliefs/Keyakinan Keyakinan yang baik dari penggunanya adalah salah satu pengaruh positif yang dimiliki oleh Iphone. Konsumen setia menggunakan Iphone karena keyakinan dari pengalaman yang mereka rasakan. Mayoritas dari mereka menggunakan Iphone seri terbaru adalah karena telah menggunakan seri Iphone yang sebelumnya. Selain itu, decision making konsumen untuk membeli Iphone 46 adalah karena rekomendasi dari kerabat, ataupun social media seperti Youtube. Maka, dengan membentuk pembentukan keyakinan merek yang baik bagi penggunanya, orang-orang yang belum menjadi pengguna Iphone bisa beralih menjadi pengguna Iphone. Tentunya, hal ini akan memperbesar market share dari Iphone. Hal yang telah dikemukakan sebelumnya sejalan dengan teori American Marketing Association mengatakan bahwa belief (keyakinan) ialah suatu kognisi atau organisasi kognitif tentang beberapa aspek dari individu Oleh karena itu Iphone perlu menjaga kepercayaan akan kualitasnya dari pengguna, sebab dengan begitu, konsumen akan secara kontinyu menggunakan Iphone. Untuk itu, sangat disarankan jika Iphone secara konsisten membuat brand building yang bagus agar konsumen tetap setia menggunakan Iphone, baik melalui eksklusivitas produknya hingga inovasi-inovasi teknologi yang selalu ditingkatkan. Dengan mempertahankan kepercayaan konsumen, kami berpendapat bahwa brand value Iphone akan terus terjaga. 47 ALTERNATIF JUDUL YANG DAPAT DIAJUKAN Berdasarkan fenomena, identfikasi masalah, kerangka teori serta paradigma berpikir, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan metode penelitian kuantitatif juga kualitatif dengan penjelasan singkat sebagai berikut : METODE KUALITATIF : Judul Penelitian : “ANALISIS PERILAKU KONSUMEN USIA REMAJA PENGGUNA APPLE IPHONE” Penjelasan Singkat : Penelitian tersebut berfokus meneliti bagaimana perilaku konsumen iPhone, juga kenapa mereka lebih tertarik pada barang yang belum tentu bisa mereka manfaatkan dengan maksimal dan harganya mahal khususnya pada usia remaja yang belum memiliki penghasilan tetap. Penelitian tersebut dilaksanakan di lokus yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. 48 METODE KUANTITATIF : Judul Penelitian : “PENGARUH PERILAKU KONSUMEN, MOTIVASI BELANJA DAN CITRA MEREK APPLE IPHONE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN REMAJA” Penelitian tersebut untuk mengukur seberapa besar pengaruh perilaku, motivasi belanja serta nilai atau citra merek terhadap keputusan pembelian produk Apple Iphone XI pada kalangan usia di lokus yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. 49 PENUTUP “Demikian Karya Tulis analisis fenomena peluncuran iphone xi ini, semoga bisa menjadi referensi tambahan bagi siapapun yang membacanya, Terima kasih” --- Muhammad Ersyad Nasir --- 50 DAFTAR PUSTAKA http://repository.unpas.ac.id/38593/4/BAB%20I.pdf. September 2019. Diakses tanggal 22 https://www.liputan6.com/tekno/read/4066628/penjualan-iphone-11-mulai-besokantrean-di-apple-orchard-sudah-mengular. diakses tanggal 22 September 2019. Husic M., & Cicic M. Luxury Consumption Fcators. Journal of School Economic and Business University of Sarajevo, Vol. 13 NO. 2, (2008), ), Dipublikasikan oleh emerald Group Publishing Limited. www.emeraldinsight.com 231 – 245 Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 2001. Prinsip- Prinsip Pemasaran, Jakarta: Erlangga. Patsiaouras G. & Fitchett J. The Evolution of Conspicuous Consumption. Journal of School of Management University of Leicester UK, Vol 4 No. 1 (2012), Dipublikasikan oleh emerald Group Publishing Limited. www.emeraldinsight.com/1755-750X.htm,154 – 176 . Schiffman dan Kanuk. 2004. Perilaku Konsumen Ed. 7. Jakarta: Prentice Hall Schiffman, Leon, L. Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Jakarta : PT. INDEKS. Youn C. K. K. L. Y., & Kim K. Pleasure and Guilt : How do They Interplay in Luxury Consumption. Europan Journal Of Marketing, Vol. 51 lss4 pp(2017), Dipublikasikan oleh emerald Group Publishing Limited. www.emeraldinsight.com , 1 – 46. 51