ARTIKEL ILMIAH JURUSAN ILMU TANAH UNIVERSITAS TANJUNGPURA FAKULTAS PERTANIAN Nama : Viktorianus Neki NIM : C1051141052 Program Studi : Ilmu Tanah Judul : Identifikasi Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Lama Perladangan Berpindah di Desa Boti Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau Dosen Pembimbing : 1. Ir. H. Joni Gunawan M.Sc 2. Rinto Manurung, SP.,MP Dosen Penguji : 1. Dr. Rossie Wiedya N, SP., M.Si 2. Rini Hazriani, SP., M.Si IDENTIFIKASI SIFAT KIMIA TANAH BERDASARKAN LAMA PERLADANGAN BERPINDAH DI DESA BOTI KECAMATAN SEKADAU HULU KABUPATEN SEKADAU Viktorianus Neki(1), Joni Gunawan(2), dan Rinto Manurung(2) (1) Mahasiswa dan(2)Staf Pengajar Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi sifat kimia tanah berdasarkan lama perladangan berpindah pada tiga lokasi yang berbeda yaitu hutan karat, lahan ladang, dan bekas ladang yang telah di tingalkan. Penggambilan sampel penelitian dilaksanakan di Desa Boti Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau. Parameter pengamatan dalam penelitian adalah warna tanah, struktur tanah, reaksi tanah (pH), KTK, N-Total, P-Total, K-Total, kejenuhan basa (KB), C-Organik, K-dd, kejenuhan Al, kalsium (Ca) dan magnesiun (Mg). Hasil analisis pada beberapa penggunaan lahan adalah ; reaksi tanah (pH) berkisar 4,31-5,46 dengan kriteria sangat masam dan sedang, KTK tanah berkisar 9,44 cmol(+)kg-1 - 12,26 cmol(+)kg-1 dengan kriteria rendah, kejenuhan basa (KB) berkisar 23,33% - 37,38% dendan kriteria rendah dan sedang, C-Organik berkisar 1,96% - 2,37% dengan kriteria sedang dan rendah, Nitrogen (N-Total) berkisar 0,26% - 0,33% dengan kriteria sedang, P-Tersedia dan P-Total berkisar 4,64 ppm - 48,88 ppm dan 48,6 mg/100g – 56,5 mg/100g dengan kriteria tinggi, K-Total dan K-dd berkisar 11,25 mg/100g 24,42 mg/100g dan 0,10 cmol(+)kg-1 - 0,17 cmol(+)kg-1 dengan kriteria rendah dan sedang, kejenuhan Al berkisar 1,16-6,03 cmol kg-1 dengan kriteria rendah, Ca dan Mg berkisar 1,63 cmol(+)kg-1 - 2,97 cmol(+)kg-1 dan 0,70cmol(+)kg-1 - 0,83 cmol(+)kg-1 dengan kriteria sangat rendah dan rendah, Bobot Isi Tanah berkisar 0,73 gram/cm3 - 0,89 gram/cm3 dendan kriteria rendah dan status kesuburan tanah masing-masing lahan penelitian memiliki kriteria rendah. Kata kunci : Sifat kimia tanah, perladangan berpindah, Sekadau Hulu IDENTIFICATION OF SOIL CHEMICAL PROPERTIES BASED ON THE PERIOD OF SHIFTING CULTIVATION IN BOTI VILLAGE SEKADAU HULU SUBDISTRICT SEKADAU DISTRICT Viktorianus Neki(1), Joni Gunawan(2), dan Rinto manurung(2) (1) University student and(2)Lecturer Study Program of Soil science Faculty of Agriculture Tanjungpura University ABSTRACT The purpose of the research is to identify the soil chemical properties based on the period of shifting cultivation on three different locations namely the forest rust, the field of land, and the former fields that have been in the level. The research sample was conducted in Boti village, Sekadau, Hulu Sekadau District. The observation parameters in the study are soil color, soil structure, soil reaction (pH), CEC, Total N, Total P, Total K, Base Saturation (BS), Organic-C, Exch-K, Al saturation, Exch -Ca and Exch mg. The results of analysis on some land use are; Ground reactions (pH) range 4.31-5.46 very acid criteria and with medium, soil CEC ranged 9,44 cmol(+)kg-1 - 12,26 cmol(+)kg-1 with low criteria, base saturation (BS) ranged 23,33% - 37,38% low criteria, organic-C ranged 1.96% - 2.37% with medium and low criteria, Nitrogen ( Total N) ranges from 0.26% to 0.33% with medium criteria, Available-P and Total P range of 4,64 ppm - 48,88 ppm and 48,6 mg/100g – 56,5 Mg/100g with low criteria, Total K and Exch K range in 11,25 mg/100g - 24,42 Mg/100g and 0.10 cmol(+)kg-1 - 0.17 cmol(+)kg-1 with low and medium criteria, Al saturation ranged from 1.16-6,03 cmol kg-1 With low criteria, Ca and Exch Mg of 1.63 cmol(+)kg-1 - 2.97 cmol(+)kg-1 and 0,70 cmol(+)kg-1 - 0.83 cmol(+)kg-1 with very low and low criteria, Soil Fil Weinght range 0,76 gram/cm3 - 0,89 gram/cm3 low criteria and soil fertility status of each research land has low criteria. Keywords : Soil chemical properties, Shifting Cultivation, Sekadau Hulu PENDAHULUAN Perladangan berpindah merupakan sistim bercocok tanam tradisional yang biasa dilakukan masyarakat adat. Teknik ladang berpindah dilakukan dengan proses pembukaan lahan dalam luas tertentu, menebang dan membakar hutan, kemudian ditanami dengan berbagai tanaman pangan seperti padi, jagung, ataupun singkong (Descola, 1993). Lahan yang digunakan menjadi ladang, dalam waktu 2 hingga 3 tahun akan ditinggalkan, karena lahan sudah tidak produktif. Ketika lahan pertama yang telah ditinggalkan kembali subur, lahan kembali dibuka menjadi ladang, dan lahan kedua akan ditinggalkan. Proses tersebut terjadi terus menerus (Sulistinah, 2014). Peladangan berpindah dengan sistem bakar merupakan kegiatan pertanian yang umumnya dilakukan para petani di lahan kering (Descola, 1998). Pembukaan lahan dengan sistem bakar dalam jangka waktu yang singkat memberikan dampak positif seperti ketersediaan unsur N, P, K, Ca, Mg. Namun jangka waktu yang lama kegiatan membakar menimbulkan dampak negatif yaitu perubahan pada sifat fisika dan kimia tanah serta perubahan dominansi vegetasi pada ladang. Prinsip pengolahan lahan harus diperhatikan terutama pada kesuburan tanah aluvial untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Apabila lahan yang di manfaatkan tidak diberikan input secara berkesinambungan agar dapat memperbaiki sifat kimia tanah, maka dapat mengakibatkan kerusakankerusakan pada tanah seperti menurunnya kesuburan tanah dan kehilangan unsur hara. (Arsyad, 1982). Hal ini dapat terjadi karena kualitas tanah yang terganggu, dapat merusak kualitas tanah itu sendiri. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada 3 lokasi lahan berdasarkan lama perladangan berpindah yang berbeda yaitu lahan hutan karet, lahan ladang, dan lahan bekas ladang di Desa Boti Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor tanah mineral, ring sampel, kertas label, pisau, munshel, kantong plastik, cangkul, GPS (Global Positioning System), Parang, camera untuk dokumentasi, serta seperangkat alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta yang berhubungan dengan lokasi penelitian, sampel tanah komposit, sampel tanah utuh untuk bobot isi, aquades, dan bahan kimia untuk analisis kimia tanah. Penelitian ini dilakukan dengan menentukan lokasi penelitian melalui metode survey lapangan, penelusuran lokasi tempat penelitian, yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah. Adapun tahapan penelitian terdiri dari: Persiapan Penelitian, Pengambilan Sampel Tanah, analisis sampel tanah di laboratorium, penyajian hasil, warna tanah , struktur tanah, reaksi tanah (PH), KTK, NTotal, P-Total, K-Total, kejenuhan basa (KB), C-Organik, K-dd, kejenuhan Al, Ca dan Mg, bobot isi dan tekstur tanah. 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Lahan Penelitian 1. Jenis Tanah di B. 1. Sifat Fisika Tanah Batas Lapisan Tanah Batas lapisan tanah ditentukan dengan memberi pembatas pada profil tanah berdasarkan warna tanah. Berdasarkan pengamatan pada tiap profil tanah, lokasi penelitian memiliki beberapa batas lapisan tanah. Berdasarkan pengamatan profil tanah, pada lahan karet memiliki 5 lapisan tanah dengan kedalaman 0-20 cm, 2034 cm, 34-52 cm, 52-91 cm dan 91150 cm. Pada lahan ladang memiliki 6 lapisan dengan kedalaman 0-3 cm, 321 cm, 21-46 cm, 46-60 cm, 60-82 cm dan 82-150 . Pada lahan bekas ladang memiliki 6 lapisan tanah dengan kedalaman 0-8 cm, 8-28 cm, 28-31 cm, 31-50 cm, 50-84 cm, 84-150 cm. Lokasi Lokasi penelitian terbagi atas tiga tempat yaitu hutan karet, ladang dan bekas ladang. Berdasarkan data hasil dari pengamatan morfologi tanah dan hasil analisis di lapangan diketahui bahwa tanah pada lokasi penelitian tergolong kedalam ordo inceptisol. Tanah inceptisol merupakan tanah mineral yang tergolong kedalam jenis tanah muda. Tanah inceptisol termasuk dalam kategori tanah aluvial dengan profil lebih berkembang. 2. Topografi Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada lokasi penggunaan lahan hutan karet dan bekas ladang memiliki topografi datar dengan kemiringan 03%. Sedangkan penggunaan lahan ladang pada lokasi penelitian memiliki topografi datar hingga bergelombang dengan kemiringan 0-3% dan 3-8%. 2. Warna Tanah Warna tanah merupakan sifat dari suatu tanah yang lebih banyak digunakan dalam mendiskripsikan karakteristik dari tanah, berdasarkan hasil dari pengamatan warna tanah pada tiap penggunaan lahan memiliki warna tanah berbeda pada tiap lapisan tanahnya. Pada hutan karet lapisan 020 berwarna merah kekunungan, 2034 berwarna coklat kekuningan, 34-52 berwarna kuning kemerahan, 52-91 berwarna coklat, 91-150 berwarna kuning kecoklatan, lahan ladang lapisan 0-3 berwarna coklat tua, 3-21 berwarna coklat kekuningan, 21-46 berwarna kuning kecoklatan, 46-60 berwarna coklat, 60-82 berwarna berwarna coklat kekunungan, 82-150 berwarna coklat, bekas ladang pada lapisan 0-8 berwarna coklat kekuningan gelap, 8-28 berwarna kuning kecoklatan, 28-31 berwarna coklat gelap, 31-50 berwarna kuning kecoklatan, 50-84 berwarna coklat muda, 84-150 bewarna gelap. Perbedaan pada tiap warna tanah ini disebabkan oleh kandungan bahan 3. Profil Tanah Pengamatan profil tanah dilakukan pada 3 lokasi lahan yang berbeda berdasarkan lama perladangan berpindah yaitu hutan karet, lahan ladang dan lahan bekas ladang. Pengamatan profil tanah dilakukan dengan mengamati setiap lapisan tanah yang berada pada profil tanah. Pengamatan yang dilakukan meliputi batas lapisan tanah, warna tanah, struktur tanah, tekstur tanah. 2 organik, dan sistem pengolahan lahan setiap lahan memiliki perbedaan jumlah bahan organik pada setiap lapisan tanahnya serta berpengaruh terhadap pencirian dan drainase tanah. perkembangan akar (Harjowigeno, 2003). 4. Struktur Tanah Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida besi dan lainnya. Struktur dibedakan menurut bentuk, tingkat perkembangan dan ukuran (Hardjowigeno, 2003). Berdasarkan pengamatan struktur tanah pada tiap profil tanah, pada tiap lokasi penggunaan lahan memiliki strukstur granular pada setiap lapisan atas, kubus pada lapisan tengah hingga pada lapisan paling bawah sedangkan lahan bekas ladang memiliki struktur tanah gumpal pada lapisan bawahnya. 3. Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga fraksi tanah (pasir, debu, dan liat) dalam suatu massa tanah. Berdasarkan hasil pengamatan tekstur tanah di lapangan dan laboratorium menunjukkan bahwa pada ketiga lokasi penelitian memiliki kelas tekstur yang beragam. Pada hutan karet memiliki kelas tekstur lempung berliat, pada ladang memiliki tekstur lempung liat berdebu dan pada bekas ladang memiliki tekstur tanah lempung berdebu. Menurut Mahida (1984) tanah liat merupakan pencampuran partikel-partikel pasir dan debu dengan bagian-bagian tanah lempung yang memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya. Tekstur berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam permeabilitas, kemudahan pengolahan, daya menahan air dan hara serta berpengaruh pula terhadap 5. Bobot Isi Bobot isi adalah perbandingan berat kering tanah dengan satuan volume tanah termasuk volume poripori tanah, umumnya dinyatakan dalam gram/cm3 (Hanafiah, 2010). Hasil analisis Bobot Isi (BI) pada lokasi penelitian disajikan pada gambar 1. 0.89 Bobot isi (gram/cm3) 0.9 0.83 0.85 0.8 0.76 0.75 0.7 0.65 Lahan Hutan Karet tanaman Lahan Ladang Lahan Bekas Ladang Lokasi Penelitian Gambar 1. Nilai Bobot Isi Tanah kedalaman 0-30 cm. 3 Gambar 1 menunjukan bahwa nilai bobot isi tanah kedalaman 0-30 cm memiliki bobot isi dengan kriteria rendah 0,76-0,89 gram/cm3. Rendahnya bobot isi pada lokasi penelitian disebabkan C-organik pada lokasi berkriteria rendah hingga sangat rendah. Bahan organik juga dapat memperkecil kerapatan isi berat tanah. Menurut Herdiansyah (2011) menyatakan bahan organik tanah dapat meningkatkan jumlah ruang pori tanah dan membentuk struktur tanah yang remah sehingga akan menurunkan berat isi tanah. C. Sifat KimiaTanah Sifat kimia tanah yang dianalisis adalah reaksi tanah (pH), KTK tanah, Kejenuhan Basa, C-Organik dan bahan organik tanah, N-Total, P-tersedia dan P-Total, K-Total, K-dd, Ca-dd dan Mg. 1. Reaksi Tanah (pH) Reaksi tanah (pH) menunjukkan sifat keasaman atau alkalis pada tanah. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut (Hardjowigeno, 2003). Tabel 1. pH Tanah Pada Tiga Lokasi Penelitian Lahan Hutan Karet Ladang Bekas Ladang Kedalaman (cm) 0-30 0-30 0-30 pH Tanah 4,31 5,09 5,46 Kriteria Sangat Masam Sedang Sedang Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah 2019 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pada setiap lokasi penelitian memiliki pH tanah dengan kriteria sangat masam dan sedang. berkisar antara 4,31-5,46. Masamnya tanah pada hutan karat disebabkan rendahnya unsur hara Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) karna terjadinya curah hujan yang tinggi mencapai 3005,4 mm/tahun dengan rata-rata 250,45 mm/bulan. Menurut Yadianto (2003) curah hujan tinggi dapat menyebabkan terjadinya pencucian basa pada kompleks jerapan sehingga tanah menjadi masam. Menurut foth (1994) rendahnya pH tanah disebabkan bahan organik yang terus terdekomposisi oleh mikroorganisme kedalam bentuk asam-asam organik, karbondioksida, dan air senyawa pembentuk asam karbonat selanjutnya asam karbonat bereaksi dengan Ca dan Mg karbonat di dalam tanah untuk membentuk biokarbonat yang lebil larut yang bisa tercuci sehingga tanah menjadi masam. Pada lahan ladang dan bekas ladang pH tanah berkriteria sedang dipengaruhi Al pada lokasi penelitian berkriteria rendah menurut Hakim dkk (1986) bahwa pada tanah bereaksi masam, Al menjadi sangat larut dan merupakan penyebab kemasaman atau penyumbang ion H+. Ion H+ yang dibebaskan tersebut menyebabkan pH tanah menjadi rendah dan sebaliknya. Bedasarkan penggunaan lahan pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa lahan yang telah dibuka dan ditinggalkan dalam waktu tertentu memiliki nilai pH yang berbeda. Hutan karet 4,31 kriteria sangat masam disebabkan adanya senyawa pembentuk asam karbonat selanjutnya asam karbonat bereaksi dengan Ca dan Mg karbonat di dalam tanah untuk membentuk biokarbonat 4 yang lebil larut yang bisa tercuci sehingga tanah menjadi masam. Pada lahan ladang dan bekas ladang dengan nilai pH 5,09 dan 5,46 berkeriteria sedang dipengaruhi Al pada lokasi penelitian beriteria rendah. Reaksi tanah (pH) pada setiap lokasi penelitian memiliki perbedaan kriteria pH tanah, hal ini menunjukan adanya perbedaan penggunaan lahan dan lama perladangan berpindah terhadap reaksi tanah (pH). 2. KTK Tanah Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan koloid tanah dalam menjerap dan mempertukarkan kationkation dan dinyatakan dalam milikuivalen per 100 g tanah (me/100g) (Tan, 1995). Tabel 2. Hasil Analisis KTK Tanah Lahan Hutan Karet Ladang Bekas Ladang Kedalaman (cm) 0-30 0-30 0-30 KTK (cmol(+)kg-1) Kriteria 12,26 11,45 9,44 Rendah Rendah Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah 2019 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pada setiap lokasi penelitian memiliki KTK tanah yang rendah berkisar antara 9,44 mol(+)kg-1 - 12,26 cmol(+)kg-1. Rendahnya KTK tanah pada lokasi penelitian disebabkan rendahnya bahan organik pada lokasi penelitian. sesuai dengan pernyataan Mukhlis (2007). Besarnya KTK tanah tergantung pada kandungan bahan organik. Semakin tinggi kadar liat atau tekstur semakin halus maka KTK tanah akan semakin besar. Demikian pula pada kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi bahan organik tanah maka KTK tanah akan semakin tinggi. Bedasarkan penggunaan lahan pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan nilai KTK tertinggi terdapat pada hutan karet yaitu sebesar 12,26 cmol(+)kg-1. Tingginya nilai KTK pada hutan karet disebabkan karena banyaknya biomasa yang dihasilkan oleh vegetasi tanaman yang ada pada hutan karet seperti ranting, daun, dan humus. Pada lokasi bekas ladang dengan nilai KTK 9,44 cmol(+)kg-1. Rendahnya KTK pada lahan bekas ladang disebabkan adanya pencucian yang terjadi pada lokasi penelitian (Susanto 2005). Lahan bekas ladang berada pada tepi sungai sehingga dipengaruhi oleh banjir yang menyebabkan hilangnya bahan organik terbawa oleh air. 3. Kejenuhan Basa (KB) Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kationkation basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah (Hardjowigeno, 1987). Tabel 3. Hasil Analisis Kejenuhan Basa Lahan Hutan Karet Ladang Bekas Ladang Kedalaman (cm) 0-30 0-30 0-30 Kejenuhan Basa% 23,33 37,38 29,66 Kriteria Rendah Sedang Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019 5 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pada setiap lokasi penelitian memiliki kejenuhan basa tanah yang rendah berkisar antara 23,33%-37,38%. Rendahnya kejenuhan basa diduga disebabkan oleh pH tanah yang rendah (bersifat masam), dimana pH tanah pada lokasi penelitian berkriteria masam hingga sedang. Menurut Susanto (2005) menyatakan tanah dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa yang rendah nilai kejenuhan basa adalah presentase dari total KTK yang ditempati oleh kation-kation basa, seperti K, Ca, Mg, dan Na nilai KB sangat berhubungan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah. Bedasarkan penggunaan lahan pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan nilai KB tertinggi terdapat pada Ladang yaitu sebesar 37,38%. Tingginya nilai KB pada ladang disebabkan oleh adanya abu yang dihasil dari pembakaran ladang sehingga partikel organik yang semula dipengaruhi oleh H+ digantikan Ca+. Pada lokasi hutan karet dengan nilai KB 23,33%. Rendahnya KB pada hutan karet disebabkan banyaknya partikel-partikel organik yang ditempati oleh ion H+. 4. C-Organik Tanah dan Bahan Organik Tanah Bahan organik merupakan bahan yang sangat penting dalam mempengaruhi kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Kandungan C-organik dalam tanah menunjukkan besarnya bahan organik tanah tersebut yang berperan sebagai sumber hara tanaman dan juga sebagai sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah (Hakim et al., 1986). Tabel 4. Hasil Analisis C-Organik Tanah dan Bahan Organik Lahan Kedalaman C-Organik% Kriteria Hutan Karet Ladang Bekas Ladang 0-30 cm 0-30 cm 0-30 cm 2,37 1,96 1,98 Sedang Rendah Rendah BO Tanah(%) 4,08 3,37 3,41 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pada setiap lokasi penelitian memiliki C-organik dengan kriteria sedang hingga rendah berkisar antara 2,37%-1,96%. Rendah dan sedangnya kriteria C-organik tanah disebabkan adanya kandungan bahan organik pada lokasi penelitian. Pada penggunaan lahan hutan karet, Corganik tanah tergolong dalam kriteria sedang, hal ini disebabkan karna tersedianya biomasa yang dihasilkan dari daun lebih tinggi dibandingkan lahan ladang dan bekas ladang. Sedangkan rendahnya C-organik pada lahan ladang dan bekas ladang disebabkan kandungan bahan organik pada lokasi penelitian rendah hal ini disebabkan karna proses pengolahan lahan dengan cara dibakar sehingga bahan organik yang terdapat pada lahan menjadi rendah. Sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (1993) bahwa semakin tinggi kandungan bahan organik maka kandungan Corganik juga semakin tinggi. Berdasarkan penggunaan lahan pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa lahan yang telah dibuka dan ditinggalkan dalam waktu tertentu menunjukkan perbedaan pada sifat corganik tanah. C-organik pada penggunaan lahan hutan karet memiliki kriteria sedang. hal ini 6 disebabkan oleh adanya biomassa yang di hasilkan oleh tanaman karet dibandingkan dengan lahan ladang dan bekas ladang, hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari penggunaan lahan terhadap c-organik tanah pada lokasi peneliti 5. pembentukan protein. N dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan oleh mikro organisme dari N udara, pupuk dan air hujan. di dalam tanah N terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu protein (bahan organik), Nitrogen (N-Total) Tanah senyawa-senyawa amino, amonium Nitrogen (N) merupakan unsur (NH4+) dan nitrat (NO3-), dan hanya hara makro yang sangat penting bagi dapat diserap tanaman dalam bentuk pertumbuhan tanaman yang berfungsi untuk vegetatif memperbaiki tanaman amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-) pertumbuhan dan (Hardjowigeno, 1987). sebagai Tabel 5. Hasil Analisis N-Total Tanah Lahan Hutan Karet Ladang Bekas Ladang Kedalaman (cm) 0-30 0-30 0-30 N-Total (%) 0,33 0,28 0,26 Kriteria Sedang Sedang Sedang Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019 Berdasarkan hasil analisis laboratorium nilai persentase N-total berkisar antara 0,26% sampai 0,33% sehingga termasuk dalam kriteria sedang. Sedangnya nilai N-total pada hutan karet disebabkan oleh kandungan C-organik pada lokasi hutan karet yang berkriteria sedang. Kandungan N-total tertinggi terdapat pada hutan karet hal ini disebabkan adanya bahan organik pada hutan karet yang juga tinggi peningkatan N-total tanah ini berasal dari mineralisasi bahan organik yang dihasilkan dari pelapukan bahan organik yang berupa ranting, ataupun daun tanaman. Hardjowigeno (2003) menjelaskan bahwa proses hilangnya N yang ada di dalam tanah dapat disebabkan karna diserap oleh tanaman dan digunakan oleh mikroorganisme. Kandungan N di lokasi penelitian pada lahan ladang dan bekas ladang tergolong sedang, disebabkan curah hujan yang tinggi. Sesuai dengan data curah hujan dari badan meteorologi klimatologi dan geofisika kalimantan barat yang menyatakan tingkat curah hujan di kabupaten sekadau mencapai 3005,4 mm/tahun dengan rata-rata 250,45 mm/bulan. Menurut Hakim dkk, (1986) menyatakan nitrogen dapat masuk masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat dan iklim. Bedasarkan penggunaan lahan pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa lahan yang telah dibuka dan ditinggalkan dalam waktu tertentu menunjukkan sifat N-total yang sama. N-total pada setiap penggunaan lahan memiliki kriteria sedang, pada hutan karet memiliki Ntotal yang tinggi, Hal ini disebabkan adanya pelapukan dari bahan organik yang dihasilkan dari daun ataupun 7 ranting oleh tanaman karet. Sedangkan pada lahan ladang dan bekas ladang juga memiliki kriteria sedang yang dihasilkan melalui air hujan hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari penggunaan lahan terhadap N-total tanah pada setiap lokasi penelitian. Sumber-sumber N dapat dihasilkan melalui air hujan, bahan organik tanah, pupuk, penggikatan oleh mikroorganisme dan N di udara. 6. Posfor (P-Tersedia dan P-Total) Tanah Unsur P merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan tanaman yang baik dan normal. Ketersediaan unsur P sangat ditentukan oleh sifat dan jenis tanah tersebut. Kekurangan unsur P di dalam tanah disebabkan oleh jumlah P di dalam tanah sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat di serap oleh tanaman dan terjadi pengikatan oleh Al pada tanah masam dan Ca pada tanah alkalis (Hardjowigeno, 1987). Tabel 6. Hasil Analisis P-Tersedia dan P-Total Tanah Lahan Kedalaman P-Tersedia Kriteria (ppm) Hutan Karet Ladang BekasLadang 0-30 cm 0-30 cm 0-30 cm 48,88 47,52 4,64 Tinggi Tinggi Rendah P-total (ppm) Kriteria 55,7 56,5 48,6 Tinggi Tinggi Tinggi Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pada setiap lokasi penelitian memiliki P-Total tanah dengan kriteria tinggi berkisar antara 4,86 ppm - 5,57 ppm. tingginya P-total disebabkan adanya mineral alami pembentuk P tanah sehingga tersedianya P-total tanah. Berdasar hasil analisis menunjukan P-tersedia pada lokasi penelitian berkriteria tinggi dan rendah. Menurut Munawar (2011) menyatakan tanah pada pH rendah dimana kelarutan unsur Fe, Al yang tinggi dan mengikat P menjadi senyawa Al-P dan Fe-P yang bentuknya tidak tersedia. Berdasarkan hasil penelitian pada ketiga lokasi penelitian bahwa lahan yang telah dibuka dan ditinggalkan dalam waktu tertentu memiliki nilai P yang berbeda. Hasil penelitian P-tersedia dan P-total pada hutan karet dengan kriteria tinggi 48,88 ppm dan 55,7ppm tingginya nilai P pada hutan karet disebabkan adanya bahan organik penyumbang unsur hara P berasal dari daun dan ranting yang cukup tinggi sehingga unsur hara P juga tinggi, pada lahan ladang P-tersedia dan P-totan juga berkriteria tinggi yaitu 47,52 ppm dan 56,5 ppm tingginya nilai P pada ladang disebabkan adanya miniral batuan pembentuk P sehingga tersedianya unsur hara P pada tanah, pada lahan bekas ladang memiliki nilai P-tersedia dan P-total dengan kriteria tinggi dan rendah 4,64 dan 48,6 rendahnya kriteria P-tersedia pada bekas ladang disebabkan adanya terjadi pencucian oleh limpasan air sehingga rendahnya ketersediaan P, dan tingginya kriteria P-total pada bekas ladang disebabkan adanya miniral batuan pembentuk P sehingga tersedianya P-total pada tanah dapat dilihat dari tabel tingi nilai kriteria P namun tidak tersedia. 8 7. Kalium (K-Total dan K-dd) Tanah Kalium sangat penting dalam proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi untuk meningkatkan resistensi tanah terhadap serangan hama dan penyakit (Hakim et al., 1986). Tabel 7. Hasil analisis K-Total dan K-dd Lahan Kedalaman K-Total (mg/100g) Kriteria K-dd Kriteria (cmol(+)kg-1) Hutan Karet 0-30 cm 20,88 Rendah 0,17 Rendah Ladang Bekas Ladang 0-30 cm 0-30 cm 24,42 11,25 Sedang Rendah 0,17 0,10 Rendah Rendah Sumber : Hasil analisis laboratorium kimia dan kesuburan tanah, 2019 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pada setiap lokasi penelitian memiliki K-total tanah dengan kriteria rendah hingga sedang berkisar antara 11,25 mg/100g - 24,42 mg/100g, sedangkan untuk K-dd tanah memiliki kriteria rendah berkisar antara 0,10 cmol(+)kg-1 - 0,17 cmol(+) kg-1. Nilai K-total dan K-dd yang sedang maupun rendah dikarenakan batuan/mineral penyusun tanah pada lokasi penelitian miskin akan kandungan kation-kation basa karena dapat dilihat pada hasil penelitian, bahwa nilai kriteria KB rendah dan. Selain itu dapat juga hilang melalui erosi, pencucian, diangkut oleh tanaman. Kehilangan kalium lebih besar di sebabkan oleh erosi dan pencucian (Hakim, dkk 1986). Pada daerah tropis, hara kalium mudah tercuci karena curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan unsur K banyak yang hilang. Ketersedian K didalam tanah dipengaruhi oleh pH tanah dan kandungan bahan organik (Poerwidodo, 1992). Bedasarkan hasil analisis pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa lahan yang telah dibuka dan ditinggalkan dalam waktu tertentu menunjukkan adanya perbedaan pada sifat K-total dan K-dd tanah. K-total dan K-dd pada hutan karet dan bekas ladang berkriteria rendah, hutan karet 20,88 mg/100g dan 0,17 cmol(+)kg-1, bekas ladang 11,25 mg/100g dan 0,10 cmol(+)kg-1 rendahnya unsur hara K disebabkan adanya pencucian oleh air hujan dan banjir serta rendahnya kandungan kation-katian pembentuk K yang berasal dari minirar batuan sehingga unsur hara K pada tanah menjadi rendah (Hakim, dkk 1986). K-total dan K-dd pada ladang memiliki kriteria sedang dan rendah 24,42 mg/100g dan 0,17 cmol(+)kg-1. Sedangnya nilai unsur hara K pada ladang dipengaruhi oleh nilai KB pada lokasi penelitian yang berkriteria sedang sehingga tersedianya unsur hara K-total pada lahan ladang, sedangkan K-dd tanah pada ladang berkriteria rendah disebabkan adanya pencucian air hujan dan banjir serta rendahnya kandungan kation-katian pembentuk K yang berasal dari minirar batuan sehingga unsur hara K pada tanah menjadi rendah. 9 8. Kejenuhan Al Tabel 16. Hasil Analisis Al dapat dipertukarkan Lahan Kedalaman Kejenuhan Al Kriteria 𝑨𝒍 − 𝒅𝒅 𝒙𝟏𝟎𝟎 𝑲𝑻𝑲 Hutan Karet Ladang Bekas Ladang 0-30 cm 0-30 cm 0-30 cm Rendah Rendah Rendah 6,03 4,54 1,16 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pada setiap lokasi penelitian memiliki kejenuhan Al dengan kriteria rendah berkisar antara 1,16-6,03. Rendahnya kriteria Al disebabkan pH tanah pada lahan ladang dan bekas ladang yang berkriteria sedang sesuai dengan pernyataan Sanchez, (1992) menjelaskan bahwa kelarutan Al sangat erat hubungannya dengan pH tanah, Peningkatan pH tanah dapat menurunkan konsentrasi Al di dalam larutan tanah makin tinggi pH tanah (alkalin) maka Al akan mengendap dan sebaliknya makin rendah pH tanah (masam) maka Al makin larut atau aktif, pada hutan karet Al dengan kriteria rendah disebabkan C-organik pada hutan karen dengan kriteria sedang, seperti dalam penelitian Candra (1996) yang menunjukkan adanya penurunan Al akibat tersedianya bahan organik sehingga dapat menurunkan/menetralkan yang merugikan tanaman. Al-dd adalah kadar aluminium dalam tanah Al dalam bentuk dapat ditukarkan (Al-dd) umumnya terdapat pada tanah-tanah yang bersifat masam pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+, dan sangat merugikan karena dapat meracuni tanaman dan mengikat fosfor. Disamping aluminium yang dapat dipertukarkan pengaruh jelek aluminium diukur dengan derajat kejenuhan Al. Bila kejenuhan Al > 60%, tanah tersebut bisa dikatakan tidak layak untuk tanah pertanian sebelum reklamasi atau ameliorasi terlebih dulu. (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). 9. Kalsium (Ca-dd) Tanah dan Mgdd Tabel 9. Hasil Analisis Ca-dd Tanah dan Mg-dd Tanah Lahan Kedalaman Ca-dd Kriteria ) 0-30 cm 1,63 Ladang BekasLadang 0-30 cm 0-30 cm 2,97 1,84 Mg-dd Kriteria (cmol(+)kg-1) (cmol(+)Kg-1 Hutan Karet Al Sangat rendah Rendah Sangat rendah 0,79 Rendah 0,85 0,70 Rendah Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, 2019 Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pada setiap lokasi penelitian memiliki Ca-dd tanah dengan kriteria sangat rendah hingga rendah dengan kisaran 1,63 cmol(+)kg-1 - 2,97 cmol(+)kg-1. 10 Menurut Hakim et al., (1986) keberadaan Ca selalu terkait dengan kemasaman tanah. Kalsium, selain berasal dari bahan kapur dan pupuk yang ditambahkan juga berasal dari batuan dan mineral pembentukkan tanah. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, pada setiap lokasi penelitian memiliki Magnesium-dapat dipertukarkan dengan kriteria rendah berkisar antara 0,79-0,85 cmol/kg-1. Rendahnya unsur hara magnesium di lokasi penelitian disebabkan oleh pengangkutan saat panen, selain itu petani juga jarang menambahkan unsur hara magnesium pada lahan pertaniannya. Unsur hara magnesium di dalam tanah juga dapat hilang melalui pencucian karena hujan. Selain terangkut panen dan pencucian, tanah yang bereaksi masam akan melepaskan ion H+ yang dapat dipertukarkan sehingga menyebabkan gangguan penyediaan unsur hara bagi tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman, sehingga unsur hara makro dan mikro tersedia dalam jumlah sedikit dan jika tanah bereaksi masam ketersediaan Mg rendah (Buckman dan Brady, 1982). Bedasarkan penggunaan lahan pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa lahan yang telah dibuka dan ditinggalkan dalam waktu tertentu menunjukkan perbedaan pada sifat Ca-dd dan Mg-dd. Pada penggunaan lahan hutan karet dan bekas ladang memiliki kriteria Mg-dd sangat rendah, Hal ini disebabkan oleh sifat tanah yang bereaksi masam, hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh dari penggunaan lahan dan lama perladangan terhadap ca-dd dan mg-dd tanah pada lokasi penelitian. D. Status Kesuburan Tanah Status kesuburan sifat kimia tanah mengacu kepada status KTK tanah, nilai kejenuhan basa, kandungan bahan organik, K tersedia dan P tersedia. Tabel 10. Status Kesuburan Tanah Lahan KTK KB COrganik Hutan Karet Rendah Rendah Sedang Ladang Rendah Sedang Rendah Bekas Rendah Rendah Rendah Ladang Sumber : Hasil Intepretasi Data 2019 Berdasarkan hasil intepretasi data lokasi penelitian pada tiga penggunaan lahan yaitu hutan karet, ladang dan bekas ladang memiliki kriteria status kesuburan tanah yang rendah. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa hasil analisis kejenuhan basa pada dua lokasi penelitian tergolong rendah, dan pada lahan ladang tergolong baik. Nilai kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH dan P2O5 K2O Status Kesuburan Tinggi Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah tingkat kesuburan tanah. Jika kemasaman tanah meningkat maka kesuburan tanah menurun dan sebaliknya jika kemasaman menurun maka kesuburan tanah akan meningkat dengan meningkatnya kejenuhan basa. Kejenuhan basa tanah berkisar 50% 80% tergolong mempunyai kesuburan sedang dan dikatakan tidak subur jika kurang dari 50% (Tan, 1995). Usaha yang perlu dilakukan untuk 11 memperbaiki kesuburan tanah pada ketiga lokasi penelitian adalah dengan pemberian pupuk guna memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman serta penambahan kapur untuk menaikan tingkat pH tanah pada lokasi penelitian. penelitian pada semua lahan tergolong dalam kriteria rendah. Daftar Pustaka Arsyad, S. 1982. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press: Bogor. Buckman dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Diterjemahkan Soegiman. Bharata Aksara : Jakarta. Candra, I. 1996. Pemberian Pupuk Kandang Sapi untuk Mengurangi Kelarutan Aluminium pada Tanah Masam dan Pengaruhnya Terhadap Tanaman Kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tiga penggunaan lahan yaitu hutan karet, ladang dan bekas ladang terhadap identifikasi sifat kimia tanah dan kesuburan tanah berdasarkan lama perladangan berpindah serta kesuburan tanah di Desa Boti Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan tanah pada ketiga lokasi penelitian tersebut memiliki reaksi tanah (pH) yang masam dan sedang, KTK tergolong rendah, kejenuhan basa tergolong rendah, sedang dan COrganik yang tergolong sedang hingga rendah, kandungan Nitrogen-Total pada setiap lokasi tergolong sedang pada, andungan Posfor-Total pada ketiga lokasi penelitian tergolong dalam kriteria tinggi, kandungan Kalium-total dan Kalium-dapat dipertukarkan pada ketiga lokasi penelitian tergolong rendah pada penggunaan lahan hutan karet dan bekas ladang sedangkan pada lahan ladang kandungan kalium tergolong kriteria sedang, dan kandungan kalsium dan magnesium dapat dipertukarkan pada lokasi penelitian tergolong sangat rendah hingga rendah. 2. Setatus kesuburan tanah menunjukan pada lokasi Descola, P. 1993. In the Society of Nature. Cambridge University Press. Hardjowigeno, S. H. Subagyo, dan M. Lutfi Rayes. 2003. Morfologi dan klasifikasi tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian. . 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. . 1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta. Hanafiah. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Medan: Universitas Sumatera Utara Press. . 2010. Ilmu Tanah. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hakim, N. M. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, Saul, N.A. Diha, Go Ban Hong dan H.H. Bailey. 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung Press, Lampung. Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Dan Tanaman. USU press, Medan. 12 Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB press. Bogor. Mahida, U. N., 1984, Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Rajawali, Jakarta. Notohadiprawiro. 1998. Selidik Cepat Ciri Tanah di Lapangan. Ghalia Indonesia. Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta. Susanto R.2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Sulistinah. 2014. Dampak Perladangan Berpindah Pada Ekosistem dan Lingkungan Hidup. J.Geografi. Vol.12.(2):143-157 Tan, Kim. H. 1995. Dasar-Dasar Kimia Tanah.Gajah Mada University Perss: Yogyakarta. Poerwidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa Persada. 13