ANTHELMINTIKA

advertisement
TUGAS KELOMPOK
BUAT TUGAS TENTANG :
DASAR TEORI, MEKANISME KERJA, SEDIAAN :
1. ANTIFUNGI UNTUK KULIT DAN JARINGAN
2. ANTIFUNGI UNTUK MUKOSA
3. ANTIVIRUS UNTUK HERPES SIMPLEX
DIBAGI MENJADI 6 KELOMPOK
DIKIRIM KE :
[email protected]
ANTHELMINTIKA
Fef Rukminingsih, M.Sc., Apt
HELMINTIASIS / CACINGAN
 Menimpa lebih kurang 2
miliar penduduk di dunia
dan 1 miliar diantaranya
disebabkan oleh askaris
 Terjadi di negara tropis,
negara yang padat
penduduk, negara yang
memiliki masalah higiene
dan sanitasi, serta di negara
yang menggunakan tinja
sebagai pupuk
HELMINTIASIS / CACINGAN
 Mengakibatkan status
nutrisi anak menurun dan
adanya retardasi.
 Penularan melalui kulit
dan saluran cerna
 Berat ringannya penyakit
ini tergantung pada :
1. jumlah cacing
2. lokasi parasit (cacing)
dalam tubuh
3. status gizi penderita
HELMINTIASIS / CACINGAN
Macam-macam cacing
Cacing yang merupakan parasit
manusia dapat dibagi dalam 2
kelompok, yakni cacing pipih
dan cacing bundar/gilig.
1.Platyhelminthes.
Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak
memiliki rongga tubuh dan
berkelamin ganda hemafrodit).
Cacing yang termasuk golongan
ini adalah cacing pita (Cestoda)
dan cacing pipih (Trematoda).
Macam-macam cacing
2.Nematoda (roundworms).
Ciri-cirinya bertubuh
bulat, tidak bersegmen,
memiliki rongga tubuh
dengan saluran cerna dan
kelamin terpisah. Infeksi
cacing ini disebut
ancylostomiasis (cacing
tambang), trongyloidiasis,
oxyuriasis (cacing kremi),
ascariasis (cacing gelang)
dan trichuriasis (cacing
cambuk).
Cacing Gelang / Ascaris lumbricoides
 Merupakan cacing yang paling banyak menginfeksi manusia.
 Dapat tumbuh dewasa sampai mencapai ukuran 10 – 30 cm
dengan tebal sebesar pensil dan dapat hidup selama 1 – 2 tahun.
 Masuk tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi telur, masuk ke usus kemudian menetas menjadi
larva. Larva akan menempel ke dinding usus dan masuk dalam
sirkulasi darah menuju paru-paru, naik ke bronki, kemudian
ketenggorokan melalui kelenjar ludah akan tertelan dan kembali
ke usus. Diusus tumbuh dewasa dan berkembang biak
menghasilkan telur yang akan menetas dalam waktu 2 bulan.
 Cacing gelang betina dewasa mampu menghasilkan 240.000 telur
dalam sehari.
Cacing Kremi / Oxyrus vermicularis
 Memiliki ukuran tubuh
yang kecil dan halus seperti
benang, berwarna putih
dan memiliki panjang 3-5
mm.
 Mudah dikeluarkan
bersama feses atau keluar
dengan sendirinya melalui
anus.
Cacing Kremi / Oxyrus vermicularis
 Cacing betina yang akan bertelur meninggalkan usus besar
menuju anus yang merupakan tempat bertelur yang paling ideal.
Saat inilah penderita akan menangis karena lubang anusnya gatal.
Secara kasat mata, cacing ini akan terlihat sebesar parutan kelapa
disekitar lubang anus. Infeksi cacing kremi tidak memerlukan
perantara. Telur cacing dapat tertelan bila kita memakan
makanan yang terkontaminasi telur cacing ini. Pengulangan daur
infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole
penderita sendiri. Cacing ini bertelur pada anus penderita dan
menyebabkan rasa gatal. Jika penderita sering menggaruk pada
bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka infeksi
cacing kremi akan terjadi kembali (autoinfeksi)
Cacing Tambang / Ankylostoma duodenale
 Disebabkan cacing
Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus.
 Cacing ini banyak terdapat di
tanah di perkebunan kopi, teh
dan karet.
 Disebut cacing tambang karena
saat ditemukan pertama kali
oleh pekerja tambang yang
menderita penyakit ini
sehingga disebut dengan cacing
tambang.
Gb. Telur cacing tambang yang keluar bersama feses, kemudian
menjadi larva RHABDITI FORM kemudian menjadi FILARI FORM dan
terinjak oleh kaki manusia
Cacing Cambuk /Trichuris trichuria
 Cacing dewasa menyerupai
cambuk sehingga disebut cacing
cambuk.
 Tiga per lima bagian anterior
tubuh halus seperti benang, pada
ujungnya terdapat kepala (trix =
rambut, aura = ekor, cephalus =
kepala), esophagus sempit
berdinding tipis terdiri dari satu
lapis sel, tidak memiliki bulbus
esophagus. Bagian anterior yang
halus ini akan menancapkan
dirinya pada mukosa usus. Dua
per lima bagian posterior lebih
tebal, berisi usus, dan perangkat
alat kelamin.
Cacing Cambuk /Trichuris trichuria
 Cacing jantan memiliki panjang 30 – 45 mm, bagian posterior
melengkung ke depan sehinggan membentuk satu lingkaran
penuh. Pada bagian posterior ini terdapat satu spikulum yang
menonjol keluar melalui selaput retraksi.
 Cacing betina panjangnya 30 – 50 mm, ujung posterior
tubunhya membulat tumpul. Organ kelamin tidak berpasangan
(simpleks) dan berakhir di vulva yang terletak pada tempat
tubuhnya mulai menebal.
 Telur berukuran 50 – 25 m, memiliki bentuk seperti tempayan,
pada kedua kutubnya terdapat operculum, yaitu semacam
penutup yang jernih dan menonjol. Dindingnya terdiri atas dua
lapis, bagian dalam jernih, bagian luar berwarna kecoklatcoklatan.
Cacing Pita / Taenia saginata
 Berbentuk pipih panjang
menyerupai pita, sampai 8
meter
 Tubuhnya memiliki ruasruas yang dapat
menghasilkan telur setiap
ruasnya.
 Ada 3 macam, yaitu cacing
pita sapi, babi dan ikan
 Bertahan hidup di tubuh
manusia sampai 25 tahun
Tanda-tanda umum cacingan
Tanda-tanda umum yang menyertai cacingan :
1. Anemia
2. Berat badan turun drastis
3. Batuk tidak sembuh-sembuh
4. Nyeri perut dan diare
Pencegahan
Menjaga higiene dan
sanitasi lingkungan
2. Budaya cuci tangan dengan
sabun sebelum dan sesudah
aktifitas
3. Menggunakan alas kaki
4. Minum obat cacing untuk
pencegahan setiap 6 bulan
sekali.
1.
ANTHELMINTIK / OBAT CACING
 Adalah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi
cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat
cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga
diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat
tertentu.
 Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan
larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain
penderita. Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu
pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing
perlu diberikan bersama pencahar.
ANTHELMINTIK / OBAT CACING
 Mekanisme obat yang bekerja secara lokal yaitu dengan
mengeluarkan cacing dari saluran cerna, sedangkan yang
bekerja secara sistemik dengan mengeradikasi cacing.
 Anthelmintik yang ideal adalah :
1. efektif dan aman
2. lebih disukai pemberian oral dengan dosis tunggal
3. stabil pada keadaan tertentu dalam waktu yang cukup lama
4. mudah didapat dan murah
ANTHELMINTIK / OBAT CACING
Macam-macam obat cacing :
1. Benzimidazol
2. Dietilkarbamazin
3. Piperazin
4. Prazikuantel
5. Pirantel Pamoat
6. Ivermektin
BENZIMIDAZOL
 Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
1. Mebendazol
2. Albendazol
3. Tiabendazol (sudah jarang digunakan)
 Mebendazol merupakan obat pilihan pertama pada askariasis
 Albendazol adalah pilihan obat terbaru untuk nematoda
(cacing gilig) yang berada di jaringan maupun usus.
BENZIMIDAZOL
Mekanisme kerja :
 Menghambat polimerasi mikrotubulus dengan mengikat
tubulin parasit
 Menghambat fumarat reduktase mikondria, menurunkan
transpor gula dan pelepasan fosforilasi oksidatif parasit
 Mebendazol dan Albendazol juga bersifat ovisidal
BENZIMIDAZOL
Farmakokinetik :
 Mebendazol :
konsentrasi dalam plasma rendah, 95% berikatan dengan
protein, metabolisme di empedu, ekskresi melalui feses,
sedikit di urine.
 Albendazol :
absorbsinya lebih baik dibanding mebendazol, meningkat bila
ada makanan, metabolitnya berupa Albendazol sulfoksida
yang mempunyai aktifitas antelmintik poten. 70% berikatan
dengan protein plasma.
BENZIMIDAZOL
Indikasi :
 Mebendazol :
Infeksi nematoda
 Albendazol :
Infeksi nematoda dan kista hidatid, neurosistiserkosis.
 Tiabendazol
Kutaneus larva migran (topikal)
Efek Samping Obat :
 Gangguan saluran cerna
 Meningkatkan enzim aminotransferase
 Reaksi alergi
BENZIMIDAZOL
Kontra indikasi :
 Reaksi alergi
 Wanita hamil
 Anak kurang dari 2 tahun
Interaksi obat :
 Glukokortikoid dan Prazikuantel dapat meningkatkan kadar
dalam plasma.
 Hati-hati bila diberikan bersama dengan penghambat
sitokrom P-450 hepatik
TUGAS
TIDAK DIKUMPULKAN.. HANYA UNTUK PERSIAPAN UJIAN
Buatlah paper yang berisi tentang :
1. Mekanisme kerja
2. Farmakokinetik
3. Indikasi
4. Efek samping obat
5. Kontra indikasi
6. Interaksi obat
7. Sediaan yang ada dipasaran (spesialits)
Dari
: Dietilkarbamazin, Piperazin, Prazikuantel,
Pirantel Pamoat, dan Ivermektin
TERIMA KASIH
SULFONAMIDE
FEF RUKMININGSIH, M.Sc, APT
SULFONAMIDE

Bersifat bakteriostatik, dalam dosis besar
bersifat bakterisid.

Mempunyai spektrum luas, efektif untuk
kokus gram positif dan gram negatif,
basilus gram negatif.
SULFONAMIDE

Mikroba yang sensitif terhadap sulfonamide :
1. Streptococcus pyogenes
2. Pneumokokus
3. Bacillus anthracis
4. Corynebacterium diptheriae
5. H. Influenzae
6. H. Ducreyi
7.Vibrio cholerae
8. Pasteurella pestis
9. Klamidia
SULFONAMIDE

Mikroba yang sensitif dalam dosis tinggi :
1. Shigella
2. E coli yang menginfeksi saluran kemih

Mikroba yang resisten thd sulfonamide :
1. H. Pertussis
4. riketsia
2. Leptospira
5. Entamuba
3. Mycobacterium
6. Kandida
SULFONAMIDE

Mekanisme kerja (Teori Woods dan Fildes) :
bekerja berdasarkan mekanisme kompetitif
antagonis dengan PABA (para amino benzoic
acid). Mikroba yang sensitif memerlukan
PABA ekstrasel untuk membentuk asam
folat, satu tahapan penting dalam produksi
purin dan sintesis akhir asam nukleat.
Sulfonamide dapat masuk dalam reaksi untuk
menggantikan PABA, akibatnya pertumbuhan
mikroba terhalang.
PABA
Sulfonamide
Asam dihidrofolat
Trimetoprim
Asam tetrahidrofolat
Purin
DNA
SULFONAMIDE



Mikroba bisa berkembang lagi bila sulfonamide
mengalami disosiasi
Mikroba yang sensitif terhadap sulfonamide
adalah mikroba yang mensintesis sendiri asam
folatnya dengan menggunakan PABA sebagai
substratnya.
Mikroba yang resisten adalah mikroba yang
langsung menggunakan asam folat dalam
proses kehidupannya dan tidak menggunakan
PABA untuk mensintesis asam folat.
SULFONAMIDE

Sel tubuh manusia tidak mensintesis asam
folat karena langsung menggunakan yang
ada dalam cairan tubuh sehingga sel tubuh
manusia tahan terhadap pengaruh
sulfonamide dan metabolitnya.

Efektivitas kerja sulfonamide dapat
diperkuat oleh antimikroba bakteriostatik
lainnya seperti golongan tetrasiklin dan
kloramfenikol.
SULFONAMIDE
Kerja sulfonamide akan terhambat bila
diberikan bersama :
 Golongan basa purin
 Anestesi lokal
 Makanan yang mengandung banyak PABA
(telur)
 Nanah, darah karena mengandung timidin,
purin dan metionin.
SULFONAMIDE
Efektifitas sulfonamide bergantung pada :
1. Kadar total obat dalam tubuh, ikatan
dengan protein plasma dan yang
terkonjugasi.
2. Potensi sulfonamide sendiri
3. Daya tahan tubuh penderita, daya tahan
yang rendah dapat mengurangi
efektifitasnya.
4. Faktor yang menghambat kerja obat
(makanan)
SULFONAMIDE
Farmakokinetik :
 Absorbsi melalui mukosa saluran cerna, kulit
dan vagina
 Metabolisme berlangsung di hepar
 Ekskresi sebagian besar melalui urine,
sebagian kecil melalui tinja, empedu dan asi.
 Urine yang asam mengurangi daya larut
sulfonamide dan menyebabkan terbentuknya
kristal sulfonamide dalam urine (kristal uria)
SULFONAMIDE
Cara mencegah terbentuknya kristal uria :
1. Memperbanyak urine dengan banyak minum
2. Penambahan bikarbonat atau laktat untuk
meningkatkan kebasaan urin
3. Menggunakan sulfonamide yang larut air
(sulfizoksazol)
4. Menggunakan kombinasi beberapa
sulfonamide sehingga dosis masing-masing
lebih kecil dengan kadar total sulfonamide
yang lebih tinggi
SULFONAMIDE
Penggunaan sulfonamide sudah banyak tergeser oleh
antibiotik yang lebih baik. Walaupun demikian
sulfonamide masih digunakan untuk :
1. Infeksi akut pada saluran kemih
2. Alternatif pengobatan untuk disentri basiler,
meningitis, toksoplasmosis.
3. Pengembangan penggunaan sulfonamide adalah
untuk pengobatan Plamodium falsiparum yang
resisten terhadap kloroquin, pengobatan DM
(sulfonilurea), diuretik (azetazolamide).
SULFONAMIDE
Efek samping sulfonamide adalah :
1. Reaksi toksik
a. Sistem hemopoetik : efek langsung
maupun
tidak langsung karena matinya
mikroba yang memproduksi vitamin K dan
B kompleks sehingga terjadilah anemia
hemolitik.
b. Nefrotoksik : akibat sukar larutnya
sulfonamide sehingga cenderung
mengkristal di tubuli renalis
dengan
gejala hematuria, oliguria dan kadangkadang anuria
SULFONAMIDE
2. Reaksi hipersensitivitas berupa
urtikaria,
fotofobia, hepatitis dan bisa
pula Stevens Jhonson Syndrom
3. Reaksi lain berupa asidodis,
hipoglikemia, kelainan hematologis (
trombositopenia, anemia
hemolitik
dan aplastik )
SULFONAMIDE
Penggolongan sulfonamide berdasarkan
kecepatan
absorbsi dan ekskresinya adalah :
a. Yang absorbsi dan ekskresinya cepat
Sulfadiazin, sulfamerazin, sulfametazin,
sulfisoksazol, sulfametoksazol, sulfametizol.
b. Yang absorbsinya sedikit dalam saluran
cerna
sulfaguanidin, ftalilsulfatiazol,
suksinilsulfatiazol, sulfasalazil
SULFONAMIDE
Sulfonamide dengan penggunaan khusus :
a. Untuk infeksi saluran kemih (sulfametizol,
sulfasetamid, sulfasomidin)
b. Penggunaan topikal untuk mata dalam
bentuk garam natrium dalam sediaan
tetes mata dan salep mata
c. DDS (diaminodifenilsulfon), digunakan
khusus untuk pengobatan lepra.
Terima kasih
Download