Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…1 JAMP: Jurnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan Volume … Nomor … Bulan … Tahun … Tersedia Online di http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/ ISSN Online : 2615-8574 KETERKAITAN ANTARA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI, KERJA TIM, DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KESUKSESAN IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PADA SEKOLAH Icca Nabilah Nisa, Achmad Supriyanto Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan E-mail: [email protected], [email protected] Abstrak: Total Quality Management (TQM) or in general terms called integrated quality management is a strategy in management with the aim of increasing awareness of quality in all components and processes in the organization. The purpose of the research is to explore: (1) the concept of TQM in educational institutions; (2) concepts of leadership, organizational culture, teamwork and work motivation in educational institutions: (3) the relationship between leadership variables, organizational culture, teamwork and work motivation in educational institutions with the successful implementation of TQM in educational institutions. The research method is a qualitative method of literature study approach. By collecting data sourced from scientific articles, books and library materials that are relevant to the research theme. The results of the study are in the form of TQM concepts, leadership, organizational culture, teamwork and work motivation in educational institutions. Keywords: TQM; leadership; organizational culture; teamwork; work motivation Abstrak: Total Quality Management (TQM) atau dalam istilah umum disebut dengan manajemen mutu terpadu merupakan strategi dalam manajemen dengan tujuan meningkatkan kesadaran terhadap kualitas pada seluruh komponen dan proses dalam organisasi. Tujuan dari penelitian yakni untuk mengeksplorasi: (1) konsep TQM dalam lembaga pendidikan; (2) konsep kepemimpinan, budaya organisasi, kerja tim dan motivasi kerja dalam lembaga pendidikan: (3) keterkaitan antar variabel kepemimpinan, budaya organisasi, kerja tim dan motivasi kerja dalam lembaga pendidikan dengan kesuksesan implementasi TQM dalam lembaga pendidikan . Metode penelitian yaitu dengan metode kualitatif pendekatan studi literatur. Dengan pengumpulan data yang bersumber dari artikel ilmiah, buku dan bahan pustaka yang relevan dengan tema penelitian. Hasil penelitian yaitu berupa konsep TQM, kepemimpinan, budaya organisasi, kerja tim serta motivasi kerja dalam lembaga pendidikan. Kata kunci: TQM; kepemimpinan; budaya organisasi; kerja tim; motivasi kerja Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…2 Pendidikan adalah sector penting dalam hidup terutama pada kehidupan bermasyarakat. Proses pendidikan diharapkan untuk dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan dapat menjadi suatu alat untuk membantu masyarakat dalam mencapai kesejahteraan hidup (Hasibuan, n.d., 2018). Pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara. Selain itu disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional dapat tercapai apabila organisasi/lembaga pendidikan dapat memaksimalkan proses penyelenggaraan pendidikan. Dalam rangka memaksimalkan proses pendidikan, suatu lembaga pendidikan harus memiliki mutu pendidikan yang tinggi dan unggul (dalam Anam, 2018). Perkembangan globalisasi terutama pada aspek ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berimplikasi pada kualitas layanan pendidikan. Hal tersebut mengharuskan lembaga pendidikan agar unggul dan tangguh dalam melahirkan generasi yang mampu menerima dan melaksanakan proses globalisasi (dalam Prasetyo, 2018). Proses globalisasi telah memberi dampak secara langsung terhadap dunia pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus cepat berbenah, serta melakukan peningkatan mutu secara kontinu atau berkelanjutan (dalam Rahmah, 2018). Untuk meningkatkan produktifitas dan efektifitas, suatu lembaga pendidikan harus melakukan perbaikan dengan memperhatikan factor (internal dan eksternal). Salah satu faktor eksternal yang perlu dijadikan pertimbangan adalah quality approaches yang lahir di sektor industri dan bisnis antara lain adalah Total Quality Management (TQM) (dalam Munawir, 2005). Total Quality Management (TQM) merupakan keseluruhan upaya pendayagunaan segala sumber daya potensial dalam organisasi untuk meningkatkan kesadaran akan mutu yang dihasilkan oleh organisasi tersebut. TQM dapat membantu organisasi dalam mencapai kepuasan pelanggan (Huriyah, n.d., 2016). Selain itu, penerapan TQM juga dapat membantu organisasi untuk mempertahankan eksistensinya di mata masyarakat. Semakin tingginya kebutuhan akan pendidikan, maka semakin selektif pula masyarakat dalam menentukan Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…3 lembaga pendidikan yang akan dipilih. Utami (2016) menyatakan bahwa dasar pemikiran mengenai urgensi penerapan TQM sangatlah sederhana, yakni metode terbaik dalam meningkatkan persaingan global adalah dengan mewujudkan kualitas layanan yang prima. Dengan demikian, implementasi TQM akan membantu lembaga pendidikan baik dalam menghasilkan maupun mempertahankan mutu yang berkualitas sehingga dapat menarik minat masyarakat. Kualitas atau mutu pendidikan harus direncanakan. Hal ini sejalan dengan teori yang digagas oleh Juran (dalam Khadijah, ) yakni trilogi mutu, yang meliputi: (1) Quality Planning berupa perencanaan kualitas, (2) Quality Control berupa pengawasan kualitas, dan (3) Quality Improvement berupa perbaikan kualitas. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang menjadi agen perubahan dalam menghadapi problematika kualitas pendidikan (dalam Munir, 2018). Kesuksesan TQM dalam organisasi tidak terlepas dari variable-variabel yang ada dalam organisasi. Variabel tersebut antara lain kepemimpinan, budaya organisasi, kerja tim dan motivasi kerja. Oleh sebab itu, penelitian yang telah disusun bertujuan untuk memahami konsep TQM beserta variable-variabelnya, dan mengeksplorasi keterkaitan antar variable tersebut terhadap kesuksesan implementasi TQM dalam lembaga pendidikan. METODE Sugiyono (2016) menjelaskan bahwa definisi dari metode penelitian adalah langkah ilmiah yang dimanfaatkan guna memperoleh data dengan suatu tujuan yang telah ditetapkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif, dengan data yang dikumpulkan berupa kalimat dan gambar, bukan berbentuk angka (Kurniawan, 2013). Serta menggunakan pendekatan studi literature. Sumber data merupakan asal perolehan data penelitian (dalam Wahidmurni, 2017). Sumber data penelitian diperoleh dari beberapa artikel ilmiah, buku dan bahan pustaka yang relevan dengan tema penelitian. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara menganalisis beberapa literature yang sesuai dengan tema penelitian. Penyajian data (display data) melalui penginterpretasian data yang diperoleh dalam bentuk naratif yang menjelaskan keterkaitan antar kategori. Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…4 HASIL Konsep TQM dalam Pendidikan Mutu Pendidikan Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentu harus terus berupaya melakukan peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan, demi tercapainya tujuan pendidikan dan kepuasan pelanggan sekolah (Prabowo, 2012). Menurut Sallis (dalam Jami and Syukri, 2013), terdapat tiga golongan pelanggan pendidikan, yakni: (1) pelajar sebagai penerima jasa, (2) orangtua, gubernur atau sponsor yang berkepentingan, (3) pihak berkepentingan selain orang tua, pemerintah, maupun sponsor. Mutu pendidikan adalah ukuran mengenai sifat produk dan jasa yang meliputi input (masukan), proses (urutan kegiatan), dan output (hasil). Hal ini ditujukan agar suatu lembaga dapat memenuhi kepuasan pelanggan (Kurniawan, 2013). Persaingan sekolah dalam dunia pendidikan menuntut agar sekolah dapat mewujudkan mutu pendidikan yang baik. Hal tersebut bertujuan agar sekolah dapat menjamin peserta didik dapat mengembangkan potensi. Oleh karena itu, implementasi TQM harus maksimal dan mencakup berbagai komponen mutu pendidikan. Komponen mutu pendidikan meliputi: (1) sarana prasarana pendidikan, (2) tenaga pendidik, (3) moral atau kepribadian, (4) prestasi, (5) dukungan pihak luar sekolah, (6) interaksi pendidikan , (7) SDM pendidikan , (8) IPTEK, (9) keterlibatan pemimpin, (10) siswa , (11) kurikulum, dan atau kombinasi dari seluruh komponen tersebut (Marmoah, 2019). Standar Mutu Pendidikan Dalam rangka menghasilkan mutu pendidikan yang baik, pemerintah menetapkan suatu standarisasi nasional terhadap mutu pendidikan di Indonesia. Hal tersebut ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam kebijakan tersebut, Standar Nasional Pendidikan (SNP) diartikan sebagai standar minimal mengenai sistem pendidikan yang harus dipenuhi oleh seluruh penyelenggara pendidikan pada seluruh wilayah Negara Indonesia. Standar Nasional Pendidikan tersebut meliputi: (1) standar kompetensi lulusan, (2) standar isi, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) Standar penilaian pendidikan. Konsep mengenai standarisasi pendidikan dalam lingkup nasional memiliki implikasi pada meningkatnya kualitas pendidikan. Dengan ditetapkannya standar nasional pendidikan, diharapkan sekolah termotivasi untuk mengoptimalkan pelayanan terbaik bagi pelanggan sekolah (dalam Ismail, 2018). Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…5 Total Quality Management (TQM) Kualitas layanan sekolah dapat menjadi indicator dari mutu pendidikan, hal tersebut menjadikan kualitas layanan sebagai suatu tujuan utama dari pengelolaan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu kualitas pelayanan dalam lembaga pendidikan perlu dikelola dengan optimal. Pengelolaan kualitas inilah yang menjadi konsep dari Total Quality Management (TQM), dimana melalui pengelolaan kualitas tersebut dapat menjadi strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Munir (2018) TQM merupakan penerapan konsep manajemen dimana seluruh komponen organisasi saling terlibat dan berkontribusi dalam upaya perbaikan mutu suatu produk (customer). Prestiadi dkk (2015) mendefinisikan TQM sebagai konsep manajemen lembaga pendidikan yang bertujuan untuk melakukan peningkatan mutu melalui usaha peningkatan dan perbaikan secara kontinyu, fokus terhadap kepuasan pelanggan serta keterlibatan yang menyeluruh. Sallis (dalam Husain., dkk, 2017) mendefinisikan TQM merupakan suatu pandangan (filosofi) dalam melakukan suatu perbaikan mutu secara kontinyu yang melibatkan segenap komponen dalam organisasi demi tercapainya tujuan. Sedangkan Supriyanto (2015) memaparkan bahwa esensi TQM adalah konsep perubahan budaya dalam organisasi, serta dapat mengarahkan persepsi terhadap mutu yang diharapkan. Berdasarkan paparan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa TQM merupakan keseluruhan upaya dan proses pendayagunaan segala sumber daya potensial dalam organisasi untuk meningkatkan kesadaran dan perbaikan mutu secara berkelanjutan demi tercapainya kepuasan pelanggan. Penerapan konsep TQM atau manajemen mutu terpadu ini berarti bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan memaksimalkan pelayanaan terhadap pelajar. Hal tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan serta kualitas sekolah yang dilakukan secara komprehensif. Dalam melaksanakan TQM harus ada upaya yang terpadu dalam memperbaiki kultur sekolah. Upaya perbaikan tersebut dapat dimulai dari tindakan manajemen. Kontribusi manajemen terhadap peningkatan mutu sekolah sangatlah penting dalam memaksimalkan relevansi pendidikan (dalam Fadhli, 2017). Peningkatan mutu dapat dilakukan melalui pengaplikasian upaya-upaya pada fungsi manajemen, yaitu: (1) perencanaan mutu, (2) pengorganisasian mutu, (3) pelaksanaan/penggerakan mutu, dan (4) pengawasan/monitoring mutu (Yuli and Afriansyah, n.d.). Menurut Edward Sallis (dalam Anita, 2017) kriteria TQM di sekolah, yakni: (1) perbaikan mutu secara kontinyu, (2) standar mengenai mutu, (3) perubahan budaya, (4) perubahan organisasial, dan (5) keterkaitan dengan pelanggan. Menurut Husna (2014) kemampuan lembaga pendidikan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dapat menjadi Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…6 indicator keberhasilan lembaga tersebut. Kemampuan sekolah tersebut dikaji melalui penerapan TQM, yaitu pendekatan yang memiliki konsep secara terstruktur dan berorientasi terhadap kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari implementasi TQM yakni dapat meyakinkan pelanggan, bahwa organisasi bertanggung jawab terhadap kualitas produk atau jasa, yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan pelanggan (dalam Hermanto Nst, 2018). Kepemimpinan Pendidikan Kepemimpinan adalah upaya individu dalam mempengaruhi individu atau kelompok lain untuk melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan bersama. Dimensi kepemimpinan, antara lain: (1) tujuan; (2) pemimpin; (3) anggota; (4) interaksi, serta (5) situasi (Harris, 2013). Kepemimpinan menjadi unsur penting dalam TQM, karena kinerja organisasi tidak terlepas dari peran pemimpin. Pemimpin efektif menurut konsep TQM yakni: (1) peka terhadap perubahan, (2) focus, (3) menentukan pekerjaan, dan (4) menciptakan dinamika organisasi (Ginting dan Haryati, 2012). Dalam konteks pendidikan, kepemimpinan berada ditangan kepala sekolah. Oleh sebab itu kepemimpinan oleh kepala sekolah dapat berdampak pada keberhasilan sekolah. Kepala sekolah diharuskan memiliki keahlian yang dapat memengaruhi lembaga pendidikan tersebut. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus fokus untuk memajukan pendidikan (Widianto, 2016). Apabila kepala sekolah mampu mendayagunakan seluruh komponen pendidikan, maka tujuan pendidikan akan tercapai dan sebaliknya. Sehingga kepemimpinan kepala sekolah memiliki implikasi pada kualitas sekolah. Jika kualitas sekolah rendah, merupakan akibat dari kepemimpinan kepala sekolah yang belum memenuhi kriteria (Sulastri, dkk, 2017). Budaya Organisasi di Lembaga Pendidikan Budaya dalam KBBI didefinisikan sebagai kebiasaan yang sulit untuk diubah. Gareth R. Jones (dalam Tahir, 2002) memaparkan bahwa budaya organisasi adalah kumpulan norma yang mengendalikan pola interaksi dalam organisasi, yakni dengan sesame anggota, pelanggan, maupun orang diluar organisasi. Dalam pendidikan, budaya digunakan sebagai alat transformasi pengetahuan. Budaya dapat mengarahkan, menuntun, mengidentifikasi, serta menghindar dari suatu persepsi atau pandangan (Fathurrohman, 2016). Budaya organisasi pendidikan merupakan berbagai nilai, norma dan kebiasaan yang menciptakan jati diri dari suatu lembaga pendidikan. Budaya organisasi dapat membantu lembaga Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…7 pendidikan dalam menemukan jati diri, sehingga ciri khas dapat dijunjung tinggi oleh anggota organisasi (dalam Yusuf, 2017). Selain itu, budaya organisasi memiliki beberapa manfaat, meliputi: (1) merekatkan anggota; (2) pedoman kerja; (3) proses sinergi tujuan dan langkah kerja orgnisasi; (4) memotivasi anggota organisasi dalam mencapai tujuan; (5) kontribusi terhadap organisasi; (6) memperlancar komunikasi, dan; (7) metode penyelesaian konflik organisasi (dalam Jurman, 2014). Kerja Tim dalam Lembaga Pendidikan Kerja tim menurut Tenner & Detero adalah sekelompok orang yang saling bergotong royong dan bekerja sama guna mencapai tujuan bersama, dimana pekerjaan lebih mudah jika dilakukan dengan kerjasama tim daripada dilakukan secara individu. Sedangkan Scott & Tiessen memaparkan bahwa kerja sama tim merupakan waktu yang diberikan oleh anggota tim untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam melaksanakan pekerjaan tim. King menjelaskan terdapat Sepuluh Perintah Tim untuk meningkatkan kinerja tim: (1) saling membutuhkan, (2) penjabaran tugas, (3) penjajaran, (4) bahasa, (5) kepercayaan dan rasa toleransi, (6) perhatian terhadap bakat, (7) pemecahan masalah, (8) keterampilan mengatasi konflik, (9) evaluasi, dan (10) penghargaan. Sedangkan beberapa hal yang dapat menghambat proses kerja tim, meliputi: (1) identitas anggota, (2) hubungan dengan sesama anggota, dan (3) identitas tim (dalam Hastuti dan Wijayanti, 2009). Kerja tim dalam lembaga pendidikan merupakan keseluruhan interaksi antar kepala sekolah dengan staf sekolah lain dalam rangka menyelenggarakan pendidikan. Kerja tim yang baik akan memberikan suatu solusi peningkatan mutu pendidikan dalam lembaga, sebab kerja tim yang baik dapat mempermudah dalam pendelegasian tanggung jawab organisasi (dalam Khairani., dkk, 2018). Prinsip kerja tim yang efektif yakni memiliki prinsip “teamwork” yang merupakan singkatan dari: (1) Together (bersama-sama), (2) Empathy (peduli), (3) Assist (saling tolong menolong), (4) Maturity (bijaksana), (5) Willingness (patuh), (6) Organization (terstruktur dan teratur), (7) Respect (menghormati satu sama lain), (8) Kindness (menunjukkan kebaikan) (Wadjdi, 2012). Motivasi Kerja dalam Lembaga Pendidikan Motivasi yang diambil dari Motive berarti dorongan, dimana dalam bahasa inggris disebut to move. Motif merupakan kekuatan diri yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan dorongan untuk bertindak sesuai tujuan yang dilakukan secara sadar. Michel J. Jucius (dalam Prihartanta, 2015) menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…8 dorongan pada individu dalam mengambil tindakan yang diinginkan. Motivasi dapat berupa usaha yang memungkinkan seseorang maupun sekelompok orang tergerak untuk mencapai tujuan bersama (Prihartanta, 2015). Sumber motivasi ada di dalam atau luar diri seseorang. Hal tersebut dapat terlihat ketika seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu, maka upaya untuk melakukan sesuatu akan timbul (dalam Raharja., dkk, 2013). Motivasi kerja dalam lembaga pendidikan terutama sekolah adalah daya dorong bagi tenaga pendidik dan kependidikan untuk berkontribusi sebesar mungkin kepada sekolah demi tercapainya tujuan. Indikator motivasi kerja meliputi: (1) faktor intrinsik (pencapaian, pengakuan, tanggung jawab, kepuasan kerja), (2) faktor ekstrinsik (hubungan antara pimpinan dan anggota, supervisi, kebijakan, kondisi, dan kompensasi (Sulastri., dkk, 2017). McClelland (1976) memperkenalkan teori motivasi yakni teori motivasi berprestasi, yang bermakna upaya membandingkan ukuran keunggulan (perbandingan capaian di masa sekarang dengan yang capaian sebelumnya) (dalam Adi, 2013). Berdasarkan hasil temuan beberapa variabel diatas, dapat diperoleh suatu keterkaitan antar variable yang dapat digambarkan melalui kerangka konseptual berikut: Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…9 PEMBAHASAN Keterkaitan Antara Variabel Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Kerja Tim dan Motivasi Kerja dengan Kesuksesan Implementasi TQM Keterkaitan antara Kepemimpinan dengan TQM Kepemimpinan merupakan suatu kegiatan menggerakkan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi. Kepemimpinan diperlukan untuk memperbaiki kinerja organisasi termasuk sekolah. Kepemimpinan mutu merupakan salah satu jenis kepemimpinan yang dapat menunjang program TQM. Tanpa kepemimpinan yang bermutu sulit untuk mencapai mutu yang baik. Sehingga dapat disimpulkan kepemimpinan yang bermutu adalah syarat untuk meningkatkan mutu organisasi. Dalam implementasinya, pemimpin berupaya focus terhadap mutu, dengan melakukan perencanaan, pengendalian dan perbaikan mutu menyesuaikan tuntutan kebutuhan pelanggan (Herawan, 2016). Berdasarkan penelitian oleh Sulastri., dkk (2017) dihasilkan suatu kesimpulan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh signifikan pada kualitas layanan sekolah, setiap peningkatan kepemimpinan kepala sekolah akan diikuti oleh peningkatan mutu sekolah. (Indriyati, 2018) memaparkan bahwa pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menciptakan dan mewujudkan visi, misi, dan strategi yang akan diterapkan dalam implementasi sistem manajemen mutu. Sallis (dalam Junaidah, n.d.) menjelaskan bahwa unsur terpenting pada implementasi TQM adalah kepemimpinan. Oleh karena itu, pemimpin wajib memiliki visi yang dijabarkan dalam kebijakan (keputusan) dan tujuan yang jelas. Dalam menetapkan visi, komitmen merupakan syarat utama. Komitmen yang dimaksud ialah komitmen semua sumber daya manusia pendidikan, yakni tenaga pendidik maupun kependidikan. Namun diantara komitmem tersebut, yang paling utama adalah komitmen pimpinan. Untuk mengubah mindset anggota dalam hal mutu, dibutuhkan komitmen pimpinan. Tanpa melibatkan komitmen pimpinan, maka perencanaan tidak akan terealisasi sesuai harapan. Karakteristik kepala sekolah yang dibutuhkan demi perbaikan kualitas pendidikan di sekolah, meliputi: (1) mendayagunakan serta mempertahankan kualitas sumber daya; (2) mengalokasi waktu yang cukup dalam melakukan koordinasi; dan (3) komunikasi yang intens antara tenaga pendidik maupun kependidikan, wali murid, dan masyarakat (dalam Amir, 2005). Kesimpulan yang dapat diambil adalah kepemimpinan mempengaruhi segala komponen dalam organisasi termasuk lembaga pendidikan. Dengan demikian kepemimpinan merupakan variable yang akan menentukan kesuksesan variable lain. Oleh karena itu kepemimpinan menduduki posisi utama yang berpengaruh pada kesuksesan TQM. Kepemimpinan yang baik Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…10 akan melahirkan budaya organisasi, budaya organisasi dapat diwujudkan dalam kerja sama antar anggota. Apabila budaya organisasi baik, kemauan kerja anggota tinggi. Ketika pelaksanaan pekerjaan terarah, maka kinerja organisasi meningkat. Hal tersebut akan berimplikasi pada peningkatan mutu dan kesuksesan TQM dalam suatu organisasi. Keterkaitan antara Budaya Organisasi dengan TQM Budaya organisasi adalah suatu norma yang mencipatakan kebiasaan dalam kehidupan organisasi. Budaya organisasi dapat berupa kedisiplinan, kerja sama, toleransi, dsb. Keberhasilan organisasi dapat dipengaruhi oleh budaya yang ada didalamnya. Budaya sekolah mencerminkan kualitas interaksi dan kehidupan sekolah yang berkembang berdasarkan normanorma yang tertanam. Kualitas kehidupan sekolah dapat dilihat dari bagaimana seluruh warga sekolah saling berinteraksi (dalam Zhalsaoktavilia, 2019). Sedangkan Zubaidah (2015) memaparkan bahwa budaya sekolah berperan sebagai fasilitator peningkatan keefektifan sekolah. Salah satu contoh budaya organisasi yakni budaya religious, yang kebanyakan diterapkan di lembaga pendidikan yang berbasis religi. Budaya religius dianggap mampu menciptakan lingkungan belajar kondusif, dan melakukan pendekatan pembelajaran konstrukstivistik. Model pembelajaran kontrukstivistik berguna untuk menggebrak dan meningkatkan mutu pendidikan nasional (Fathurrohman, 2016). Budaya organisasi dalam sistem manajemen mutu dapat menjadi identitas suatu organisasi. Budaya organisasi akan membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan (Indriyati, 2018). Berdasarkan penelitian Basuki (2017) terhadap lembaga pesantren, diperoleh hasil bahwa budaya organisasi pesantren memiliki pengaruh signifikan pada mutu pendidikan. Budaya organisasi dapat diciptakan baik oleh pemimpin maupun anggota organisasi. Peran kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikan ialah dengan menanamkan kesadaran terkait nilai dan norma yang berguna dalam meningkatkan mutu sekolah. Hal tersebut yang kemudian melahirkan gagasan budaya mutu. Satori (dalam Anwar, 2014) menjelaskan empat nilai dasar dalam mengembangkan budaya mutu dalam lembaga sekolah, yakni: (1) nilai otonomi (kemandirian), yaitu kemandirian pegawai dalam merespon kebutuhan sekolah; (2) nilai inovatif, yaitu kemampuan para pegawai untuk mengadakan pembaruan melalui gagasan atau ide-ide; (3) Nilai Continous Qualitiy Improvement, yaitu perbaikan kualitas secara berkelanjutan; dan (4) nilai pemberdayaan, yaitu strategi kepala sekolah dalam memberdayakan komponen-komponen sekolah. Budaya organisasi akan tercipta melalui kepemimpinan yang bermutu. Budaya organisasi dapat menjadi variable yang berpengaruh Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…11 terhadap TQM. Dengan adanya budaya organisasi, maka kemauan dan semangat kinerja pegawai akan maksimal, sehingga berimplikasi pada peningkatan mutu organisasi dan kesuksesan TQM. Keterkaitan antara Kerja Tim dengan TQM Kerja tim atau kerja sama tim adalah proses sekelompok orang yang saling bergotong royong dan bekerja secara bersama untuk tercapainya suatu tujuan. Kerja tim memungkinkan untuk mempermudah pekerjaan jika dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan sendiri. Organisasi beranggotakan orang-orang yang dituntut untuk saling bekerja dalam rangka memperoleh tujuan organisasi. Proses kerja sama memungkinkan organisasi untuk dapat mencapai segala tujuannya (dalam Wanty, 2018). Keterlibatan seluruh anggota organisasi akan memberi manfaat terhadap organisasi. Menurut Wadjdi (2012), keefektifan kerja tim berprinsip pada “teamwork” yaitu: (1) Together, yakni melakukan pekerjaan secara bersama yang berarti bahwa antara satu pegawai dengan pegawai lain berada pada tingkatan pekerjaan yang setara, (2) Empathy, yaitu peduli terhadap apa yang dirasakan oleh pegawai lain, atau dalam arti lain dapat memahami situasi dan kondisi setiap pegawai, (3) Assist, yaitu dengan saling memberikan bantuan satu sama lain, terutama dalam menghadapi suatu kesukaran dalam melakukan pekerjaan, (4) Maturity, yakni dengan menyelesaikan segala sesuatu permasalahan dengan sikap yang dewasa dan bijaksana, (5) Willigness, yaitu dengan patuh terhadap kebijakan yang berlaku dalam lingkungan kerja, kebijakan tersebut dapat berbentuk SOP atau Standar Operasional Prosedur maupun tata tertib, (6) Organization, yaitu melakukan pekerjaan secara teratur dan sistematis, (7) Respect, dengan saling menghormati antar sesame pegawai, seperti menghargai pendapat, (8) Kindness, yaitu dengan saling menunjukkan kemurahan hati antar pegawai, dengan begitu ikatan antar pegawai akan meningkat. Tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah harus senantiasa menjadi satu tim yang saling bahu membahu demi peningkatan kualitas sekolah. Dengan begitu, mereka akan memiliki strategi dan komitmen yang sejalan untuk menciptakan kesadaran mutu dalam lingkungan pendidikan sehingga target atau goals dapat tercapai (dalam Saifulloh., dkk, 2012). Kerja tim merupakan salah satu perwujudan dari budaya organisasi. Kerja tim dapat menjadi salah satu variable yang mempengaruhi TQM. Apabila seluruh anggota organisasi dapat membangun kerja tim secara efektif maka para anggota tersebut akan memperoleh kemudahan dalam melakukan pekerjaan. Ketika para anggota dapat melaksanakan pekerjaan dengan Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…12 mudah, maka kemauan kerja anggota akan meningkat pula sehingga dapat meningkatkan kinerja. Peningkatan kinerja akan berimplikasi pada peningkatan mutu dan kesuksesan TQM. Keterkaitan antara Motivasi Kerja dengan TQM Motivasi kerja adalah suatu hasrat, dorongan, dan kemauan seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Motivasi adalah hal utama yang mempengaruhi apakah suatu pekerjaan telah terlaksana atau tidak. Tokoh manajemen sumber daya manusia yakni Victor H.Vroom, Edward lawler III dan John Grant Rhode serta Gary Dessler (2000), menyatakan bahwa individu biasanya termotivasi untuk melakukan suatu hal yang dirasa dapat memberikan suatu imbalan. Syarat dalam melakukan motivasi yakni, kemampuan dan kemauan kerja (Jenita, 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulastri., dkk (2017), motivasi kerja guru memiliki pengaruh signifikan pada mutu sekolah. Menurut (Zubaidah, 2015) variable yang paling berpengaruh pada peningkatan mutu pendidikan adalah motivasi kerja guru. Oleh karena itu, jika sekolah hendak melakukan perbaikan mutu, maka yang terlebih dahulu ditingkatkan adalah motivasi kerja baru kemudian budaya sekolah. Selanjutnya, apabila motivasi kerja tenaga pendidik tinggi maka pengajaran dan pelayanan yang diberikan pada siswa akan maksimal. Penelitian oleh Basuki (2017) terhadap lembaga pesantren juga menghasilkan kesimpulan dimana motivasi kerja berpengaruh pada meningkatnya mutu pendidikan lembaga pesantren. Berdasarkan kajian teori motivasi sebagaimana dikemukakan oleh McClellandet al. (1976) yang telah diuraikan di atas, teori motivasi berprestasi dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan terutama sekolah. Teori tersebut dibutuhkan dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan sekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja anggota sangatlah penting karena dapat berpengaruh pada mutu organisasi atau TQM. Motivasi kerja terlahir dari budaya organisasi yang berlaku. Motivasi kerja anggota adalah kunci penentu kualitas kinerja organisasi. Ketika suatu sistem organisasi telah baik, tetapi kemauan kerja anggota rendah, maka kualitas yang dihasilkan akan rendah pula, dan sebaliknya apabila sistem organisasi baik dan didukung kemauan kerja tinggi maka kualitas yang dihasilkan akan maksimal. Oleh karena itu motivasi kerja adalah variable yang paling berpengaruh pada kesuksesan TQM. Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…13 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Total Quality Management (TQM) dalam pendidikan adalah suatu pendekatan yang terkonsep secara menyeluruh dan dapat digunakan untuk mempertahankan eksistensi lembaga dalam mengoptimalkan daya saing sekolah. Pengoptimalan tersebut dapat dilakukan dengan usaha-usaha perbaikan pada produk atau jasa, SDM pendidikan, dan proses pendidikan. Keberhasilan TQM terkait dengan beberapa variable organisasi pendidikan meliputi: (1) kepemimpinan, (2) budaya organisasi, (3) kerja tim, dan (4) motivasi kerja. keterkaitan antar variable terhadap TQM yakni: kepemimpinan sebagai variable pertama, yang diemban oleh kepala sekolah dapat menggerakkan SDM untuk menciptakan budaya organisasi, membangun kerja sama antar anggota, dan meningkatkan kemauan atau motivasi kerja. Budaya organisasi sebagai variable kedua, diciptakan oleh kepala sekolah dan staf sekolah. Budaya organisasi dapat diimplementasikan melalui kerja sama tim, dan dapat meningkatkan kemauan atau motivasi kerja. Kerja tim sebagai variable ketiga, merupakan salah satu perwujudan dari budaya organisasi. Apabila kerja tim berhasil dibangun, kemauan kerja anggota akan meningkat. Motivasi kerja sebagai variable keempat, adalah kemauan kerja anggota terlahir dari budaya organisasi, dan dihasilkan dari kerja sama tim yang baik. Motivasi kerja pegawai sekolah merupakan kunci penentu kesuksesan TQM dalam lembaga pendidikan. Kesuksesan TQM tercapai apabila motivasi kerja meningkat sebagai akibat dari maksimalnya budaya organisasi (kerja tim) dan kepemimpinan kepala sekolah. Saran TQM merupakan strategi yang tepat yang dapat diimplementasikan oleh lembaga pendidikan terutama sekolah dalam melakukan perbaikan mutu secara berkelanjutan. Oleh sebab itu, kepala sekolah sebagai manajer pendidikan hendaknya menggerakkan seluruh komponen pendidikan untuk berkomitmen terhadap peningkatan mutu sekolah. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan agar mampu mengeksplorasi lebih jauh mengenai strategi mensukseskan TQM serta memberikan inovasi dan interpretasi yang lebih maksimal. Sehingga penelitian selanjutnya mampu melengkapi kekurangan pada penelitian yang telah dilaksanakan. Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…14 DAFTAR RUJUKAN Amir, Y.H., 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Berorientasi Penguatan Budaya Organisasi dan Perbaikan Mutu Pendidikan di Sekolah Swasta Berciri Khas Islam: Model Konseptual Berdasarkan Kasus SMA Al-Irsyad Tegal. Mimbar Pendidikan Vol 2 (24). Online. http://jurnal.upi.edu/md/view/348/kepemimpinan-kepala-sekolah-yangberorientasi-penguatan-budaya-organisasi-dan-perbaikan-mutu-pendidikan-di-sekolahswasta-berciri-khas-islam:-model-konseptual-berdasarkan-kasus-sma-al-irsyadtegal.html, diakses pada 5 April 2020. Anam, Khoirul. 2018. Implementasi Total Quality Manajement (TQM) di Lembaga Pendidikan (preprint). Open Science Framework. https://doi.org/10.31219/osf.io/st38m, diakses pada 02 April 2020. Anita. 2017. Motivasi dan Kinerja Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Tesis tidak diterbitkan. Purwokerto: PPs IAIN Purwokerto. Anwar, S., 2014. Pengembangan Budaya Mutu Dalam Meningkatkan Kualitas Madrasah Di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Kota Bandar Lampung Vol 14 (36). Online. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/701, diakses pada 05 April 2020. Basuki, I., 2017. Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kyai, Budaya Pesantren, dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Mutu Pendidikan Pesantren Di Provinsi Banten 12. Online. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPP/article/download/9612/161-172, diakses pada 01 April 2020. Fadhli, M. 2017. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. JSMP 1, 215. Online. https://doi.org/10.29240/jsmp.v1i2.295, diakses pada 02 April 2020. Fathurrohman, M., 2016. Pengembangan Budaya Religius Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Vol 04 (2). Online. http://ejournal.iain- tulungagung.ac.id/index.php/taalum/article/view/364, diakses pada 31 Maret 2020. Ginting, R., Haryati, T., 2012. Kepemimpinan Dan Konteks Peningkatan Mutu Pendidikan. Online. http://journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/view/455, diakses 31 Maret 2020. Haris, A. 2013. Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: UINSA Hasibuan, M.M., n.d. Implementasi Total Quality Manajemen (TQM) Pada Sdit Bina Insan Batang Kuis T.A. 2018/2019 15. Online. Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…15 http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/sabilarrasyad/article/view/480, diakses pada 28 Maret 2020. Hastuti, S., Wijayanti, L., 2009. Kinerja Manajerial : Hasil Kerjasama Tim Dan Perbaikan Berkesinambungan 9. Online. http://ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/rebis/article/view/37, diakses pada 28 Maret 2020. Herawan, E., 2016. Kepemimpinan Mutu Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Pedagogia Vol 12 (51). Online. https://doi.org/10.17509/pedagogia.v12i2.3329, diakses pada 03 April 2020. Hermanto Nst, M., 2018. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan Islam. Muaddib 3. Online. https://doi.org/10.31604/muaddib.v1i1.471, diakses pada 01 April 2020. Huriyah, L., n.d. Penerapan Total Quality Management (TQM) Dalam Peningkatan Mutu Layanan Publik UIN Sunan Ampel Surabaya. Online. http://joies.uinsby.ac.id/index.php/joies/article/download/15/14/, diakses pada 31 Maret 2020. Husain, M.I.A., Naway, F.A., Mas, S.R., n.d. Implementasi Total Quality Manajemen di SDN 30 Kota Selatan 6. Online. http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/JPS/article/view/118, diakses pada 28 Maret 2020. Husna, A., 2014. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu dan Dampaknya di SD Budi Mulia Dua Sedayu Bantul. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 7(12). Online. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpip/article/view/3107/0, diakses pada 27 Maret 2020. Indriyati, R., 2018. Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajemen Mutu (Studi pada AKPELNI Semarang). Mem 33. Online. https://doi.org/10.24856/mem.v33i1.614, diakses pada 01 April 2020. Ismail, F., 2018. Implementasi Total Quality Management (TQM) di Lembaga Pendidikan. JII 10. Online. https://doi.org/10.30984/jii.v10i2.591, diakses pada 01 April 2020. Jami, J., Syukri, M., n.d. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) Di SD Negeri 03 Muara Pawan Kabupaten Ketapang .Online. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1892, diakses pada 29 Maret 2020. Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…16 Jenita. 2014. Analisis Pengaruh Motivasi dan Pelaksanaan Strategi SDM Terhadap Kinerja Dosen Serta Implikasinya Pada Kualitas Lulusan (Survey Pada PTS Di Provinsi Riau) Vol 11 (2). Online. https://media.neliti.com/media/publications/98507-ID-analisispengaruh-motivasi-dan-pelaksana.pdf, diakses pada 05 April 2020. Junaidah, n.d. Kontribusi Pemimpin Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Perguruan Tinggi. IAIN Raden Intan Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 25. Online. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh/article/view/784, diakses pada 29 Maret 2020. Jurman, J., 2014. Budaya Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada SMA Negeri 1 Simeulue Timur. JID 14. Online. https://doi.org/10.22373/jid.v14i2.503, diakses pada 01 April 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. https://kbbi.go.id, diakses pada 01 April 2020. Khadijah, I., n.d. Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pada Lembaga Pendidikan Islam. Online. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh/article/view/754, diakses pada 31 Maret 2020. Khairani, D.I., Wijaya, C., Saputra, E., 2018. Hubungan Antara Kerja Tim Dan Komitmen Guru Terhadap Efektifitas Kinerja Guru di SMA Se Kecamatan Medan Labuhan Vol 2 (2). Online. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/attazakki/article/view/1873, diakses pada 05 April 2020. Kurniawan, A.C. 2013. Perbandingan Implementasi Total Quality Management (TQM) Di Sma Negeri 3 Yogyakarta Dan Smk Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: UNY. Marmoah, S. 2019. Implementasi Total Quality Management (TQM) di Pendidikan Dasar. Pip 33, 41–50. Online. https://doi.org/10.21009/PIP.331.5, diakses pada 02 April 2020. Munawir, 2005. Implementasi Total Quality Management (TQM) Di Sekolah Menengah Kejuruan Institut Indonesia Kutoharjo. Online. http://eprints.ums.ac.id/6833/1/Q100040069.pdf, diakses pada 04 April 2020. Munir, M. 2018. Keberadaan Total Quality Management Dalam Lembaga Pendidikan (Antara Prinsip Implementasi Dan Pilar TQM Dalam Pendidikan). Surabaya: UINSA. https://jurnal.iainkediri.ac.id/index.php/realita/article/download/702/444, diakses pada 03 April 2020. Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…17 Prasetyo, A. D. 2018. Pengelolaan Total Quality Management Berorientasi Pada Kualitas Layanan Pendidikan Di SDII Al Abidin Surakarta. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: PPs Universitas Muhammadiyah Surakarta. Prabowo, S., 2012. Total Quality Management (TQM) Dalam Pendidikan. JSH 5. Online. https://doi.org/10.12962/j24433527.v5i1.624, diakses pada 03 April 2020. Prestiadi, D., Hardyanto, W., Pramono, S.E., 2015. Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam Mencapai Kepuasan Siswa. Online. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman/article/view/9853/6338, diakses pada 03 April 2020. Prihartanta, W., 2015. Teori-Teori Motivasi Vol 1(11). Online. https://www.academia.edu/19792313/Teori-Teori_Motivasi, diakses pada 03 April 2020. Raharja, S.M., Sudarmanto, G., Genap, D., 2013. Hubungan Antara Motivasi Kerja, Sikap Pada Profesi, dan Pembinaan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Bandar Lampung 15. Online. Http://Jurnal.Fkip.Unila.Ac.Id/Index.Php/JT/Article/View/2333, Diakses Pada 03 April 2020. Rahmah, U. 2018. Implementasi Total Quality Management (TQM) di SD Al-Hikmah Surabaya Vol 3 (21). Online. http://ejournal.uin- suka.ac.id/tarbiyah/index.php/manageria/article/download/1606/1415/, diakses pada 05 April 2020. Saifulloh, M., Muhibbin, Z., Hermanto, H., 2012. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah. JSH 5. Online. https://doi.org/10.12962/j24433527.v5i2.619, diakses pada 03 April 2020. Sulastri, S., Nurkolis, N., Rasiman, R., 2017. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Mutu Sekolah Dasar Di Kabupaten Jepara. JMP 5. Online. https://doi.org/10.26877/jmp.v5i3.1984, diakses pada 04 April 2020. Supriyanto, A., 2015. Implementasi Total Quality Management Dalam Sistem Manajemen Mutu Pembelajaran Di Institusi Pendidikan. CP https://doi.org/10.21831/cp.v1i1.4188, diakses pada 04 April 2020. Tahir, A. 2014. Buku Ajar Perilaku Organisasi. Sleman: Penerbit Deepublish. 1. Online. Nisa –Keterkaitan Antara Kepemimpinan…18 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional & Peraturan Pemerintah RI Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Serta Wajib Belajar. 2017. Bandung: Citra Umbara. Utami, N., n.d. Makassar: UIN Alauddin Makassar. Wadjdi, H., 2018. Manajemen Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam. Online. http://ejournal.staima-alhikam.ac.id/index.php/talimuna/article/view/127, diakses pada 01 April 2020. Wahidmurni. 2017. Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif. Online. http://repository.uinmalang.ac.id/1984/2/1984.pdf, diakses pada 04 April 2020. Wanty, S.H., 2018. Pengaruh Kepribadian dan Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Instruktur Rumah Sakit Pendidikan (Teaching Hospital) di Kota Jakarta Timur 10. Online. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jmp/article/download/10800/6781/, diakses 04 April 2020. Widianto, E., 2016. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Solution Giver Di Sekolah 14. Online. http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/38-Edi-Widianto.pdf, diakses pada 05 April 2020. Yuli, D.R., Afriansyah, H., n.d. Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) di Sekolah. Jurnal Total Quality Management. Online. https://osf.io/ugdr2/download/?format=pdf, diakses pada 04 April 2020. Yusuf, M.H.H., 2017. Pengembangan Budaya Organisasi Dalam Lembaga Pendidikan. Online. https://ejournal.unisnu.ac.id/JPIT/article/download/613/907 , diakses pada 04 April 2020. Zhalsaoktavilia, 2019. PERAN GURU DAN BUDAYA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI SUPERVISI PENDIDIKAN (Preprint). INA-Rxiv. Online. https://doi.org/10.31227/osf.io/5vbry, diakses pada 04 April 2020. Zubaidah, S., 2015. Pengaruh Budaya Sekolah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Mutu Pendidikan Di SMKN 1 Pabelan. Online. http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pip/article/view/7688, diakses pada 04 April 2020.