Uploaded by User68061

Belajar RKJM dan RKT

advertisement
RKJM DAN RKT
RKJM
Benjamin Franklin pernah mengungkapkan quote: “If you fail to plan, you are planning to fail”. Wajar
sekali kiranya dalam pengelolaan pendidikan yang menjadi kegiatan yang pertama adalah
perencanaan. Perencanaan yang dikenal baik pada dunia pendidikan yaitu Rencana Kegiatan
Sekolah (RKS) yang terdiri dari RKJM, RKT dan RKAS. Idealnya RKS ini menjadi pedoman dalam
menyelenggarakan pendidikan selama tenggat waktu yang dicanangkan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan secara khusus Standar Nasional Pendidikan
untuk SMK untuk mempercepat proses revitalisasi di seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan
kejuruan, yaitu dengan diterbitkanya Permendikbud No 34 Tahun 2018. Pada kesempatan kali ini
penulis akan mencoba membedah Lampiran VII Standar Pengelolaan bagian Rencana Kerja Jangka
Menengah (RKJM).
Standar Pengelolaan SMK, selanjutnya disebut Standar Pengelolaan adalah kriteria minimal
mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat SMK agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar Pengelolaan SMK memuat
sepuluh komponen yaitu (1) Visi, Misi, dan Tujuan, (2) Rencana Kerja Jangka Menengah, (3)
Rencana Kerja Tahunan, (4) Kepemimpinan, (5) Budaya, (6) Pelaksanaan, (7) Pengembangan
Kurikulum dan Penjaminan Mutu Internal, (8) Pengawasan, (9) Akuntabilitas, dan (10) Sistem
Informasi Manajemen.
RKJM dibuat oleh Kepala SMK untuk jangka waktu 3-5 tahun meliputi 7 standar. Kepala Sekolah
merupakan leader dari Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Tingkat Sekolah (TPMPS). Seorang leader
yang profesional menentukan arah perubahan dan faham detail dari alur yang akan dicapai
meskipun demikian hal-hal yang bersifat pekerjaan teknis dan berulang dilakukan oleh tim namun
semuanya dalam kendali mutu. Kebiasaan lingkup RKJM adalah 4 tahun, menurut aturan ini
dibolehkan sampai 5 tahun. RKJM sekurangnya mencakup strategi terhadap tujuh standar yaitu
SKL, Isi, Proses, Penilaian, Saranadan prasarana, Tendik dan Pembiayaan.
Terdapat perbedaan pada SKL dan Standar lainya, pada SKL menggunakan istilah target
pemenuhan sedangkan standar lainya menggunakan istilah strategi pengelolaan. Menurut KBBI
istilah target menggambarkan sasaran (batas ketentuan dan sebagainya) yang telah ditetapkan
untuk dicapai. Seperti halnya dalam menembak baik dengan senapan, target atau sasaran tembak
itu tidaklah hanya berbentuk titik saja tetapi dalam bentuk lingkaran, artinya bahwa target itu
memberikan ruang untuk tidak tercapai 100% berhasil karena banyak variabel yang berperan.
Secara teknis bagaimana menentukan target pencapaian SKL di SMK tentu para guru sudah
mafhum semuanya yaitu dengan menentukan Ketuntasan Belajar Minimal untuk tiap Kompetensi
Dasar yang diajarkan. KBM tidaklah harus 100 semua namun boleh kurang sesuai dengan hasil
analisis terhadap variabel yang akan berperan dalam pencapaian seperti kondisi sarpras baik utama
atau pendukung, lingkungan sekolah, tingkat kompleksitas materi dan input peserta didik. Pada
pendidikan kejuruan yang merupakan pendidikan replika dari industri seharusnya target KBM adalah
100% yaitu bisa (1) atau tidak (0), Dunia pendidikan Kejuruan saat ini masih mengandalkan tingkat
toleransi yang tinggi, hal ini disebabkan kesenjangan standar pendidikan di sekolah yang tertinggal
dari kemajuan yang ada di dunia usaha dan industri, tingkat adaptibilitas peserta didik terhadap
situasi dan kondisi kerja di DUDI dan sebagainya.
Menurut Wikipedia (Wikipedia, 2020) strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu. Jadi strategi pengelolaan merupakan bagaimana gagasan dari TPMPS yang diketuai oleh
Kepala Sekolah dicurahkan dalam bentuk perencanaan pada tiap standar pendidikan.
1. Strategi pengelolaan kurikulum, kurikulum di SMK yang memiliki banyak kompetensi keahlian
memiliki kompleksitas yang lebih tinggi, karena tiap kompetensi keahlian memiliki karakteristik yang
khas dan berbeda satu dengan lainya. Salah satu contoh strategi pengelolaan kurikulum adalah
diserahkanya penyusunan KTSP kepada tim kompetensi keahlian masing masing. Sangat tidak
logis jika seorang wakil kepala sekolah menyusun KTSP untuk seluruh kompetensi keahlian
meskipun dibantu tim dari tiap kompetensi keahlian. Strategi pengelolaan kurikulum secara generik
diantaranya meliputi:
 Penyelarasan kurikulum antara SK/KD dari BNSP dengan SKKNI dari BNSP dan DUDI,
 Penjadwalan; Jadwal blok untuk persiapan, produksi, pemasaran, jadwal PKL/Magang, Uji
kompetensi dll
 Kerjasama dengan DUDI untuk PKL/Magang guru dan peserta didik, Joint Production
Program dan lainya
 Penyusunan Modul/Jobsheet
2.
Strategi pengelolaan Proses Pembelajaran
Kepala Sekolah bersama TPMPS menyusun perencanaan berdasarkan nilai raport mutu tentang
pembelajaran yang akan dilakukan dengan memperhatikan visi sekolah untuk 3-5 tahun kedepan.
Proses pembelajaran membutuhkan berbagai perangkat baik sarpras maupun berbagai aplikasi dan
skill dari pendidik dan tenaga kependidikan yang akan berperan dalam melaksanakanya.
Proses pembelajaran Abad 21 sudah menjadi mainstream pendidik yaitu pembelajaran yang
menekankan pada 4C (Critical thinking, Creativity, Colaboration, Comunication). Pembelajaran RI
4,0 yaitu pembelajaran yang menekankan pada ciri Robotic Automation, 3D printer, Internet of thing
dan Data of thing. Pembelarajan Society 5.0 yaitu pembelajaran yang menekankan pada peran
manusia menjadi utama pada setiap penggunaan teknologi.
Pada masa Covid-19 seperti saat ini, pendidik mau tidak mau harus membelajarkan siswa dengan
berbagai macam aplikasi online seperti google drive, drop box, box untuk menyimpan materi
pelajaran, google classroom, edmodo, schoology, class dojo untuk proses pembelajaran
penugasan, google form, jotform, quizizz untuk penilaian, zoom, google hangout, webex untuk
video conference, sedangkan untuk animasi menggunakan Canva dan animaker. Guru guru
menjadi akrab pada kondisi seperti ini, namun sampai saat ini belum jelas bagaimana efektifitas dan
efisiensi dari pembelajaran daring dengan berbagai aplikasi tersebut tentunya perlu kajian lebih
lanjut. Pada penyusunan rencana proses pembelajaran dalam RKJM bagus sekali jika terinventarisir
keseluruhan guru menggunakan proses pembelajaran seperti apa saja. Dengan demikian pendidik
yang membaca RKJM akan memperoleh manfaat besar dengan melihat kolega lain dalam
membelajarkan siswanya apatah lagi ada penjadwalan dalam bentuk FGD proses berbagi secara
berkala.
3.
Strategi pengelolaan Penilaian
Penilaian pendidikan seperti ulangan harian, tengah semester, akhir semester, uji unit kompetensi,
uji kompetensi keahlian sebaiknya dicari yang paling efektif dan efisien. Pada beberapa mata
pelajaran yang bisa dilaksanakan dengan daring bisa menggunakan berbagai aplikasi seperti google
form, jotform, quizizz dan class dojo selain guru tidak harus memeriksa dan mengawasi peserta
didik dalam melaksanakan test juga hasilnya mudah untuk proses. Namun demikian bahwa
mengapa perlu perencanaan penilaian tiap mata pelajaran karena harus ada kesesuaian antara
tujuan pembelajaran dengan soal soal yang diberikan. Kesalahan umum adalah banyak guru yang
melaksanakan penilaian dengan mengikuti atau menyalin soal soal dari buku teks. Dengan
demikian perlu ada strategi secara masive di suatu sekolah untuk memastikan bahwa soal yang
diujikan mengukur apa yang seharusnya diukur. Beberapa strategi diantaranya adalah dengan
dibuatnya tim review yang terdiri dari pertama, wakasek kurikulum beserta staf untuk mengukur
apakah soal-soal yang dibuat berdasarkan kisi-kisi atau tidak serta sudah HOTS atau belum, kedua,
ketua kompetensi keahlian dan guru produktif untuk memastikan apakah soal soal yang diberikan
kontekstual dengan kompetensi keahlian siswa atau tidak dan dari kebahasaan bisa diambil dari
guru bahasa untuk memastikan redaksionalnya mudah untuk dibaca. Selain itu perlu tindak lanjut
dari hasil penilaian dengan dilakukan analisis butir soal sehingga untuk kompetensi yang sama
diberikan soal yang sudah diuji tingkat validitas, reliabilitas tingkat sukar dan daya beda. Perlu
strategi pengelolaan untuk mencipatakan iklim itu semua di sekolah.
4. Strategi pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK)
Secara teknis perumusan strategi pengolaan Tendik Berdasarkan raport mutu dicari mana nilai yang
terrendah dari PTK, selanjutnya dicari akar permasalahan berdasarkan indikator mutu dan dicari
rekomendasi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Langkah selanjutnya adalah
membuat program yang sesuai dengan rekomendasi dan sumber biaya serta kuantitas biaya yang
diperlukan berapa. Beberapa permasalahan dalam merumuskan strategi pengelolaan PTK
diantaranya adalah Missmatch, Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) yang tidak berjalan, Guru kunjung atau instruktur dari DUDI, Program Induksi
Guru Pemula (PIGP) dan lainya. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan banyak yang dlakukan
dengan hanya adanya IHT/Workshop tanpa memperhatikan berapa lama guru sudah mengajar dan
kompetensi apa yang belum dan ingin dikuasainya. Proses demikian jelas tidak akan efisien dan
efektif karena gagal dalam memetakan kompetensi guru. Langkah yang rasional adalah diawal
tahun setiap guru membuat evaluasi diri apa kekurangan dan kelebihannya dari 4 kopetensi yang
seharusnya dimiliki yaitu paedagogiek, kepribadian, sosial dan profesional. Kemudian guru tersebut
menuliskan dalam matriks kapan dan bagaimana akan memenuhi kekuranganya. Selanjutnya Ketua
Tim PKB membuat peta setiap guru dalam memenuhi kekuranganya baik secara mandiri,
berkelompok apakah di tingkat MGMP, sekolah atau di tingkat yang lebih tinggi misalnya provinsi
atau organisasi profesi. Jika memperhatikan grafik piramida PKB maka guru yang
pangkat/golonganya sudah IV/b misalnya tentu lebih fokus pengelolaan sekolah bukan pada
pengelolaan kelas lagi, jadi jika diawal tahun seluruh guru mengikuti IHT dengan materi yang sama
baik guru pemula maupun guru dewasa tentu hal ini merupakan miskonsepsi yang harus segera
direduksi.
5.
Strategi pengelolaan Sarpras
Pendidikan kejuruan paling banyak memerlukan biaya pada sarana dan prasarana, baik untuk
peralatan praktik maupun bahan praktik. Lebih lengkapnya tiap ketua kompetensi keahlian membuat
pemetaan dengan rasio benar terhadap jumlah siswa dai peralatan ideal seperti tercantum pada
lampiran VI Permendikbud No. 34 tahun 2018. PMP mengambil data dari siswa, guru komite dan
pengawas sekolah, yang paling tahu tentang peralatan adalah guru yang mengajar mata pelajaran
kejuruan. Jadi kurang bijak jika berdasarkan kepada pendapat pada siswa, komite, kepala sekolah
dan pengawas karena secara detai akan kurang memahami kondisi real kebutuhan peralatan. Oleh
karena itu dibutuhkan bagaimana strategi untuk secara jelas pemetaan kebutuhan akan sarpras
pada tiap kompetensi keahlian secara khusus dan sekolah pada umumnya. Langkah selanjutnya
adalah bagaimana langkah efektifitas dan efisiensi penggunaan peralatan yang ada dan langkah
ketiga adalah bagaimana pengadaan yang memungkinkan.
6. Strategi pengelolaan Pembiayaan
Pembiayaan pendidikan untuk sekolah swasta terdiri dari BOS sebesar 1.6 juta rupiah/siswa/tahun,
BPMU 550 Ribu rupiah/siswa/tahun dan Dana Komite Sekolah serta dari Sumber lain yang berbeda
tiap sekolah dan tiap kompetensi keahlian. Sedangkan untuk di Provinsi Jawa Barat SMK Negeri
tidak diperkenankan memungut sumbangan dari peserta didik dalam bentuk SPP dan sejenisnya.
Menurut Wibowo (2019, 14)1 Pembiayaan operasional tiap siswa per tahun pada masing masing
program Bidang keahlian diantaranya yang paling banyak yaitu Teknologi dan Rekayasa Rp.
8.472.000, Teknologi Komunikasi dan Informasi Rp. 8. 328.000 Bisnis dan Manajemen Rp.
4.980.000. Belum termasuk biaya investasi dan personal, di Jawa Barat biaya personal untuk SMK
Swasta dari BPMU sedangkan untuk SMK Negeri dipenuhi dari Honorarium guru pengganti.
Sebagai contoh untuk Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa. Jika dipenuhi dari BOS dan BPMU
serta pengganti SPP menjadi Rp. 8.472.000 - Rp. 1.600.000 – Rp. 550.000 – X (tergantung jumlah
siswa)
Jadi sekolah tetap masih kekurangan untuk masuk ke dalam standar, hal ini masih bisa dipenuhi
dengan subangan sukarela dari berbagai pihak. RKJM yang sudah tersusun dibagi menjadi 3-5
tahun dan untuk tiap tahunya jadilah Dokumen RKT dan jika sudah disertakan pada setiap kegiatan
pembiayaan maka dinamakan RKAS. Meskipun dalam implementasinya sekolah sering merasa
kesulitan, namun sesungguhnya ketika tekadnya kuat bisa mengimplementasikan apa yang sudah
direncanakan.
Kesimpulan.
Penyusunan RKJM bisa didasarkan kepada raport mutu tiap sekolah dengan melihat standar,
indikator dan sub indikator mana yang masih rendah kemudian dicari akar masalah dan dibuatkan
rekomendasi. Selanjutnya dari Rekomendasi yang sudah dibuat di tentukan program yang sesuai
serta dihitung biaya untuk setiap kegaiatan dari program yang ditentukan.
RKT
Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) pada prinsipnya diturunkan dari RKJM yaitu membaginya mejadi
berapa tahun tenggat RKJM. Namun demikian Permendikbud No 34 Tahun 2018 secara eksplisit
memberikan standar minimal komponen apa saja yang harus ada pada RKT. Baik RKJM maupun
RKT sebelum menjadi pedoman bersama harus mendapat persetujuan dalam rapat Dewan Guru,
dengan demikian bahwa yang menandatangani RKT bukan hanya kepala sekolah tapi juga Dewan
Guru. Isi RKT sekurangnya terdiri dari:
1. Stuktur Kurikulum dan Program Pembelajaran;
Spektrum keahlian menggunakan Perdirjen Dikdasmen No. 06/D.D5/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018.
Sedangkan struktur kurikulum menggunakan Perdirjen Dikdasmen No. 07/D.D5/KK/2018 tanggal 7
Juni 2018 untuk tiap kompetensi keahlian. Hubungan yang sudah dijalin dengan industri perlu di
perkuat dalam kurikulum jadi sesungguhnya kurikulum SMK haruslah fleksibel, kedua Perdirjen
diatas berlaku untuk SMK yang belum memiliki joint program yang kuat dengan Dunia Usaha dan
Dunia Industri. Kurikulum SMK bisa diterapkan jika sudah diselaraskan dengan SKKNI dan
Kepentingan DUDI. Struktur kurikulum yang diterbitkan oleh BSNP adalah struktur minimal yang
harus dicapai oleh peserta didik.
Program Pembelajaran di jelaskan pada program meliputi program pembelajaran tatap muka,
praktik, proyek, magang atau PKL secara jelas dicantumkan jumlah jam pembelajaran masing
masing.
2. Kalender Pendidikan;
Kalender pendidikan secara umum mengikuti kalender pendidikan yang diterbitkan oleh Disdik Prov
Jawa Barat namun secara spesifik perlu ditambahkan kegiatan kegiatan yang mencakup seluruh
kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah. Kalender pendidikan meliputi hari efektif, hari libur, hari
pertama masuk, MPLS, masa penilaian (PTS, PAS, PAT, UUK, UKK) dan sebagainya.
3. Program Pembinaan Peserta Didik;
Program pembinaan peserta didik berisi kompilasi berbagai program baik intrakurikuler seperti
layanan Bimbingan dan konseling, penanaman pembiasaan seperti 5R (Rapih resik rawat rajin
ringkas), 5S (senyum, sapa, salam, sopan, santun) atau 3P (Penampilan, pelayanan dan prestasi).
Cokurikuler seperti pemetaan penugasan tiap guru agar terdistribusi normal tidak terlalu bertumpuk
atau pada minggu tertentu kosong. Program ekstrakurikuler merupakan bagian pengembangan diri
siswa seperti pramuka, olahraga, sains, club IT, bahasa dan sebagainya. Seluruh program ditata
dalam bentuk matriks sesuai klasisfikasinya.
4. Pembiasaan Karakter, Budaya, Literasi, dan Kedisiplinan;
Program karakter yang meliputi program pembiasaan karakter di kelas, sekolah, lingkungan bagus
dinyatakan dalam bentuk matriks kegiatan dengan tujuan, input, outcome, output yang jelas.
Program penanaman budaya bisa berbentuk seni, olahraga, budaya kerja, budaya bersih dan lain
lain termasuk budaya literasi dibuat dalam bentuk matriks sehingga orang dengan mudah
memahami baik substansi dengan melihat tujuan dan teknis pelaksanaan kegiatan maupun
penjadwalan. Program kedisiplinan perlu dibuat narasi konsep kedisiplinan apa yang akan
diterapkan dilengkapi dengan sedikit rasional dan kajian mengapa menerapkan konsep kedisiplinan
demikian. Bentuk kegiatan pembinaan kedisiplinan juga dibuat dalam bentuk matriks dilengkapi
dengan capaian yang diharapkan.
5. Supervisi dalam Kegiatan Intra-Kurikuler, Ko-Kurikuler, dan Ekstra-Kurikuler;
Kompetensi kepala sekolah selain manajerial, kewirausahaan adalah supervisi. Supervisi atau
bantuan profesional akademik yang diberikan kepada guru atau tenaga kependidikan dimaksudkan
untuk meningkatkan kompetensi dan mutu. Supervisi dilaksanakan secara berkesinambungan,
terjadwal dengan berbagai metode. Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah jika dibantu oleh guru
senior sebaiknya seluruh kendali tetap berada di kepala sekolah karena guru tidak diwajibkan
memiliki kompetensi supervisi. Guru senior yang akan melaksanakan supervisi sebaiknya dibekali
terlebih dahulu dengan model, metode, teknik dan strategi supervisi serta ilmu andragogi, tanpa
pembekalan seperti itu akan alih alih meningkatkan mutu malah menjadi kontraproduktif. Jadwal
supervisi dilengkapi dengan motode apakah individual atau kelompok, class visit, guru kunjung,
klinis, coaching GROW ME dan sebagainya.
6. Program Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK;
Program pemenuhan standar PTK diturunkan sebagaimana disusun pada RKJM dengan
berdasarkan kurun waktu 1 tahun.
7. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana;
Program pemanfaaatan sarana meliputi inventarisasi, pengadaan, pemanfaatan, perawatan atau
pemeliharaan serta penghapusan. Bagus dibuat dalam bentuk matriks yang mudah dibaca oleh
setiap orang dengan mudah.
8. Pengelolaan Keuangan
Uang bukan segalanya namun segalanya memerlukan uang, pengelolaan uang sangat penting,
saat ini guru dan tenaga kependidikan bukan lagi pahlawan tanpa tanda jasa namun mereka
menurut perundangan adalah tenaga profesional. Guru tidak semangat membelajarkan peserta didik
karena hak haknya tidak terpenuhi akan bersifat menular kepada guru lain dan siswa menjadi malas
untuk belajar. Kemalasan yang akan membentuk persepsi dari masyarakat sekitar pada ujungnya
pada penerimaan siswa baru pendaftar sedikit. Karena pendaftar sedikit untuk sekolah swasta maka
penerimaan hanya mengandalkan dari BOS dan BPMU sehingga kesejahteraan guru sulit untuk
berkembang. Suatu sekolah yang menerapkan dengan ajeg prinsip prinsip pengelolaan keuangan
tidak akan merugi dan kepercayaan dari berbagai pihak akan terbangun dengan sendirinya.
Mungkin ini yang dimaksud dengan barokah atau bertambahnya kebaikan dari setiap kebaikan yang
di tanamkan menjadi sistem di sekolah.
Download