Uploaded by User68035

Ahmad Rivaldi Ardianto 1712000144 Pengaruh Merger Pada Kinerja Perusahaan

advertisement
Nama
: Ahmad Rivaldi Ardianto
Nim
: 1712000144
Mata Kuliah : Merger, Akuisisi Dan Restrukturisasi
Dosen
: Mustanwir Zuhri, S.E., M.M.
Tugas
: Pengaruh Merger pada Kinerja Perusahaan
Perusahaa melakukan merger dan akuisisi harapannya agar kinerja keuangan
perusahaan yang bergabung dapat meningkat. Salah satu tolok ukur kinerja keuangan perusahaan
adalah rasio keuangan. Sedangkan dilihat dari sisi investasi keberhasilan suatu perusahaan secara
tidak langsung dapat diprediksi dari peningkatkan harga sahamnya di bursa saham.
Merger menurut Foster (1986:460) dalam Usadha dan Yasa (2009) adalah
penggabungan usaha dari dua perusahaan atau lebih, tetapi salah satu nama perusahaan masih tetap
digunakan, sedangkan yang lain melebur menjadi satu kesatuan hukum.
Motif utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi menurut Brigham dan
Houston (2004:468-472) adalah sinergi, pertimbangan pajak, pembelian aktiva di bawah biaya
penggantinya, diversifikasi, insentif pribadi manajer, nilai residu.
Analisis kinerja keuangan bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam
hal merger dan akuisisi. Dimana kinerja diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh manajemen
keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan
nilai perusahaan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai kinerja perusahaan serta return saham
akibat dari pengumuman merger dan akuisisi. Dalam pengukuran kinerja perusahaan digunakan
rasio-rasio keuangan diantaranya adalah Price to Book Value (PBV), Operating Profit Margin
(OPM), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio ( DER ).
Dyaksa Widyaputra(2006) menemukan bahwa terjadi penurunan secara signifikan pasca
merger dan akuisisi dimana 6 hal ini bertentangan dengan yang ditemukan oleh Edwin Yonathan
dan Ancella (2013) dimana PBV tidak mengalami perubahan yang signifikan setelah merger dan
akuisisi.
Dyaksa Widyaputra (2006) mengemukakan OPM pasca merger dan akuisisi mengalami
penurunan yang signifikan dibandingkan sebelum terjadi merger dan akuisisi sedangkan Harjeet
dan Jiayin (2013) menemukan bahwa OPM pasca merger dan akuisisi tidak berbeda secara
signifikan.
Dalam penelitiannya Harjeet dan Jiayin (2013) ROE yang dihasilkan perusahaan pasca
merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan yang signifikan hal ini bertentangan dengan apa
yang dikemukakan oleh Kadek Hendra Gunawan dan I Made Sukartha (2013) yang menemukan
bahwa ROE mengalami peningkatan secara signifikan pasca merger dan akuisisi sedangkan hasil
penelitian Payamta dan Setiawan (2004) serta Dyaksa 7 Widyaputra (2006) menemukan bahwa
ROE mengalami penurunan secara signifikan setelah terjadi merger dan akuisisi.
Harjeet dan Jiayin (2013) melakukan penelitian terhadap perusahaan yang melakukan
kegiatan merger dan akuisisi di Cina dimana ROA sebelum dan sesudah merger dan akuisisi tidak
mengalami perubahan yang signifikan hal senada juga di sampaikan oleh Annisa dan Prasetiono
(2010) dimana dalam penelitiannya ROA setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan
yang signifikan dibandingkan sebelum merger dan akuisisi sedangkan Ika Sisbintari (2011) dalam
penelitian yang meneliti pebedaan merger dan akuisisi di bank cimb niaga, ROA mengalami
kenaikan secara signifikan setelah merger dan akuisisi. Hal sama juga disampaikan oleh Manoj
Kumara dan Satyanaraya (2013) dalam penelitiannya terhadap 8 perusahaan di India yang
melakukan merger dan akuisisi, dimana ROA mengalami kenaikan yang signifikan. Lain dengan
yang disampaikan oleh Sonia Sharma (2013) dimana ROA mengalami penurunan signifikan pasca
merger dan akuisisi.
Kurniawan dan Widyarti (2011) dalam penelitiannya tentang analisisi kinerja perusahaan
sebelum dan setelah akuisisi dengan sampel perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI pada
tahun 2003-2007 menemukan hasil bahwa DER tidak mengalami perubahan secara signifikan
namun berdasar data deskriptif menunjukan adanya sedikit peningkatan. Sedangkan Ardiagarini
dan Arfianto (2011) yang meneliti efek merger dan akuisisi terhadap perusahaan target yang
diakuisisi pada tahun 1997-2009) menemukan perbedaan secara signifikan hanya pada periode
satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah.
Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti pengaruh merger dan akuisisi terhadap
kinerja perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi antara tahun 1990-1996
dengan menggunakan rasio keuangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa, kinerja perusahaan
manufaktur setelah melakukan merger dan akuisisi ternyata tidak mengalami perbaikan dengan
sebelum melaksanakan merger dan akuisisi.
Helga dan Salamun (2006) melakukan penelitian pada 30 sampel perusahaan go
public yang melakukan merger dan akuisisi selama tahun 2000-2002 untuk mengetahui apakah
peristiwa merger dan akuisisi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ekonomi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan yang
sudah go public tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengumuman merger dan akuisisi.
Meta (2009) juga melakukan penelitian yang berkaitan dengan merger dan akuisisi
yaitu apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi pada saat sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kinerja
keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Peneliti lain yang menggunakan rasio keuangan adalah Usadha dan Yasa (2009) yang
menggunakan rasio keuangan yang dikelompokkan ke dalam tiga rasio, yaitu rasio likuiditas rasio
profitabilitas dan rasio solvabilitas. Penelitian dilakukan terhadap 10 perusahaan go public yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2001-2002. Peneliti menemukan bahwa current
ratio dan return on investment secara statistik mengalami penurunan secara siginifkan setelah
melakukan merger dan akuisisi, sedangkan debt to equity ratio yang mengalami peningkatan yang
signifikan pada periode satu tahun setelah merger dan akuisisi. Hasil tersebut mencerminkan
terjadinya penurunan kinerja perusahaan setelah melakukan merger dan tidak menghasilkan nilai
tambah atau sinergi.
Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa tidak ada
perubahan secara signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi dilihat berdasarkan rasio keuangan untuk periode 1 tahun sebelum dan 4 tahun berturutturut setelah merger dan akuisisi, meskipun terdapat satu rasio keuangan yang ada perbedaannya
yaitu return on total asset, untuk periode perbandingan 1 tahun sebelum dan 4 tahun setelah merger
dan akuisisi, akan tetapi tidak dapat memberikan cukup bukti bahwa merger dan akuisisi dapat
meningkatkan kinerja ekonomis perusahaan. Penelitian terhadap rasio juga diperkuat dengan hasil
pengujian terhadap return saham perusahaaan. Pengujian dilakukan pada periode jendela 5 hari
yaitu 5 hari sebelum dan 5 hari setelah melakukan merger dan akuisisi. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada return saham perusahaan setelah
melakukan merger dan akuisisi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Payamta dan Setiawan
(2004) yang meneliti pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan dengan sampel
perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi pada periode tahun 1990-1996,
dengan menguji rasio dan return saham. Hasilnya menyatakan bahwa tidak adanya perubahan
yang signifikan terjadi pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dengan periode
pengamatan 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi.
Selain itu juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Helga dan Salamun
(2006) pada perusahaan go public yang melakukan merger dan akuisisi selama tahun 2000-2002.
Peneliti menggunakan indikator abnormal return. Hasil dari penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman
merger dan akuisisi.
Download