BAB 6 PENGUKURAN VARIABEL: DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA Bagaimana Mengukur Variabel Ketika memasuki dunia perasaan, sikap dan persepsi subjektif manusia, pengukuran faktor atau variabel tersebut menjadi sulit. Ada dua jenis variabel: yang satu bisa diukur secara objektif dan tepat; yang lain lebih samar-samar dan tidak dapat diukur secara akurat karena sifatnya yang subjektif. Ada cara-cara untuk menelusuri perasaan dan persepsi subjektif individu, salah satu tekniknya adalah mereduksi ide-ide abstrak atau konsep menjadi perilaku dan karakteristik yang dapat diamati. Reduksi dari konsep abstrak untuk membuatnya bisa diukur dalam cara tertentu disebut mengoperasionalkan konsep. DEFINISI OPERASIONAL: DIMENSI DAN ELEMEN Mendefinisikan sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep. Hal tersebut kemudian diterjemahkan kedalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep. a. b. c. d. e. Elemen Dimensi 1 Kita dapat menjelaskan seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan. Orang semacam itu akan (1)bekerja sepanjang waktu, (2) enggan untuk tidak masuk kerja, dan (3) tekun, bahkan dalam menghadapi sejumlah kemunduran. Tipe perilaku tersebut bisa diukur. Elemen Dimensi 2 Tingkat ketidak inginan untuk bersantai dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan seperti (1)berapa sering Anda memikirkan pekerjaan ketika tidak sedang berda di tempat kerja? (2) apa hobi Anda? dan (3) bagaimana Anda menghabiskan waktu ketika tidak ditempat kerja? Jadi, kita bisa menempatkan karyawan pada sebuah kontinum dari mereka yang sangat dapat bersantai ke yang sedikit bersantai. Elemen Dimensi 3 Individu dengan motivasi pencapaian tinggi tidak sabar terhadap orang yang tidak efektif dan enggan bekerja dengan orang lain. Sementara orang bermotivasi pencapaian dalam organisasi mungkin sangat tinggi dalam kecenderungan perilaku tersebut, tetapi begitu juga sebaliknya, ada orang yang tidak seperti itu. Jadi , ketidaksabaran orang terhadap ketidak efektifan juga bisa diukur dengan mengamati perilaku. Elemen Dimensi 4 Ukuran seberapa senang orang mencari pekerjaan yang menantang bisa diperoleh dengan bertanya mengenai jenis pekerjaan yang mereka pilih. Preferensi karyawan terhadap jenis pekerjaan yang berbeda kemudian dapat ditempatkan pada suatu kontinum yang membentang dari yang memilih pekerjaan cukup rutin ke yang memilih pekerjaan dengan tantangan yang kian sulit. Elemen Dimensi 5 Mereka yang menginginkan umpan balik akan mencarinya dari atasan, rekan kerja, dan bahkan terkadang dari bawahan. Mereka ingin mengetahui pendapat orang lain mengenain seberapa baik kinerja mereka. Jadi, daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu, kita bisa meminta mereka menceritakan polaperilaku mereka sendiri dangan mengajukan pertanyaan tepat yang bisa direspons pada skala tertentuyang telah disusun. Mendefinisikan sebuah konsep secara operasional tidak meliputi penguraian alasan, latar belakang, konsekuensi, atau korelasi konsep. Jika kita mengoperasionalkan konsep secara tidak tepat atau mengacaukannya dengan konsep lain, kita tidak akan memperoleh ukuran yang valid dan penelitian akan menjadi tidak ilmiah. Mengoperasionalkan Konsep Pembelajaran Pembelajaran merupakan konsep penting dalam konteks pendidikan. Kita dapat mengukur konsep abstrak yang disebut pembelajaran dengan mendefinisikan konsep secara operasional dan mengubahnya menjadi perilaku yang bisa diamati dan diukur. Dengan kata lain, kita harus menguraikan dimensi dan elemen dari konsep pembelajaran. Tinjauan Definisi Operasional Definisi operasional adalah mengukur konsep abstrak seperti hal-hal yang biasanya masuk ke dalam wilayah subjektif perasaan dan sikap. SKALA Skala (scale) adalah suatu instrument atau mekanisme untuk membedakan individu dalam hal terkait variabel minat yang kita pelajari. Skala atau instrument bisa menjadi sesuatu yang mentah (gross) dalam pengertian bahwa hal tersebut hanya akan mengategorikan individu secara luas pada variable tertentu, atau menjadi instrumen yang disetel dengan baik yang akan membedakan individu pada variable dengan tingkat kerumitan yang bervariasi. Ada empat tipe skala dasar : 1. Skala Nominal Penggunaan Skala Nominal digunakan untuk memperoleh data pribadi seperti gender atatu departemen tempat seseorang bekerja, dimana pengelompokkan individu atau objek adalah berguna. 2. Skala Ordinal Penggunaan Skala Ordinal untuk memeringkat prefrensi atau kegunaan beragam jenis produk olehkonsumen dan untuk mengurutkan tingkatan individu, objek atau peristiwa. 3. Skala Interval Penggunaan Skala Interval jika respons untuk beragam item yang mengukur suatu variabel bisadihasilkan dengan skala lima poin (tujuh poin atau lainnya), yang kemudian dapat diterapkan pada seluruh item. 4. Skala Rasio Penggunaan Skala Rasio dalam penelitian organisasi ketika angka pasti dari faktorfaktorobjektif (sebagai lawan dari subjektif) diperlukan. Tinjauan Skala Empat skala yang dapat diterapkan pada pengukuran variabel adalah skala nominal, ordinal,interval dan rasio. Skala nominal menyoroti perbedaan dengan mengklasifikasikan objek atau orang kedalam kelompok dan menyediakan informasi yang paling sedikit mengenai variabel. Skala ordinal memberikan beberapa informasi tambahan dengan mengurutkan tingkatan kategori skala nominal. Skala interval tidak hanya mengurutkan, namun juga memberi kita informasi besaran perbedaan dalam variabel.Skala rasio tidak hanya menunjukkan besaran perbedaan, tetapi juga proporsinya. DIMENSI INTERNASIONAL DARI DEFINISI OPERASIONAL DAN PENYUSUNAN SKALA Definisi Operasional Dalam melakukan penelitian transnasional, penting untuk mengingat bahwa variabel tertentu memiliki arti dan konotasi berbeda dalam kebudayaan yang berbeda. Penyusunan Skala Sebagai bagian dari kepekaan terhadap definisi operasional konsep dalam kebudayaan lain,persoalan penyusunan skala juga perlu mendapat perhatian dalam penelitian lintas budaya. BAB 7 PENGUKURAN: PENSKALAAN, KEANDALAN, VALIDITAS Terdapat dua kategori utama skala sikap yaitu skala peringkat dan skala ranking. Skala peringkat memiliki beberapa kategori respons dan digunakan untuk mendapatkan respons yang terkait dengan objek,peristiwa atau orang yang dipelajari. Skala ranking membuat perbandingan antar objek, peristiwa, atau orang dan mengungkap pilihan yang lebih disukai dan merankingnya Skala Peringkat sering dipakai dalam penelitian organisasional,contohnya: Skala dikotomi o digunakan untuk memperoleh jawaban Ya atau Tidak. Skala Likert o didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada skala 5 titik. Skala Diferensial Semantik o Beberapa atribut berkutub dua (bipolar) diidentifikasi pada skala ekstrem, dan responden diminta untuk menunjukkan sikap mereka pada hal yang bisa disebut sebagai jarak semantik (semantic space) terhadap individu, objek atau kejadian tertentu pada masing-masing atribut. Skala Numerikal o Mirip dengan skala diferensial semantik, dengan perbedaan dalam hal nomor pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan dengan kata sifat berkutub dua padaujung keduanya. Ini juga merupakan skala interval. Skala Peringkat Terperinci. o Pada skala peringkat terperinci (itemized rating scale), skala 5 titik atau 7 titik dengan titikpanduan atau jangkar (anchor), sesuai keperluan, disediakan untuk tiap item dan responden menyatakan nomor yang tepat di sebelah masing-masing item, atau melingkari nomor yang relevan untuk tiap item. Skala Jumlah Konstan atau Tetap o Disini responden diminta untuk mendistribusikan sejumlah poin yang diberikan ke berbagai item. Skala jumlah konstan atau tetap (fixed or constan sum scale)lebih bersifat skala ordinal (ordinal scale). Skala Stapel o Secara simultan mengukur arah dan intensitas sikap terhadap item yang dipelajari.Karakteristik minat terhadap studi ditempatkan di bagian tengah dengan jarak skala numerik. Skala ini memberikan ide mengenai seberap dekat atau jauh respons individu terhadap stimulus,sebagaimana ditunjukkan dalam contoh berikut. Karena skala ini tidak memiliki titik nol absolut,skala ini adalah skala interval. Skala Peringkat Grafik o Gambaran grafis membantu responden untuk menunjukkan pada skala peringkat grafik (graphicrating scale) jawaban mereka untuk pertanyaan tertentu dengan menempatkan tanda pada titik yang tepat pada garis. Skala Konsensus o Skala juga dibuat berdasarkan konsensus, di mana panel juri memilih item tertentu, mengukur konsep yang menurut mereka relevan. Item dipilih terutama berdasarkan ketepatan atau relevansinya dengan konsep. Skala konsensus (consensus scale) tersebut dibuat setelah item terpilih diperiksa dan diuji validitas dan keandalannya. Skala Lainnya o Contohnya seperti penskalaan multidimensional dimana objek, orang atau keduanya diskalakan secara visual dan dilakukan analisis gabungan. Hal tersebut memberikan gambar visual mengenai hubungan yang ada di antara dimensi sebuah konsep. Skala Ranking digunakan untuk mengungkap preferensi antara dua atau lebih objek atau item. Metode alternatif yang dipakai adalah: o Perbandingan berpasangan Digunakan ketika diantara sejumlah kecil objek, responden diminta untuk memilih antara dua objek pada satu waktu. Hal ini membantu untuk menilai preferensi. o Pilihan yang Diharuskan: Memungkinkan responden untuk merangking objek secara relative satu sama lain, di antara alternative yang disedikan. o Skala Komparatif :Memberikan standar (benchmark) atau poin referensi untuk menilai sikap terhadap objek, kejadian, atau situasi saat ini yang diteliti. Ketepatan pengukuran Dapat dilakukan dengan menggunakan analisis item terhadap respons atas pertanyaan yang mengungkap variabel dam kemudian keandalan dan validitas ukuran. Analisis Item Analisis item dilakukan untuk melihat apakah item dalam instrument memang sudah seharusnya berada dalam instrument atau tidak untuk membedakan subjek yang total skornya tinggi dan yang rendah. KEANDALAN Keandalan memperlihatkan penelitian bebas dari kesalahan sehingga menjamin pengukuran yang konsisten. Keandalan merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi di mana instrument mengurup konsep dengan menekankan pada: 1. Stabilitas pengukuran, yakni kemampuan suatu pengukuran untuk tetap sama sepanjang waktu meskipun terdapat kondisi yang tidak dapat dikontrol. 2. Keandalan tes ulang, yakni diperoleh dengan pengulangan ukuran yang sama pada kesempatan kedua. 3. Keandalan bentuk pararel, yakni diperoleh jika respons terhadap dua tes serupa yang mengungkap ide yang sama menunjukkan korelasi yang tinggi. 4. Konsistensi ukuran internal, merupakan indikasi homogenitas item dalam ukuran yang mengungkap ide. 5. Keandalan Konsistensi Antar-Item, merupakan pengujian konsistensi jawaban responden atas semua item yan diukur. 6. Keandalan Belah Dua, mencerminkan korelasi antara dua bagian instrument. VALIDITAS Adalah pendalaman persoalan otentisitas hubungan sebab dan akibat dan generalisasinya untuk lingkungan eksternal. Ada beberapa jenis uji validitas yang digunakan untuk menguji ketepatan yakni: a. validitas isi yaitu memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yang memadai dan mewakili dalam mengungkap konsep; b. validitas berdasarkan kriteria yaitu terpenuhi jika pengukuran membedakan individu menurut suatu kriteria yang diharapkan diprediksi; c. validitas konsep yaitu menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran cocok dengan teori yang mendasari desain tes. Hal tersebut dapat dinilai melalui validitas konvergen dan validitas diskriminan. Secara umum, jenis-jenis validitas sebagai berikut : Validitas Deskripsi Validitas isi apakah pengukuran benar-benar mengukur konsep ? Validitas muka apakah para ahli mengesahkan bahwa instrument mengukur apa yang seharusnya diukur Validitas berdasarkan apakah pengukuran membedakan cara yang membantu memprediksi criteria criteria variabel Validitas konkuren apakah pengukuran membedakan cara yang membantu memprediksi criteria saat ini ? Validitas prediktif apakah pengukuran membedakan individual dalam membantu memprediksi di masa depan ? Validitas Konsep apakah instrument menyediakan konsep sebagai teori ? Validitas konvergen apakah dua instrument mengukur konsep dengan korelasi yang tinggi ? Validitas diskriminan apakah pengukuran memiliki korelasi rendah dengan variabel yang diperkirakan tidak ada hubungannya dengan variabel tersebut ? JURNAL 1 Judul Penulis : : Pengaruh Kesejahteraan Masyarakat, Faktor Politik dan Ketidakpatuhan Regulasi Terhadap Opini Audit Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Akhmad Hafidzan Adzani dan Dwi Martani (universitas Indonesia) Tujuan Penelitian: 1. Menguji pengaruh pembangunan manusia dan faktor politik terhadapa opini audit. 2. Ingin mengetahui apakah mekanisme politik mempengaruhi kulitas audit pemerintah daerah, yaitu tingkat tingkat pembangunan masyarakat, proses politik dan demokrasi, serta akuntabilitas pelaporan keuangan. 3. Igin mengetahui apakah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang diaudit oleh BPK merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintahan. 4. Ingin mengetahui masyarakat sebagai principal apakah melakukan pengawasan terhadap kinerja pengelolaan keuangan di pemerintah daerahnya. Alasan dilakukannya penelitian: 1. Pemeriksaan laporan keuangan menjadi salah satu sarana dalam meminimalkan konflik keagenan sekaligus mewujudkan penerapan good public governance (Zimmerman, 1977). 2. Pendidikan, kesehatan dan tingkat pendapatan merupakan indicator dalam pembangunan masyarakat, sehingga masyarakat dituntut untuk melakukan pengawasan guna mewujudkan good public governance ( Rajkumar & Swaroop, 2004) 3. Pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari pengaruh politik, kepentingan politik merupakan salah satu pendorong utama terciptanya akuntabilitas (Gioux, 1989). 4. Proses politik dan pengelolaan keuangan daerah ditentukan oleh kepala daerah selaku eksekutif, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) selaku legeistatif dan auditor selaku controller (Ingram, 1984). 5. Mekanisme politik dapat mempengaruhi tata kelola keuangan pemerintahan melalui berbagai macam cara termasuk didalamnya partai politik, sehingga hubungan antara masyarakat (cross coalition) dan hubungan eksekutif-legistatif dapat mempengaruhi tata kelola pemerintahan yang baik (Gourevitch, 2003). Kerangka Hipotesis: Masyarakat Madani Faktor Politik Pemeriksaan BPK H1 Akuntabilitas H2 H3 Hipotesis Penelitian: No H1a H1b H2a H2b H3a H3b H4a H4b H5a H5b H6a H6b Hipotesis Tingkat IPM berpengaruh positif terhadap opini audit Peningkatan IPM berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Tingkat pengetahuan masyarakat berpengaruh positif terhadap opini audit Peningkatan pengetahuan masyarakat berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Tingkat kesehatan berpengaruh positif terhadap opini audit Peningkatan kesehatan berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit BPK Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap opini audit Peningkatan pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Jangka waktu dengan Pemilu berpengaruh positif terhadap opini audit Jangka waktu dengan Pemilu berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Politik dinasti berpengaruh positif terhadap opini audit Politik dinasti berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Penelutian Sebelumnya: No 1. 2. 3. Nama & Tahun Swaroop dan Rajkumar, 2002 Hasil Penelitian & Penjelasannya Tingkat pengetahuan masyarakat berpengaruh signifikan positif terhadap fungsi pengawasan masyarakat terhadap tata kelola pemerintahan Giroux dan McLelland, 2003 Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap kualitas audit dan tingkat pengelolaan keuangan pemerintah daerah Sen, 2000; Ramachandran, 2002; Pengaruh pertumbuhan indeks pembangunan manusia Despotis, 2005; Pradhan, 2007 berpengaruh positif terhadap tingkat opini audit No Nama & Tahun 4. Giroux, 1989 5. Zimmerman, 1977 6. Treisman, 2000 7. Ingram, 1984 8. Nuraeni, 2011 Hasil Penelitian & Penjelasannya pemerintah daerahnya Kepentingan politik merupakan pendorong utama terciptanya akuntabilitas daerah Pemeriksaan laporan keuangan menjadi salah satu sarana dalam meminimalkan konflik keagenan dan mewujudkan penerapan good public governance Pelaksanaan tata kelola keuangan dan good public governance dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, ukuran populasi pemerintah daerah, dan budaya politik masyarakat setempat Proses politik dan pengelolaan keuangan daerah ditentukan oleh Kepala daerah selaku eksekutif, DPRD selaku legislatif, dan auditor selaku controller Penerapan good public governance di pemerintah daerah dipengaruhi sumber daya dan karakter tiap daerah Landasan Teori: 1. Hubungan keagenan terjadi akibat pemilik (principal) memberikan sebagian wewenang dalam pengambilan keputusan pihak lain atau agen. Kedua pihak tersebut sama-sama berusaha memaksimalkan kepentingannya masing-masing dalam hal ini terdapat asumsi bahwa pihak tersebut merupakan homo economicus yang oportunis dan mementingkan diri sendiri (Davis, Scoorman, dan Donalson, 1997) 2. Salah satu kurangnya pengawasan terhadap praktek akuntansi di pemerintahan akan menjadi kurangnya insentif bagi pemilih untuk memonitor wakil-wakilnya, sehingga menimbulkan pengawasan yang kurang terhadap praktek akuntansi yang berlaku (Zimmerman, 1977). 3. NPM mentransformasi administrasi public dan birokrasi yang memiliki struktur tradisional menjadi lebih berorentasi terhadap tingkat ekonomi (huges, 1998). 4. Perkembangan penerapan goog public governance di pemerintah daeraha beragam, yang dipengaruhi oleh sumberdaya dan karakter tiap daerah masing-masing (Nuraeni, 2011). 5. Negara-negara yang memiliki IPM yang baik cenderung memiliki tata kelola pemerintahan yang lebih baik, semakin baik pertumbuhan IPM maka semakin baik pula kualitas kehidupan masyarakat sehingga semakinbaik pula pemerintahan yang dihasilkan (Ramachandran, 2002) 6. Tingginya tingkat pendidikan akan meningkatkan fungsi pengawasan masyarakat terhadap tata kelola pemerintahan, sehingga menjadikan pengelolaan pemerintahan lebih akuntabel (Swaroop & Rajkumar, 2002). Objek Penelitian dan Sampel 1. Polulasi penelitian adalah laporan keuangan 505 pemerintah daerah di Indonesia sejak tahun 2009, 2010, dan 2011. Total populasi dalam penelitian ini adalah 1515 laporan keuangan dengan sampel yang diambil sebesar 20 persen dari total populasi, yaitu 321 sampel dari 107 pemerintah daerah. 2. Jumlah sampel berkurang dikarenakan kurangnya data akhir masa jabatan (AMJ) yang dikeluarkan KPU, serta data Indeks data indeks pembangunan masyarakat yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Hasil Penelitian No H1a H1b H2a H2b H3a H3b H4a H4b H5a H5b H6a H6b Hipotesis Tingkat IPM berpengaruh positif terhadap opini audit Peningkatan IPM berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Tingkat pengetahuan masyarakat berpengaruh positif terhadap opini audit Peningkatan pengetahuan masyarakat berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Tingkat kesehatan berpengaruh positif terhadap opini audit Peningkatan kesehatan berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit BPK Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap opini audit Peningkatan pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Jangka waktu dengan Pemilu berpengaruh positif terhadap opini audit Jangka waktu dengan Pemilu berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Politik dinasti berpengaruh positif terhadap opini audit Politik dinasti berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit Hasil Penelitian Tidak ditolak Tidak ditolak Tidak ditolak Tidak ditolak Ditolak Ditolak Tidak ditolak Tidak ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Ditolak Kesimpulan: 1. Peran masyarakat madani berpengaruh terhadap opini audit dan peningkatan opini audit. 2. Jangka waktu pemilu dan politik dinasti memiliki kemungkinan pengaruh terhadap opini audit yang diterima pemerintah daerah. Saran: 1. Mempertimbangkan penggunaan data primer dan sekunder dalam mencari faktor-faktor politik yang mempengaruhi opini audit pemerintah; 2. Faktor peningkatan akuntabilitas daerah sebaiknya dimasukkan dalam model sehingga dapat dilihat upaya daerah dalam memperbaiki akuntabilitas berdasarkan rekomendasi audit. JURNAL 2 Judul : Penulis : Publisher : Determinants of Audit Quality in the Public Sector (Fakto-faktor yang Menentukan Kualitas Audit pada Sektor Publik) Donald R. Deis, Jr dan Gary A. Giroux (1992) The Accounting Review Vol.57 no. 3 Tujuan penelitian Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan ukuran kualitas audit. Alasan dilakukannya penelitian: 1. Adanya kesenjangan kredibilitas dalam pembuatan laporan keuangan pemerintah yang berkontribusi pada krisis keuangan di New York Tahun 1970an. 2. Pemerintah Federal mengeluarkan edaran OMB A-102 tahun 1979 dan A-128 tahun 1984 tentang program pemantauan mutu laporan pertanggungjawaban auditor. 3. Kurangnya jumlah auditor yang bersertifikat CPA 4. Kegagalan audit yang terjadi disektor swasta mempengaruhi kepercayaan public terhadap profesi auditor. 5. Penelitaian kualitas audit belum pernah dilakukan pada sector public. Landasan teori 1. Auditor yang baik akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam yang dilakukan oleh klian atas laporan keuangan. Pelanggaran dapat ditemukan tergantung pada kemampuan teknis yang dimiliki auditor. Dan kesalahan akan dilaporkan tergantung pada independensi auditor tersebut (DeAngelo, 1981). 2. Kemampuan teknis dan independensi auditor sulit dijabarkan jika tidak melihat pengalaman auditor, pendididkan, profesionalisme, dan struktur kantor akuntan. (Goldman & Barlev, 1974) 3. Ukuran kantor akuntan dapat diukur berdasarkan jumlah klien dan prosentase melakukan audit untuk mempertahankan jumlah klien. 4. Ada dua variabel dalam mempengaruhi kualitas audit yaitu nama baik (repotasi) dan kepentingan Kantor akuntan public. Kerangka penelitian Nama Baik Kantor Akuntan Tenure Jumlah Klien Laporan Waktu audit Jam pelaksanaan audit Kulitas Audit Variabel Lain Konflik Kepentingan Peer Review Tahun pelaksanaan audit Ukuran klien Kemapuan keuangan klien Hipotesis penelitian H1 : H2 H3 H4 : : : Terdapat hubungan negatif antara kualitas audit dengan lama hubungan kantor akuntan yang terjalin. Terdapat hubungan positif antara kualitas audit dengan jumlah klien yang ISD Terdapat hubungan negatif antara ukuran dan kemampuan keuangan Klien Terdapat hubungan positif antara kualiat audit dengan pelaksaan reviu dan pemberian sanksi yang dilakukan oleh pihak ketiga Variabel penelitian Independen: Kualitas Audit Dependen: Tenure, Jumlah Klien, Peer Review, Tahun Pelaksanaan Audit, Ukuran Klien, Kemampuan keuangan Klien, Laporan, Waktu dilaksanakan Audit, dan JamPelaksaan audit. Penelitian sebelumnya No Nama & Tahun Hasil penelitian Auditor yang takut kehilangan klien akan menjaga reputasi dan cenderung menurunkan kualitas audit Kemampuan untuk menjaga Kualitas audit lebih penting dari imbalan yang diberikan oleh klien Ukuran dan kemapuan keuangan klien berpengaruh pada kualitas audit 1 DeAngelo (1981) 2 Nicholas & Price (1976) 3 Knapp (1985) 4 Magee & Tseng (1990), Kualita audit akan meningkat apabila interpensi sedikit dan auditor Goldman &Barlev melakukam sesuai dengan SOP (1974) Populasi & sampel Penelitian dilakukan pada institusi penyelenggara pelatihan bagi auditor yang Taxes Education Agency (TEA) yang melaksanakan program quality control review sebanyak 232 selama kurun waktu 5 tahun (1984-1989). Teknik analisis data Analisis data adalah metode kuantitatif dengan menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian & penjelasan 1. Pelaksanaan audit yang dilakukan pada daerahnya besar akan membutuhkan waktu (jam) pelaksanaan audit yang lebih lama. 2. Kualitas audit akan mengalami penurunan pada pelaksanaan audit ditahun berikutnya untuk klien yang sama. 3. Kualitas audit mengalami penurunan ketika 4. Pelaksanaan peer review akan meningkatkan kualitas audit dan dapat mengurangi tekanan tekanan (intimidasi) dari klien