Senin, 21 September 2020 Bu Yossie Pengantar Tes-Tes A. Definisi Tes Proyektif Kata proyeksi dikaitkan dengan alat yang bernama proyektor, sehingga proyeksi artinya mengeluarkan gambar dari proyektor ke suatu layar proyeksi. Menurut Freud, proyeksi adalah suatu proses psikopatologis. Proyeksi merupakan satu di antara mekanisme pertahanan diri yang banyak terjadi pada individu, yaitu kecenderungan melakukan eksternalisasi dari dorongan yang tidak dapat diterima dan tidak disadari oleh diri sendiri. Tes proyektif adalah teknik yang digunakan dalam tes psikologi yang menempatkan kategori kepribadian individu berdasarkan stimulus yang ambigu berupa kata, kalimat, gambar, atau apapun yang sifatnya tidak terstruktur. Dengan menggunakan tes proyektif, diharapkan secara tidak sadar individu akan mengungkap dan menggambarkan struktur serta dinamika kepribadiannya yang selama ini tidak terungkap. Tes proyektif berawal dari sulitnya mengungkap kepribadian manusia karena tidak semua orang bisa mengomunikasikan idenya dengan jelas sehingga hal-hal tersebut dihindari untuk dikatakan, dan juga banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang itu sendiri sehingga tidak diungkapkan. Tes proyektif berawal dari defense mechanism yang diungkapkan oleh Sigmund Freud. Interpretasi dalam tes proyektif sangat subjektif sehingga dibutuhkan jam terbang yang tinggi oleh psikolog/klinisi. B. Sejarah Tes Proyektif Istilah “proyeksi” pertama dikemukakan oleh Freud pada awal tahun 1894 dalam tulisannya “The Anxiety Neurosis” yang mengatakan bahwa “jiwa manusia memiliki potensi untuk mengembangkan kecemasan yang neurotis di saat dirinya merasa tidak mampu mengatasi rangsangan-rangsangan atau gairah seksualnya”. (Freud: rangsangan seksual; Neo-Freud: rangsangan sosial, pribadi) Tahun 1896 dalam tulisan “On The Defense Neuropsychosis”, Freud mengatakan bahwa proyeksi merupakan proses pelampiasan keluar dorongan-dorongan, perasaan-perasaan, dan sentimen-sentimen yang ada pada diri individu ke orang 1 Senin, 21 September 2020 Bu Yossie lain/dunia luar sebagai proses yang sifatnya defensif dan individu tidak menyadari fenomena yang terjadi pada dirinya ini”. Ahli lain seperti Healy, Bronner, & Brouer mendefinisikan istilah proyeksi serupa dengan Freud, yaitu proses defensif di bawah kekuasaan prinsip kenikmatan. Ego akan melampiaskan terus menerus dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang tidak disadari ke dunia luar, karena bila muncul dalam kesadaran akan menyakitkan dan membuat ego menjadi tercela, untuk itu orang melakukan proyeksi”. Misalnya Kasus Schreber (penderita paranoid yang memiliki kecenderungan homosekual). Karena ada tekanan dari super ego yang tidak memperbolehkan homoseksual, maka terjadi reaksi formasi dalam bentuk mentransferkan suatu sikap “I love him” menjadi “I hate him” (proyeksi benci yang sebenarnya cinta). Tes proyektif dilakukan karena ada klien merasa tidak nyaman menceritakan hal yang traumatis, memalukan. Misalnya pemerkosaan, pelecehan seksual. Konsep proyeksi Freud serupa dengan konsep kompensasi dari Adler, yaitu prinsip inferioritas dan kompensasi. Sejak lahir manusia memiliki kelemahan, namun manusia tidak putus asa dengan cara melakukan kompensasi untuk menutupi kelemahankelemahannya. Bentuk kompensasi = proyeksi. Dari pengertian Freud, Healy, Bronner, dan Brouer dapat dikatakan bahwa proyeksi adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri. Konsep proyeksi Freud lebih banyak dipakai pada bidang-bidang klinis. Oleh kaena itu dalam menganalisis perlaku, proyeksi biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat klinis atau abnormal. C. Beberapa Pandangan Tentang Proyeksi Proyeksi merupakan setiap pengamatan normal yang berwujud pemindahan, penghayatan dari seseorang ke dunia luar yang kemudian mempengaruhi proses pengamatan individu terhadap proses yang diamati. Proyeksi merupakan gejala-gejala yang mengarah ke halusinasi. Dalam proyeksi dapat terjadi sesuatu yang ada pada individu dipindahkan keluar tapi dalam realita apa yang diamati itu tidak ada. Misalnya, tidak ada orang yang mengancamnya, namun digambarkan dalam gambar. 2 Senin, 21 September 2020 Bu Yossie Proyeksi juga mengarah pada ilusi, yaitu dunia pengamatan individu dilibatkan dan diorganisir berdasar prinsip-prinsip afek (pengamatan pada dunia luar dipengaruhi harapan-harapannya menurut caranya sendiri). D. Teknik Proyeksi Teknik proyeksi merupakan suatu alat yang memungkinkan untuk mengungkap motif, nilai, keadaan emosi, need yang sukar diungkap dalam situasi wajar dengan cara individu memproyeksikan pribadinya melalui objek/stimulus di luar individu. Teknik proyeksi digunakan pada beberapa alat tes psikologi. E. Ciri-ciri Tes Proyektif Stimulusnya tidak terstruktur, memungkinkan subjek mempunyai alternatif pilihan jawaban yang banyak. Stimulusnya ambigu/kabur, memungkinkan subjek merespons stimulus tersebut sesuai dengan interpretasinya masing-masing. Stimulusnya kurang mempunyai objektifitas relatif, memunculkan individual differences dari masing-masing subjek. Global approach, menuntut kesimpulan yang luas. F. Klasifikasi Tes Proyektif 1. Menurut L.K. Frank (sifat respons subjek) Teknik konstitutif (menyusun), materi belum terstruktur, subjek diminta untuk memberi struktur. Contoh: Tes Wartegg, Tes Rorschach Teknik katartik, fungsinya saat subjek merespons terjadi pengurangan hambatanhambatan psikis. Contoh: Tes Grafis Teknik refraktif/ekspresif, subjek diminta mengekspresikan need, sentiman, dan lain-lain yang ada padanya. Contoh: Tes Grafis 3 Senin, 21 September 2020 Bu Yossie 2. Menurut Lindzey (tipe jawaban subjek) Teknik asosisasi (association), subjek diminta merespons dengan apa yang pertama kali muncul dalam pikirannya atas stimulus pada materi tes. Contoh: Tes RO, SSCT Teknik konstruksi (construction), subjek diminta menyusun materi yang belum berbentuk menjadi seperti cerita, fokusnya hasil cerita subjek. Contoh: TAT, CAT Teknik melengkapi (completion), subjek diberi materi yang belum lengkap dan diminta untuk melengkapi. Contoh: SSCT G. Jenis Tes Proyektif Secara umum dibagi 2 bagian, yaitu tes proyektif bersifat verbal dan non verbal. 1. Verbal (bercerita): TAT, CAT, CAT-H, FAT, SAT. 2. Non verbal (berupa goresan tangan): Tes Grafis, Tes Wartegg, Grafologi. Non verbal (berupa bercak tinta): Tes Rorschach. H. Penggunaan Tes Proyektif 1. Dalam bidang klinis Penelitian Studi kepribadian Diagnosis Psikoterapi 2. Dalam bidang non-klinis Bidang sosial Industri organisasi Action research (penelitian-penelitian tindakan) I. Evaluasi Terhadap Teknik Proyekif 1. Rapport dan Keleluasaan Penggunaan Dapat berfungsi sebagai ice breaker karena tugas-tugasnya menarik dan tidak membosankan bahkan seringkali menghibur. 4 Senin, 21 September 2020 Bu Yossie Bisa digunakan untuk anak-anak, individu buta huruf, dan individu dengan gangguan bicara. 2. Faking Umumnya bisa menghindarkan kecenderungan faking karena tujuan tes seringkali kabur dan sulit ditebak. 3. Variabel Tester dan Situasi Teknik proyeksi lemah dalam standarisasi, administrasi, maupun skoringnya sehingga variabel 4. Norma Tidak ada norma standar sehingga seringkali tester menggunakan pengalaman subjektifnya dalam menginterpretasi sehingga menjadi bias. 5. Reliabilitas Teknik proyektif mempunyai prosedur skoring yang kurang terstandarisasi sehingga reliabilitas skorer/penilai menjadi sangat penting dengan cara membandingkan konsistensi respons dari subjek. 6. Validitas Teknik proyeksi lemah dalam hal validitas tapi dapat diatasi dengan menggunakan alat ukur lain yang mengungkap hal yang sama. J. Kelebihan dan Kekurangan Tes Proyektif Kelebihan Kekurangan Dapat mengungkap hal-hal di bawah Validitas dan reliabilitasnya rendah kesadaran untuk keperluan klinis Tester harus memiliki keterampilan khusus untuk dapat menggunakan tes ini dalam Dapat menurunkan ketegangan kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa Bersifat ekonomis ..\..\e-book\Tes Proyektif\Sejarah dan Teori Singkat Tes Proyektif.pdf http://psikologi-komunikasi.blogspot.com/2014/05/jenis-alat-alat-tes-psikologiproyektif.html 5 Senin, 21 September 2020 Bu Yossie https://dosenpsikologi.com/teknik-proyektif-dalam-psikologi 6