Uploaded by haryantowijayanti

kontraksi nifas

advertisement
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
A. Involusi Uterus
1. Definisi involusi uterus
Involusi merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
bentuk sebelum hamil dengan ukuran 60 gram. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.13
Involusi
adalah
perubahan
retrogresif
pada
uterus
yang
menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Involusi puerperium hanya
berfokus pada pengerutan uterus, apa yang terjadi pada organ dan
struktur lain dianggap sebagai perubahan puerperium.14
Setelah persalinan, oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis
posterior
dan
bekerja
pada
otot-otot
uterus
untuk
membantu
pengeluaran plasenta, setelah pelepasan plasenta, rongga uterusakan
menyusut kedalam dinding uterus yang berada didepannya menekan
sisi penempelan plasenta yang baru saja terbuka, dan secara efektif
menutup ujung pembuluh darah besar yang terbuka.15
2. Proses involusi uterus
Pemulihan pada masa nifas merupakan hal yang penting bagi ibu
setelah melahirkan. Selama masa kehamilan dan persalinan telah terjadi
perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi ligament-ligament
bersifat lembut dan kendor, otot-otot teregang, uterus membesar, postur
tubuh berubah sebagai kompensasi terhadap perubahan berat badan
pada waktu hamil, serta terjadi bendungan pada tungkai bawah. Pada
saat persalinan dinding panggul selalu teregang dan mungkin terjadi
kerusakan pada jalan lahir, serta setelah persalinan otot-otot dasar
panggul menjadi longgar karena teregang begitu lama pada saat hamil
maupun bersalin.16
1
a. Perubahan fisiologis pada masa nifas
Perubahan fisiologis yang sering disebut involusi uterus adalah
kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk
maupun posisi.17
Organ-organ yang mengalami involusi antara lain
1)
Corpus Uterus
Uterus secara berangsur-angsur kembali kepada keadaan
sebelum hamil baik dalam bentuk maupun posisi. Proses
involusi uterus dsertai dengan penurunan Tinggi Fundus Uteri
(TFU).
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,18
antara lain:
a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi di dalam otot uterine. Faktor yang menyebabkan
autolysis samapai sekarang belum diketahui, tetapi telah
diketahui adanya penghancuran protoplasma dan jaringan
yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal.
Itulah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu
mengalami sering buang air kecil.17
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uteri. Enzim proteolik akan memendekkan
jaringan otot yang telah sempat mengendur selama 10 kali.
Panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum
hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik
sebagai bukti kehamilan.18
b) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berpoliferasi
dengan adanya estrogen dalam jumlah besar kemudian
2
mengalami
atrofi
sebagai
reaksi
terhadap
penghentian
produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Setelah
kelahiran bayi dan plasenta, otot uterus berkontraksi sehingga
sirkulasi darah ke uterus berhenti (iskemia). Iskemia pada
miometrium disebut juga iskemia lokal yaitu kekurangan
darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena
kontraksi dan retraksi yang cukup lama tetapi disebabkan
pengurangan aliran darah ke uterus dalam masa kehamilan
disebabkan karena uterus harus membesar menyesuaikan
dengan pertumbuhan janin.17
c) Efek oksitosin (kontraksi)
Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh
hipofisis posterior yang akan dilepaskan ke pembuluh darah
apabila mendapatkan rangsangan yang tepat. Efek fisologis
dari oksitosin adalah merangsang kontraksi otot polos uterus
baik pada masa persalinan maupun masa nifas sehingga akan
mempercepat proses involusi uterus. Disamping itu oksitosin
juga mempunyai efek pada payudara ibu yaitu meningkatkan
pemancaran ASI dari kelenjar mammae (let down refleks).13
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir. Hormon oksitosin yang dilepas dari
kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus,
mengompresi
pembuluh
darah,
dan
membantu
mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan
mengurangi perdarahan.18
Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan
pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot
yang menahan kontraksi, melepaskan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui bayinya,
isapan sang bayi akan merangsang keluarnya oksitosin lagi
3
dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan
pengeluaran air susu.13
2)
Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis,
degenarasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah
tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan
parut pada bekas implantasi plasenta.19
3)
Rasa sakit (after pains )
Rasa sakit yaitu rasa sakit pada saat kontraksi yang
dialami oleh ibu yang mengalami pos partum selama 2-4 hari
pertama pos partum.
20
a) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina dalam masa nifas yang terdiri dari : a).
Lochea rubra ( cruenta ) : berwarna darah segar dan sisasisa selaput ketuban, sel-sel desidua dan mekonium selama
2 hari pasca persalinan. b). Lochea sanguinolenta :
berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, yang keluar
pada hari ke 3-7 pasca persalinan. c). Lochea serosa :
berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, yang keluar
pada hari ke 7 -14 pasca persalinan. d). Lochea alba : cairan
putih setelah 2 minggu, bentuknya seperti cairan putih
berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel - sel
desisua. e). Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk. f). Lochiostatis : lochea tidak
lancar keluar.7
4) Perubahan serviks
Segera setelah berakhirnya kala IV, serviks menjadi
sangat lembek, kendur, dan terkulai. Serviks akan terlihat padat
4
yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks
lambat laun akan mengecil, beberapa hari setelah persalinan.
Rongga leher rahim bagian luar akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.17
5) Vagina dan Vulva
Vagina
dan
vulva
pada
permulaan
puerperium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis akan
kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum.
Penurunan hormon esterogen pada masa postpartum berperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae
timbul kembali pada minggu ke 4. Hymen tampak sebagai
tonjolan jaringan yang kecil.13
6) Payudara (mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses
laktasi akan terjadi secara alami. Proses memyusui mempunyai
dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu
atau let down.19
7)
Ligamen-ligamen
Ligamen, fasia dan diagfragma pelvis yang meregang
pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsurangsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang
uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena
ligament
ronutudum
menjadi
kendor.
Stabilisasi
secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.13
8) Perubahan sistem pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan
produksi progesterone, sehingga yang menyebabkan nyeri ulu
hati dan konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama.
Pada ibu nifas terutama partus lama mudah terjadi ileus
paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya
peristaltic usus, serta bias juga terjadi karena pengaruh takut
5
buang air besar (BAB) karena adanya rasa nyeri pada
perineum akibat luka jahitan perineum akibat episiotomi.`17
9) Perubahan sistem perkemihan
Diueresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum.
Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi.
Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum.
Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema,
kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adannya
overdistansi pada kala dua persalinan dan pengeluaran urine
yang tertahan lama selama proses persalinan. Sumbatan pada
uretra
disebabkan
oleh
adanya
trauma
saat
persalinan
berlangsung dan trauma ini dapat berkurang selama 24 jam
postpartum.17
10) Perubahan sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada system endokrin, terutama pada hormon
hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:19
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang. Selama tahap persalinan, hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin
b) Prolaktin
Menurunnya
kadar
esterogen
menimbulkan
terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang untuk
mengeluarkan
prolaktin,
hormon
ini
berperan
dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan,
sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang
6
mengontrol ovarium kearah permulaan produksi esterogen
dan progesterone
yang normal,
pertumbuhan
folikel,
ovulasi, dan menstruasi.
c) Estrogen dan Progesteron
Diperkirakan bahwa tingkat esterogen yang tinggi
memperbesar hormone anti diuretik yang meningkatkan
volume darah, sedangkan progesteron mempengaruhi otot
halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum,
dan vulva.
3. Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Keseluruhan proses involusi uterus disertai dengan penurunan
ukuran TFU. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti
sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post
partum disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi
Tinggi Fundus
Berat Uterus
Diameter
Uteri
uterus
21
Palpasi
Uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
15cm
Lembut/ lunak
Uri lahir
1 jari dibawah
pusat
750 gram
12,5cm
Lembut/ lunak
1 minggu
Pertengahan pusat
dengan simpisis
500 gram
7,5cm
2cm
2 minggu
Tidak berada pada
simpisis
350 gram
5cm
1cm
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
2,5cm
Menyempit
8 minggu
Sebesar normal
30gram
2,5cm
Menyempit
Penurunan TFU ini terjadi secara gradual, artinya tidak sekaligus tetapi setingkat
demi setingkat.22 TFU ini akan berkurang 1-2 cm setiap harinya dan pada hari ke
9 uterus tidak dapat teraba.
23
7
Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas
Gambar 2.1 Tinggi Fundus Uteri Pada Masa Nifas.24
a. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran
tinggi
fundus
uteri
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan meteran kertas atau pelvimeter. Untuk meningkatkan
ketepatan pengukuran, pengukuran sebaiknya dilakukan oleh orang
yang sama.23
Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengukuran
tinggi fundus uteri adalah apakan kandung kemih dalam keadaan
kosong atau tidak dan bagaimana keadaan uterus, apakah uterus dalam
keadaan kontraksi atau rileks. Penelitian juga menunjukan bahwa
posisi wanita saat dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri juga
berpengaruh terhadap hasil pengukuran.29
Ada dua cara pengukuran tinggi fundus uteri yang biasa dilakukan.
Kedua cara ini dibedakan berdasarkan penempatan meteran. Cara
tersebut adalah :23
8
1) Meteran dapat diletakkan di bagian tengah abdomen wanita dan
pengukuran dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis
pubis sampai ke batas atas fundus. Meteran pengukur ini
menyentuh kulit sepanjang uterus.
2) Salah satu ujung meteran diletakkan di batas atas simfisis pubis
dengan satu tangan; tangan lain diletakkan di batas atas fundus.
Meteran diletakkan di antara jari telunjuk dan jari tengah dan
pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari mengapit meteran .
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa
fundus uteri dengan cara :30
1) Segera setelah persalinan, Tinggi Fundus Uteri (TFU) 2 cm
dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan
menurun kira kira 1 cm setiap hari.
2) Pada hari ke dua setelah persalinan TFU 1 cm di bawah pusat. Pada
hari ke3-4 TFU 2 cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 TFU
setengah pusat sympisis. Pada hari ke-10 TFU tidak teraba.
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi
antara lain:25
1) Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau
dibawah umbilicus dan apakah fundus berada digaris tengah
abdomen /bergeser ke salah satu sisi
2) Penentuan ukuran uterus
Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus
dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah
3) Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu
dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa mengeras dibawah jari-jari
ketika tangan melakukan masasse pada uterus.
Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi
tersebut disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan infeksi
9
dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi
uterus tidak berjalan dengan normal atau terlambat, bila subinvolusi
uterus tidak tertangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan
yang berlanjut atau post partum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi
atau proses involusi yang abnormal diantaranya: tidak secara progesif
dalam pengambilan ukuran uterus. Uterus teraba lunak dan kontraksi
buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang konsisten,
perdarahan pervaginam abnormal seperti perdarahan segar, lochea
rubra banyak, peristen dan berbau busuk.21
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi TFU post partum (Involusi)
Faktor – faktor yang mempengaruhi ukuran TFU antara lain :
a.
Usia ibu
Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat
melahirkan. Usia 20 – 35 tahun merupakan usia yang sangat ideal
untuk terjadinya proses involusi yang baik, hal ini disebabkan oleh
faktor elastisitas dari otot uterus mengingat ibu yang berusia diatas
35 tahun elastisitas otot uterus berkurang. Usia dibawah 20 tahun
elastisitasnya belum maksimal dikarenakan organ reproduksi yang
belum matang, sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi
komplikasi saat sebelum dan sesudah kelahiran dikarenakan
elastisitas otot rahimnya menurun menyebabkan kontraksi uterus
tidak maksimal. Pada ibu yang usianya lebih tua proses involusi
uterus banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses
penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas
otot dan penurunan penyerapan lemak, protein serta karbohidrat
merupakan hal-hal yang menghambat involusi uterus.4
Hal ini didukung oleh Martasubrata (1987 dalam Bangsu,
1995), usia kurang dari 20 tahun elastisitasnya belum maksimal,
sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi komplikasi karena
10
10
elastisitas otot rahimnya sudah menurun, menyebabkan kontraksi
uterus tidak maksimal.26
b.
Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai
oleh seorang wanita.27 Paritas dapat dibedakan menjadi primipara,
28
multipara dan grandemultipara.
Klasifikasi paritas
Klasifikasi paritas dibangi menjadi :
1) Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak,
yang cukup besar dan hidup di dunia luar.29
2) Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirka bayi (hidup)
beberapa kali.30
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau
lebih.29
3) Grandemultipara
Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi 6
kali atau lebih hidup atau mati.31
Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih.29
Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih biasanya mengalami pen yulit dalam kehamilan
dan persalinan.32
Proses pemulihan uterus pasca persalinan atau involusi
sedikit berbeda antara primipara dengan multipara. Pada primipara
ditunjukkan
dengan kekuatan kontraksi uterus lebih tinggi,
sedangkan pada multipara kontraksi dan relaksasi berlangsung
lebih. Sampai dengan paritas ketiga rahim ibu bisa kembali seperti
sebelum hamil. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin
dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin
11
11
terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna
dan mengakibatkan lamanya proses pemulihan organ reproduksi
(involusi uterus) pasca persalinan.4
Hasil
penelitian
mengungkapkan
bahwa
paritas
ibu
mempengaruhi lamanya pengeluaran lochea, semakin tinggi paritas
semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi karena
kondisi otot rahim pada ibu bersalin grande multipara cenderung
sudah tidak terlalu kuat maka proses involusi berjalan lebih
lambat.13
c.
Psikologis
Terjadi
pada
pasien
post
partum
blues
merupakan
perubahan perasaan yang dialami ibu selama hamil sehingga sulit
menerima bayinya. Ditinjau dari faktor hormonal, kadar estrogen,
progesterone, prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun terlalu
rendah. Kadar estrogen yang rendah pada ibu post partum
memberikan efek supresi pada aktifitas enzim mono amineoksidase
yaitu enzim otak yang bekerja menginaktifkan baik nor adrenalin
maupun serotonin yang memberikan efek pada suasana hati dan
kejadian depresi pada ibu post partum.13
d.
Mobilisasi dini
Mobilisasi dini merupakan pergerakan sistematis yang
dilakukan secara bertahap pada ibu post partum yang dilakukan
pada 6 jam pertama pasca salin. Gerakan yang dilakukan bertujuan
untuk merubah posisi semula ibu dari berbaring, miring-miring,
duduk sampai berdiri sendiri beberapa jam setelah proses
persalinan. Kegiatan ini diyakini akan memberikan manfaat
melancarkan
pengeluaran
lochea,
memperlancar
organ
gastrointestinal, organ perkemihan, mengurangi infeksi purperium,
mempercepat involusi alat kandungan.33
12
12
Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk segera membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing pasien
berjalan.19
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :34
1) Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dam persendian dengan menggerakkan otot orang
lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta
sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif
misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3)
Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitas yang diperlukan
Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi diantaranya:33
1) Peningkatan suhu
Karena adanya penurunan TFU yang tidak baik sehingga
sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi
dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu
tubuh.
2) Perdarahan yang abnormal
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga
fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal
dapat
dihindarkan,
karena
kontraksi
membentuk
penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
3) Penurunan TFU yang tidak baik
Tidak
dilakukan
mobilisasi
dini
akan
menghambat
pengeluaran darah sisa plasenta sehingga menyebabkan
terganggunya kontraksi uterus
13
13
Tahap-tahap mobilisasi dini diantaranya:35
1) Miring ke kanan – kiri
Memiringkan badan ke kiri – ke kanan merupakan
mobilisasi paling ringan yang paling baik dilakukan
pertama
kali.
Di
samping
mempercepat
proses
penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat kembalinya
fungsi usus dan kandung kemih secara normal.
2) Menggerakkan kaki
Setelah membalikkan badan ke kanan dan kiri, mulai
gerakkan kedua kaki. Ada mitos yang mengatakan hal ini
tidak boleh dilakukan karena bisa menyebabkan varises. Itu
tidak benar, Justru bila kaki tidak digerakkan dan ibu
berbaring terlalu lama, akan terjadi pembekuan pembuluh
darah balik yang bisa menyebabkan varises maupun infeksi.
3) Duduk
Setelah agak ringan, cobalah duduk di tempat tidur. Bila
merasa tidak nyaman, jangan paksakan diri. Lakukan pelanpelan sampai terasa nyaman.
4) Berdiri dan turun dari tempat tidur
Kalau duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskan
dengan mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri. Jalan
sedikit. Bila terasa sakit atau ada keluhan, sebaiknya
hentikan dulu dan di coba lagibegitu kondisi tubuh sudah
terasa lebih nyaman.
5)
Ke kamar mandi
Bila sudah tidak ada keluhan, bisa di coba untuk berjalan ke
dan buang air kecil. Ini pun harus dilatih, karena biasanya
banyak ibu yang merasa takut.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Menyusui
dan Mobilisasi Dini Terhadap Percepatan Penurunan Tinggi
Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum di BPS Kab. Lampung Utara,
14
14
tahun 2011, didapatkan hasil bahwa ada pengaruh mobilisasi dini
dan menyusui dini terhadap penurunan tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus dan pengeluaran lochea postpartum, dengan nilai
masing masing p value dengan nilai p = 0,001.12
e.
Senam nifas
Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh
ibu-ibu setelah melahirkansetelah keadaan tubuhnya pulih.36
Senam nifas merupakan gerakan senam yang dilakukan
oleh ibu dalam menjalani masa nifas sejak hari pertama melahirkan
sampai hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang
dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.6
Manfaat senam nifas diantaranya mempercepat pemulihan
kondisi ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang
mungkin terjadi selama masa nifas, memperkuat otot perut, otot
dasar panggul, dan memperlancar sirkulasi pembuluh darah,
membantu memperlancar terjadinya proses involusi uteri.13
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di klinik
Khadijah Medan tahun 2009, tentang pengaruh senam nifas dengan
involusio uteri didapatkan hasil, rata-rata tinggi fundus uteri
setelah dilakukan senam nifas adalah 8,11 dengan standar deviasi
1,13cm. Sedangkan pada kelompok kontrol di dapat rata-rata tinggi
fundus uteri adalah 10,57cm dengan standar deviasi 1,52cm. Hasil
uji statistik diperoleh nilai P = 0,000.
37
f. Status gizi.
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang
sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada
ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum
yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping
mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat
pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum
15
15
dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan
kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan
mempercepat proses involusi uterus10
Status gizi ibu setelah peristiwa kehamilan dan persalinan
kemudian diikuti masa laktasi, tidak segera pulih dan ditambah lagi
pemenuhan gizi yang kurang, serta jumlah paritas yang banyak
dengan jarak kehamilan yang pendek, akan menyebabkan ibu
mengalami gangguan penyerapan gizi, akibatnya ibu akan berada
dalam status gizi yang kurang baik dengan akibat lebih lanjut pada
ibu dan anaknya. Oleh karena itu, ibu yang menyusui anaknya
khususnya pada masa nifas harus diberikan pengetahuan tentang
asupan nutrisi yang baik bagi ibu dan bayinya
Gizi pada ibu post partum sangat erat kaitannya dengan
produksi air susu ibu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh
kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan
bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan
makan yang memuaskan.19
Agar menghasilkan generasi yang berkualitas di masa
mendatang, status gizi harus baik, mulai dari berbentuk janin hingga
dewasa. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus dalam pemenuhan
zat gizi bagi ibu hamil dan ibu nifas. Ibu nifas dengan status gizi
baik akan menghasilkan air susu ibu (ASI) yang berkualitas baik
pula, sebagai makanan utama dan yang terbaik bagi pemenuhan
kebutuhan zat gizi bayinya hingga berumur 6 bulan.
Kebutuhan gizi pada masa nifas dan menyusui meningkat
25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan
yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada
ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari.36
Pada saat proses persalinan ibu kehilangan banyak cairan
dan tenaga, sehingga sering menimbulkan kelelahan dan berakibat
ibu tidak mau melakukan
aktifitas. Nutrisi berguna
untuk
16
16
nmembantu sel-sel yang keluar selama proses persalinan dan proses
pemulihan rahim.40
Nutrisi merupakan zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas
terutama bila menyusui akan meningkat, karena berguna untuk
peroses penyembuhan sehabis melahirkan dan untuk memproduksi
ASI yang cukup untuk menyehatkan bayi.13
Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh
terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan untuk memulai proses
memberikan ASI serta untuk memulihkan kesehatan.38
Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan
aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI
serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi
terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol,
nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang
seimbang
mengandung
unsur-unsur,
seperti
sumber
tenaga,
pembangun, pengatur dan pelindung.38
Pengukuran status gizi pada masa nifas di ukur dengan
menggunakan pengukuran lila Lingkar Lengan Atas (LILA).
Pengukuran
lingkar
lengan
atas adalah
suatu
cara untuk
mengetahui risiko KEK wanita usia. Wanita usia subur adalah
wanita dengan usia 15 sampai dengan 45 tahun yang meliputi
remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS).
Ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
yang diukur dengan menggunakan pita ukur. Apabila LILA kurang
dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan
sebaliknya apabila LILA lebih dari 23,5 cm berarti wanita itu tidak
berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan
tersebut.10
Selama masa laktasi, dimana wanita yang mengalami
17
17
peningkatan berat badan yang optimal maka setelah melahirkan
akan memiliki berat badan yang lebih tinggi dari pada awal masa
kehamilan.
Sehingga sering kali ibu mengurangi
konsumsi
makanannya, akibatnya dapat menghambat produksi susu atau
mengganggu status gizi ibu, selain itu rasa letih yang sering
dirasakan ibu seiring dengan penurunan berat badan yang cepat
akan berdampak buruk pada pengeluaran ASI
Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan
kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi
proses tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena
infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada
mata ataupun tulang.
g.
Inisisasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah istilah asing sering
disebut early initiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru
lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama
kelahirannya. Cara bayi melakukan IMD dinamakan the breast
crawl atau dengan istilah lain bayi merangkak untuk mencari
payudara ibu.41
Inisiasi menyusui dini adalah pemberian air sus ibu dimulai
sedini mungkin segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong,
letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada
kulit ibu. Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu menetap selama
setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri.42
Bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit
setelah lahir. Inisiasi menyusui dini adalah proses menyusu bukan
menyusui yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusui dini
bukan progam ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif
sendiri menemukan puting susu ibu. Ketika bayi sehat di letakan
diatas perut atau dada ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak
18
18
kulit (skin to skin contact) merupakan suatu kejadian yang luar
biasa, dimana bayi akan bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan
ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu dan menjangkau payudara
kemudian mulai menyusu dari payudara ibu.41
Manfaat IMD bagi bayi meliputi :43
1) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar
kolostrom segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2) Bayi mendapatkan ASI kolostrom yaitu ASI yang perta ma kali
keluar. Cairan emas ini kadang juga dimanakan the gift ot life. Bayi
yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dahulu
mendapatkan kolostrom dari pada yang tidak diberi kesempatan.
3) Meningkatkan kecerdasan.
4) Membantu bayi mengkoordinasi hisap, telan dan napas
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
6) Mencegah kehilangan panas.
7) Merangsang kolostrom segera keluar.
Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu antara lain:41
1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan
menyesuaikan
suhunya dengan kebutuhan
bayi. Kehangatan
saatmenyusu menurunkan risiko kematian karena kedinginan
(hypothermia).
2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan
dandetak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan
lebihjarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
3) Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik yang ada
antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus
dankulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganasdari
lingkungan.
4) Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga
yangkaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting
lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika
19
19
dilahirkan masihsangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan
makanan.
5) Antibodi
dalam
ASI
penting
demi
ketahanan
terhadap
infeksi,sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
6) Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu
pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI
mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya
susuhewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
7) Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil
menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6
bulan.
8) Sentuhan, kuluman atau emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu
akan merangsang keluarnyaoksitosin.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan IMD
Pelaksanaan IMD pada petugas kesehatan sulit diselenggarakan
karena hambatan waktu dan tempat.
Berikut
beberapa
faktor
pelaksanaan IMD antara lain:
yang
mempengaruhi
keberhasilan
43
1) Kebijakan Instansi pelayanan kesehatan tentang IMD dan ASI
Eksklusif.
2) Pengetahuan, Motivasi dan Sikap tenaga penolong persalinan
3) Pengetahuan, Motivasi dan Sikap ibu.
4) Gencarnya promosi susu formula
5) Dukungan anggota keluarga
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan
involusi uterus pada ibu
post partum di RSU Krian Husada Balongbendo Sidoarjo, tahun
2011, di dapatkan hasil ada hubungan antara Inisisasi Menyusui
Dini (IMD) dengan Involusi Uteri pada Ibu Post Partum.11
Penelitian selanjutrnya dilakukan di Gambia, Filipina,
Mesir dan Guatemala menunjukkan hasil bahwa lebih dari 60%
20
20
bayi baru lahir diberi air manis dan atau teh. Berbagai alas an yang
diajukan dalam pemberian cairan tersebut misalnya cairan tersebut
dibutuhkan oleh bayi untuk hidup, menghilangkan rasa haus,
menghilangkan rasa sakit (sakit perut atau sakit telinga), mencegah
dan mengobati pilek dan sembelit erta untuk menenangkan bayi.
44
B. Kerangka Teori
Umur
Grande Multipara
Elastisitas Otot
Uterus
Pertahanan Sel
Kecepatan Involusi Uterus
Kontraksi Uterus
Inisiasi Menyusui
Dini
Status Gizi
Post partum blues
Sirkulasi Darah
Asupan nutrisi
Psikologi
Senam Nifas
Mobilisasi Dini
Gambar 2.2 Kerangka Teori 4,6,10,13,33,41
21
21
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Mobilisasi dini
Status gizi
Involusi Uterus
Umur
Paritas
D. Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan mobilisasi dini dengan involusi uterus post partum pervaginam
2. Ada hubungan status gizi dengan involusi uterus post partum pervaginam
3. Ada hubungan umur dengan involusi uterus post partum pervaginam
4. Ada hubungan paritas dengan involusi uterus post partum pervaginam
22
22
Download