Uploaded by yustikadyahrahayu

BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian-Pengertian
2.1.1 Etnis Jawa
Etnis Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal
dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya
41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Sebelumnya suku Jawa
berjumlah 47,05% pada tahun 1930 yang diadakan oleh pemerintahan kolonial
Belanda pada waktu itu. Penurunan ini terjadi karena banyaknya orang Jawa yang
menjadi bagian dari etnis setempat di beberapa daerah di Indonesia. Selain di
ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Jakarta,
Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Banten dan Kalimantan Timur. Di Jawa
Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon,
dan Kota Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Suku Osing, Orang
Samin, Suku Tengger, dan lain-lain. Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di
negara Suriname, Amerika Selatan karena pada masa kolonial Belanda suku ini
dibawa ke sana sebagai pekerja dan kini suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa
Suriname.
2.1.2 Bahasa Jawa
Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dalam
bertutur sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah tempo pada awal
dasarwarsa
1990-an,
kurang
lebih
hanya
42%
orang
Jawa
yang
menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 28%
7
menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya
menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosakata dan intonasi berdasarkan
hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggahungguh. Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya
Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di
masyarakat.
2.1.3 Budaya Jawa
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh
masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa
secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa
Tengah-DIY
dan
budaya
Jawa
Timur.
Budaya
Jawa
mengutamakan
keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari hari. Budaya
Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain
terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan
orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname.
Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling
banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri
adalah Wayang Kulit, Keris, Batik dan Gamelan. Di Malaysia dan Filipina dikenal
istilah keris karena pengaruh Majapahit. LSM Kampung Halaman dari
Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang
menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi pelajaran
wajib di Amerika Serikat, Singapura dan Selandia Baru. Gamelan Jawa rutin
8
digelar
di
AS-Eropa
atas
permintaan
warga
AS-Eropa.
Sastra
Jawa
Negarakretagama menjadi satu satunya karya sastra Indonesia yang diakui
UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia
Tenggara National University of Singapore John N.
Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura
bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan,
candi, patung dan seni. Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat
bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama.
2.2 Etnis Banjar
Suku Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimanta
Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur.
Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah Riau,
Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia, karena migrasi Orang Banjar
pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.
Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa.
Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang
Banjar tinggal di wilayah Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya
tinggal di luar Kalimantan.
Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan
pembauran masyarakat beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS Bahan, DAS
Barito, DAS Martapura dan DAS Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini suku
Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak secara meluas melakukan migrasi
9
secara sentrifugal atau secara lompat katak ke berbagai daerah di Nusantara
hingga ke Madagaskar.
2.2.2 Bahasa Banjar
Bahasa Banjar adalah sebuah bahasa Austronesia dari rumpun bahasa
Melayik yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia,
sebagai bahasa ibu. Bahasa Banjar termasuk kelompok Bahasa Melayu Lokal
Borneo Timur. Bahasa Banjar termasuk dalam daftar bahasa dominan di
Indonesia.
Di tanah asalnya di Kalimantan Selatan, bahasa Banjar yang merupakan
bahasa sastra lisan terbagi menjadi dua dialek besar yaitu Banjar Kuala dan Banjar
Hulu. Sebelum dikenal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, pada zaman
dahulu
apabila
berpidato,
menulis
atau
mengarang
orang
Banjar
menggunakan bahasa Melayu Banjar dengan menggunakan aksara Arab. Tulisan
atau huruf yang digunakan umumnya huruf atau tulisan Arab gundul dengan
bahasa tulis bahasa Melayu (versi Banjar). Semua naskah kuno yang ditulis
dengan tangan seperti puisi, Syair Siti Zubaidah, syair Tajul Muluk, syair Burung
Karuang, dan bahkan Hikayat Banjar dan Tutur Candi menggunakan huruf Arab
berbahasa Melayu (versi Banjar).
Bahasa Banjar dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti halnya
bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dan lain-lain. Karena
kedudukannya sebagai lingua franca, pemakai bahasa Banjar lebih banyak
daripada jumlah suku Banjar itu sendiri. Selain di Kalimantan Selatan, Bahasa
Banjar yang semula sebagai bahasa suku bangsa juga menjadi lingua franca di
10
daerah lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur serta di daerah
Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sebagai bahasa penghubung antar suku. Di
Kalimantan Tengah, tingkat pemertahanan bahasa Banjar cukup tinggi tidak
sekadar bertahan di komunitasnya sendiri, bahkan menggeser (shifting) bahasabahasa orang Dayak. Penyebaran bahasa Banjar sebagai lingua franca ke luar dari
tanah asalnya memunculkan varian Bahasa Banjar versi lokal yang merupakan
interaksi bahasa Banjar dengan bahasa yang ada di sekitarnya misalnya bahasa
Samarinda, bahasa Kumai dan lain-lain.
2.3 Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalaui media
(Efendy, 2003:5). Pengertian Komunikasi menurut Rogers dan D Lawrence
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya
akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2003:19). Dari
pengertian di atas, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan
diantara dua orang atau lebih dengan bertukar pikiran yang dapat menimbulkan
efek berupa tingkah laku yang dilakukan dengan media-media tertentu.
2.3.1 Proses Komunikasi
Proses komunikasi dimulai dari pikiran orang yang akan menyampaikan
pesan atau informasi. Apa yang dipikirkan itu kemudian dilambangkan (simbol),
baik berupa ucapan ataupun isyarat gambar. Proses selanjutnya dengan melalui
11
transmisi berupa media dan perantara atau channel misalnya telepon, surat, secara
lisan, dan lain-lain, maka pesan yang disampaikan tiba pada si penerima. Dalam
diri penerima, pertama-tama ia menerima pesan, kemudian mencoba menafsirkan
pesan (dekode) dan akhirnya memahami isi pesan. Merupakan umpan balik (feed
back). Apabila terjadi perubahan dari diri penerima pesan, berarti komunikasi itu
berhasil. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang ada dalam
proses komunikasi yaitu source atau sumber, communicator sebagai penyampai
pesan, message (pesan), channel (saluran atau media), communican sebagai
penerima pesan, dan efek sebagai hasil (Widjaja, 2000: 92-93).
2.3.2 Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain untuk tujuan tertentu, artinya komunikasi
hanya biasa terjadi kalau didukung oleh adanya :
2.3.2.1 Komunikator
Sumber atau komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan.
Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya. Dalam hal ini yang
perlu diperhatikan adalah yang terkait dengan kredibilitas yang dimiliki oleh
sumber, baik itu yang terkait dengan kepercayaan baru, lama, sementara dan lain
sebagainya (Muslimin, 2010: 16).
2.3.2.2 Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan idealnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat
12
disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan
apa yang menjadi tujuan akhir dari komunikasi (Muslimin, 2010: 19).
2.3.2.3 Media atau Saluran
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan dalam menyampaikan
pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media lainnya.
Media atau saluran yang merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan komunikator kepada penerima. Media dalam komunikasi massa dapat
dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak
seperti halnya surat kabar, majalah, buku, liflet, brosur, billboard, stiker, bulletin,
hand out, poster, spanduk dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain
radio, film televisi, video, komputer, elektronik board, audio cassette dan
semacamnya (Muslimin, 2010: 23-25).
2.3.2.4 Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni
personal, kelompok dan massa. Atau dengan perkataan lain dan segi sasarannya
maka komunkasi dapat berupa
a. Komunikasi personal (orang seseorang)
Komunikasi personal, merupakan komunikasi yang ditujukan kepada
sasaran yang tunggal, bentuknya komunikasi ini di antaranya dapat berupa
ajang sana, tukar pikiran dan sebagainya.
13
b. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok merupakan bentuk komunikasi yang ditujukan
kepada kelompok tertentu.
c. Komunikasi massa
Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang ditujukan kepada
massa atau komunikasi yang menggunakan media massa.
Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena ialah
yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh
penerima, maka tentunya akan menimbulkan berbagai macam masalah yang
seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran
(Muslimin, 2010: 25-27).
2.3.2.5 Effect (Hasil)
Effect adalah hasil akhir dan suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku
orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah
laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunikasi berhasil demikian pula
sebaliknya. Prosuder mencapai efek yang dikehendaki. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberi penekanan pada aspek Attention (perhatian), Interest (rasa
tertarik/kepentingan), Disere (keinginan), dan aspek Desission (keputusan). Aspek
action (tindakan) merupakan pengaruh atau efek dari perbedaan antara apa yang
dipikirkan dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku
seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan atau
14
penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai
akibat penerimaan pesan (Muslimin, 2010: 28-29).
2.3.2.6 Feedback (Tanggapan Balik)
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik atau tanggapan balik
sebenarnya adalah salah satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari
penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain
seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya
sebuah konsep surat yang memerlukan perubahan sebelum dikirim atau alat yang
digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai
ke tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber
(Muslimin, 2010: 30).
2.3.2.7 Noise (Gangguan)
Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai
akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang
disampaikan oleh komunikator kepadanya. Gangguan atau noise adalah segala
sesuatu yang mengubah informasi yang disampaikan kepada penerima atau
mengalihkannya dari penerimaan tersebut. Ada dua macam gangguan dalam unsur
komunikasi, yaitu gangguan teknis dan gangguan semantik, gangguan teknis
contohnya orang yang mengalami kesulitan bicara atau bicaranya hanya komatkamit. gangguan semantik adalah bila penerima memberi arti yang berlainan atas
sinyal yang disampaikan oleh pengirim (Pujileksono, 2014:35).
15
2.3.2.8 Lingkungan
Situasi atau faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya
komunikasi. Faktor ini dapat di golongkan menjadi empat macam, yakni
lingkungan fisik (kebisingan sampai bau-bauan), lingkungan sosial-budaya (adat
istiadat, latar belakang budaya, status sosial), lingkungan psikologis (persepsi,
motivasi), dan dimensi waktu (Muslimin, 2010: 30-31).
2.3.3 Fungsi Komunikasi
Menurut William I. Gorden (Deddy Mulyana, 2013:5), ada empat
fungsi komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi Sosial
Fungsi
komunikasi
sebagai
komunikasi
sosial
setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri
kita, akultualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat
(keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan
negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain,
namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut
16
dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang,
peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat
disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal.
3. Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu
komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan
sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari
upacara upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi Happy Birthday dan
pemotongan kue), pertunangan (melamar, tukar cincin), siraman, pernikahan
(ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer, dan sebagainya), ulang tahun
perkawinan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan
kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik.
4. Komunikasi Instrumental
Komunikasi
instrumental
mempunyai
beberapa
tujuan
umum:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan
mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Bila
diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat
persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to
inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan
pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya
akurat dan layak diketahui.
17
2.3.4 Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu
melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal secara bersamasama. Keduanya, bahasa verbal dan non verbal, memiliki sifat yang holistik
(masing-masing tidak dapat dipisahkan). Dalam banyak tindakan komunikasi,
bahasa non verbal juga dapat berfungsi kontradiktif, pengulangan, bahkan
pengganti ungkapan-ungkapan verbal, misalnya ketika seseorang mengatakan
terima kasih (bahasa verbal) maka orang tersebut akan melengkapinya dengan
tersenyum (bahasa non verbal), sesorang setuju dengan pesan yang disampaikan
orang lain dengan anggukan kepala (bahasa non verbal). Dua komunikasi tersebut
merupakan contoh bahwa verbal dan non verbal bekerja bersama-sama dalam
menciptakan makna suatu perilaku komunikasi.
1. Komunikasi Verbal
Symbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang
kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usahausaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain
secara lisan (Mulyana, 2001). Bahasa verbal adalah sarana utama untuk
menyatakan pikiran, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan katakata yang mempresentasikan sebagai aspek realitas individual kita.
Adapun macam bahasa verbal yang digunakan adalah :
1. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang digunakan sebagai
bahasa persatuan Indonesia yang dipakai untuk memperlancar hubungan
18
komunikasi dan merupakan lambang kebangsaan bangsa Indonesia (Buku
Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan & Kebudayaan).
2. Bahasa daerah adalah bahsa yang digunakan pada suatu daerah tertentu
dan memiliki ciri khas tertentu di bidang kosa kata, peristilahan, struktur
kalimat dan ejaannya. Bahasa daerah merupakan lambang kebangsaan
daerah
yang bersangkutan (Buku Bahasa
Indonesia
Departemen
Pendidikan & Kebudayaan).
3. Bahasa gaul Budayawan Gunawan moehammad (Malaky, 2003)
mengatakan bahwa bahasa gaul adalah bahasa yang pada mulanya adalah
bahasa sandi yang dipakai penjahat untuk berkomunikasi agar tidak
diketahui oleh pihak berwajib di era tahun 1960-an dan sekarang
berkembang dikalangan anak muda dengan gaya serta kosakata bahasa
yang hanya bisa dipahami oleh kelompok pemuda tertentu yang sudah
menyepakati (Arbitrer) kata-kata yang dipakai seperti contoh bahasa gaul
kelompok anak muda kendari “Nisi Ko Ludu” yang berarti “Sini Ko Dulu”
dan Uka Gila Dinama” yang berarti kau lagi dimana.
2. Komunikasi Non Verbal
Istilah non verbal biasanya di gunakan untuk melukiskan semua
peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis, pada saat yang
sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non
verbal ini ditafsirkan melalui symbol-symbol verbal. Larry dan Richard
(Mulyana, 2001) membagai non verbal menjadi dua kategori besar yaitu :
19
1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur
tubuh, eskpresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan dan peribahasa.
2. Ruang, waktu dan diam.
Devito (1997) mengemukkan bahwa pesan-pesan non verbal mempunyai
ciri-ciri umum, yaitu :
1. Perilaku komunikasi bersifat komunikatif, yaitu dalam situasi interaksi,
perilaku demikian selalu mengkomunikasikan sesuatu.
2. Komunikasi non verbal terjadi dalam suatu konteks yang membantu
menentukan makna dari setiap perilaku non verbal.
3. Pesan non verbal biasanya berbentuk paket, pesan-pesan non verbal
saling memperkuat ada kalanya pesan-pesan ini saling bertentangan.
4. Pesan non verbal sangat dipercaya, umumnya bila pesan verbal saling
bertentangan, kita mempercayai pesan non verbal.
5. Komunikasi non verbal di kendalikan oleh aturan.
6. Komunikasi non verbal seringkali bersifat metakomunikasi, pesan non
verbal seringkali berfungsi untuk mengkomentari pesan-pesan lain baik
verbal maupun non verbal.
2.3.5 Hambatan Komunikasi
Menurut Prof. Drs. H.A.W Widjaja (Ilmu Komunikasi Pengantar Studi,
2000:100) Hambatan komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada
sesuatu yang tidak beres. Hambatan komunikasi menunjukkan adanya masalah
20
yang lebih dalam. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim
(komunikator), transmisi, dan penerima. Hambatan dalam komunikasi antara lain:
1. Kurangnya perencanaan dalam komunikasi (tidak dipersiapkan lebih
dahulu).
2. Perbedaan persepsi.
3. Perbedaan harapan.
4. Kondisi fisik atau mental yang kurang baik.
5. Pesan yang tidak jelas.
6. Prasangka yang buruk.
7. Transmisi yang kurang baik.
8. Penilaian/evaluasi yang prematur.
9. Tidak ada kepercayaan.
10. Ada ancaman.
11. Perbedaan status, pengetahuan, bahasa.
12. Distori (kesalahan informasi).
2.3.10 Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antarbudaya sendiri atau yang biasa disebut Intercultural
Communication bukanlah suatu hal yang baru. Sejak manusia yang berbeda
budaya dan kebiasaan di bumi ini mengadakan hubungan, maka komunikasi
21
antarbudaya akan terus berlangsung. Dalam komunikasi manusia selalu
dipengaruhi oleh budayanya, budaya bertanggung jawab atas semua perilaku dan
makna yang dilakukan oleh si pelaku.
Untuk memahami komunikasi antarbudaya perlu terlebih dahulu
memahami kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat (Koentjaningrat, 2009:144)
menyatakan bahwa “kebudayaan merupakan dari kelakuan dan hasil perilaku
manusia, tata kelakuan manusia, yang harus didapatkan dengan belajar dan
semaunya itu tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Menurut para ahli seperti Andera L. Rich, (Alo Liliweri, 2002:12)
mengatakan bahwa komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya,
misalnya antar suku bangsa, antar etnis dan ras, serta antar kelas sosial.
Sedangkan menurut Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya
meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi,
antar pribadi dan kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang
kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta (Dood,
1991:5).
Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi antarbudaya diatas, dapat
disimpulkan bahwa proses komunikasi antarbudaya merupakan interaksi pribadi
dan komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh beberapa orang memiliki latar
belakang budaya yang berbeda. Akibatnya interaksi dan komunikasi yang sedang
dilakukan itu membutuhkan tingkat keamanan dan sopan santun tertentu, serta
pengalaman tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap lawan bicara.
22
2.3.11 Unsur-Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (Koentjaraningrat, 2009:164) menyatakan ada tujuh
unsur kebudayaan yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan di
dunia atau kebudayaan pranata menyeluruh cultural universal dalam sistem nilai,
yaitu:
1. Bahasa, berupa bahasa lisan yang disampaikan secara verbal maupun
berupa tulisan.
2. Sistem pengetahuan, berupa pengetahuan mengenai sesuatu hal, misalnya
ilmu perbintangan untuk mengetahui iklim yang akan terjadi.
3. Organisasi
sosial
atau
sistem
kemasyarakatan
misalnya
berupa
kekerabatan, hukum dan sebagainya.
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi, seperti pakaian, perumahan,
peralatan rumah tangga, senjata, alat-alat transportasi dan sebagainya.
5. Sistem mata pencaharian hidup seperti pertanian, peternakan, sistem
produksi dan sebagainya.
6. Sistem religi atau keyakinan atau agama seperti Tuhan, surga, neraka,
dewa, roh halus, upacara keagamaan dan sebagainya.
7. Kesenian berupa seni suara, seni rupa, seni musik, seni tari, seni patung
dan sebagainya.
23
2.3.12 Teori A-B-X
Pendekatan Newcomb terhadap komunikasi bersifat priskologis, berkaitan
dengan interaksi manusia yang cenderung kepada terbentuknya jaringan
kelompok. Model dari Newcom dapat membantu ahli komunikasi kelompok
dalam
menjelaskan
dan
memperkirakan
tingkah
laku
kelompok
yang
beranggotakan 2 orang. Teori ini memusatkan perhatian pada pola hubungan yang
ada di antara 2 individu dalam berinteraksi dan pada objek yang memperngaruhi
interaksi di antara mereka. Sistem A-B-X dari Newcomb memperluas teori
hubungan antar pribadi dari heider sampai kepada interaksi yang terjadi di antara
anggota dari kelompok yang hanya terdiri dari 2 orang. Model dari Newcomb
melibatkan tiga unsur, yaitu A dan B yang mewakili 2 orang individu yang
berinteraksi dan X sebagai objek pembicaran menurut Newcomb, tingkah laku
komunikasi terbuka anata A dan B dapat diterangkan melalui kebutuhan mereka
untuk mencapai keseimbangan atau keadaan simetris antara satu sama lain dan
juga terhadap X. komunikasi terjadi karena A harus berorientasi terhadap B dan
X, serta B harus berorientasi terhadap A dan X. untuk mencari keadaan yang
simetris, A berusaha untuk melengkapi dirinya dengan informasi tentang orientasi
B terhadap X, dan ini dapat dilakukan melalui interaksi A mungkin terdorong
untuk mempengaruhi atau mengubah orientasi B terhadap X. jika A menemukan
keadaan tidak seimbang diantara mereka. B dengan sendirinya juga akan
mempunyai dorongan yang sama terhadap orientasi A. Besarnya pengaruh akan
ditanamkan A dan B terhadap satu sama lain serta kemungkinan usaha masingmasing dalam meningkatkan keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan
meningkat keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkatkan
24
keadaan simetris melalui tindakan komunikasi akan meningkat pada saat daya
Tarik dan intensitas sikap terhadap X meningkat. Dengan demikian, pada model
ini komunikasi merupakan cara yang bisa dan efektif bagi orang yang
mengorientasikan dirinya terhadap lingkungan.
2.4 Basis Teori yang Digunakan
2.4.1 Teori Pertukaran Sosial
Exchange theory, mendasarkan dirinya pada pergaulan manusia dimana
terdapat kecenderungan yang kuat, bahwa kepuasaan dan kekecewaan bersumber
pada pihak lain terhadap dirinya sendiri, seseorang akan berinteraksi dengan pihak
lain, karena hal tersebut dianggap menguntungkan sehingga ia mendapatkan suatu
imbalan. Sudah tentu jika proses-proses tersebut tidak selalu menguntungkan
namun terkadang juga merasa rugi atau kecewa. Keuntungan dari hubungan
tersebut adanya selisih dari imbalan dan biaya, maka teori ini sering disebut “teori
pilihan rasional”. Dua tokoh yang terkenal dari teori ini adalah Homans dan Blau.
Homans mengajukan proposisinya sebagai berikut:
a. Semakin tinggi ganjaran atau reward yang diperoleh atau yang akan
diperoleh, semakin besar kemungkinan suatu tingkah laku akan diulang.
b. Demikian juga sebaliknya, semakin tinggi biaya atau ancaman hukuman
(punishment) yang akan diperoleh semakin kecil kemungkinan tingkah
laku serupa akan diulang.
25
Homans percaya bahwa proses pertukaran dapat dijelaskan lewat
pernyataan proposisional yang berhubungan dan berasal dari psikologi
Skinnerian. Proposisi itu adalah:
1. Proposisi Sukses
Dalam setiap tindakan semakin sering suatu tindakan tertentu
memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu
(Homans 1974; 16 dalam polama 1987:61).
Human menyatakan bahwa bila mana seseorang berhasil memperoleh
ganjaran (atau mehindari hukuman) maka ia akan cenderung untuk
mengulangi tindakan tersebut. Secara umum, perilaku yang selaras
dengan proposisi sukses meliputi tiga tahap antara lain: tindakan
seseorang, hasil yang diberikan, dan pengulangan tindakan asli atau
minimal tindakan yang dalam beberapa hal menyerupai tindakan asli.
2. Proposisi Stimulus
Jika dimasa lalu terjadinya stimulus dan yang khusus, atau seperangkat
stimuli, merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh
ganjaran, maka semakin mirip stimuli sekarang ini dengan yang lalu
itu, akan semakin mungkin sesorang melakukan tindakan serupa atau
yang agak sama (Homans 1974).
Proposisi stimulus mengetengahkan objek atau tindakan yang
memperoleh ganjaran yang diinginkan. Contohnya mahasiswa yang
menginginkan nilai baik dimasa lalu dia memperoleh ganjaran berupa
26
nilai baik dan pentingnya belajar sebagai stimulus yang melahirkan
hasil yang diinginkan.
Mahasiswa lebih memilih stimulus belajar dua hari sebelum ujian dan
belajar secara individual dari pada stimulus lain yang berasal dari
belajar secara kelompok.
3. Proposisi Nilai
Semakin tinggi suatu tindakan, maka kian senang seseorang
melakukan tindakan itu (Homans, 1974).
Proposisis ini khusus berhubungan dengan ganjaran atau hukuman
yang merupakan hasil tindakan. Proposisi nilai mengetengahkan
tingkat dimana orang menginginkan ganjaran yang diberikan stimulus.
4. Proposisi Deprivasi-Satiasi
Semakin sering dimasa yang baru berlalu seseorang menerima suatu
ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut
peningkatan suatu unit ganjaran itu (Homans 1974).
Proposisi deprivasi-satiasi selanjutnya menyempurnakan kondisikondisi dimana penampilan suatu tindakan tertentu terjadi.
Proposisi ini merupakan menurunnya nilai karena kejenuhan: seorang
anak yang diberi uang seribu rupiah selama bertahun-tahun diberi uang
dengan jumlah yang sama maka anak itu akan jenuh dan uang seribu
itu menjadi berkurang nilainya.
27
5. Proposisi Restu Agresi
Bila
tindakan
sesorang
tidak
memperoleh
ganjaran
yang
diharapkannya, atau menerima hukuman yang tidak diingikan, maka
dia akan marah, dia menjadi sangat cenderung menunjukkan perilaku
agresif, dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya.
Bilamana
tindakan
seseorang
memperoleh
ganjaran
yang
diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang
diperkirakan, atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya,
maka dia akan merasa senang; dia akan lebih mungkin melaksanakan
perilaku yang disenangi, dan hasil perilaku yang demikian akan
menjadi bernilai harganya (Homans, 1974).
Proposisi ini merupakan proposisi konflik Homans. Jika sesuatu tidak
sesuai dengan yang diharapkan maka akan marah dan melakukan
perlawanan.
6. Proposisi Rasionalitas
Ketika memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih tindakan
sebagaimana dipersepsikan kala itu, yang jika hasilnya dikalikan
probabilitas keberhasilan adalah lebih besar (Homans, 1974).
Pada dasarnya, orang menelaah dan melakukan kalkulasi atas berbagai
tindakan alternatif yang tersedia baginya. Mereka membandingkan
jumlah imbalan yang diasosiasikan dengan setiap tindakan. Mereka
pun mengkalkulasikan kecenderungan bahwa mereka benar-benar akan
menerima imbalan. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya
28
jika sesorang menganggap bahwa itu semua dipandang sangat
mungkin diperoleh jadi terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan
kecenderungan diperolehnya imbalan. Imbalan yang paling tidak
diinginkan adalah imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung
tidak mungkin diperoleh.
Proposisi rasionalitas menunjukkan pengaruh teori pilihan rasional
pendekatan Homans. Homans mengaitakan proposisi rasionalitas
dengan
keberhasilan,
stimulus
dan
proposisi
nilai.
Proposisi
rasionalitas mengatakan pada kita bahwa benar tidaknya orang
melakukan tindakan tergantung pada persepsi mereka tentang
probalitas sukses. Homans beragumen bahwa persepsi apakah peluang
sukses tinggi atau rendah ditentukan oleh sukses dimasa lalu dan
kemiripan dengan situasi masa kini dengan situasi sukses dimasa lalu.
Konsep-konsep dalam teori pertukaran sosial Jeorge Homans
a. Pertukaran Sosial
Pertukaran sosial adalah suatu hubungan sosial dalam masyarakat
antara satu orang dengan orang lainnya dan dalam hubungan sosial
terdapat ganjaran dan imbalan yang saling mempengaruhi. Jadi
orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
b. Tindakan Perilaku Sosial
29
Yang dimaksudkan homans adalah tindakan yang berkenaan
dengan suatu kemauan yang mengakibatkan adanya suatu ganjaran
dan hukuman dari orang lain (Homans dalam Irving M Zeitlin,
1995;97).
c. Pertukaran Yang Adil
Pertukaran yang adil menurut Homans adalah pertukaran itu saling
dapat
menguntungkan
atau
sepanjang
dianggap
saling
menguntungkan oleh kedua belah pihak (Homans dalam Irving M
Zeitlin, 1995;97).
d. Kegiatan
Kegiatan adalah perilaku aktual yang digambarkan pada tingkat
yang sangat konkrit. Sebagian dari gambaran mengenai kelompok
apa saja harus meliputi catatan mengenai kegiatan-kegiatan para
anggotannya saja. Individu-individu dan kelompok-kelompok
dapat dibandingkan menurut persamaan dan perbedaan dalam
kegiatan-kegiatan mereka dan dalam tingkat penampilan dari
berbagai keinginan itu (Homansdalam Doyle Paul Johnson, 1986;
61).
e. Interaksi
Interaksi adalah kegiatan apa saja yang merangsang atau
dirangsang oleh kegiatan orang lain. Individu-individu atau
kelompok-kelompok
dapat
dibandingkan
menurut
frekuensi
30
interaksi, menurut siapa yang mulai interaksi dengan siapa,
menurut saluran-saluran dimana interaksi itu terjadi dan seterusnya
(Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;61).
f. Perasaan
Perasaan adalah suatu tanda yang bersifat eksternal atau yang
bersifat perilaku yang menunjukkan suatu keadaan internal. Tandatanda seperti keadaan internal yang ditunjukkan dapat bermacammacam. Keadaan-keadaan fisiologis seperti kelaparan atau
keletihan, reaksi emosional yang positif atau negatif terhadap suatu
peristiwa suatu stimulus, perasaan suka atau tidak suka terhadap
seseorang kawan anggota kelompok, jenis-jenis keadaan fisiologis
internal psikologis atau emosional ini, dan banyak lagi lainnya
dimasukkan dalam satu kelompok umum yakni perasaan,
sepanjang keadaan internal ini dimanifestasikan dalam suatu tipe
perilaku yang dapat diamati (Homans dalam Doyle Paul Johnson,
1986;61-62).
g. Kebiasaan
Kebiasaan menunjuk pada kegiatan-kegiatan dan pola-pola
interaksi yang diulang-ulang (Homans dalam Doyle Paul Johnson,
1986;63).
h. Norma
31
Norma adalah suatu kegiatan atau pola interaksi yang diharapkan
untuk diikuti oleh anggota kelompok, dengan perasaan positif yang
dinyatakan kepada mereka yang mengikutinya dan perasaan negatif
terhadap mereka yang tidak mengikutinya (Homans dama Doyle
Paul Johnson, 1986;63).
i. Deprivasi
Deprivasi adalah jangka waktu sejak seseorang itu menerima suatu
reward tertentu (Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;66).
j. Kepuasan
Kepuasan adalah kuantitas dari reward yang cukup besar
memuaskan
seseorang
belum
lama
berselang,
sehingga
penghargaan itu untuk sementara waktu tidak diinginkan lagi
(Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;66).
k. Ganjaran
Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh
seseorang dari suatu hubungan.
l. Imbalan (reward)
Ganjaran (reward) adalah segala hal yang diperoleh melalui
adanya pengorbanan.
32
2.5 Penelitian Terdahulu
Siti Amanah yang berjudul Pola Komunikasi dan Proses Akulturasi
Mahasiswa Asing di Stain Kediri. Hasil penelitiannya adalah dapat disimpulkan
bahwa secara umum pola komunikasi yang terjadi antara mahasiswa Thailand
dengan orang lain di lingkungan baru yakni di Kediri merupakan komunikasi
yang kompleks karena banyak orang yang terlibat dan banyak yang
berkepentingan dalam komunikasi tersebut seperti dengan orang-orang di
sekitarnnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola komunikasi yang
diterapkan yang memudahkan proses adaptasi dan akulturasi terhadap budaya
Indonesia di lingkungan STAIN Kediri adalah komunikasi interpersonal dengan
teman-teman senegara, teman-teman kampus, dan warga sekitar Dengan metode
yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, kemudian dihubungkan
dengan kerangka teori yaitu teori relationship teori pengertian dan pengungkapan
diri. Berbeda dengan Siti Amanah yaitu peneliti ingin meneliti bagaimana proses
akulturasi budaya etnis mahasiswa Jawa dan Banjar. Peneliti ingin menjelaskan
bagaimana pola komunikasi dalam proses akulturasi budaya antar etnis Jawa dan
Banjar. Yang membedakan dari penelitian ini berupa subjek mahasiswa etnis Jawa
dan Banjar. Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif.
2.6 Fokus Penelitian
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah pola komunikasi dalam proses
akulturasi budaya antar etnis Jawa dan Banjar yang dimaksud adalah pertukaran
pesan antara mahasiswa asal Banjar dengan mahasiswa yang berasal dari Jawa
33
dalam melakukan pergaulan terutama yang terkait dengan adaptasi dan teknik
komunikasi yang dilakukan dengan tetap berupaya mempertahankan identitas
budaya masing-masing.
34
Download