Uploaded by nofiadian8

[Latihan Kasus 1] dr. Nofia Dian Ardiani Sukamto Lampung Metro RSU Mardi Waluyo Metro

advertisement
1. Prosedur pengendalian infeksi (PPI) yang perlu diterapkan adalah :

Prosedur kewaspadaan terhadap droplet - bertujuan mencegah transmisi
droplet ukuran besar dari virus
1. Menggunakan masker medis bila bekerja dalam jarak 1 meter dari
pasien.
2. Tempatkan pasien di ruang-ruang terpisah, atau kelompokkan mereka
yang memiliki diagnosis etiologi yang sama.
3. Bila diagnosis etiologi tidak memungkinkan, kelompokkan pasien
sesuai dengan diagnosis klinis dan berdasarkan pertimbangan faktor
risiko dalam ruangan dengan separasi.
4. Saat menatalaksana pasien dengan jarak dekat, gunakan face
mask atau goggles mengingat cipratan sekret dapat terjadi.
5. Batasi pergerakan pasien dalam fasilitas pelayanan kesehatan dan
pastikan pasien menggunakan masker medis saat di luar ruang
perawatan.

Prosedur kewaspadaan terhadap kontak yang bertujuan untuk mencegah
transmisi langsung atau tidak langsung dari kontak dengan permukaan
atau alat yang terkontaminasi.
1. Gunakan alat pelindung diri (APD: masker medis, pelindung mata,
sarung tangan dan gown) saat memasuki ruangan, lepas APD saat
keluar ruangan, dan praktikkan hand hygiene setelah pelepasan APD.
2. Bila
memungkinkan,
stetoskop, cuffs pengukur
gunakan
tekanan
perlengkapan
darah,
termometer
seperti
dll
yang disposable atau bersifat dedicated untuk pasien tersebut. Jika
terpaksa perlengkapan itu digunakan bersama pasien lain, bersihkan
dan lakukan disinfeksi sebelum digunakan ke pasien lain.
3. Pastikan tenaga kesehatan tidak menyentuh mata, hidung atau mulut
dengan
tangan
telanjang
atau
sarung
tangan
yang
sudah
terkontaminasi.
4. Hindari mencemari permukaan lingkungan yang tidak terkait
langsung dengan tata laksana pasien (contoh: pegangan pintu, saklar
lampu).
5. Hindari pergerakan pasien yang tidak perlu.
6. Selalu terapkan hand hygiene.

Prosedur
kewaspadaan
saat
melakukan Aerosol
Generating
Procedure (AGP)
1. Yakinkan
bahwa
tenaga
kessehatan
yang
melakukan
AGP
(contoh: open suctioning of respiratory tract, intubasi, bronkoskopi,
resusitasi jantung paru) menggunakan APD yang tepat termasuk
sarung tangan, long-sleeved gowns, pelindung mata, dan fit-tested
particulate respirators
2. Bila memungkinkan, gunakan ruangan tersendiri dengan ventilasi
adekuat saat melakukan prosedur AGP, aatau ruangan bertekanan
negatif dengan minimal 12 pertukaran udara/jam atau setidaknya 160
L/detik/pasien dalam fasilitas dengan ventilasi netral.
3. Hindari kehadiran individu yang tidak diperlukan dalam ruangan
tersebut.
4. Perawatan pasien dengan ventilator juga perlu dilakukan dalam
ruangan bertekanan negatif
APD yang harus digunakan oleh dokter Lisa dan Ners Sita adalah APD level
1, dimana APD level 1 terdiri dari penutup kepala, masker bedah, handscoen
sekali pakai, baju kerja, dan alas kaki.
2. Triase dan skrining
 Untuk menentukan pasien mana yang harus ditangani terlebih dahulu
perlu dilakukan triase dan skrining yaitu memilah milah pasien
berdasarkan kondisi pasien saat masuk ruang perawatan dan
memberikan kode warna untuk pasien sekaligus melakukan skrining
covid 19, hal ini dapat dilakukan oleh ners Sita ataupun dokter Lisa
pada saat awal pasien datang. Skrining terhadap COVID-19
menggunakan WHO Case Definition (demam, batuk, dispnea) pada saat
pertama kali pasien mengakses fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien
kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, pasien dengan suspek
COVID dan non-suspek COVID.
 Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang harus dikerjakan oleh dokter
Lisa
Secara garis besar yang harus dilakukan oleh dokter Lisa adalah
pemeriksaan ABCDE
o Pada pasien pertama, seorang perempuan usia 36 tahun dengan
keluhan sesak nafas perlu ditanyakan onset sesak nafas, riwayat
penyakit
sebelumnya,
riwayat
pengobatan,
riwayat
makan
sbeelumnya. Perlu ditanyakan juga apakah terdapat keluhan seperti
batuk/pilek/nyeri
tenggorok,
apakah
terdapat
demam/riwayat
demam, apakah selama 14 hari sebelum timbul gejala pasien
melakukan perjalanan ke area atau negara yang terjangkit atau
pasien melakukan kontak dengan kasus probable/konfirmasi covid
19. Setelah itu dapat dilakukan pemeriksaan keadaan umum, GCS,
TTV pasien (TD, T, HR, RR, dan SpO2), pemeriksaan head to toe
terutama pada pemeriksaan thorax.
o Pada pasien kedua, seorang laki laki usia 27 tahun dengan keluhan
lemas pasca diare perlu ditanyakan diare sudah terjadi sejak kapan,
diarenya seperti apa, apakah pasien masih dapat makan/minum.
Perlu ditanyakan juga mengenai skrining covid 19.
Pada
pemeriksaan fisik dapat diperiksa keadaan umum, GCS, TTV, PF
head to toe terutama apakah tampak adanya tanda tanda dehidrasi.
o Pasien ketiga, laki laki usia 54 tahun jatuh dari genting rumah saat
memperbaiki antena yang sekilas tampak adanya deformitas pada
tungkai bawah dan lengan atas kiri perlu dianamnesis mengenai
mekanisme kejadian, kapan terjadinya trauma, apakah pasien sempat
tidak sadarkan diri setelah jatuh dari genting, jatuh dari ketinggian
berapa, apakah terdapat sesak nafas, apakah terdapat bagian tubuh
yang nyeri dan sulit digerakkan. Perlu dilakukan juga skrining covid
19. Pada pemeriksaan fisik dapat diperiksa keadaan umum, GCS,
TTV, PF head to toe serta PF lokalis (look, feel, move), pemeriksaan
ROM.
o Pada pasien keempat, perempuan usia 24 tahun dengan diagnosis
autoimun yang saat ini mengeluhkan adanya demam dan sakit kepala
hebat perlu ditanyakan sejak kapan mulai muncul keluhan tersebut,
apakah terdapat keluhan lain serta perlu dilakukan skrining covid 19.
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa keadaan umum, GCS, TTV,
PF head to toe.
o Pada pasien kelima perempuan 70 tahun dengan penurunan
kesadaran perlu dilakukan anamnesis kepada keluarga atau orang
yang mengantar sejak kapan terjadi penurunan kesadaran, apakah
terdapat riwayat trauma sebelumnya, riwayat penyakit sebelumnya,
riwayat kejadian sebelumnya, apakah sebelum terjadi penurunan
kesadaran pasien mengeluhkan pusing, muntah, atau diare. Perlu
dilakukan juga skrining covid 19, apakah sebelumnya pasien
memiliki gejala ISPA (batuk/pilek/nyeri tenggorok/sesak nafas),
apakah terdapat demam/riwayat demam, dan apakah pada 14 hari
sebelumnya pasien melakukan perjalanan ke daerah/negara yang
terjangkit
atau
pasien
melakukan
kontak
dengan
pasien
probable/konfirmasi covid 19. Pada pemeriksaan fisik dapat
dilakukan pemeriksaan GCS, nadi karotis, TTV, PF head to toe,
EKG.
o Pasien keenam tampak tidak bernafas. Perlu dilakukan anamnesis
pada keluarga pasien dan dilakukan pemeriksaan fisik berupa
pemeriksaan nadi karotis dan TTV. Jika pasien menujukkan tanda
tanda kematian yang jelas seperti TD tidak terukur, pulsasi nadi
tidak teraba, tidak ada pernafasan spontan, suhu tubuh teraba dingin,
reflek pupil tidak ada, didapatkan adanya tanda tanda kematian pasti
serta pada EKG didapatkan gambaran asistol maka pasien tidak
perlu dilakukan RJP lalu komunikasikan mengenai kondisi pasien
pada keluarga.
 Pemeriksaan lanjutan yang harus dilakukan oleh dokter Lisa adalah :
o Pasien pertama dapat dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap,
ureum, creatinine, pemeriksaan rontgen thorax, EKG, AGD.
o Pasien kedua dapat dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap, cek
elektrolit, ureum, creatinine, GDS, feces lengkap.
o Pasien ketiga perlu dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap,
pemeriksaan radiologi berupa rontgen pada area yang dicurigai
terdapat deformitas yaitu pada regio humerus sinistra dan regio
cruris sinistra.
o Pasien keempat selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan lab darah
lengkap dan CRP.
o Pasien kelima perlu dilakukan pemeriksaan lab darah lengkap, GDS,
ureum, creatinine, kadar elektrolit, AGD, pemeriksaan radiologi
(Head CT scan).
 Untuk urutan prioritas yang ditangani adalah pasien kelima dengan
penurunan kesadaran (merah), pasien pertama dengan sesak nafas
(merah), pasien ketiga kasus pasien jatuh dari genting yang tampak
adanya deformitas pada lengan atas dan tungkai bawah (merah), pasien
keempat yaitu pasien autoimu dengan keluhan demam dan nyari kepala
hebat (merah), dan yang terakhir pasien kedua dengan lemas pasca diare
(kuning).
.
3. Pasien keenam yang datang dengan DOA perlu dilakukan anamnesis pada
keluarga pasien dan dilakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan nadi
karotis dan TTV. Jika pasien menujukkan tanda tanda kematian yang jelas
seperti TD tidak terukur, pulsasi nadi tidak teraba, tidak ada pernafasan
spontan, suhu tubuh teraba dingin, reflek pupil tidak ada, didapatkan adanya
tanda tanda kematian pasti serta pada EKG didapatkan gambaran asistol
maka pasien tidak perlu dilakukan RJP lalu komunikasikan mengenai
kondisi pasien pada keluarga.
Pada masa pandemi prosedur pasien DOA adalah sebagai berikut:

Jenazah dari luar rumah sakit yang memiliki riwayat suspek atau
probabel, termasuk pasien DOA (Death on Arrival) yang dirujuk dari
rumah sakit lain harus dilakukan prosedur pemindahan dan penjemputan
jenazah sebagai berikut:
o
Tindakan swab nasofaring atau pengambilan sampel lainnya dilakukan
oleh petugas yang ditunjuk di ruang perawatan sebelum jenazah
dijemput oleh petugas kamar jenazah.
o
Jenazah ditutup/disumpal lubang hidung dan mulut menggunakan
kapas, hingga dipastikan tidak ada cairan yang keluar.
o
Bila ada luka akibat tindakan rnedis, maka dilakukan penutupan
dengan plester kedap air.
o
Petugas kamar jenazah yang akan menjemput jenazah, membawa:
1. Alat pelindung diri (APD) berupa: masker surgikal, goggle/kaca
mata pelindung, apron plastik, dan sarung tangan/hand schoen nonsteril.
2. Kantong jenazah. Bila tidak tersedia kantong jenazah, disiapkan
plastik pembungkus.
3. Brankar jenazah dengan tutup yang dapat dikunci.
o
Sebelum petugas memindahkan jenazah dari tempat tidur perawatan
ke brankar jenazah, dipastikan bahwa lubang hidung dan mulut sudah
tertutup serta Iuka-Iuka akibat tindakan medis sudah tertutup plester
kedap air, lalu dimasukkan ke dalam kantong jenazah atau dibungkus
dengan plastik pernbungkus. Kantong jenazah harus tertutup
sempurna.
o
Setelah itu jenazah dapat dipindahkan ke brankar jenazah, lalu brankar
ditutup dan dikunci rapat.
o
Semua APD yang digunakan selama proses pemindahan jenazah
dibuka dan dibuang di ruang perawatan.
o
Jenazah dipindahkan ke kamar jenazah selama perjalanan, petugas
tetap menggunakan masker surgikal.
o
Surat keterangan kematian
atau sertifikat medis penyebab kematian
dibuat oleh dokter yang merawat dengan melingkari jenis penyakit
penyebab kematian sebagai penyakit menular.
o
Jenazah
hanya
dipindahkan
dari
brankar
jenazah
ke
meja
pemulasaraan jenazah di kamar jenazah oleh petugas yang
menggunakan APD lengkap.
Download