1. Sifat Manajemen Manajemen adalah serangkaian kegiatan (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin, dan mengendalikan) diarahkan pada sumber daya organisasi (manusia, keuangan, fisik, dan informasi) dengan tujuan mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efisien dan efektif. Efisien berarti menggunakan sumber daya secara bijak dan tanpa limbah yang tidak perlu. Efektif berarti berhasil melakukan hal yang benar. Seorang manajer adalah seseorang yang tanggung jawab utamanya adalah untuk menjalankan proses manajemen. Khususnya. seorang manajer adalah seseorang yang merencanakan dan membuat keputusan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fisik, dan informasi. Proses ini diilustrasikan pada gambar berikut; 2. Perkembangan Manajemen Strategis Wheelen & Hunger (2008) menuliskan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, manajemen stratejik berevolusi sebagai berikut: Tahap 1: Basic financial planning, yaitu perencanaan perusahaan yang didasarkan pada perencanaan keuangan. Secara umum disebut sebagai sistem manajemen berdasarkan budget. Sistem ini merupakan sistem yang paling tradisional, dan sangat berorientasi pada jangka pendek, yaitu satu tahun. Tahap 2: Forecast-based planning, yaitu pengembangan dari sistem di atas, karena digunakan untuk perencanaan jangka panjang, akibat kelemahan sistem budget yang terbatas pada jangka pendek. Di sini mulai diperhitungkan kondisi eksternal dengan porsi lebih besar. Basisnya adalah proyeksi perusahaan di masa mendatang. Tahap 3: Strategic Planning, yaitu pengembangan dari forecast-based planning, dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan persaingan. Di sini perusahaan sudah mempertimbangkan bagaimana caranya (strateginya) untuk dapat memenangkan pasar. Proses formulasi strategi dilakukan pada jajaran manajemen, sementara implementasi dan pelaksanaan dilakukan oleh jajaran pelaksana. Prosesnya dilakukan secara topdown. Tahap 4: Strategic Management, yang merupakan pengembangan dari strategic planning. Di sini masukan dari level bawah juga dipertimbangkan. Prosesnya tidak hanya berkonsentrasi pada formulasi strategi, namun juga diperhatikan secara seksama proses implementasinya. Karena berdasarkan pengalaman dengan menggunakan strategic planning, perusahaan sering kali tidak mencapai tujuannya karena ternyata strategi yang diformulasikan tersebut tidak diimplementasikan secara efektif. Menurut penelitian Kiechel di dalam Kaplan & Norton (2001), ternyata kurang dari 10% strategi yang diformulasikan dapat diimplementasikan secara efektif. Ini berarti lebih dari 90% perusahaan secara konsisten gagal mengeksekusi strateginya secara efektif. Charan & Colvin dalam Kaplan & Norton (2001) menunjukkan bahwa setidaknya 70% perusahaan yang menghadapi masalah, ternyata permasalahan sesungguhnya bukanlah strategi yang buruk, melainkan eksekusi (implementasi) yang buruk. Padahal, ada penelitian lain yang dilakukan oleh Pfeffer & Sutton di dalam Kaplan & Norton (2001) yang menyebutkan bahwa perusahaan dapat mengeluarkan kurang lebih US$ 100 milyar untuk konsultasi dan pelatihan manajemen yang ditujukan untuk menciptakan strategi yang brilian. Dengan demikian, manajemen stratejik tidak hanya mencakup proses formulasi saja, namun juga proses implementasinya. Secara prinsipil, setiap model manajemen stratejik pasti melibatkan adanya sasaran stratejik (baik dalam bentuk visi, misi, objective, maupun goal), formulasi strategi, implementasi strategi, serta pengendalian kinerja. Sebuah manajemen yang baik, haruslah memiliki kemampuan untuk memformulasikan strategi yang baik, sekaligus juga dapat mengimplementasikannya. Beberapa model dikembangkan untuk membantu perusahaan untuk dapat memformulasikan sekaligus mengimplementasikan strateginya. 3. Stategi Manajemen Menurut Fred R. David (2004:5), Manajemen Strategik adalah ilmu mengenai perumusan, pelaksanaan dan evaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Menurut Husein Umar (1999:86), Manajemen strategik sebagai suatu seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan- keputusan startegis antara fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya pada masa mendatang. Lawrence R. Jauch dan Wiliam F. Gluech (Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, 1998), menulis, Manajemen Strategik adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Wheelan dan Hunger (Strategic Manajemen and Business Policy Massachuset, 1995): Manajemen strategic adalah suatu kesatuan rangkaian keputusan dan tindakan yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. 4. Karakterstik, Konsep dan Prisnisp Manajemen Strategi a. Karakteristik Manajemen strategis ini sungguh berbeda dengan lainnya dimana manajemen strategi ini senantiasa menyikapi dinamika terjadinya suatu perubahan lingkungan sehingga bisa mempengaruhi terhadap implementasi manajemen itu sendiri serta berupaya untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan dengan sejalan pada hal tersebut maka berikut ini akan ditunjukkan karakteristik manajemen strategik: 1) Manajemen strategik bersifat jangka panjang, 2) Manajemen strategik bersifat dinamik 3) Manajemen strategik merupakan sesuatu yang berpadu oleh manajemen operasional, 4) Manajemen strategik perlu dimotori oleh unsur-unsur pada manajer tingkat puncak, 5) Manajemen strategik berorientasi dan mendekati untuk masa depan. 6) Manajemen strategik senantiasa harus didorong dan didukung dalam pelaksanaannya oleh semua sumber daya ekonomi yang tersedia. Untuk menghadapi era globalisasi ekonomi maka kegiatan dalam berusaha bukan saja dibatasi oleh lingkup batas negara nasional sehingga untuk tingkat perubahan lingkungan serta dinamika yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi manajemen dan kehidupan pekerjaan kemudian dengan sendirinya para pemimpin perusahaan harus dapat menyikapinya dengan melakukan penyesuaian yang penuh kebijakan. Maka seharusnya setiap pemimpin dalam perusahaan akan melaksanakan manajemen strategik bagi perusahaannya b. Konsep Manajemen Strategi Manajemen strategi membicarakan gambaran besar, inti dan manajemen strategi adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada dapat digunakan secara efektif untuk memenuhi tujuan strategi. Membahas konsep manajemen strategi berarti membicarakan hubungan antara organisasi/perusahaan dengan lingkungannya, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Makna konsep manajemen strategi terbagi ke dalam dua bagian penting yakni menghubungkan fungsi perencanaan dengan sistem administrasi dan struktur organisasi, serta strategi dan implementasi yang merupakan satu kesatuan yang menggambarkan tugas manajerial di semua tingkat dan lini organisasi/perusahaan. c. Prinsip Manajemen Strategi Proses manajemen strategi melalui penilaian terus-menerus dan pemutakhiran. Meskipun elemen dari model manajemen strategi dasar jarang berubah, penekanan relatif yang diterima setiap elemen akan bervariasi dengan pengambil keputusan yang menggunakan model tersebut dan dengan lingkungan organisasi/perusahaannya. Manajemen strategi merupakan proses penetapan tujuan organisasi/perusahaan. Manajemen strategi mengombinasikan aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Kerangka kerja yang sesuai dengan perkembangan global dan teknologi secara cepat akan membantu pimpinan dalam mengadaptasi akibat yang timbul dari perkembangan tersebut pada perusahaan/organisasi, pasar dan industrinya. Manajemen strategi menjelaskan proses pengambilan keputusan dalam suatu dinamika perusahaan/organisasi, melakukan analisis lingkungan strategis, penerapan tahapan manajemen strategi (formulasi, implementasi, pengendalian dan evaluasi strategis). Dalam melakukan formulasi strategi, diawali dengan mengidentifikasi isu strategis, merumuskan visi, misi, nilai dan proses penyusunannya, mampu mengimplementasikan strategi dan implementasi operasional. Dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi strategi dilakukan secara bertahap, disertai dengan penyempurnaan rencana strategis dan melakukan strategi bersaing untuk meraih keunggulan kompetitif. 5. Analisis dan Intuisi Sebagai suatu cabang ilmu, manajemen strategik dijelaskan sebagai suatu pendekatan yang objektif, logis dan sistematik untuk membuat keputusan organisasi. Namun, penerapan manajemen strategik juga merupakan suatu seni, tidak murni sains, karena dlm pembuatan keputusan juga memerlukan intuisi dalam membuat keputusan strategik yang tepat. Penggunaan intuisi akan semakin efektif ketika pengambilan keputusan: a. dilakukan dalam ketidakpastian yang tinggi atau pengalaman masa lampau yang sedikit. b. dilakukan atas sejumlah alternatif yang berasal dari perencanaan yang metodologis. Peranan intuisi dalam manajemen strategik bukanlah suatu substitusi atas fungsi analisis melainkan keduanya bersifat komplementer, saling melengkapi. Penggunaan satu pendekatan tidak meniadakan pendekatan lainnya. Namun, seringkali proses intuitif lebih dikedepankan dan perencanaan analitis diabaikan. Dua pendapat menekankan pentingnya kolaborasi kedua pendekatan yang pada intinya adalah sebagai berikut: 1) Drucker mengemukakan pentingnya proses konfirmasi intuisi (dugaan/firasat) diperjumpakan dengan fakta-fakta yang sesungguhnya. 2) Henderson mengemukakan, meskipun pengambilan keputusan dengan intuisi lebih efektif bila perubahan variabel bisnis tidak signifikan, itu sangat tidak memadai bila keputusan bersifat strategik dan memiliki dampak yang signifikan & tidak dapat diubah. 6. Perubahan Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi harus terus memantau peristiwa dan tren internal dan eksternal sehingga perubahan tepat waktu dapat dibuat sesuai kebutuhan. Tingkat dan besarnya perubahan yang memengaruhi organisasi meningkat secara dramatis sebagaimana dibuktikan bagaimana resesi ekonomi global mengejutkan banyak perusahaan. Perusahaan, seperti organisme, harus "mahir beradaptasi" atau mereka tidak akan bertahan. Kebangkrutan dan default perusahaan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2009 dari tahun 2008 yang sudah buruk. Semua industri sangat terpukul, terutama ritel, bahan kimia, otomotif, dan keuangan. Ketika pemberi pinjaman memperketat pembatasan pada peminjam, ribuan perusahaan tidak dapat menghindari kebangkrutan. Bahkan ekonomi Cina, Jepang, dan Korea Selatan terhenti karena permintaan barang-barang mereka dari Amerika Serikat dan Eropa mengering. Pertumbuhan tahunan Tiongkok melambat dari 13 persen pada 2007 menjadi 9 persen pada 2008 dan kemudian 5 persen pada 2009. Indeks kepercayaan konsumen jatuh di seluruh dunia seperti halnya harga perumahan. Sembilan dari 10 saham di S&P 1500 kehilangan nilai pada 2008. Indeks komposit Nasdaq turun 40,5 persen pada 2008, tahun terburuk yang pernah ada. Saham S&P 500 kehilangan 38,5 persen dari nilainya pada 2008, tahun terburuk sejak 1937. Dow Jones Industrial Average kehilangan 33,8 persen nilainya pada 2008, kerugian terburuk sejak 1931 karena pemegang saham kehilangan kekayaan 6,8 triliun dolar. Hanya tiga saham S&P 500 yang naik pada 2008: Family Dollar naik 38 persen, menjadikannya pemain terbaik di S&P 500; Toko Wal-Mart naik 18 persen; dan McDonald naik hampir 6 persen. Penurunan terbesar pada Dow pada 2008 adalah GM, yang sahamnya jatuh 87 persen. Citigroup kehilangan 77 persen dari nilai sahamnya di tahun 2008. Bahkan General Electric kehilangan 56 persen dari nilainya. Fannie Mae dan Freddie Mac masing-masing turun 98 persen seperti halnya Fleetwood Enterprises, yang membuat kendaraan rekreasi. Dan kerugian juga luas di seluruh dunia. Misalnya, Indeks Eropa / Pasifik Vanguard, terdiri dari perusahaan-perusahaan saham berdasarkan itu benua, turun 43 persen pada 2008. Untuk bertahan, semua organisasi harus mengidentifikasi dan beradaptasi dengan perubahan. Proses manajemen strategis ditujukan untuk memungkinkan organisasi beradaptasi secara efektif terhadap perubahan dalam jangka panjang. Seperti yang dicatat oleh Waterman: “Dalam lingkungan bisnis saat ini, lebih dari pada era sebelumnya, satu-satunya yang konstan adalah perubahan. Organisasi yang berhasil secara efektif mengelola perubahan, secara terus-menerus mengadaptasi birokrasi, strategi, sistem, produk, dan budaya mereka untuk bertahan dari guncangan dan menjadi makmur dari kekuatan yang menghancurkan kompetisi.” E-commerce dan globalisasi adalah perubahan eksternal yang mengubah bisnis dan masyarakat saat ini. Pada peta politik, batas-batas antara negara mungkin jelas, tetapi pada peta kompetitif yang menunjukkan aliran nyata aktivitas keuangan dan industri, batas-batas tersebut sebagian besar telah menghilang. Aliran informasi yang cepat telah menggerogoti batas-batas nasional sehingga orang-orang di seluruh dunia siap melihat sendiri bagaimana orang lain hidup dan bekerja. Kita telah menjadi dunia tanpa batas dengan warga global, pesaing global, pelanggan global, pemasok global, dan distributor global! Perusahaan A.S. ditantang oleh perusahaan pesaing besar di banyak industri. Mengatakan perusahaan AS ditantang dalam industri otomotif adalah pernyataan yang meremehkan. Tetapi situasi ini benar di banyak industri. Kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan membawa organisasi ke pertanyaan strategis-manajemen kunci, seperti "Bisnis seperti apa kita seharusnya?" "Apakah kita berada di bidang yang benar?" "Haruskah kita membentuk kembali bisnis kita?" "Apa pesaing baru yang memasuki industri kita?" "Strategi apa yang harus kita kejar?" "Bagaimana pelanggan kami berubah?" "Apakah teknologi baru sedang dikembangkan yang bisa membuat kita keluar dari bisnis?" 7. Macam-macam Strategi a. Strategi Generik 1) Strategi Generik dari Wheelen dan Hunger (2003) Untuk menjelaskan tentang strategi, Wheelen dan Hunger (2003:35) menggunakan konsep dari General Electric. General Electric menyatakan bahwa pada prinsipnya strategi generik dibagi atas tiga macam, yaitu: a) Strategi Stabillitas (stability). Pada prinsipnya strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan lain karena perusahaan berusaha untuk meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini resikonya relatif rendah dan biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada posisi kedewasaan (mature). b) Strategi Ekspansi (expansion). Strategi ini menekankan pada penambahan atau perluasan produk, pasar dan fungsi-fungsi perusahaan lainnya, sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini juga mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil. c) Strategi Penciutan (retrenchment). Pada prinsipnya strategi ini dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas produk yang dihasilkan atau pengurangan atas pasar maupun fungsi-fungsi dalam perusahaan, khususnya yang mempunyai cash flow negative. Strategi ini biasanya diterapkan pada bisnis yang 15 berada pada tahap menurun (decline). Penciutan ini dapat terjadi karena sumber daya yang perlu diciutkan itu lebih baik dikerahkan, misalnya untuk usaha lain yang sedang berkembang. 2) Strategi Generik dari Fred R. David (2002) Menurut David (2002:17), pada prinsipnya strategi generik dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: a. a. Strategi Integrasi Vertikal (integration vertical strategy). Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan atau para pesaingnya, misalnya melalui merger, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri. b. Strategi Intensif (intensive strategy). Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada. c. Strategi Diversifikasi (diversification strategy). Strategi ini dimaksudkan untuk untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini kurang populer, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-beda. d. Strategi Bertahan (defensive strategy). Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada ujungnya akan membawa perusahaan pada kebangkrutan. b. Strategi Utama (Grand Strategy) Strategi Utama dari Wheelen dan Hunger Jabaran strategi utama dari strategi generik versi Wheelen-Hunger (2003:35) yang menggunakan konsep dari GE sebagai berikut: 1) Kelompok Strategi Pertumbuhan Strategi generik pertumbuhan memiliki dua strategi utama. Setiap jenis strategi utamanya masing-masing terdiri atas dua macam, yaitu strategi pertumbuhan konsentrasi dan strategi pertumbuhan diservikasi. a) Strategi Pertumbuhan Konsentrasi. Merupakan strategi di mana perusahaan berkonsentrasi dan bertumbuh kembang pada semua atau hampir semua sumber daya yang sejenis. Strategi ini memiliki dua cara, yaitu: Horizontal. Dari sisi internal, hendaknya segmen pasar diperluas untuk mengurangi potensi persaingan, sehingga skala ekonomi menjadi lebih besar. Dari sisi eksternal, perusahaan dapat melakukan akuisisi atau joint-venture dengan perusahaan lain pada industri yang sama. Vertikal. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara mengambil alih fungsi yang sebelumnya disediakan oleh pemasok (backward integration) atau distributor (forward integration). Dengan kata lain, terdapat satu atau lebih bisnis yang selama ini disediakan oleh perusahaan lain. Pada kedua strategi ini dapat dilakukan pendekatan internal dan eksternal. Pendekatan internal adalah dengan cara mengembangkan anak perusahaan yang baru untuk memasok bahan baku dan bahan setengah jadi untuk kebutuhan produk maupun jasa. Pendekatan eksternal adalah dengan cara membeli perusahaan baru baik dengan cara akuisisi, merger, ataupun jointventure yang bertujuan memasok kebutuhan barang untuk bisnis pelanggan mereka. b) Strategi Pertumbuhan Diversifikasi. Strategi ini menuntut perusahaan untuk tumbuh dengan cara menambahkan produk atau divisi yang berbeda dengan produk atau divisi yang telah ada. Strategi ini terdiri dari dua cara, yaitu terpusat (konsentrasi) atau konglomerasi baik secara internal maupun eksternal. Jika dilaksanakan dengan cara internal, hal ini dapat dilakukan melalui perkembangan produk baru. Tetapi jika denga cara eksternal dilakukan dengan cara akuisisi. Sasaran dan pertumbuhan produk untuk menjaga pangsa pasar, mengurangi persaingan, menekan biaya dan meningkatkan keuntungan. Strategi pertumbuhan ini dibagi menjadi dua cara, yaitu: 1) Terpusat. Melakukan penambahan produk atau divisi yang sudah ada pada perusahaan sebelumnya, dilakukan dengan cara yang masih sama dengan produk atau jasa yang sudah ada. 2) Konglomerasi. Melakukan penambahan produk atau divisi yang tidak ada hubungannya dengan lini produk atau jasa yang telah dimiliki sebelumnya. 2) Kelompok Strategi Stabilitas (Stability) Strategi generik stabilitas adalah strategi yang paling sesuai bagi perusahaan yang berhasil pada industri dengan daya tarik industri medium. Ada empat bentuk strategi utamanya, yaitu: a) Strategi Istirahat (Pause Strategy). Strategi ini tepat dilakukan sebagai strategi sementara agar perusahaan dapat mengkonsolidasikan sumber daya yang ada setelah menghadapi pertumbuhan cepat. b) Strategi Waspada (Proceed with Caution Strategy). Perusahaan tetap menjalankan usahanya dengan hati-hati karena adanya faktor-faktor penting yang berubah pada lingkungan eksternal, seperti peraturan dari pemerintah. c) Strategi Tanpa Perubahan (No Change Strategy). Pada strategi ini perusahaan tidak perlu melakukan perubahanperubahan yang berarti. Di sini perusahaan tetap melakukan usaha-usaha yang sedang dijalankan, dan hanya melakukan sedikit penyesuaian misalnya karena terjadi inflasi. d) Strategi Laba (Profit Strategy). Strategi ini lebih mengutamakan keuntungan saat ini walau memiliki resiko besar dengan mengorbankan pertumbuhan masa depan. Hasilnya sering kali adalah kesuksesan jangka panjang. 3) Kelompok Strategi Penciutan (Retrenchment) Strategi generik ini bertujuan untuk melakukan penghematan atau penciutan bila suatu perusahaan memiliki posisi bersaing yang lemah dibandingkan dengan daya tarik industrinya. Sesungguhnya, strategi ini tidak banyak dipakai oleh perusahaan karene seolah-olah perusahaan memperlihatkan kegagalan dalam berusaha. Ada empat bentuk strategi utama untuk strategi generik ini, yaitu: a) Strategi Turnaround. Strategi ini dianjurkan untuk digunakan pada saat daya tarik industri sedang tinggi walaupun perusahaan sebenarnya mengalami kesulitan, namun belum kritis. Strategi ini menekankan pada upaya perbaikan efisiensi operasional. b) Strategi Captive Company. Pada strategi ini, beberapa aktivitas dari bagian tertentu yang kurang menarik perlu dikurangi, kemudian diusahakan agar fungsifungsi lain menjadi lebih menarik. Dengan demikian diharapkan ada calon investor mau menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut. c) Strategi Sell Out/Divestment. Jika perusahaan tidak lagi mampu melakukan strategi captive company, perusahaan terpaksa harus dijual dan investor segera meninggalkan bisnis seperti ini, asalkan saham-saham perusahaan yang akan dijual tidak jatuh, sehingga tidak merugikan para pemegang saham. Jika perusahaan memiliki banyak bidang usaha, maka divisi yang merugikan sebaiknya ditutupkarena bidang usaha seperti ini tergolong divestasi (divestment). d) Strategi Bankruptcy. Strategi Bankruptcy (pailit) dapat membantu perusahaan menghindar dari tanggung jawab atas hutang-hutang dan juga dapat menyatakan tidak berlakunya kontrak-kontrak yang telah disetujuai. e) Strategi Liquidation. Strategi terakhir yang dapat dilakukan oleh manajemen karena perusahaan sudah relatif tidak mempunyai prospek lagi. Prinsipnya, lebih baik melakukan likuidasi secepatnya daripada menunggu kebangkrutan, karena bagi pemegang saham, harga saham likuidasi jauh lebih baik daripada saham perusahaan yang telah dinyatakan bangkrut. Untuk memilih strategi utama berdasarkan pendekatan Wheelen-Hunger (2003) ini, dapat digunakan suatu matrik yang diciptakan oleh perusahaan General Electric (GE), yang disebut matriks GE sebagai berikut: (Umar, 2003:283) Kuat Tinggi 1. Pertumbuhan - Konsentrasi via integrasi vertika Biasa 2. Pertumbuhan - Konsentrasi via integrasi horisontal Lemah 3. Pengurangan - Turnaround Sedang Stabilitas Tumbuh Pengurangan - Istirahat - Konsentrasi via integrasi Captive Company - Hati-hati Horizontal Stabilitas Selling out - Tidak Berubah - Profit Rendah Pertumbuhan Pertumbuhan Pengurangan - Diversifikasi - Diversifikasi - Bankruptcy konsentral - Konglomerasi - Liquidation Sumber: (Umar, 2003) Sel-sel dari matrik yang terbentuk akan diisi oleh macam-macam strategi utama yang dianggap paling tepat untuk diiimplementasikan oleh perusahaan terhadap keadaan produk mereka. c. Strategi Fungsional Strategi ini memfokuskan perhatiannya pada pemanfaatan atau maksimalisasi sumber daya secara produktif. Strategi ini lebih bersifat operasional karena disusun dan dikembangkan oleh para manajer di masing-masing departemen, misalnya berdasarkan analisis, departemen pemasaran perlu melakukan promosi sebagai kiat untuk memasuki pasar produk di daerah tertentu. Keputusan ini merupakan strategi pada peringkat fungsional dalam rangka mengembangkan pemasaran produk perusahaan. Strategi fungsional yang lain bisa dilakukan di bidang produksi, misalnya dengan mengembangkan sistem produksi baru sehingga produk dapat dihasilkan secara lebih efisien. Efisiensi biaya ini akan berpengaruh terhadap besarnya harga pokok produk yang akan dijual. Contoh dari strategi fungsional di bidang keuangan adalah bagaimana mencari sumber dana dari luar perusahaan. Strategi fungsional lainnya meliputi strategi fungsional di bidang sumber daya manusia serta strategi fungsional di bidang penelitian dan pengembangan. Berbagai langkah yang ditempuh para manajer pada tingkat departemen ini hendaknya dalam kerangka pemikiran yang bersifat strategis. Keputusan yang diambil lebih bersifat komprehensif dengan mempertimbangkan dampaknya, baik bagi kepentingan intern departemen maupun kepentingan yang terkait dengan departemen lain. Oleh karena itu, strategi fungsional ini bisa dilakukan melalui kerja sama antardepartemen dalam rangka merumuskan suatu strategi fungsional secara terpadu. Ketiga level strategi tersebut (korporat, bisnis, dan fungsional) membangun suatu hierarki atau jenjang strategi dari suatu perusahaan skala besar. Antara jenjang strategi yang satu hendaknya terkait dengan jenjang strategi yang lain. Di samping itu, ketiga level tersebut harus terintegrasi sepenuhnya agar perusahaan berhasil mencapai tujuannya secara keseluruhan. Dalam perspektif pengembangan teori yang terkait dengan peringkat strategi ini, para peneliti telah mengarahkan pada level strategi yang lebih luas, yakni dengan adanya pengembangan konsep networking atau jejaring kerja. Proses globalisasi usaha, misalnya, menuntut adanya upaya untuk membangun jejaring kerja di antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Strategi pada level jejaring kerja, menurut Wit dan Meyer (2005), diperlukan ketika strategi yang diambil pada level fungsional, SBU, ataupun korporat belum mampu menjangkau kegiatan lintas perusahaan yang terjadi pada era globalisasi. Pada suatu perkembangan usaha, diperlukan titik perhatian yang lebih luas dan dilakukan dalam rangka menyelaraskan aktivitas bisnis perusahaan terkait dengan aktivitas perusahaan lain, baik yang bergerak pada bidang usaha yang sejenis maupun bidang usaha lainnya yang saling melengkapi. Pengelompokan berbagai aktivitas usaha memerlukan jaringan kerja di antara perusahaan-perusahaan untuk melakukan kolaborasi. Strategi yang dilakukan bisa mengarah pada strategi aliansi, joint venture (usaha patungan), dan berbagai strategi kemitraan yang lain. Jaringan kerja tersebut bisa mencakup puluhan atau ratusan hubungan dari para partisipan. Secara singkat, bisa dikatakan bahwa dari satu sisi, perusahaan secara keseluruhan menjadi bagian dari kelompok perusahaan yang bergerak pada suatu usaha tertentu. Di sisi lain, kemungkinan perusahaan tersebut hanya salah satu bagian jaringan kerja sama secara temporer dengan perusahaan lain. Ketika suatu strategi mulai dikembangkan oleh sekelompok perusahaan, pada saat tersebut peringkat strategi telah memasuki level strategi jejaring kerja (network level strategy). 8. STRATEGIST (Penanggung Jawab) Ahli strategi adalah individu yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi. Ahli strategi memiliki berbagai jabatan, seperti chief executive officer, presiden, pemilik, ketua dewan direksi, direktur eksekutif, kanselir, dekan, atau pengusaha. Jay Conger, profesor perilaku organisasi di London Business School dan penulis Building Leaders, mengatakan, “Semua ahli strategi harus menjadi chief learning officer. Kami berada dalam periode perubahan yang panjang. Jika para pemimpin kita tidak menjadi model yang sangat adaptif dan hebat selama periode ini, maka perusahaan kita juga tidak akan beradaptasi, karena pada akhirnya kepemimpinan adalah tentang menjadi teladan. " Ahli strategi membantu organisasi mengumpulkan, menganalisis, dan mengatur informasi. Mereka melacak tren industri dan kompetitif, mengembangkan model peramalan dan analisis skenario, mengevaluasi kinerja perusahaan dan divisi, melihat peluang pasar yang muncul, mengidentifikasi ancaman bisnis, dan mengembangkan rencana aksi kreatif. Perencana strategis biasanya melayani dalam peran dukungan atau staf. Biasanya ditemukan di tingkat manajemen yang lebih tinggi, mereka biasanya memiliki wewenang yang cukup besar untuk pengambilan keputusan di perusahaan. CEO adalah manajer strategis yang paling terlihat dan kritis. Setiap manajer yang memiliki tanggung jawab untuk unit atau divisi, tanggung jawab untuk hasil laba rugi, atau otoritas langsung atas bagian utama bisnis adalah manajer strategis (ahli strategi). Dalam lima tahun terakhir, posisi chief strategy officer (CSO) telah muncul sebagai tambahan baru untuk jajaran manajemen puncak dari banyak organisasi, termasuk Sun Microsystems, Network Associates, Clarus, Lante, Marimba, Sapient, Commerce One, BBDO, Cadbury Schweppes, General Motors, Ellie Mae, Cendant, Charles Schwab, Tyco, Campbell Soup, Morgan Stanley, dan Reed-Elsevier. Pejabat perusahaan baru ini mewakili pengakuan akan pentingnya perencanaan strategis yang semakin berkembang di dunia bisnis. Ahli strategi berbeda sama seperti organisasi itu sendiri, dan perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi strategi. Beberapa ahli strategi tidak akan mempertimbangkan beberapa jenis strategi karena filosofi pribadi mereka. Ahli strategi berbeda dalam sikap, nilai, etika, kesediaan untuk mengambil risiko, kepedulian terhadap tanggung jawab sosial, kepedulian terhadap profitabilitas, kepedulian terhadap tujuan jangka pendek versus jangka panjang, dan gaya manajemen. Pendiri Makanan Hershey, Milton Hershey, membangun perusahaan untuk mengelola panti asuhan. Dari keuntungan korporat, Hershey Foods hari ini merawat lebih dari seribu anak lelaki dan perempuan di School for Orphans 9. Strategic Busines Unit (SBU) Unit bisnis strategis (SBU) adalah subunit organisasi yang bertindak seperti bisnis mandiri dalam banyak hal, termasuk perumusan rencana strategisnya sendiri dan strategi pemasarannya sendiri. SBU dapat membagikan identitas perusahaan induknya atau mengembangkan identitas mereknya sendiri, tergantung pada derajat kebebasan yang diizinkan untuk manajemen divisi. Satu strategi yang cocok untuk semua pendekatan akan tidak memadai dalam organisasi besar dan beragam dan perusahaan multinasional. Membagi operasi korporasi ke dalam SBU meningkatkan efisiensi dan fokus pasar dan secara efisien mengatur portofolio bisnis secara luas perusahaan yang terdiversifikasi. SBU ditemukan sebagai bentuk yang layak dari pengelompokan organisasi karena mereka memastikan bahwa produk dan lini produk diberi fokus khusus, seolah-olah mereka dikembangkan dan dipasarkan oleh perusahaan independen. Produk-produk dengan volume penjualan yang lebih kecil dan margin keuntungan dari perusahaan berkinerja terbaik akan tetap dipelihara dan dipromosikan oleh SBU-nya. Divisi ini akan fokus pada sektor pasar yang mungkin kecil dibandingkan tetapi masih merupakan ceruk pasar yang menguntungkan. SBU digerakkan oleh misinya sendiri, yang akan independen dari misi perusahaan induk dan SBU lain dalam organisasi. Ini akan beroperasi dalam ruang pasar kompetitif yang terpisah dari divisi lain di perusahaan. SBU biasanya akan menyiapkan rencana keuangan, strategis, pemasaran, dan penjualan mereka sendiri. Sumber daya di area operasi utama, seperti sumber daya manusia, pengadaan dan alih daya, dikelola oleh SBU. Keuntungan beroperasi melalui SBU adalah akan menciptakan struktur manajemen yang berfokus secara strategis dan tidak terganggu oleh portofolio produk korporasi yang lebih luas. Tindakan strategis disesuaikan dengan operasi yang lebih kecil yang meningkatkan efisiensi, spesialisasi, dan relevansi. Dari sudut pandang sumber daya manusia, hal itu membuat tugas penilaian kinerja manajerial lebih jelas dan lebih objektif. SBU akan dapat membagi sumber daya perusahaan ke produk pada tahap awal siklus hidup mereka, ketika keuntungan rendah dan potensi pertumbuhan tinggi. Perusahaan mungkin mengalami beberapa kerugian ketika mengatur divisi mereka melalui struktur SBU. Beberapa SBU dapat dibuat untuk kenyamanan administrasi, seperti manajemen biaya, tanpa misi dan visi yang terpisah. Dalam kasus seperti itu, SBU cenderung kurangkemampuan untuk mengembangkan pasar mereka sendiri. Unit yang terpisah dapat membuat lapisan tambahan manajemen puncak, yang mahal dan sulit dikelola. SBU memerlukan koordinasi dari kantor pusat untuk menyelaraskan dengan tujuan keseluruhan kelompok. Hasil terbaik untuk perumusan strategi untuk unit bisnis diperoleh di perusahaan dengan pendekatan kolaboratif. 10. Kebijakan Kebijakan adalah sarana untuk mencapai tujuan tahunan. Kebijakan mencakup pedoman, aturan, dan prosedur yang ditetapkan untuk mendukung upaya mencapai tujuan yang dinyatakan. Kebijakan adalah panduan untuk pengambilan keputusan dan mengatasi situasi yang berulang atau berulang. Kebijakan paling sering dinyatakan dalam hal manajemen, pemasaran, keuangan / akuntansi, produksi / operasi, penelitian dan pengembangan, dan kegiatan sistem informasi komputer. Kebijakan dapat dibuat di tingkat perusahaan dan berlaku untuk seluruh organisasi di tingkat divisi dan berlaku untuk satu divisi, atau di tingkat fungsional dan berlaku untuk kegiatan operasional atau departemen tertentu. Kebijakan, seperti tujuan tahunan, sangat penting dalam implementasi strategi karena mereka menguraikan harapan organisasi terhadap karyawan dan manajernya. Kebijakan memungkinkan konsistensi dan koordinasi di dalam dan di antara departemen organisasi. Penelitian substansial menunjukkan bahwa tenaga kerja yang lebih sehat dapat lebih efektif dan efisien menerapkan strategi. Merokok telah menjadi beban berat bagi sistem kesejahteraan sosial yang dikelola pemerintah di Eropa, dengan penyakit yang berkaitan dengan rokok menelan biaya lebih dari $ 100 miliar pertahun. Merokok juga merupakan beban besar bagi perusahaan di seluruh dunia, sehingga perusahaan terus menerapkan kebijakan untuk mengurangi merokok. Komponen-Komponen Dalam Bisnis 11. STRATEGIC MANAGEMENT MODEL (Fred R. David) Proses manajemen strategis dapat dipelajari dan diterapkan dengan menggunakan model. Setiap model mewakili semacam proses. Kerangka kerja yang diilustrasikan dalam Gambar diatas adalah model komprehensif dari proses manajemen strategis. Model ini tidak menjamin kesuksesan, tetapi itu mewakili pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan, menerapkan, dan mengevaluasi strategi. Hubungan antara komponen utama proses manajemen strategis ditunjukkan dalam model. Ini Ada tiga pertanyaan penting yang harus dijawab dalam mengembangkan rencana strategis: Dimana kita sekarang? Kemana kita ingin pergi? Bagaimana kita akan sampai di sana? Mengidentifikasi visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi yang ada adalah titik awal yang logis untuk manajemen strategis karena situasi dan kondisi perusahaan saat ini dapat menghalangi strategi tertentu dan bahkan mungkin menentukan tindakan tertentu. Setiap organisasi memiliki visi, misi, tujuan, dan strategi, bahkan jika elemenelemen ini tidak dirancang, ditulis, atau dikomunikasikan secara sadar. Jawaban ke mana arah suatu organisasi dapat sebagian besar ditentukan oleh di mana organisasi itu berada! Proses manajemen strategis adalah dinamis dan berkelanjutan. Perubahan pada salah satu komponen utama dalam model dapat mengharuskan perubahan pada salah satu atau semua komponen lainnya. Misalnya, perubahan dalam ekonomi dapat mewakili peluang besar dan membutuhkan perubahan dalam tujuan dan strategi jangka panjang; kegagalan untuk mencapai tujuan tahunan dapat membutuhkan perubahan kebijakan; atau perubahan pesaing utama dalam strategi dapat memerlukan perubahan dalam misi perusahaan. Oleh karena itu, perumusan strategi, implementasi, dan kegiatan evaluasi harus dilakukan secara berkelanjutan, tidak hanya pada akhir tahun atau setiap semester. Proses manajemen strategis tidak pernah benar-benar berakhir. Catat dalam model manajemen strategis bahwa etika bisnis / tanggung jawab sosial/masalah kelestarian lingkungan memengaruhi semua kegiatan dalam model. Selain itu, catat dalam model bahwa masalah global / internasional juga memengaruhi hampir semua keputusan strategis saat ini, bahkan untuk perusahaan kecil. Proses manajemen strategis tidak terbagi dengan rapi dan dilakukan dalam praktik sebagaimana disarankan oleh model manajemen strategis. Ahli strategi tidak melalui proses dengan cara berbaris. Secara umum, ada saling memberi dan menerima di antara tingkat hierarki organisasi. Banyak organisasi setiap tahun melakukan pertemuan formal untuk membahas dan memperbarui visi / misi perusahaan, peluang / ancaman, kekuatan / kelemahan, strategi, tujuan, kebijakan, dan kinerja. Pertemuan-pertemuan ini biasanya diadakan di luar gedung dan disebut retret. Alasan untuk melakukan pertemuan manajemen strategis secara berkala dari lokasi kerja adalah untuk mendorong lebih banyak kreativitas dan keterbukaan dari para peserta. Komunikasi dan umpan balik yang baik diperlukan selama proses manajemen strategis. Penerapan proses manajemen strategis biasanya lebih formal di organisasi yang lebih besar dan mapan. Formalitas mengacu pada sejauh mana peserta, tanggung jawab, wewenang, tugas, dan pendekatan ditentukan. Bisnis kecil cenderung kurang formal. Perusahaan yang bersaing dalam lingkungan yang kompleks dan cepat berubah, seperti perusahaan teknologi, cenderung lebih formal dalam perencanaan strategis. Perusahaan yang memiliki banyak divisi, produk, pasar, dan teknologi juga cenderung lebih formal dalam menerapkan konsep manajemen strategis. Formalitas yang lebih besar dalam menerapkan proses manajemen strategis biasanya secara positif terkait dengan biaya, kelengkapan, akurasi, dan keberhasilan perencanaan di semua jenis dan ukuran organisasi. 12. STRATEGY MANAGEMENT MODEL (Wheelen-Hunger) Penjabaran model manajemen strategi (Wheelen-Hunger) tersebut adalah sebagai berikut: a. Formulasi Strategi Formulasi strategi dilakukan atas dasar analisis lingkungan, baik internal maupun eksternal. Salah satu tools yang digunakan adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Perusahaan juga menentukan alasan keberadaan dirinya dalam bentuk mission statement. Setelah itu, perusahaan menentukan sasaran (objective) atau tujuan perusahaan yang terukur dan memiliki batasan waktu. Sasaran tersebut harus didasari oleh misi perusahaan. Untuk mencapai sasaran tersebut, perusahaan memformulasikan strateginya. Berbagai model formulasi strategi dapat digunakan di sini, termasuk juga model formulasi strategi dari de Kluyver (2006). Strategi tersebut dijabarkan lagi dalam bentuk kebijakan (policy) perusahaan. kebijakan merupakan penghubung antara strategi dengan implementasinya. Dalam kebijakan, dijabarkan secara lebih operasional, batasan-batasan serta langkah-langkah yang harus dilakukan oleh setiap pihak dalam organisasi, agar selaras dengan strategi yang dirumuskan. b. Implementasi Strategi Strategi dan kebijakan yang sudah dirumuskan di atas akan dilaksanakan dan diimplementasikan dalam bentuk inisiatif program. Dalam prosesnya, yang dilakukan adalah menyusun program, kemudian mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam bentuk budget, dan akhirnya program tersebut dijabarkan dalam bentuk Standard Operating Procedure (SOP). SOP tersebut dibuat agar program yang dicanangkan dapat dilaksanakan dalam operasional karena dibuat secara lebih detail. Program yang dicanangkan haruslah merupakan turunan dari strategi dan kebijakan perusahaan. Program tersebut merupakan rencana kerja jangka pendek yang tujuannya adalah menjalankan strategi atau rencana jangka panjang perusahaan. Anggaran yang disusun juga harus selaras dengan program kerja yang dicanangkan, sekaligus juga harus sesuai dengan strategi perusahaan. Tujuan dari dibuatnya anggaran adalah agar dapat mengalokasikan sumber daya perusahaan dalam bentuk uang agar lebih berfokus pada strategi yang diformulasikan perusahaan. Bila penyusunannya sudah dilandasi oleh strategi dan sudah diselaraskan dengan program kerja perusahaan, maka alokasi sumber daya tersebut akan lebih efektif dan terfokus. c. Evaluasi dan pengukuran kinerja Tahapan terakhir dari manajemen stratejik adalah evaluasi, pengukuran, dan pengendalian kinerja. Ini merupakan feedback bagi perusahaan apakah strategi yang sudah diimplementasikan sudah berjalan sesuai dengan rencana atau tidak. Lebih dari itu, pengukuran kinerja juga seharusnya dapat memberikan feedback kepada perusahaan, mengenai efektifitas dari strategi yang sudah diformulasikan. Proses pengukuran kinerja tersebut di atas merupakan proses pengukuran kinerja yang standard dilakukan oleh perusahaan. Hal terpenting pertama dalam proses tersebut di atas adalah menentukan apa saja yang akan diukur sebagai kinerja. Idealnya pengukuran tetap dikaitkan kepada strategi perusahaan. Beberapa pendekatan pengukuran dan pengendalian kinerja yang umum digunakan oleh perusahaan antara lain: 1) Budget (profit plan), yaitu pengukuran kinerja yang sangat umum dan paling tradisional digunakan oleh perusahaan. Penekanannya adalah performansi finansial. Hal yang direview pada pengukuran ini adalah variance performansi aktual dengan budget atau rencana. Kelemahannya adalah bahwa performansi finansial adalah merupakan lagging indicator, yaitu indikator yang menggambarkan masa lalu. Ini tidak bisa dijadikan dasar untuk memprediksi performansi di menggambarkan masa mendatang. strategi Selain perusahaan itu, budget juga secara jelas. tidak dapat Sering kali pembuatan budget tidak dikaitkan dengan strategi, sehingga pengukurannya yang didasari oleh budget, berarti tidak mengukur pencapaian strategi perusahaan. 2) Key Performance Indicator, yaitu pengukuran kinerja yang tidak hanya mempertimbangkan faktor finansial saja. Kaplan & Norton (2001) mengatakan bahwa sistem pengukuran kinerja ini sangat membantu bagi tim kerja apabila program stratejik sudah ada pada tingkatan di atasnya. Namun sistem ini dapat menjadi percuma apabila KPI yang dibentuk tidak dikaitkan dengan strategi perusahaan. Ini dapat menyebabkan misleading, di mana para karyawan tidak mencurahkan kekuatannya pada pekerjaan yang berkaitan dengan strategi perusahaan.. 3) Stakeholder (constitutent) scorecard, yaitu pengukuran kinerja yang terlihat seimbang melibatkan tiga stakeholder utama perusahaan yaitu shareholder, customer, dan karyawan. Scorecard ini kebanyakan menggunakan “kepuasan” sebagai pengukurannya, seperti kepuasan pelanggan dan kepuasan kerja karyawan. Kelemahannya adalah bahwa scorecard ini tidak menunjukkan bagaimana cara kepuasan tersebut dapat diraih. Scorecard ini tidak dapat mendeskripsikan strategi perusahaan, sehingga tidak cukup dijadikan dasar untuk membangun sebuah sistem manajemen (Kaplan & Norton, 2001). 4) Balanced Scorecard (BSC), merupakan sistem pengukuran kinerja yang mirip dengan stakeholder scorecard, karena melibatkan shareholder, customer, dan karyawan dengan menggunakan 4 perspektif, yaitu finansial (shareholder), customer, internal process, dan learning and growth. Perbedaannya adalah bahwa dengan BSC kita dapat melihat bagaimana cara suatu sasaran dapat dicapai. Strategi dapat dideskripsikan dengan jelas dengan menggunakan BSC. Pada mulanya, BSC digunakan hanya sebagai sistem pengukuran kinerja saja. Namun sesuai dengan perkembangan jaman, BSC digunakan sebagai sistem manajemen stratejik, yang digunakan selain untuk memformulasikan strategi (dengan menggunakan strategy maps), juga dapat digunakan dalam mengimplementasikan strategi yang diformulasikan tersebut. Dengan menggunakan balanced scorecard, strategi dapat lebih mudah dijabarkan dalam kegiatan operasional sehari-hari. 13. STRATEGIC MANAGEMENT MODEL (Glenn Baseman-Arvind Platak) Jika dibandingkan model dari Wheelen & Hunger, sebenarnya model dari Boseman & Phatak ini hampir sama. Namun, dalam proses awal, tidak disebutkan adanya penaksiran (assessment) terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi. Sebenarnya, penaksiran ini sama halnya dengan analisis terhadap situasi lingkungan. Taksiran tentang kekuatan dan kelemahan organisasi merupakan kesimpulan dari hasil analisis lingkungan internal. Dengan adanya pengukuran terhadap sumber daya yang dimiliki perubahan, akan bisa diketahui besar kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Ukuran kekuatan yang dimaksud di sini tidak hanya mencakup kemampuan di bidang keuangan, melainkan juga kekuatan di bidang sumber daya manusia, produksi, pemasaran, litbang, dan termasuk pula kekuatan struktur ataupun kultur perusahaan. Suatu kultur perusahaan yang kuat, misalnya, merupakan wahana yang ampuh bagi komitmen seluruh anggota organisasi terhadap strategi dan kebijakan perusahaan. Taksiran tentang peluang dan ancaman organisasi merupakan hasil kesimpulan dari analisis lingkungan eksternal. Misalnya, peluang untuk memasuki bisnis baru akan sangat tergantung sejauh mana perusahaan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang menjanjikan peluang tersebut. Tanpa adanya antisipasi lingkungan, tidak mungkin bisa ditemukan peluang tersebut, seperti halnya ketidakmampuan perusahaan untuk memahami ancaman dari luar perusahaan. Suatu perusahaan yang sudah mapan sering kali lalai dengan tugas antisipatif ini. Tanpa disadari, kemajuan pihak pesaing sudah semakin besar dan mampu berperan sebagai pemimpin pasar. Seperti halnya dengan pendapat Wheelen dan Hunger, setelah penaksiran tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan serta penaksiran tentang peluang dan ancaman yang dihadapi, misi organisasi dirumuskan. Namun, penempatan kebijakan dalam model Boseman dan Phatak tampaknya disejajarkan dengan filosofi organisasi pada kotak ketiga. Berarti kebijakan yang dibuat di sini lebih bersifat makro, mendahului langkah pemilihan strategi. Kebijakan seperti ini biasanya lebih banyak diterapkan dalam organisasi pemerintahan. Misalnya, garis-garis besar haluan negara (GBHN) pada hakikatnya merupakan kebijakan yang bersifat makro. Berdasarkan kebijakan makro tersebut, baru disusun strategi pembangunan melalui tahapan pembangunan lima tahunan. Dalam kerangka pemikiran Wheelen dan Hunger yang sama halnya dengan pemikiran Christensen, Andrew, ataupun Glueck, suatu kebijakan baru dibuat setelah suatu strategi dirumuskan. Suatu kebijakan merupakan pedoman yang diperlukan anggota organisasi dalam bertindak di kala menghadapi suatu situasi yang spesifik. Misalnya, untuk mengimplementasikan suatu strategi merger, haruslah dibuat suatu kebijakan di bidang keuangan. Dalam perubahan struktur perusahaan yang kini bergabung, sangat diperlukan suatu pedoman tentang bagaimana pengalokasian dana akan dilakukan. Demikian pula berdasarkan strategi baru, akan muncul pula kebijakankebijakan baru yang diperlukan. Proses penentuan tujuan strategis haruslah dipertimbangkan antara tujuan yang ingin dicapai dan filosofi perusahaan agar tujuan strategi yang dipilih memang sesuai dengan kondisi internal perusahaan. Tujuan strategis diperlukan agar para manajer memiliki standar hasil yang ingin dicapai oleh strategi tersebut. Tujuan strategis ini merupakan sasaran akhir yang diharapkan mampu digapai perusahaan sesuai dengan misi yang diembannya. Berdasarkan tujuan strategis tersebut, ditentukanlah strategi organisasi. Strategi organisasi meliputi strategi di tingkat sosietal, tingkat korporat, strategi unit bisnis, dan strategi fungsional. Strategi sosietal ini sehubungan dengan kepentingan di antara perusahaan dan lingkungan eksternalnya. Biasanya, pihak dewan komisaris yang akan memikirkan masalah strategi ini. Strategi korporat menjadi tanggung jawab pihak top manajemen, sedangkan strategi unit bisnis merupakan tanggung jawab pimpinan divisi perusahaan. Untuk tanggung jawab strategi fungsional, biasanya diserahkan kepada para manajer departemen. Selanjutnya, proses terakhir meliputi implementasi strategi organisasi dalam rangka pengoptimalan usaha pencapaian tujuan strategi organisasi. Proses strategi dan kebijakan bisnis ternyata mencakup tiga aspek penting, yakni pemikiran strategis, formasi strategis, dan aspek perubahan. Pemikiran strategis dalam proses tersebut tampak pada proses identifikasi permasalahan melalui analisis lingkungan yang dilakukan, mendiagnosis permasalahan tersebut, merumuskan permasalahan yang relevan, serta merealisasikannya ke dalam kegiatan implementatif sehingga solusi yang diinginkan bisa menjadi kenyataan. Aspek formasi strategi mencakup penentuan misi, pemahaman lingkungan eksternal dan lingkungan internal, penciptaan opsi dan pemilihan strategi, serta pengambilan langkah tindakan dan penilaian terhadap kinerja yang dihasilkan. Aspek perubahan strategi diperlukan agar perusahaan mampu menangkap peluang dan bisa menghadapi tantangan dengan berhasil. Perubahan yang dilakukan bisa terkait dengan sistem bisnis ataupun sistem organisasi perusahaan. Perubahan sistem bisnis berkenaan dengan cara perusahaan tersebut mengendalikan kegiatan bisnisnya melalui konfigurasi dari sumber daya, aktivitas meraih nilai tambah, serta bagaimana menawarkan produk atau jasa yang lebih bermanfaat bagi konsumen. Perubahan sistem organisasi mencakup perubahan struktur, proses, ataupun kultur organisasi. Berbagai perubahan yang dilakukan, di samping bermanfaat bagi keberlangsungan hidup perusahaan, juga meningkatkan pertumbuhan seiring dengan upaya perusahaan untuk memenangkan persaingan. 14. Visi Bisnis dan Pernyataan Misi Perusahaan Sementara bisnis harus terus beradaptasi dengan lingkungan kompetitifnya, ada cita-cita inti tertentu yang tetap relatif stabil dan memberikan panduan dalam proses pengambilan keputusan strategis. Cita-cita yang tidak berubah ini membentuk visi bisnis dan diekspresikan dalam pernyataan misi perusahaan. Dalam artikel tahun 1996 yang berjudul Membangun Visi Perusahaan Anda, James Collins dan Jerry Porras memberikan kerangka kerja untuk memahami visi bisnis dan mengartikulasikannya dalam pernyataan misi. Pernyataan misi mengomunikasikan ideologi inti dan tujuan visioner perusahaan, umumnya terdiri dari tiga komponen berikut: a. Nilai-nilai inti yang menjadi komitmen perusahaan b. Tujuan inti dari perusahaan c. Tujuan visioner yang akan dikejar perusahaan untuk memenuhi misinya Nilai-nilai inti dan tujuan perusahaan merupakan ideologi intinya dan tetap relatif konstan. Mereka tidak tergantung pada struktur industri dan siklus hidup produk. Ideologi inti tidak diciptakan dalam pernyataan misi, melainkan pernyataan misi hanyalah ekspresi dari apa yang sudah ada. Ungkapan spesifik dari ideologi dapat berubah seiring waktu, tetapi ideologi yang mendasarinya tetap konstan. 15. Komponen Dari Visi Bisnis a. Nilai Inti Nilai-nilai inti adalah beberapa nilai (tidak lebih dari lima atau lebih) yang penting bagi perusahaan. Nilai-nilai inti mencerminkan nilai-nilai yang dipegang teguh organisasi dan independen dari lingkungan industri saat ini dan mode manajemen. Salah satu cara untuk menentukan apakah suatu nilai adalah nilai inti untuk menanyakan apakah suatu nilai akan terus didukung jika keadaan berubah dan menyebabkannya dilihat sebagai liabilitas. Jika jawabannya adalah itu akan disimpan, maka itu adalah nilai inti. Cara lain untuk menentukan nilai mana yang merupakan inti adalah dengan membayangkan perusahaan bergerak ke industri yang sama sekali berbeda. Nilai-nilai yang akan dibawa ke dalam industri baru adalah nilai-nilai inti perusahaan. Nilai-nilai inti tidak akan berubah bahkan jika industri tempat perusahaan beroperasi berubah. Jika industri berubah sedemikian rupa sehingga nilai-nilai inti tidak dihargai, maka perusahaan harus mencari pasar baru di mana nilai-nilai intinya dipandang sebagai aset. Sebagai contoh, jika inovasi adalah nilai inti tetapi kemudian 10 tahun ke depan, inovasi tidak lagi dihargai oleh pelanggan saat ini, daripada mengubah nilainya, perusahaan harus mencari pasar baru di mana inovasi menguntungkan. Berikut ini adalah beberapa contoh nilai yang dipilih beberapa perusahaan untuk menjadi inti mereka: . layanan pelanggan yang sangat baik . teknologi perintis . kreativitas . integritas . tanggung jawab social b. Tujuan Inti Tujuan inti adalah alasan bahwa perusahaan itu ada. Tujuan inti ini diungkapkan dalam pernyataan misi yang dirumuskan dengan cermat. Seperti nilai-nilai inti, tujuan inti saya relatif tidak berubah dan bagi banyak perusahaan bertahan selama beberapa dekade atau bahkan berabad-abad. Tujuan ini membedakan perusahaan dari perusahaan lain di industrinya dan menentukan arah di mana perusahaan akan melanjutkan. Tujuan inti adalah alasan idealis untuk menjadi. Sementara perusahaan ada untuk mendapatkan laba, motif laba tidak boleh disorot dalam pernyataan misi karena memberikan sedikit arahan kepada karyawan perusahaan. Yang lebih penting adalah bagaimana perusahaan akan mendapatkan keuntungan karena "bagaimana" adalah apa yang mendefinisikan perusahaan. Upaya awal untuk menyatakan tujuan inti seringkali menghasilkan pernyataan yang terlalu spesifik yang berfokus pada produk atau layanan. Untuk mengisolasi tujuan inti, penting untuk bertanya 'mengapa "sebagai tanggapan atas pernyataan misi pertama yang berorientasi produk. Misalnya, jika sebuah perusahaan riset pasar awalnya menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk menyediakan data riset pasar kepada para pelanggannya, menanyakan 'mengapa "mengarah pada fakta bahwa data itu untuk membantu pelanggan lebih memahami pasar mereka. Terus bertanya 'mengapa "dapat mengarah pada wahyu bahwa tujuan inti perusahaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan mereka dengan membantu mereka untuk lebih memahami pasar mereka. Tujuan inti dan nilai-nilai perusahaan tidak dipilih - mereka ditemukan. Ideologi yang dinyatakan tidak boleh menjadi tujuan atau aspirasi, tetapi harus menggambarkan perusahaan sebagaimana adanya. Setiap upaya untuk menyatakan nilai yang belum dipegang oleh karyawan perusahaan kemungkinan tidak dianggap serius. c. Tujuan Visioner Sasaran visioner adalah tujuan mulia yang ingin dicapai oleh manajemen perusahaan. Visi ini menggambarkan beberapa tonggak yang akan dicapai perusahaan di masa depan dan mungkin membutuhkan satu dekade atau lebih untuk mencapainya. Berbeda dengan ideologi inti yang ditemukan perusahaan, tujuan visioner dipilih. Tujuan visioner ini bersifat jangka panjang dan lebih menantang daripada tujuan strategis atau taktis. Mungkin hanya ada 50% peluang untuk mewujudkan visi tersebut, tetapi perusahaan harus percaya bahwa itu dapat melakukannya. Collins dan Porras menggambarkan tujuan mulia ini sebagai "Sasaran Besar, Berbulu, dan Kuat." Sasaransasaran ini harus cukup menantang sehingga orang benar-benar siap ketika mereka mengetahuinya dan menyadari upaya yang diperlukan untuk mencapainya. Sebagian besar tujuan visioner termasuk dalam salah satu kategori berikut: 1) Target - sasaran kuantitatif atau kualitatif seperti target penjualan atau tujuan Ford untuk "mendemokratisasikan mobil." 2) Musuh bersama - berpusat pada menyalip perusahaan tertentu seperti tujuan Philip Morris pada tahun 1950 untuk menggantikan RJR. 3) Model peran - untuk menjadi seperti perusahaan lain di industri atau pasar yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah perusahaan aksesoris bersepeda mungkin berusaha untuk menjadi 'Nike industri bersepeda. " 4) Transformasi internal - terutama sesuai untuk perusahaan yang sangat besar. Misalnya, GE menetapkan tujuan menjadi nomor satu atau nomor dua di setiap pasar yang dilayaninya Sementara tujuan visioner mungkin memerlukan peregangan yang signifikan untuk dicapai, banyak perusahaan visioner telah berhasil mencapainya. Setelah tujuan seperti itu tercapai, itu perlu diganti, jika tidak, organisasi tidak akan terus berhasil. Sebagai contoh, Ford berhasil menempatkan mobil dalam jangkauan orang biasa, tetapi tidak mengganti tujuan ini dengan yang lebih baik dan General Motors menyusul Ford pada tahun 1 930-an. 16. Proses Perencanaan Strategi Dalam lingkungan bisnis yang sangat kompetitif saat ini, perencanaan yang berorientasi pada anggaran atau metode perencanaan berbasis ramalan tidak cukup bagi perusahaan besar untuk bertahan dan berkembang. Perusahaan harus terlibat dalam perencanaan strategis yang secara jelas mendefinisikan tujuan dan menilai situasi internal dan eksternal untuk merumuskan strategi, mengimplementasikan strategi, mengevaluasi kemajuan, dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk tetap berada di jalur. Pandangan yang disederhanakan dari proses perencanaan strategis ditunjukkan oleh diagram berikut: a. Misi dan Tujuan Pernyataan misi tersebut menggambarkan visi bisnis perusahaan, termasuk nilainilai dan tujuan perusahaan yang tidak berubah dan tujuan visioner berwawasan ke depan yang memandu pengejaran peluang masa depan. Dipandu oleh visi bisnis, para pemimpin perusahaan dapat menentukan tujuan keuangan dan strategis yang terukur. Tujuan keuangan melibatkan langkah-langkah seperti target penjualan dan pertumbuhan. Menuju tujuan yang terkait dengan posisi bisnis perusahaan, dan dapat mencakup langkah-langkah seperti pangsa pasar dan reputasi. b. Pemindaian Lingkungan Pemindaian lingkungan mencakup komponen-komponen berikut: 1) Analisis internal perusahaan 2) Analisis industri perusahaan (lingkungan tugas) 3) Lingkungan makro eksternal (analisis PEST), Analisis internal dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan dan analisis eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman. Profil kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dihasilkan melalui SWOT. Analisis industri dapat dilakukan menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh Michael Porter yang dikenal sebagai lima kekuatan Porter. Kerangka kerja ini mengevaluasi hambatan masuk, pemasok, pelanggan, produk pengganti, dan persaingan industri. c. Perumusan Strategi Mengingat informasi dari pemindaian lingkungan, perusahaan harus mencocokkan kekuatannya dengan peluang yang telah diidentifikasi, sambil mengatasi kelemahan dan ancaman eksternalnya. Untuk mencapai profitabilitas yang unggul, perusahaan berusaha untuk mengembangkan keunggulan kompetitif atas para pesaingnya. Keunggulan kompetitif dapat didasarkan pada biaya atau diferensiasi. Michael Porter mengidentifikasi tiga strategi generik independen-industri dari mana perusahaan dapat memilih. d. Implementasi strategi Strategi yang dipilih diimplementasikan melalui program, anggaran, dan prosedur. Implementasi melibatkan pengorganisasian sumber daya perusahaan dan motivasi staf untuk mencapai tujuan. Cara penerapan strategi dapat memiliki dampak signifikan pada apakah strategi itu akan berhasil. Dalam perusahaan besar, mereka yang menerapkan strategi kemungkinan akan berbeda dari mereka yang merumuskannya. Untuk alasan ini, harus diperhatikan untuk mengkomunikasikan strategi dan alasan di baliknya. Kalau tidak, implementasi mungkin tidak berhasil jika strategi disalahpahami atau jika manajer tingkat bawah menolak implementasi karena mereka tidak mengerti mengapa strategi tertentu dipilih. e. Evaluasi & Kontrol Implementasi strategi harus dipantau dan penyesuaian dilakukan sesuai kebutuhan. Evaluasi dan kontrol terdiri dari langkah-langkah berikut: 1) Tentukan parameter yang akan diukur 2) Tetapkan nilai target untuk parameter tersebut 3) Lakukan pengukuran 4) Bandingkan hasil yang diukur dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya 5) Buat perubahan yang diperlukan 17. Tingkat Strategi hirarkis Strategi dapat dirumuskan pada tiga tingkatan yang berbeda: Tingkat perusahaan Tingkat unit bisnis Tingkat fungsional atau departemen. Sementara strategi mungkin tentang bersaing dan bertahan sebagai perusahaan, orang dapat berargumen bahwa produk, bukan perusahaan bersaing, dan produk dikembangkan oleh unit bisnis. Peran korporasi selanjutnya adalah mengelola unit bisnis dan produknya sehingga masing-masing kompetitif dan sehingga masing-masing berkontribusi untuk tujuan perusahaan. Pertimbangkan Textron, Inc., sebuah perusahaan konglomerat sukses yang mengejar keuntungan melalui serangkaian bisnis di industri yang tidak terkait. Textron memiliki empat segmen bisnis inti: Pesawat - 32% dari pendapatan Otomotif - 25% dari pendapatan Industri - 39% dari pendapatan Keuangan - 4% dari pendapatan. Sementara perusahaan harus mengelola portofolio bisnisnya untuk tumbuh dan bertahan, keberhasilan perusahaan yang terdiversifikasi tergantung pada kemampuannya untuk mengelola setiap lini produknya. Meskipun tidak ada pesaing tunggal untuk Textron, kita dapat berbicara tentang pesaing dan strategi masing-masing unit bisnisnya. Di segmen bisnis keuangan, misalnya, saingan utamanya adalah bank-bank besar yang menyediakan pembiayaan komersial. Banyak manajer menganggap level bisnis sebagai fokus yang tepat untuk perencanaan strategis. a. Strategi Tingkat Perusahaan Strategi tingkat perusahaan pada dasarnya berkaitan dengan pemilihan bisnis di mana perusahaan harus bersaing dan dengan pengembangan dan koordinasi portofolio bisnis tersebut. Strategi tingkat korporasi berkaitan dengan: 1) Jangkauan - mendefinisikan masalah yang merupakan tanggung jawab perusahaan; ini mungkin termasuk mengidentifikasi tujuan keseluruhan korporasi, jenis bisnis di mana perusahaan harus dilibatkan, dan cara di mana bisnis akan diintegrasikan dan dikelola. 2) Kontak Kompetitif - menentukan di mana persaingan dalam perusahaan harus dilokalisasi. Ambil kasus asuransi: Pada pertengahan 1990-an, Aetna sebagai sebuah korporasi jelas diidentifikasi dengan produk asuransi kecelakaan komersial dan properti. Konglomerat Textron tidak. Bagi Textron, persaingan di pasar asuransi terjadi secara khusus di tingkat unit bisnis, melalui anak perusahaannya, Paul Revere. (Textron melepaskan diri dari The Paul Revere Corporation pada 1997.) 3) Mengelola Aktivitas dan Hubungan Bisnis - Strategi perusahaan berupaya mengembangkan sinergi dengan berbagi dan mengoordinasikan staf dan sumber daya lainnya di seluruh unit bisnis, menginvestasikan sumber daya keuangan di seluruh unit bisnis, dan menggunakan unit bisnis untuk melengkapi aktivitas bisnis perusahaan lainnya. Igor Ansoff memperkenalkan konsep sinergi dengan strategi perusahaan. 4) Praktik Manajemen - Perusahaan memutuskan bagaimana unit bisnis harus diatur: melalui intervensi perusahaan langsung (sentralisasi) atau melalui pemerintah otonom (desentralisasi) yang kurang lebih bergantung pada persuasi dan penghargaan. Perusahaan bertanggung jawab untuk menciptakan nilai melalui bisnis mereka. Mereka melakukannya dengan mengelola portofolio bisnis mereka, memastikan bahwa bisnis tersebut berhasil dalam jangka panjang, mengembangkan unit bisnis, dan kadangkadang memastikan bahwa setiap bisnis kompatibel dengan yang lain dalam portofolio. b. Strategi Tingkat Unit Bisnis Unit bisnis strategis dapat berupa divisi, lini produk, atau pusat laba lainnya yang dapat direncanakan secara independen dari unit bisnis lain perusahaan. Di tingkat unit bisnis, isu-isu strategis kurang tentang koordinasi unit operasi dan lebih banyak tentang pengembangan dan mempertahankan keunggulan kompetitif untuk barang dan jasa yang diproduksi. Di tingkat bisnis, fase perumusan strategi berkaitan dengan: 1) Memposisikan bisnis terhadap saingan mengantisipasi perubahan permintaan dan teknologi dan menyesuaikan strategi untuk mengakomodasi mereka 2) Mempengaruhi sifat persaingan melalui tindakan strategis seperti integrasi vertikal dan melalui tindakan politik seperti lobi. Michael Porter mengidentifikasi tiga strategi generik (kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus) yang dapat diimplementasikan pada tingkat unit bisnis untuk menciptakan keunggulan kompetitif dan mempertahankan diri terhadap dampak buruk dari lima kekuatan. c. Strategi Tingkat Fungsional Tingkat fungsional organisasi adalah tingkat divisi dan departemen operasi. Masalah strategis di tingkat fungsional terkait dengan proses bisnis dan rantai nilai. Strategi tingkat fungsional dalam pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya manusia, dan R&D melibatkan pengembangan dan koordinasi sumber daya yang melaluinya strategi tingkat unit bisnis dapat dijalankan secara efisien dan efektif. Unit fungsional organisasi terlibat dalam strategi tingkat yang lebih tinggi dengan memberikan masukan ke tingkat unit bisnis dan strategi tingkat perusahaan, seperti memberikan informasi tentang sumber daya dan kemampuan yang menjadi dasar strategi tingkat yang lebih tinggi. Setelah strategi tingkat yang lebih tinggi dikembangkan, unit-unit fungsional menerjemahkannya ke dalam rencana tindakan yang terpisah yang harus dicapai oleh setiap departemen atau divisi agar strategi tersebut berhasil. Lingkungan Eksternal Dan Internal Perusahaan 18. Strategi Generik Porter Jika penentu utama dari profitabilitas perusahaan adalah daya tarik industri di mana ia beroperasi, penentu sekunder yang penting adalah posisinya dalam industri tersebut. Meskipun suatu industri mungkin memiliki profitabilitas di bawah rata-rata, sebuah perusahaan yang diposisikan secara optimal dapat menghasilkan pengembalian yang superior. Sebuah perusahaan memposisikan dirinya dengan memanfaatkan kekuatannya. Michael Porter berpendapat bahwa kekuatan perusahaan pada akhirnya jatuh ke dalam salah satu dari dua judul: keunggulan biaya dan diferensiasi. Dengan menerapkan kekuatan-kekuatan ini dalam lingkup yang luas atau sempit, tiga strategi generik dihasilkan: kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus. Strategi-strategi ini diterapkan pada tingkat unit bisnis. Mereka disebut strategi generik karena mereka tidak bergantung pada perusahaan atau industri. Tabel berikut menggambarkan strategi generik Porter: a. Strategi Kepemimpinan Biaya Strategi generik ini menuntut untuk menjadi produsen berbiaya rendah dalam suatu industri untuk tingkat kualitas tertentu. Perusahaan menjual produknya dengan harga industri rata-rata untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi dari pesaing, atau di bawah harga industri rata-rata untuk mendapatkan pangsa pasar. Jika terjadi perang harga, perusahaan dapat mempertahankan beberapa profitabilitas sementara kompetisi menderita kerugian. Bahkan tanpa perang harga, ketika industri matang dan harga turun, perusahaan yang dapat memproduksi lebih murah akan tetap menguntungkan untuk periode waktu yang lebih lama. Strategi kepemimpinan biaya biasanya menargetkan pasar yang luas. Beberapa cara perusahaan memperoleh keunggulan biaya adalah dengan meningkatkan efisiensi proses, mendapatkan akses unik ke sumber besar bahan berbiaya rendah, membuat keputusan outsourcing dan integrasi vertikal yang optimal, atau menghindari beberapa biaya sekaligus. Jika perusahaan yang bersaing tidak dapat menurunkan biaya mereka dengan jumlah yang sama, perusahaan mungkin dapat mempertahankan keunggulan kompetitif berdasarkan pada kepemimpinan biaya. Perusahaan yang berhasil dalam kepemimpinan biaya seringkali memiliki kekuatan internal sebagai berikut: 1) Akses ke modal yang diperlukan untuk melakukan investasi yang signifikan dalam aset produksi; investasi ini merupakan penghalang untuk masuk yang mungkin tidak diatasi oleh banyak perusahaan. 2) Ketrampilan dalam merancang produk untuk pembuatan yang efisien, misalnya, memiliki jumlah komponen kecil untuk mempersingkat proses perakitan. 3) Keahlian tingkat tinggi dalam rekayasa proses manufaktur. 4) Saluran distribusi yang efisien. Setiap strategi generik memiliki risiko, termasuk strategi berbiaya rendah. Sebagai contoh, perusahaan lain mungkin dapat menurunkan biaya mereka juga. Ketika teknologi meningkat, persaingan mungkin dapat melompati kemampuan produksi, sehingga menghilangkan keunggulan kompetitif. Selain itu, beberapa perusahaan yang mengikuti strategi fokus dan menargetkan berbagai pasar sempit mungkin dapat mencapai biaya yang lebih rendah di dalam segmen mereka dan sebagai kelompok mendapatkan pangsa pasar yang signifikan. b. Strategi Fokus Strategi fokus berkonsentrasi pada segmen yang sempit dan di dalam segmen itu berupaya untuk mencapai keunggulan biaya atau diferensiasi. Premisnya adalah bahwa kebutuhan kelompok dapat dilayani dengan lebih baik dengan berfokus sepenuhnya padanya. Perusahaan yang menggunakan strategi fokus sering menikmati tingkat loyalitas pelanggan yang tinggi, dan kesetiaan yang mengakar ini membuat perusahaan lain tidak dapat bersaing secara langsung. Karena fokus pasar mereka yang sempit, perusahaan yang mengejar strategi fokus memiliki volume yang lebih rendah dan karenanya kurang memiliki daya tawar dengan pemasok mereka. Namun, perusahaan yang mengejar strategi yang berfokus pada diferensiasi mungkin dapat memberikan biaya yang lebih tinggi kepada pelanggan karena produk pengganti tidak ada. Perusahaan yang berhasil dalam strategi fokus mampu menyesuaikan berbagai kekuatan pengembangan produk untuk segmen pasar yang relatif sempit yang mereka kenal dengan baik. Beberapa risiko strategi fokus termasuk imitasi dan perubahan di segmen target. Lebih jauh lagi, mungkin cukup mudah bagi pemimpin biaya pasar yang luas untuk mengadaptasi produknya agar dapat bersaing secara langsung. Akhirnya, pemfokus lain mungkin dapat mengukir sub-segmen yang dapat mereka layani dengan lebih baik. c. Kombinasi Strategi Generik Terjebak di tengah-tengah? Strategi generik ini belum tentu kompatibel satu sama lain. Jika suatu perusahaan berusaha untuk mencapai keuntungan di semua lini, dalam upaya ini mungkin tidak ada keuntungan sama sekali. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan membedakan dirinya dengan memasok produk-produk berkualitas sangat tinggi, itu berisiko merusak kualitas itu jika berusaha untuk menjadi pemimpin biaya. Bahkan jika kualitasnya tidak berkurang, perusahaan akan mengambil risiko memproyeksikan citra yang membingungkan. Untuk alasan ini, Michael Porter berpendapat bahwa untuk menjadi sukses dalam jangka panjang, perusahaan harus memilih hanya satu dari tiga strategi generik ini. Jika tidak, dengan lebih dari satu strategi generik tunggal perusahaan akan "terjebak di tengah" dan tidak akan mencapai keunggulan kompetitif. Porter berpendapat bahwa perusahaan yang dapat berhasil di berbagai strategi sering melakukannya dengan menciptakan unit bisnis yang terpisah untuk setiap strategi. Dengan memisahkan strategi menjadi unit-unit yang berbeda yang memiliki kebijakan yang berbeda dan bahkan budaya yang berbeda, sebuah perusahaan cenderung menjadi "terjebak di tengah". Namun, ada sudut pandang bahwa strategi generik tunggal tidak selalu terbaik karena dalam produk yang sama pelanggan sering mencari kepuasan multi-dimensi seperti kombinasi kualitas, gaya, kenyamanan, dan harga. Ada kasus di mana produsen berkualitas tinggi dengan setia mengikuti strategi tunggal dan kemudian sangat menderita ketika perusahaan lain memasuki pasar dengan produk berkualitas lebih rendah yang lebih baik memenuhi kebutuhan pelanggan secara keseluruhan. 19. COMPETITIVE STRATEGY (Porter's 5 Forces) Model Untuk Analisis Industri Model persaingan murni menyiratkan bahwa tingkat pengembalian yang disesuaikan dengan risiko harus konstan di seluruh perusahaan dan industri. Namun, banyak studi ekonomi telah menegaskan bahwa industri yang berbeda dapat mempertahankan tingkat profitabilitas yang berbeda; bagian dari perbedaan ini dijelaskan oleh struktur industri. Michael Porter memberikan kerangka kerja yang memodelkan suatu industri sebagai dipengaruhi oleh lima kekuatan. Manajer bisnis strategis yang ingin mengembangkan keunggulan atas perusahaan pesaing dapat menggunakan model ini untuk lebih memahami konteks industri di mana perusahaan beroperasi. Diagram 5 Kekuatan Porter : a. Persaingan Dalam model ekonomi tradisional, persaingan di antara perusahaan saingan mendorong laba menjadi nol. Tetapi persaingan tidak sempurna dan perusahaan bukanlah pengambil harga pasif yang tidak canggih. Sebaliknya, perusahaan berusaha untuk keunggulan kompetitif atas saingan mereka. Intensitas persaingan di antara perusahaan bervariasi di berbagai industri, dan analis strategis tertarik pada perbedaan ini. Ekonom mengukur persaingan dengan indikator konsentrasi industri. Rasio Konsentrasi (CR) adalah salah satu ukuran tersebut. Biro Sensus secara berkala melaporkan CR untuk Klasifikasi Industri Standar utama (SIC). CR menunjukkan persentase pangsa pasar yang dipegang oleh empat perusahaan terbesar (CR untuk 8, 25, dan 50 perusahaan terbesar dalam suatu industri juga tersedia). Rasio konsentrasi tinggi menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi pangsa pasar dipegang oleh perusahaan terbesar - industri terkonsentrasi. Dengan hanya beberapa perusahaan yang memegang pangsa pasar yang besar, lanskap kompetitifnya kurang kompetitif (lebih dekat dengan monopoli). Rasio konsentrasi yang rendah menunjukkan bahwa industri ini ditandai oleh banyak saingan, tidak ada yang memiliki pangsa pasar yang signifikan. Pasar yang terfragmentasi ini dikatakan kompetitif. Rasio konsentrasi bukan satu-satunya ukuran yang tersedia; trennya adalah untuk mendefinisikan industri dalam hal yang menyampaikan lebih banyak informasi daripada distribusi pangsa pasar. Jika persaingan di antara perusahaan-perusahaan dalam suatu industri rendah, industri tersebut dianggap disiplin. Disiplin ini dapat dihasilkan dari sejarah persaingan industri, peran perusahaan terkemuka, atau kepatuhan informal terhadap kode perilaku yang dipahami secara umum. Kolusi eksplisit umumnya ilegal dan bukan opsi; dalam industri dengan persaingan rendah, langkah kompetitif harus dibatasi secara informal. Namun, perusahaan besar yang mencari keunggulan kompetitif dapat menggantikan pasar yang disiplin. Ketika saingan bertindak dengan cara yang menimbulkan tanggapan balik oleh perusahaan lain, persaingan meningkat. Intensitas persaingan biasanya disebut sebagai kejam, intens, sedang, atau lemah, berdasarkan agresivitas perusahaan dalam upaya untuk mendapatkan keuntungan. Dalam mengejar keuntungan dari para pesaingnya, perusahaan dapat memilih dari beberapa langkah kompetitif: 1) Mengubah harga - menaikkan atau menurunkan harga untuk mendapatkan keuntungan sementara. 2) Meningkatkan diferensiasi produk - meningkatkan fitur, menerapkan inovasi dalam proses pembuatan dan dalam produk itu sendiri. 3) Secara kreatif menggunakan saluran distribusi - menggunakan integrasi vertikal atau menggunakan saluran distribusi yang baru bagi industri. Misalnya, dengan toko-toko perhiasan kelas atas yang enggan membawa arlojinya, Timex pindah ke toko obat dan toko-toko non-tradisional lainnya dan menyudutkan pasar arloji harga rendah ke harga menengah. 4) Mengeksploitasi hubungan dengan pemasok - misalnya, dari tahun 1950 ke tahun 1970-an Sears, Roebuck and Co. mendominasi pasar alat rumah tangga ritel. Sears menetapkan standar kualitas tinggi dan meminta pemasok untuk memenuhi tuntutannya akan spesifikasi dan harga produk. Intensitas persaingan dipengaruhi oleh karakteristik industri berikut: 1) Sejumlah besar perusahaan meningkatkan persaingan karena lebih banyak perusahaan harus bersaing untuk pelanggan dan sumber daya yang sama. Persaingan meningkat jika perusahaan memiliki pangsa pasar yang sama, yang mengarah ke perjuangan untuk kepemimpinan pasar. 2) Pertumbuhan pasar yang lambat menyebabkan perusahaan berjuang untuk pangsa pasar. Dalam pasar yang sedang tumbuh, perusahaan dapat meningkatkan pendapatan hanya karena pasar yang berkembang. 3) Biaya tetap tinggi menghasilkan efek skala ekonomi yang meningkatkan persaingan. Ketika biaya total sebagian besar merupakan biaya tetap, perusahaan harus menghasilkan kapasitas yang hampir untuk mencapai biaya unit terendah. Karena perusahaan harus menjual produk dalam jumlah besar ini, tingkat produksi yang tinggi menyebabkan perjuangan untuk pangsa pasar dan menghasilkan peningkatan persaingan. 4) Biaya penyimpanan yang tinggi atau produk yang mudah rusak menyebabkan produsen menjual barang sesegera mungkin. Jika produsen lain berusaha menurunkan pada saat yang sama, persaingan untuk pelanggan meningkat. 5) Biaya switching yang rendah meningkatkan persaingan. Ketika seorang pelanggan dapat dengan bebas beralih dari satu produk ke produk lainnya, ada perjuangan yang lebih besar untuk menangkap pelanggan. 6) Tingkat diferensiasi produk yang rendah dikaitkan dengan tingkat persaingan yang lebih tinggi. Identifikasi merek, di sisi lain, cenderung membatasi persaingan. 7) Taruhan strategis tinggi ketika perusahaan kehilangan posisi pasar atau memiliki potensi untuk keuntungan besar. Ini mengintensifkan persaingan. 8) Hambatan keluar yang tinggi menyebabkan biaya yang besar untuk meninggalkan produk. Perusahaan harus bersaing. Hambatan keluar yang tinggi menyebabkan perusahaan tetap berada dalam suatu industri, bahkan ketika usaha itu tidak menguntungkan. Penghalang keluar umum adalah kekhususan aset. Ketika pabrik dan peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk sangat terspesialisasi, aset-aset ini tidak dapat dengan mudah dijual kepada pembeli lain di industri lain. Akuisisi Litton Industries atas fasilitas Ingalls Shipbuilding menggambarkan konsep ini. Litton berhasil pada 1960-an dengan kontrak untuk membangun kapal Angkatan Laut. Tetapi ketika perang Vietnam berakhir, belanja pertahanan menurun dan Litton melihat penurunan mendadak dalam pendapatannya. Ketika perusahaan merestrukturisasi, divestasi dari pabrik pembuatan kapal tidak layak karena investasi besar dan sangat khusus seperti itu tidak dapat dijual dengan mudah, dan Litton terpaksa tinggal di pasar pembuatan kapal yang menurun. 9) Keragaman saingan dengan budaya, sejarah, dan filosofi yang berbeda membuat industri tidak stabil. Ada kemungkinan yang lebih besar bagi maverick dan untuk salah menilai pergerakan lawan. Persaingan mudah berubah dan bisa menjadi intens. Industri rumah sakit, misalnya, dihuni oleh rumah sakit yang secara historis adalah komunitas atau lembaga amal, oleh rumah sakit yang terkait dengan organisasi keagamaan atau universitas, dan oleh rumah sakit yang merupakan perusahaan nirlaba. Perpaduan filosofi tentang misi ini terkadang menyebabkan pergulatan lokal yang sengit oleh rumah sakit mengenai siapa yang akan mendapatkan layanan diagnostik dan terapeutik yang mahal. Di lain waktu, rumah sakit setempat sangat kooperatif satu sama lain dalam masalah seperti perencanaan bencana masyarakat. 10) Guncangan Industri. Pasar yang tumbuh dan potensi untung besar mendorong perusahaan baru untuk memasuki pasar dan perusahaan yang berkuasa untuk meningkatkan produksi. Suatu titik tercapai ketika industri menjadi penuh sesak dengan pesaing, dan permintaan tidak dapat mendukung pendatang baru dan peningkatan pasokan yang dihasilkan. Industri dapat menjadi ramai jika tingkat pertumbuhannya melambat dan pasar menjadi jenuh, menciptakan situasi kelebihan kapasitas dengan terlalu banyak barang mengejar terlalu sedikit pembeli. Guncangan terjadi, dengan persaingan ketat, perang harga, dan kegagalan perusahaan. Pendiri BCG Bruce Henderson menggeneralisasikan pengamatan ini sebagai Aturan Tiga dan Empat: pasar yang stabil tidak akan memiliki lebih dari tiga pesaing yang signifikan, dan pesaing terbesar tidak akan memiliki lebih dari empat kali pangsa pasar yang terkecil. Jika aturan ini benar, itu menyiratkan bahwa: a) Jika ada lebih banyak pesaing, goyangan tidak terhindarkan b) Pesaing yang selamat harus tumbuh lebih cepat dari pasar c) Pecundang akhirnya akan memiliki arus kas negatif jika mereka berusaha untuk tumbuh d) Semua kecuali dua rival terbesar akan menjadi pecundang e) Definisi apa yang merupakan "pasar" secara strategis penting. Apa pun manfaat aturan ini untuk pasar yang stabil, jelaslah bahwa stabilitas pasar dan perubahan penawaran dan permintaan memengaruhi persaingan. Permintaan siklus cenderung menciptakan persaingan yang kejam. Ini benar dalam industri popok sekali pakai di mana permintaan berfluktuasi dengan tingkat kelahiran, dan dalam industri kartu ucapan di mana ada siklus bisnis yang lebih dapat diprediksi. b. Ancaman Pengganti Dalam model Porter, produk pengganti merujuk ke produk di industri lain. Bagi ekonom, ancaman substitusi muncul ketika permintaan suatu produk dipengaruhi oleh perubahan harga produk pengganti. Elastisitas harga suatu produk dipengaruhi oleh produk pengganti - karena semakin banyak pengganti tersedia, permintaan menjadi lebih elastis karena pelanggan memiliki lebih banyak alternatif. Produk pengganti yang ketat membatasi kemampuan perusahaan dalam suatu industri untuk menaikkan harga. Persaingan yang ditimbulkan oleh Ancaman Pengganti berasal dari produk di luar industri. Harga kaleng minuman aluminium dibatasi oleh harga botol kaca, kaleng baja, dan wadah plastik. Kontainer ini adalah pengganti, namun mereka bukan saingan dalam industri kaleng aluminium. Bagi produsen ban mobil, vulkanisir ban adalah pengganti. Saat ini, ban baru tidak begitu mahal sehingga pemilik mobil memberikan banyak pertimbangan untuk vulkanisir ban lama. Tetapi dalam industri truk ban baru mahal dan ban harus sering diganti. Di pasar ban truk, vulkanisir tetap menjadi industri pengganti yang layak. Dalam industri popok sekali pakai, popok kain adalah pengganti dan harganya membatasi harga pakai. Sementara ancaman pengganti biasanya berdampak pada industri melalui persaingan harga, ada kekhawatiran lain dalam menilai ancaman pengganti. Pertimbangkan substitusi berbagai jenis transmisi TV: transmisi stasiun lokal ke antena TV rumah melalui saluran udara versus transmisi melalui kabel, satelit, dan saluran telepon. Teknologi baru yang tersedia dan perubahan struktur media hiburan berkontribusi terhadap persaingan di antara sarana pengganti untuk menghubungkan rumah dengan hiburan. Kecuali di daerah terpencil, tidak mungkin TV kabel bisa bersaing dengan TV gratis dari udara tanpa keragaman hiburan yang lebih besar yang diberikan pelanggan. c. Kekuatan Pembeli Kekuatan pembeli adalah dampak yang dimiliki pelanggan pada industri yang memproduksi. Secara umum, ketika kekuatan pembeli kuat, hubungan dengan industri produksi dekat dengan apa yang oleh ekonom disebut sebagai monopsoni - pasar di mana terdapat banyak pemasok dan satu pembeli. Di bawah kondisi pasar seperti itu, pembeli menentukan harga. Pada kenyataannya hanya ada sedikit monopsoni murni, tetapi seringkali ada beberapa asimetri antara industri yang memproduksi dan pembeli. d. Daya Pemasok Industri yang memproduksi membutuhkan bahan baku - tenaga kerja, komponen, dan persediaan lainnya. Persyaratan ini mengarah pada hubungan pembeli-pemasok antara industri dan perusahaan yang menyediakan bahan baku yang digunakan untuk membuat produk. Pemasok, jika kuat, dapat memberikan pengaruh pada industri produksi, seperti menjual bahan baku dengan harga tinggi untuk menangkap sebagian keuntungan industri. e. Ancaman Peserta Baru dan Hambatan Masuk Bukan hanya saingan lama yang menimbulkan ancaman bagi perusahaan dalam suatu industri; kemungkinan bahwa perusahaan baru dapat memasuki industri juga mempengaruhi persaingan. Secara teori, perusahaan mana pun harus dapat masuk dan keluar pasar, dan jika masuk dan keluar gratis ada, maka laba selalu harus nominal. Pada kenyataannya, bagaimanapun, industri memiliki karakteristik yang melindungi tingkat laba tinggi perusahaan di pasar dan menghambat pesaing tambahan memasuki pasar. Ini adalah hambatan untuk masuk. Hambatan untuk masuk lebih dari penyesuaian keseimbangan normal yang biasanya dilakukan pasar. Sebagai contoh, ketika keuntungan industri meningkat, kita akan mengharapkan perusahaan tambahan untuk memasuki pasar untuk mengambil keuntungan dari tingkat keuntungan yang tinggi, seiring waktu menurunkan laba untuk semua perusahaan di industri. Ketika laba menurun, kita akan mengharapkan beberapa perusahaan untuk keluar dari pasar sehingga mengembalikan keseimbangan pasar. Jatuhnya harga, atau harapan bahwa harga di masa depan akan turun, menghalangi saingan memasuki pasar. Perusahaan juga mungkin enggan memasuki pasar yang sangat tidak pasti, terutama jika masuk melibatkan biaya awal yang mahal. Ini adalah akomodasi normal untuk kondisi pasar. Tetapi jika perusahaan secara individu (tindakan kolektif akan menjadi kolusi ilegal) menjaga harga tetap rendah sebagai strategi untuk mencegah calon masuk dari pasar, penetapan harga yang menghalangi masuk semacam itu menjadi penghalang. Hambatan untuk masuk adalah karakteristik industri unik yang mendefinisikan industri. Hambatan mengurangi tingkat masuknya perusahaan baru, sehingga mempertahankan tingkat keuntungan bagi mereka yang sudah di industri. Dari perspektif strategis, hambatan dapat dibuat atau dieksploitasi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. Hambatan untuk masuk muncul dari beberapa sumber: 1) Pemerintah menciptakan hambatan. Meskipun peran utama pemerintah dalam pasar adalah menjaga persaingan melalui tindakan anti-trust, pemerintah juga membatasi persaingan melalui pemberian monopoli dan melalui regulasi. Industri seperti utilitas dianggap monopoli alami karena lebih efisien untuk memiliki satu perusahaan listrik yang memberikan daya ke suatu daerah daripada membiarkan banyak perusahaan listrik bersaing di pasar lokal. Untuk menahan utilitas mengeksploitasi keuntungan ini, pemerintah mengizinkan monopoli, tetapi mengatur industri. Ilustrasi hambatan semacam ini untuk masuk adalah perusahaan kabel lokal. Waralaba untuk penyedia kabel dapat diberikan oleh penawaran kompetitif, tetapi begitu waralaba diberikan oleh komunitas, monopoli dibuat. Pemerintah daerah tidak efektif dalam memonitor gouging harga oleh operator kabel, sehingga pemerintah federal telah memberlakukan undang-undang untuk meninjau dan membatasi harga. Otoritas pengaturan pemerintah dalam membatasi persaingan secara historis terbukti dalam industri perbankan. Sampai tahun 1970-an, pasar yang dapat dimasuki bank dibatasi oleh pemerintah negara bagian. Akibatnya, sebagian besar bank adalah fasilitas perbankan komersial dan ritel lokal. Bank bersaing melalui strategi yang menekankan perangkat pemasaran sederhana seperti pemberian toaster kepada pelanggan baru untuk membuka rekening giro. Ketika bank-bank dideregulasi, bank diizinkan untuk melintasi batas negara dan memperluas pasar mereka. Deregulasi bank mengintensifkan persaingan dan menciptakan ketidakpastian bagi bank karena mereka berusaha mempertahankan pangsa pasar. Pada akhir tahun 1970-an, strategi bank bergeser dari taktik pemasaran sederhana menjadi merger dan ekspansi geografis ketika saingan berusaha memperluas pasar. 2) Paten dan pengetahuan hak milik berfungsi membatasi masuknya suatu industri. Ide dan pengetahuan yang memberikan keunggulan kompetitif diperlakukan sebagai milik pribadi ketika dipatenkan, mencegah orang lain menggunakan pengetahuan dan dengan demikian menciptakan penghalang untuk masuk. Edwin Land memperkenalkan kamera Polaroid pada tahun 1947 dan memegang monopoli dalam industri fotografi instan. Pada tahun 1975, Kodak berusaha memasuki pasar kamera instan dan menjual kamera yang sebanding. Polaroid menggugat karena pelanggaran paten dan menang, membuat Kodak keluar dari industri kamera instan. 3) Kekhususan aset menghambat masuknya suatu industri. Kekhususan aset adalah sejauh mana aset perusahaan dapat digunakan untuk menghasilkan produk yang berbeda. Ketika suatu industri membutuhkan teknologi atau pabrik dan peralatan yang sangat terspesialisasi, calon potensial enggan berkomitmen untuk memperoleh aset khusus yang tidak dapat dijual atau dikonversi menjadi penggunaan lain jika usaha gagal. Kekhususan aset memberikan penghalang untuk masuk karena dua alasan: Pertama, ketika perusahaan sudah memiliki aset khusus, mereka dengan keras menolak upaya orang lain untuk mengambil pangsa pasar mereka. Pendatang baru dapat mengantisipasi persaingan agresif. Sebagai contoh, Kodak memiliki banyak modal yang diinvestasikan dalam bisnis peralatan fotografisnya dan secara agresif menentang upaya Fuji untuk mengganggu pasarnya. Aset-aset ini besar dan spesifik untuk industri. Alasan kedua adalah bahwa calon pendatang enggan melakukan investasi dalam aset yang sangat terspesialisasi. 4) Skala Ekonomis Organisasi (Internal) Tingkat produksi paling efisien disebut Skala Minimum Efisien (MES). Ini adalah titik di mana biaya unit untuk produksi minimum - yaitu, tingkat produksi paling efisien. Jika MES untuk perusahaan dalam suatu industri diketahui, maka kita dapat menentukan jumlah pangsa pasar yang diperlukan untuk masuknya biaya rendah atau paritas biaya dengan pesaing. Misalnya, dalam komunikasi jarak jauh sekitar 10% dari pasar diperlukan untuk MES. Jika penjualan untuk operator jarak jauh gagal mencapai 10% dari pasar, perusahaan tidak kompetitif. Keberadaan skala ekonomi semacam itu menciptakan penghalang untuk masuk. Semakin besar perbedaan antara industri MES dan biaya unit masuk, semakin besar penghalang untuk masuk. Jadi industri dengan MES tinggi menghalangi masuknya usaha kecil dan baru. Untuk beroperasi di bawah MES, harus ada pertimbangan yang memungkinkan perusahaan untuk menjual dengan harga premium - seperti diferensiasi produk atau monopoli lokal. 20. Strategi Umum Untuk Mencegah Lima Pasukan Strategi Generik dan Kekuatan Industri Strategi generik ini masing-masing memiliki atribut yang dapat berfungsi untuk bertahan melawan kekuatan kompetitif. Tabel berikut membandingkan beberapa karakteristik strategi generik dalam konteks lima kekuatan Porter. a. Strategi Generik dari Hunger dan Wheelen (2008) Untuk menjelaskan tentang strategi, Hunger dan Wheelen menggunakan konsep dari General Electric. Pada prinsipnya strategi generik dibagi atas tiga macam yaitu strategi pertumbuhan (growth strategy), strategi stabilitas (stability strategy) dan strategi penciutan (retrenchment strategy). Bentuk strategi utamanya ditentukan dari matriks GE yang didasarkan pada kekuatan bisnis atau posisi bersaing perusahaan dan daya tarik produk di pasar industri. Berikut strategi menurut Hunger dan Wheelen: 1) Strategi Stabilitas (stability). Strategi ini menekankan pada efisiensi pada segala bidang (produk, pasar, dan fungsi perusahaan) untuk meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini berisiko rendah dan cocok untuk posisi mature. 2) Strategi Ekspansi (expansion). Strategi ini menekankan pada perluasan produk, pasar, dan fungsi perusahaan sehingga meningkatkan aktivitas perusahaan. Keuntungan yang diperoleh sebanding dengan resiko kegagalannya. 3) Strategi Penciutan (retrechment). Strategi ini dilakukan dengan cara mengurangi produk, pasar, maupun fungsi perusahaan, khususnya yang bercash-flow negatif. Strategi ini biasanya diterapkan pada bisnis yang berada pada tahap menurun (decline). Penciutan ini terjadi karena sumber daya yang perlu diciutkan itu lebih baik dikerahkan untuk usaha yang sedang berkembang. b. Strategi Generik dari Fred R. David (2009) Menurut Fred R. David didalam bukunya yang berjudul Strategic management: concepts and cases, strategi dikelompokkan menjadi empat tipe, yaitu strategi integrasi, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi defensif (David, 2009). Pemilihan tipe strategi ini didasarkan atas kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman baik dari lingkungan luar maupun dari lingkungan dalam suatu bisnis. Strategi ini dianggab sejalan dengan Porter karene pokok bahasan tentang kompetisi atau persaingan produk yang dihasilkan. 1) Strategi Integrasi Vertikal (vertical integration strategy). Perusahaan melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap distributor, pemasok, dan/atau pesaing melalui merger, akuisisi, atau membentuk anak perusahaan. 2) Strategi Intensif (intensive strategy). Perusahaan berupaya secara intensif untuk meningkatkan posisi persaingan melalui produk yang ada. 3) Strategi Diversifikasi (diversification strategy). Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk baru. Strategi ini kurang populer karena tingkat kesulitan dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda. 4) Strategi Bertahan (defensive strategy). Strategi ini dimaksudkan sebagai melakukan tindakan penyelamatan agar perusahaan terlepas dari kerugian lebih besar yang dapat berakhir pada kebangkrutan. Strategi Utama (Grand Strategy) a. Strategi Utama (Grand Strategy) Wheelen dan Hunger Jabaran strategi utama dari strategi generik versi Wheelen-Hunger (2003:35) yang menggunakan konsep dari GE sebagai berikut: 1) Kelompok Strategi Pertumbuhan Strategi generik pertumbuhan memiliki dua strategi utama. Setiap jenis strategi utamanya masing-masing terdiri atas dua macam, yaitu strategi pertumbuhan konsentrasi dan strategi pertumbuhan diservikasi. a) Strategi Pertumbuhan Konsentrasi. Merupakan strategi di mana perusahaan berkonsentrasi dan bertumbuh kembang pada semua atau hampir semua sumber daya yang sejenis. Strategi ini memiliki dua cara, yaitu: Horizontal. Dari sisi internal, hendaknya segmen pasar diperluas untuk mengurangi potensi persaingan, sehingga skala ekonomi menjadi lebih besar. Dari sisi eksternal, perusahaan dapat melakukan akuisisi atau joint-venture dengan perusahaan lain pada industri yang sama. Vertikal. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara mengambil alih fungsi yang sebelumnya disediakan oleh pemasok (backward integration) atau distributor (forward integration). Dengan kata lain, terdapat satu atau lebih bisnis yang selama ini disediakan oleh perusahaan lain. Pada kedua strategi ini dapat dilakukan pendekatan internal dan eksternal. Pendekatan internal adalah dengan cara mengembangkan anak perusahaan yang baru untuk memasok bahan baku dan bahan setengah jadi untuk kebutuhan produk maupun jasa. Pendekatan eksternal adalah dengan cara membeli perusahaan baru baik dengan cara akuisisi, merger, ataupun jointventure yang bertujuan memasok kebutuhan barang untuk bisnis pelanggan mereka. b) Strategi Pertumbuhan Diversifikasi. Strategi ini menuntut perusahaan untuk tumbuh dengan cara menambahkan produk atau divisi yang berbeda dengan produk atau divisi yang telah ada. Strategi ini terdiri dari dua cara, yaitu terpusat (konsentrasi) atau konglomerasi baik secara internal maupun eksternal. Jika dilaksanakan dengan cara internal, hal ini dapat dilakukan melalui perkembangan produk baru. Tetapi jika denga cara eksternal dilakukan dengan cara akuisisi. Sasaran dan pertumbuhan produk untuk menjaga pangsa pasar, mengurangi persaingan, menekan biaya dan meningkatkan keuntungan. Strategi pertumbuhan ini dibagi menjadi dua cara, yaitu: Terpusat. Melakukan penambahan produk atau divisi yang sudah ada pada perusahaan sebelumnya, dilakukan dengan cara yang masih sama dengan produk atau jasa yang sudah ada. Konglomerasi. Melakukan penambahan produk atau divisi yang tidak ada hubungannya dengan lini produk atau jasa yang telah dimiliki sebelumnya. 2) Kelompok Strategi Stabilitas (Stability) Strategi generik stabilitas adalah strategi yang paling sesuai bagi perusahaan yang berhasil pada industri dengan daya tarik industri medium. Ada empat bentuk strategi utamanya, yaitu: Strategi Istirahat (Pause Strategy). Strategi ini tepat dilakukan sebagai strategi sementara agar perusahaan dapat mengkonsolidasikan sumber daya yang ada setelah menghadapi pertumbuhan cepat. a) Strategi Waspada (Proceed with Caution Strategy). Perusahaan tetap menjalankan usahanya dengan hati-hati karena adanya faktor-faktor penting yang berubah pada lingkungan eksternal, seperti peraturan dari pemerintah. b) Strategi Tanpa Perubahan (No Change Strategy). Pada strategi ini perusahaan tidak perlu melakukan perubahanperubahan yang berarti. Di sini perusahaan tetap melakukan usaha-usaha yang sedang dijalankan, dan hanya melakukan sedikit penyesuaian misalnya karena terjadi inflasi. c) Strategi Laba (Profit Strategy). Strategi ini lebih mengutamakan keuntungan saat ini walau memiliki resiko besar dengan mengorbankan pertumbuhan masa depan. Hasilnya sering kali adalah kesuksesan jangka panjang. 4) Kelompok Strategi Penciutan (Retrenchment) Strategi generik ini bertujuan untuk melakukan penghematan atau penciutan bila suatu perusahaan memiliki posisi bersaing yang lemah dibandingkan dengan daya tarik industrinya. Sesungguhnya, strategi ini tidak banyak dipakai oleh perusahaan karene seolah-olah perusahaan memperlihatkan kegagalan dalam berusaha. Ada empat bentuk strategi utama untuk strategi generik ini, yaitu: a) Strategi Turnaround. Strategi ini dianjurkan untuk digunakan pada saat daya tarik industri sedang tinggi walaupun perusahaan sebenarnya mengalami kesulitan, namun belum kritis. Strategi ini menekankan pada upaya perbaikan efisiensi operasional. b) Strategi Captive Company. Pada strategi ini, beberapa aktivitas dari bagian tertentu yang kurang menarik perlu dikurangi, kemudian diusahakan agar fungsifungsi lain menjadi lebih menarik. Dengan demikian diharapkan ada calon investor mau menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut. c) Strategi Sell Out/Divestment. Jika perusahaan tidak lagi mampu melakukan strategi captive company, perusahaan terpaksa harus dijual dan investor segera meninggalkan bisnis seperti ini, asalkan saham-saham perusahaan yang akan dijual tidak jatuh, sehingga tidak merugikan para pemegang saham. Jika perusahaan memiliki banyak bidang usaha, maka divisi yang merugikan sebaiknya ditutupkarena bidang usaha seperti ini tergolong divestasi (divestment). d) Strategi Bankruptcy. Strategi Bankruptcy (pailit) dapat membantu perusahaan menghindar dari tanggung jawab atas hutang-hutang dan juga dapat menyatakan tidak berlakunya kontrak-kontrak yang telah disetujuai. e) Strategi Liquidation. Strategi terakhir yang dapat dilakukan oleh manajemen karena perusahaan sudah relatif tidak mempunyai prospek lagi. Prinsipnya, lebih baik melakukan likuidasi secepatnya daripada menunggu kebangkrutan, karena bagi pemegang saham, harga saham likuidasi jauh lebih baik daripada saham perusahaan yang telah dinyatakan bangkrut. Untuk memilih strategi utama berdasarkan pendekatan Wheelen-Hunger (2003) ini, dapat digunakan suatu matrik yang diciptakan oleh perusahaan General Electric (GE), yang disebut matriks GE sebagai berikut: (Umar, 2003:283) Kuat Tinggi 4. Pertumbuhan Biasa 5. Pertumbuhan - Konsentrasi via - Konsentrasi via integrasi integrasi Lemah 6. Pengurangan - Turnaround horisontal vertika Sedang Stabilitas Tumbuh Pengurangan - Istirahat - Konsentrasi via integrasi Captive Company - Hati-hati Horizontal Stabilitas Selling out - Tidak Berubah - Profit Rendah Pertumbuhan Pertumbuhan Pengurangan - Diversifikasi - Diversifikasi - Bankruptcy konsentral - Konglomerasi - Liquidation Sumber: (Umar, 2003) Sel-sel dari matrik yang terbentuk akan diisi oleh macam-macam strategi utama yang dianggap paling tepat untuk diiimplementasikan oleh perusahaan terhadap keadaan produk mereka. b. Strategi Utama dari Fred R. David Jabaran strategi utama dari strategi generik versi David (2002) seperti yang dikemukakan oleh Umar (2003:219) sebagai berikut: 1) Kelompok Strategi Integrasi Vertikal Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan para pesaing baik melalui merger, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri. a) Forward integration strategy Strategi ini menghendaki agar perusahaan mempunyai kemampuan yang besar terhadap pengendalian para distributor atau pengecer mereka, bila perlu dengan memilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah dengan pendistribusian barang atau jasa mereka, sehingga mengganggu stabilitas produksi, padahal, perusahaaan mampu untuk mengelola pendistribusian dimaksud dengan sumber daya yang dimiliki. Alasan lain bisnis di sektor distribusi yang dimaksud, misalnya memiliki prospek yang baik untuk dimasuki. b) Backward integration strategy Pengusaha di bidang manufaktur dan para pengecer membutuhkan barangbarang dari pemasok, misalnya berupa bahan baku. Backward integration merupakan strategi perusahaan agar pengawasan terhadap bahan baku dapat lebih ditingkatkan, apalagi para pemasok sudah dinilai tidak lagi menguntungkan perusahaan, seperti keterlambatan dalam pengadaan bahan, kualitas bahan yang menurun, biaya yang meningkat sehingga tidak lagi dapat diandalakan. Konsumen kini lebih mulai menghargai produkproduk yang ramah lingkungan, sehingga mereka lebih menyukai produk yang dapat didaur ulang. Bebrapa perusahaan menggunakan backward integration untuk memperoleh pengawasan terhadap para pemasok barang agar produk-produk yang dapat didaur ulang itu bahan bakunya aman dipasok. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan dan meningkatkan pengendalian bagi para pemasok. Hal ini lebih dilakukan jika jumlah pemasok sedikit padahal pesaing banyak, selama ini berjalan lancar, harga produk stabil, dan pemasok memiliki marjin keuntungan yang tinggi serta perusahaan mempunyai modal dan sumber daya yang berkualitas. c) Horizontal integration strategy Strategi ini dimaksudkan agar perusahaan meningkatkan pengawasan terhadap para peasaing perusahaan walau harus dengan memilikinya. Salah satu, kecenderungan yang paling signifikan dalam manajemen startegi dewasa ini adalah dengan menggunakan strategi horizontal integration sebagai suatu strategi pertumbuhan. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan dan meningkatkan pengendalian para pesaing. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan memiliki posisi monopoli seizin pemerintah bersaing di industri yang berkembang, skala ekonomi meningkat, sserta modal dan sumber daya yng dimiliki perusahaan mampu melakukan ekspansi. 2) Kelompok Strategi Intensif Strategi-strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk adalah 3 strategi yang dikelompokkan ke dalam apa yang sering disebut sebagai strategi intensif. Disebut demikian karena strategi-strategi ini dalam implementasinya memerlukan usaha-usaha intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan produk-produk yang ada. a) Market penetration strategy Strategi ini berusaha untuk meningkatkan market share suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar. Strategi ini dapat diimplementasikan baik secara sendiri-sendiri atau bersama dengan strategi lain untuk dapat menambah jumlah tenaga penjual, biaya iklan, items untuk promosi penjualan, dan usaha-usaha promosi lainnya. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk meningkatkan pangsa pasar dengan usaha pemasaran yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa pasar pessaing menurun, korelasi yang positif antara biaya 4P pemasaran dan sales serta kemampuan untuk bersaing yang meningkat. b) Market development strategy Strategi ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Dalam perspektif global, pengembangan pasar berskala internasional sudah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Namun,, industri-industri tertentu akan menghadapi kesulita dalam bersaing pasar lokal. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk memperbesar pangsa pasar. Hal ini dapat dilakukan jika memiliki jaringan distribusi, terjadi kelebihan kapasitas produksi, pendapatan laba yang sesuai dengan harapan, serta adanya pasar yang baru atau pasar yang belum jenuh. c) Product development strategy Strategi ini merupakan startegi yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasikan produk-produk atau jasa-jasa yang ada sekarang. Strategi ini biasanya memerlukan penelitian yang luas dan tajam serta membutuhkan biaya yang cukup besar. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk memperbaiki dan mengembangkan produk yang sudah ada. Hal ini dapat dilkukan, jika produk sudah berada pada tahapan jenuh, pesaing menawarkan produk sejenis yang lebih baik, dan lebih murah, memiliki kemampuan untuk mengembangkan produk, dan berada pada industri yang sedang tumbuh. 3) Kelompok Strategi Diversifikasi Ada tiga tipe umum strategi diversifikasi yang sudah banyak diketahui dan diimplementasikan, yaitu concentric diversification, horizontal diversification, dan conglomerate diversification. Secara keseluruhan kelompok strategi ini makin lama makin kurang popular, paling tidak dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas perusahaan yang berbedabeda tersebut. a) Concentric diversification strategy Strategi ini dapat dilaksanakan dengan cara menambah produk dan jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan. Jadi, tujuan strategi ini untuk membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada industri yang pertumbuhannya lambat atau decline. b) Horizontal diversification strategy Strategi ini dilakukan dengan menambahkan produk dan jasa pelayanan yang baru, tetapi tidak saling berhubungan untk ditawarkan pada para konsumen yang ada ada sekarang. Jadi, tujuan startegi ini adalah menambah produk baru yang tidak berhubungan dengan tujuan memuaskan pelanggan yang sama. Hal in dapat dilakukan jika produk baru dapat mendukung produk lama, persaingan pada produk lama berjalan ketat dan dalam tahapan mature, distribusi produk baru kepada pelanggan lancar, dan pada tingkat yang lebih dalam bahwa musim penjualan dari kedua produk relatif berbeda. c) Conglomerate diversification strategy Strategi dengan menambahkan produk atau jasa yang tidak saling berhubngan. Jadi, tujuan sstrategi ini adalah untuk menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan, jika industri di sektor ini telah mengalami kejenuhan, ada peluang untuk memilki bisnis yang tidak berkaitan yang masih berkembang baik, serta memiliki sumber daya untuk memasuki industri baru tersebut. 4) Kelompok Strategi Bertahan Disamping strategi integrative, intensive, dan diversification, perusahaan dapat juga melakukan strategi bertahan yang terdiri atas strategi-strategi joint venture, retrenchment atau liqiudtion. a) Joint venture strategy Strategi ini merupakan strategi yang popular, yakni dimana terjadi saat dua atau lebih perusahaan membentuk suatu tempore atau konsorsium untuk tujuan kapitalisasi modal. Strategi ini dapat dipertimbangkan dalam hal perusahaan bertahan untuk tidak mau memikul beban-beban usahanya sendirian. Seringkali, dua atau lebih perusahaan sponsor membentuk sebuah organisasi yang terpisah dan telah membagi kepemilikkan ekuitas pada entiras yang baru ini. Jadi, tujuan strategi ini menggabungkan beberapa perusahaan dalam bentuk perusahaan baru yang terpisah dari induk-induknya. Hal ini dapat dilakukan, jika mereka merasa tidak mampu umtuk bersaing dengan perusahaan yang lebih besar, atau bermaksud dalam rangka mendapatkan kemudahan-kemudahan lain. b) Retrenchment strategy Strategi ini dapat dilakukan melalui reduksi biaya dan asset perusahaan. Hal ini karena terjadi penurunan penjualan dan laba perusahaan. retrenchment yang kadang-kadang disebut juga sebagai strategi turnaround dirancang agar perusahaan mampu bertahan pada pasar persaingannya. Implementasinya, selama proses retrenchment, para ahli strategi bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan biasanya menghadapi tekanan tekanan dai para pemegang saham, pekerja, dan media massa. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk menghemat biaya agar sales ataupun keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian asset perusahaan. Hal ini dapat dilakukan, jika perusahaan sering mendapatkan kegagalan dalam berusaha padahal sumber daya cukup tersedia, kurang efisien dalam berusaha atau diperlukan reorganisasi internal karena dianggap perusahaan terlalu cepat tumbuh. c) Divestiture strategy Yaitu menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan. startegi divesture sering berguna dalam rangka penambahan modal dari suatu rencana investasi atau menindaklanjuti srtategi akuisis yang telah diputusakan untuk proses selanjunya. Divestiture dapat berupa bagian dari strategi retrenchment untuk mengganti aktivitas perusahaan lainnya. Jadi, implementasi dari strategi ini adalah misalnya dengan menjual sebuah unit bisnis. Hal ini dapat dilakukan jiak suatu unit bisnis sudah tidak dapa dipertahankan keberadaannya karena, misalnya, terus merugi dan berdampak kinerja perusahaan secara keseluruhan. d) Liquidation strategy Yaitu menjual seluruh asset perusahaan yang dapat dihitung nilainya. Strategi liquidation merupakan suatu pengakuan dari suatu kegagalan. Bagaimanapun juga, mungkin lebih baik menghentikan operasi perusahaan daripada meneruskannya akan tetapi nanti rugi besar. Jadi, startegi ini bertujuan untuk menutup perusahaan. hal ini dapat dilakukan jika perusahaan sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya. Dengan menjual harta perusahaan, maka pemegang saham akan dapat memperkecil keugiannya. Manajemen Strategis Global Selama paruh terakhir abad kedua puluh, banyak hambatan perdagangan internasional jatuh dan gelombang perusahaan mulai mengejar strategi global untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Namun, beberapa industri mendapat manfaat lebih dari globalisasi daripada yang lain, dan beberapa negara memiliki keunggulan komparatif dibandingkan negara lain di industri tertentu. Untuk membuat strategi global yang sukses, para manajer pertama-tama harus memahami sifat industri global dan dinamika persaingan global. 21. Sumber Keunggulan Kompetitif dari Strategi Global Strategi global yang dirancang dengan baik dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Keuntungan ini dapat timbul dari sumber-sumber berikut: a. Efisiensi 1) Skala ekonomi dari akses ke lebih banyak pelanggan dan pasar 2) Memanfaatkan sumber daya negara lain - tenaga kerja, bahan baku 3) Perpanjang siklus hidup produk - produk yang lebih tua dapat dijual di negaranegara maju yang kurang 4) Fleksibilitas operasional - menggeser produksi karena biaya, nilai tukar, dll berubah seiring waktu b. Strategis 1) Keuntungan penggerak pertama dan satu-satunya penyedia produk ke pasar 2) Subsidi silang antar Negara 3) Harga transfer c. Resiko 1) Diversifikasi risiko ekonomi makro (siklus bisnis yang tidak berkorelasi sempurna antar negara) 2) Diversifikasi risiko operasional (masalah tenaga kerja, gempa bumi, perang) d. Belajar 1) Memperluas peluang belajar karena keragaman lingkungan operasi 2) Reputasi 3) Pelanggan crossover antara pasar - reputasi dan identifikasi merek Sumantra Ghoshal dari INSEAD mengusulkan kerangka kerja yang terdiri dari tiga kategori tujuan strategis dan tiga sumber keuntungan yang dapat digunakan untuk mencapainya. Merakit ini menjadi hasil matriks dalam kerangka kerja berikut: 22. Sifat Keunggulan Kompetitif dalam Industri Global Industri global dapat didefinisikan sebagai: Industri di mana perusahaan harus bersaing di semua pasar dunia produk itu untuk bertahan hidup. Sebuah industri di mana keunggulan kompetitif suatu perusahaan tergantung pada skala ekonomi dan ruang lingkup ekonomi yang diperoleh di seluruh pasar. Beberapa industri lebih cocok untuk globalisasi daripada yang lain. Penggerak berikut menentukan potensi globalisasi industri. a. Driver Biaya 1) Lokasi sumber daya strategis 2) Perbedaan biaya negara 3) Potensi untuk skala ekonomi (produksi, R&D, dll.) Kurva pengalaman rata dalam suatu industri menghambat globalisasi. Salah satu alasan bahwa industri faksimili memiliki potensi global lebih besar daripada industri furnitur adalah karena untuk mesin faks, biaya produksinya turun 30% -40% dengan masing-masing penggandaan volume; lekukannya jauh lebih rata untuk industri mebel dan banyak industri jasa. Industri yang pengeluarannya lebih besar untuk litbang, seperti industri pesawat terbang, menunjukkan skala ekonomi yang lebih besar daripada industri yang biayanya lebih besar adalah sewa dan tenaga kerja, seperti industri dry cleaning. Industri di mana biaya turun setidaknya 20% untuk setiap penggandaan volume cenderung menjadi kandidat yang baik untuk globalisasi. 4) Biaya transportasi (nilai / curah atau rasio nilai / berat) => Berlian dan semikonduktor lebih global daripada es. b. Driver Pelanggan 1) Pelanggan umum perlu mendukung globalisasi. Misalnya, pelanggan industri faksimili memiliki kebutuhan yang lebih homogen daripada pelanggan industri mebel, yang kebutuhannya ditentukan oleh selera, budaya, dll. 2) Pelanggan global: jika pelanggan perusahaan adalah bisnis global lainnya, globalisasi mungkin diperlukan untuk menjangkau pelanggan ini di semua pasar mereka. Selain itu, pelanggan global sering membutuhkan produk berstandar global. 3) Saluran global memerlukan program pemasaran yang terkoordinasi secara global. Saluran distribusi lokal yang kuat menghambat globalisasi. 4) Pemasaran yang dapat dipindahtangankan: apakah elemen pemasaran seperti nama merek dan iklan memerlukan sedikit adaptasi lokal. Merek dunia dengan nama non-kamus dapat dikembangkan untuk mendapatkan manfaat dari kampanye iklan global tunggal. c. Driver Kompetitif 1) Pesaing global: Keberadaan banyak pesaing global menunjukkan bahwa suatu industri sudah matang untuk globalisasi. Pesaing global akan memiliki keunggulan biaya dibandingkan pesaing lokal. 2) Ketika pesaing mulai memanfaatkan posisi global mereka melalui subsidi silang, sebuah industri siap untuk globalisasi. d. Pengemudi Pemerintah 1) Kebijakan perdagangan 2) Standar teknis 3) Peraturan Industri furnitur adalah contoh dari industri yang tidak meminjamkan dirinya untuk globalisasi sebelum tahun 1960-an. Karena furnitur memiliki jumlah besar dibandingkan dengan nilainya, dan karena furnitur mudah rusak dalam pengiriman, biaya transportasi secara tradisional tinggi. Hambatan perdagangan pemerintah juga tidak menguntungkan. Perusahaan furnitur Swedia IKEA memelopori langkah menuju globalisasi di industri furnitur. Perabotan IKEA tidak dirakit dan karenanya dapat dikirim dengan lebih ekonomis. IKEA juga menurunkan biaya dengan melibatkan pelanggan dalam rantai nilai; pelanggan membawa pulang furnitur dan merakitnya sendiri. IKEA juga memiliki budaya hemat yang memberikan keuntungan biaya. IKEA berhasil diperluas di Eropa karena pelanggan di berbagai negara bersedia untuk membeli desain serupa. Namun, setelah berhasil berekspansi ke beberapa negara, IKEA mengalami kesulitan di pasar AS karena beberapa alasan: a. Selera berbeda dalam furnitur dan persyaratan untuk furnitur yang lebih disesuaikan. b. Sulit mentransfer budaya hemat IKEA ke AS. c. Krona Swedia meningkat nilainya, meningkatkan biaya furnitur buatan Swedia dan dijual di A.S. d. Kehabisan persediaan karena waktu pengiriman satu hingga dua bulan dari Eropa e. Lebih banyak kompetisi di AS daripada di Eropa Keuntungan Komparatif Negara Keunggulan kompetitif adalah kemampuan perusahaan untuk mentransformasikan input menjadi barang dan jasa dengan laba maksimum secara berkelanjutan, lebih baik daripada pesaing. Keunggulan komparatif terletak pada faktor endowmen dan endowmen yang diciptakan dari daerah tertentu. Faktor endowmen meliputi tanah, sumber daya alam, tenaga kerja, dan ukuran populasi lokal. Pada tahun 1920-an, ekonom Swedia Eli Hecksher dan Bertil Ohlin mengembangkan teori faktor-proporsi, yang menurutnya suatu negara menikmati keunggulan komparatif dalam barang-barang yang secara intensif menggunakan faktorfaktor yang dimiliki negara tersebut dalam jumlah relatif banyak. Michael E. Porter berpendapat bahwa suatu bangsa dapat menciptakan endowmen sendiri untuk mendapatkan keunggulan komparatif. Endowmen yang diciptakan termasuk tenaga kerja terampil, basis teknologi dan pengetahuan, dukungan pemerintah, dan budaya. Porter's Diamond of National Advantage adalah kerangka kerja yang menggambarkan penentu keunggulan nasional. Berlian ini melambangkan lapangan bermain nasional yang ditetapkan negara untuk industri mereka. Jenis-jenis Strategi Internasional: Multi-domestik vs. Global Strategi Multi-domestik Produk disesuaikan untuk setiap pasar Kontrol terdesentralisasi - pengambilan keputusan lokal Efektif ketika ada perbedaan besar antar negara Keuntungan: diferensiasi produk, responsifitas lokal, risiko politik minimal, risiko nilai tukar diminimalkan Strategi Global Produknya sama di semua negara. Kontrol terpusat - sedikit otoritas pengambilan keputusan di tingkat lokal Efektif ketika perbedaan antar negara kecil Keuntungan: biaya, kegiatan terkoordinasi, pengembangan produk lebih cepat Mode Masuk Pasar Asing Bagian penting dari strategi global adalah metode yang akan digunakan perusahaan untuk memasuki pasar asing. Ada empat kemungkinan mode masuk pasar asing: Mengekspor Perizinan (termasuk waralaba) Bekerja sama Investasi asing langsung Opsi-opsi ini bervariasi dalam tingkat kecepatan, kontrol, dan risiko, serta tingkat investasi dan pengetahuan pasar yang diperlukan. Pemilihan mode entri dapat memiliki dampak signifikan pada keberhasilan pasar luar negeri perusahaan. 23. Proses Manajemen Strategi (Coulter, 2005) Proses manajemen strategis terdiri dari empat elemen: analisis situasi, perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Elemen-elemen ini adalah langkahlangkah yang dilakukan, secara berurutan, ketika mengembangkan rencana manajemen strategis baru. Bisnis yang sudah ada yang telah mengembangkan rencana manajemen strategis akan meninjau kembali langkah-langkah ini saat diperlukan, untuk membuat perubahan dan peningkatan yang diperlukan. a. Analisis Situasi Analisis situasi adalah langkah pertama dalam proses manajemen strategis. Analisis situasi menyediakan informasi yang diperlukan untuk membuat pernyataan visi, misi dan nilai perusahaan. Analisis situasi melibatkan "pemindaian dan evaluasi konteks organisasi, lingkungan eksternal, dan lingkungan organisasi" (Coulter, 2005, hal. 6). Analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik. Pengamatan dan komunikasi adalah dua metode yang sangat efektif. Untuk memulai proses ini, organisasi harus mengamati lingkungan internal perusahaan. Ini termasuk interaksi karyawan dengan karyawan lain, interaksi karyawan dengan manajemen, interaksi manajer dengan manajer lain, dan interaksi manajemen dengan pemegang saham. Selain itu, diskusi, wawancara, dan survei dapat digunakan untuk menganalisis lingkungan internal. b. Perumusan Strategi Perumusan strategi melibatkan perancangan dan pengembangan strategi perusahaan. Menentukan bantuan kekuatan perusahaan dalam perumusan strategi. Perumusan strategi umumnya dipecah menjadi tiga tingkatan organisasi: operasional, kompetitif, dan perusahaan. Strategi operasional bersifat jangka pendek dan terkait dengan berbagai departemen operasional perusahaan, seperti sumber daya manusia, keuangan, pemasaran, dan produksi (Coulter, 2005, hal. 7). Strategi-strategi ini spesifik untuk departemen. Misalnya, strategi sumber daya manusia akan berkaitan dengan tindakan merekrut dan melatih karyawan dengan tujuan meningkatkan modal manusia. Strategi kompetitif adalah strategi yang terkait dengan metode bersaing dalam bisnis atau industri tertentu. Pengetahuan tentang pesaing diperlukan untuk merumuskan strategi kompetitif. Perusahaan harus mengetahui siapa pesaingnya dan bagaimana mereka beroperasi, serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pesaing. Dengan informasi ini, perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif atas pesaing ini. Strategi perusahaan bersifat jangka panjang dan dikaitkan dengan "memutuskan campuran bisnis yang optimal dan arah keseluruhan organisasi" (Coulter, 2005, hal. 216). Beroperasi sebagai bisnis tunggal atau beroperasi sebagai bisnis dengan beberapa divisi, keduanya merupakan bagian dari strategi perusahaan. Organisasi juga perlu menganalisis lingkungan eksternal. Ini akan mencakup pelanggan, pemasok, kreditor, dan pesaing. Beberapa pertanyaan dapat diajukan yang dapat membantu menganalisis lingkungan eksternal. Apa hubungan antara perusahaan dan pelanggannya? Apa hubungan antara perusahaan dan pemasoknya? Apakah perusahaan memiliki hubungan baik dengan kreditornya? Apakah perusahaan secara aktif berusaha meningkatkan nilai bisnis bagi para pemegang sahamnya? Siapa kompetisinya? Apa keunggulan yang dimiliki pesaing daripada perusahaan? c. Implementasi strategi Implementasi strategi melibatkan mempraktikkan strategi. Ini termasuk mengembangkan langkah-langkah, metode, dan prosedur untuk melaksanakan strategi. Ini juga termasuk menentukan strategi mana yang harus diimplementasikan terlebih dahulu. Strategi harus diprioritaskan berdasarkan keseriusan masalah mendasar. Perusahaan pertama-tama harus fokus pada masalah terburuk, kemudian beralih ke masalah lain setelah masalah tersebut diatasi. "Pendekatan untuk menerapkan berbagai strategi harus dipertimbangkan ketika strategi dirumuskan" (Coulter, 2005, hal. 8). Perusahaan harus mempertimbangkan bagaimana strategi akan diberlakukan pada saat yang sama ketika mereka sedang dibuat. Misalnya, ketika mengembangkan strategi sumber daya manusia yang melibatkan pelatihan karyawan, hal-hal yang harus dipertimbangkan termasuk bagaimana pelatihan akan disampaikan, kapan pelatihan akan berlangsung, dan bagaimana biaya pelatihan akan ditanggung. d. Evaluasi Strategi Evaluasi strategi melibatkan "memeriksa bagaimana strategi telah dilaksanakan serta hasil dari strategi" (Coulter, 2005, hal. 8). Ini termasuk menentukan apakah tenggat waktu telah dipenuhi, apakah langkah dan proses implementasi bekerja dengan benar, dan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai. Jika ditentukan bahwa tenggat waktu tidak terpenuhi, proses tidak berfungsi, atau hasil tidak sesuai dengan tujuan aktual, maka strategi dapat dan harus dimodifikasi atau dirumuskan ulang. Baik manajemen dan karyawan terlibat dalam evaluasi strategi, karena masingmasing dapat melihat strategi yang diterapkan dari perspektif yang berbeda. Seorang karyawan mungkin mengenali masalah dalam langkah implementasi spesifik yang manajemen tidak akan dapat mengidentifikasi. Evaluasi strategi harus mencakup metrik dan jadwal yang menantang yang dapat dicapai. Jika tidak mungkin untuk mencapai metrik dan jadwal, maka harapannya tidak realistis dan strateginya pasti akan gagal. Kesimpulan Proses manajemen strategis adalah proses yang berkelanjutan. "Ketika hasil kinerja atau hasil direalisasikan - di setiap tingkat organisasi - anggota organisasi menilai implikasi dan menyesuaikan strategi yang diperlukan" (Coulter, 2005, hal. 9). Selain itu, seiring pertumbuhan dan perubahan perusahaan, demikian juga berbagai strategi. Strategi yang ada akan berubah dan strategi baru akan dikembangkan. Ini semua adalah bagian dari proses berkesinambungan untuk meningkatkan bisnis dalam upaya mencapai dan mencapai tujuan perusahaan. 24. Penentuan Strategi (Fred R. David) Penjelasan : Tahap I dari kerangka kerja perumusan strategi ini terdiri dari 3 macam matriks, yaitu EFE Matrix, IFE Matrix, dan CP Matrix. Ketiga matriks ini disebut sebagai input stage karena berfungsi untuk menimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi-strategi. Informasi yang diperoleh dari analisis kondisi internal, eksternal dan profil kompetitif menjadi informasi dasar untuk tahap pencocokan dan tahap keputusan. Alat-alat input mendorong para penyusun strategi untuk mengukur subjektifitas selama tahap awal proses perumusan strategi. Membuat berbagai keputusan-keputusan kecil dalam matriks input menyangkut signifikansi relatif faktor-faktor eksternal dan internal memungkinkan para penyusun strategi untuk secara lebih efektif menciptakan serta mengevaluasi strategi alternatif. Penilaian intuitif yang baik selalu dibutuhkan dalam menentukan bobot dan peringkat yang tepat. Tahap II, disebut sebagai matching Stage, berfokus pada pembangkitan strategi-strategi alternatif yang dapat dirumuskan melalui penggabungan faktor internal-eksternal yang utama. Teknik tahap 2 ini mencakup TOWS/SWOT Matrix, SPACE Matrix, BCG Matrix, IE Matrix, dan Grand Strategy Matrix Tahap III, disebut sebagai Decision Stage, hanya terdiri dari 1 teknik yaitu Quantitative Strategic Planning Matrix. QSPM ini menggunakan input informasi dari tahap 1 untuk mengevaluasi secara objektif strategi-strategi alternative hasil dari tahap 2 yang diimplementasikan, sehingga ia memberikan suatu basis objektif bagi pemilihan strategi-strategi yang paling tepat. 25. Analisis PEST Pemindaian lingkungan makro eksternal di mana perusahaan beroperasi dapat dinyatakan dalam faktor-faktor berikut: a. P olitical b. E conomic c. S osial d. T echnological PEST adalah akronim untuk empat sumber perubahan: politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Analisis PEST adalah alat yang kuat dan banyak digunakan untuk memahami risiko strategis. Ini mengidentifikasi perubahan dan efek dari lingkungan makro eksternal pada posisi kompetitif perusahaan. Ahli strategi berusaha untuk memahami faktor-faktor eksternal dan mengevaluasi bagaimana model bisnis harus berkembang untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka. Dampak dari faktor-faktor eksternal dimitigasi melalui strategi preemptive dan peluang-peluang baru dieksploitasi setelah adanya posisi kompetitif baru yang dapat diciptakan dalam proses tersebut. Analisis PEST digunakan bersama dengan SWOT (kekuatan dan kelemahan internal, peluang dan ancaman eksternal) dan model lima kekuatan Porter (mencakup efek eksternal pemasok, permintaan konsumen, pendatang baru, produk pengganti, dan persaingan persaingan). Analisis PEST bekerja paling baik ketika faktor lingkungan dianalisis dari perspektif sumber daya, kemampuan, dan kompetensi inti perusahaan. Proses yang terlibat dalam mengeksplorasi lingkungan makro eksternal perusahaan melibatkan lima tahap utama: mengidentifikasi faktor PEST, menganalisis kemungkinan dampak pada perusahaan, mengelompokkannya menjadi peluang dan ancaman, faktor prioritas, dan mengembangkan tindakan strategis korektif atau preemptif. Proses Analisis Pest Proses yang terlibat dalam mengeksplorasi lingkungan makro Ekskternal Perusahaan melibatkan lima tahapan utama yaitu: a. Identifikasi faktor saat ini dan yang akan datang dalam lingkungan politik, ekonomi, sosial, dan teknologi eksternal perusahaan. b. Analisis kemungkinan efek pada posisi kompetitif perusahaan dari masing-masing faktor. c. Kategorisasi masing-masing faktor menjadi peluang atau ancaman bagi perusahaan. d. Prioritas kepentingan strategis dari setiap rangkaian peluang dan ancaman PEST. Penilaian didasarkan pada tingkat dan periode dampak terhadap perusahaan. e. Pengembangan tindakan strategis untuk memperbaiki efek negatif awal dan membangun efek positif. 26. Dampak Pada Pertimbangan Proposisi Perusahaan Atau Bisnis a. Politik 1) Jenis pemerintahan & stabilitasnya 2) Kebijakan kenaikan pajak 3) Tarif perdagangan 4) Sosial & hukum ketenagakerjaan 5) Undang-undang lainnya, mis. perlindungan Konsumen; lingkungan b. Ekonomi 1) Pertumbuhan ekonomi (sekarang / masa depan) 2) Inflasi 3) Pasokan tenaga kerja 4) Interest dan nilai tukar 5) Faktor spesifik industry c. Sosial 1) Demografi 2) Tren gaya hidup 3) Faktor etnik / agama 4) Masalah etis 5) Pendidikan 6) Kesehatan d. Teknologi 1) Penelitian & pengembangan 2) Otomatis 3) Nilai perubahan teknologi 4) Inovasi 5) Minat konsumen & potensi pembelian untuk teknologi baru Peluang dan Ancaman Eksternal Faktor PEST dikombinasikan dengan faktor lingkungan mikro eksternal dapat diklasifikasikan sebagai peluang dan ancaman dalam analisis SWOT. 27. Analisis SWOT Pemindaian lingkungan internal dan eksternal adalah bagian penting dari proses perencanaan strategis. Faktor lingkungan internal perusahaan biasanya dapat diklasifikasikan sebagai kekuatan (S) atau kelemahan (W), dan faktor-faktor eksternal perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai peluang (O) atau ancaman (T). Analisis lingkungan strategis seperti itu disebut sebagai analisis SWOT. Analisis SWOT memberikan informasi yang bermanfaat dalam mencocokkan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan lingkungan kompetitif tempat ia beroperasi. Karena itu, sangat penting dalam perumusan dan seleksi strategi. Diagram berikut menunjukkan bagaimana analisis SWOT cocok dengan pemindaian lingkungan: Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terlibat dalam perencanaan kota, kota, atau lingkungan. Ini melibatkan menentukan tujuan rencana atau proyek dan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang menguntungkan dan tidak menguntungkan untuk mencapai proyek itu. a. Analisis SWOT pertama-tama harus dimulai dengan menentukan keadaan akhir atau tujuan yang diinginkan. Analisis SWOT dapat dimasukkan ke dalam model perencanaan strategis. b. Kekuatan: Karakteristik yang memberi keuntungan. c. Kelemahan: Karakteristik yang memberi kerugian. d. Peluang: Faktor eksternal yang membantu. e. Ancaman: Faktor eksternal yang dapat membahayakan. a. Kekuatan Kekuatan perusahaan adalah sumber daya dan kapabilitasnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan keunggulan kompetitif. Contoh dari kekuatan tersebut termasuk, paten, nama merek yang kuat, dan reputasi yang baik di antara pelanggan, keuntungan biaya dari pengetahuan kepemilikan, akses eksklusif ke sumber daya alam kelas tinggi dan akses yang menguntungkan ke jaringan distribusi. b. Kelemahan Tidak adanya kekuatan tertentu dapat dipandang sebagai kelemahan. Sebagai contoh, masing-masing dari berikut ini dapat dianggap sebagai kelemahan, kurangnya perlindungan paten, nama merek yang lemah, reputasi yang buruk di antara pelanggan, struktur biaya tinggi, dan kurangnya akses ke sumber daya alam terbaik dan kurangnya akses ke saluran distribusi utama. Dalam beberapa kasus, kelemahan mungkin merupakan sisi lain dari kekuatan. Ambil contoh kasus di mana perusahaan memiliki sejumlah besar kapasitas produksi. Walaupun kapasitas ini dapat dianggap sebagai kekuatan yang tidak dimiliki pesaing, itu juga dapat dianggap sebagai kelemahan jika investasi besar dalam kapasitas manufaktur mencegah perusahaan bereaksi cepat terhadap perubahan dalam lingkungan strategis. c. Peluang Analisis lingkungan eksternal dapat mengungkapkan peluang baru tertentu untuk laba dan pertumbuhan. Kebutuhan pelanggan yang tidak terpenuhi, kedatangan teknologi baru, melonggarnya peraturan dan menghilangkan hambatan perdagangan internasional adalah beberapa peluang di beberapa institusi. d. Ancaman Perubahan dalam lingkungan eksternal juga dapat menghadirkan ancaman bagi perusahaan. Beberapa contoh ancaman tersebut termasuk terungkap, pergeseran selera konsumen menjauh dari produk perusahaan, munculnya produk pengganti, peraturan baru dan peningkatan hambatan perdagangan. 28. Matriks SWOT Matriks SWOT menganalisis dengan benar kekuatan dan kelemahan internal serta ancaman dan peluang eksternal untuk memandu strategi yang diharapkan di masa depan (Ralph, 2007). Matriks ini, seperti adalah alat yang berguna untuk perencanaan strategis pengelolaan lingkungan dan dasar mendasar untuk mengidentifikasi kondisi dan merencanakan metode masa depan yang diperlukan untuk pengamatan strategis (Nikolaou & Evangelinos, 2010). Dalam analisis ini, pertama faktor internal dan eksternal dievaluasi yang disebut tahap input, dan informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi ditentukan. Selama tahap kedua, yang disebut tahap perbandingan, semua strategi yang mungkin dipertimbangkan melalui pengembangan sebuah matriks SWOT. Tujuan dari matriks ini adalah untuk menentukan semua strategi yang berlaku dan strategi terbaik tidak dicari pada tahap ini. Ahli strategi dapat menggunakan matriks ini untuk membuat dan memperkenalkan empat jenis strategi (strategi SO, WO, ST, dan WT), seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini: a. Situasi WT: Strategi mini-mini Perusahaan dalam hal ini memiliki peluang pengembangan yang kecil. Ini beroperasi di lingkungan yang tidak bersahabat dan potensi perubahannya kecil. Itu tidak memiliki kekuatan yang signifikan, yang dapat menahan ancaman. Tujuan dari strategi Mini-Mini adalah untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman. Strategi minimini bermuara pada skenario pesimistis seperti likuidasi perusahaan atau dalam situasi yang optimis - untuk berjuang untuk bertahan hidup dengan bergabung dengan organisasi lain. b. Situasi WO: strategi Mini-Maxi Dalam situasi ini perusahaan memiliki lebih banyak kerentanan (kelemahan), tetapi lingkungannya menyediakan banyak peluang untuk menyelesaikannya. Strategi MiniMaxi berupaya meminimalkan kelemahan dan memaksimalkan peluang. Strategi tersebut harus mencakup eksploitasi peluang-peluang ini sambil mengurangi atau memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam organisasi. Kegiatan outsourcing atau mengakuisisi perusahaan lain dengan sumber daya yang tepat bisa menjadi pilihan misalnya. c. Situasi ST: Strategi Maxi-Mini Dalam hal ini kita melihat perusahaan yang kuat beroperasi di lingkungan yang tidak bersahabat. Tujuan dari strategi Maxi-Mini adalah untuk memaksimalkan kekuatan perusahaan sambil meminimalkan ancaman melalui kekuatan-kekuatan ini. Perusahaan dengan kemampuan keuangan yang kuat dan keterampilan mengurangi biaya, dapat menurunkan harganya untuk mengusir persaingan. d. Situasi SO: Strategi Maxi-Maxi Perusahaan mana pun ingin berada dalam posisi di mana ia dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang. Perusahaan semacam itu dapat memimpin dari kekuatan, memanfaatkan sumber dayanya untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ditawarkan pasar. Perusahaan dalam situasi ini dapat berpikir tentang ekspansi internasional atau diversifikasi portofolio produk mereka untuk meningkatkan pendapatan. 29. Posisi Strategis Dan Matriks Evaluasi (Space) Hasil identifikasi terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman selanjutnya dianalisis lebih mendalam dan dinilai setiap faktornya sehingga dapat dipetakan ke matriks SWOT. Matriks yang hampir sama dengan SWOT adalah Strategic Position and Action Evaluation Matrix (Matriks SPACE). Setelah menganalisis SWOT perusahaan, matriks SPACE dapat disusun. Matriks ini menunjukkan kondisi dua dimensi internal perusahaan yaitu Financial Strength (FS) dan Competitive Advantage (CA) serta dua dimensi eksternal perusahaan yaitu Environmental Stability (ES) dan Industry Strength (IS). Letak persamaannya pada matriks SPACE bahwa komponen S diwakili FS, komponen W digantikan oleh CA, komponen O oleh IS, dan komponen T oleh ES. Tabel dibawah ini adalah contoh yang memperlihatkan faktor penyusun matriks SPACE. Matriks SPACE memiliki empat kuadran sifat strategi yang terdiri dari agresif, konservatif, defensif, dan kompetitif seperti di bawah ini: Perusahaan di posisi aggresif adalah posisi sempurna untuk menggunakan kekuatan internal dalam memanfaatkan keunggulan peluang eksternal, mengatasi kelemahan internal, menghadapi ancaman eksternal. Strateginya adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, diversifikasi konglomerat, diversifikasi konsentrik, diversifikasi horizontal, atau kombinasi di atas. Pada posisi konservatif, menunjukkan perusahaan mendekati kompetensi dasarnya dan tidak mengambil risiko. Strateginya adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi konsentrik. Di posisi kompetitif, menunjukkan strategi persaingan yang terdiri dari penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, dan usaha patungan. Perusahaan di posisi defensif sebaiknya fokus memperbaiki kelemahan internal dan menghadapi ancaman eksternal. Strategi pilihan adalah penciutan (retrenchment), penciutan bisnis (divestiture), likuidasi, diversifikasi konsentrik. Tahapan matriks SPACE sebagai berikut; a. Memilih beberapa variabel untuk identifikasi FS, CA, ES, dan IS. b. Memasukkan angka yang berjarak antara +1 (terburuk) hingga +6 (terbaik) untuk tiap variabel yang mewakili FS dan IS. Kemudian, angka yang berjarak antara -6 (terburuk) hingga -1 (yang terbaik) dimasukkan untuk tiap variabel yang mewakili ES dan CA. c. Menghitung mean tiap FS, CA, IS, ES dengan menjumlahkan nilai yang telah diberikan pada tiap variabel di tiap dimensi lalu dibagi dengan jumlah variabel yang masuk di tiap dimensi. d. Memasukkan nilai rata-rata yang telah dihitung untuk tiap dimensi. e. Menambahkan nilai rata-rata di sumbu X dan memasukkan hasilnya di sumbu X. Adapun berlaku hal yang sama di sumbu Y. f. Memasukkan perpotongan antar keduanya di titik XY yang baru. g. Menentukan posisi koordinat dari nilai matriks yang telah diketahui melalui titik perpotongan. Langkah berikutnya adalah pemilihan strategi perusahaan. 30. Matriks BCG Untuk mengetahui posisi kompetisi dari masing-masing portofolio produk telah dikembangkan banyak teknik untuk menggambarkan operasi perusahaan yang terdiversifikasi sebagai portofolio bisnis. Teknik yang paling banyak digunakan adalah matriks pertumbuhan/segmen pasar dari matriks BCG. Matriks BCG diperkenalkan oleh Boston Consulting Group (BCG) yang merupakan metode untuk mengadakan perbandingan di antara portofolio unit bisnis dalam suatu perusahaan. Sebagai tolak ukur digunakan tingkat volume penjualan (ekspansi pertumbuhan kredit) dari masingmasing portofolio unit bisnis, yang digambarkan melalui sumbu vertikal. Sedangkan sumbu horizontal menggambarkan dimensi market share dibandingkan dengan kompetitornya. Letak dari unit bisnis menggambarkan posisi relatifnya di masa yang akan datang. Setiap unit bisnis digambarkan dalam bentuk lingkaran dengan ukuran diameter yang menunjukkan pencapaian relatif market share. Matriks BCG ini akan membantu dalam pengambilan keputusan oleh perusahaan terhadap masing-masing area bisnisnya. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam gambar di bawah ini; Prinsip dasar dari matriks BCG adalah membagi sebuah daerah dengan dua garis yaitu garis vertikal dan horizontal menjadi empat daerah kuadran. Garis horizontal menggambarkan posisi relatif dari pangsa pasar yang dikuasai perusahaan, sedangkan garis vertikal menggambarkan tingkat pertumbuhan pangsa pasar. Unit-unit usaha yang terletak pada salah satu dari keempat kuadran memiliki posisi arus kas yang berbeda dan perlu dikelola secara berbeda pula. Keempat kuadran tersebut dapat diperinci sebagai berikut; Kuadran I: Question Marks (tanda tanya). Usaha-usaha dengan bagian pasar relatif rendah dalam pasar yang pertumbuhannya pesat. Usaha ini memerlukan arus kas masuk yang besar untuk membiayai pertumbuhannya serta merupakan penghasil dana yang lemah karena posisi bersaingnya rendah. Unit bisnis yang berada pada tingkat pertumbuhan tinggi menguasai pangsa pasar yang rendah. Akibatnya, tingkat keuntungan rendah dan membutuhkan dana investasi yang besar jika perusahaan ingin tumbuh berkembang. Karena pertumbuhan pasar yang masih tinggi mereka dapat memilih menanamkan dana besar dengan tujuan meningkatkan pangsa pasar sehingga posisi dapat berubah menjadi bintang. Kuadran II: Stars (bintang). Usaha-usaha dengan bagian pasar relatif yang tinggi serta pertumbuhannya pesat, biasanya memerlukan dana yang besar guna menunjang pertumbuhannya tetapi mempunyai posisi pasar yang kuat dan menghasilkan laba tinggi. Usaha-usaha ini berada pada posisi arus kas yang baik, yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai bisnis lain yang sedang berkembang. Suatu portofolio unit bisnis yang berada pada tingkat pertumbuhan pangsa pasar yang tinggi dan menguasai pangsa pasar yang relatif besar. Bisnis yang berada pada posisi ini membutuhkan dana investasi yang sangat besar, jika tidak dapat membiayai pertumbuhannya dari keuntungan, untuk menjaga posisinya dari ancaman pesaing dan dapat memakai strategi ekspansi untuk memperbesar usaha. Jika tingkat pertumbuhan mulai turun, maka unit bisnis ini dapat menjadi cash cows dan sumber dana yang kuat. Kuadran III: Cash Cows (sapi perah). Usaha-usaha dengan bagian pasar relatif yang tinggi dalam pasar yang pertumbuhannya rendah. Usaha ini akan menghasilkan arus kas yang baik yang dapat dimanfaatkan untuk membiayai bisnis lain yang sedang berkembang. Portofolio unit bisnis dengan tingkat pertumbuhan pasar yang rendah dan menguasai pangsa pasar yang relatif tinggi. Posisi ini merupakan posisi menguntungkan dan menghasilkan cash cows yang digunakan untuk membiayai unit bisnis lain yang sedang tumbuh. Kuadran IV: Dogs (anjing). Usaha-usaha dengan bagian pasar relatif yang rendah di pasar yang pertumbuhannya juga rendah. Usaha ini merupakan perangkap dana (cash trap) karena posisi bersaingnya juga lemah (Michael E. Porter, 1980). Unit bisnis yang berada pada tingkat pertumbuhan pasar yang rendah dan relatif pangsa pasar yang kecil. Karena penjualannya yang dihasilkan sangat rendah, akibatnya hanya menghasilkan cash flow yang rendah. Tidak ada kemungkinan bahwa posisi ini akan menjadi cash cow karena unit bisnis pada posisi dogs biasanya akan dilikuidasi. Menurut matriks BCG ini, usaha sapi perah merupakan sumber dana bagi usahausaha perusahaan lainnya. Idealnya, untuk mengangkat bisnis tanda tanya menjadi bintang. Setelah menjadi bintang, bisnis ini akan menjadi sapi perah bila pertumbuhannya menurun. Bisnis tanda tanya yang tidak terpilih akan dikelola untuk menghasilkan uang kas ataupun dihilangkan dari portofolio. Dengan pemikiran ini perusahaan harus mengelola portofolionya agar posisi yang menguntungkan perusahaan tercapai dan agar portofolio tersebut selalu berada dalam keseimbangan kas. 31. Matriks Internal-Eksternal (IE) S dan W diskorkan dalam Internal Factor Evaluation Matrix (Matriks IFE). Sedangkan, O dan W diskorkan dalam External Factor Evaluation Matrix (Matriks EFE). Setelah menentukan total skor tertimbang dari matriks IFE dan EFE, langkah berikutnya adalah pembentukan Internal-External Matrix (Matriks IE). Matriks IE merupakan penyederhanaan dari orisinalnya yaitu GE Stop Light Matrix (Matriks GESL). Jika matriks GESL menggunakan daya tarik industri dan kekuatan persaingan, matriks IE menggunakan skor IFE dan EFE. Namun demikian, formulasi strategi tiap kuadran keduanya hampir sama. Matriks IE menentukan letak posisi perusahaan dalam sembilan kuadran, tiap kuadran dikelompokkan dalam tiga area sebagai alternatif strategi bisnis, seperti tabel di bawah ini; a. Area kotak I, II, IV; posisi perusahaan yang berada di area ini tetap akan bertumbuh dan dibangun (growth and build). Strategi yang dapat dipilih adalah intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk) atau integrasi (forward, backward, dan horizontal). b. Area kotak III, V, VII; posisi perusahaan pada area ini diupayakan untuk tetap dijaga dan dipertahankan (hold and maintain). Strategi yang dapat dipilih adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. c. Area kotak VI, VIII, IX; posisi di area ini tidak mampu untuk rejuvenasi (harvest and divest). Pemilihan strategi sebaiknya dijual. Matriks Grand Strategy Matriks grand strategy merupakan alat analisis posisi yang didasarkan atas dua kombinasi dimensi antara market growth dari BCG dan competitive position dari Competitive Profile Matrix (CPM). Dalam praktek bisnis dewasa ini berkembang 12 strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan yang disebut strategi total (grand strategy). a. Concentrated Growth (penetrasi pasar) Strategi yang mengarahkan sumber dayanya pada pertumbuhan yang menguntungkan hanya dari satu produk, dalam satu pasar, dengan satu teknologi yang dominan. b. Pengembangan Pasar Pengembangan pasar merupakan modifikasi pemasaran produk sekarang ke pelanggan dalam lingkup pasar yang berhubungan, dengan menambah saluran distribusi atau mengubah komunikasi pemasaran. Strategi ini disebut juga ekspansi pasar dengan memasuki pasar-pasar yang baru. c. Pengembangan Produk Pengembangan produk mencakup modifikasi yang substansial dari produk yang ada atau penciptaan produk baru yang berkaitan dan dapat dipasarkan pada pelanggan melalui saluran distribusi yang ada. Strategi pengembangan produk dipakai baik untuk memperpanjang daur hidup produk maupun untuk mengambil manfaat keuntungan dari reputasi atau merek. d. Inovasi Strategi inovasi adalah hasil pemikiran dan ide inovatif terhadap produk sehingga mempunyai kinerja lebih atau unggul dibanding dengan produk sejenis lainnya. Berbeda dengan pengembangan produk yang memodifikasi produk untuk memperpanjang daur hidup produk yang ada, strategi ini adalah menciptakan produk baru atau daur hidup produk yang baru. e. Integrasi Horizontal Strategi ini dilakukan dengan mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing di bisnis yang sama dengan perusahaan. Strategi ini biasanya mengakuisisi atau pengambilalihan terhadap perusahaan sejenis. f. Integrasi Vertikal Strategi integrasi vertikal terdiri dari integrasi ke belakang (backward vertical integration) dan integrasi ke depan (forward vertical integration). Integrasi ke belakang adalah mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok atau jaringan bahan baku, sedangkan integrasi ke depan adalah mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas saluran distribusi. Dengan kata lain, integrasi ke depan mengakuisisi perusahaan jaringan distribusi sedangkan integrasi ke belakang mengakuisisi perusahaan pemasok. g. Joint Ventures (usaha patungan) Dua atau lebih perusahaan bekerjasama untuk membentuk suatu perusahaan baru yang terpisah dari induknya masing-masing. Masing-masing menyatukan sumber dayanya dalam satu perusahaan baru. h. Diversifikasi Konsentrik Strategi diversifikasi konsentrik adalah menambah produk-produk baru yang saling berhubungan untuk pasar yang sama atau memasuki bisnis baru yang berhubungan erat dengan bisnis utama sekarang. i. Diversifikasi Konglomerat Strategi diversifikasi konglomerat adalah menambah produk-produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar berbeda atau memasuki bisnis baru yang sama sekali tidak berhubungan dengan bisnis utama sekarang. j. Retrenchment dan Turnaround (penciutan) Strategi ini adalah penghematan biaya dengan cara mengurangi sebagian aset perusahaan ataupun biaya overhead seperti biaya tenaga kerja dan peralatan, dengan tujuan menanggulangi turunnya penjualan dan keuntungan. k. Divestiture (penciutan bisnis) Strategi dengan cara menjual unit bisnis ataupun sebagian dari perusahaan dengan tujuan memperbaiki kinerja perusahaan. Strategi ini digunakan biasanya setelah strategi retrenchment yang digunakan mengalami kegagalan. Strategi ini sering disebut sebagai penciutan bisnis. l. Likuidasi Strategi likuidasi merupakan jalan terakhir perusahaan akibat kegagalan dalam kinerja perusahaan yaitu dengan menjual seluruh aset perusahaan atau dengan kata lain menutup perusahaan. Prinsip dalam analisis matriks grand strategy adalah memosisikan Strategy Business Unit (SBU) ke dalam salah satu dari keempat kuadran yang dibentuk oleh garis horizontal yang melukiskan posisi daya saing perusahaan dan garis vertikal yang menggambarkan tingkat pertumbuhan pasar (Fred R. David, 2001) Setelah posisi diketahui, maka dapat dipilih beberapa strategi alternatif yang cocok dengan posisi tersebut. Lihat gambar di bawah ini; Posisi perusahaan di kuadran I memiliki kedudukan strategi yang istimewa (excellent position) yaitu tetap berkonsentrasi pada pasar dan produknya (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk). Apabila sumber daya kurang mendukung, strategi yang efektif adalah integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal. Jika fokus pada produk tunggal, diversifikasi konsentrik dapat menekan risiko akibat sempitnya lini produk. Perusahaan dapat memanfaatkan keunggulan atas peluang eksternal di berbagai wilayah, bahkan diperlukan dengan cara mengambil resiko sangat agresif. Sedangkan perusahaan pada posisi kuadran II berarti memerlukan evaluasi kembali pendekatannya terhadap pasar karena walaupun industrinya sedang tumbuh, tidak dapat efektif dalam bersaing. Kondisi pertumbuhan pasar di kuadran ini sangat cepat, oleh karena itu strategi intensif merupakan pilihan utama. Apabila perusahaan tidak memiliki keunggulan bersaing atau kemampuannya terbatas, integrasi horizontal dapat digunakan. Perusahaan yang berada di kuadran III perlu melakukan perubahan besar secara cepat untuk menghindari likuidasi dengan menekan biaya dan aset. Posisi bersaing perusahaan lemah disertai dengan pertumbuhan industri yang lambat. Alternatif strategi adalah memindahkan sumber daya ke area lain. Jika gagal, sebaiknya dilikuidasi atau penciutan bisnis. Sementara itu, perusahaan di posisi kuadran IV adalah posisi yang aman, posisi bersaing kuat, namun dengan pertumbuhan pasar yang lambat sehingga perlu melakukan diversifikasi. Ciri kondisinya ditunjukkan melalui cash flow yang tinggi serta kebutuhan pertumbuhan internal terbatas. Strategi yang dapat dipilih adalah diversifikasi konsentrik, integrasi horizontal, diversifikasi konglomerat, dan usaha patungan. 32. Matriks Ansoff Untuk menggambarkan alternatif strategi pertumbuhan perusahaan, Igor Ansoff mempresentasikan matriks yang berfokus pada produk dan pasar (pelanggan) yang ada dan potensial perusahaan. Dengan mempertimbangkan cara untuk tumbuh melalui produk yang sudah ada dan produk baru, dan di pasar yang sudah ada dan pasar baru, ada empat kemungkinan kombinasi produk-pasar. Matriks Ansoff ditunjukkan di bawah ini: Matriks Ansoff menyediakan empat strategi pertumbuhan yang berbeda: a. Penetrasi Pasar - perusahaan berusaha untuk mencapai pertumbuhan dengan produk yang ada di segmen pasar mereka saat ini, yang bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasarnya. b. Pengembangan Pasar - perusahaan mencari pertumbuhan dengan menargetkan produk yang sudah ada ke segmen pasar baru. c. Pengembangan Produk - perusahaan mengembangkan produk baru yang ditargetkan untuk segmen pasar yang ada. d. Diversifikasi - perusahaan tumbuh dengan melakukan diversifikasi ke bisnis baru dengan mengembangkan produk baru untuk pasar baru. Memilih Strategi Pertumbuhan Pasar-Produk Strategi penetrasi pasar adalah yang paling tidak berisiko karena memanfaatkan banyak sumber daya dan kemampuan perusahaan yang ada. Dalam pasar yang tumbuh, mempertahankan pangsa pasar saja akan menghasilkan pertumbuhan, dan mungkin ada peluang untuk meningkatkan pangsa pasar jika pesaing mencapai batas kapasitas. Namun, penetrasi pasar memiliki batasan, dan begitu pasar mendekati kejenuhan, strategi lain harus dilakukan jika perusahaan ingin terus tumbuh. Opsi pengembangan pasar mencakup pengejaran segmen pasar tambahan atau wilayah geografis. Pengembangan pasar baru untuk produk dapat menjadi strategi yang baik jika kompetensi inti perusahaan lebih terkait dengan produk spesifik daripada pengalamannya dengan segmen pasar tertentu. Karena perusahaan memperluas ke pasar baru, strategi pengembangan pasar biasanya memiliki lebih banyak risiko daripada strategi penetrasi pasar. Strategi pengembangan produk mungkin tepat jika kekuatan perusahaan terkait dengan pelanggan spesifiknya dan bukan dengan produk spesifik itu sendiri. Dalam situasi ini, ia dapat memanfaatkan kekuatannya dengan mengembangkan produk baru yang ditargetkan untuk pelanggan yang sudah ada. Mirip dengan kasus pengembangan pasar baru, pengembangan produk baru membawa risiko lebih dari sekadar berusaha meningkatkan pangsa pasar. Diversifikasi adalah yang paling berisiko dari empat strategi pertumbuhan karena memerlukan pengembangan produk dan pasar dan mungkin berada di luar kompetensi inti perusahaan. Bahkan, kuadran dari matriks ini telah disebut oleh beberapa orang sebagai "sel bunuh diri". Namun, diversifikasi dapat menjadi pilihan yang masuk akal jika risiko tinggi dikompensasi dengan kemungkinan tingkat pengembalian yang tinggi. Keuntungan lain dari diversifikasi termasuk potensi untuk mendapatkan pijakan di industri yang menarik dan pengurangan risiko portofolio bisnis secara keseluruhan. 33. Matriks GE / McKinsey Dalam berkonsultasi dengan General Electric pada tahun 1970-an, McKinsey & Company mengembangkan matriks portofolio sembilan sel sebagai alat untuk menyaring portofolio besar unit bisnis strategis (SBU) GE. Layar bisnis ini kemudian dikenal sebagai Matriks GE / McKinsey. Matriks GE / McKinsey mirip dengan matriks pertumbuhan-berbagi BCG dalam hal ini memetakan unit bisnis strategis pada grid industri dan posisi SBU dalam industri. Namun, matriks GE, berupaya untuk memperbaiki matriks BCG dalam dua cara berikut: Matriks GE menggeneralisasi sumbu sebagai "Daya Tarik Industri" dan "Kekuatan Unit Bisnis" sedangkan matriks BCG menggunakan tingkat pertumbuhan pasar sebagai proksi untuk daya tarik industri dan pangsa pasar relatif sebagai proksi untuk kekuatan unit bisnis. Matriks GE memiliki sembilan sel vs empat sel dalam matriks BCG. Daya tarik industri dan kekuatan unit bisnis dihitung dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kriteria untuk masing-masing, menentukan nilai setiap parameter dalam kriteria, dan mengalikan nilai itu dengan faktor pembobotan. Hasilnya adalah ukuran kuantitatif daya tarik industri dan kinerja relatif unit bisnis dalam industri itu. a. Daya Tarik Industri Sumbu vertikal dari matriks GE / McKinsey adalah daya tarik industri, yang ditentukan oleh faktor-faktor seperti berikut: 1) Tingkat pertumbuhan pasar 2) Ukuran pasar 3) Variabilitas permintaan 4) Profitabilitas industry 5) Persaingan industry 6) Peluang global 7) Faktor Makroenvironmental (PEST) Setiap faktor diberi bobot yang sesuai untuk industri. Daya tarik industri kemudian dihitung sebagai berikut: Daya tarik industri = nilai faktor1 x bobot faktor1 + nilai faktor2 x bobot faktor2. . . + Nilai faktorN x pembobotan faktorN b. Kekuatan Unit Bisnis Sumbu horizontal dari matriks GE / McKinsey adalah kekuatan dari unit bisnis. Beberapa faktor yang dapat digunakan untuk menentukan kekuatan unit bisnis meliputi: 1) Saham 2) Pertumbuhan pangsa pasar 3) Ekuitas merek 4) Akses saluran distribusi 5) Kapasitas produksi 6) Margin keuntungan relatif terhadap pesaing Indeks kekuatan unit bisnis dapat dihitung dengan mengalikan nilai estimasi masing-masing faktor dengan bobot faktor, seperti yang dilakukan untuk daya tarik industri. c. Merencanakan Informasi Setiap unit bisnis dapat digambarkan sebagai lingkaran yang diplot pada matriks, dengan informasi yang disampaikan sebagai berikut: 1) Ukuran pasar diwakili oleh ukuran lingkaran. 2) Pangsa pasar ditunjukkan dengan menggunakan lingkaran sebagai diagram lingkaran. 3) Posisi lingkaran yang diharapkan di masa depan digambarkan dengan menggunakan panah. Berikut ini adalah contoh dari representasi seperti itu: Bayangan lingkaran di atas menunjukkan 38% pangsa pasar untuk unit bisnis strategis. Panah ke arah kiri atas menunjukkan bahwa unit bisnis diproyeksikan untuk memperoleh kekuatan relatif terhadap pesaing, dan bahwa unit bisnis berada dalam industri yang diproyeksikan menjadi lebih menarik. Ujung panah menunjukkan posisi masa depan dari titik pusat lingkaran. d. Implikasi Strategis Rekomendasi alokasi sumber daya dapat dibuat untuk menumbuhkan, menahan, atau memanen unit bisnis strategis berdasarkan posisinya pada matriks sebagai berikut: 1) Tumbuhkan unit bisnis yang kuat di industri yang menarik, unit bisnis yang rata-rata di industri yang menarik, dan unit bisnis yang kuat di industri yang rata-rata. 2) Tahan bisnis rata-rata di industri biasa-biasa saja, bisnis yang kuat di industri yang lemah, dan bisnis yang lemah di industri yang menarik. 3) Memanen unit bisnis yang lemah di industri yang tidak menarik, unit bisnis rata-rata di industri yang tidak menarik, dan unit bisnis yang lemah di industri rata-rata. Ada variasi strategi dalam ketiga kelompok ini. Sebagai contoh, dalam kelompok panen perusahaan akan cenderung cepat melepaskan diri dari bisnis yang lemah dalam industri yang tidak menarik, sedangkan itu mungkin melakukan panen bertahap unit bisnis rata-rata di industri yang sama. Meskipun layar bisnis GE menunjukkan peningkatan dari matriks pertumbuhansaham BCG yang lebih sederhana, itu masih menyajikan pandangan yang agak terbatas dengan tidak mempertimbangkan interaksi di antara unit-unit bisnis dan dengan mengabaikan untuk menunjuk kompetensi inti yang mengarah pada penciptaan nilai. Daripada berfungsi sebagai alat utama untuk alokasi sumber daya, matriks portofolio lebih cocok untuk menampilkan sinopsis cepat dari unit bisnis strategis. 34. Keunggulan kompetitif Ketika suatu perusahaan mempertahankan laba yang melebihi rata-rata untuk industrinya, perusahaan tersebut dikatakan memiliki keunggulan kompetitif atas para pesaingnya. Tujuan dari banyak strategi bisnis adalah untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Michael Porter mengidentifikasi dua tipe dasar keunggulan kompetitif: keuntungan biaya keunggulan diferensiasi Keunggulan kompetitif ada ketika perusahaan mampu memberikan manfaat yang sama dengan pesaing tetapi dengan biaya lebih rendah (keunggulan biaya), atau memberikan manfaat yang melebihi manfaat produk pesaing (keunggulan diferensiasi). Dengan demikian, keunggulan kompetitif memungkinkan perusahaan untuk menciptakan nilai superior bagi pelanggannya dan keuntungan superior untuk dirinya sendiri. Keuntungan biaya dan diferensiasi dikenal sebagai keunggulan posisional karena mereka menggambarkan posisi perusahaan dalam industri sebagai pemimpin dalam biaya atau diferensiasi. Pandangan berbasis sumber daya menekankan bahwa perusahaan memanfaatkan sumber daya dan kemampuannya untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang pada akhirnya menghasilkan penciptaan nilai yang unggul. Diagram berikut ini menggabungkan pandangan berbasis sumber daya dan posisi untuk menggambarkan konsep keunggulan kompetitif: 35. Sumber Daya dan Kemampuan Menurut pandangan berbasis sumber daya, untuk mengembangkan keunggulan kompetitif perusahaan harus memiliki sumber daya dan kemampuan yang lebih unggul dari para pesaingnya. Tanpa keunggulan ini, para pesaing hanya bisa meniru apa yang dilakukan perusahaan dan keuntungan apa pun dengan cepat akan hilang. Sumber daya adalah aset khusus perusahaan yang berguna untuk menciptakan keunggulan biaya atau diferensiasi dan hanya sedikit yang bisa diperoleh pesaing. Berikut ini adalah beberapa contoh sumber daya tersebut: a. Paten dan merek dagang b. Pengetahuan hak milik c. Basis pelanggan yang diinstal d. Reputasi perusahaan e. Ekuitas merek Kemampuan mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan sumber dayanya secara efektif. Contoh kemampuan adalah kemampuan untuk membawa produk ke pasar lebih cepat daripada pesaing. Kemampuan seperti itu tertanam dalam rutinitas organisasi dan tidak mudah didokumentasikan sebagai prosedur dan karenanya sulit untuk ditiru oleh pesaing. Sumber daya dan kemampuan perusahaan bersama-sama membentuk kompetensi khasnya. Kompetensi ini memungkinkan inovasi, efisiensi, kualitas, dan daya tanggap pelanggan, yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keunggulan biaya atau keunggulan diferensiasi. a. Keuntungan Biaya dan Keuntungan Diferensiasi Keunggulan kompetitif diciptakan dengan menggunakan sumber daya dan kemampuan untuk mencapai struktur biaya yang lebih rendah atau produk yang berbeda. Perusahaan memposisikan dirinya dalam industrinya melalui pilihan biaya rendah atau diferensiasi. Keputusan ini adalah komponen utama dari strategi kompetitif perusahaan. Keputusan penting lainnya adalah seberapa luas atau sempit segmen pasar untuk ditargetkan. Porter membentuk matriks menggunakan keunggulan biaya, keunggulan diferensiasi, dan fokus luas atau sempit untuk mengidentifikasi serangkaian strategi generik yang dapat dikejar perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. b. Penciptaan Nilai Perusahaan menciptakan nilai dengan melakukan serangkaian kegiatan yang diidentifikasi Porter sebagai rantai nilai. Selain kegiatan penciptaan nilai perusahaan sendiri, perusahaan beroperasi dalam sistem nilai kegiatan vertikal termasuk yang dari pemasok hulu dan anggota saluran hilir. Untuk mencapai keunggulan kompetitif, perusahaan harus melakukan satu atau lebih aktivitas menciptakan nilai dengan cara yang menciptakan nilai keseluruhan lebih daripada pesaing. Nilai superior diciptakan melalui biaya yang lebih rendah atau manfaat superior bagi konsumen (diferensiasi). 36. Rantai Nilai Untuk menganalisis kegiatan spesifik di mana perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif, akan berguna untuk memodelkan perusahaan sebagai rantai kegiatan penciptaan nilai. Michael Porter mengidentifikasi serangkaian kegiatan generik yang saling terkait yang umum untuk berbagai perusahaan. Model yang dihasilkan dikenal sebagai rantai nilai dan digambarkan di bawah ini: Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menciptakan nilai yang melebihi biaya penyediaan produk atau layanan, sehingga menghasilkan margin keuntungan. a. Logistik masuk termasuk penerimaan, pergudangan, dan kontrol inventaris bahan input. b. Operasi adalah kegiatan menciptakan nilai yang mengubah input menjadi produk akhir. c. Logistik keluar adalah kegiatan yang diperlukan untuk mendapatkan produk jadi kepada pelanggan, termasuk pergudangan, pemenuhan pesanan, dll. d. Pemasaran & Penjualan adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan membuat pembeli membeli produk, termasuk pemilihan saluran, iklan, harga, dll e. Aktivitas layanan adalah aktivitas yang mempertahankan dan meningkatkan nilai produk termasuk dukungan pelanggan, layanan perbaikan, dll. Setiap atau semua kegiatan utama ini mungkin penting dalam mengembangkan keunggulan kompetitif. Sebagai contoh, kegiatan logistik sangat penting untuk penyedia layanan distribusi, dan kegiatan layanan dapat menjadi fokus utama bagi perusahaan yang menawarkan kontrak perawatan di tempat untuk peralatan kantor. Kelima kategori ini generik dan digambarkan di sini secara umum. Setiap aktivitas generik mencakup aktivitas spesifik yang berbeda di setiap industri. a. Kegiatan Pendukung Kegiatan rantai nilai utama yang dijelaskan di atas difasilitasi oleh kegiatan pendukung. Porter mengidentifikasi empat kategori umum dari kegiatan pendukung, yang detailnya adalah khusus industri. 1) Pengadaan - fungsi pembelian bahan baku dan input lain yang digunakan dalam kegiatan penciptaan nilai. 2) Pengembangan Teknologi - termasuk penelitian dan pengembangan, otomatisasi proses, dan pengembangan teknologi lainnya yang digunakan untuk mendukung kegiatan rantai nilai. 3) Manajemen Sumber Daya Manusia - kegiatan yang terkait dengan perekrutan, pengembangan, dan kompensasi karyawan. 4) Infrastruktur Perusahaan - termasuk kegiatan seperti keuangan, hukum, manajemen mutu, dll. Kegiatan pendukung sering dipandang sebagai "overhead", tetapi beberapa perusahaan berhasil menggunakannya untuk mengembangkan keunggulan kompetitif, misalnya, untuk mengembangkan keunggulan biaya melalui manajemen sistem informasi yang inovatif. b. Analisis Rantai Nilai Untuk lebih memahami kegiatan yang mengarah pada keunggulan kompetitif, seseorang dapat mulai dengan rantai nilai generik dan kemudian mengidentifikasi kegiatan spesifik perusahaan yang relevan. Aliran proses dapat dipetakan, dan aliran ini digunakan untuk mengisolasi aktivitas penciptaan nilai individu. Setelah kegiatan diskrit ditentukan, hubungan antara kegiatan harus diidentifikasi. Tautan ada jika kinerja atau biaya dari satu aktivitas memengaruhi yang lain. Keunggulan kompetitif dapat diperoleh dengan mengoptimalkan dan mengkoordinasikan kegiatan terkait. Rantai nilai juga berguna dalam keputusan outsourcing. Memahami keterkaitan antara kegiatan dapat menyebabkan keputusan membuat-atau-membeli yang lebih optimal yang dapat menghasilkan keuntungan biaya atau keunggulan diferensiasi. c. Sistem Nilai Rantai nilai perusahaan menghubungkan ke rantai nilai pemasok hulu dan pembeli hilir. Hasilnya adalah aliran kegiatan yang lebih besar yang dikenal sebagai sistem nilai. Pengembangan keunggulan kompetitif tidak hanya bergantung pada rantai nilai spesifik perusahaan, tetapi juga pada sistem nilai di mana perusahaan menjadi bagiannya. 37. Hambatan untuk Masuk dan Keluar Rintangan untuk masuk adalah sesuatu yang menghalangi atau menghambat kemampuan perusahaan (pesaing) untuk memasuki suatu industri. Suatu penghalang untuk keluar adalah sesuatu yang menghalangi atau menghambat kemampuan suatu perusahaan (pesaing) untuk meninggalkan suatu industri. Secara umum, industri yang sulit bagi pesaing baru untuk masuk dapat menikmati periode profitabilitas yang baik dan persaingan terbatas di antara pesaing. Sebaliknya, industri yang mudah masuk menarik perusahaan baru ke dalam industri selama periode profitabilitas. Jadi, persaingan di antara para pesaing bisa sangat ketat. Di sisi lain, industri yang sulit untuk keluar memiliki persaingan lebih dari industri yang mudah untuk pergi. Beberapa hambatan umum untuk masuk dan keluar tercantum di bawah ini. a. Hambatan Khas untuk Masuk 1) Ukuran ekonomis - Kebutuhan volume produksi dan penjualan yang besar untuk mencapai tingkat biaya per unit produksi untuk mendapatkan keuntungan merupakan penghalang untuk masuk. 2) Intensif modal - Investasi modal besar per unit output dalam fasilitas cenderung membatasi masuknya industri. 3) Kekayaan intelektual - Paten dan jenis lain dari kekayaan intelektual sangat efektif dalam membatasi masuknya industri. 4) Biaya switching yang tinggi - Kecenderungan bagi pembeli produk industri untuk enggan beralih ke pemasok baru cenderung membatasi masuknya. 5) Identitas merek yang mapan - Industri yang didominasi oleh produk bermerek sulit untuk masuk karena banyaknya waktu dan uang yang dibutuhkan untuk membuat produk bermerek yang bersaing. 6) Persyaratan perizinan - Industri di mana perizinan dan lisensi diperlukan untuk membuat produksi cenderung memiliki entri terbatas. 7) Standar pemerintah - Industri yang memiliki standar industri yang kaku cenderung memiliki entri terbatas. b. Hambatan Khas untuk Keluar 1) Investasi dalam peralatan spesialis - Investasi dalam peralatan khusus yang tidak dapat dengan mudah digunakan dalam industri lain cenderung menjadi penghalang untuk meninggalkan industri. 2) Keahlian khusus - Keahlian yang sangat terspesialisasi oleh peserta industri yang tidak dapat dimanfaatkan dalam industri lain cenderung menjadi penghalang untuk meninggalkan industri. 3) Biaya tetap tinggi - Tingkat tinggi biaya tetap khusus cenderung menjadi penghalang untuk meninggalkan suatu industri Jika kita menggabungkan masuk dan keluar, kita dapat memprediksi persaingan industri, stabilitas dan profitabilitas. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini, industri yang mudah untuk masuk tetapi sulit untuk meninggalkan memiliki persaingan industri yang kuat dan profitabilitas yang rendah. Pada tanda pertama dari kelebihan keuntungan di industri, pesaing berbondong-bondong ke industri. Namun, ketika profitabilitas turun, sulit untuk meninggalkan industri sehingga profitabilitas tetap rendah. 38. Pemindaian Lingkungan Strategis (SES) Suatu organisasi ada sebagai bagian dari banyak bidang pengaruh, termasuk lingkungan keseluruhan, kekuatan ekonomi di dalamnya, dan kekuatan industri di dalamnya. Pemindaian Lingkungan Strategis (SES) menggunakan pendekatan terstruktur untuk mensurvei masing-masing bidang tersebut, menyusun tanggapan, menyortir tanggapan, memperkirakan dampak dari masalah-masalah yang dilihat sebagai probabilitas yang lebih tinggi, dan menyoroti masalah-masalah tersebut untuk pertimbangan rencana. Karena ahli strategi tidak dapat mengendalikan kekuatan- kekuatan ini, penting untuk memahami kekuatan lingkungan untuk mengembangkan koreksi arah waktu nyata dalam cakrawala perencanaan. Alat ini terdiri dari kerangka kerja satu halaman dasar bersama dengan proses untuk mengumpulkan, menilai, dan mengatur informasi yang dapat digunakan oleh ahli strategi untuk menentukan masalah lingkungan apa yang perlu mendapat perhatian serius dalam pengembangan strategi dan rencana, masalah mana yang perlu dipantau , dan yang dapat diabaikan (untuk saat ini). Alat ini dibangun berdasarkan analisis emas Lima Pasukan Industri standar Dr. Michael Porter dan menggunakan input pemangku kepentingan untuk memastikan apresiasi penuh terhadap faktor lingkungan yang luas. 39. Internal Factor Analysis Summary (Ifas) Menurut Rangkuti (2017:26) Setelah faktor-faktor strategi internal perusahaan diidentifikasikan, suatu tabel IFAS (Internal Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan. Tahapnya adalah: a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1. b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total (1,00). c. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkan rata industri atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikanya. Contohnya jika kelemahan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri yang nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah 4. d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masingmasing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor). e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama. 40. Matriks ringkasan analisis faktor strategis (SFAS) Matriks ringkasan analisis faktor strategis atau SFAS (strategic factor analysis summary), digunakan untuk meringkas faktor strategis organisasi dengan menggabungkan faktor eksternal - EFAS dengan faktor internal - IFAS. Bagi seorang manager menjalankan 20 faktor IFAS dan EFAS dianggap terlalu banyak untuk digunakan secara efektif dalam sebuah strategi . Di dalam matriks SFAS memberikan pedoman para manajer untuk memadatkan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman ini sehingga menjadi sepuluh factor saja. 41. Analisis SWOT Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu: a. Faktor Eksternal Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats (O and T). dimana faktor ini menyangkut dengan kondisikondisi yang terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan industri (industry environment), ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya. b. Faktor internal Faktor ini akan mempengaruhi terbentuknya strength and weaknesses (S dan W) dimana faktor ini menyangkut kondisi yang terjadi dalam perusahaan, dimana hal ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan keputusan (decision making) perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua manajemen fungsional: pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan budaya perusahaan (corporate culture). Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan yang menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman yang dihadapi organisasi/perusahaan sehingga dapat sisesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi/perusahaan. Matriks ini meghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T dan strategi W-T. Keterangan: a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST Merupakan strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 42. Strategic Analisys And Choices (Critical Success Factor (Csf)) a. Analisis dan Pilihan Strategi Langkah pertama dalam mengevaluasi dan memilih strategi adalah dengan meninjau hasil penilaian situasi strategis yang terdiri dari analisis lingkungan umum, industri, dan internal, dalam hal faktor-faktor penting untuk keberhasilan bisnis. George Steiner menyatakan bahwa tiga jenis data diperlukan untuk melakukan audit situasi: mengidentifikasi ancaman, kekuatan, dan kelemahan. 1) Kinerja perusahaan yang lalu. 2) Data tentang situasi saat ini, termasuk: a) Analisis pelanggan dan pasar. b) Sumber daya perusahaan. c) Kompetisi. d) Pengaturan lingkungan. e) Ukuran kinerja lain atau bidang yang diminati. 3) Ramalan masa depan. Faktor keberhasilan penting (CSFs) untuk bisnis apa pun adalah terbatasnya jumlah bidang di mana hasil yang memuaskan memastikan keberhasilan kinerja kompetitif. Penelitian telah menunjukkan bahwa tiga hingga enam faktor biasanya penting untuk keberhasilan di sebagian besar industri. Secara umum, setidaknya lima kriteria cenderung untuk menentukan faktor mana yang penting bagi bisnis dan kepentingan relatif mereka: a. Dampak pada ukuran kinerja, seperti pangsa pasar, laba, arus kas, dan sejenisnya. b. Hubungan dengan dorongan strategis, seperti diferensiasi, biaya, segmentasi, preemptive, turnaround, pembaharuan, dan sejenisnya. c. Hubungan dengan tahap siklus hidup, yaitu, pengenalan, pertumbuhan, kematangan, dan penuaan dan penurunan. d. Berkaitan dengan aktivitas utama bisnis, seperti pemasaran di IBM. e. Melibatkan sejumlah besar uang relatif terhadap aktivitas lain perusahaan. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi CSF untuk bisnis, industrinya, dan lingkungan umumnya. Penting untuk mengevaluasi perusahaan, tetapi sama pentingnya untuk mengevaluasi kemampuan pesaing. Pengembangan dan evaluasi alternatif harus dua langkah terpisah dan berbeda. Tiga pertanyaan<<<< dasar harus ditanyakan selama evaluasi strategi: a. Seberapa efektif strategi yang sudah ada? b. Seberapa efektifkah strategi itu di masa depan? c. Apa yang akan menjadi efektivitas strategi alternatif yang dipilih (atau perubahan dalam strategi yang ada) di masa depan? Bentuk analisis dan pilihan strategis sangat bervariasi sesuai dengan tahap pengembangan perusahaan, dan fokusnya berbeda di tingkat perusahaan yang berbeda. Evaluasi harus dilakukan di tingkat perusahaan, bisnis, dan fungsional, dengan pengawasan ketat terhadap kebijakan dan rencana di masing-masing tingkat ini. Untuk perusahaan multi-industri dan multi-produk / produk, analisis strategis dimulai pada tingkat perusahaan. Strategi perusahaan memberikan panduan untuk alokasi sumber daya di antara bisnis dan juga menunjukkan standar untuk menambahkan bisnis baru atau menghapus yang sudah ada. Alternatif strategi tingkat bisnis harus diperiksa dalam konteks setiap unit bisnis di perusahaan multi-industri. Strategi fungsional harus diidentifikasi untuk memulai dan mengendalikan kegiatan bisnis sehari-hari dengan cara yang konsisten dengan strategi bisnis.