Pengaruh Beasiswa Luar Negeri Bagi Bangsa Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat (Dewantara II , 1994). Artinya pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Lain dari istilah tersebut sekarang banyak yang ingin melanjutkan pendidikan unrtuk mengembangkan kemampuan yang telah diperoleh dari jenjang sebelumnya. Namun disisi lain perkembangan tersebut berguna untuk kemajuan sumber daya manusia bagi bangsa Indonesia. Tidak sedikit sumber daya alam yang melimpah di negeri ini namun pengolahan baik peralatan teknologinya masih belum memadai. Anak muda Indonesia juga merupakan siswa yang berprestasi di lembagalembaganya masing-masing baik dalam negeri sendiri hingga kancah dunia atau internasional. Sehingga sekarang banyak beasiswa yang deras diberikan bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi kalangan usia emas yang ingin mencari ilmu baik tidak mampu dalam segi ekonomi hingga yang berprestasi. Beasiswa diartikan sebagai bentuk penghargaan yang diberikan kepada individu agar dapat menlanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (menurut murniasih 2000). Penghargaan tersebut bisa melalui berupa bantuan keuangan atau lainnya. Hal tersebut sesuai peraturan pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, bagian Kelima, Pasal 27 ayat (1), menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah memberikan sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang tuanya atau walinya tidak mampu membiyayai pendidikannya. Lembaga pondok pesantrenpun juga ikut serta untuk mereleasasikan kebijakan dari pemerintah itu, banyak sekarang santriwan/santriwati yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan proses berkembangnya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Kementrian agama telah memberikan kelonggarakan yang sangat luas bagi santri yang sudah lulus untuk melanjutkan pendidikan baik dikampus hingga diluar negeri, khususnya di timur tengah. Didalam negeri, lembaga dari naungan Nu yaitu PWNU telah memberikan beasiswa juga untuk santri yang ingin melanjutkan sekolah di perguruan tinggi negeri ataupun selainnya. Dibuktikan dengan salah satu lembaga pendidikan perguruan tinggi negeri dari Universitas Negeri Surabaya melalui Surat Keputusan Rektorat Universitas Negeri Surabaya Nomor 112/UN38/KM/2019 tentang Penetapan Mahasiswa Jalur Prestasi Keagamaan. Tidak terhitung bukti-bukti kongkrit yang menyatakan beasiswa sekarang sudah terealiasasi banyak di periode ini. Persyaratannya juga beragam, ada yang harus mengabdi di lembaga dan ada juga yang mengabdi di masyarakat guna menyalurkan ilmu yang telah didapat. Namun dari beasiswa yang telah diberikan untuk masyarakat banyak sekali kendala ataupun masalah yang masih belum diketahui oleh banyak orang. Entah dari persyaratan yang dinilai cukup berat, tidak memberikan feedback yang diharapkan oleh pemerintah, hingga masalah pendanaan yang dinilai kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan bersekolah. Hal tersebut memang sudah maklum bagi kalangan setiap siswa hingga mahasiswa, namun ada yang lebih unik lagi dari permasalahan yang beredar di media. Yaitu permasalahan siswa atau mahasiswa yang mendapatkan beasiswa diluar negeri namun tidak kembali ke negeri. Berbagai alasan, latar belakang, hingga tujuan yang berbeda membuat kebanyakan lembaga pendidikan mengkritisi akan hal tersebut. Bagi lembaga pendidikan dalam negeri tidak sedikit yang menginginkan dana untuk membangung fasilitas yang memadai. Entah dari peralatan mengajar, hingga pembangunan untuk melaksanakan progam yang akan dilakukan. Sehingga kritik sering kali diujarkan untuk pihak yang memberikan beasiswa karena masalah serupa. Bagi mereka lembaga internasional tidak memberikan beasiswa bagi anak bangsanya untuk melanjutkan diluar negeri guna mencari potensi yang bisa dikembangkan didalam negerinya masing-masing. Bangsa lain justru memberikan kelonggaran beasiswa hingga mewajibkan anak bangsanya sendiri untuk wajib progam pendidikan lebih dari bangsa itu sendiri dengan memberikan beasiswa namun harus ada didalam negeri. Diliput melalui artikel dari rawibowo tentang menimbang kembali pemberian beasiswa ke luar negeri ada dua poin yang telah diutarakan mengenai pertimbangannya beasiswa luar negeri. Diantaranya yaitu Dua tamparan keras untuk universitas dalam negeri, kemudian disusul oleh solusinya dengan fokus ke dalam negeri dengan membuka kolaborasi. Pertama dijelaskan pada prinsipnya beasiswa memberikan generasi muda untuk pergi dan mencurahkan waktu dan tenaga demi kemajuan penelitian serta ilmu pengetahuan negara lain dengan uang negara ini. Jadi, tidak hanya soal sumber daya mahasiswa saja yang dikirimkan, namun juga adanya aliran uang yang besar terutama di negaranegara yang mewajibkan mahasiswanya membayar uang perkuliahan atau semacam SPP. Bisa disebutkan bahwasannya negara memberikan beasiswa agar mendapatkan keuntungan ganda. Penelitian mahasiswa luar negeri terbantukan dengan adanya karyasiswa Indonesia ditamba juga adanya penambahan devisa yang tidak sedikit. Sehingga bisa dikatakan universitas di negeri sendiri ibarat ditinggal oleh mahasiswa paling bertalenta, dan hilangnya kesempatan mendapatkan dana yang seharusnya digunakan untuk penelitian yang juga dapat mencetak doktor. Masalahnya juga terletak ketika sepulang dari luar, doktor-doktor lulusan non univ pribumi akhirnya tidak memilki modal untuk memulai penelitiannya sendiri di universitas. Orang-orang hebat ini akhirnya tidak dapat mengaktualisasikan kepakarannya seperti dosen-dosen yang terdahulu disebabkan oleh minimnya pendanaan penelitian. Mereka akan dihadapkan pada kisah klasik di mana “keahliannya tidak dihargai oleh bangsanya sendiri”. Sehingga banyak juga dari korban beasiswa luar negeri yang harus merelakan pulang dan mengabdi namun dibiarkan tidak produktif. Agar mahsiswa yang berbeasiswa luar negeri bisa mengenyam satu paket dengan penelitian, harus mengupayakan (atau bahkan mewajibkan) untuk menyertakan kesempatan untuk berkolaborasi dengan universitas lain di luar negeri yang murni berangkat dari kebutuhan penelitian. Selain dilandasi kebutuhan alat-alat kelengkapan penelitian yang belum tentu semuanya tersedia, adanya kebutuhan untuk pertukaran intelektual dengan pusat-pusat ilmu pengetahuan di negara lain ialah satu bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah penelitian. Perlu diingat bahwa kolaborasi ini juga membutuhkan dana yang tidak sedikit, namun masih sangat jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan menyekolahkan seseorang untuk 3-4 tahun di luar negeri. Bentuk kolaborasi tersebut dapat diserahkan sepenuhnya sesuai kebutuhan para dosen-mahasiswa pelaku penelitian, seperti satu bulan pengujian sampel dan pelatihan alat penelitian, keikutsertaan dalam sebuah workshop, tinggal beberapa pekan untuk membuat sampel, pengiriman mahasiswa untuk summer atau winter school, pelatihan program simulasi, dan sebagainya yang murni berangkat dari kebutuhan penelitian. Kesempatan ini dapat pula dijadikan ajang networking tentu saja. Banyak juga sekarang di dunia artikel yang memberikan sebuah gambaran keasyikan bersekolah diluar negeri namun tidak mencantumkan dampak aslinya beasiswa tersebut. Ada pula yang seakanakan memberikan suguhan berupa dampak namun tidak memberikan motivasi juga ke luar negeri. Sehingga dari dua kubu tersebut saling bertolak belakang dengan konsumen yang ingin ke luar negeri dan yang terlalu bangga dengan negerinya sendiri. Namun berberda untuk artikel yang disampaikan oleh quipper mengenai pro dan kontra kuliah di luar negeri. Didalam literatur tersebut terdapat beberapa hal yang menghasilkan keuntungan untuk bersekeloah ke luar negeri, setelah itu tercantum juga hal-hal yang merugikan jika mencari ilmu diluar negeri. Seperti melebarkan link di dunia internasional, kesempatan bekerja lebih besar, memberikan perspektif berpikir yang berbeda, itu merupakan dampak positif yang bisa diambil oleh beberapa mahasiswa yang ingin melanjutkan sekolah di beberapa negeri. Namun disisi itu ada juga diteruskan mengenai beberapa hal yang yang tidak mengenakkan dengan beasiswa luar negeri, yaitu sulit pulang saat homesick, sulit mengurus dokumen resmi perguruan tinggi, aturan beasiswa terlalu ketat. Setelah disebutkan ada yang paling menarik untuk dibahas yaitu mengenai dokumen resmi perguruan tinggi, mengurus dokumen-dokumen penting dari perguruan tinggi tempat belajar. Sebab, tidak semua perguruan tinggi di luar negeri sudah diakui oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Jadi, ketika hendak melamar pekerjaan untuk sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau dosen, mahasiswa perlu membuat surat keterangan akreditasi untuk perguruan tinggi tempat kamu kuliah di luar negeri. Mengurus dokumen seperti ini akan sangat merepotkan apalagi jika perguruan tinggi tidak memiliki jaringan kerja sama dengan Indonesia. Sehingga harus mengurusnya secara manual dengan melakukan kontak dengan kampus non pribumi tersebut. Dampak dari beasiswa luar negeri memang sedikit beresiko bagi beberapa pihak yang ikut serta ambil dalam urusan hal tersebut. Seperti kampus pribumi, anak muda bangsa sendiri, hingga pengaruh yang diberikan oleh universitas luar negeri yang sedikit menekan. Memang kemungkinan yang bisa diambil untuk dipermasalahkan adalah pihak pelaku yang menerima beasiswa agar ada kontribusi balik untuk bangsa ini. Berangkat dari ceramah oleh K.H Mas’ud Yunus mantan walikota mojokerto, saat ada perayaan maulid nabi Muhammad SAW tahun lalu, beliau mengatakan sesungguhnya kekalnya suatu bangsa apabila masyarakat itu sendiri mempunyai akhlaq dan kepribadian, apabila akhlaq dan kepribadian sudah tidak ada hakikatnya bangsa itu telah sirna. Artinya, jika semua masyarakat bangsa itu sendiri tidak memiliki akhlaq dan kepribadian sebuah bangsa, maka tidak bisa disebut sebagai bangsa. Sehingga ditekankan pendidikan bela Negara itu merupakan hal yang sangat penting, dan harus dimiliki oleh semua orang bangsa itu sendiri. Melalui konflik yang ada di filem B.J Habibi bahwasannya bapak presiden ke empat tersebut dimasa mudanya ketika berjuang mencari ilmu di bangsa jerman, disana beliau dihadapkan beberapa pertimbangan yang sangat rumit juga. Seperti memilih menetap menjadi warga jerman dengan meneruskan penelitian yang sudah digapainya atau meninggalkan Negara tersebut serta kembali ke Indonesia dengan tangan hampa kecuali buah dari materi yang didapatkannya. Jika seseorang terlalu tergila-gila dengan perihal penilitian maka ancaman tersebut juga tidak hanya dialami oleh bapak presiden ke 4 saja. Namun juga bisa dirasakan oleh semua anak bangsa ini yang mengenyam pendidikan ke-luar negeri. Sehingga bisa disimpulkan bahwasannya bila memang keluar dari jagat raya katulisiwa ini entah apapun kenikmatan yang berbeda, seyogyanya pendidikan bela Negara itu telah melekat pada batinnya. Sekali lagi ada contoh juga yang bisa kita ambil untuk menjadikan tolak ukur jika ingin mewujudkan mimpi itu, seperti sabran penyanyi group band letto yang sudah mengenyam pendidikan kanada dengan menggelar double bidang study fisika dan matematika, namun tidak pernah menggila dengan bidang sains, malah menjadikan modal tersebut untuk lebih berkarya lagi di bangsa ini sendiri. Penulis juga merupakan seorang mahasiswa yang mempunyai beberapa teman dengan impian serupa, namun penulis juga tidak melarang tapi mendukung, hanya saja ada beberapa yang ditekankan kepada sang penggapai mimpi. Agar nanti kelak entah lulus predikat apaun gelar yang dicapai tidak menodai kepribadian bangsa ini. Referensi : https://asiswanto.net/?page_id=305 tentang Pendidikan dan Pengajaran menurut Ki Hadjar Dewantara Jayen, Fredy. “Pengaruh Beasiswa dan Organisasi Kemahasiswaan Terhadap Prestasi Belajar Aktivitas Mahasiswa Stie Pancasetia Banjarmasin”. 81 KINDAI., Vol 14, Nomor, Januari 2018, 79-89. https://rawibowo.wordpress.com/2014/10/16/menimbang-kembali-pemberian-beasiswa-ke-luarnegeri/ https://www.quipper.com/id/blog/quipper-campus/campus-life/pro-dan-kontra-kuliah-di-luarnegeri/amp/ https://www.youtube.com/watch?v=jW7AtCA3zsA tentang Pengajian Umum KH. Mas'ud Yunus (Walikota Mojokerto) - 26 Desember 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Noe_(Letto)