Nama : Yudha Pranata Kelas : A-3.4 Nim : 132011133183 RESUME Kelompok 1 ( Identitas Nasional ) Identitas Nasional Identitas nasional berasal dari kata “identity” yang berarti karakter, ciri, tanda, jati diri, atau sifat khas. Sedangkan, nasional berasal dari kata “nation” yang berarti bangsa. Identitas Nasional merupakan sifat khas yang melekat pada suatu bangsa atau yang lebih dikenal dengan kepribadian atau karakteristik suatu bangsa. Secara terminologis, Identitas Nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Fungsi identitas nasional 1. Sebagai alat pemersatu bangsa 2. Sebagai pembeda dengan bangsa lain 3. Sebagai iandasan negara 4. Sebagai identitas negara Unsur-unsur pembentukan identitas nasional 1. Agama 2. Suku bangsa 3. Kebudayaan 4. Bahasa Karakteristik Identitas Nasional 1. Dibangun atas pengalaman bangsa 2. Adanya komitmen 3. Pengatur sebuah masyarakat 4. Memiliki Bahasa umum 5. Menyamakan pandangan dan tujuan Bersama 6. Memiliki kebudayaan umum 7. Adanya sejarah umum 8. Keputusan politik negara Peran identitas nasional 1. Sebagai bahan atau objek dalam integrasi nasional 2. Menjadi penanda ikatan solidaritas 3. Menjadi definisi territorial 4. Pengontrol sumber daya ekonomi 5. Mengatur pemerintahan 6. Legitimasi hak dan kewajiban warga negara 7. Menjadi ciri khas dari sebuah negara 8. Menyediakan nilai atau simbol yang sama 9. Penghargaan untuk para pendiri bangsa 10. Menumbuhkan rasa cinta tanah air 11. Menjadi keunikan warga di dunia 12. Menjadi penyaring budaya asing Bentuk identitas nasional 1. Bendera negara, sang saka merah putih 2. Bahasa Negara Indonesia 3. Lambang negara garuda pancasila dan simbol-simbol pancasila 4. Lagu kebangsaan, Indonesia Raya 5. UUD 1945 6. Kebudayaan daerah Pertanyaan 1. Wynne faiza rosada (kel 5) Bagaimana cara menyikapi generasi tua yang seringkali menganggap generasi muda melupakan budaya jika menggunakan Bahasa Indonesia? 2. Yudha Pranata (kel 6) Bagaimana cara pemerintah dan masyarakat menyikapi budaya asing yang masuk ke negara kita? Lalu, sistem apa yang dibuat oleh pemerintah agar identitas kita tidak hilang berdasarkan landasan pasal 28I ayat 1? 3. Dita Sopianti ( kel 7) Apakah identitas nasional dapat berfungsi dan digunakan sebagai pengembali jiwa masyarakat yang sudah terpengaruh budaya luar? 4. Sinta Amalia ( kel 12) Apakah seorang yang atheis dianggap menyimpang dari identitas nasional kita? 5. Fatmi Hadiyati ( kel 14) Apakah teknologi yang masuk ke Indonesia dapat menimbulkan identitas yang baru? Jawab 1. Dengan cara memberitahu mereka bahwasannya bahasa persatuan kita Bahasa Indonesia itu penting adanya yaitu sebagai bahasa persatuan antar orang perorangan dari daerah satu dengan daerah lainnya, karena jika tidak ada Bahasa Indonesia sebagai pengantarnya, mungkin bisa jadi antar daerah satu dengan yang lain tidak dapat menjalin komunikasi dengan baik karena perbedaan bahasa yang dimiliki masing-masing daerah, akan tetapi kita sebagai generasi muda Bangsa Indonesia juga harus menjunjung tinggi bahasa daerah kita masing-masing karena bahasa tersebut merupakan bahasa ibu kita sejak lahir dan merupakan suatu budaya yang harus dilestarikan, paling tidak jika kita tidak dapat mengusai bahasa daerah tersebut minimal kita harus mengetahuinya, karena jka tidak bahasa daerah kita dapat dicuri oleh negara lain yang dimana bahasa tersebut merupakan ciri khas dari suatu daerah. 2. Dengan cara pemerintah dan masyarakat bersama-sama menyaring budaya luar yang masuk ke Indonesia, memilah-milahnya, jika ada budaya luar yang sesuai atau cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia maka budaya tersebut bisa kita tiru atau budaya luar tersebut juga bisa kita adaptasikan dengan budaya lokal kita agar dapat tercipta karakteristik tersendiri bagi bangsa kita agar mudah dikenal bangsa lain. Sistem yang pemerintah dapat lakukan untuk mengatasi hilangnya identitas bangs akita adalah : 1. Menjual produk dari hasil keanekaragaman budaya di Indonesia ( Wayang, Batik, dan lain-lainnya ) ke luar negri 2. Menggelar pagelaran seni tari secara internasional, dengan tujuan memperkenalkan berbagai macam seni tari dari berbagai daerah di Indonesia 3. Menyelenggarakan perlombaan untuk mengembangkan suatu keanekaragamam budaya agar dapat mingikuti perkembangan modern, dan juga dapat diminati masyarakat internasional 4. Mengikuti ajang pertukaran budaya antar negara, dengan tujuan agar budaya kita dikenal oleh banyak negara 3. Menurut saya, bisa iya dan juga bisa tidak, tergantung seseorang tersebut masih memiliki jiwa nasionalis sebagai masyarakat Indonesia ( yang mencintai kebudayaannya ), jika seseorang tersebut memiliki jiwa nasionalis dalam dirinya, maka sejauh apapun seseorang tersebut terpengaruh budaya luar identitas nasional tersebut akan dapat mengembalikan jiwa seseorang tersebut untuk lebih mencintai lagi kebudayaannya, yang dimana kebudayaan itu dia peroleh dari sejak lahir baik bahasa, adat istiadat, dan lain sebagainya, dan hal tersebut akan terjadi sebaliknya jika didalam diri seseorang tersebut sudah tidak mempunyai jiwa nasionalis sebagai masyarakat Indonesia. 4. Menurut saya, hal tersebut menyimpang dengan identitas nasional kita yang dimana seluruh masyarakatnya menganut ajaran agama dari berbagai macam agama yang ada di Indonesia, selain itu hal tersebut juga menyimpang dari sila pertama pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” 5. Menurut saya bisa iya dan bisa tidak, dikatakan bisa tergantung dari masyarakat Indonesia, memiliki kretivitas yang tinggi ( untuk membuat identitas baru sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia ) atau tidak. Karena suatu identitas bangsa dapat tercipta karena memiliki berbagai macam karakteristik masyarakatnya, mulai dari bahasa, adat istiadat, dan lain sebagainya. Dikatakan tidak bisa, karena teknologi baru justru akan mebuat kebudayaan kita menjadi semakin luntur, mengingat karakteristik masyarakat kita zaman sekarang yang kurang peduli terhdap kebudayaan Indonesia, yang dimana jika mereka diberi budaya luar mereka lebih menyukai budaya tersebut. Kelompok 2 ( Politik Identitas ) Politik Identitas Politik berasal dari Bahasa Yunani, politeis, polis yang berarti negara-kota. Umumnya polis ditandai dengan ciri: otonomi, swasembada dan merdeka. Identits secara etimologis, identitas berasal dari kata identity. Menurut Kamus Inggris-Indonesia, identity dialihbahasakan menjadi identitas, yaitu ciri-ciri dan tanda-tanda yang khas. Jadi, Politik identitas adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk perlawanan atau sebagai alat untuk menunjukan jati diri suatu kelompok tersebut. Politik identitas dianggap dapat merepresentasikan kemanusiaan melalui penggambarannya akan individu terhadap yang lain. Oleh sebab itu politik identitas diklaim bergulir secara universal dan merupakan bagian dari politik kebudayaan. Ada tiga pembentukan dalam membangun sebuah identitas 1. Identitas Legitimasi (Legitimizing Identity) 2. Identitas Resisten (Resistaance Identity) 3. Identitas Proyek (Project Identity) Konsep Politik Identitas Politik identitas sendiri merupakan konsep baru dalam kajian ilmu politik. Politik identitas adalah nama lain dari biopolitik dan politik perbedaan. Biopolitik mendasarkan diri pada perbedaan-perbedaan yang timbul dari perbedaan tubuh. Gagasan Politik Identitas 1. Hubungan interaktif antarkelompok perbedaan, terutama kelompok etnis yang berbeda-beda harus menjalin suatu kerangka etis, dalam hal ini adalah sikap toleransi. 2. Toleransi politik sangat dipengaruh oleh sistem, struktur, dan atmosfer politik yang berlaku. 3. Faktor perbedaan kadar intensitas toleransi : tingkat kemakmuran ekonomi, struktur dan sistem olitik, dan faktor psikologi politik. 4. Konsep politik identitas relevan untuk diterapkan, paling tidak diwacanakan yang lebih melihat kembali pada tataran humanitas dan etik. 5. Moralitas pun akan lebih dibutuhkan untuk mengatasi gejolak-gejolak politik dan menumbuhkan perilaku politik yang etis dan bermoral. Kelebihan dan Kelemahan Politik Identitas i. Kelebihan Ada upaya untuk tetap melestarikan nilai budaya yang menjadi ciri khas kelompok yang bersangkutan, sehingga pengguatan akan budaya tidak akan luntur dan hilang. ii. Kekurangan Kelemahan dari gerakan politik identitas adalah upaya untuk menciptakan kelompok khusus. Perkembangan Politik Identitas 1. Perpecahan fundamental, kelompok kesukuan dan kebangsaan memunculkan gerakan sosial politik yang menyeluruh. 2. Mobilisasi diprakarsai oleh para pemimpin perampasan dan perebutan kekuasaan dari suatu penguasa ke penguasa yang baru. 3. Keseimbangan mobilisasi dari atas dan bawah dan tujuan akhirnya adalah pembagian kekuasaan. pemimpin tidak lagi dominan 4. Muncul gerakan yang berasal dari dinamikanya sendiri, protes muncul atas berbagai macam kesempatan individual, tidak ada satu kelompok atau pecahan yang dominan. Hasil Analisi Von Beyme 1. Kemunculan politik etnis menyebabkan tumbuhnya kesadaran kedalam suatu golongan atau kelompok etnis tertentu. 2. Politik etnis mengacu pada politik “kelompok etnis” dan “minoritas kecil”, sementara penafsiran kelomok etnis bisa mencakup bangsa etnis (ethnic nation). 3. Tujuan politik etnis yaitu tidak menghendaki “determinasi diri kebangsaan” dalam suatu wilayah bangsa. Tetapi lebih kepada penerimaan proteksi dan kemajuan bagi kelompok. Pertanyaan 1. Aulia Dewi (Kelompok 5) Bagaimana jika dibuat resisten yang tidak sejalan dengan ideologi dan atruran yang berlaku? 2. Haera Nurhalizah (kelompok 10) Cara memaknai politik identitas dalam kegiatan berbangsa dan bernegara Indonesia? 3. Umi sofiana (kelompok 10) Solusi agar politik identitas tidak disalah artikan sebagai ajang untuk membanggakan suatu kelompok/kaum sendiri? 4. Dina Septiana (kelompok 11) Apakah ada suatu ancaman bagi politik identitas Indonesia? 5. Yudha Pranata (kelompok 6) Apakah ada hubungan antara politik identitas dengan permasalahan yang sedang terjadi di Papua saat ini? Jawab 1. Yang pertama kita harus lakukan ialah, melakukan negosisasi dengan kelompok atau golongan tersebut terkait ideologi dan aturan yang berlaku, akan jika tetapi jika dirasa tidak menemukan jalan keluar maka pihak yang mendominsi harus memberikan weenang tersendiri bagi golongan atau kelompok yang mendiami suatu daerah tersebut untuk mengatur daerahnya sendiri, seperti otonomi derah (memberikan Sebagian wewenang daerah tersebut untuk mengatur daerahnya), asalkan tetap sejalan ideologi bangsa, contohnya yang dapat kita lihat di Indoneia yaitu NAD (Nanggaroe Aceh Darussallam) dan Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Caranya yaitu : 1. Harus saling memiliki persamaan rasa pernah ditindas atau dijajah oleh bangsa lain 2. Mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan atau kelompok 3. Saling hidup berdampingan tanpa memandang perbedaan yang ada 4. Harus memiliki solidaritas yang tinggi dalam kebersamaan, meskipun terdapat perbedaan yang ada 3. Kita dapat melakukan cara-cara berikut : 1. Tidak memandang rendah orang lain yang berbeda suku, agama, ras, dan budaya 2. Saling menghormati antar golongan atau kelompok 3. Menjalin silaturahmi dengan berbagai golongan atau kelompok 4. Harus memiliki rasa cinta tanah air atas dasar kebersamaan dan perbedaan yang ada 4. Ada apabila bangsa Indonesia terjebak pada solidaritas kelompok-kelompok yang melahirkan primordialisme dan chauvinism yang kemudian akan menyebabkan bangsa kita terjebak pada fanatisme kedaerahan, kesukuan, agama, golongan, serta kelompokkelompok lainnya, yang pastinya akan melunturkan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia. Konflik antar daerah, suku, agama, serta kelompok yang sekarang sering terjadi hanya akan memecah belah semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. 5. Menurut bisa ada dan juga bisa tidak ada, dikatakan bisa tidak ada karena konflik yang terjadi saat ini di Papua (KKB) itu dikarenakan intervensi asing terhadap isu Free West Papua, yang dimana berdasarkan pemberitaan yang telah saya baca isu tersebut di latar belakangi atau didukung oleh Australia, bisa juga dikatakan ada kaitannya dengan politik identitas karena seperti ita ketahui saat ini masih banyak jabatan-jabatan tertinggi di Papua dipegang oleh orang-orang Jawa, seharusnya mereka (masyarakat Papua) yang memegang jabata-jabatan tersebut, karena merekalah putra atau putri asli daerah tersebut, mungkin hal tersebutlah yang menyebabkan adanya KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) Di Papua.