Uploaded by User66288

AHLI ASTROLOGI ISLAM

advertisement
AHLI ASTROLOGI ISLAM
https://republika.co.id/berita/57714/abu-mashar-astrolog-muslim-dari-persia
Nyaris semua karya Abu Ma’shar dalam astronomi telah hilang, dan hanya karya
astrologinya dalam bahasa Arab yang masih tersisa.
Al-Falaki. Gelar itu ditabalkan para ilmuwan di era kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah
kepada Abu Ma’shar berkat kehebatannya dalam bidang
astrologi (ilmu
perbintangan). Gerrit Bos dalam tulisannya bertajuk Abu Ma’shar: The Abbreviation of
the Introduction to Astrology, Together with the Medieval Latin Translation of Adelard of Bath,
menyebut Abu Ma’shar sebagai astrolog hebat di abad ke-9 M.1
‘’Karya-karya Abu Ma’shar dalam bidang astrologi begitu populer dan sangat ber
pengaruh bagi peradaban masyarakat Eropa Barat di abad pertengahan,’’ ujar Bos.
Betapa tidak. Sederet adikarya sang Astrolog Muslim itu telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin. Menurut Bos, Abu Ma’shar tak hanya berpengaruh dalam bidang
astrologi, ia juga berkontribusi dalam bidang kedokteran.
Penjelasan mengenai soal epidemik, papar Bos, merupakan salah satu pengaruh besar
Abu Ma’shar dalam bidang kedokteran di Eropa. Ia menghubungkan masalah
kedokteran dengan fenomena luar angkasa lewat teorinya yang disangat popular,
yakni Theory of the Great Conjunctions.
‘’Menurut teori ini, hubungan planet tertentu dapat menyebabkan bencana alam dan
politik,’’ tutur Bos. Salah satu bencana besar yang dihubung-hubungkan para dokter
di abad ke -14 dengan teori yang dicetuskan Abu Ma’shar adalah fenomena Black
Death. Hal ini menunjukkan betapa pemikiran Abu Ma’shar begitu berpengaruh
terhadap peradaban Barat.2
Gerrit Bos, “Abu Masar: The Abbreviation of the Introduction to Astrology, Together with the Medieval Latin
Translation of Adelard of Bath dalam The Journal of the American Oriental Society, Vol. 116, No. 1, 1996.
2
Gerrit Bos, 1996.
1
Keiji
Yamamoto
dalam
tulisannya
tentang
sejarah
hidup
Abu
Ma’shar
mengungkapkan, ilmuwan Muslim terkemuka di abad ke-9 M itu terlahir pada 10
Agustus 787 M di Balkh, Persia (sekarang Afganistan). Sejatinya ia memiliki nama
lengkap Ja’far ibnu Muhammad Abu Ma’shar al-Balkhi.
Selain dikenal dengan sebutan Abu Ma’shar, atrolog yang satu ini juga biasa disebut
dengan panggilan Abulmazar. Abu Ma’shar merupakan seorang ilmuwan serbabisa.
Selain dikenal sebagai seorang ahli astrologi (ilmu perbintangan), Abu Ma’shar juga
menguasai matematika, astronomi, dan filsafat Islam. Ia menekuni matematika saat
berusia 47 tahun, setelah kenal dan berkecimpung dalam dunia astrologi.
Ia merupakan murid dari seorang guru yang sangat legendaris, yakni al-Kindi,
ilmuwan Muslim di abad ke-8 M. Seperti sang guru, nama Abu Mas'har begitu populer
di dunia Barat. Abu Ma'shar telah berjasa menyatukan pelajaran ilmu perbintangan
dari berbagai sumber Islam yang luas.
Menurut Yamamoto, Abu Ma'shar juga merupakan salah satu orang yang berperan
sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Sayangnya, tak
banyak umat Islam di era modern yang mengetahui kisah hidup Abu Mashar. Para
sejarawan sains pun sangat jarang mengupas kisah hidup sang ilmuwan.
Tak heran, jika banyak hal dalam sejarah hidup sang ilmuwan yang masih misterius
dan menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Menurut Yamamoto, Abu Ma'shar
terkenal dengan karya astrologinya. Yamamoto menuturkan, Abu Ma'shar pernah
menulis mengenai ilmu perbintangan, termasuk tabel astronomi. Ada beberapa
pertanyaan mengenai tanggal kelahiran dan kematiannya, karena pendahulunya
mengetahuinya hanya semata-mata berdasarkan pada kutipan horoskop (zodiak)
yang tak dikenal dalam bukunya yang bertajuk The Revolutions of the Years of Nativities,
papar Yamamoto.
Sejarah hidup Abu Ma'shar, tutur Yamamoto, ditulis seorang sejarawan pada abad ke10 M bernama Ibnu al-Nadim (wafat 995/998 M). Salah satu misteri yang belum
terungkap secara pasti tentang Abu Ma'shar adalah tahun wafatnya. Yamamoto
memperkirakan, Abu Ma'shar wafat di Irak pada tahun 886 M. Sementara itu, al-Biruni
(973-1048M) dalam karyanya bertajuk Chronology of the Ancient Nation menuturkan
bahwa Abu Ma'shar masih melakukan pengamatan astrologi pada 892 M atau enam
tahun sesudah tahun kematian yang disebutkan oleh para sejarawan. Al-Biruni dalam
karyanya Book of Religions and Dynasties juga mengambil referensi dari karya Abu
Ma'shar mengenai posisi bintang yang ditulis pada 896/897 M.
Karya tersebut ditulis Abu Ma'shar ketika berusia lebih dari 100 tahun. Ibnu al-Nadim
dalam karyanya Fihrist mengungkapkan bahwa Abu Ma'shar merupakan ilmuwan
dan filsuf yang menentang pandangan Helenistik. Pandangan Abu Ma'shar ini
kemudian dimanfaatkan al-Biruni untuk memetahkan pendapat filsuf Islam
sebelumnya yakni al-Kindi (801-873 M). Kemasyhuran Abu Ma'shar sebagai ahli
astrologi hebat di istana Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad membuat namanya
masuk dalam cerita tentang astrologi.
Bahkan, Ibnu Tawus (1193n1266 M) mengumpulkan beberapa anekdot Abu Ma'shar
dalam karyanya berjudul Faraj al-Mahmum (Biografi Para Astrolog). Sayangnya, nyaris
semua karya Abu Ma'shar dalam astronomi telah hilang, dan hanya karya astrologinya
dalam bahasa Arab yang masih tersisa. Nama Abu Ma'shar tampaknya lebih populer
di dunia Barat, ketimbang di dunia Islam modern. Nyaris tak ada pelajaran yang
diajarkan di sekolah di Indonesia yang menyebut nama dan kontribusi Abu Ma'shar
di era kekhalifahan. Sungguh sangat ironis.
Kontribusi Sang Astrolog
Siapa yang membaca akan mengetahui. Siapa yang menulis tak akan pernah mati.
Peribahasa orang Perancis itu menemukan faktanya. Meski Abu Ma'shar telah tiada
belasan abad silam, namun namanya tetap dikenang dan diperbincangkan kalangan
ilmuwan, khususnya di dunia Barat.
Salah satu buku yang ditulis Charles Burnett bertajuk Abu Ma'shar: The Abbreviation of
the Introduction to Astrology merupakan bukti betapa pemikiran sang ilmuwan masih
dianggap penting oleh dunia Barat.
Richard Lemay dalam karyanya berjudul Abu Ma'shar and Latin Aristotelianism in the
Twelfth Century, The Recovery of Aristotles Natural Philosophy through Iranian Astrology,
masih tertarik dengan pemikiran sang astrolog Muslim.
Dalam bukunya itu Lemay berargumentasi bahwa tulisan Abu Ma'shar sangat mirip
dengan salah satu karya terpenting teori Aristoteles tentang alam. Salah satu karya
Abu Ma'shar dalam bidang astrologi yang sangat berpengaruh berjudul Kitab alMudkhal al-Kabir. Kitab ini terdiri dari 106 bab.
Karyanya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1133 M dan tahun 1140
M. Selain itu, buku yang ditulis Abu Mafshar pun diterjemahkan ke dalam bahasa
Yunani. Tak heran, jika buah pikir Abu Mafshar telah memiliki pengaruh yang
signifikan kepada ahli filsafat Barat, salah satunya Albert The Great.
Abu Ma'shar juga menulis sebuah versi ringkas dalam mengenalkan karyanya Kitab
Mukhtafar al-Mudkhal yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Adelard of Bath.
Buku lainnya yang ditulis Abu Ma'shar yang terkenal dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin bertajuk Introductorium in Astronmiam.
Buku itu merupakan terjemahan dari kitab berbahasa Arab yakni Kitab al-Mudkhal alKabir ila eIlm Ahkam Annujjum, yang ditulis Abu Ma'shar di Baghdad pada 848 M. Kali
pertama, kitab itu dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin oleh John of Seville pada
1133 M, dan selanjutnya, literatur dibuat lebih sedikit dan ringkas oleh Herman of
Carinthia pada 1140 M.
Karya
lainnya
yang
ditulis
Abu
Ma'shar
adalah
sejarah
astrologi
yang
memperkenalkan tradisi Sasaniah. Ini dibuat pada era kekuasaan Khalifah al-Mansur,
khalifah kedua pada dinasti Abbasiyah. Ini merupakan bagian strategi politik alMansur untuk memberikan sebuah yayasan untuk lahirnya dinasti baru, dan tentu
saja itu digunakan paling efektif antar Dinasti Abbasiyah sebelumnya.
Buku Abu Ma'shar yang monumental dalam kategori sejarah adalah Kitab al-Milal wal-Duwal (Kitab tentang agama-agama dan dinasti). Buku itu terdiri dari delapan bagian
dalam 63 bab. Karyanya yang satu ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibaca
oleh Roger Bacon, Pierre dfAilly, dan Pico della Mirandola (1463n1494 M).
Pemikiran Abu Ma'shar ini tentunya juga dibahas dalam karya besar mereka. Karya
lain dalam kategori ini meliputi Fi dhikr ma tadullu elayhi al-ashkhas al-fulwiyya,
Kitab aldalalat elaalittisalat waqiranat al-kawakib,dan Kitab aluluf (Book of
Thousands), yang tidak bertahan lama tapi ringkasannya dipelihara oleh Sijzi (9451020M).
Karya lainnya dari sang ilmuwan dikategorikan dalam genethlialogi, ilmu
pengetahuan mengenai pemilihan kelahiran. Salah satu contoh adalah Kitab Tahawil
Sini al-Mawalid (Book of the revolutions of the years of nativities).
Buku ini juga telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Yunani. Kitab itu terdiri dari
sembilan volume dan terbagi menjadi 96 bab. Yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Yunani hanya lima volume dan terdiri dari 57 bab.
Karya lain Abu Ma'shar yang masuk dalam kategori ini adalah Kitab Mawalid al-Rijal
wa-al-Nisa atau (Buku Asal Pira dan Wanita). Dalam karyanya Introductorium in
Astronomiam and De magnis coniunctionibus, Abu Ma'shar, mengatakan, dunia
diciptakan ketika tujuh planet bergabung dengan Aries, dan ramalan itu bisa berakhir
ketika fenomena yang sama terjadi pada Pisces.
Terjemahan ke dalam bahasa Latin dan dalam bahasa sehari-hari menjadikan
karyanya beredar luas di Eropa dan menjadi sumber inspirasi untuk literatur
penggambaran astrologi dengan beberapa pengarang minor awal era modern.
Astronomi
Abu Ma'shar mengembangkan model planet yang beberapa penafsiran sebagai sebuah
model heliosentrik. Ini menunjukkan pada revolusi orbital planet diberikan sebagai
revolusi heliosentrik lebih baik dari pada revolusi geosentrik dan hanya diketahui
teori planet di kejadian ini dalam teori heliosentrik.
Karyanya dalam teori planet tidak dapat bertahan, tapi data astronomnya terakhir
direkam oleh al-Hashimi dan al-Biruni, jelas Bartel Leendert van der Waerden dalam
karyanya The Heliocentric System in Greek, Persian and Hindu Astronomy.
she/des
http://sejarahkerajaanabbasiyah1.blogspot.com/p/tokok-tokoh-bidangperbintangan.html
TOKOK-TOKOH BIDANG PERBINTANGAN
Al-Falaki
Abu Masyar Ja’far Ibnu Muhammad Ibnu Umar juga dikenal sebagai al-Falaki atau
Ibn Balkhi, Latin sebagai Albumasar, Albusar, atau Albuxar adalah astronom dan
filsuf Islam asal Persia. Ia dianggap sebagai Astronom terbesar dari Abbasiyah di
Baghdad. Ia menulis sejumlah buku pedoman praktis tentang astrologi, Karyakaryanya ditulis dalam bahasa Arab dan Persia.
Abu Ma'shar al-Balkhi lahir 10 Agustus 787 (abad IX) di Balkh, Khurasan Balkh,
sebuah kota di sebelah timur Khurasan. Abu Ma’shar ahli astronomi dan astrologi.
Astrologi yang dimaksudkan di sini adalah yang berhubungan dengan rasi bintang,
bukan ilmu nujum. Setelah menyelesaikan studi Tradisi Islam Klasik di Baghdad, Abu
Ma’shar mencurahkan seluruh perhatiannya untuk memelajari astronomi dan
astrologi.
Jabir Al-Battani
Tokoh Abu Abdullah Al-Battani atau dikenali sebagai Albategnius di dunia barat
merupakan salah seorang pakar sains Islam dari Syria yang hidup antara tahun 858 929. Nama penuh beliau ialah Abū Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan ar-Raqqi
al-Harrani as-Sabi' al-Battani. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang
penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 saat. Selain itu,
beliau turut menemui beberapa persamaan trigonometri.
Abu Raihan Al-Biruni
Abu Raihan Al-Biruni (15 September 973 - 13 Disember 1048) merupakan seorang ahli
matematik, astronomi, ahli fizik, cendekiawan,penulis ensiklopedia, ahli falsafah, ahli
astrologi, pengembara, pakar sejarah, ahli farmasi dan guru yang banyak
menyumbang kepada bidang matematik, falsafah, perubatan dan sains dari Persia.
Karya agungnya ialah Rasa'll al-Biruni, sebuah ensiklopedia astronomi dan
mathematik. Kejayaannya yang terpenting ialah menentukan musim dan pasang
sudut air laut, menentukan kedudukan garis lintang dangaris bujur bumi, mencipta
jam dan kalendar, mencipta rumus trigonometri dan mencipta alat menyukat
ketumpatan.
Dilahirkan di Khwarazm (kini Uzbekiztan) di Asia Tengah yang pada masa itu terletak
dalam sempadan Kerajaan Parsi, Al-Biruni mempelajari matematik dan astronomi
daripada Abu Nasr Mansur. Al-Biruni merupakan rakan pelajar kepada ahli falsafah
dan pakar perubatan Ibn Sina, pakar sejarah, pakar falsafah, dan pakar etik (ethicist)
Ibn Miskawayh, di universiti dan pusat sains yang ditubuhkan oleh putera Abu Al
Abbas Ma'mun Khawarazmshah. Abu Raihan Al-Biruni juga mengembara ke India
dengan Mahmud dari Ghazni dan menemani beliau dalam kempen ketenteraannya di
sana, mempelajari bahasa, falsafah dan agama mereka dan menulis buku
mengenainya. Dia juga mengetahui bahasa Yunani, dan kemungkinannya Syriac dan
Berber. Dia menulis bukunya dalam bahasa Persia(bahasa ibundanya) dan bahasa
Arab.
Abu Ali Al-Hasan
Tokoh Abu Ali al-Ḥasan ibn al-Ḥasan ibn al-Haytham dilahirkan di Basra pada 965
Masihi – dan meninggal dunia pada 1040 Masihi di Kaherah. Beliau ialah seorang
Muslim, ahli sains Muslim dan polymath yang banyak diterangkan dalam pelbagai
sumber sama ada dalam bahasa Arab mahupun Parsi. Beliau juga terkenal sebagai
Bapa Optik Moden. Beliau merupakan pakar fizik yang terunggul melalui sumbangan
terhadap kaedah optik dan saintifik. Abu Ali Hasan telah mendapat pendidikan di
Basra
dan
Baghdad.
Ibn al-Haitham membuat sumbangan besar dalam bidang optik, dan juga bidangbidang fizik, ilmu falak, matematik,oftalmologi, falsafah, persepsi penglihatan, dan
kaedah saintifik. Beliau juga menulis ulasan berwawasan terhadap karya-karya
Aristotle,
Ptolemy,
dan
ahli
matematik
purba
Yunani,
Euclid.
Beliau sering dikenali sebagai Ibn al-Haitham, dan kadangkala sebagai al-Basri,
bersempena tempat kelahirannya di bandar Basra. Beliau juga dikenali dengan nama
berian Ptolemaeus Secundus ("Ptolemy Kedua") atau nama ringkas "Si Ahli Fizik" di
Eropa
Zaman
Pertengahan.
Dilahirkan di Basra, Iraq, beliau tinggal di Kaherah Mesir dan meninggal dunia di sana
pada umur 74 tahun. Abu Ali Hasan juga merupakan manusia pertama yang
memperincikan secara tepat pelbagai bahagian mata dan memberi penjelasan saintifik
mengenai proses penglihatan. Abu Ali Hasan menyangkal teori penglihatan Ptolemy
dan Euclid yang menyebut bahawa mata menghantar sinaran visual kepada objek
yang dilihat. Menurut Ali Abu Hasan, sinaran berasal dalam objek yang dilihat dan
bukan
dalam
mata. Dalam
bukunya
Mizan
al-Hikmah,
Ali
Abu
Hasan
membincangkan ketumpatan atmosfera dan menghasilkan hubungan antara
atmosfera dan ketinggian.
Syaraf al-Dina Syihab al-Dina Ahmad bin Ali bin Yusuf al-Buni al-Maliki.
Syeikh Ahmad bin ‘Ali bin Yusuf Al-Buni adalah seorang ulama, sufi dan juga
praktisi Ilmu Hikmah. Garis silsilah (sanad) pengajaran beliau bersambung kepada
para Sahabat dan Tabi’in. Pengetahuan dan pengalamannya dibidang Ilmu Hikmah
beliau tuangkan kedalam karya tulis. Ada dua kitab karyanya yang banyak dipakai
oleh para praktisi Ilmu Hikmah dan paling terkenal khususnya di Indonesia yaitu
Syamsul Ma’arif Al-Kubra(‫ )شمس المعارف الكبرى‬dan Manba’ Ushul Al-Hikmah ( ‫منبع اصول‬
‫ )الحكمة‬yang berisi tentang penjabaran Ilmu Hikmah, Ilmu Huruf, Ilmu Wafaq
(pembelajaran kodifikasi angka dan huruf), Ilmu Simiyya (pembelajaran nama-nama
suci), Ilmu Falak (pembelajaran ilmu perbintangan), Ruhaniyat (Spiritualitas) dan
berbagai ilmu esoteris (ditujukan untuk kalangan terbatas) lainnya.
Disebutkan bahwa beliau menerima “Talqin Syahadat” dari para guru-gurunya sampai kepada Rasulullah, sebagaimana Sayyidina Ali bin Abi Thalib
karamallahu wajhahu menerima Talqin Syahadat secara langsung dari Rasulullah
saw.
Salah satu di antara misteri yang hendak di jawab oleh al- Buni dalam kitabnya
yaitu Syams al-Maárif ialah menguak keterkaitan alam semesta, tata surya, dan
perbintangan itu dengan rahasia-rahasia tersembunyi di balik angka dan huruf.
Rahasia angka dan huruf itu memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan manusia.
Al-Buni menegaskan, apa yang terjadi di luar angkasa dari pergerakan planet, bintang,
matahari, dan bulan, memiliki keterkaitan dengan apa yang terjadi di daratan bumi.
Download