DETERMINAN PERTUMBUHAN EKONOMI

advertisement
DETERMINAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS
(Periode 1983-2014)
Jurnal Ilmiah
Disusun Oleh :
Ibnu Anggara
115020107111046
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
DETERMINAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA SEBELUM
DAN SESUDAH KRISIS (Periode 1983-2014)
Ibnu Anggara
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan
pembangunan suatu negara dari kegiatan ekonomi yang dapat mendorong peningkatan output
dalam masyarakat dan juga dapat meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan dampak dari variabel
independent terhadap variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum dan
sesudah krisis 1997/1998. Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari
tahun 1983-2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah OLS (Ordinary Least
Square).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif sebelum krisis
dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sesudah krisis. Penanaman modal asing berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik sebelum maupun sesudah krisis. Ekspor neto
berpengaruh negatif sebelum krisis dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi sesudah krisis.
Tingkat pendidikan menengah berpengaruh negatif sebelum krisis dan positif sesudah krisis
namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Krisis, Inflasi, Investasi, Ekspor, Impor, Pendidikan
A.
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk menilai keberhasilan suatu negara dari
kegiatan ekonomi yang dapat mendorong peningkatan output dan juga dapat meningkatkan
kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat. PDB di anggap sebagai ukuran terbaik untuk menilai
kinerja perekonomian. Pada umumnya ukuran pertumbuhan untuk negara berkembang adalah PDB
dan untuk negara maju adalah PNB.
Pada pertengahan 1997, perekonomian Indonesia mengalami tekanan yang diakibatkan
dari melemahnya mata uang Bath Thailand yang kemudian membuat mata uang rupiah ikut
melemah. Pelemahan rupiah ini membuat rasio investasi terhadap pdb menurun separuhnya.
Akibat dari mata uang rupiah yang terdepresiasi tadi menyebabkan inflasi yang tinggi. Inflasi yang
tinggi ini membuat daya beli masyarakat menurun sehingga kesejahteraan menurun, pengangguran
meningkat, kemiskinan meningkat. Perekonomian semakin memburuk karena hutang swasta
jangka pendek dan panjang yang sangat besar, serta utang-utang pemerintah. Hal ini diperparah
dengan munculnya permasalahan lain seperti kerusuhan sosial yang menyebabkan berbagai
kerusakan dan juga memburuk nya iklim usaha di Indonesia. Hal ini membuat para investor asing
menarik modalnya secara besar-besaran karena menurunnya kepercayaan investor terhadap
prospek ekonomi kedepan. Pada akhirnya pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis
menjadi -13.1%. Hal-hal tersebut membuat indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 19971998.
Pertumbuhan ekonomi banyak sekali di pengaruhi oleh beberapa faktor, namun dalam
penelitian ini faktor yang digunakan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah inflasi,
penanaman modal asing, ekspor neto dan tingkat pendidikan SMA. Inflasi dapat dijadikan suatu
indikator yang menunjukkan ketidakstabilan ekonomi bagi sebuah negara. Kestabilan inflasi
merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pada akhirnya
memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Lalu penanaman modal asing, ini
bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi dan infrastruktur bagi negara berkembang
khususnya. PMA juga diperlukan untuk membangun percepatan ekonomi karena hal ini dapat
membantu proses industrialisaasi agar menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Kemudian
ekspor neto, dalam perdagangan internasional, ekspor impor diperlukan dalam mengembangkan
suatu perekonomian dan mempunyai peranan penting sebagai penggerak perekonomian nasional.
Dan yang terakhir tingkat pendidikan, pendidikan tidak dapat langsung dinikmati pada saat ini ,
melainkan di masa yang akan datang. pendidikan adalah kebutuhan dasar setiap manusia karena
melalui pendidikan dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Apabila dalam
suatu negara tingkat pendidikannya meningkat, mengindikasikan bahwa penduduk yang
mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang tinggi semakin meningkat sehingga akan
mendorong dan meningkatkan produktivitas perekonomian.
Terdapat beberapa studi yang telah meneliti mengenai determinan pertumbuhan ekonomi
yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu di berbagai negara. Beberapa diantaranya adalah :
Liwan, dkk (2007) menemukan bahwa inflasi memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi negara Malaysia dan Thailand tetapi sebaliknya negara Indonesia. Faraji (2013)
menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan tidak ada
hubungan jangka panjang antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Tanzania. Ang (2008)
menemukan bahwa penanaman modal asing berdampak negatif terhadap expansi pengeluaran
dalam jangka panjang. Faruk (2013) FDI memiliki dampak yang besar pada perkembangan negara
berkembang seperti Bangladesh. Ervin Mardalena (2009) bahwa variabel perdagangan
internasional (ekspor dan impor serta ekspor neto) mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel investasi (PMA dan PMDN) berpengaruh
positif namun tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap perrtumbuhan ekonomi. Hye
(2011) hasil dari penelitiannya yaitu terdapat hubungan langsung dua arah antara pertumbuhan
ekonomi dan ekspor, pertumbuhan ekonomi dan impor, dan juga ekspor dan impor di China.
Abdullah (2013) bahwa pendidikan merupakan komponen penting dari pertumbuhan ekonomi
namun hasil yang didapat pendidikan berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi di
Malaysia. Afzal, dkk (2011) bahwa di antara semua level tingkat pendidikan, tingkat pendidikan
tinggi paling berpengaruh dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pendidikan memiliki
hubungan dua arah dengan pertumbuhan ekonomi di Pakistan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan
meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu. Menurut
Schumpeter (dalam Putong, 2013), pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan
nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat
tabungan. Sedangkan menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi
adalah merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan
pembangunannya, sementara itu untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah
pembangunan ekonomi (Putong, 2013). Mankiw (2003), pertumbuhan ekonomi dilihat dari total
pengeluaran agregat. GDP (Y) dibagi atas empat komponen : konsumsi (c), investasi (I), belanja
negara (G), dan ekspor neto (NX): Y = C + I + G + NX. GDP dibedakan menjadi dua yaitu GDP
Riil dan GDP Nominal. GDP riil yang menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap.
Terdapat banyak rumus yang dipergunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi, akan
tetapi pada umumnya yang paling sering dipergunakan adalah dua cara, yaitu: (Putong, 2013)
1. Metode Hitung (Metode Aritmatik), yaitu menghitung pertambahan PDB dari tahun ke
tahun, rumusnya sebagai berikut :
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑛𝑛 − 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑛𝑛 −1
𝐺𝐺𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 =
× 100%
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑛𝑛 −1
(1)
Di mana G PDB adalah tingkat pertumbuhan ekonomi, PDB n adalah PDB tahun berikutnya,
PDB n-1 adalah PDB tahun lalu. Kelemahan rumus ini adalah cara ini tidak mudah menentukan
berapa besarnya pertumbuhan rata-rata tiap tahunnya bila data yang ada rentangnya terlalu jauh.
2. Metode Ukur (Metode Geometrik). Metode ini menghitung pertambahan PDB antar tahun
(tahun rentang), rumusnya sebagai berikut :
𝑛𝑛 −1
𝐺𝐺𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 = οΏ½ οΏ½
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑛𝑛
οΏ½ − 1(100%)
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃0
(2)
Terkadang cara ini disebut juga metode rata-rata, karena memang rumus ini adalah untuk
menentukan pertumbuhan ekonomi secara rata-rata tiap periodenya. Kebaikannya adalah cara ini
sangat bermanfaat untuk data yang jarang tersedia secara berurutan (periodik), kelemahannya kita
tidak mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya secara riil.
Inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara
umum dan terus menerus serta menurunnya daya beli masyarakat. Menurut Mishkin (2009), inflasi
didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga yang terus-menerus dan cepat. Putong (2013), inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus yang berakibat menurunnya daya
beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Inflasi umumnya
memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, tingginya angka inflasi
yang terjadi pada suatu negara.
Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan dari beberapa macam
barang yang diperjual belikan dipasar dengan masing-masing tingkat harga (merupakan kebutuhan
pokok/utama bagi masyarakat). Berdasarkan data harga itu disusunlah suatu angka indeks yang
memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh konsumen pada masing-masing harga, hal ini
disebut sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK). Berdasarkan indeks harga konsumen dapat
dihitung berapa besarnya laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu. biasanya
setiap bulan, 3 bulan dan 1 tahun. Penghitungan inflasi dengan menggunakan IHK adalah sebagai
berikut :
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 𝑛𝑛 −𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑛𝑛 −1
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 =
(3)
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑛𝑛 −1
INF adalah tingkat inflasi, IHKn adalah indeks harga konsumen tahun dasar (dalam hal ini nilainya
100), IHKn-1 adalah indeks harga konsumen tahun berikutnya (Putong, 2013).
1.
2.
3.
4.
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu :
Inflasi Merayap/Rendah (Creeping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari
10% pertahun. Kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam
jangka waktu yang relatif lama.
Inflasi Menengah (Gallping Inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 10-30%
pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga sercara cepat dan relatif
besar.
Inflasi Berat (High Inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100% pertahun.
Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
Inflasi Sangat Tinggi (Hyper Inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga
secara drastis hingga mencapai 4 digit (diatas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak
ingin lagi menyimpan uang karena nilainya merosot tajam, sehingga lebih baik
ditukarkan dengan barang.
Faktor-faktor yang menyebabkan inflasi ada dua, yaitu Inflasi karena tarikan permintaan
(Demand Pull Inflation), inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di
satu pihak, pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment),
akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran
tetap maka harga akan naik. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan
inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan
kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja yang baru. Inflasi karena dorongan biaya
(Cost Push Inflation), inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi.
Akibatnya naiknya biaya produksi maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen yaitu,
langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya
naik karena penurunan jumlah produksi.
Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada
saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Seorang
investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan
harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan
risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai
macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin atau
bangunan), maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan aktivitas
investasi yang umumnya dilakukan (Tandelin, 2001). Investasi adalah pengeluaran oleh sektor
produsen (swasta) untuk melakukan pembelian barang maupun jasa untuk menambah stok yang
digunakan atau untuk perluasan pabrik (Boediono, 1999).
Menurut Salvatore (2007) terdapat tiga motivasi dalam melakukan investasi. Pertama yaitu
absolute advantage atas pengetahuan dan keahlian produk serta keahlian manajerial sehingga akan
menguntungkan apabila dikembangan di negara berkembang yang memungkinkan perusahaan
mempunyai wewenang atas kontrol langsung dalam produksinya. Kedua mengontrol atas
kebutuhan bahan mentah atau bahan baku dan ketersediaan bahan baku dalam melakukan produksi
sehingga produksi tidak terganggu. Ketiga, yaitu menghindari adanya hambatan-hambatan ekspor
yang diberlakukan bagi negara tujuan.
Peran investasi dalam perekonomian mempunyai peranan yang sangat penting. Menurut
Todaro (2004), untuk membangun ekonomi suatu negara diperlukan akumulasi modal,
perkembangan penduduk, dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal ini termasuk dalam bentuk
tanah, peralatan dan sumber daya manusia. Akumulasi modal dikatakan berhasil yaitu ketika
pendapatan diinvestasikan dan ditabung untuk menaikan produksi dikemudian hari. Perkembangan
penduduk yang dimaksud yaitu harus dibarengi dengan peningkatan keahlian oleh tenaga kerja
agar produksi menjadi efisien dan efektif.
Menurut Sadono Sukirno (2000), investasi didefinisikan sebagai pengeluaran untuk membeli
barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan
menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa di masa yang akan datang. Secara umum investasi diartikan sebagai kegiatan
perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas produksi di dalam perekonomian yang meliputi
penambahan barang dan jasa dalam masyarakat. Investasi tidak hanya memaksimalkan output
tetapi juga untuk menentukan distribusi tenaga kerja dan distribusi pendapatan, pertumbuhan dan
teknologi.
Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia
turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (Mankiw, 2003). Harrod-Dommar
memberikan peranan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu, investasi memiliki peran
ganda dimana dapat menciptakan pendapatan dan juga investasi dapat memperbesar kapasitas
produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Todaro, 2004).
Perdagangan Internasional
Menurut Boediono (2012), perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu
ekonomi. Perdagangan diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak
sukarela dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan
sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan.
Krugman (2004), perdagangan Internasional adalah proses pertukaran produk suatu negara
dengan penduduk negara lain yang memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak, meskipun
jumlah barang-barang yang tersedia secara keseluruhan sama sekali tidak berubah. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan selera dan pola konsumsi antara pelaku perdagangan tersebut.
Perdagangan internasional timbul terutama karena suatu negara bisa menghasilkan barang tertentu
secara lebih efisien daripada negara lain sehingga akan terjadi ekspor dan impor. Keunggulan
dalam menghasilkan barang tertentu secara lebih efisien ini dibedakan menjadi dua; Keunggulan
Mutlak (absolute advantage) dan keunggulan komparatif (comparative advantage).
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, setiap negara perlu
merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi ke luar
(ekspor). Kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun sebagian tetap saja
secara ekonomi akan lebih rendah nilainya daripada partisipasi ke dalam perdagangan dunia yang
bebas tanpa batasan atau hambatan apapun (Todaro, 2004).
Peranan penting dari ekspor dalam perdagangan internasional adalah negara dapat
memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional menjadi naik, yang pada gilirannya dapat
menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat hasil output yang tinggi
maka lingkaran kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan
(Jhingan, 2004). Sedangkan Impor menurut Sukirno (2004), Impor merupakan pembelian suatu
negara atas barang buatan luar negeri. Penentu impor yang paling utama adalah pendapatan
masyarakat suatu negara. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka semakin tinggi pula impor
yang akan mereka lakukan.
Kesimpulan dari teori perdagangan internasional yaitu, biaya produksi suatu barang
ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang dimiliki oleh masing-masing negara. Keunggulan
komparatif dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh
struktur dan proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara. Suatu negara akan
mengimpor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit
dan mahal untuk memproduksinya.
Tingkat Pendidikan
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan upaya meningkatkan kualitas manusia
yang menyangkut pengembangan aktivitas dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah
satu sarana dalam mengembangkan kecerdasan, kemampuan pengetahuan dan keterampialan.
Pendidikan tersebut termasuk kedalam salah satu investasi pada bidang sumber daya manusia,
yang mana investasi tersebut dinamakan dengan modal manusia (Human Capital) (Idris, 2007).
Human Capital adalah kemampuan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan,
mulai dari program anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan untuk para pekerja yang
telah dewasa (Mankiw, 2003). Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi selain
sumber daya alam, modal dalam menghasilkan output. Asumsi dasar teori Human Capital adalah
bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Semakin
tinggi kualitas sumber daya manusia, maka semakin meningkat pula efisiensi dan produktivitas
suatu negara.
Menurut Sukirno (2004), pendidikan merupakan satu investasi yang sangat penting untuk
pembangunan ekonomi. Di satu pihak untuk memperoleh pendidikan memerlukan uang dan
waktu, tetapi pada masa yang akan datang setelah pendidikan didapat, masyarakat ataupun
individu akan memperoleh manfaat. Seseorang yang memperoleh pendidikan yang tinggi
cenderung memperoleh pendapatan yang tinggi juga dibandingkan dengan yang tidak
berpendidikan. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh.
Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory) menekankan pentingnya peranan pemerintah
terutama dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mendorong dan meningkatkan
produktivitas yang pada akhirnya pertumbuhan produktivitas tersebut digunakan sebagai motor
penggerak pertumbuhan ekonomi. Pendidikan memainkan peranan penting dalam kemajuan
perekonomian suatu negara. Pendidikan juga merupakan suatu alat untuk mengadopsi teknologi
modern sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi dalam perekonomian.
Pendidikan juga dilihat sebagai komponen inti dalam pertumbuhan dan pembangunan sebagai
input bagi fungsi produksi suatu negara (Todaro, 2004). Mengingat pentingnya peran pendidikan
tersebut, maka peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan di negara berkembang
sangat diperlukan walaupun invetasi dibidang pendidikan merupakan investasi jangka panjang
karena manfaat dari investasi ini baru dapat dirasakan di masa yang akan datang.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, sehingga penelitian ini menggunakan
pendekatan deduktif. Menurut Kuncoro (2003) metode kuantittatif merupakan metode yang
bermula dari data angka yang akan diproses menjadi informasi. Sehingga metode kuantitatif
merupakan metode yang berupa angka dan analisis statistik dan kemudian diproses menjadi
informasi. Dalam penelitian kuantitatif terdapat dua variabel yang dijadikan sebuah model, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat lima variabel yang akan
digunakan yaitu satu variabel terikat dan empat variabel bebas.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder triwulan runtut waktu
dengan periode 1983.1-2014.4. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
yang bersangkutan dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Sedangkan data runtut
waktu adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu
(Kuncoro, 2003).
Sebelum diolah lebih lanjut, data triwulan untuk beberapa variabel yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari data tahunan yang dirubah menjadi data triwulan dengan
menggunakan interpolasi yang dikembangkan oleh Insukindro (2000). Salah satu prasyarat utama
dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhadap suatu model ekonometri adalah tersedianya data
yang dikehendaki oleh si pembuat model. Dalam kenyataannya sering dijumpai bahwa data yang
diinginkan tidak tersedia, tidak lengkap, atau tersedia dalam bentuk lain dan variasi waktu yang
berbeda (misal, data yang tersedia dalam bentuk tahunan namun data yang diinginkan adalah
triwulan atau bulanan). Terkait dengan usaha dalam memenuhi kebutuhan data seperti yang
diharapkan pembuat model, maka dikembangkan suatu pendekatan untuk menurunkan data
bulanan atau triwulan dari data tahunan dengan menggunakan metode interpolasi data. Adapun
rumus dari metode interpolasi adalah sebagai berikut (Insukindro, 2000) :
Qt 1 =1/4{Y t -4,5/12(Y t -Y t-1 )}
Qt 2 =1/4{Y t -1,5/12(Y t -Y t-1 )}
Qt 3 =1/4{Y t +1,5/12(Y t -Y t-1 )}
Qt 4 =1/4{Y t +4,5/12(Y t -Y t-1 )}
Dimana:
= data triwulan n dari tahun t (n=1,2,3,4)
Qt n
= data tahun t
Yt
Y t – Y t-1 = Operasi kelambanan (backward lag operator) data tahun t-1
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Ordinary Least Square (OLS). OLS
ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan lebih dari 1 variabel independennya.
Oleh karena itu rumusan model penelitian adalah sebagai berikut :
Y = α + β 1 X1 + β 2 X2 + β 3 X3 + β 4 X4 + ε
Dimana :
Y
= Pertumbuhan Ekonomi dalam satuan persen
X1
= Tingkat Inflasi dalam satuan persen
X2
= Realisasi Penanaman Modal Asing dalam satuan jutaan dollar Amerika
X3
= Ekspor Neto dalam satuan jutaan dollar Amerika
X4
= Tingkat Pendidikan Menengah dalam satuan persen
α
= Konstanta
β 1 – β 4 = Koefisien masing masing variabel
ε
= Error
Dalam penelitian ini terdapat 2 kali melakukan metode analisis OLS. Di mana pertama
melakukan regresi sebelum krisis 1997/1998 yaitu pada 1983-1996 dan yang kedua melakukan
regresi sesudah krsisis 1997/1998 yaitu pada tahun 1999-2014. Menurut Gujarati (2010), dalam
penentuan estimator regresi berganda harus memenuhi dari kriteria BLUE. Kriteria BLUE
merupakan singkatan dari Best, Linier, Unbiased, dan Efficient estimator.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Statistik
Tabel 1: Hasil Uji Simultan Sebelum Krisis 1997/1998
ANOV Ab
Model
1
Regres sion
Residual
Total
Sum of
Squares
5.359
3.081
8.440
df
4
51
55
Mean S quare
1.340
.060
F
22.178
Sig.
.000a
a. Predic tors: (Constant), X4, X2, X1, X3
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil pengujian didapat bahwa pada periode sebelum krisis nilai F hitung sebesar
22,178. Sedangkan F tabel (α = 0.05 ; db regresi = 4 : db residual = 51) adalah sebesar 2,553. F
hitung > F tabel yaitu 22,178 > 2,553 atau nilai Sig. F (0,000) < α = 0.05, maka model analisis
regresi adalah signifikan.
Tabel 2: Hasil Uji Simultan Sesudah Krisis 1997/1998
ANOV Ab
Model
1
Regres sion
Residual
Total
Sum of
Squares
161.871
158.057
319.928
df
4
59
63
Mean S quare
40.468
2.679
F
15.106
Sig.
.000a
a. Predic tors: (Constant), X4, X1, X3, X2
b. Dependent Variable: Y
Untuk periode sesudah krisis, hasil pengujian didapat bahwa nilai F hitung sebesar 15,106.
Sedangkan F tabel (α = 0.05 ; db regresi = 4 : db residual = 59) adalah sebesar 2,258. F hitung > F
tabel yaitu 15,106 > 2,258 atau nilai Sig. F (0,000) < α = 0.05, maka model analisis regresi adalah
signifikan.
Tabel 3: Hasil Uji Parsial Sebelum Krisis 1997/1998
Model
1
1.
2.
3.
4.
(Constant)
X1
X2
X3
X4
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
3.593255
1.630163
.165718
.081361
.000175
.000076
-.000090
.000027
-.255090
.206042
Standardized
Coefficients
Beta
.227
.231
-.480
-.179
t
2.204
2.037
2.311
-3.302
-1.238
Sig.
.032
.047
.025
.002
.221
Inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien inflasi
sebesar 0.165718, artinya jika inflasi meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.165718 persen dengan asumsi cateris
paribus. Kemudian t test antara X 1 (Inflasi) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 2,037.
Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 51) adalah sebesar 2,008. Karena t hitung > t tabel
yaitu 2,037 > 2,008 atau sig. t (0,047) < α = 0.05, maka pengaruh X 1 (Inflasi) terhadap PDB
adalah signifikan.
Penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai
koefisien 0.000175, artinya jika penanaman modal asing meningkat satu persen maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.000175 persen
dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 2 (Penanaman Modal Asing) dengan
Y (PDB) menunjukkan t hitung = 2,311. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 51)
adalah sebesar 2,008. Karena t hitung > t tabel yaitu 2,311 > 2,008 atau sig. t (0,025) < α =
0.05, maka pengaruh X 2 (PMA) terhadap PDB adalah signifikan pada alpha 5%.
Bahwa ekspor neto berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan
koefisien sebesar -0.00009, artinya jika ekspor neto meningkat satu persen, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menurun sebesar 0.00009 persen secara rata-rata
dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 3 (Ekspor Neto) dengan Y (PDB)
menunjukkan t hitung = 3,302. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 51) adalah sebesar
2,008. Karena t hitung > t tabel yaitu 3,302 > 2,008 atau sig. t (0,025) < α = 0.05, maka
pengaruh X 3 (Ekspor Neto) terhadap PDB adalah signifikan pada alpha 5%.
Tingkat pendidikan menengah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
dengan koefisien sebesar -0.25509, artinya jika tingkat pendidikan menengah meningkat satu
persen maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menurun secara rata-rata sebesar 0.25509
persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 4 (Tingkat Pendidikan
Menengah) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 1,238. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db
residual = 51) adalah sebesar 2,008. Karena t hitung > t tabel yaitu 1,238 > 2,008 atau sig. t
(0,221) > α = 0.05, maka pengaruh X 4 (Tingkat Pendidikan Menengah) terhadap PDB adalah
tidak signifikan pada alpha 5%.
Tabel 4: Hasil Uji Parsial Sesudah Krisis 1997/1998
Model
1
(Constant)
X1
X2
X3
X4
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.304294
2.615648
-.185616
.059776
.000290
.000128
.000388
.000176
.059695
.218266
Standardized
Coefficients
Beta
-.378
.295
.282
.038
t
.116
-3.105
2.265
2.203
.273
Sig.
.908
.003
.027
.032
.785
1.
2.
3.
4.
Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan koefisien
sebesar -0.185616, artinya jika inflasi meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi
akan menurun secara rata-rata sebear 0.185616 persen dengan asumsi cateris paribus.
Kemudian t test antara X 1 (Inflasi) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 3,105.
Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual =59) adalah sebesar 2,001. Karena t hitung > t tabel
yaitu 3,105 > 2,001 atau sig. t (0,003) < α = 0.05, maka pengaruh X 1 (Inflasi) terhadap PDB
adalah signifikan.
Penanaman modal asing berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
dengan koefisien sebesar 0.00029, artinya jika penanaman modal asing meningkat satu persen
maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.00029
persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 2 (Penanaman Modal Asing)
dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 2,265. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual
=59) adalah sebesar 2,001. Karena t hitung > t tabel yaitu 2,265 > 2,001 atau sig. t (0,027) < α
= 0.05, maka pengaruh X 2 (Penanaman Modal Asing) terhadap PDB adalah signifikan pada
alpha 5%.
Ekspor Neto berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien sebesar
0.000388, artinya jika ekspor neto meningkat satu persen maka pertumbuhan ekonomi
Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.000388 persen dengan asumsi cateris
paribus. Kemudian t test antara X 3 (Ekspor Neto) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung =
2,203.Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 59) adalah sebesar 2,001. Karena t hitung > t
tabel yaitu 2,203 > 2,001 atau sig. t (0,032) < α = 0.05, maka pengaruh X 3 (Ekspor Neto)
terhadap PDB adalah signifikan pada alpha 5%.
Tingkat Pendidikan Menengah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan
koefisien sebesar 0.59695, artinya jika tingkat pendidikan menengah meningkat satu persen
maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat secara rata-rata sebesar 0.59695
persen dengan asumsi cateris paribus. Kemudian t test antara X 4 (Tingkat Pendidikan
Menengah) dengan Y (PDB) menunjukkan t hitung = 0,273. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db
residual =59) adalah sebesar 2,001. Karena t hitung < t tabel yaitu 0,273 < 2,001 atau sig. t
(0,785) > α = 0.05, maka pengaruh X 4 (Tingkat Pendidikan Menengah) terhadap PDB adalah
tidak signifikan pada alpha 5%.
Tabel 5: Koefisien Determinasi Sebelum Krisis 1997/1998
Model
1
R
.797
R Square
.635
Adjusted
R Square
.606
2
Didapat nilai R sebesar 0,635. Artinya bahwa 63,5% variabel PDB akan dipengaruhi oleh
variabel bebasnya, yaitu Inflasi(X 1 ), Penanaman Modal Asing (X 2 ), Ekspor Neto (X 3 ), Tingkat
Pendidikan menengah (X 4 ). Sedangkan sisanya 36,5% variabel PDB akan dipengaruhi oleh
variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Tabel 6: Koefisien Determinasi Sesudah Krisis 1997/1998
Model
1
R
.711
R Square
.506
Adjusted
R Square
.472
2
Didapat nilai R (koefisien determinasi) sebesar 0,506. Artinya bahwa 50,6% variabel PDB
akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu Inflasi(X 1 ), Penanaman Modal Asing (X 2 ), Ekspor
Neto (X 3 ), Tingkat Pendidikan menengah (X 4 ). Sedangkan sisanya 49,4% variabel PDB akan
dipengaruhi oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dapat diketahui bahwa pada periode sebelum krisis 1997/1998 inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia. Hal ini dikarenakan sebelum periode krisis
1997/1998 laju inflasi yang cenderung stabil dan terkendali dalam beberapa tahun sebelum krisis
moneter 1997/1998 menyebabkan hubungan positif antara inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Liwan (2007) bahwa inflasi
memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara Malaysia dan Thailand tetapi
sebaliknya negara Indonesia, artinya inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Sedangkan hasil estimasi untuk periode sesudah krisis 1997/1998 menunjukkan bahwa inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh negatif antara inflasi
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dikarenakan pemerintah beberapa kali menaikkan
harga bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan tarif dasar listrik yaitu pada 2001, 2005 dan 2014.
Naiknya harga BBM menyebabkan naiknya biaya produksi yang selanjutnya akan menurunkan
hasil produksi. Selain itu, sistem nilai tukar yang sudah berubah menjadi mengambang bebas
semakin membuat rupiah melemah kemudian timbulnya inflasi akan membuat harga-harga barang
dan jasa akan terus naik dan pada akhirnya berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat yang
semakin menurun. Berdasarkan hasil tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Putong (2013) dan hasil ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Faraji
(2013) bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi, dapat diketahui bahwa penanaman modal asing sebelum krisis
1997/1998 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
sebelum krisis 1997/1998 terjadi, pada 1995/1996 kegiatan investasi di Indonesia semakin marak
sehingga menyebabkan kenaikan pertumbuhan pada sektor ekonomi seperti konstruksi dan
industri, besarnya minat investasi ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Kemudian untuk
periode sesudah krisis 1997/1998, penanaman modal asing juga menunjukkan hasil yang positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan setahun setelah kejadian krisis
1997/1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali membaik ke angka positif. Selain itu,
Indonesia kembali dihadapi oleh krisis finansial global pada 2008, namun perekonomian Indonesia
mampu tumbuh 6.1% pada saat itu sehingga investor percaya untuk menanamkan modalnya
karena Indonesia mampu bertahan ditengah gejolak krisis global.
Dengan semakin naiknya penanaman modal yang dilakukan oleh pihak asing akan membuat
bertambahnya modal sehingga akan menaikkan tingkat produktivitas terutama untuk hasil
produksi suatu negara melalui transfer teknologi dan dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Dengan adanya lapangan kerja baru akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang akan berdampak
pada permintaan masyarakat dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Berdasarkan hasil tersebut, penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Harrod-Dommar bahwa investasi merupakan kunci sebagai penggerak perekonomian dan juga
hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Faruk (2013) yang mana
investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena investor asing mencari
sumber-sumber baru investasi di mana negara berkembang berusaha mencari sumber-sumber dana
untuk mengembangkan negara.
Pengaruh Ekspor Neto Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh ekspor neto
terhadap pertumbuhan ekonomi baik sebelum dan sesudah krisis 1997/1998. Pada periode sebelum
krisis 1997/1998 ekspor neto berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal ini dikarenakan merosotnya harga minyak internasional pada sejak 1980-an. Pada periode
tersebut ekonomi Indonesia sangat bergantung pada ekspor minyak dan juga proses globalisasi
pasar yang ditandai persaingan bebas semakin memberikan tekanan pada ekspor Indonesia.
Sedangkan pada periode sesudah krisis 1997/1998 ekspor neto berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan perkembangan ekspor neto tetap
stabil dan nilai ekspor neto berada dalam angka positif. Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan
kebijakan pada sisi impor yang diarahkan untuk menunjang dan mendukung pertumbuhan industri
dalam negeri khususnya yang berorientasi ekspor, menjaga ketersediaan kebutuhan barang dan
jasa, serta meningkatkan pendayagunaan devisa untuk menjaga keseimbangan neraca pembayaran.
Terdepresiasi nya nilai tukar juga menybabkan harga barang-barang ekspor Indonesia mengalami
penurunan nilainya dibandingkan harga barang-barang luar negeri sehingga mengakibatkan ekspor
mengalami peningkatan dan impor cenderung menurun. Hasil ini mendukung penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Mardalena (2009) bahwa ekspor neto berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Tingkat Pendidikan Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara
sebelum dan sesudah krisis 1997/1998. Sebelum krisis, tingkat pendidikan menengah berpengaruh
negatif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan masih
rendahnya angka partisipasi murni tingkat pendidikan menengah pada periode tersebut dan juga
mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan belum cukup tinggi. Sedangkan
pada periode sesudah krisis, tingkat pendidikan menengah berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena angka partisipasi murni tingkat
pendidikan menengah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya namun kurangnya pemerataan
pada sektor pendidikan di Indonesia tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil tersebut, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Afzal (2011) bahwa tingkat pendidikan yang tinggi menyebabkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan pada inflasi sebelum dan sesudah krisis, pada sebelum krisis tingkat
inflasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan sesudah krisis, inflasi dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat inflasi yang stabil dapat memberikan dampak
yang baik bagi pertumbuhan ekonomi, akan tetapi jika tingkat inflasi itu fluktuatif hal ini
dapat berdampak kurang menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi karena membuat
lonjakan harga barang-barang yang tinggi sehingga terjadi ketidakstabilan ekonomi dalam
suatu negara.
2. Tidak terdapat perbedaan pada penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi baik
sebelum dan sesudah krisis. Penanaman modal asing dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Namun dampak yang lebih besar dirasakan pada periode sesudah krisis karena
Indonesia mampu mengatasi krisis 1997/1998 yang ditunjukkan dengan kembalinya laju
pertumbuhan ekonomi ke nilai positif dan juga Indonesia mampu bertahan ditengah gejolak
krisis global yang mana Indonesia mampu tumbuh 6.1% pada saat itu. peningkatan
pertumbuhan ekonomi dari penanaman modal asing juga melalui peningkatan sumber daya
manusia yang ahli dalam bidangnya dan peningkatan ekspor.
3. Pada ekspor neto terdapat perbedaan dampak pada sebelum dan sesudah krisis 1997/1998. Di
mana pada sebelum krisis, ekspor neto menyebabkan penurunan pada pertumbuhan ekonomi
dikarenakan merosotnya harga minyak internasional pada sejak tahun 1980-an. Sedangkan
periode sesudah krisis, ekspor neto dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dari
perbedaan ini diketahui bahwa periode sebelum krisis Indonesia bergantung pada ekspor
minyak sehingga hal ini berdampak kurang menguntungkan bagi Indonesia. Namun saat ini
Indonesia sudah memiliki berbagai produk yang dapat di ekspor sehingga aktivitas ekspor
Indonesia memberi dampak yang baik terhadap pertumbuhan ekonomi.
4. Pada tingkat pendidikan menengah terdapat perbedaan dampak terhadap pertumbuhan
ekonomi sebelum dan sesudah krisis 1997/1998. Namun tingkat pendidikan menengah
dampaknya adalah tidak nyata. Pada sebelum krisis peningkatan angka partisipasi murni
tingkat pendidikan menengah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi secara tidak
nyata, hal ini dikarenakan masih rendahnya angka partisipasi murni tingkat pendidikan
menengah pada periode tersebut dan juga mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat akan
pendidikan belum cukup tinggi. Sedangkan untuk periode sesudah krisis, tingkat pendidikan
menengah dapat membuat pertumbuhan ekonomi meningkat. Hal ini karena angka partisipasi
murni tingkat pendidikan menengah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun
kurangnya pemerataan pada sektor pendidikan di Indonesia tidak memberikan dampak yang
nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari kesimpulan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini dapat diajukan beberapa
saran yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dan keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Dalam menghadapi tingkat inflasi yang fluktuatif dan kurang menguntungkan bagi
perekonomian. Diharapkan pemerintah juga meninjau langsung harga-harga barang kebutuhan
2.
3.
4.
5.
pokok di pasar. Dengan menetapkan harga tertinggi eceran sehingga harga-harga barang
kebutuhan pokok tidak melonjak sangat tajam yang nantinya dapat berpengaruh terhadap
harga-harga barang lainnya. Selain itu, pemerintah diharapakan lebih baik lagi dalam menjaga
stabilitas keamanan agar kerusuhan sosial dalam negeri tidak terulang kembali.
Dalam hal investasi, pemerintah sebaiknya lebih memperjelas lagi kepastian hukum mengenai
penanaman modal asing, memperbaiki infrastruktur dan menjaga stabilitas keamanan agar
kerusuhan pada saat krisis moneter tidak terulang lagi sehingga banyak investor yang tidak
secara spontan menarik modalnya secara besar-besaran dan agar para investor tertarik untuk
menanamkan modalnya di Indonesia
Dalam hal ekspor neto, pemerintah sebaiknya mengkaji secara cermat apa saja potensi-potensi
sumber daya alam yang dapat menunjang pendapatan devisa bagi Indonesia. Dan juga
diharapkan pemerintah mengurangi ekspor barang mentah dengan mengganti ekspor dengan
barang setengah jadi atau sudah jadi sehingga dapat memberikan nilai tambah terhadap nilai
ekspor Indonesia.
Dalam hal pendidikan, diharapkan pemerintah dapat mengupayakan pemerataan disektor
pendidikan khusus nya pada Indonesia bagian Timur. Serta meningkatkan kualitas Guru
sehingga dapat melahirkan siswa/i yang berkualitas pula.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan atau menggunakan variabelvariabel lain yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai bahan pertimbangan
untuk pemerintah dalam menetapkan kebijakan ekonomi ke depannya.
Daftar Pustaka
Abdullah, Abdul. 2013. Education and Economic Growth in Malaysia: The Issues of Education
Data. Procedia Economics and sFinance, Vol. 7 : 65-72
Afzal, Muhammad,dkk. 2011. Education and economic growth in Pakistan: A cointegration and
causality analysis. International Journal of Educational Research, Vol. 50 : 321-335
Ang, James B.2008. Foreign Direct Investment and Its Impact on Thai Economy: the role of
financial development. Journal Economic Financial, Vol. 33 : 316-323
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE UGM.
Boediono. 2012. Ekonomi Internasional. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Faruk, Mohammad Omar. 2013. The Effect of FDI to Accelerate the Economic Growth of
Bangladesh and Some Problems & Prospects of FDI. Asian Business Review, Vol. 2 No. 2.
Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika (Buku 1, edisi ke-5). Jakarta: Salemba
Empat.
Hye, Qazi. 2012. Exports, imports and economic growth in China: an ARDL analysis. Journal of
Chinese Economic and Foreign Trade Studies, Vol.5 No.1:42-55.
Insukindro, 2000, Dasar-Dasar Ekonometrika, kerjasama Bank Indonesia dengan Program Studi
MEP UGM, Yogyakarta.
Jhingan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi 1 cetakan Ke-10. Jakarta: PT
Grafindo Persada.
Kasidi, Faraji. 2013. Impact of Inflation on Economic Growth: A Case Study of Tanzania. Asian
Journal of Empirical Research. Vol 3(4).
Krugman, Paul, dan Obstfeld. 2004. Ekonomi Internasional Edisi 5. Jakarta. PT.
Kelompok GRAMEDIA.
Indeks
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan
Menulis Tesis. Jakarta: Erlangga
Liwan, A. dan Lau, E. 2007. Managing Growth: The Role of Export, Inflation and Investment in
Three ASEAN Neighboring Countries. MRPA Paper
Mankiw, Gregory. 2003. Teori Makroekonomi Terjemahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Mardalena, Ervin. 2009. Pengaruh Investasi Swasta dan Perdagangan Internasional terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Selatan. Ekonomika.
Mishkin, Federic S. 2009. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Buku 1 Edisi ke-8
Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.
Mishkin, Federic S. 2009. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Buku 2 Edisi ke-8
Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.
Putong, Iskandar. 2013. Pengantar Mikro dan Makro. Edisi ke-5. Jakarta: Mitra Wacana Media
Salvatore, Dominic. 2007. International Economics. New Jersey: Prentice-Hall.
Simorangkir, Iskandar dan Suseno. 2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Seri Kebanksentralan
No.12 Jakarta: PPSK Bank Indonesia
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern : perkembangan pemikiran dari klasik hingga
Keynesian baru. Jakarta : Raja Garfindo Pustaka
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi Manajemen Portfolio, Cetakan Pertama,
Yogyakarta: BPFE.
Todaro, M.P. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Download