Analisis Kekuatan Overhead Travelling Crane Type : Single Girder 5 Tons Capacity x 11 Meters Span Abstrak : Overhead travelling crane (OHC) type : Single Girder 5 Tons Capacity x 11 Meters Span merupakan salah satu jenis pesawat angkut dan angkat. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengangkat muatan material secara tegak lurus (vertikal) dan memindahkan secara mendatar (horizontal) serta dengan jarak yang terbatas. Pembuatan, pemasangan, pemakaian, perawatan overhead crane mengandung bahaya potensial bagi tenaga kerja yang bertugas, oleh sebab itu perlu adanya desain dan analisis overhead crane dengan tujuan melindungi kesehatan dan keselamatan kerja setiap tenaga kerja tersebut. Hasil analisis desain menunjukkan bahwa girder dan saddle telah aman dari defleksi dan tegangan tarik untuk SWL 5 ton. Motor hoist efektif menggunakan daya 10 hp/7,5 kW, daya motor traversing yang dibutuhkan adalah 1 hp/0,75 kW, dan daya motor yang dibutuhkan pada masing-masing saddle adalah 1,5 hp/1,1 kW. Roda gigi telah memenuhi reduksi yang diinginkan dan telah memenuhi kriteria aman desain. Bearing yang dipakai pada roda traversing memiliki umur pakai 35 tahun dan umur keandalan 22 tahun. Bearing yang digunakan pada roda saddle memiliki umur pakai 30 tahun dan umur keandalaan 19 tahun. Kata kunci: OHC, single girder, analisis kekuatan 1 LATAR BELAKANG Kemajuan industri di bidang produksi yang semakin meningkat diiringi dengan kemajuan teknologi. Kendala dalam produksi, khususnya alat-alat berat, dalam masalah mobilitas dan perakitannya telah dapat dituntaskan dengan adanya pesawat angkat dan angkut. Keberadaan pesawat angkut dan angkat sangat penting karena dapat meningkatkan produktifitas pelaksanaan proses produksi. Overhead crane merupakan salah satu dari sekian banyak jenis pesawat angkut dan angkat. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengangkat muatan material secara tegak lurus (vertikal) dan memindahkan secara mendatar (horizontal) serta dengan jarak yang terbatas. Umumnya tenaga yang dipergunakan adalah tenaga listrik, pemilihan sumber tenaga listrik karena merupakan sumber yang paling efisien. 1 2 Pembuatan, pemasangan, pemakaian, perawatan overhead crane mengandung bahaya potensial bagi tenaga kerja yang bertugas. Oleh sebab itu perlu adanya desain dan analisis overhead crane dengan tujuan melindungi atas kesehatan dan keselamatan kerja setiap tenaga kerja yang melakukan pembuatan, pemasangan, pemakaian, dan perawatan. Desain serta analisis overhead crane pada kesempatan ini diproduksi untuk kepentingan PT Bukaka Teknik Utama unit usaha Road Construction Equipment dalam produksi peralatan konstruksi yaitu dalam proses assembly. Tiap desain overhead crane memiliki memiliki spesifikasi tertentu, seperti Safe Working Load (SWL), rentang panjang girder (span), dan lainnya. Sehingga pada dasarnya dibutuhkan sebuah analisis desain overhead crane agar mencegah terjadi kegagalan dan kecelakaan saat pengoperasian. Adapun beberapa bagian utama dari overhead crane yang penting untuk dianalisis, yaitu balok girder dan saddle yang berfungsi menahan beban angkut agar tidak terjadi lendutan yang berlebihan. Spesifikasi motor perlu dianalisis agar mengetahui spesifikasi motor yang paling efisien. Analisis roda gigi reduksi dilakukan agar kecepatan dari mobilitas overhead crane dapat dikendalikan oleh operator. Serta bantalan yang dipakai juga perlu dianalisis agar penggunaan serta perawatan pada overhead crane mudah dilakukan. 2 TUJUAN Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah dapat menganalisis desain Girder dan Saddle dari Over Head Crane (OHC) Hoist SWL 5 Ton 11 Meter Span. 3 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu sebagai berikut: 1. Apakah desain Girder dan Saddle dari Over Head Crane (OHC) Hoist SWL 5 Ton 11 Meter Span telah aman dari defleksi berlebih dan kuat menahan SWL 5 Ton? 3 2. Apakah spesifikasi motor yang efisien untuk mengangkat SWL 5 Ton? 3. Apakah desain roda gigi reduksi pada OHC Hoist SWL 5 Ton 11 Meter Span memenuhi kecepatan yang diinginkan? 4. Berapakah umur efektif penggunaan bantalan pada OHC untuk menahan beban serta kecepatan putaran pada saat beroperasi? 4 BATASAN MASALAH Untuk menentukan arah analisis yang baik, ditentukan batasan masalah sebagai berikut: 1. Kekuatan dan defleksi Girder (Jembatan/Bingkai) 2. Kekuatan dan defleksi End Carriage/Saddle 3. Motor penggerak hoist, traversing, dan saddle 4. Pinyon dan roda gigi pada gigi reduksi traversing dan saddle 5. Pemilihan Bantalan/Bearing pada roda saddle dan traversing 5 OVERHEAD CRANE 5.1 Bagan Overhead Crane Berikut ini gambar bagian-bagian utama dari over head crane hoist single girder. 3 3 2 1 Gb.1 Bagian - bagian utama over head crane 4 Keterangan gambar: 1. Trolley Trolley berfungsi sebagai tempat alat-alat pengangkat (hoist) misalnya : drum (puli) untuk menggulung tali baja, motor penggerak drum, kait (hook) dan peralatan lainnya. 2. Cross travel girder Cross travel girder berfungsi sebagai chassis (body) daripada overhead crane tersebut. Jadi pada girder terdapat peralatan seperti alat-alat kontrol dan trolley. 3. End Carriage/Saddle End carriage/saddle berfungsi sebagai penopang cross travel girder. 5.2 Cara kerja overhead crane Overhead crane mempunyai tiga macam gerakan, yaitu: Gerak maju dan mundur (travelling) Yang dimaksud gerak maju dan mundur ini ialah gerakan dari pada girder pada sepanjang lintasannya/rail-nya. Fungsi ini dilakukan oleh saddle. Gerak ke kiri dan kanan (traversing) Gerak ke kiri dan ke kanan maksudnya ialah gerakan dari pada alat pengangkat (hoist) dan gerakan ini hanya terbatas sepanjang girder. Gerak naik dan turun (hoisting dan lowering) Gerakan naik dan turun yang dimaksud ialah gerakan dari pada alat pengangkat. 5.3 DATA TEKNIS OVERHEAD CRANE Daya angkat maksimal (Q) : 5 Massa Hoist (G0) : 0,63 ton Ketinggian angkat (H) : 4 L saddle : 2,62 m Span (wheel to wheel-L) : 11 Kecepatan angkat : 4,2 m/min ton m m 5 6 Kecepatan cross travel : 16 m/min Kecepatan long travel (saddle) : 20 m/min Material rangka girder dan saddle menggunakan SS 41 PEMBAHASAN 6.1 Girder (Jembatan/Bingkai) Gb. 2 Girder over head crane pre-assembly Type : single girder 5 tons capacity x 11 meters spans a. Data-data awal perancangan girder Perancangan awal menggunakan data-data awal sebagai berikut: Daya angkat maksimal (Q) : 5 Massa hoist (G0) : 0,63 ton Ketinggian angkat (H) : 4 m Span (wheel to wheel-L) : 11 m Material rangka Girder menggunakan SS 41, ton 6 ρ : 7.850 kg/m³ σ : kg/mm² E : 41 2,14x1010 kg/m² Gb. 3 Gambar rancangan over head crane b. Massa balok dan rel Girder (G1) Awal dari analisa kekuatan girder, kita perlu mengetahui massa dari girder. Gb. 4 Girder dan rail over head crane m3 Volume Girder = 0,297 Volume Rail = 9,181x10-2 m3 + Σ Volume = 0,388 m3 Massa Girder dan Rail (G1) = Σ Volume = 0,388 m3 x ρ x 7.850 kg/m³ = 3.052,213 kg 7 c. Reaksi Penumpu Girder Dengan tumpuan pada ujung-ujung girder yang menumpu pada saddle, maka kita menetukan reaksi yang terjadi. Tujuan menghitung reaksi penumpu agar kita mengetahui reaksi maksimal yang terjadi pada penumpu. Q+G0 G2 B A Diagram 1. Reaksi penumpu dengan beban maksimal pada batas gerak hoist/troli Beban maksimal penumpu (Q + G0 )x(L − 0.5) G₂ + L 2 5,63x(11 − 0,5) 3,052 P = + 11 2 P = Beban maksimal tiap penumpu = 6,9 ton d. Inersia Penampang Girder - Balok Girder Luas dan titik tengah bagian balok A₁ = 4.000 mm² y₁ = A₂ = 14.000 mm² y₂ = A₃ = 9.000 mm² y₃ = Inersia bagian balok : I = I₁ = I₂ = I₃ = Gb. 5 Penampang balok girder 400.103 12 20.7003 12 300.303 12 735 380 15 BH3 12 = 33.333,33 mm⁴ = 571.666.666,7 mm⁴ = 675.000 mm⁴ 8 Titik pusat gravitasi balok pada girder y = y = A₁ y₁ + A₂ y₂ + A₃ y₃ A₁ + A₂ + A₃ 4.000 × 735 + 14.000 × 380 + 9.000 × 15 4.000 + 14.000 + 9.000 Titik pusat gravitasi balok tersebut berada di 310,92 mm Jarak titik tengah bagian balok dengan balok d = |ybagian balok − y balok | d₁ = d₂ = d₃ = |735 − 310,92| = 424,074 mm |380 − 310,92| = 69,074 mm |15 − 310,92| = 295,925 mm Inersia Balok Girder Izz₁ = I₁ + A₁d₁² = 33.333,33 + 4.000x424,0742 =719.388.614,5 mm⁴ Izz₂ = I₂ + A₂d₂² = 571.666.666,7 + 14.000x69,0742 = 638.463.854,6 mm⁴ Izz₃ = I₃ + A₃d₃² = 675.000 + 9.000x295,9252 = 788.824.382,7 mm⁴ ∑ Izz total = 21.466.76.852 mm⁴ - Rel Girder Inersia = 1,27x108 mm⁴ = 8,35 x103 = 300 = 1,50 x102 = 455,46 mm² mm mm mm A L y plat I y balok Gb. 6 Penampang rail girder 9 - Titik Pusat Gravitasi balok dan rail girder A₁y₁ + A₂y₂ ybalok dan rail = A₁ + A₂ ybalok dan rail = 2700+(8,35×103 ) = 3,83x102 mm y balok dan rail dkotak dplat I 27000 × (1,50×102 )+(8,35×103 )×(1,50×102 ) = |455,46 − (3,83E + 02)| = |(1,50E + 02) − (3,83E + 02)| - Inersia Balok Girder dan Rail Izz kotak = 21.466.76.852+ 27000x(72,1 )² Izz plat I = (1,27x108)+ (8.350)x(233)² = 72,1mm = 233 mm = 2,29x109 mm⁴ = 5,81x108 mm⁴ ∑ Izz total = (2,29x109) +(5,81x108) mm⁴ = 2,87 x109mm⁴ wgirder = (∑ Izz total) / (y balok dan rail) = (2,87 x109) mm⁴/(3,83 x102) mm = 7,48 x106 mm³ = 7,48 x10-3m³ e. Kekuatan tarik Girder Setelah menganalisis massa dan inersia dari girder maka kita dapat menghitung tegangan tarik pada girder dan mengetahui angka aman pada girder. - Momen lentur akibat beban merata girder (Mst) G₁ × L Mst maks = 8 3,0522×11 Mst maks = 8 Mst maks - = 4,196775 = 4.196,775 ton.m kg.m Momen lentur akibat beban kapasitas dan hoist (Mdyn) Mdyn maks Mdyn maks = (Q + Gₒ) × (L − (b/2))2 = 2. L (5+0,63ₒ)×(11−(0,275/2))2 2×11 10 Mdyn maks = 30,19571 ton.m = 30.195,71 kg.m - Momen tambahan Madd = Madd = Madd Mst maks + Mdyn maks 7 4.196,775+30.195,71 7 = 4.913,21 kg.m Tegangan satuan akibat momen lentur ψ. Mst maks + μ. Mdyn maks + Madd σ = Wgirder (Rudenko, N., 1966) 1 × 4.196,775 + 1,1 × 30.195,71 + 4.913,21 7,48 × 10−3 = 5,66 x106 kg/m² = 5,66 kg/mm² = 41 kg/mm² σ = σ girder σ material SS41 Jadi SF yang pada Girder untuk tegangan tarik adalah 7,25 f. Defleksi yang terjadi pada Girder Setelah mengetahui bahwa girder aman terhadap tegangan tarik, selanjutnya kita menganalisis defleksi yang terjadi pada girder akibat beban. - Defleksi akibat beban girder G₁ × 5 × L3 δ′ = E × Ix × 384 (Rudenko, N., 1966) δ′ = δ′ - 3,0522×103 ×5×113 2,14×1010 ×2,87×109 ×10−12 ×384 = 8,61 x10-4 m Defleksi akibat beban kapasitas dan hoist (Gₒ + Q) × (L − b) × (L² + (L + b)²) δ′′ = E × Ix × 48 (Rudenko, N., 1966) 11 δ′′ = δ′′ (0,63+5)×(11−0,275)×(112 +(11+0,275)2 ) 2,14×1010 ×2,87×109 ×10−12 ×48 = 5,08 x10-3 m Defleksi total yang terjadi pada Girder δ = δ′ + δ′′ δ = 8,61 × 10−4 + 5,08 × 10−3 δ = 5,94 x10-3 m Syarat : δ δ 5,94x10-3m ≤ (L/700) ≤ (11/700) ≤ 15,7x10-3m 6.2 End Carriage/Saddle Gb. 7 Saddle over head crane pre-assembly a. Data-data awal perancangan saddle Perancangan awal menggunakan data-data awal sebagai berikut: Daya angkat maksimal (Q) : 5 ton Massa hoist (G0) : 0,63 ton 12 L saddle : 2,62 m Material rangka Saddle menggunakan SS 41, ρ : 7.850 kg/m³ σ : kg/mm² E : 41 2,14x1010 kg/m² Gb. 8 Gambar rancangan saddle over head crane b. Massa Saddle (G2) Langkah analisis saddle sama dengan analisis pada girder. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung massa dari saddle. Volume saddle Massa saddle = 0,0324356 m3 = 0,0324356 m3 = 255,6 kg x 7.850 kg/m³ c. Reaksi Penumpu Saddle Diagram 2. Reaksi penumpu saddle 13 Beban maksimal tiap roda Saddle (Reaksi penumpu maks) G₁ G₂ P = + + 2 4 2 5,3741 3,0522 0,2556 P = + + 2 4 2 Beban maksimal tiap roda Saddle = 3,5779 ton d. Inersia Penampang Saddle Ix = 1,57x108 mm⁴ y = 150 mm Wsaddle = Ix/ y = 1,57x108/150 = 1,05 x106 mm³ = 1,05 x10-3 m³ e. Kekuatan tarik saddle Setelah kita mengetahui massa serta inersia saddle maka kita dapat menganalisis kekuatan tarik yang terjadi pada saddle akibat beban terpusat dan beban merata. - Momen lentur akibat beban terpusat G₁ L Mp maks = (( ) + Reaksi penumpu maks) × 2 4 3,0522 ) + 5,3741) 2 Mp maks = (( × 2,62 4 Mp maks - = 4,51963 ton.m = 4.519,63 kg.m Momen lentur akibat beban merata Mq maks = Mq maks = Mq maks - G2 × L 8 0,2556×2,62 8 = 0,083709 = 83,709 ton.m kg.m Momen tambahan Madd = Madd = Madd 4.519,63 + 83,709 7 = 657,62 kg.m Mp maks + Mq maks 7 14 Tegangan satuan akibat momen lentur ψ. Mp maks + μ. Mq maks + Madd σ = W𝑠𝑎𝑑𝑑𝑙𝑒 (Rudenko, N., 1966) σsaddle = σsaddle 1×4.519,63 + 1,1×83,709 + 657,62 1,05 x10−3 = 5,02E+06 kg.m² = 5,02 kg/mm² σ material SS41 = 41 kg/mm² Jadi SF yang pada saddle untuk tegangan tarik adalah 8,16 f. Defleksi yang terjadi pada saddle Setelah kita mengetahui bahwa saddle aman terhadapa tegangan tarik maka kita perlu mengetahui apakah saddle juga aman terhadap defleksi yang terjadi akibat beban terpusat dan beban merata. - Defleksi akibat beban merata δ′ = G₂. 5. L³ E. I. 384 (Rudenko, N., 1966) δ′ = δ′ - 0,2556×5×2,62³ 2,14×1010 ×1,57×108 ×10−12 ×384 = 1,78x10-5 m Defleksi akibat beban terpusat [(G1 /2) + Reaksi penumpu maks ] . L³ δ′′ = E × I × 48 (Rudenko, N., 1966) [(3,0522/2) + 5,3741 ] .2,62³ δ′′ = 2,14×1010×1,57×108 ×10−12 ×48 δ′′ = 7,67x10-4E-04 m Defleksi total yang terjadi pada saddle δ = δ′ + δ′′ 15 δ = 1,78 × 10−5 + 7,67 × 10−4 δ = 7,85x10-4 m Syarat : δ δ 7,67x10-4 m ≤ (L/700) ≤ (2,62/700) ≤ 3,74x10-3m 6.3 Motor Penggerak Dalam perancangan overhead crane tipe monorail ini menggunakan 3 buah motor yaitu motor hoist, motor traversing, dan motor saddle. Daya angkat tiap motor bergantung pada besar tahanan rata-rata yang diterima oleh motor saat bekerja. Kecepatan gerak yang dibutuhkan juga mempengaruhi dalam pemilihan motor, seperti daya dan juga jumlah kutub pada motor. Gb. 9 Motor serta gearbox pada saddle over head crane - Data-data awal motor Perancangan awal menggunakan data-data awal sebagai berikut: Daya angkat maksimal (Q) : 5 ton Massa hoist (G0) : 0,63 ton 16 Massa Girder (G₁) : 3,0522 ton Massa End Carriage (G₂) : 0,2556 ton Kecepatan angkat : 4,2 m/min Kecepatan cross travel : 16 m/min Kecepatan long travel (saddle) : 20 m/min 6.3.1 Motor hoist Daya angkat minimal untuk mengangkat beban (Q) sebesar 5.000 kg, Q×V N= 75 × Ƞ diketahui : Kecepatan (v) Efisiensi motor (Ƞ) : 4,2 m/min : 0,8 = 0,07 m/sec 5.000 × 0,07 75 × 0,8 Daya minimal yang dibutuhkan untuk mengangkat beban (Q) sebesar 5.000 kg, adalah 5,83 HP. N= o Oleh karena daya minimal yang dibutuhkan adalah 5,83 HP, maka kita memperkirakan bahwa daya motor 10 HP dapat bekerja maksimal. Spesifikasi motor dengan daya 10 HP: output shaft (D) : 42 mm dia. luar kopling (A) : 160 mm = 0,16 m tebal flens (b) : 20 mm = 0,02 m pole : 6 Frekuensi (f) : 50 hz kecepatan putar motor n= n= n 120 × f pole 120×50 6 : 1.000 rpm Momen Girasi GD² kopling = 3080x(A⁴)x2b = GD²rotor = 0,4 kg.m² 0,0807 kg.m² (Sularso, 1997) 17 ∑GD²dyn = GD² kopling + GD²rotor = 0,4807 kg.m² Torsi Awal yang dibutuhkan motor Kita perlu mengetahui analisa kemampuan motor apakah dapat mengantisipasi dari gabungan momen resistansi dan torsi dinamik yang terjadi. - Momen resistansi statik pada poros motor yaitu N Mst = 716,2 × n (Rudenko, N., 1966) 5,83 Mst = 716,2 × 1.000 Mst = 4,1778 - kg.m Torsi dinamik pada gerak awal motor didapat dari rumus: δ × GD² × n 0,975 × Q × v² Mdyn = + 375 × ts n × ts × Ƞ (Rudenko, N., 1966) diketahui : koefisien perhitungan efek mekanisme transmisi (δ) waktu mulai (ts) =1 s efisiensi keseluruhan mekanisme (Ƞ) = 0,8 1,15×0,4807×1.000 0,975×5.000×0,07² Mdyn = + 1.000×1×0,8 375×1 Mdyn = 1,504 = 1,15 kg.m Maka torsi yang dibutuhkan pada awal gerak adalah: Ms𝑡𝑎𝑟𝑡 = Mst + Mdyn Ms𝑡𝑎𝑟𝑡 = 4,1778 + 1,504 Mstart = 5,6819 kg.m Mmotor rated (10hp, 6pole) = 7,162 kg.m Kriteria motor digolongkan baik apabila Torsi aktual motor lebih besar dari Torsi yang dibutuhkan pada awal gerak. M𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 > 𝑀𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡 7,162kg. m > 5,6819kg. m 18 6.3.2. Motor traversing Jumlah resistansi yang membebani motor, w = d β × (Q + G0 ) × (μ × 2 + k) R (Rudenko, N., 1966) diketahui : o Spesifikasi roda Max load Diameter luar (D) Diameter dalam (d) : 1.500 kg : 175 mm : 90 mm Q+G0 : 5.630 kg koefisien gesek bantalan (μ) : 0,01 koefisien gesek lateral (k) : 0,5 mm koefisien kelembaman (β) : 2,5 w = 90 2 2,5×(5.630)×(0,01× +0,5) (175⁄2) Maka jumlah resistansi yang membebani motor adalah 152,81 kg. Daya minimal yang dibutuhkan motor, w. V 75. Ƞ 152,81 × 0,2667 N= 75 × 0,8 N= Maka daya yang dibutuhkan adalah 0,6792 HP. o Menggunakan spesifikasi daya motor 1HP output shaft (D) : 20 mm dia. luar kopling (A) : 112 mm = 0,112 m tebal flens (b) : 18 mm = 0,018 m pole : 4 Frekuensi (f) : 50 hz kecepatan putar 120 × f n= pole 120 × 50 n= 4 n : 1500 rpm 19 Momen Girasi GD² kopling = 3080x(A⁴)x2b = 0,0174 kg.m² GD²rotor = 0,009 kg.m² ∑GD²dyn = GD² kopling + GD²rotor = 0,0264 kg.m² Torsi Awal yang dibutuhkan motor Kita perlu mengetahui analisa kemampuan motor apakah dapat mengantisipasi dari gabungan momen resistansi dan torsi dinamik yang terjadi. - Momen resistansi statik pada poros motor yaitu N Mst = 716,2 × n (Rudenko, N., 1966) Mst = 716,2 × 0,6792 1.500 Mst = 0,3243 kg.m - Torsi dinamik pada gerak awal motor didapat dari rumus: δ × GD² × n 0,975 × w × v² Mdyn = + 375 × ts n × ts × Ƞ (Rudenko, N., 1966) diketahui : koef perhitungan efek mekanisme transmisi (δ) = 1,15 waktu mulai (ts) = 1 s efisiensi keseluruhan mekanisme (Ƞ) = 0,8 Mdyn = Mdyn 1,15×0,0264×1.500 375×1 + = 0,1305 0,975×152,81 ×0,2667² 1.500×1×0,8 kg.m Maka torsi yang dibutuhkan pada awal gerak adalah: M𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡 = Mst + Mdyn M𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡 = 0,3243 + 0,1305 Mstart = 0,4548 kg.m Mmotor rated (1hp, 4pole) = 0,522 kg.m Kriteria motor digolongkan baik apabila Torsi aktual motor lebih besar dari Torsi yang dibutuhkan pada awal gerak. 20 M𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 > M𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡 0,522 kg. m > 0,4548 kg. m 6.3.3. Motor saddle Jumlah resistansi yang membebani motor, β × [(Q + G0 ) × (L − b)/L) + (G₁/2) + G₂ ] × [(μ × d/2) + k] 𝑤= R (Rudenko, N., 1966) diketahui : o Spesifikasi roda Max load : 5.000 kg Diameter luar (D) : 200 mm Diameter dalam (d) : 100 mm Q+G0 G₁ G₂ L b : : : : : 5.630 kg 3.052,2kg 255,6 kg 11 m 0,5 m koefisien gesek bantalan (μ) koefisien gesek lateral (k) : 0,5 koefisien kelembaman (β) : 2,5 𝑤= : 0,01 mm (11−0,5) 3.052,2 100 )+ +255,6]×[(0,01× )+0,5] 11 2 2 2,5×[(5.630× (200⁄2) Maka jumlah resistansi yang membebani motor adalah 178,89 kg. Daya minimal yang dibutuhkan motor, w×V N= 75 × Ƞ 178,89 × 0,33 N= 75 × 0,8 Maka daya yang dibutuhkan adalah 0,9939 HP. o Menggunakan spesifikasi daya motor 1,5 HP output shaft (D) : 24 mm dia. luar kopling (A) : 125 mm = 0,125 m tebal flens (b) : 18 mm = 0,018 m 21 pole Frekuensi (f) kecepatan putar : 4 : 50 hz 120 × f pole 120 × 50 n= 4 n= n : 1.500 rpm Momen Girasi GD² kopling = 3080.(A⁴).2b GD²rotor = 0,009 kg.m² ∑GD²dyn = GD² kopling + GD²rotor = 0,0271 kg.m² = 0,0361 kg.m² Torsi Awal yang dibutuhkan motor Kita perlu mengetahui analisa kemampuan motor apakah dapat mengantisipasi dari gabungan momen resistansi dan torsi dinamik yang terjadi. - Momen resistansi statik pada poros motor yaitu N Mst = 716,2 × n (Rudenko, N., 1966) Mst = 716,2 × Mst = 0,4745 - 0,9939 1.500 kg.m Torsi dinamik pada gerak awal motor didapat dari rumus: δ × GD² × n 0,975 × w × v² Mdyn = + 375 × ts n × ts × Ƞ (Rudenko, N., 1966) diketahui : koef perhitungan efek mekanisme transmisi (δ) = 1,15 waktu mulai (ts) = 1 s efisiensi keseluruhan mekanisme (Ƞ) = 0,8 Mdyn = 1,15×0,0361×1.500 375×1 + 0,975×178,89×0,33² 1.500×1×0,8 Mdyn = 0,1821 kg.m Maka torsi yang dibutuhkan pada awal gerak adalah: M𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡 = Mst + Mdyn M𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡 = 0,4745 + 0,1821 22 Mstart = 0,6566 kg.m Mmotor rated (1,5hp, 4pole) = 0,755 kg.m Kriteria motor digolongkan baik apabila Torsi aktual motor lebih besar dari Torsi yang dibutuhkan pada awal gerak. M𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 > M𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡 0,755 kg. m > 0,6566 kg. m 6.4 Pinyon dan Roda Gigi Pemilihan dimensi roda gigi dimulai dengan penentuan beberapa hal, yaitu: o Daya ditransmisikan P (kW) o Sudut tekan pahat α ( 0 ) o Putaran poros n1 (rpm) o Material pinyon, roda gigi besar o Perbandingan reduksi i o Material poros o Jarak sumbu poros a (mm) Gb. 10 Nama-nama bagian roda gigi keterangan: a = Addendum/ tinggi kepala b = Dedendum/ tinggi kaki c = Clearance hk = kedalaman kerja ht = kedalaman keseluruhan p = Pitch/ jarak bagi lingkar rf = Fillet radius/ jari-jari fillet t = tebal gigi α = sudut tekan 23 Gb. 11 Poros, roda, gear dan pinyon pada saddle o Data-data awal gear reduction Perancangan gear reduction menggunakan data-data yang telah ditentukan sebelumnya: o Traversing P motor = 0,75 kW n motor = 1.500 rpm v roda = 18 m/min D roda = 175 mm = 0,175m n roda = 32,76 rpm o Saddle P motor n motor v roda D roda n roda = 1,5 = 1.500 = 20 = 200 = 31,85 kW rpm m/min mm = 0,2 m rpm 24 Gb. 12 Gambar rancangan roda dan gear saddle over head crane - Gear reduction traversing Perancangan gear reduction traversing dibagi dalam 2 tahap: a) Gear box reduction b) Gear & pinion a) Gear box reduction Reduksi (i) = 20 n1 = 1.500rpm n₂ 1 = n₁ i n₂ 1 = 1.500 20 n2 = 75 rpm b) Gear & pinion Reduksi (i) = 20 n₃ 1 = n₂ i n₃ 1 = 75 20 n3 = 37,5 rpm Jarak antar poros (a) Dia. Lingkaran jarak bagi = 150 mm d = d1 = 2×150 1+2 2×a 1+i = 0,15 m 25 d1 = 100 mm d2 = 2×150×2 1+2 d2 = 200 mm Modul (m) =5 Sudut tekan (α) = 20 ⁰ Jumlah gigi z = z1 = 100 d m 5 z₁ = 20 z2 = 200 5 z₂ = 40 Kelonggaran sisi (C) = 0 mm Kelonggaran puncak ck = 0,25 × m ck = 0,25 × 5 ck = 1,25 mm Diameter Kepala dK = (z₁ + 2) × m dk1 = (20 + 2) × 5 dK₁ = 110 mm dk1 = (40 + 2) × 5 dK₂ = 210 mm Diameter Kaki df = (z − 2) × m − 2 × ck df1 = (20 − 2) × 5 − 2 × 1,25 df₁ = 87,5 mm df1 = (40 − 2) × 5 − 2 × 1,25 26 df₂ = 187,5 mm Kedalaman pemotongan H = 2 × m + ck H = 2 × 5 + 1,25 H = 11,25 mm Faktor Lewis Y₁ (z1 = 20) = 0,32 Y₂ (z2 = 40) = 0,386 Kecepatan keliling v = π × d₁ × n₂ v = π × 100 × 75 v = 0,39 m/s Gaya tangensial Ft = Ft = 102 × ck v 102×1,25 0.39 Ft = 324,84 Faktor dinamis kg fv = fv = 3 3+v 3 3+0,39 fv = 0,88 o Bahan pinyon dan roda gigi besar Kekuatan tarik (σB1 & σB2) Kekerasan permukaan (HB1 & HB2) Tegangan lentur diijinkan (σa1 & σa1) : S 45 C : 58 kg/mm² : 200 HB : 30 kg/mm² Faktor tegangan kontak antara baja karbon kH = 0,053 kg/mm² Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar F′b = σa × m × Y × fv F′b = 30 × 5 × 0,32 × 0,88 F'’b₁ = 42,45 kg/mm 27 F′b = 30 × 5 × 0,386 × 0,88 F'’b₂ = 51,20 kg/mm Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar kH. d₁. 2. z₂ F′H = z₁ + z₂ F′H = 0,053×100×2×40 F'H 20+40 = 7,067 kg/mm Lebar sisi b = Ft F′H 324,84 b = 7,0667 b = 45,97 mm o Bahan poros Kekuatan tarik (σB) Sf₁ Sf₂ τa ≈ 46 mm : S 55 C : 66 kg/mm² : 6 : 2 : 5,5 kg/mm² Diameter poros ds = ( 5,1 × Kt × Cb × T₁/τa)1/3 dimana : T₁ = 9,74E + 5 × (ck/n2) T₂ = 9,74E + 5 × (ck/n2/i) Kt Cb = 16.233 = 32.467 = 1,5 =2 ds1 = ( 5,1 × 1,5 × 2 × 16.233/5,5)1/3 ds₁ = 35,61 mm ≈ 38 mm ds2 = ( 5,1 × 1,5 × 2 × 32.467/5,5)1/3 ds₂ = 44,87 mm ≈ 50 mm o Bahan pasak : S 45 C Ukuran pasak pinyon : 12x8 kg.mm kg.mm 28 Ukuran pasak roda gigi besar : 14x9 Tebal antara dasar alur pasak dan dasar gigi df₁ ds₁ sk₁ = ( ) − (( ) + t₂) 2 2 87,5 sk₁ = ( 38 ) − (( 2 ) + 2,4) 2 sk₁ = 22,35 mm Syarat keamanan b/m (6-10) = 9,20 d/b ( >1,5) = 2,17 sk1/m (2,2) = 4,47 (Sularso, 1997) - Gear reduction saddle Perancangan gear reduction saddle dibagi dalam 2 tahap: a) Gear box reduction b) Gear & pinion a) Gear box reduction Reduksi (i) = 20 n1 = 1.500 rpm n₂ 1 = n₁ i n₂ 1 = 1.500 20 n2 = 75 rpm b) Gear & pinion Reduksi (i) = 2 n₃ 1 = n₂ i n₃ 1 = 75 2 n3 = 37,5 rpm Jarak antar poros (a) Dia. Lingkaran jarak bagi = 180 mm d = 2×a 1+i = 0,18 m 29 d1 = 2×180 1+2 d1 = 120 mm d2 = 2×180×2 1+2 d2 = 240 mm Modul (m) =8 Sudut tekan (α) = 20 ⁰ Jumlah gigi z = z1 = d m 120 8 z₁ = 15 z2 = 240 8 z₂ = 30 Kelonggaran sisi (C) = 0 Kelonggaran puncak mm ck = 0,25 × m ck = 0,25 × 8 ck = 2 mm Diameter Kepala dK = (z₁ + 2) × m dK = (15 + 2) × 8 dK₁ = 136 mm dK = (30 + 2) × 8 dK₂ = 256 mm Diameter Kaki df = (z − 2) × m − 2 × ck df1 = (15 − 2) × 8 − 2 × 2 df₁ = 100 mm df1 = (30 − 2) × 8 − 2 × 2 30 df₂ = 220 mm Kedalaman pemotongan H = 2 × m + ck H = 2×8 + 2 H = 18 mm Faktor Lewis Y₁ (z1 = 20) = 0,289 Y₂ (z2 = 20) = 0,358 Kecepatan keliling v = π × d₁ × n₂ v = π × 120 × 75 v = 0,47 m/s Gaya tangensial Ft = Ft = 102×2 0,47 Ft = 433,12 102 × ck v kg Faktor dinamis fv = fv = 3 3+v 3 3+0,47 fv = 0,86 o Bahan pinyon dan roda gigi besar Kekuatan tarik (σB1 & σB2) Kekerasan permukaan (HB1 & HB2) Tegangan lentur diijinkan (σa1 & σa2) : S 45 C : 58 kg/mm² : 200 HB : 30 kg/mm² Faktor tegangan kontak antara baja karbon kH = 0,053 kg/mm² Beban lentur yang diizinkan persatuan lebar F′b = σa × m × Y × fv 31 F′b1 = 30 × 8 × 0,289 × 0,86 F'’b₁ = 59,95 kg/mm F′b1 = 30 × 8 × 0,358 × 0,86 F'’b₂ = 74,26 kg/mm Beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar kH × d₁ × 2 × z₂ F′H = z₁ + z₂ F′H = 0,053×120×2×30 F'H 15+30 = 8,48 kg/mm Lebar sisi b = b = 433,12 8,48 b = 51,08 mm o Bahan poros Kekuatan tarik (σB) Sf₁ Sf₂ τa Ft F′H ≈ 52 mm : S 55 C : 66 kg/mm² : 6 : 2 : 5,5 kg/mm² Diameter poros ds = ( 5,1 × Kt × Cb × T1 /τa)1/3 dimana : T₁ = 9,74x105 × (ck/n2) T₂ = 9,74x105 × (ck/n2/i) Kt Cb = 25.973 = 51.947 = 1,5 =2 ds1 = ( 5,1 × 1,5 × 2 × 25.973/5,5)1/3 ds₁ = 41,65 mm ≈ 42 mm ds1 = ( 5,1 × 1,5 × 2 × 51.947/5,5)1/3 ds₂ = 52,48 mm ≈ 55 mm kg.mm kg.mm 32 o Bahan pasak : S 45 C Ukuran pasak pinyon : 12x8 Ukuran pasak roda gigi besar : 15x10 Tebal antara dasar alur pasak dan dasar gigi df₁ ds₁ sk₁ = ( ) − (( ) + t₂) 2 2 100 sk₁ = ( 2 42 ) − (( ) + 2,4) 2 sk₁ = 26,6 mm Syarat keamanan b/m (6-10) = 6,5 d/b ( >1,5) = 2,31 sk1/m (2,2) = 3,33 (Sularso, 1997) 6.5 Bantalan/Bearing Gb. 13 Bearing yang terpasang pada roda 33 - Data-data awal bearing Perancangan bearing menggunakan data-data yang telah ditentukan sebelumnya: Traversing Kapasitas Angkat Maksimal (Q) :5 ton Massa Hoist / Troli (G0) : 0,63 ton Jumlah roda traversing :4 buah N roda : 37,5 rpm Saddle Beban yang diterima tiap roda (P) - : 3.577,91 kg Traversing Poros pada roda traversing o Reaksi @bearing Reaksi yang terjadi pada masing tumpuan pada bearing dianalisa agar dapat menentukan poros yang aman. Q + G0 P= 4 5.000 + 630 P= 4 P = 1.407,50 kg o Momen pada bearing AB Reaksi@𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 × x 2 1.407,50 × 50 M= 2 M= M = 35.187,50 kg.mm Panjang bantalan 𝑙> (π × reaksi@𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 × n) 1000 × 60 × (pv)a diketahui : (pv)a=faktor tekanan-kecepatan maksimal yang diizinkan pada roda gigi reduksi (pv)a= 0,5 kg/mm2 m/s 34 𝑙> l = 5,5 mm Dipilih panjang bantalan (π × 1.407,50 × 37,5) 1000 × 60 × 0,5 23 mm, agar menyesuaikan dengan ukuran bearing. faktor keamanan statis (fs) faktor keamanan dinamis (fd) Bahan poros S55C σ = 80 kg/mm² τ = σ/(𝑓𝑠. 𝑓𝑑) = 3,33 = = 6 4 kg/mm² o Diameter poros ds = 47,57 10,2 × M 1⁄3 ds ≥ ( ) τ ⁄ 10,2 × 35.187,50 1 3 ds ≥ ( ) 3,33 mm Dipilih diameter poros 50 mm agar menyesuaikan dengan ukuran bearing. Syarat aman poros Setelah kita mendapat panjang dan diameter poros maka kita perlu menelaah kembali apakah dimensi tersebut telah masuk dalam kriteria syarat aman: l = 0,4 − 4,0 d l/d = 23/50 = 0,46 (Sularso, 1997) Maka dapat dipastikan bahwa desain dimensi panjang dan diameter poros tersebut aman. Bearing traversing Sesuai diameter poros 50 mm maka dipilih bantalan tipe 22210 d = 50 mm D = 90 mm Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 99.000 N = 10.102,04 kg Kapasitas nominal statis spesifik (C0) =119.000 N = 12.142,86 kg C & C0 > reaksi pada bearing 35 o Faktor kecepatan bearing 33,3 3⁄10 fn = ( ) n roda 33,3 3⁄10 fn = ( ) 37,5 fn = 0,96 o Faktor umur bearing fn × C reaksi pada bearing 0,96 × 10.102,04 fh = 1.407,50 fh = fh = 6,93 o Umur bearing Lh Lh = (500 × fh)10⁄3 Lh = (500 × 6,93)10⁄3 = 316.654,274 hour = 36 tahun o Umur keandalan Ln = Lh . faktor keandalan (faktor keandalan bearing 95% = 0,62) Ln = 196.325,65 hour = 22 tahun (Sularso, 1997) - Saddle Poros pada saddle o Reaksi @bearing Reaksi yang terjadi pada masing tumpuan pada bearing dianalisa agar dapat menentukan poros yang aman. P𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 = P𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 = P = 1.788,96 kg Proda 2 3.577,92 2 36 o Momen pada bearing AB M= M 1.788,96 × 45 2 = 40.251,49 kg.mm Panjang bantalan π × reaksi@𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 × n 1000 × 60 × (pv)a π × 1.788,96 × 37,5 𝑙> 1000 × 60 × 0,5 𝑙> l = 5,5 mm Dipilih panjang bantalan 25 mm, agar menyesuaikan dengan ukuran bearing. faktor keamanan statis (fs) faktor keamanan dinamis (fd) Bahan poros S55C σ = 80 kg/mm² τ = σ/(𝑓𝑠. 𝑓𝑑) = 3,33 = = 6 4 kg/mm² o Diameter poros ds = 49,75 10,2 × M 1⁄3 ds ≥ ( ) τ ⁄ 10,2 × 40.251,49 1 3 ds ≥ ( ) 3,33 mm Dipilih diameter poros 55 mm, agar menyesuaikan dengan ukuran bearing. Syarat aman poros Setelah kita mendapat panjang dan diameter poros maka kita perlu menelaah kembali apakah dimensi tersebut telah masuk dalam kriteria syarat aman: l = 0,4 − 4,0 d l/d = 25/55 = 0,45 (Sularso, 1997) Maka dapat dipastikan bahwa desain dimensi panjang dan diameter poros tersebut aman. 37 Bearing saddle Sesuai diameter poros 50 mm maka dipilih bantalan tipe 22211 d = 55 mm D = 100 mm Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) =119.000 N = 12.142,86 kg Kapasitas nominal statis spesifik (C0) =144.000 N = 14.693,88 kg C & C0 > reaksi pada bearing o Faktor kecepatan bearing 33,3 3⁄10 fn = ( ) n roda 33,3 3⁄10 fn = ( ) 37,5 fn = 0,96 o Faktor umur bearing fn × C reaksi pada 𝑏𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 0,96 × 12.142,86 fh = 1.788,96 fh = fh = 6,55 o Umur bearing Lh Lh = (500 × fh)10⁄3 Lh = (500 × 6,55)10⁄3 = 262.898,35 hour = 30 tahun o Umur keandalan Ln = Lh × faktor keandalan (faktor keandalan bearing 95% = 0,62) Ln = 162.996,98 hour = 19 tahun (Sularso, 1997) 38 KESIMPULAN Dari hasil analisa desain Single Girder 5 Tons Capacity 11 X Meters Spans yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan: Desain girder dan saddle telah aman dari defleksi dan tegangan tarik yang terjadi ketika mengangkat dan mengangkut SWL sejumlah 5 ton. Spesifikasi motor untuk hoist untuk mengangkat beban maksimal 5 ton menggunakan daya 10 hp/7,5 kW; dengan spesifikasi 6 pole dan frekuensi 50 hz. Daya motor traversing yang dibutuhkan untuk menggerakkan beban ke kanan dan ke kiri adalah 1 hp/0,75 kW, dengan spesifikasi 4 pole dan frekuensi 50 hz. Sedangkan daya motor pada masing-masing saddle untuk menggerakkan beban maju dan mundur adalah 1,5 hp/1,1 kW; dengan spesifikasi 4 pole dan frekuensi 50 hz. Roda gigi telah memenuhi reduksi yang diinginkan dan telah memenuhi kriteria aman desain. Bearing yang dipakai pada roda traversing memiliki umur pakai 35 tahun dan umur keandalan 22 tahun. Bearing yang digunakan pada roda saddle memiliki umur pakai 30 tahun dan umur keandalaan 19 tahun. 39 DAFTAR PUSTAKA Atmi Solo. 1995. Standar Elemen Mesin. Surakarta Brauer Ltd. Wheels and Castors Catalogue. England Hyundai Steel. Products Guide. Taiwan NSK. Rolling Bearings. Jakarta Rudenko, N. 1969. Materials Handling Equipment 2nd ed. Moscow: Mir Publishers Suga, Kiyokatsu dan Jakarta: Pradnya Paramita Sularso. 1987. Elemen Mesin.