LAPORAN RESMI TEKNOLOGI EKSTRAKSI BAHAN ALAM Dosen Pengampu : Dr. rer. nat. Nanang Fakhrudin, M.Si., Apt. Golongan II/Kelompok 4 Hanisa Maulina P. (17/408816/FA/11266) Hasna Salsabila K. (17/408818/FA/11268) Jinan Kusuma Dewi (17/408820/FA 11270) Leiren Garda W. (17/408822/FA/11272) LABORATORIUM GALENIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN AJARAN 2019/2020 A. LATAR BELAKANG Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, tiga puluh ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan. Tumbuhan yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 masih digunakan sebagai obat tradisional (Depkes RI, 2000). Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagi masyarakat harus secara berkelanjutan. Pemanfaatan yang berkelanjutan adalah pemanfaatan yang tidak hamya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia. Pada zaman yang semakin berkembang ini diperlukan kesadaran tentang penggunaan obat-obatan yang berasal dari alam, atau yang sering dikenal dengan nama obat-obatan herbal (Dalimartha, 2003). Berdasarkan hal ini maka dilakukanlah penelitian mengenai ekstraksi cabe jawa. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massakomponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Adapun jenis-jenis ekstraksi yaitu ekstraksi secara dingin dan ekstraksi secara panas. Ekstraksi secara dibagi menjadi tiga metode yaitu metode maserasi, metode soxhletasi dan metode perkolasi. Sedangkan esktraksi secara panas dilakukan dengan metode infundasi dan destilasi (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988). Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut (Sudjadi, 1988) : Modifikasi maserasi melingkar Modifikasi maserasi digesti Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat Modifikasi remaserasi Modifikasi dengan mesin pengaduk . Infundasi atau adalah ekstraksi yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air suhu 90°C selama 15 menit. Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan bertambah baik apabila permukaan simplisia yang bersentuhan semakin luas. Umumnya metode infundasi dilakukan untuk simplisia yang mempunyai jaringan lunak, yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama (Depkes RI.1979) Keuntungan dan kekurangan Metode Infundasi (Teyler dkk., 1988): 1. Keuntungan Unit alat yang dipakai sederhana, Biaya operasionalnya relatif rendah. 2. Kerugian Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali, apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh), Hilangnya zat-zat atsiri, Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut. Perkolasi adalah metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi dilakukan dalam bejana yang dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut pada bagian bawah (Voight,1995). Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Voight,1995). Prinsip sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relative konstan dengan adanya pendingin balik. Keuntungan metode sokletasi merupakan metode cara panas yang dapat menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisiensi bahan), waktu yang digunakan lebih cepat, dan sampel diekstraksi secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang. Selain itu, aktivitas biologis tidak hilang saat dipanaskan sehingga teknik ini dapat digunakan dalam pencarian induk obat (Heinrich, 2004). Ekstrak kering merupakan yang diperoleh dengan cara menguapkan pelarut berdasarkan kandungan bahan aktif. Ekstrak kering memiliki nilai susut pengeringan biasanya tidak lebih dari 5% (Gaedcke et al., 2003). Ekstrak kering mudah menarik lembab dan cendrung membentuk gumpalan-gumpalan. Untuk mengatasinya disarankan suatu penggerusan intensif dengan menggunakan laktosa, dimaksudkan agar zat-zat dapat dikeringkan dengan baik (Voight, 1995). Laktosa yang digunakan dalam teknologi farmasi umumnya mengenai α-laktosa monohidrat yang diperoleh dari pengering sembur dan digunakan sebagai bahan pengikat kering (Voight, 1995). Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat, cair, terlarut, suspensi, atau esotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada boot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diektraksi dengna pelarut organik (Adijuwana dan Nur, 1989). Fraksinasi dalam arti lain yaitu suatu teknik pemisahan untuk larutan yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak terlalu jauh yaitu sekitar 30oC atau lebih (Gunawan & Mulyani, 2004). Fraksinasi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen terlarut pada fase pertama dan sebagian terlarut pada fase kedua. Kemudian kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok dan setelah itu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna sehingga terbentuk dua lapisan fase cair. Sedangkan komponen kimia akan terpisah. Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan cairan pertama maka akan terbentuk 2 lapisan. Salah satu komponen dari campuran akan terlarut ke dalam dua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu akan dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan tersebut. Waktu yang diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat dengan pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (Gunawan & Mulyani, 2004). Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa organik yang banyak ditemukan di alam dan berasal dari jaringan tumbuhan. Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang mudah menguap (volatil) dan bukan merupakan senyawa murni tetapi tersusun atas beberapa komponen yang mayoritas berasal dari golongan terpenoid (Guenther, 2006). Salah satu famili tumbuhan tingkat tinggi yang berbau harum dan potensial menghasilkan minyak atsiri adalah famili Lauraceae. Lauraceae merupakan salah satu famili besar yang terdapat pada daerah tropis dan subtropis Disamping mengandung minyak atsiri, Lauraceae telah diketahui pula mengandung beberapa golongan senyawa metabolit sekunder yang lain seperti alkaloid, fenilpropanoid, flavonoid, turunan 2-piron, benzil-ester, dan turunan alkenalkin (Guenther, 2006). Cinnamomum burmannii (Kayu Manis) merupakan salah satu jenis dari famili Lauraceae yang dipilih untuk penelitian ini. Tumbuhan ini banyak terdapat di daerah sub tropis dan tropis. Penelitian terhadap minyak atsiri dari Cinnamomum burmannii yang berasal dari Guangzhou, China yang dilakukan oleh Wang dkk (2009) melaporkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah transsinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Minyak atsiri adalah senyawa organik yan diperoleh dari hasil metabolit sekunder tanaman yang komposisi kimia minyak atsiri tergantung pada jenis tumbuhan, daerah tempat tumbuh, iklim, dan bagian yang diambil minyaknya (Guanther, 2006). Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001), sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Gymnospermae Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Sub kelas : Dialypetalae Ordo : Policarpicae Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomum Spesies : Cinnamomum burmannii Distilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih. Pada proses destilasi sederhana, suatu campuran dapat dipisahkan bila zat-zat penyusunnya mempunyai perbedaan titik didih cukup tinggi. Proses destilasi terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama terdiri dari uap yang terembunkan disebut destilat, dan bagian kedua adalah cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak komponen yang sukar menguap (Raditya, 2008). Distilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dalam satu larutan berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen-komponennya yang cukup besar. Transfer massa minyak dari dalam butiran padatan ke solvent meliputi dua proses seri, yakni difusi dari dalam padatan ke permukaan butiran dan transfer massa dari permukaan padatan ke solven. Jika salah satu proses berlangsung lebih cepat, maka kecepatan perpindahan massa dikontrol oleh proses yang lebih lambat (Sutijan, 2009). Kulit kayu manis adalah bagian kulit batang atau ranting tumbuhan Cinnamomum burmanii Ness ex BI., suku Lauraceae yang sudah terbebas dari bagian kulit gabus terluar dan dikeringkan, berupa kulit bergulung, patahan atau diserbuk, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,50% v/b dengan kadar sinamaldehid tidak kurang dari 1,03%. Adapun pemerian dari kayu manis adalah berbentuk batangan atau kulit menggulung, membujur, pipih atau berupa berkas yang terdiri atas tumpukan beberapa potong kulit yang tergulung membujur, panjang hingga 1 m, tebal kulit 1 - 3 mm atau lebih, warna cokelat kekuningan, bau khas, rasa sedikit manis. Permukaan dalam berwarna cokelat kemerahan tua sampai cokelat kemeredaman, bekas patahan tidak rata (DepKes RI, 2008). Prinsip kerja destilasi uap-air berdasarkan alat yang digunakan yaitu bahan baku dimasukkan dalam tanki yang didalamnya terdapat saringan yang memisahkan antara air dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan pada praktikum ini yaitu kayu manis (Cinnamomum burmannii) untuk diambil minyak atsirinya. Api akan menguapkan air, yang mana panas dari uap air akan memberikan tekanan uap panas kepada bahan baku sehingga minyak atsiri yang terkandung dalam kayu manis menguap dan akan dialirkan ke kondensor untuk didinginkan dan dikumpulkan minyaknya di separator.Prinsip Destilasi Stahl adalah pemisahan dengan cara panas berdasarkan perbedaan titik didih dan berat jenis senyawa. Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Kemudian uap air yang melewati kondensor akan mengalami pendinginan menghasilkan tetesan yang masuk kedalam buret. Didalam buret, senyawa yang memiliki BJ lebih rendah akan berada di bagian atas (minyak atsiri), sementara senyawa dengan BJ lebih tinggi akan berada di bagian bawah. Keuntungan Destilasi Stahl adalah minyak atsiri yang diperoleh dapat langsung diukur pada buret, optimal untuk isolasi bahan alam yang mengandung minyak atsiri, cocok untuk bahan yang tahan pemanasan secara langsung, dan pelarut tidak mengalami kekeringan, suhu dapat diatur. Akan tetapi, kekurangan Destilasi Stahl adalah tidak cocok untuk bahan yang tidak tahan panas, proses ekstraksi lama, dan perlu penambahan pelarut secara kontinue agar tidak terjadi kekeringan pada sampel. Pelarut yang digunakan adalah air. Air merupakan pelarut polar yang aman dan mudah didapat, dapat menarik hampir seluruh metabolit yang terdapat pada tanaman termasuk minyak atsiri, titik didih air juga lebih tinggi dari pada minyak atsiri. Walaupun air dan minyak atsiri memiliki kepolaran yang berbeda, namun air dapat menarik minyak atsiri keluar dari sel. Selain itu dengan pemanasan kepolaran air akan menurun karena meregangnya ikatan hydrogen antara molekul air sehingga momen dipolnya menurun dan kepolarannya menurun. Air dan uap air akan menembus dinding sel dengan adanya panas, minyak atsiri akan terbawa oleh uap air (Gunawan, 2004). Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak. Peningkatan nilai indeks bias minyak menunjukkan bahwa minyak mempunyai rantai karbon panjang dan terdapat sejumlah ikatan rangkap (Zulnely, 2008). Ini berarti indeks bias dipengaruhi oleh komponen penyusunnya. Selain itu, ukuran bahan dan letak bahan yang rendah dapat mempengaruhi secara nyata hasil indeks bias. Semakin kecil ukuran bahan dan semakin rendah letak bahan maka akan menghasilkan indeks bias yang semakin besar (Djajeng dan Ma’mun, 1997). GC-MS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang mengandung dua metode analisis senyawa. Dua metode tersebut adalah kromatografi gas (GC) untuk menganalisis senyawa secara kuantitatif dan spectrometer massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit. B. PERMASALAHAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bagaimana prinsip metode penyarian antara lain yaitu metode maserasi, perkolasi, infundasi, ekstraksi dengan alat soxhlet? Bagaimana prinsip pembuatan ekstrak kental, fraksi kental, dan ekstrak kering? Bagaimana prinsip metode destilasi minyak atsiri? Apa saja kontrol kualitas terhadap ektrak tanaman dan minyak atsiri? Bagaimana hasil dari masing-masing metode penyarian? Bagaimana hasil dari masing-masing metode destilasi minyak atsiri? C. TUJUAN 1. 2. 3. 4. 1.Agar pada akhir praktikum mahasiswa dapat memahami prinsip metodemetode penyarian dengan metode: a. Maserasi b. Perkolasi c. Infundasi d. Soxhletasi Agar pada akhir praktikum mahasiswa dapat memahami prinsip pembuatan: a. Ekstrak kental b. Fraksi kental c. Ekstrak kering Agar pada akhir praktikum mahasiswa dapat memahami prinsip dan dapat melakukan penyarian minyak atsiri dengan metode destilasi Agar pada akhir praktikum mahasiswa mampu melakukan kontrol kualitas terhadap ekstrak tanaman dan minyak atsiri D. CARA KERJA 1. Ekstraksi a. Maserasi : Disiapkan 200 gram serbuk kering Cabe jawa ↓ Dimasukkan ke dalam toples ↓ Ditambahkan etanol 70% sebanyak 1,4 L ke dalam toples ↓ Diaduk campuran setiap 15 menit ↓ Dimaserasi selama 24 jam b. Infundasi : Ditimbang simplisia derajat halus sebanyak 50 gram, dimasukkan ke dalam panci A ↓ Ditambahkan akuades sebanyka 500 ml sampai bahan terendam seluruhnya ↓ Ditambahkan air ledeng secukupnya pada panci bagian bawah (B) hingga panci A terendam sebagian dan ditutup panci A ↓ Dipanaskan selama 15 menit, dihitung mulai suhu didalam panci A mencapai 90oC yaitu saat air dalam panci B mendidih, sambil sesekali diaduk ↓ Diserkai infusa selagi panas melalui kain dan digunakan corong Buchner ↓ Dibuat sediaan ekstrak kental dari hasil infus dengan diuapkan infusa di atas penangas air dengan bantuan kipas angin sampai konsistensi kental ↓ Ditimbang ekstrak yang diperoleh dan dihitung rendemennya c. Perkolasi : Dibasahi 100 gram serbuk simplisia dengan derajat halus tertentu dengan 50 ml etanol 70% (agar mengembang) ↓ Dimasukkan ke bejana tertutup ↓ Disiapkan alat perkolator, pada bagian bawah diberi kapas dan kertas saring ↓ Dimasukkan simplisia sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambal ditekan hati-hati dan diusahakan permukaannya rata ↓ Ditambahkan kertas saring diatas permukaan simplisia ↓ Dituangi dengan etanol 70% sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis etanol 70% ↓ Ditutup perkolator dan dibiarkan selama 24 jam ↓ Ditambahkan sisa cairan penyari ↓ Dibiarkan perkolat menetes ↓ Ditampung perkolat yang menetes ↓ Diuapkan perkolat diatas penangas air hingga diperoleh ekstrak kental ↓ Ditimbang bobot ekstrak kental dan dihitung rendemennya d. 2. Soxletasi : Disiapkan seperangkat sokhlet yang terdiri dari labu alas bulat, alat sokhlet, dan pendingin ↓ Dibuat wadah dari kertas saring yang berbentuk seperti silinder dengan ukuran yang sesuai dengan alat sokhlet (bagian bawah kertas saring ditutup) ↓ Dimasukkan serbuk cabe jawa ke dalam silinder kertas saring ↓ Ditambahkan pelarut sebanyak 200 ml ke dalam labu alas bulat (volume setara dengan 2-3 sirkulasi) ↓ Dipasangkan alat sokhlet dan dipanaskan ↓ Ditunggu sampai 2 sirkulasi dan dipastikan aliran air pendingin berjalan baik ↓ Hasil ekstraksi diuapkan hingga berbentuk ekstrak kental ↓ Ditimbang ekstrak kental ↓ Dihitung rendemen Fraksinasi Sebanyak 3 g ekstrak kental hasil maserasi difraksinasi dengan 30 mL pelarut organik yang sesuai ↓ 3. 4. Dipisahkan, sisa ekstrak kembali difraksinasi seperti cara diatas ↓ Diulang 4 x. Dikumpulkan fase pelarut organic (heksana) dan sisa ekstrak ↓ Diuapkan dengan pengurangan tekanan atau dengan pemanasan diatas penangas air hingga diperoleh ekstrak kental ↓ Ditimbang fraksi kental yang diperoleh untuk menghitung rendemen Ekstrak kering Ditimbang ekstrak kental cabe jawa hasil maserasi. ↓ Ditempatkan di dalam mortir, lalu ditimbang laktosa 30% dari bobot ektrak kental. ↓ Ditambahkan laktosa sedikit demi sedikit dan dihomogenkan hingga ekstrak menjadi kering. ↓ Apabila ekstrak belum kering, ditambahkan lagi laktosa sebanyak 20% dari bobot ekstrak kental. ↓ Dioven ekstrak apabila masih belum mengering dengan suhu 100 ºC selama 10 menit. ↓ Dihaluskan kembali sampai membentuk serbuk. Destilasi a. Stahl : Dimasukkan bahan kayu manis 1 cm 30,0 gram ke dalam labu ↓ Ditambahkan 300 ml air kedalam labu ↓ Dipasang alat ↓ Diisi buret dengan air hingga penuh ↓ Dipanaskan dengan tangas udara hingga penyulingan berlangsung dengan lambat tapi teratur ↓ Ditunggu destilasi selama 1,5 jam, dihitung mulai dari awal menetes campuran uap air dan minyak atsiri ↓ Dibiarkan selama tidak kurang dari 15 menit setelah penyulingan selesai ↓ Ditampung minyak atsiri ke dalam vial ↓ Dihitung volume minyak atsiri b. 5. Uap-air : Ditimbang kayu manis sebanyak 1 kg. ↓ Diambil dandang dan diisi dengan air secukupnya. ↓ Diletakkan bahan di atas penyekat berpori (angsang) dalam dandang, kemudian dandang dihubungkan dengan kondensor yang telah dilengkapi dengan alat penampung minyak atsiri. ↓ Dipanaskan dandang sehingga minyak akan terdestilir. ↓ Ditampung minyak dalam alat penampung dan dilakukan pemanasan selama 2 jam. ↓ Diambil minyak, dimasukkan ke dalam corong pisah dan dipisahkan antara minyak dengan air. ↓ Lapisan minyak diberi natrium sulfat anhidrat secukupnya, kemudian disaring. ↓ Dimasukkan minyak yang diperoleh ke dalam flakon dan ditutup dengan aluminium foil, kemudian disimpan di tempat yang sejuk. Kontrol Kualitas a. Ekstrak 1) Organoleptis : Diamati warna, tekstur, aroma, rasa 2) Susut Pengeringan : Dioven botol timbang dengan suhu 105ºC selama 30 menit. ↓ Didinginkan botol timbang dalam desikator. ↓ Ditimbang botol kosong terlebih dahulu. ↓ Ditimbang ekstrak sebanyak 1 gram dengan saksama di dalam botol timbang dengan neraca analitik. ↓ Dimasukkan ekstrak ke dalam oven pada suhu 105ºC selama 2 jam. b. ↓ Didinginkan botol timbang dalam desikator. ↓ Ditimbang ekstrak dalam botol timbang. ↓ Dihitung susut pengeringan menggunakan oven selama 30 menit dengan suhu 105º hingga diperoleh bobot konstan. 3) Profil KLT : Dilarutkan ekstrak sebanyak 100 mg dengan 5mL etanol ↓ Divortex sampai larut ↓ Ditotolkan fada fase diam silika gel ↓ Ditotolkan pembanding piperin standar dalam metanol ↓ Dikembangkan dengan fase gerak heksan-etilasetat (7:3) yang telah dijenuhkan sebelumnya sampai terelusi 8 cm ↓ Dideteksi dengan sinar tampat, UV 254 nm, dan UV 366nm 4) Penentuan Kadar dengan Densitometri : Ditimbang ekstrak 100 mg dan dilarutkan dalam metanol 5 mL 95% ↓ Divortex hingga benar-benar larut ↓ Dibuat larutan pembanding dengan 3-5 macam konsentrasi ↓ Ditotolkan masing-masing larutan pada plat KLT ↓ Dielusi menggunakan fase gerak yang yelah ditetapkan ↓ Diambil lempeng setelah mencapai jarak pengembangan yang diinginkan dan diangin-anginkan ↓ Dilakukan pengukuran luas puncak kromatogram dengan TLC Scanner (Kadar relatif senyawa ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi linier pembanding) Minyak atsiri 1) Organoleptis : Diamati warna, tekstur, aroma, rasa 2) Indeks bias : Disiapkan refractometer dan dibuka tempat sampel ↓ Diambil sampel secukupnya dengan pipet dan diteteskan sampel pada tempat sampel, lalu ditutup ↓ Dinyalakan lampu untuk menerangi sampel dalam ruang sampel sambal diamati melalui teropong ↓ Diamati dan diputar pengatur skala (bawah) dan pengatur focus (atas) hingga tanda silang nampak setengah terang dan setengah gelap ↓ Dibaca garis memanjang yang memotong, skala yang terbaca merupakan nilai indeks bias sampel yang diamati dan dibandingkan dengan literatur 3) Analisis GC : Minyak atsiri yang diperoleh sebanyak 1 mL dipisahkan ke flakon gelap bertutup untuk analisis GC (dilakukan oleh laboran). E. DATA DAN ANALISIS 1. Ekstraksi a. Maserasi : Bahan : Serbuk cabe jawa 200 g Cairan penyari : Etanol 70% i. Organoleptis: warna cokelat kehitaman, kental, pekat dan lengket, berbau khas cabe jawa ii. Rendemen: 㠴 㠴浔 R 浔 HR Ѐ 㠴 㠴浔 6 , 6 6H Ѐ x 100% = iii. Susut Pengeringan: Susut pengeringan = 㠴 㠴浔 R 浔 HR Tahap I II III IV V ᣌ , 㠴 㠴浔 R 浔 HR ဿ⸸ Ѐ tt Ѐ x 100% = 6,95 % b/b H H H 浔 Ht , Bobot Botol Sampel (g) 21,0960 21,0696 21,0529 21,0457 21,0513 ᣌ , H H H Ѐ H H H Ѐ tt Botol (g) Sampel (g) 20,0817 20,0817 20,0817 20,0817 20,0817 1,0150 0,9879 0,9712 0,9640 0,9696 Susut pengeringan 1 t ⸱ဿt⸸㈰㸰ဿ⸸ Susut pengeringan = Susut pengeringan 2 Susut pengeringan = Susut pengeringan 3 Susut pengeringan = Susut pengeringan 4 Susut pengeringan = Susut pengeringan 5 Susut pengeringan = Susut pengeringan total t ဿ⸱ ⸸㸰㈰ဿ ⸸⸸㸰 ဿ ⸸㸰㈰ဿ⸸ ⸸㸰 ဿ ⸸ Lဿt ⸸㸰 ဿ ⸸ Lဿt⸸ ⸸ဿ ⸸ Lဿt ⸸ ⸸ဿ ⸸ tဿ㈰ Susut pengeringan total = ⸸ ⸸ဿ tt ဿ⸱ tt tဿ㸰⸸ tt tဿ⸱㈰ tt tဿ㸰L tt tဿ⸸ t ⸱ဿt⸸ tဿ㈰ tt t ဿ⸱ iv. Fraksinasi fraksi etanol Organoleptis : berwarna coklat pekat, kental Rendemen : v. 㠴 㠴浔 R 6 Ѐ 㠴 㠴浔 HR 6 Ѐ 㠴 㠴浔 HhH Ѐ ᣌ H ᣌ H Ѐ x 100% = 耀 ⸱ဿL Lဿ⸸L 耀 耀 耀 ⸱ဿL 耀 耀 x 100% = 16 % b/b Fraksinasi fraksi heksana Organoleptis : berwarna kuning kecoklatan dan membentuk butiran-butiran kristal Rendemen : 㠴 㠴浔 R 6 Ѐ HR 6 Ѐ 㠴 㠴浔 HhH 㠴 㠴浔 ᣌ H ᣌ H Ѐ Ѐ x 100% = ㈰㈰ဿt⸸㈰ ဿLL x 100% = 55 % b/b vi. Ekstrak Kering : Organoleptis : Berwarna cokelat keemasan, serbuk agak kasar, bau khas cabe jawa Bobot ekstrak 6,072 gram Bobot laktosa 18 gram Bobot total (ekstrak+laktosa) kering 20,74 gram Bobot rendemen 2,74 gram Rendemen : = = b. Bobot hasil gram Bobot simplisia awal gram ဿ㸰L gram ဿt㸰 gram Infundasi : Bahan Cairan penyari x 100% x 100% = 45,13 % b/b = Cabe jawa 50 gram = akuades 100ml i. Organoleptis : Ekstrak kental berwarna coklat, berbau khas cabe jawa ii. Rendemen : = c. d. 浔H Ѐ H 㠴 㠴浔 6 , 6 6H HhH Ѐ H x 100% = 5,65 gram x 50 gram 100% = 11,3%b/b Perkolasi : Bahan = Cabe jawa 100 gram Cairan penyari = Etanol 70% i. Organoleptis : Warna kekuningan, berbentuk cair, berbau khas cabe jawa ii. Rendemen : 㠴 㠴浔 R 6 Ѐ HR 6 Ѐ 㠴 㠴浔 HhH 㠴 㠴浔 ᣌ H ᣌ H Ѐ Ѐ x 100% = ⸱ဿL Lဿ⸸L x 100% = 16 % b/b Soxletasi : Bahan = Cabe jawa 50 gram Cairan penyari = Etanol 70% 200ml iii. Organoleptis : Berwarna coklat, lengket, berbau khas cabe jawa iv. Rendemen : = 2. 㠴 㠴浔 R 浔 HR R 㠴 㠴浔 R 浔 HR R 浔H Ѐ H 㠴 㠴浔 6 , 6 6H HhH Ѐ H x 100% = ဿ㈰ Ѐ H ⸱t Ѐ H x 100% = 7,62%b/b Kontrol Kualitas a. Profil KLT: Fase diam = Silika gel 60 F254 Fase gerak = heksan : etil asetat = 17 : 3 Standar = Piperin standar dalam etanol Jarak pengembang : 7 cm i. Sinar tampak Pada cahaya tampak tidak terlihat bercaknya, sehingga tidak dapat menentukan Rf-nya. ii. Sinar UV 254 nm Perlakuan Maserasi Perkolasi Soxhletasi Infundasi Fraksi heksan Fraksi etanol Standar 1 µL Standar 2 µL Standar 4 µL Standar 6 µL Standar 8 µL Standar 10 µL HRf 23 28 52 60 23 28 52 60 23 28 52 60 23 28 52 60 23 28 23 28 23 28 23 28 23 28 23 28 23 28 Warna Hitam Hitam Abu-abu Hitam Hitam Hitam Abu-abu Abu-abu Hitam Hitam Abu-abu Abu-abu Hitam Hitam Hitam Hitam Abu-abu Abu-abu Abu-abu Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Hitam Interpretasi Hasil Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar, dan senyawa lain di HRf yang berbeda Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar, dan senyawa lain di HRf yang berbeda Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar, dan senyawa lain di HRf yang berbeda Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar, dan senyawa lain di HRf yang berbeda Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar iii. Sinar UV 366 nm Perlakuan Maserasi HRf 23 28 Warna Biru muda Biru muda Perkolasi 23 28 Biru muda Biru muda Soxhletasi 23 28 Biru muda Biru muda Infundasi Fraksi heksan 23 28 Biru muda Biru muda Fraksi etanol 23 28 Biru muda Biru muda Standar 1 µL Standar 2 µL Standar 4 µL Standar 6 µL Standar 8 µL Standar 10 µL 23 28 23 28 23 28 23 28 23 28 23 28 Biru muda Biru muda Biru muda Biru muda Biru muda Biru muda Biru muda Biru muda Biru muda Biru muda Biru muda Biru muda Interpretasi Hasil Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar Mengindikasikan adanya piperin di HRf yang sama seperti standar b. Penentuan Kadar dengan Densitometri i. Kurva Baku N o. 1 2 3 4 5 6 Bobot Luas AUC (g) 1 2 4 6 8 10 ii. Sampel Sampel maserasi perkolasi soxletasi infundasi F.heksan F. etanol 52838.7 72323.1 88912.6 88588.7 83258.4 7914.4 Luas AUC Pada standar ke 4 dan seterusnya mengalami penurunan sehingga data direject untuk mendapatkan nilai r yang baik Persamaan regresi : y = 11492x + 44544 r2= 0.9451 Kadar: bobot regresi x konsentrasi awal pembanding x100% mg sampel Bobot regresi (g) Kadar (mg/mg sampel) %rendem en 67722.7 2.017 20.17 63371 1.638 16.38 67033.1 1.957 19.57 21653.7 -1.992 -19.92 72883.5 2.466 24.66 48646.3 0.357 3.57 6.95% 16% 7.62% 11,3% 55% 16% Urutan metode ekstraksi yang memberikan kadar Interpretasi piperin yang dari yang terbaik adalah maserasi, hasil perkolasi, soxletasi dan infundasi. Dan piperin paling banyak terkandung dalam fraksi hexan. 4. Destilasi a. Stahl Volume minyak atsiri = 0,1 ml Organoleptis= Berwarna kuning cerah, jernih, bau khas kayu manis. 㠴 㠴浔 tH 6 tဿ Rendemen = 㠴 㠴浔 6 , 6 6H HhH Ѐ H x 100% = t Ѐ H x 100% = 0,33% Indeks bias = 1,665 Kandungan terbanyak dalam minyak atsisi kayu manis hasil GC-MS dari 4 kelompok : Kelo mpok 1 Ukuran Kayu Manis ≥5 cm Peak Kandungan Area Rendemen Indeks Bias 1 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde 323040965 - 1.683 2 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-,acetat 25993620 3 2 3 cm 4 1 2 3 4 5 3 2 cm 1 2 3 4 4 1 cm 1 2 3 4 e (CAS) Cinnamyl acetate 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde Alpha-Terpineol 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde CINNAMALDE HYDE DIMETHYL ACETAL CINNAMALDE HYDE DIMETHYL ACETAL 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-, acetate (CAS) Cinnamyl acetate 2-Propenal, 3-phenyl- (CAS) Cinnamaldehyde CINNAMALDE HYDE DIMETHYL ACETAL 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-, acetate (CAS) Cinnamyl acetate 2-Propenal, 3-phenyl- (CAS) Cinnamaldehyde 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde CINNAMALDE HYDE DIMETHYL ACETAL 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-, acetate (CAS) Cinnamyl acetate 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde 18007766 4063959 310157043 - 1,358 0,005% 1.661 0,33% 1,665 60611336 14731541 227960023 44155990 233572203 83723618 19553158 10132554 218539567 119220032 19316902 9410182 b. Uap-air Volume minyak atsiri = 1,5 ml Organoleptis = Berwarna kuning cerah, jernih, bau khas kayu manis. Rendemen 㠴 㠴浔 tH 6 ဿ⸱ = 㠴 㠴浔 6 , 6 6H HhH Ѐ H x 100% = ttt Ѐ H x 100% = 0,15% Indeks bias = 1,661 Profil Kromatogram GCMS Kelompok Destilasi Peak 1 1 Air 2 3 4 1 2 2 Uap-Air 3 4 Kandungan Senyawa Area 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) 343839533 Cinnamaldehyde 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-,acetate (CAS) 87454341 Cinnamyl acetate 1,6-Octadien-3-ol, 3,7-dimethyl- (CAS) 18288056 Linalol Cinnamaldehyde 17567582 Dimethylacetal LINALOOL L 16812618 2-Propenal, 3-phenyl8450902 (CAS) Cinnamaldehyde 2-Propenal, 3-phenyl267591048 (CAS) Cinnamaldehyde 2-Propen-1-ol, 74404987 3-phenyl-, acetate Rendemen Indeks Bias 0.3% 1.675 - - 1 2 3 Air 3 4 1 4 Uap-Air 2 3 4 (CAS) Cinnamyl acetate 2-Propenal, 3-phenyl(CAS) Cinnamaldehyde 2-Propenal, 3-phenyl(CAS) Cinnamaldehyde CINNAMALDEHYDE DIMETHYL ACETAL 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-, acetate (CAS) Cinnamyl acetate 2-Propenal, 3-phenyl(CAS) Cinnamaldehyde 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-,acetate (CAS) Cinnamyl acetate LINALOOL L CINNAMALDEHYDE DIMETHYL ACETAL 166604956 161155218 69598806 0.35% 1.664 0,15% 1,66 106420115 329749522 75000384 48926529 26464134 F. PEMBAHASAN Pada metode maserasi dilakukan perendaman serbuk simplisia cabe jawa dalam etanol 70%v/v selama ±24 jam sambil sesekali diaduk. Prinsip metode maserasi adalah cairan penyari meresap, menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel, sehingga larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak ke luar sel. Proses ini berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Hasil ekstraksi pada metode maserasi berupa ekstrak kental, warna cokelat kehitaman, pekat dan lengket, berbau khas cabe jawa. Rendemen yang dihasilkan sebanyak 8,45%b/b. Dari hasil ekstrak kental cabe jawa dengan metode maserasi, diambil 3 gram ekstrak kental dan dilarutkan dalam 30 ml etanol 70% dalam corong pisah. Lalu dilakukan penyarian dengan heksan dengan volume yang sama yaitu 30 ml yang juga dimasukkan dalam corong pisah, kemudian digojog dan didiamkan. Setelah terbagi dua fase, bagian heksan ditampung pada cawan porselen yang sebelumnya sudah ditimbang dengan neraca analitik dan diuapkan di atas penangas air dan fraksi etanol diekstraksi lagi dengan corong pisah dengan cara ditambahkan heksan 30 ml dan digojog dengan kuat. Hal ini dilakukan sebanyak 5 kali (150 ml heksan). Sesudahnya, kedua fraksi dipisahkan dalam 2 cawan porselen yang sudah ditimbang dan keduanya diuapkan di atas penangas air hingga diperoleh ekstrak kental, kemudian ditimbang, dan dimasukkan dalam flakon. Dalam praktikum ini digunakan sampel ekstrak hasil maserasi cabe jawa dengan hexan. Pada ekstraksi etanol yang digunakan ini berperan sebagai pelarut polar. Proses fraksinasi yang dilakukan adalah fraksinasi cair-cair tertingkat dimana dilakukan dengan menggunakan etanol. 3 g ekstrak digunakan karena sisa ekstrak yang lain akan digunakan untuk susut pengeringan, ekstrak kering dan kontrol kualitas. Tujuan dari fraksinasi cair-cair bertingkat ini adalah untuk memisahkan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak hasil maserasi cabe jawa dengan hexan berdasarkan tingkat kepolarannya juga bertujuan untuk memisahkan komponen yang larut dalam etanol. Pada percobaan digunakan alat corong pisah untuk melakukam fraksinasi. Proses fraksinasi dilakukan dengan pelarut etanol digunakan untuk memisahkan senyawa yang terdapat dalam ekstrak hasil maserasi temu kunci dengan hexan dimana sampel mengandung pelarut yang memiliki senyawa non polar, maka akan ditarik oleh hexan kemudian dipisahkan dari etanol. Percobaan dimulai dengan memasukan ekstrak hasil maserasi dengan etanol dan hexan dengan perbandingan yang sama kedalam corong pisah dan dikocok pada satu arah. Sesekali membuka keran pada corong pisah untuk mengeluarkan udara hasil pengocokan. Kemudian tegakkan corong pisah, maka akan terlihat adanya dua fase, dimana fase atas adalah metanol dan lapisan bawah adalah hexan. Kemudian dituang fase hexan pada cawan. Lakukan fraksinasi kembali hingga didapat hasil yang kelima. Selanjutnya pada masing-masing fraksi diuapkan hingga didapatkan fraksi kental dan dihitung rendemennya. Pemisahan dilakukan untuk memurnikan senyawa dalam ekstrak, yang mana ekstrak heksan berisikan senyawa yang lebih nonpolar dan ekstrak etanol yang berisikan senyawa yang lebih polar. Penggunaan heksan dalam fraksinasi adalah menghilangkan zat ballast/pengotor. Piperin akan tertarik pada fraksi terpilih sedangkan zat ballast akan terbawa oleh residu. Didapat persen rendemen fraksi etanol (fraksi terpilih) sebanyak 16% dan fraksi heksan (residu) sebanyak 55%. Hal sesuai dengan teori, karena piperin adalah senyawa non polar sehingga lebih terlarut pada heksan, meskipun heksan digunakan sebagai pelarut zat ballast juga. Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan ekstrak kering dan susut pengeringannya. Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan (Depkes RI, 2000). Prinsip dari pembuatan ekstrak kering yaitu dengan menambahkan bahan pengisi atau bahan pengering pada ekstrak kental hasil maserasi. Pada praktikum ini, digunakan laktosa sebagai bahan pengering. Laktosa digunakan sebagai bahan pengering karena laktosa dapat mengikat pelarut yang terkandung dalam ekstrak kental. Pembuatan ekstrak kering cabe jawa diambil dari hasil maserasi yang berupa ekstrak kental sebanyak 6,072 gram. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam mortir dan ditambahkan bahan pengering yaitu laktosa sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan stamper hingga homogen dan membentuk serbuk. Penambahan bahan pengering laktosa total sebanyak 300% dari 6,072 gram ekstrak atau 18 gram. Ekstrak kering tersebut lalu dimasukkan ke plastik yang telah ditimbang sebelumnya. Lalu ditimbang kembali dan dihitung rendemennya. Ekstrak kering yang diperoleh memiliki organoleptis berwarna cokelat keemasan, serbuk agak kasar, bau khas cabe jawa dengan bobot 20,74 gram. Bobot rendemen yang didapatkan yaitu 2,74 gram dengan persentase rendemen sebesar 45,13% b/b. Kemudian dilakukan pula susut pengeringan pada ekstrak kental cabe jawa hasil maserasi. Tujuan dari penetapan susut pengeringan adalah untuk memberikan batasan maksimal (rentang) besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Prinsip dari susut pengeringan ini dengan mengeringkan ekstrak kental dalam oven bersuhu 105ºC selama 2 jam dan diukur susut pengeringannya setiap 30 menit sampai tercapai bobot konstan (selisih 2 kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%). Peratama dioven botol timbang dengan suhu 105ºC selama 30 menit, didinginkan botol timbang dalam desikator. Kemudian ditimbang botol kosong terlebih dahulu dan ditimbang ekstrak sebanyak 1 gram. Dimasukkan ekstrak ke dalam oven pada suhu 105ºC selama 2 jam, lalu didinginkan botol timbang dalam desikator selama 5 menit. Ditimbang ekstrak dalam botol timbang dan dihitung susut pengeringan menggunakan oven selama 30 menit dengan suhu 105º hingga diperoleh bobot konstan. Pada susut pengeringan pertama diperoleh nilai susut pengeringan sebesar 3,56 % b/b bobot ekstrak, susut pengeringan kedua 0,79%b/b, susut pengeringan ketiga 0,74%b/b, susut pengeringan keempat -0,58%b/b, dan susut pengeringan kelima 0,91%b/b. Sehingga dapat dikatakan bahwa bobot ekstrak belum konstan. Kenaikan bobot yang terjadi dari pengeringan ketiga menuju pengeringan keempat diduga karena faktor lingkungan yang lembab. Didapatkan % susut pengeringan total sebesar 5,34% b/b yang menyatakan bobot ekstrak belum konstan. Ekstraksi dengan metode infundasi yaitu menyari simplisia dengan air pada suhu 90˚C selama 15 menit. Perbandingan bahan dan cairan penyari (air) yang digunakan dalam infundasi umumnya adalah 10 bagian dalam 100 bagian penyari. Kelemahan dari ektraksi dengan metode infundasi adalah jenis penyari yang digunakan adalah air. Hal tersebut menyebabkan mudahnya terjadi kontaminasi. Suhu 90oC didapat dari sentuhan panci bagian atas terhadap air yang mendidih pada panci bagian bawah. Apabila proses penyarian ditambah hingga 30 menit hasil yang didapat adalah dekokta. Setelah disari, ekstrak diuapkan hingga didapat ekstrak kental infundasi. Ekstrak kental yang didapat kental, berwarna coklat tua, beraroma khas cabe jawa. Adapun persen rendemen yang didapat sebesar 11,3% b/b. Pada metode perkolasi ini hanya dilakukan demo oleh laboran. Adapun tujuan demo agar dapat memahami prinsip penyarian menggunakan metode perlokasi dan membandingkan lebih efektif manakah penyarian menggunakan metode perkolasi dan metode maserasi. Perkolasi adalah metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi dilakukan dalam bejana yang dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut pada bagian bawah. Perbedaan utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut, dimana pada maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang cukup lama, sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir (Voight,1995). Penambahan pelarut dilakukan secara terus menerus, sehingga proses ekstraksi selalu dilakukan dengan pelarut yang baru. Dengan demikian diperlukan pola penambahan pelarut secara terus menerus, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pola penetesan pelarut dari bejana terpisah disesuaikan dengan jumlah pelarut yang keluar, atau dengan penambahan pelarut dalam jumlah besar secara berkala. Perlu diperhatikan jangan sampai bahan kehabisan pelarut. Proses ekstraksi dilakukan sampai seluruh metabolit sekunder habis tersari, pengamatan sederhana untuk mengindikasikannya dengan warna pelarut, dimana bila pelarut sudah tidak lagi berwarna biasanya metabolit sudah tersari. Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkulator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan alam yang digunakan adalah serbuk cabe jawa 100 gram yang telah dibasahi menggunakan etanol 70% agar partikel mengembang diluar perkolator sehingga tidak menyebabkan mampat pada saat di perkolator. Bahan pengekstaksi yaitu etanol 70% dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi sampel. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95%). Proses penyarian berlangsung selama 22 jam. Setelah diperoleh ekstrak maka dapat dihitung rendemennya. Menghitung rendemennya dengan cara pertama, timbang pot obat yang masih kosong, kemudian timbang pot obat yang telah berisi ekstrak. Untuk mengetahui bobot ekstrak yang diperoleh maka bobot pot obat yang berisi ekstrak dikurangi dengan bobot pot obat kosong. Hasil dari pengurangan tersebut itulah bobot ekstrak yang diperoleh. Pada praktikum kali ini diperoleh ekstrak cabe jawa dengan bobot 11,95 gram. Setelah diperoleh bobot ekstrak maka dihitung rendemennya dengan cara bobot ekstrak yang diperoleh dibagi dengan jumlah simplisia yang ditimbang kemudian dikalikan dengan 100%. Pada praktikum ini diperoleh hasil rendemennya yaitu sebesar 11,95%. Pada metode soxletasi ini hanya dilakukan demo oleh laboran. Adapun tujuan demo agar dapat memahami prinsip penyarian menggunakan metode sokhletasi dan membandingkan lebih efektif manakah penyarian menggunakan metode sokhletasi dan metode maserasi. Prinsip sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relative konstan dengan adanya pendingin balik. Sampel ditempatkan dalam wadah sokhlet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini pelarut akan terus direfluks. Sampel bahan alam yang digunakan pada percobaan ini adalah serbuk cabe jawa 50 gram dan pelarut yang digunakan 200 ml etanol 70%. Alat sokhlet akan mengkosongkan isinya ke dalam labu alas bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati alat ini memlalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan senyawa dari sampel secara efektif ditarik ke dalam pelarut karena konsetrasi awalnya rendah dalam pelarut. Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut pada suhu kamar. Sedangkan metode sokletasi merupakan metode cara panas yang dapat menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisiensi bahan), waktu yang digunakan lebih cepat, dan sampel diekstraksi secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang. Selain itu, aktivitas biologis tidak hilang saat dipanaskan sehingga teknik ini dapat digunakan dalam pencarian induk obat (Heinrich, 2004). Kandungan cabe jawa adalah piperin. Metode sokhletasi ini cocok digunakan karena piperin stabil terhadap panas. Titik didih yang dimiliki piperin sebesar 127°C (Shamkuwar, B., et al. 2013). Sedangkan sokhletasi dilakukan pada suhu 70oC. sokhletasi dilakukan 2 sirkulasi selama 2 jam. Setelah diperoleh ekstrak kental maka dapat dihitung rendemennya. Menghitung rendemennya dengan cara pertama, timbang pot obat yang masih kosong, kemudian timbang pot obat yang telah berisi ekstrak. Untuk mengetahui bobot ekstrak yang diperoleh maka bobot pot obat yang berisi ekstrak dikurangi dengan bobot pot obat kosong. Hasil dari pengurangan tersebut itulah bobot ekstrak yang diperoleh. Pada praktikum kali ini diperoleh ekstrak kental cabe jawa dengan bobot 3,81 gram. Setelah diperoleh bobot ekstrak maka dihitung rendemennya dengan cara bobot ekstrak yang diperoleh dibagi dengan jumlah simplisia yang ditimbang kemudian dikalikan dengan 100%. Pada praktikum ini diperoleh hasil rendemennya yaitu sebesar 7,62%. Kontrol Kualitas Ekstrak Pada praktikum ini, dilakukan analisis senyawa target yaitu piperin dengan cara pengujian dengan Kromatografi Lapis Tipis untuk mengetahui adanya piperin dalam ekstrak (kualitatif) . KLT dilakukan dengan fase gerak heksana:etil asetat (17:3) dengan panjang elusi 7 cm. Secara kualitatif, dari pengamatan menggunakan KLT yang diperoleh, nilai Rf piperin standar pada UV 254 nm, dan UV 366 nm sebesar 0,23 dan 0,28, sedangkan pada cahaya tampak tidak terlihat bercaknya, sehingga tidak dapat ditentukan. Pada metode ekstraksi secara maserasi, perkolasi, soxhletasi, fraksi heksan, fraksi etanol memiliki nilai Rf sebesar 0,23; 0,28; 0,52; dan 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat piperin dalam ekstrak cabe jawa yang diujikan, karena memiliki Rf yang sama dengan standar piperin. Hanya saja, ada senyawa lain yang ikut terekstrak yang ditunjukkan pada Rf yang berbeda dengan standar, yakni 0,52 dan 0,60. Kemungkinan senyawa lain ini memiliki sifat kepolaran yang mirip dengan piperin sehingga ketika diberi perlakuan ekstraksi untuk piperin, senyawa lain ini juga ikut terekstrak. Untuk esktraksi secara infundasi, tidak terdapat bercak piperin karena infundasi menggunakan penyari air yang mana air merupakan senyawa polar, sedangkan piperin bersifat non polar, sehingga tidak terbawa oleh air. Untuk mengukur kadar piperin digunakan dengan densitometri. Hasil KLT selanjutnya diidentifikasi menggunakan desitometri. Dari hasil densitometri dihitung kurva baku AUC standar. Pada perhitungan persamaan kurva baku kami, direject standar konsentrasi 6, 8, dan 10 sebab AUC yang dihasilkan menurun sehingga menimbulkan nilan r yang kecil dan pada perhitungan sampel banyak mendapatkan nilai negatif. Dari perhitungan didapatkan persamaan kurva baku y = 11492x + 44544 dengan nila r2= 0.9451. dari persamaan kurva baku kemudian dicari bobot regresi sampel dan dihitung kadarnya. Dari hasil seperti yang terlihat pada tabel: Sampel Luas AUC Bobot regresi (g) Kadar (mg/mg sampel) %rende men maserasi perkolasi soxletasi infundasi 67722.7 2.017 20.17 63371 1.638 16.38 67033.1 1.957 19.57 21653.7 -1.992 -19.92 6.95% 16% 7.62% 11,3% F.heksan F. etanol 72883.5 2.466 24.66 48646.3 0.357 3.57 55% 16% Darihasil dapat disimpulakan bahwa metode maserai yang paling banyak mengandung piperin dan piperin terkandung labih banyak pada fraksi hexan. Kadar infundasi yang didapatkan bernilai negatif diperkirakan sebab kadar piperin yang terkandung sangat kecil dibanding kadar kurva baku dengan kadar terkecil sehingga tidak bisa digunakan persamaan kurva baku yang sama. Hal ini diperkuat dengan hasil KLT pada infundasi tidak terlihat bercak pada hRf piperin baik pada UV 254 nm maupun 366 nm. Pada praktikum ini bertujuan agar dapat memahami prinsip dan dapat melakukan isolasi minyak atsiri dengan metode Destilasi Stahl. Prinsip Destilasi Stahl adalah pemisahan dengan cara panas berdasarkan perbedaan titik didih dan berat jenis senyawa. Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Kemudian uap air yang melewati kondensor akan mengalami pendinginan menghasilkan tetesan yang masuk kedalam buret. Didalam buret, senyawa yang memiliki BJ lebih rendah akan berada di bagian atas (minyak atsiri), sementara senyawa dengan BJ lebih tinggi akan berada di bagian bawah. Keuntungan Destilasi Stahl adalah minyak atsiri yang diperoleh dapat langsung diukur pada buret, optimal untuk isolasi bahan alam yang mengandung minyak atsiri, cocok untuk bahan yang tahan pemanasan secara langsung, dan pelarut tidak mengalami kekeringan, suhu dapat diatur. Akan tetapi, kekurangan Destilasi Stahl adalah tidak cocok untuk bahan yang tidak tahan panas, proses ekstraksi lama, dan perlu penambahan pelarut secara kontinue agar tidak terjadi kekeringan pada sampel. Pelarut yang digunakan adalah air. Air merupakan pelarut polar yang aman dan mudah didapat, dapat menarik hampir seluruh metabolit yang terdapat pada tanaman termasuk minyak atsiri, titik didih air juga lebih tinggi dari pada minyak atsiri. Walaupun air dan minyak atsiri memiliki kepolaran yang berbeda, namun air dapat menarik minyak atsiri keluar dari sel. Selain itu dengan pemanasan kepolaran air akan menurun karena meregangnya ikatan hydrogen antara molekul air sehingga momen dipolnya menurun dan kepolarannya menurun. Air dan uap air akan menembus dinding sel dengan adanya panas, minyak atsiri akan terbawa oleh uap air (Gunawan, 2004). Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang mudah menguap (volatil) dan bukan merupakan senyawa murni tetapi tersusun atas beberapa komponen yang mayoritas berasal dari golongan terpenoid (Guenther, 2006). Salah satu famili tumbuhan tingkat tinggi yang berbau harum dan potensial menghasilkan minyak atsiri adalah famili Lauraceae. Lauraceae telah diketahui pula mengandung beberapa golongan senyawa metabolit sekunder yang lain seperti alkaloid, fenilpropanoid, flavonoid, turunan 2-piron, benzil-ester, dan turunan alkenalkin (Guenther, 2006). Cinnamomum burmannii (Kayu Manis) merupakan salah satu jenis dari famili Lauraceae. Percobaan dilakukan dengan disiapkan kayu manis dalam keadaan kering, dibersihkan, dan dipotong-potong 1 cm sebanyak 30 gram kemudian dimasukkan dalam labu distilasi. Air ditambahkan ke dalam labu distilasi sampai bahan terendam. Air yang ditambahkan sebanyak 300 ml. Air berfungsi sebagai penyalur energi panas ke seluruh bagian bahan tanaman sehingga minyak atsiri dapat terkondensasi bersama uap air. Kemudian peralatan destilasi dipasang. Selang masuk dihubungkan dengan pompa air dan air kemudian akan dialirkan hingga air memenuhi seluruh kondensor. Pada pipa Stahl diisi dengan air dengan tujuan mencegah kekeringan pada sampel dan mencegah agar minyak yang menguap tidak keluar. Setelah semua siap, tangas udara dihidupkan dengan suhu medium. Suhu harus tetap dijaga agar pemanasan tidak terjadi over heat. Proses destilasi umumnya dilakukan selama 4 jam. Akan tetapi pada praktikum ini hanya dilakukan 1,5 jam untuk mendapatkan minyak atsiri. Hasil isolasi minyak atsiri dari potongan 1 cm kayu manis menggunakan Destilasi Stahl mendapatkan minyak atsiri berwarna kuning cerah, jenih, dan berbau khas kayu manis sebanyak 0,1 ml dan didapatkan rendemen 0,33%. Apabila dibandingkan dengan kelompok satu, dua, dan tiga (5cm, 3 cm, 2cm) maka rendemen 0,33% lebih baik karena rendemen minyak atsiri hasil isolasi pada kelompok satu dan dua terlalu sedikit sehingga tidak dapat dihitung, sedangkan pada kelompok tiga 0,005%. Hal ini disebabkan semakin kecil potongan maka proses destilasi akan semakin lebih cepat sehingga akan mendapat rendemen lebih banyak. Dengan demikian, pada percobaan ini sesuai teori bahwa pada kelompok kami yaitu potongan kayu manis 1 cm akan mendapatkan rendemen lebih banyak dari pada kelompok lain yaitu 5 cm, 3 cm, dan 2 cm. Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak. Peningkatan nilai indeks bias minyak menunjukkan bahwa minyak mempunyai rantai karbon panjang dan terdapat sejumlah ikatan rangkap (Zulnely, 2008). Ini berarti indeks bias dipengaruhi oleh komponen penyusunnya. Selain itu, ukuran bahan dan letak bahan yang rendah dapat mempengaruhi secara nyata hasil indeks bias. Semakin kecil ukuran bahan dan semakin rendah letak bahan maka akan menghasilkan indeks bias yang semakin besar (Djajeng dan Ma’mun, 1997). Indeks bias minyak atsiri pada kulit kayu manis berdasarkan hasil penelitian ± 1,565. Berdasarkan hasil percobaan isolasi minyak atsiri dari potongan 1 cm kayu manis menggunakan metode Destilasi Stahl maka indeks bias yang didapat adalah 1,665. Sedangkan pada kelompok satu yaitu potongan 5 cm kayu manis maka indeks bias didapatkan 1,683. Pada kelompok dua yaitu potongan 3 cm kayu manis maka indeks bias didapatkan 1,358. Pada kelompok tiga yaitu potongan 2 cm kayu manis maka didapatkan indeks bias minyak atsiri 1,661. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tingkat kemurnian minyak atsiri pada kelompok kami tinggi. Penelitian terhadap minyak atsiri dari Cinnamomum burmannii yang berasal dari Guangzhou, China yang dilakukan oleh Wang dkk (2009) melaporkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah transsinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Pada percobaan ini minyak atsiri hasil isolasi menggunakan Destilasi Stahl di uji agar diketahui kandungan terbanyak dalam minyak atsiri pada kayu manis tersebut. Uji ini dilakukan dengan GC-MS. GC-MS terdiri dari kromatografi gas dan spectrometer massa. Kromatografi gas menggunakan kolom kapiler yang tergantung pada dimensi kolom (Panjang, diameter, dan ketebalam film) serta sifat fase. Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekul yang berada pada suatu campuran dipisahkan dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-molekul tersebut memerlukan jumlah waktu yang berbeda (disebut waktu retensi) untuk keluar dari kromatografi gas, dan ini memungkinkan spectrometer massa untuk menangkap, ionisasi, mempercepat, membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah. Spektometer massa melakukan hal ini dengan mencegah masing-masing molekul menjadi terionisasi menjadi framen menggunakan massa untuk mengisi rasio. Kromatografi gas maupun spektometer massa memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggabungan dua metode ini diharapkan mampu menutupi kekurangan masing-masing metode. Hasil percobaan GC-MS menunjukkan bahwa kandungan terbanyak minyak atsiri baik dari potongan kayu manis 5, 3, 2, 1 cm adalah 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde. 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde memiliki nama lain transsinamaldehid dan memiliki rumus molekul C9H8O. Pada persen area maka dapat dilihat bahwa kelompok kami yaitu potongan 1 cm kayu manis didapatkan sebanyak 58,89%. Sedangkan komponen kedua adalah Cinnamaldehyde Dimethyl Acetal (C11H14O2) sebanyak 30,27%. Komponen ketiga adalah 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-, acetate (CAS) Cinnamyl acetate memiliki nama lain Etil Sinamad dan memiliki rumus molekul C11H12O2 sebanyak 4,90%. Komponen keempat yaitu 2-Propenal, 3-phenyl- (CAS) Cinnamaldehyte sebanyak 2,39%. Berdasarkan literatur maka pada kelompok satu, dua, tiga, maupun empat sesuai dengan teori bahwa kandungan terbanyak yang ada pada minyak atsiri hasil isolasi kayu manis adalah transsinamaldehid. Kandungan yang ada pada minyak atsiri hasil isolasi kayu manis pada kelompok kami yaitu potongan 1 cm terdapat 20 yaitu, Cinnamaldehyde 89,14%; Endobornyl Acetate 0,73%; Alpha-Terpenyl Acetate 0,15%; 2H-1-Benzopyran-2-one (CAS) Coumarin 1,04%; 2-Propenoic acid,3-Phenyl-,(E) (CAS) trans-cinnamic acid 0,60%; 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-, acetate (CAS) Cinnamyl acetate 4,90%; 9-Thiabicyclo [3,3] Non-6-Ene-2-Thiol, Endo- 0,15%; Para Methoxy Cinnamic Aldehyde 0,13%; Caryophyllene oxide 0,16%; 1H-3a, 7-Methanoazullene,2,3,4,7,8,8a-hexahydro-3,6,8,8-tetramethyl 0,24%; Delta-Cadinol 0,48%; Alpha-Cadinol 0,28%; Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic Acid 0,19%; Benzofuran, 2-methyl-(CAS) 2-Methylbenzofuran 0,43%; 1,4-Butanedione,1,4-diphenyl-(CAS) 0,15%; 3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-(1-methylethyl)-(CAS) 4-Terpineol 0,41%; dan 3-Cyclohexen-1-metanol, alpha,. Alpha, 4-trimethyl- (CAS) Cyclohexen, 1-methyl-4-(2-propanol-2-yl) 0,81%. Transsinamaldehid Cinnamaldehyde Dimethyl Acetal Etil Sinamad Pada praktikum ini bertujuan agar dapat memahami prinsip kerja dan dapat melakukan isolasi minyak atsiri dengan metode Destilasi Uap-Air dan Destilasi Air. Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan tingkat volalitas ( kemudahan suatu zat untuk menguap ) pada suhu dan tekanan tertentu. Dasar utama pemisahan dengan cara destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada tekanan tertentu. Proses destilasi biasanya melibatkan suatu penguapan campuran dan diikuti dengan proses pendinginan dan pengembunan (Geankoplis, 1983). Bahan yang digunakan yaitu kulit kayu manis. Kulit kayu manis adalah bagian kulit batang atau ranting tumbuhan Cinnamomum burmanii Ness ex BI., suku Lauraceae yang sudah terbebas dari bagian kulit gabus terluar dan dikeringkan, berupa kulit bergulung yang mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,50% v/b dengan kadar sinamaldehid tidak kurang dari 1,03%. (DepKes RI, 2008). Prinsip kerja destilasi uap-air berdasarkan alat yang digunakan yaitu bahan baku dimasukkan dalam tanki yang didalamnya terdapat saringan yang memisahkan antara air dan bahan baku. Api akan menguapkan air, yang mana panas dari uap air akan memberikan tekanan uap panas kepada bahan baku sehingga minyak atsiri yang terkandung dalam kayu manis menguap dan akan dialirkan ke kondensor untuk didinginkan dan dikumpulkan minyaknya di separator. Sedangkan prinsip kerja destilasi air yaitu bahan baku dimasukan langsung bersamaan dengan air hingga terendam, dan dipanaskan hingga mendidih. Sehingga pada metode destilasi air disebut juga sebagai metode perebusan. Dalam proses perebusan inilah minyak astiri akan menguap bersama uap air. Lalu uap tersebut akan mengalir ke kondensor untuk didinginkan dan dikumpulkan minyaknya pada separator. Pada destilasi uap-air dan destilasi air, uap dan bahan baku berasal dari tangki yang sama, sedangkan pada destilasi uap, uapnya berasal dari tanki yang berbeda. Pemanasan pada destilasi uap-air dan destilasi air dilakukan selama kurang lebih 2 jam atau sampai tidak ada lagi minyak yang menetes. Setelah proses destilasi selesai, hasil destilat dimasukan ke dalam corong pisah untuk memisahkan antara minyak dan airnya. Selanjutnya, minyak atsiri yang telah dipisahakan dengan air diberi natrium sulfat anhidrat secukupnya, kemudian disaring. Natrium sulfat anhidrat diberikan untuk menyerap atau mengabsorbsi air yang masih terdapat pada minyak atsiri. Minyak yang diperoleh dimasukkan ke dalam flakon ditutup dengan aluminium foil serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk. Hal ini untuk mencegah terjadinya oksidasi minyak atsiri selama penyimpanan berlagsung. Hasil isolasi minyak atsiri menggunakan Destilasi Uap-Air dan Destilasi Air mendapatkan minyak atsiri berwarna kuning cerah, jenih, dan berbau khas kayu manis. Rendemen yang didapatkan dari hasil isolasi minyak atsiri menggunakan Destilasi Uap-Air pada kelompok 4 yaitu 0,15%. Sedangkan rendemen hasil isolasi minyak atsiri menggunakan Destilasi Air pada kelompok 1 dan kelompok 3 yaitu 0,3% dan 0,35% dengan rata-rata 0,325%. Dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri yang dihasilkan dari Destilasi Uap-Air lebih kecil dibandingkan dengan Destilasi Air. Hal ini tidak sesuai dengan teori, karena dalam sistem penyulingan dengan uap-air proses dekomposisi minyak (hidrolisa ester, polimerisasi, resinifikasi) lebih kecil dibandingkan penyulingan dengan air. Penyulingan dengan uap-air pun lebih efisien karena karena api yang dibutuhkan lebih kecil dan rendemen minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak karena bahan baku tidak berinteraksi langsung dengan air (Guenther, 1987). Selain itu, pada destilasi air masih banyak kandungan minyak atsiri yang tertinggal dalam air, sehingga hasil randemen minyak atsiri yang didapatkan tidak maksimal. Ketidaksesuaian hasil rendemen disebabkan karena pada saat proses pemisahan minyak atsiri dengan air banyak yang terbuang. Indeks bias minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak. Indeks bias dapat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya, semakin kecil ukuran bahan dan semakin rendah letak bahan maka akan menghasilkan indeks bias yang semakin besar (Djajeng dan Ma’mun, 1997). Indeks bias minyak atsiri pada kulit kayu manis berdasarkan hasil penelitian ± 1,565. Rata-rata indeks bias yang dihasilkan dari proses destilasi Uap-Air dan destilasi air, yaitu 1,667 dan 1,664. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan proses destilasi tidak mempengaruhi kemurnian minyak atsiri yang dihasilkan. Setelah itu dilakukan uji kandungan senyawa dalam minyak atsiri yang berasal dari kayu manis dengan metode kromatografi yaitu dengan GCMS ( Gas Chromatography Mass Spectrometry ). Hasil uji menggunakan GCMS diperoleh senyawa dengan kandungan terbanyak pada Destilasi Uap-Air dan Destilasi Air yaitu 2-Propenal, 3-phenyl- (CAS) Cinnamaldehyde. Hal ini sesuai dengan teori karena senyawa terbanyak yang terkandung dalam minyak atsiri kayu manis yaitu 2-Propenal, 3-phenyl- (CAS) Cinnamaldehyde (DepKes RI,2008). G. KESIMPULAN 1. Rendemen hasil maserasi adalah 6,95% 2. Rendemen hasil infundasi adalah 11,3% 3. Rendemen maserasi fraksi hexan sebesar 55% 4. Rendeman maserasi fraksi etanol sebesar 16% 5. Hasil penyarian menggunakan metode perkolasi menghasilkan ekstrak cabe jawa dengan rendemen 11,95% 6. Ekstrak cabe jawa berwarna coklat, berbentuk cair, dan berbau khas cabe jawa 7. Hasil penyarian menggunakan metode sokhletasi menghasilkan ekstrak kental cabe jawa dengan rendemen 7,62% 8. Berdasarkan hasil densitometri metode terbaik untuk mendapatkan piperin adalah metode maserasi 9. Piperin paling banyak terkandung pada fraksi hexan karena bersifat nonpolar 10. Ekstrak kering yang didapat memiliki organoleptis berwarna cokelat keemasan, serbuk agak kasar, bau khas cabe jawa dengan bobot 20,74 gram. Penambahan laktosa 300% dari bobot ektrak kental. Bobot rendemen yang didapatkan yaitu 2,74 gram dengan persentase rendemen sebesar 45,13% b/b. 11. Susut pengeringan pertama diperoleh nilai susut pengeringan sebesar 3,56 % b/b bobot ekstrak, susut pengeringan kedua 0,79%b/b, susut pengeringan ketiga 0,74%b/b, susut pengeringan keempat -0,58%b/b, dan susut pengeringan kelima 0,91%b/b. Sehingga dapat dikatakan bahwa bobot ekstrak belum konstan. Kenaikan bobot yang terjadi dari pengeringan ketiga menuju pengeringan keempat diduga karena faktor lingkungan yang lembab. Didapatkan % susut pengeringan total sebesar 5,34% b/b yang menyatakan bobot ekstrak belum konstan. 12. Isolasi minyak atsiri pada potongan bahan alam 1 cm sebanyak 30,0 gram menggunakan metode Destilasi Stahl. 13. Volume minyak atsiri yang didapat 0,1 ml menggunakan metode Destilasi Stahl. 14. Rendemen minyak atsiri yang didapat menggunakan metode Destilasi Stahl. 15. Indeks bias minyak atsiri yang didapat 1,665 menggunakan metode Destilasi Stahl. 16. Hasil GC-MS menunjukkan bahwa kandungan terbanyak adalah transsinamaldehid 58,89%, Cinnamaldehyde Dimethyl Acetal 30,27%, Etil Sinamad 4,90%, dan transsinamaldehid 2,39% menggunakan metode Destilasi Stahl. 17. Mengandung total 89,14% Cinnamaldehyde menggunakan metode Destilasi Stahl. 18. 1.Volume minyak atsiri yang dihasilkan pada metode destilasi uap-air yaitu 1,5 ml dengan rendemen sebesar 0,15%. Minyak atsiri yang dihasilkan berwarna kuning cerah, jernih, bau khas kayu manis dan memiliki indeks bias sebesar 1,661 yang berarti minyak atsiri memiliki kemurnian yang baik. 19. 2.Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak dari proses destilasi air dibandingkan destilasi uap-air. Hal ini tidak sesuai teori, karena saat memisahkan minyak atsiri dengan air banyak yang terbuang. 20. 3.Nilai rata-rata indeks bias minyak atsiri kulit kayu manis dari masing-masing metode destilasi memiliki nilai yang sama. Perbedaan metode destilasi dan ukuran bahan baku minyak atsiri tidak mempengaruhi kemurnian minyak. 21. Uji kandungan senyawa minyak atsiri dengan GCMS pada destilasi uap-air dan destilasi air dihasilkan senyawa utama yaitu 2-Propenal, 3-phenyl(CAS) Cinnamaldehyde, yang ditunjukkan dengan luas area paling besar dimiliki oleh senyawa sinamaldehid dibandingkan dengan kandungan senyawa lainnya. Hal ini sesuai dengan teori. H. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2019, Piperine CID=638024, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Piperine diakses online pada tanggal 10 November 2019. Ansel,H.C., 1989. Pngatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta. Dalimartha, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.Jilid 1. Cetakan II, Trubus Ariwidiya, Jakarta. DepKes Ri, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, DepKes RI, Jakarta. DepKes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Dep Kes RI, Jakarta. Djajeng, Sumangat dan Ma’mun, 1997, Pengaruh Ukuran dan Susunan Bahan Baku serta Lama Penyulingan Terhadap Mutu dan Rendemen Minyak Kayu Manis Srilangka (Cinnamomum ceylanicum), Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah, Bogor. Gaedcke, F., Steinhoff, B., Blasius, H, 2003, Herbal Medicinal Products, CRC Press, New York. Geankoplis, C. J.1983. Transport Processes and Unit Operations, Ed. 2nd. Allyn and Bacon, Inc : London. Guenther, E., 2006, Minyak Atsiri, Jilid 1, penerjemah Ketaren S., Penerbit UI Press, Jakarta. Gunawan, D dan Mulyani S., 2004, Ilmu Obat Alam, Penebar Swadaya, Jakarta. Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., dan Williamson, E.M, 2004, Fundamentals of Pharmacognosy and phytotherapy, United Kingdom: Churchill Livingstone, Halaman 288. Prana, MS, 2008, The biologi of cabe jawa (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Biopharmaca Research Center Bogor Agricultural University, Hal. 151-156, Bogor. Rismunandar dan Farry B. Paimin, 2001, Kayu Manis Budidaya dan Pengelolahan, Penebar Swadaya, Jakarta. Raditya, C, dkk. 2008. Destilasi Reaktif Metanol - Asam Asetat – Metil Asetat – Air. Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol.07 No. 02. Sutijan, dkk. 2009. Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu Distilasi pada Isolasi Minyak Cengkeh Menggunakan Super Steam Distillation. Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol.08 No. 02. Shamkuwar, B., et al, 2013, Evaluation of Active Constituent of Piper nigrum in Diarrhoe, Government College of Pharmacy, India. Sidik, Mulyono MW, Muhtadi A, 1992, Cabe jawa (Curcuma xanthorrhiza Roxb), Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phytomedica, Jakarta. Teyler.V.E et.al.1988.Pharmacognosy Edition 9th.Lea & Febiger.Phiadelphia. Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta. Wang, R., Wang, R., Yang, B., 2009, Extraction of essential oils from five cinnamon leaves and identification of their volatile compound compositions, Innovative Food Science and Emerging Technologies, 10, 289–292. Zulnely, 2008, Pengaruh Cara Penyulingan terhadap Sifat Minyak Pohon Wangi, Jurnal: Penelitian Hasil Hutan Volume 26 No. 1 Maret 2008, Bogor.. I. LAMPIRAN winCATS Planar Chromatography Manager Analysis Report SOP document Validated Description : Design Analysis D:\TLC SCANNER\My Documents\CAMAG\DATA\A.Pengujian BF\20190926 TEBA Pi perin A2 klp 4.cna Created/used by Biologi Farmasi UGM 12:56:42 PM Biologi Farmasi UGM Current user Tuesday, November 05, 2019 Stationary phase Executed by Biologi Farmasi UGM Monday, September 23, 2019 1:11:06 PM 13.0 x 10.0 cm TLC plates silica gel 60 F 254 E. MERCK KGaA Plate size (X x Y) Material Manufacturer Batch GLP code Pre-washing Modification No No Definitions - Quantification Executed by Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:53:22 PM Calibration parameters Calibration mode Statistics mode Evaluation mode Multi level CV Peak area Samples Sample ID: maserasi Sample ID: perkolasi Sample ID: soxhletasi Sample ID: infundasi Sample ID: f-hexan Sample ID: f-etanol Substance name piperin Rf 0.50 Window size Regression Deviation Purity 3.3 mm Linear 10.0 % Manufacturer Batch number Expiry date Product number 1.0000 Standards absolute Standard level1 Substance piperin Amount/fraction 1.0000 µg Substance piperin Amount/fraction 2.0000 µg Substance piperin Amount/fraction 4.0000 µg Substance piperin Amount/fraction 6.0000 µg Standard level2 Standard level3 Standard level4 User : Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Report ID : 07E30B05030C382A SN 1410W025, V1.4.3 Page 1 of 9 winCATS Planar Chromatography Manager Standard level5 Substance piperin Amount/fraction 8.0000 µg Substance piperin Amount/fraction 10.0000 µg Standard level6 Detection - CAMAG TLC Scanner 3 Information Application position Solvent front position 10.0 mm 90.0 mm Instrument CAMAG TLC Scanner 3 "Scanner3_140718" S/N 140718 (1.14.28) Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:56:28 PM 12 10.8 mm 10.0 mm 9.4 mm 90.0 mm 4.00 x 0.30 mm, Micro Light 20 mm/s 100 µm/step Executed by Number of tracks Position of first track X Distance between tracks Scan start pos. Y Scan end pos. Y Slit dimensions Optimize optical system Scanning speed: Data resolution: Measurement Table Wavelength Lamp Measurement Type Measurement Mode Optical filter Detector mode PM high voltage 344 D2 & W Remission Absorption Second order Automatic 374 V Integration Properties Data filtering Baseline correction Peak threshold min. slope Peak threshold min. height Peak threshold min. area Peak threshold max. height Track start position Track end position Display scaling Savitsky-Golay 7 Lowest Slope 5 10 AU 50 990 AU 10.0 mm 90.0 mm Automatic User : Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Report ID : 07E30B05030C382A SN 1410W025, V1.4.3 Page 2 of 9 winCATS Planar Chromatography Manager All tracks at Wavelength 1000 [ AU ] 800 700 600 500 400 300 200 120 100 0 [ mm ] 0.00 80 0.20 60 0.40 40 0.60 20 [ Rf ] 1.00 0 Track 1, ID: maserasi 00 1000 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 4 5 7 1 3 2 00 0 -0.13 0.07 Start Peak Rf 1 0.00 2 0.06 3 0.15 4 0.23 5 0.32 6 0.50 7 0.81 8 0.94 Start Height 6.7 0.1 0.4 0.6 588.2 2.8 13.9 14.4 0.28 Max Rf 0.02 0.10 0.19 0.28 0.34 0.55 0.87 0.95 0.47 Max Height 147.1 52.0 120.3 762.9 600.7 20.5 286.2 21.2 0.68 Max % 7.31 2.59 5.98 37.94 29.87 1.02 14.23 1.05 User : Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM End Rf 0.03 0.14 0.22 0.32 0.42 0.61 0.93 0.99 0 -0.13 0.88 End Height 4.3 0.1 0.3 588.0 13.8 2.0 12.7 2.8 Area 1802.0 1756.4 3736.3 41887.9 25934.8 953.7 11018.2 620.1 Area % 2.05 2.00 4.26 47.76 29.57 1.09 12.56 0.71 Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Report ID : 07E30B05030C382A 0.07 8 6 100 0.28 0.47 0.68 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * SN 1410W025, V1.4.3 Page 3 of 9 winCATS Planar Chromatography Manager Track 2, ID: perkolasi 00 1000 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 00 100 4 5 7 3 0 -0.13 0.07 Start Peak Rf 1 0.00 2 0.07 3 0.14 4 0.22 5 0.33 6 0.51 7 0.81 8 0.94 Start Height 5.3 0.1 8.1 0.4 558.8 6.5 14.2 15.5 0.28 Max Rf 0.02 0.11 0.18 0.28 0.34 0.54 0.87 0.95 0.47 Max Height 70.7 62.1 137.3 744.1 565.2 19.7 327.4 19.5 0.68 Max % 3.63 3.19 7.05 38.24 29.05 1.01 16.82 1.00 End Rf 0.03 0.14 0.22 0.33 0.42 0.58 0.93 0.99 Area 817.4 1979.0 4400.5 41856.6 21514.4 698.9 13213.0 520.1 Area % 0.96 2.33 5.18 49.24 25.31 0.82 15.54 0.61 2 6 0 -0.13 0.88 End Height 3.4 7.4 0.5 558.6 14.1 7.1 13.6 2.0 1 0.07 0.28 0.47 8 0.68 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * Track 3, ID: soxhletasi 00 1000 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 00 100 4 5 0 -0.13 0.07 Start Peak Rf 1 0.00 2 0.07 3 0.14 4 0.23 5 0.32 6 0.50 7 0.81 8 0.94 Start Height 5.7 0.8 30.3 1.1 594.2 0.7 9.1 11.2 0.28 Max Rf 0.02 0.11 0.17 0.28 0.34 0.54 0.87 0.95 0.47 Max Height 114.8 67.6 127.2 751.1 642.6 19.2 312.0 14.1 0.68 Max % 5.61 3.30 6.21 36.67 31.37 0.94 15.23 0.69 User : Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM End Rf 0.03 0.14 0.21 0.32 0.43 0.57 0.94 0.99 0 -0.13 0.88 End Height 3.3 29.9 1.1 593.9 10.5 7.1 11.5 1.1 Area 1432.4 2328.5 4582.4 38070.9 28962.2 701.5 12713.0 441.2 Area % 1.61 2.61 5.14 42.67 32.46 0.79 14.25 0.49 Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Report ID : 07E30B05030C382A 7 3 1 2 6 0.07 0.28 0.47 8 0.68 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * SN 1410W025, V1.4.3 Page 4 of 9 winCATS Planar Chromatography Manager Track 4, ID: infundasi 00 500 50 450 00 400 50 350 00 300 50 250 00 200 50 150 00 100 50 50 3 5 1 4 2 0 -0.13 0.07 Start Peak Rf 1 0.01 2 0.14 3 0.24 4 0.83 5 0.89 Start Height 32.1 6.7 0.4 4.1 35.3 0.28 Max Rf 0.02 0.16 0.33 0.87 0.90 0.47 Max Height 139.4 22.1 310.3 46.0 178.7 0.68 Max % 20.01 3.17 44.56 6.60 25.66 End Rf 0.04 0.20 0.40 0.89 0.93 0 -0.13 0.88 End Height 0.0 2.8 4.7 34.8 7.3 Area 1242.0 754.9 21653.7 1224.7 2438.2 Area % 4.55 2.76 79.28 4.48 8.93 0.07 0.28 0.47 0.68 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * Track 5, ID: f-hexan 00 1000 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 00 100 5 6 9 0 -0.13 0.07 Start Peak Rf 1 0.00 2 0.06 3 0.13 4 0.16 5 0.22 6 0.32 7 0.50 8 0.56 9 0.81 10 0.94 Start Height 0.6 0.0 26.5 43.4 0.2 615.6 3.5 17.2 26.1 16.5 0.28 Max Rf 0.02 0.11 0.15 0.17 0.28 0.34 0.54 0.57 0.87 0.96 0.47 Max Height 24.8 33.9 50.9 46.7 784.8 661.1 18.6 19.0 540.9 29.1 0.68 Max % 1.12 1.53 2.30 2.11 35.51 29.92 0.84 0.86 24.48 1.32 User : Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM End Rf 0.04 0.12 0.16 0.20 0.32 0.43 0.56 0.59 0.94 0.99 0 -0.13 0.88 End Height 0.2 26.2 43.7 2.8 615.3 9.0 16.7 8.2 15.9 0.1 Area 252.7 1074.4 1026.9 956.4 43579.0 29304.5 630.7 457.0 26493.3 670.9 Area % 0.24 1.03 0.98 0.92 41.72 28.06 0.60 0.44 25.37 0.64 Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Report ID : 07E30B05030C382A 2 1 0.07 34 10 7 8 0.28 0.47 0.68 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * SN 1410W025, V1.4.3 Page 5 of 9 winCATS Planar Chromatography Manager Track 6, ID: f-etanol 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 5 1 4 3 100 00 0 -0.13 0.07 Start Peak Rf 1 0.00 2 0.03 3 0.07 4 0.13 5 0.23 6 0.50 Start Height 11.3 9.4 4.4 30.9 2.3 0.6 0.28 Max Rf 0.01 0.04 0.11 0.16 0.28 0.53 0.47 Max Height 131.0 14.0 58.0 123.9 651.8 12.7 0.68 Max % 13.21 1.42 5.85 12.50 65.74 1.28 End Rf 0.02 0.05 0.13 0.22 0.41 0.56 0 -0.13 0.88 End Height 3.8 0.6 30.7 0.5 13.9 2.1 Area 1574.4 170.5 1785.0 4151.3 48646.3 398.6 Area % 2.78 0.30 3.15 7.32 85.76 0.70 2 0.07 6 0.28 0.47 0.68 0.88 0.47 0.68 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * Track 7, ID: Standard1 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 00 100 2 0 -0.13 0.07 Start Peak Rf 1 0.22 2 0.30 Start Height 4.1 462.8 0.28 Max Rf 0.27 0.34 0.47 Max Height 579.0 664.8 0.68 Max % 46.55 53.45 End Rf 0.30 0.40 0 -0.13 0.88 End Height 462.0 1.0 Area 21417.1 31421.6 Area % 40.53 59.47 1 0.07 0.28 Assigned substance unknown * unknown * Track 8, ID: Standard2 00 1000 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 00 100 0 -0.13 0.07 0.28 0.47 User : Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM 0.68 0.88 0 -0.13 Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Report ID : 07E30B05030C382A 3 2 4 1 0.07 0.28 0.47 0.68 0.88 SN 1410W025, V1.4.3 Page 6 of 9 winCATS Planar Chromatography Manager Peak 1 2 3 4 Start Rf 0.04 0.22 0.30 0.82 Start Height 0.0 5.6 597.8 12.9 Max Rf 0.04 0.27 0.34 0.82 Max Height 11.8 723.6 768.6 14.0 Max % 0.78 47.67 50.63 0.92 End Rf 0.05 0.30 0.40 0.85 End Height 4.4 597.6 1.7 2.6 Area 68.3 31343.1 40980.0 227.2 Area % 0.09 43.16 56.43 0.31 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * Track 9, ID: Standard3 00 1000 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 00 100 0 -0.13 0.07 Start Peak Rf 1 0.01 2 0.06 3 0.21 4 0.30 5 0.79 6 0.95 Start Height 0.3 7.0 8.3 685.5 7.7 3.6 0.28 Max Rf 0.02 0.08 0.27 0.34 0.82 0.98 0.47 Max Height 24.1 10.4 791.9 815.2 15.9 13.5 0.68 Max % 1.44 0.62 47.39 48.79 0.95 0.81 End Rf 0.03 0.09 0.30 0.40 0.86 1.00 1 0 -0.13 0.88 End Height 0.3 2.0 684.2 6.6 0.2 1.8 3 Area 183.7 216.2 40875.2 48037.4 562.5 276.7 Area % 0.20 0.24 45.34 53.29 0.62 0.31 4 5 2 0.07 0.28 0.47 0.68 6 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * Track 10, ID: Standard4 00 1000 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 00 100 0 -0.13 Peak 1 2 3 4 5 6 7 0.07 Start Rf 0.01 0.06 0.19 0.30 0.43 0.81 0.95 Start Height 0.7 2.5 3.7 642.3 0.3 11.0 5.9 0.28 Max Rf 0.02 0.07 0.27 0.34 0.46 0.82 0.98 0.47 Max Height 28.6 14.9 766.3 784.1 13.3 16.8 17.0 0.68 Max % 1.74 0.91 46.70 47.78 0.81 1.02 1.04 User : Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM End Rf 0.03 0.10 0.30 0.41 0.47 0.85 1.00 0 -0.13 0.88 End Height 0.5 0.7 640.9 0.8 10.9 11.3 0.5 Area 235.6 210.9 41549.2 47039.5 294.0 468.2 366.0 Area % 0.26 0.23 46.08 52.17 0.33 0.52 0.41 Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Report ID : 07E30B05030C382A 3 1 4 2 0.07 0.28 0.47 7 6 5 0.68 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * SN 1410W025, V1.4.3 Page 7 of 9 winCATS Planar Chromatography Manager Track 11, ID: Standard5 00 1000 00 900 00 800 00 700 00 600 00 500 00 400 00 300 00 200 00 100 5 4 1 0 -0.13 0.07 Start Peak Rf 1 0.01 2 0.06 3 0.11 4 0.20 5 0.31 6 0.81 7 0.95 Start Height 1.4 4.2 0.4 1.1 533.1 8.7 6.2 0.28 Max Rf 0.02 0.08 0.12 0.27 0.35 0.84 0.98 0.47 Max Height 41.0 12.5 11.5 669.9 760.3 16.2 20.5 0.68 Max % 2.68 0.82 0.75 43.73 49.63 1.06 1.34 End Rf 0.03 0.10 0.14 0.30 0.42 0.87 1.00 0 -0.13 0.88 End Height 0.1 0.4 3.4 532.8 2.9 3.0 0.3 Area 285.8 201.0 144.5 35449.1 47809.3 520.3 401.2 Area % 0.34 0.24 0.17 41.80 56.37 0.61 0.47 6 2 3 0.07 0.28 0.47 0.68 7 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * unknown * Track 12, ID: Standard6 00 300 50 250 00 200 50 150 00 100 3 2 1 50 0 -0.13 50 0.07 Start Peak Rf 1 0.01 2 0.24 3 0.33 4 0.83 Start Height 0.1 4.3 40.2 15.7 0.28 Max Rf 0.03 0.29 0.38 0.85 0.47 Max Height 45.1 56.8 118.1 21.4 0.68 Max % 18.67 23.54 48.92 8.87 End Rf 0.04 0.32 0.44 0.89 0 -0.13 0.88 End Height 2.8 39.3 0.0 5.4 Area 479.2 2479.1 5435.3 660.4 Area % 5.29 27.38 60.03 7.29 4 0.07 0.28 0.47 0.68 0.88 Assigned substance unknown * unknown * unknown * unknown * Evaluation results User : Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Report ID : 07E30B05030C382A SN 1410W025, V1.4.3 Page 8 of 9 winCATS Planar Chromatography Manager Evaluation Sequence Track 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Track type Sample Sample Sample Sample Sample Sample Standard1 Standard2 Standard3 Standard4 Standard5 Standard6 Vial 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Sample ID maserasi perkolasi soxhletasi infundasi f-hexan f-etanol Table of substances Substance piperin Position Tracks 1 MD mm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 50.0 Results per track winCATS summary report Calibration results per Analysis No results can be calculated due to the following error(s): No substances assigned User : Biologi Farmasi UGM Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Report ID : 07E30B05030C382A SN 1410W025, V1.4.3 Page 9 of 9