Uploaded by User65949

Laporan resmi teknologii ekstraksi bahan alam Cabe Jawa

advertisement
LAPORAN RESMI
TEKNOLOGI EKSTRAKSI BAHAN ALAM
Dosen Pengampu : Dr. rer. nat. Nanang Fakhrudin, M.Si., Apt.
Golongan II/Kelompok 4
Hanisa Maulina P.
(17/408816/FA/11266)
Hasna Salsabila K.
(17/408818/FA/11268)
Jinan Kusuma Dewi (17/408820/FA 11270)
Leiren Garda W.
(17/408822/FA/11272)
LABORATORIUM GALENIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora
yang tumbuh di dunia, tiga puluh ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar
26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di
hutan-hutan. Tumbuhan yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 masih
digunakan sebagai obat tradisional (Depkes RI, 2000).
Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagi masyarakat harus secara
berkelanjutan. Pemanfaatan yang berkelanjutan adalah pemanfaatan yang tidak
hamya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu
yang sangat berguna untuk kehidupan manusia. Pada zaman yang semakin
berkembang ini diperlukan kesadaran tentang penggunaan obat-obatan yang
berasal dari alam, atau yang sering dikenal dengan nama obat-obatan herbal
(Dalimartha, 2003). Berdasarkan hal ini maka dilakukanlah penelitian mengenai
ekstraksi cabe jawa.
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan dari ekstraksi untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massakomponen zat padat
kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Adapun jenis-jenis ekstraksi yaitu ekstraksi secara dingin dan ekstraksi
secara panas. Ekstraksi secara dibagi menjadi tiga metode yaitu metode maserasi,
metode soxhletasi dan metode perkolasi. Sedangkan esktraksi secara panas
dilakukan dengan metode infundasi dan destilasi (Ansel, 1989).
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut (Sudjadi,
1988) :
Modifikasi maserasi melingkar


Modifikasi maserasi digesti

Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk .

Infundasi atau adalah ekstraksi yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati
dengan air suhu 90°C selama 15 menit. Penyarian adalah peristiwa
memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel ditarik oleh cairan penyari
sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan
bertambah baik apabila permukaan simplisia yang bersentuhan semakin luas.
Umumnya metode infundasi dilakukan untuk simplisia yang mempunyai jaringan
lunak, yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan
lama (Depkes RI.1979)
Keuntungan dan kekurangan Metode Infundasi (Teyler dkk., 1988):
1. Keuntungan

Unit alat yang dipakai sederhana,

Biaya operasionalnya relatif rendah.
2. Kerugian
Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap

kembali, apabila kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh),

Hilangnya zat-zat atsiri,
Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia

yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan
menggumpal dan menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat
tersebut.
Perkolasi adalah metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut
mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit
sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas
(termolabil). Ekstraksi dilakukan dalam bejana yang dilengkapi kran untuk
mengeluarkan pelarut pada bagian bawah (Voight,1995).
Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana
silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya
kapiler yang cenderung untuk menahan (Voight,1995).
Prinsip sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut yang relative konstan dengan adanya pendingin balik.
Keuntungan metode sokletasi merupakan metode cara panas yang dapat
menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efisiensi bahan), waktu yang digunakan lebih cepat, dan sampel diekstraksi
secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang. Selain itu, aktivitas biologis
tidak hilang saat dipanaskan sehingga teknik ini dapat digunakan dalam
pencarian induk obat (Heinrich, 2004).
Ekstrak kering merupakan yang diperoleh dengan cara menguapkan pelarut
berdasarkan kandungan bahan aktif. Ekstrak kering memiliki nilai susut
pengeringan biasanya tidak lebih dari 5% (Gaedcke et al., 2003). Ekstrak kering
mudah menarik lembab dan cendrung membentuk gumpalan-gumpalan. Untuk
mengatasinya disarankan suatu penggerusan intensif dengan menggunakan
laktosa, dimaksudkan agar zat-zat dapat dikeringkan dengan baik (Voight, 1995).
Laktosa yang digunakan dalam teknologi farmasi umumnya mengenai α-laktosa
monohidrat yang diperoleh dari pengering sembur dan digunakan sebagai bahan
pengikat kering (Voight, 1995).
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran
(padat, cair, terlarut, suspensi, atau esotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil
(fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini
didasarkan pada boot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling
dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas fraksinasi bertingkat
biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol,
diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin,
tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diektraksi dengna
pelarut organik (Adijuwana dan Nur, 1989). Fraksinasi dalam arti lain yaitu suatu
teknik pemisahan untuk larutan yang mempunyai perbedaan titik didih yang tidak
terlalu jauh yaitu sekitar 30oC atau lebih (Gunawan & Mulyani, 2004).
Fraksinasi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia
di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen
terlarut pada fase pertama dan sebagian terlarut pada fase kedua. Kemudian
kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok dan setelah itu didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna sehingga terbentuk dua lapisan fase cair.
Sedangkan komponen kimia akan terpisah. Jika suatu cairan ditambahkan ke
dalam ekstrak cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan cairan pertama
maka akan terbentuk 2 lapisan. Salah satu komponen dari campuran akan terlarut
ke dalam dua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu
akan dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan tersebut. Waktu
yang diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat dengan
pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (Gunawan & Mulyani,
2004).
Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa organik yang banyak
ditemukan di alam dan berasal dari jaringan tumbuhan. Minyak atsiri merupakan
salah satu senyawa metabolit sekunder yang mudah menguap (volatil) dan bukan
merupakan senyawa murni tetapi tersusun atas beberapa komponen yang
mayoritas berasal dari golongan terpenoid (Guenther, 2006).
Salah satu famili tumbuhan tingkat tinggi yang berbau harum dan potensial
menghasilkan minyak atsiri adalah famili Lauraceae. Lauraceae merupakan salah
satu famili besar yang terdapat pada daerah tropis dan subtropis Disamping
mengandung minyak atsiri, Lauraceae telah diketahui pula mengandung beberapa
golongan senyawa metabolit sekunder yang lain seperti alkaloid, fenilpropanoid,
flavonoid, turunan 2-piron, benzil-ester, dan turunan alkenalkin (Guenther, 2006).
Cinnamomum burmannii (Kayu Manis) merupakan salah satu jenis dari
famili Lauraceae yang dipilih untuk penelitian ini. Tumbuhan ini banyak terdapat
di daerah sub tropis dan tropis. Penelitian terhadap minyak atsiri dari
Cinnamomum burmannii yang berasal dari Guangzhou, China yang dilakukan
oleh Wang dkk (2009) melaporkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang
terkandung adalah transsinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin
(13,39%). Minyak atsiri adalah senyawa organik yan diperoleh dari hasil
metabolit sekunder tanaman yang komposisi kimia minyak atsiri tergantung pada
jenis tumbuhan, daerah tempat tumbuh, iklim, dan bagian yang diambil
minyaknya (Guanther, 2006).
Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001), sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi
: Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo
: Policarpicae
Famili
: Lauraceae
Genus
: Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii
Distilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya
berdasarkan perbedaan titik didih. Pada proses destilasi sederhana, suatu
campuran dapat dipisahkan bila zat-zat penyusunnya mempunyai perbedaan titik
didih cukup tinggi. Proses destilasi terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama
terdiri dari uap yang terembunkan disebut destilat, dan bagian kedua adalah
cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak komponen
yang sukar menguap (Raditya, 2008).
Distilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dalam satu larutan
berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan
menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen-komponennya yang cukup
besar. Transfer massa minyak dari dalam butiran padatan ke solvent meliputi dua
proses seri, yakni difusi dari dalam padatan ke permukaan butiran dan transfer
massa dari permukaan padatan ke solven. Jika salah satu proses berlangsung
lebih cepat, maka kecepatan perpindahan massa dikontrol oleh proses
yang lebih lambat (Sutijan, 2009).
Kulit kayu manis adalah bagian kulit batang atau ranting tumbuhan
Cinnamomum burmanii Ness ex BI., suku Lauraceae yang sudah terbebas dari
bagian kulit gabus terluar dan dikeringkan, berupa kulit bergulung, patahan atau
diserbuk, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,50% v/b dengan kadar
sinamaldehid tidak kurang dari 1,03%. Adapun pemerian dari kayu manis adalah
berbentuk batangan atau kulit menggulung, membujur, pipih atau berupa berkas
yang terdiri atas tumpukan beberapa potong kulit yang tergulung membujur,
panjang hingga 1 m, tebal kulit 1 - 3 mm atau lebih, warna cokelat kekuningan,
bau khas, rasa sedikit manis. Permukaan dalam berwarna cokelat kemerahan tua
sampai cokelat kemeredaman, bekas patahan tidak rata (DepKes RI, 2008).
Prinsip kerja destilasi uap-air berdasarkan alat yang digunakan yaitu bahan
baku dimasukkan dalam tanki yang didalamnya terdapat saringan yang
memisahkan antara air dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan pada
praktikum ini yaitu kayu manis (Cinnamomum burmannii) untuk diambil minyak
atsirinya. Api akan menguapkan air, yang mana panas dari uap air akan
memberikan tekanan uap panas kepada bahan baku sehingga minyak atsiri yang
terkandung dalam kayu manis menguap dan akan dialirkan ke kondensor untuk
didinginkan dan dikumpulkan minyaknya di separator.Prinsip Destilasi Stahl
adalah pemisahan dengan cara panas berdasarkan perbedaan titik didih dan berat
jenis senyawa. Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
terlebih dahulu. Kemudian uap air yang melewati kondensor akan mengalami
pendinginan menghasilkan tetesan yang masuk kedalam buret. Didalam buret,
senyawa yang memiliki BJ lebih rendah akan berada di bagian atas (minyak
atsiri), sementara senyawa dengan BJ lebih tinggi akan berada di bagian bawah.
Keuntungan Destilasi Stahl adalah minyak atsiri yang diperoleh dapat
langsung diukur pada buret, optimal untuk isolasi bahan alam yang mengandung
minyak atsiri, cocok untuk bahan yang tahan pemanasan secara langsung, dan
pelarut tidak mengalami kekeringan, suhu dapat diatur. Akan tetapi, kekurangan
Destilasi Stahl adalah tidak cocok untuk bahan yang tidak tahan panas, proses
ekstraksi lama, dan perlu penambahan pelarut secara kontinue agar tidak terjadi
kekeringan pada sampel. Pelarut yang digunakan adalah air. Air merupakan
pelarut polar yang aman dan mudah didapat, dapat menarik hampir seluruh
metabolit yang terdapat pada tanaman termasuk minyak atsiri, titik didih air juga
lebih tinggi dari pada minyak atsiri. Walaupun air dan minyak atsiri memiliki
kepolaran yang berbeda, namun air dapat menarik minyak atsiri keluar dari sel.
Selain itu dengan pemanasan kepolaran air akan menurun karena meregangnya
ikatan hydrogen antara molekul air sehingga momen dipolnya menurun dan
kepolarannya menurun. Air dan uap air akan menembus dinding sel dengan
adanya panas, minyak atsiri akan terbawa oleh uap air (Gunawan, 2004).
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam
udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks
bias minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak. Peningkatan
nilai indeks bias minyak menunjukkan bahwa minyak mempunyai rantai karbon
panjang dan terdapat sejumlah ikatan rangkap (Zulnely, 2008). Ini berarti indeks
bias dipengaruhi oleh komponen penyusunnya. Selain itu, ukuran bahan dan letak
bahan yang rendah dapat mempengaruhi secara nyata hasil indeks bias. Semakin
kecil ukuran bahan dan semakin rendah letak bahan maka akan menghasilkan
indeks bias yang semakin besar (Djajeng dan Ma’mun, 1997).
GC-MS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang mengandung
dua metode analisis senyawa. Dua metode tersebut adalah kromatografi gas (GC)
untuk menganalisis senyawa secara kuantitatif dan spectrometer massa (MS)
untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.
B. PERMASALAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagaimana prinsip metode penyarian antara lain yaitu metode maserasi,
perkolasi, infundasi, ekstraksi dengan alat soxhlet?
Bagaimana prinsip pembuatan ekstrak kental, fraksi kental, dan ekstrak
kering?
Bagaimana prinsip metode destilasi minyak atsiri?
Apa saja kontrol kualitas terhadap ektrak tanaman dan minyak atsiri?
Bagaimana hasil dari masing-masing metode penyarian?
Bagaimana hasil dari masing-masing metode destilasi minyak atsiri?
C. TUJUAN
1.
2.
3.
4.
1.Agar pada akhir praktikum mahasiswa dapat memahami prinsip metodemetode penyarian dengan metode:
a. Maserasi
b. Perkolasi
c. Infundasi
d. Soxhletasi
Agar pada akhir praktikum mahasiswa dapat memahami prinsip pembuatan:
a. Ekstrak kental
b. Fraksi kental
c. Ekstrak kering
Agar pada akhir praktikum mahasiswa dapat memahami prinsip dan dapat
melakukan penyarian minyak atsiri dengan metode destilasi
Agar pada akhir praktikum mahasiswa mampu melakukan kontrol kualitas
terhadap ekstrak tanaman dan minyak atsiri
D. CARA KERJA
1.
Ekstraksi
a. Maserasi
:
Disiapkan 200 gram serbuk kering Cabe jawa
↓
Dimasukkan ke dalam toples
↓
Ditambahkan etanol 70% sebanyak 1,4 L ke dalam toples
↓
Diaduk campuran setiap 15 menit
↓
Dimaserasi selama 24 jam
b. Infundasi :
Ditimbang simplisia derajat halus sebanyak 50 gram, dimasukkan ke
dalam panci A
↓
Ditambahkan akuades sebanyka 500 ml sampai bahan terendam
seluruhnya
↓
Ditambahkan air ledeng secukupnya pada panci bagian bawah (B) hingga
panci A terendam sebagian dan ditutup panci A
↓
Dipanaskan selama 15 menit, dihitung mulai suhu didalam panci A
mencapai 90oC yaitu saat air dalam panci B mendidih, sambil sesekali
diaduk
↓
Diserkai infusa selagi panas melalui kain dan digunakan corong Buchner
↓
Dibuat sediaan ekstrak kental dari hasil infus dengan diuapkan infusa di
atas penangas air dengan bantuan kipas angin sampai konsistensi kental
↓
Ditimbang ekstrak yang diperoleh dan dihitung rendemennya
c. Perkolasi
:
Dibasahi 100 gram serbuk simplisia dengan derajat halus tertentu
dengan 50 ml etanol 70% (agar mengembang)
↓
Dimasukkan ke bejana tertutup
↓
Disiapkan alat perkolator, pada bagian bawah diberi kapas dan kertas
saring
↓
Dimasukkan simplisia sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambal
ditekan hati-hati dan diusahakan permukaannya rata
↓
Ditambahkan kertas saring diatas permukaan simplisia
↓
Dituangi dengan etanol 70% sampai cairan mulai menetes dan diatas
simplisia masih terdapat selapis etanol 70%
↓
Ditutup perkolator dan dibiarkan selama 24 jam
↓
Ditambahkan sisa cairan penyari
↓
Dibiarkan perkolat menetes
↓
Ditampung perkolat yang menetes
↓
Diuapkan perkolat diatas penangas air hingga diperoleh ekstrak kental
↓
Ditimbang bobot ekstrak kental dan dihitung rendemennya
d.
2.
Soxletasi
:
Disiapkan seperangkat sokhlet yang terdiri dari labu alas bulat, alat
sokhlet, dan pendingin
↓
Dibuat wadah dari kertas saring yang berbentuk seperti silinder dengan
ukuran yang sesuai dengan alat sokhlet (bagian bawah kertas saring
ditutup)
↓
Dimasukkan serbuk cabe jawa ke dalam silinder kertas saring
↓
Ditambahkan pelarut sebanyak 200 ml ke dalam labu alas bulat (volume
setara dengan 2-3 sirkulasi)
↓
Dipasangkan alat sokhlet dan dipanaskan
↓
Ditunggu sampai 2 sirkulasi dan dipastikan aliran air pendingin berjalan
baik
↓
Hasil ekstraksi diuapkan hingga berbentuk ekstrak kental
↓
Ditimbang ekstrak kental
↓
Dihitung rendemen
Fraksinasi
Sebanyak 3 g ekstrak kental hasil maserasi difraksinasi dengan 30 mL
pelarut organik yang sesuai
↓
3.
4.
Dipisahkan, sisa ekstrak kembali difraksinasi seperti cara diatas
↓
Diulang 4 x. Dikumpulkan fase pelarut organic (heksana) dan sisa ekstrak
↓
Diuapkan dengan pengurangan tekanan atau dengan pemanasan diatas
penangas air hingga diperoleh ekstrak kental
↓
Ditimbang fraksi kental yang diperoleh untuk menghitung rendemen
Ekstrak kering
Ditimbang ekstrak kental cabe jawa hasil maserasi.
↓
Ditempatkan di dalam mortir, lalu ditimbang laktosa 30% dari bobot
ektrak kental.
↓
Ditambahkan laktosa sedikit demi sedikit dan dihomogenkan hingga
ekstrak menjadi kering.
↓
Apabila ekstrak belum kering, ditambahkan lagi laktosa sebanyak 20%
dari bobot ekstrak kental.
↓
Dioven ekstrak apabila masih belum mengering dengan suhu 100 ºC
selama 10 menit.
↓
Dihaluskan kembali sampai membentuk serbuk.
Destilasi
a. Stahl :
Dimasukkan bahan kayu manis 1 cm 30,0 gram ke dalam labu
↓
Ditambahkan 300 ml air kedalam labu
↓
Dipasang alat
↓
Diisi buret dengan air hingga penuh
↓
Dipanaskan dengan tangas udara hingga penyulingan berlangsung dengan
lambat tapi teratur
↓
Ditunggu destilasi selama 1,5 jam, dihitung mulai dari awal menetes
campuran uap air dan minyak atsiri
↓
Dibiarkan selama tidak kurang dari 15 menit setelah penyulingan selesai
↓
Ditampung minyak atsiri ke dalam vial
↓
Dihitung volume minyak atsiri
b.
5.
Uap-air :
Ditimbang kayu manis sebanyak 1 kg.
↓
Diambil dandang dan diisi dengan air secukupnya.
↓
Diletakkan bahan di atas penyekat berpori (angsang) dalam dandang,
kemudian dandang dihubungkan dengan kondensor yang telah
dilengkapi dengan alat penampung minyak atsiri.
↓
Dipanaskan dandang sehingga minyak akan terdestilir.
↓
Ditampung minyak dalam alat penampung dan dilakukan pemanasan
selama 2 jam.
↓
Diambil minyak, dimasukkan ke dalam corong pisah dan dipisahkan
antara minyak dengan air.
↓
Lapisan minyak diberi natrium sulfat anhidrat secukupnya, kemudian
disaring.
↓
Dimasukkan minyak yang diperoleh ke dalam flakon dan ditutup
dengan aluminium foil, kemudian disimpan di tempat yang sejuk.
Kontrol Kualitas
a. Ekstrak
1) Organoleptis :
Diamati warna, tekstur, aroma, rasa
2) Susut Pengeringan :
Dioven botol timbang dengan suhu 105ºC selama 30 menit.
↓
Didinginkan botol timbang dalam desikator.
↓
Ditimbang botol kosong terlebih dahulu.
↓
Ditimbang ekstrak sebanyak 1 gram dengan saksama di dalam botol
timbang dengan neraca analitik.
↓
Dimasukkan ekstrak ke dalam oven pada suhu 105ºC selama 2 jam.
b.
↓
Didinginkan botol timbang dalam desikator.
↓
Ditimbang ekstrak dalam botol timbang.
↓
Dihitung susut pengeringan menggunakan oven selama 30 menit
dengan suhu 105º hingga diperoleh bobot konstan.
3) Profil KLT :
Dilarutkan ekstrak sebanyak 100 mg dengan 5mL etanol
↓
Divortex sampai larut
↓
Ditotolkan fada fase diam silika gel
↓
Ditotolkan pembanding piperin standar dalam metanol
↓
Dikembangkan dengan fase gerak heksan-etilasetat (7:3) yang telah
dijenuhkan sebelumnya sampai terelusi 8 cm
↓
Dideteksi dengan sinar tampat, UV 254 nm, dan UV 366nm
4) Penentuan Kadar dengan Densitometri :
Ditimbang ekstrak 100 mg dan dilarutkan dalam metanol 5 mL 95%
↓
Divortex hingga benar-benar larut
↓
Dibuat larutan pembanding dengan 3-5 macam konsentrasi
↓
Ditotolkan masing-masing larutan pada plat KLT
↓
Dielusi menggunakan fase gerak yang yelah ditetapkan
↓
Diambil lempeng setelah mencapai jarak pengembangan yang
diinginkan dan diangin-anginkan
↓
Dilakukan pengukuran luas puncak kromatogram dengan TLC
Scanner (Kadar relatif senyawa ditentukan dengan menggunakan
persamaan regresi linier pembanding)
Minyak atsiri
1) Organoleptis :
Diamati warna, tekstur, aroma, rasa
2) Indeks bias :
Disiapkan refractometer dan dibuka tempat sampel
↓
Diambil sampel secukupnya dengan pipet dan diteteskan sampel
pada tempat sampel, lalu ditutup
↓
Dinyalakan lampu untuk menerangi sampel dalam ruang sampel
sambal diamati melalui teropong
↓
Diamati dan diputar pengatur skala (bawah) dan pengatur focus
(atas) hingga tanda silang nampak setengah terang dan setengah
gelap
↓
Dibaca garis memanjang yang memotong, skala yang terbaca
merupakan nilai indeks bias sampel yang diamati dan dibandingkan
dengan literatur
3) Analisis GC :
Minyak atsiri yang diperoleh sebanyak 1 mL dipisahkan ke flakon
gelap bertutup untuk analisis GC (dilakukan oleh laboran).
E. DATA DAN ANALISIS
1.
Ekstraksi
a. Maserasi
:
Bahan : Serbuk cabe jawa 200 g
Cairan penyari : Etanol 70%
i. Organoleptis:
warna cokelat kehitaman, kental, pekat dan lengket, berbau khas
cabe jawa
ii. Rendemen:
㠴 㠴浔 R 浔 HR Ѐ
㠴 㠴浔 6 , 6 6H Ѐ
x 100% =
iii. Susut Pengeringan:
Susut pengeringan
=
㠴 㠴浔 R 浔 HR
Tahap
I
II
III
IV
V
ᣌ
,
㠴 㠴浔 R 浔 HR
ဿ⸸ Ѐ
tt Ѐ
x 100% = 6,95 % b/b
H H H ꬗ 浔 Ht ,
Bobot Botol
Sampel (g)
21,0960
21,0696
21,0529
21,0457
21,0513
ᣌ
,
H H H
Ѐ
H H H
Ѐ
tt
Botol (g)
Sampel (g)
20,0817
20,0817
20,0817
20,0817
20,0817
1,0150
0,9879
0,9712
0,9640
0,9696
 Susut pengeringan 1
t ⸱ဿt꬗⸸㈰㸰ဿ⸸
Susut pengeringan =
 Susut pengeringan 2
Susut pengeringan =
 Susut pengeringan 3
Susut pengeringan =
 Susut pengeringan 4
Susut pengeringan =
 Susut pengeringan 5
Susut pengeringan =
 Susut pengeringan total
t ဿ⸱
⸸㸰㈰ဿ ⸸꬗⸸㸰 ဿ
⸸㸰㈰ဿ⸸
⸸㸰 ဿ ꬗⸸ Lဿt
⸸㸰 ဿ
⸸ Lဿt꬗⸸ ⸸ဿ
⸸ Lဿt
⸸ ⸸ဿ ꬗⸸ tဿ㈰
Susut pengeringan total =
⸸ ⸸ဿ
tt
ဿ⸱
tt
tဿ㸰⸸
tt
꬗ tဿ⸱㈰
tt
tဿ㸰L
tt
tဿ⸸
t ⸱ဿt꬗⸸ tဿ㈰
tt
t ဿ⸱
iv. Fraksinasi fraksi etanol
Organoleptis : berwarna coklat pekat, kental
Rendemen :
v.
㠴 㠴浔 R 6 Ѐ
㠴 㠴浔
HR 6 Ѐ ꬗ 㠴 㠴浔 HhH
Ѐ
ᣌ H꬗ ᣌ H Ѐ
x 100% =
耀
⸱ဿL ꬗ Lဿ⸸L

耀
耀
耀
⸱ဿL
耀
耀
x 100% = 16 % b/b
Fraksinasi fraksi heksana
Organoleptis :
berwarna kuning kecoklatan dan membentuk butiran-butiran kristal
Rendemen :
㠴 㠴浔 R 6 Ѐ
HR 6 Ѐ ꬗ 㠴 㠴浔 HhH
㠴 㠴浔 ᣌ H꬗ ᣌ H Ѐ
Ѐ
x 100% =
㈰㈰ဿt⸸꬗㈰ ဿLL

x 100% = 55 % b/b
vi. Ekstrak Kering :
Organoleptis :
Berwarna cokelat keemasan, serbuk agak kasar, bau khas cabe jawa
Bobot ekstrak
6,072 gram
Bobot laktosa
18 gram
Bobot total (ekstrak+laktosa) kering
20,74 gram
Bobot rendemen
2,74 gram
Rendemen :
=
=
b.
Bobot hasil gram
Bobot simplisia awal gram
ဿ㸰L gram
ဿt㸰 gram
Infundasi :
Bahan
Cairan penyari
x 100%
x 100% = 45,13 % b/b
= Cabe jawa 50 gram
= akuades 100ml
i.
Organoleptis :
Ekstrak kental berwarna coklat, berbau khas cabe jawa
ii. Rendemen :
=
c.
d.
浔H Ѐ H
㠴 㠴浔 6 , 6 6H HhH Ѐ H
x 100% =
5,65 gram x
50 gram
100% = 11,3%b/b
Perkolasi
:
Bahan
= Cabe jawa 100 gram
Cairan penyari
= Etanol 70%
i. Organoleptis :
Warna kekuningan, berbentuk cair, berbau khas cabe jawa
ii. Rendemen :
㠴 㠴浔 R 6 Ѐ
HR 6 Ѐ ꬗ 㠴 㠴浔 HhH
㠴 㠴浔 ᣌ H꬗ ᣌ H Ѐ
Ѐ
x 100% =
⸱ဿL ꬗ Lဿ⸸L

x 100% = 16 % b/b
Soxletasi
:
Bahan
= Cabe jawa 50 gram
Cairan penyari
= Etanol 70% 200ml
iii. Organoleptis :
Berwarna coklat, lengket, berbau khas cabe jawa
iv. Rendemen :
=
2.
㠴 㠴浔 R 浔 HR R
㠴 㠴浔 R 浔 HR R
浔H Ѐ H
㠴 㠴浔 6 , 6 6H HhH Ѐ H
x 100% =
ဿ㈰ Ѐ H
⸱t Ѐ H
x 100% = 7,62%b/b
Kontrol Kualitas
a. Profil KLT:
Fase diam = Silika gel 60 F254
Fase gerak = heksan : etil asetat = 17 : 3
Standar = Piperin standar dalam etanol
Jarak pengembang : 7 cm
i. Sinar tampak
Pada cahaya tampak tidak
terlihat bercaknya, sehingga
tidak dapat menentukan
Rf-nya.
ii. Sinar UV 254 nm
Perlakuan
Maserasi
Perkolasi
Soxhletasi
Infundasi
Fraksi
heksan
Fraksi etanol
Standar 1 µL
Standar 2 µL
Standar 4 µL
Standar 6 µL
Standar 8 µL
Standar 10
µL
HRf
23
28
52
60
23
28
52
60
23
28
52
60
23
28
52
60
23
28
23
28
23
28
23
28
23
28
23
28
23
28
Warna
Hitam
Hitam
Abu-abu
Hitam
Hitam
Hitam
Abu-abu
Abu-abu
Hitam
Hitam
Abu-abu
Abu-abu
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Abu-abu
Abu-abu
Abu-abu
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Hitam
Interpretasi Hasil
Mengindikasikan adanya piperin
di HRf yang sama seperti standar,
dan senyawa lain di HRf yang
berbeda
Mengindikasikan adanya piperin
di HRf yang sama seperti standar,
dan senyawa lain di HRf yang
berbeda
Mengindikasikan adanya piperin
di HRf yang sama seperti standar,
dan senyawa lain di HRf yang
berbeda
Mengindikasikan adanya piperin
di HRf yang sama seperti standar,
dan senyawa lain di HRf yang
berbeda
Mengindikasikan adanya piperin
di HRf yang sama seperti standar
iii. Sinar UV 366 nm
Perlakuan
Maserasi
HRf
23
28
Warna
Biru muda
Biru muda
Perkolasi
23
28
Biru muda
Biru muda
Soxhletasi
23
28
Biru muda
Biru muda
Infundasi
Fraksi
heksan
23
28
Biru muda
Biru muda
Fraksi
etanol
23
28
Biru muda
Biru muda
Standar 1
µL
Standar 2
µL
Standar 4
µL
Standar 6
µL
Standar 8
µL
Standar 10
µL
23
28
23
28
23
28
23
28
23
28
23
28
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Biru muda
Interpretasi Hasil
Mengindikasikan adanya
piperin di HRf yang sama
seperti standar
Mengindikasikan adanya
piperin di HRf yang sama
seperti standar
Mengindikasikan adanya
piperin di HRf yang sama
seperti standar
Mengindikasikan adanya
piperin di HRf yang sama
seperti standar
Mengindikasikan adanya
piperin di HRf yang sama
seperti standar
b.
Penentuan Kadar dengan Densitometri
i. Kurva Baku
N
o.
1
2
3
4
5
6
Bobot
Luas
AUC
(g)
1
2
4
6
8
10
ii. Sampel
Sampel
maserasi
perkolasi
soxletasi
infundasi
F.heksan
F. etanol
52838.7
72323.1
88912.6
88588.7
83258.4
7914.4
Luas
AUC
Pada standar ke 4 dan seterusnya
mengalami penurunan sehingga data
direject untuk mendapatkan nilai r yang
baik
Persamaan regresi :
y = 11492x + 44544
r2= 0.9451
Kadar:
bobot regresi x konsentrasi awal pembanding
x100%
mg sampel
Bobot
regresi (g)
Kadar
(mg/mg
sampel)
%rendem
en
67722.7
2.017
20.17
63371
1.638
16.38
67033.1
1.957
19.57
21653.7
-1.992
-19.92
72883.5
2.466
24.66
48646.3
0.357
3.57
6.95%
16%
7.62%
11,3%
55%
16%
Urutan metode ekstraksi yang memberikan kadar
Interpretasi piperin yang dari yang terbaik adalah maserasi,
hasil
perkolasi, soxletasi dan infundasi. Dan piperin paling
banyak terkandung dalam fraksi hexan.
4.
Destilasi
a. Stahl
Volume minyak atsiri
= 0,1 ml
Organoleptis= Berwarna kuning cerah, jernih, bau khas kayu manis.
㠴 㠴浔 tH 6
tဿ
Rendemen = 㠴 㠴浔 6 , 6 6H HhH Ѐ H x 100% = t Ѐ H x 100% = 0,33%
Indeks bias = 1,665
Kandungan terbanyak dalam minyak atsisi kayu manis hasil GC-MS
dari 4 kelompok :
Kelo
mpok
1
Ukuran
Kayu
Manis
≥5 cm
Peak
Kandungan
Area
Rendemen
Indeks
Bias
1
2-Propenal,
3-phenyl-(CAS)
Cinnamaldehyde
323040965
-
1.683
2
2-Propen-1-ol,
3-phenyl-,acetat
25993620
3
2
3 cm
4
1
2
3
4
5
3
2 cm
1
2
3
4
4
1 cm
1
2
3
4
e (CAS)
Cinnamyl
acetate
2-Propenal,
3-phenyl-(CAS)
Cinnamaldehyde
Alpha-Terpineol
2-Propenal,
3-phenyl-(CAS)
Cinnamaldehyde
2-Propenal,
3-phenyl-(CAS)
Cinnamaldehyde
CINNAMALDE
HYDE
DIMETHYL
ACETAL
CINNAMALDE
HYDE
DIMETHYL
ACETAL
2-Propen-1-ol,
3-phenyl-,
acetate (CAS)
Cinnamyl
acetate
2-Propenal,
3-phenyl- (CAS)
Cinnamaldehyde
CINNAMALDE
HYDE
DIMETHYL
ACETAL
2-Propen-1-ol,
3-phenyl-,
acetate (CAS)
Cinnamyl
acetate
2-Propenal,
3-phenyl- (CAS)
Cinnamaldehyde
2-Propenal,
3-phenyl-(CAS)
Cinnamaldehyde
CINNAMALDE
HYDE
DIMETHYL
ACETAL
2-Propen-1-ol,
3-phenyl-,
acetate (CAS)
Cinnamyl
acetate
2-Propenal,
3-phenyl-(CAS)
Cinnamaldehyde
18007766
4063959
310157043
-
1,358
0,005%
1.661
0,33%
1,665
60611336
14731541
227960023
44155990
233572203
83723618
19553158
10132554
218539567
119220032
19316902
9410182
b. Uap-air
Volume minyak atsiri
= 1,5 ml
Organoleptis
= Berwarna kuning cerah, jernih, bau khas kayu
manis.
Rendemen
㠴 㠴浔 tH 6
ဿ⸱
= 㠴 㠴浔 6 , 6 6H HhH Ѐ H x 100% = ttt Ѐ H x 100% = 0,15%
Indeks bias
= 1,661
Profil Kromatogram GCMS
Kelompok Destilasi
Peak
1
1
Air
2
3
4
1
2
2
Uap-Air
3
4
Kandungan Senyawa
Area
2-Propenal,
3-phenyl-(CAS)
343839533
Cinnamaldehyde
2-Propen-1-ol,
3-phenyl-,acetate (CAS) 87454341
Cinnamyl acetate
1,6-Octadien-3-ol,
3,7-dimethyl- (CAS)
18288056
Linalol
Cinnamaldehyde
17567582
Dimethylacetal
LINALOOL L
16812618
2-Propenal, 3-phenyl8450902
(CAS) Cinnamaldehyde
2-Propenal, 3-phenyl267591048
(CAS) Cinnamaldehyde
2-Propen-1-ol,
74404987
3-phenyl-, acetate
Rendemen
Indeks
Bias
0.3%
1.675
-
-
1
2
3
Air
3
4
1
4
Uap-Air
2
3
4
(CAS) Cinnamyl acetate
2-Propenal, 3-phenyl(CAS) Cinnamaldehyde
2-Propenal, 3-phenyl(CAS) Cinnamaldehyde
CINNAMALDEHYDE
DIMETHYL ACETAL
2-Propen-1-ol,
3-phenyl-, acetate
(CAS) Cinnamyl acetate
2-Propenal, 3-phenyl(CAS) Cinnamaldehyde
2-Propen-1-ol,
3-phenyl-,acetate (CAS)
Cinnamyl acetate
LINALOOL L
CINNAMALDEHYDE
DIMETHYL ACETAL
166604956
161155218
69598806
0.35%
1.664
0,15%
1,66
106420115
329749522
75000384
48926529
26464134
F. PEMBAHASAN
Pada metode maserasi dilakukan perendaman serbuk simplisia cabe jawa
dalam etanol 70%v/v selama ±24 jam sambil sesekali diaduk. Prinsip metode
maserasi adalah cairan penyari meresap, menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel,
sehingga larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak ke luar sel. Proses ini
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Hasil ekstraksi pada metode maserasi berupa ekstrak kental, warna
cokelat kehitaman, pekat dan lengket, berbau khas cabe jawa. Rendemen yang
dihasilkan sebanyak 8,45%b/b.
Dari hasil ekstrak kental cabe jawa dengan metode maserasi, diambil 3 gram
ekstrak kental dan dilarutkan dalam 30 ml etanol 70% dalam corong pisah. Lalu
dilakukan penyarian dengan heksan dengan volume yang sama yaitu 30 ml yang
juga dimasukkan dalam corong pisah, kemudian digojog dan didiamkan. Setelah
terbagi dua fase, bagian heksan ditampung pada cawan porselen yang sebelumnya
sudah ditimbang dengan neraca analitik dan diuapkan di atas penangas air dan
fraksi etanol diekstraksi lagi dengan corong pisah dengan cara ditambahkan
heksan 30 ml dan digojog dengan kuat. Hal ini dilakukan sebanyak 5 kali (150 ml
heksan). Sesudahnya, kedua fraksi dipisahkan dalam 2 cawan porselen yang
sudah ditimbang dan keduanya diuapkan di atas penangas air hingga diperoleh
ekstrak kental, kemudian ditimbang, dan dimasukkan dalam flakon.
Dalam praktikum ini digunakan sampel ekstrak hasil maserasi cabe jawa
dengan hexan. Pada ekstraksi etanol yang digunakan ini berperan sebagai pelarut
polar. Proses fraksinasi yang dilakukan adalah fraksinasi cair-cair tertingkat
dimana dilakukan dengan menggunakan etanol. 3 g ekstrak digunakan karena sisa
ekstrak yang lain akan digunakan untuk susut pengeringan, ekstrak kering dan
kontrol kualitas. Tujuan dari fraksinasi cair-cair bertingkat ini adalah untuk
memisahkan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak
hasil maserasi cabe jawa dengan hexan berdasarkan tingkat kepolarannya juga
bertujuan untuk memisahkan komponen yang larut dalam etanol.
Pada percobaan digunakan alat corong pisah untuk melakukam fraksinasi.
Proses fraksinasi dilakukan dengan pelarut etanol digunakan untuk memisahkan
senyawa yang terdapat dalam ekstrak hasil maserasi temu kunci dengan hexan
dimana sampel mengandung pelarut yang memiliki senyawa non polar, maka
akan ditarik oleh hexan kemudian dipisahkan dari etanol. Percobaan dimulai
dengan memasukan ekstrak hasil maserasi dengan etanol dan hexan dengan
perbandingan yang sama kedalam corong pisah dan dikocok pada satu arah.
Sesekali membuka keran pada corong pisah untuk mengeluarkan udara hasil
pengocokan. Kemudian tegakkan corong pisah, maka akan terlihat adanya dua
fase, dimana fase atas adalah metanol dan lapisan bawah adalah hexan. Kemudian
dituang fase hexan pada cawan. Lakukan fraksinasi kembali hingga didapat hasil
yang kelima. Selanjutnya pada masing-masing fraksi diuapkan hingga didapatkan
fraksi kental dan dihitung rendemennya.
Pemisahan dilakukan untuk memurnikan senyawa dalam ekstrak, yang mana
ekstrak heksan berisikan senyawa yang lebih nonpolar dan ekstrak etanol yang
berisikan senyawa yang lebih polar. Penggunaan heksan dalam fraksinasi adalah
menghilangkan zat ballast/pengotor. Piperin akan tertarik pada fraksi terpilih
sedangkan zat ballast akan terbawa oleh residu. Didapat persen rendemen fraksi
etanol (fraksi terpilih) sebanyak 16% dan fraksi heksan (residu) sebanyak 55%.
Hal sesuai dengan teori, karena piperin adalah senyawa non polar sehingga lebih
terlarut pada heksan, meskipun heksan digunakan sebagai pelarut zat ballast juga.
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan ekstrak
kering dan susut pengeringannya. Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari
bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh, tergantung proses dan
peralatan yang digunakan (Depkes RI, 2000). Prinsip dari pembuatan ekstrak
kering yaitu dengan menambahkan bahan pengisi atau bahan pengering pada
ekstrak kental hasil maserasi. Pada praktikum ini, digunakan laktosa sebagai
bahan pengering. Laktosa digunakan sebagai bahan pengering karena laktosa
dapat mengikat pelarut yang terkandung dalam ekstrak kental.
Pembuatan ekstrak kering cabe jawa diambil dari hasil maserasi yang berupa
ekstrak kental sebanyak 6,072 gram. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam mortir
dan ditambahkan bahan pengering yaitu laktosa sedikit demi sedikit sambil
diaduk dengan stamper hingga homogen dan membentuk serbuk. Penambahan
bahan pengering laktosa total sebanyak 300% dari 6,072 gram ekstrak atau 18
gram. Ekstrak kering tersebut lalu dimasukkan ke plastik yang telah ditimbang
sebelumnya. Lalu ditimbang kembali dan dihitung rendemennya. Ekstrak kering
yang diperoleh memiliki organoleptis berwarna cokelat keemasan, serbuk agak
kasar, bau khas cabe jawa dengan bobot 20,74 gram. Bobot rendemen yang
didapatkan yaitu 2,74 gram dengan persentase rendemen sebesar 45,13% b/b.
Kemudian dilakukan pula susut pengeringan pada ekstrak kental cabe jawa
hasil maserasi. Tujuan dari penetapan susut pengeringan adalah untuk
memberikan batasan maksimal (rentang) besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan. Prinsip dari susut pengeringan ini dengan mengeringkan
ekstrak kental dalam oven bersuhu 105ºC selama 2 jam dan diukur susut
pengeringannya setiap 30 menit sampai tercapai bobot konstan (selisih 2 kali
penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%). Peratama dioven botol
timbang dengan suhu 105ºC selama 30 menit, didinginkan botol timbang dalam
desikator. Kemudian ditimbang botol kosong terlebih dahulu dan ditimbang
ekstrak sebanyak 1 gram. Dimasukkan ekstrak ke dalam oven pada suhu
105ºC selama 2 jam, lalu didinginkan botol timbang dalam desikator selama 5
menit. Ditimbang ekstrak dalam botol timbang dan dihitung susut pengeringan
menggunakan oven selama 30 menit dengan suhu 105º hingga diperoleh bobot
konstan.
Pada susut pengeringan pertama diperoleh nilai susut pengeringan sebesar
3,56 % b/b bobot ekstrak, susut pengeringan kedua 0,79%b/b, susut pengeringan
ketiga 0,74%b/b, susut pengeringan keempat -0,58%b/b, dan susut pengeringan
kelima 0,91%b/b. Sehingga dapat dikatakan bahwa bobot ekstrak belum konstan.
Kenaikan bobot yang terjadi dari pengeringan ketiga menuju pengeringan
keempat diduga karena faktor lingkungan yang lembab. Didapatkan % susut
pengeringan total sebesar 5,34% b/b yang menyatakan bobot ekstrak belum
konstan.
Ekstraksi dengan metode infundasi yaitu menyari simplisia dengan air pada
suhu 90˚C selama 15 menit. Perbandingan bahan dan cairan penyari (air) yang
digunakan dalam infundasi umumnya adalah 10 bagian dalam 100 bagian penyari.
Kelemahan dari ektraksi dengan metode infundasi adalah jenis penyari yang
digunakan adalah air. Hal tersebut menyebabkan mudahnya terjadi kontaminasi.
Suhu 90oC didapat dari sentuhan panci bagian atas terhadap air yang mendidih
pada panci bagian bawah. Apabila proses penyarian ditambah hingga 30 menit
hasil yang didapat adalah dekokta. Setelah disari, ekstrak diuapkan hingga
didapat ekstrak kental infundasi. Ekstrak kental yang didapat kental, berwarna
coklat tua, beraroma khas cabe jawa. Adapun persen rendemen yang didapat
sebesar 11,3% b/b.
Pada metode perkolasi ini hanya dilakukan demo oleh laboran. Adapun
tujuan demo agar dapat memahami prinsip penyarian menggunakan metode
perlokasi dan membandingkan lebih efektif manakah penyarian menggunakan
metode perkolasi dan metode maserasi. Perkolasi adalah metoda ekstraksi cara
dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak
digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk
senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi dilakukan dalam bejana
yang dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut pada bagian bawah. Perbedaan
utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut, dimana
pada maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang
cukup lama, sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir (Voight,1995).
Penambahan pelarut dilakukan secara terus menerus, sehingga proses
ekstraksi selalu dilakukan dengan pelarut yang baru. Dengan demikian diperlukan
pola penambahan pelarut secara terus menerus, hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan pola penetesan pelarut dari bejana terpisah disesuaikan dengan
jumlah pelarut yang keluar, atau dengan penambahan pelarut dalam jumlah besar
secara berkala. Perlu diperhatikan jangan sampai bahan kehabisan pelarut. Proses
ekstraksi dilakukan sampai seluruh metabolit sekunder habis tersari, pengamatan
sederhana untuk mengindikasikannya dengan warna pelarut, dimana bila pelarut
sudah tidak lagi berwarna biasanya metabolit sudah tersari.
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkulator)
yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan alam yang digunakan
adalah serbuk cabe jawa 100 gram yang telah dibasahi menggunakan etanol 70%
agar partikel mengembang diluar perkolator sehingga tidak menyebabkan
mampat pada saat di perkolator. Bahan pengekstaksi yaitu etanol 70% dialirkan
secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi sampel.
Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi
bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna
dari simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan
dalam sel dengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia
bahan pelarut segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan
demikian ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang
dapat diekstraksi mencapai 95%). Proses penyarian berlangsung selama 22 jam.
Setelah diperoleh ekstrak maka dapat dihitung rendemennya. Menghitung
rendemennya dengan cara pertama, timbang pot obat yang masih kosong,
kemudian timbang pot obat yang telah berisi ekstrak. Untuk mengetahui bobot
ekstrak yang diperoleh maka bobot pot obat yang berisi ekstrak dikurangi dengan
bobot pot obat kosong. Hasil dari pengurangan tersebut itulah bobot ekstrak yang
diperoleh. Pada praktikum kali ini diperoleh ekstrak cabe jawa dengan bobot
11,95 gram. Setelah diperoleh bobot ekstrak maka dihitung rendemennya dengan
cara bobot ekstrak yang diperoleh dibagi dengan jumlah simplisia yang ditimbang
kemudian dikalikan dengan 100%. Pada praktikum ini diperoleh hasil
rendemennya yaitu sebesar 11,95%.
Pada metode soxletasi ini hanya dilakukan demo oleh laboran. Adapun
tujuan demo agar dapat memahami prinsip penyarian menggunakan metode
sokhletasi dan membandingkan lebih efektif manakah penyarian menggunakan
metode sokhletasi dan metode maserasi. Prinsip sokhletasi adalah ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya menggunakan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relative konstan
dengan adanya pendingin balik.
Sampel ditempatkan dalam wadah sokhlet yang dibuat dengan kertas
saring, melalui alat ini pelarut akan terus direfluks. Sampel bahan alam yang
digunakan pada percobaan ini adalah serbuk cabe jawa 50 gram dan pelarut yang
digunakan 200 ml etanol 70%. Alat sokhlet akan mengkosongkan isinya ke dalam
labu alas bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar
melewati alat ini memlalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat
efisien dan senyawa dari sampel secara efektif ditarik ke dalam pelarut karena
konsetrasi awalnya rendah dalam pelarut.
Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan
yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan alam tidak
menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi,
meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut pada suhu
kamar. Sedangkan metode sokletasi merupakan metode cara panas yang dapat
menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efisiensi bahan), waktu yang digunakan lebih cepat, dan sampel diekstraksi
secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang. Selain itu, aktivitas biologis
tidak hilang saat dipanaskan sehingga teknik ini dapat digunakan dalam pencarian
induk obat (Heinrich, 2004). Kandungan cabe jawa adalah piperin. Metode
sokhletasi ini cocok digunakan karena piperin stabil terhadap panas. Titik didih
yang dimiliki piperin sebesar 127°C (Shamkuwar, B., et al. 2013). Sedangkan
sokhletasi dilakukan pada suhu 70oC. sokhletasi dilakukan 2 sirkulasi selama 2
jam.
Setelah diperoleh ekstrak kental maka dapat dihitung rendemennya.
Menghitung rendemennya dengan cara pertama, timbang pot obat yang masih
kosong, kemudian timbang pot obat yang telah berisi ekstrak. Untuk mengetahui
bobot ekstrak yang diperoleh maka bobot pot obat yang berisi ekstrak dikurangi
dengan bobot pot obat kosong. Hasil dari pengurangan tersebut itulah bobot
ekstrak yang diperoleh. Pada praktikum kali ini diperoleh ekstrak kental cabe
jawa dengan bobot 3,81 gram. Setelah diperoleh bobot ekstrak maka dihitung
rendemennya dengan cara bobot ekstrak yang diperoleh dibagi dengan jumlah
simplisia yang ditimbang kemudian dikalikan dengan 100%. Pada praktikum ini
diperoleh hasil rendemennya yaitu sebesar 7,62%.
Kontrol Kualitas Ekstrak
Pada praktikum ini, dilakukan analisis senyawa target yaitu piperin dengan
cara pengujian dengan Kromatografi Lapis Tipis untuk mengetahui adanya
piperin dalam ekstrak (kualitatif) . KLT dilakukan dengan fase gerak heksana:etil
asetat (17:3) dengan panjang elusi 7 cm. Secara kualitatif, dari pengamatan
menggunakan KLT yang diperoleh, nilai Rf piperin standar pada UV 254 nm, dan
UV 366 nm sebesar 0,23 dan 0,28, sedangkan pada cahaya tampak tidak terlihat
bercaknya, sehingga tidak dapat ditentukan. Pada metode ekstraksi secara
maserasi, perkolasi, soxhletasi, fraksi heksan, fraksi etanol memiliki nilai Rf
sebesar 0,23; 0,28; 0,52; dan 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
piperin dalam ekstrak cabe jawa yang diujikan, karena memiliki Rf yang sama
dengan standar piperin. Hanya saja, ada senyawa lain yang ikut terekstrak yang
ditunjukkan pada Rf yang berbeda dengan standar, yakni 0,52 dan 0,60.
Kemungkinan senyawa lain ini memiliki sifat kepolaran yang mirip dengan
piperin sehingga ketika diberi perlakuan ekstraksi untuk piperin, senyawa lain ini
juga ikut terekstrak. Untuk esktraksi secara infundasi, tidak terdapat bercak
piperin karena infundasi menggunakan penyari air yang mana air merupakan
senyawa polar, sedangkan piperin bersifat non polar, sehingga tidak terbawa oleh
air.
Untuk mengukur kadar piperin digunakan dengan densitometri. Hasil KLT
selanjutnya diidentifikasi menggunakan desitometri. Dari hasil densitometri
dihitung kurva baku AUC standar. Pada perhitungan persamaan kurva baku kami,
direject standar konsentrasi 6, 8, dan 10 sebab AUC yang dihasilkan menurun
sehingga menimbulkan nilan r yang kecil dan pada perhitungan sampel banyak
mendapatkan nilai negatif. Dari perhitungan didapatkan persamaan kurva baku y
= 11492x + 44544 dengan nila r2= 0.9451. dari persamaan kurva baku kemudian
dicari bobot regresi sampel dan dihitung kadarnya. Dari hasil seperti yang terlihat
pada tabel:
Sampel
Luas
AUC
Bobot
regresi (g)
Kadar
(mg/mg
sampel)
%rende
men
maserasi
perkolasi
soxletasi
infundasi
67722.7
2.017
20.17
63371
1.638
16.38
67033.1
1.957
19.57
21653.7
-1.992
-19.92
6.95%
16%
7.62%
11,3%
F.heksan
F. etanol
72883.5
2.466
24.66
48646.3
0.357
3.57
55%
16%
Darihasil dapat disimpulakan bahwa metode maserai yang paling banyak
mengandung piperin dan piperin terkandung labih banyak pada fraksi hexan.
Kadar infundasi yang didapatkan bernilai negatif diperkirakan sebab kadar
piperin yang terkandung sangat kecil dibanding kadar kurva baku dengan kadar
terkecil sehingga tidak bisa digunakan persamaan kurva baku yang sama. Hal ini
diperkuat dengan hasil KLT pada infundasi tidak terlihat bercak pada hRf piperin
baik pada UV 254 nm maupun 366 nm.
Pada praktikum ini bertujuan agar dapat memahami prinsip dan dapat
melakukan isolasi minyak atsiri dengan metode Destilasi Stahl. Prinsip Destilasi
Stahl adalah pemisahan dengan cara panas berdasarkan perbedaan titik didih dan
berat jenis senyawa. Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu. Kemudian uap air yang melewati kondensor akan
mengalami pendinginan menghasilkan tetesan yang masuk kedalam buret.
Didalam buret, senyawa yang memiliki BJ lebih rendah akan berada di bagian
atas (minyak atsiri), sementara senyawa dengan BJ lebih tinggi akan berada di
bagian bawah.
Keuntungan Destilasi Stahl adalah minyak atsiri yang diperoleh dapat
langsung diukur pada buret, optimal untuk isolasi bahan alam yang mengandung
minyak atsiri, cocok untuk bahan yang tahan pemanasan secara langsung, dan
pelarut tidak mengalami kekeringan, suhu dapat diatur. Akan tetapi, kekurangan
Destilasi Stahl adalah tidak cocok untuk bahan yang tidak tahan panas, proses
ekstraksi lama, dan perlu penambahan pelarut secara kontinue agar tidak terjadi
kekeringan pada sampel. Pelarut yang digunakan adalah air. Air merupakan
pelarut polar yang aman dan mudah didapat, dapat menarik hampir seluruh
metabolit yang terdapat pada tanaman termasuk minyak atsiri, titik didih air juga
lebih tinggi dari pada minyak atsiri. Walaupun air dan minyak atsiri memiliki
kepolaran yang berbeda, namun air dapat menarik minyak atsiri keluar dari sel.
Selain itu dengan pemanasan kepolaran air akan menurun karena meregangnya
ikatan hydrogen antara molekul air sehingga momen dipolnya menurun dan
kepolarannya menurun. Air dan uap air akan menembus dinding sel dengan
adanya panas, minyak atsiri akan terbawa oleh uap air (Gunawan, 2004).
Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang
mudah menguap (volatil) dan bukan merupakan senyawa murni tetapi tersusun
atas beberapa komponen yang mayoritas berasal dari golongan terpenoid
(Guenther, 2006). Salah satu famili tumbuhan tingkat tinggi yang berbau harum
dan potensial menghasilkan minyak atsiri adalah famili Lauraceae. Lauraceae
telah diketahui pula mengandung beberapa golongan senyawa metabolit sekunder
yang lain seperti
alkaloid, fenilpropanoid, flavonoid, turunan 2-piron,
benzil-ester, dan turunan alkenalkin (Guenther, 2006). Cinnamomum burmannii
(Kayu Manis) merupakan salah satu jenis dari famili Lauraceae.
Percobaan dilakukan dengan disiapkan kayu manis dalam keadaan kering,
dibersihkan, dan dipotong-potong 1 cm sebanyak 30 gram kemudian dimasukkan
dalam labu distilasi. Air ditambahkan ke dalam labu distilasi sampai bahan
terendam. Air yang ditambahkan sebanyak 300 ml. Air berfungsi sebagai
penyalur energi panas ke seluruh bagian bahan tanaman sehingga minyak atsiri
dapat terkondensasi bersama uap air. Kemudian peralatan destilasi dipasang.
Selang masuk dihubungkan dengan pompa air dan air kemudian akan dialirkan
hingga air memenuhi seluruh kondensor. Pada pipa Stahl diisi dengan air dengan
tujuan mencegah kekeringan pada sampel dan mencegah agar minyak yang
menguap tidak keluar. Setelah semua siap, tangas udara dihidupkan dengan suhu
medium. Suhu harus tetap dijaga agar pemanasan tidak terjadi over heat.
Proses destilasi umumnya dilakukan selama 4 jam. Akan tetapi pada
praktikum ini hanya dilakukan 1,5 jam untuk mendapatkan minyak atsiri. Hasil
isolasi minyak atsiri dari potongan 1 cm kayu manis menggunakan Destilasi
Stahl mendapatkan minyak atsiri berwarna kuning cerah, jenih, dan berbau khas
kayu manis sebanyak 0,1 ml dan didapatkan rendemen 0,33%. Apabila
dibandingkan dengan kelompok satu, dua, dan tiga (5cm, 3 cm, 2cm) maka
rendemen 0,33% lebih baik karena rendemen minyak atsiri hasil isolasi pada
kelompok satu dan dua terlalu sedikit sehingga tidak dapat dihitung, sedangkan
pada kelompok tiga 0,005%. Hal ini disebabkan semakin kecil potongan maka
proses destilasi akan semakin lebih cepat sehingga akan mendapat rendemen
lebih banyak. Dengan demikian, pada percobaan ini sesuai teori bahwa pada
kelompok kami yaitu potongan kayu manis 1 cm akan mendapatkan rendemen
lebih banyak dari pada kelompok lain yaitu 5 cm, 3 cm, dan 2 cm.
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam
udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks
bias minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak. Peningkatan
nilai indeks bias minyak menunjukkan bahwa minyak mempunyai rantai karbon
panjang dan terdapat sejumlah ikatan rangkap (Zulnely, 2008). Ini berarti indeks
bias dipengaruhi oleh komponen penyusunnya. Selain itu, ukuran bahan dan letak
bahan yang rendah dapat mempengaruhi secara nyata hasil indeks bias. Semakin
kecil ukuran bahan dan semakin rendah letak bahan maka akan menghasilkan
indeks bias yang semakin besar (Djajeng dan Ma’mun, 1997). Indeks bias
minyak atsiri pada kulit kayu manis berdasarkan hasil penelitian ± 1,565.
Berdasarkan hasil percobaan isolasi minyak atsiri dari potongan 1 cm kayu manis
menggunakan metode Destilasi Stahl maka indeks bias yang didapat adalah 1,665.
Sedangkan pada kelompok satu yaitu potongan 5 cm kayu manis maka indeks
bias didapatkan 1,683. Pada kelompok dua yaitu potongan 3 cm kayu manis
maka indeks bias didapatkan 1,358. Pada kelompok tiga yaitu potongan 2 cm
kayu manis maka didapatkan indeks bias minyak atsiri 1,661. Dengan demikian,
dapat diketahui bahwa tingkat kemurnian minyak atsiri pada kelompok kami
tinggi.
Penelitian terhadap minyak atsiri dari Cinnamomum burmannii yang
berasal dari Guangzhou, China yang dilakukan oleh Wang dkk (2009)
melaporkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah
transsinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Pada
percobaan ini minyak atsiri hasil isolasi menggunakan Destilasi Stahl di uji agar
diketahui kandungan terbanyak dalam minyak atsiri pada kayu manis tersebut.
Uji ini dilakukan dengan GC-MS. GC-MS terdiri dari kromatografi gas dan
spectrometer massa. Kromatografi gas menggunakan kolom kapiler yang
tergantung pada dimensi kolom (Panjang, diameter, dan ketebalam film) serta
sifat fase. Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekul yang berada pada suatu
campuran dipisahkan dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom.
Molekul-molekul tersebut memerlukan jumlah waktu yang berbeda (disebut
waktu retensi) untuk keluar dari kromatografi gas, dan ini memungkinkan
spectrometer massa untuk menangkap, ionisasi, mempercepat, membelokkan,
dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah. Spektometer massa
melakukan hal ini dengan mencegah masing-masing molekul menjadi terionisasi
menjadi framen menggunakan massa untuk mengisi rasio. Kromatografi gas
maupun spektometer massa memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggabungan
dua metode ini diharapkan mampu menutupi kekurangan masing-masing metode.
Hasil percobaan GC-MS menunjukkan bahwa kandungan terbanyak
minyak atsiri baik dari potongan kayu manis 5, 3, 2, 1 cm adalah 2-Propenal,
3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde. 2-Propenal, 3-phenyl-(CAS) Cinnamaldehyde
memiliki nama lain transsinamaldehid dan memiliki rumus molekul C9H8O. Pada
persen area maka dapat dilihat bahwa kelompok kami yaitu potongan 1 cm kayu
manis didapatkan sebanyak 58,89%. Sedangkan komponen kedua adalah
Cinnamaldehyde Dimethyl Acetal (C11H14O2) sebanyak 30,27%. Komponen
ketiga adalah 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-, acetate (CAS) Cinnamyl acetate memiliki
nama lain Etil Sinamad dan memiliki rumus molekul C11H12O2 sebanyak 4,90%.
Komponen keempat yaitu 2-Propenal, 3-phenyl- (CAS) Cinnamaldehyte
sebanyak 2,39%. Berdasarkan literatur maka pada kelompok satu, dua, tiga,
maupun empat sesuai dengan teori bahwa kandungan terbanyak yang ada pada
minyak atsiri hasil isolasi kayu manis adalah transsinamaldehid.
Kandungan yang ada pada minyak atsiri hasil isolasi kayu manis pada
kelompok kami yaitu potongan 1 cm terdapat 20 yaitu, Cinnamaldehyde 89,14%;
Endobornyl
Acetate
0,73%;
Alpha-Terpenyl
Acetate
0,15%;
2H-1-Benzopyran-2-one (CAS) Coumarin 1,04%; 2-Propenoic acid,3-Phenyl-,(E)
(CAS) trans-cinnamic acid 0,60%; 2-Propen-1-ol, 3-phenyl-, acetate (CAS)
Cinnamyl acetate 4,90%; 9-Thiabicyclo [3,3] Non-6-Ene-2-Thiol, Endo- 0,15%;
Para Methoxy Cinnamic Aldehyde 0,13%; Caryophyllene oxide 0,16%; 1H-3a,
7-Methanoazullene,2,3,4,7,8,8a-hexahydro-3,6,8,8-tetramethyl
0,24%;
Delta-Cadinol 0,48%; Alpha-Cadinol 0,28%; Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic
Acid 0,19%; Benzofuran, 2-methyl-(CAS) 2-Methylbenzofuran 0,43%;
1,4-Butanedione,1,4-diphenyl-(CAS)
0,15%;
3-Cyclohexen-1-ol,
4-methyl-1-(1-methylethyl)-(CAS)
4-Terpineol
0,41%;
dan
3-Cyclohexen-1-metanol, alpha,. Alpha, 4-trimethyl- (CAS) Cyclohexen,
1-methyl-4-(2-propanol-2-yl) 0,81%.
Transsinamaldehid
Cinnamaldehyde Dimethyl Acetal
Etil
Sinamad
Pada praktikum ini bertujuan agar dapat memahami prinsip kerja dan dapat
melakukan isolasi minyak atsiri dengan metode Destilasi Uap-Air dan Destilasi
Air. Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada
perbedaan tingkat volalitas ( kemudahan suatu zat untuk menguap ) pada suhu
dan tekanan tertentu. Dasar utama pemisahan dengan cara destilasi adalah
perbedaan titik didih cairan pada tekanan tertentu. Proses destilasi biasanya
melibatkan suatu penguapan campuran dan diikuti dengan proses pendinginan
dan pengembunan (Geankoplis, 1983).
Bahan yang digunakan yaitu kulit kayu manis. Kulit kayu manis adalah
bagian kulit batang atau ranting tumbuhan Cinnamomum burmanii Ness ex BI.,
suku Lauraceae yang sudah terbebas dari bagian kulit gabus terluar dan
dikeringkan, berupa kulit bergulung yang mengandung minyak atsiri tidak kurang
dari 1,50% v/b dengan kadar sinamaldehid tidak kurang dari 1,03%. (DepKes RI,
2008).
Prinsip kerja destilasi uap-air berdasarkan alat yang digunakan yaitu bahan
baku dimasukkan dalam tanki yang didalamnya terdapat saringan yang
memisahkan antara air dan bahan baku. Api akan menguapkan air, yang mana
panas dari uap air akan memberikan tekanan uap panas kepada bahan baku
sehingga minyak atsiri yang terkandung dalam kayu manis menguap dan akan
dialirkan ke kondensor untuk didinginkan dan dikumpulkan minyaknya di
separator. Sedangkan prinsip kerja destilasi air yaitu bahan baku dimasukan
langsung bersamaan dengan air hingga terendam, dan dipanaskan hingga
mendidih. Sehingga pada metode destilasi air disebut juga sebagai metode
perebusan. Dalam proses perebusan inilah minyak astiri akan menguap bersama
uap air. Lalu uap tersebut akan mengalir ke kondensor untuk didinginkan dan
dikumpulkan minyaknya pada separator. Pada destilasi uap-air dan destilasi air,
uap dan bahan baku berasal dari tangki yang sama, sedangkan pada destilasi uap,
uapnya berasal dari tanki yang berbeda. Pemanasan pada destilasi uap-air dan
destilasi air dilakukan selama kurang lebih 2 jam atau sampai tidak ada lagi
minyak yang menetes.
Setelah proses destilasi selesai, hasil destilat dimasukan ke dalam corong
pisah untuk memisahkan antara minyak dan airnya. Selanjutnya, minyak atsiri
yang telah dipisahakan dengan air diberi natrium sulfat anhidrat secukupnya,
kemudian disaring. Natrium sulfat anhidrat diberikan untuk menyerap atau
mengabsorbsi air yang masih terdapat pada minyak atsiri. Minyak yang diperoleh
dimasukkan ke dalam flakon ditutup dengan aluminium foil serta disimpan
ditempat yang kering dan sejuk. Hal ini untuk mencegah terjadinya oksidasi
minyak atsiri selama penyimpanan berlagsung.
Hasil isolasi minyak atsiri menggunakan Destilasi Uap-Air dan Destilasi Air
mendapatkan minyak atsiri berwarna kuning cerah, jenih, dan berbau khas kayu
manis. Rendemen yang didapatkan dari hasil isolasi minyak atsiri menggunakan
Destilasi Uap-Air pada kelompok 4 yaitu 0,15%. Sedangkan rendemen hasil
isolasi minyak atsiri menggunakan Destilasi Air pada kelompok 1 dan kelompok
3 yaitu 0,3% dan 0,35% dengan rata-rata 0,325%. Dapat disimpulkan bahwa
minyak atsiri yang dihasilkan dari Destilasi Uap-Air lebih kecil dibandingkan
dengan Destilasi Air. Hal ini tidak sesuai dengan teori, karena dalam sistem
penyulingan dengan uap-air proses dekomposisi minyak (hidrolisa ester,
polimerisasi, resinifikasi) lebih kecil dibandingkan penyulingan dengan air.
Penyulingan dengan uap-air pun lebih efisien karena karena api yang dibutuhkan
lebih kecil dan rendemen minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak karena
bahan baku tidak berinteraksi langsung dengan air (Guenther, 1987). Selain itu,
pada destilasi air masih banyak kandungan minyak atsiri yang tertinggal dalam
air, sehingga hasil randemen minyak atsiri yang didapatkan tidak maksimal.
Ketidaksesuaian hasil rendemen disebabkan karena pada saat proses pemisahan
minyak atsiri dengan air banyak yang terbuang.
Indeks bias minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak.
Indeks bias dapat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya, semakin kecil
ukuran bahan dan semakin rendah letak bahan maka akan menghasilkan indeks
bias yang semakin besar (Djajeng dan Ma’mun, 1997). Indeks bias minyak atsiri
pada kulit kayu manis berdasarkan hasil penelitian ± 1,565. Rata-rata indeks bias
yang dihasilkan dari proses destilasi Uap-Air dan destilasi air, yaitu 1,667 dan
1,664. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan proses destilasi tidak mempengaruhi
kemurnian minyak atsiri yang dihasilkan.
Setelah itu dilakukan uji kandungan senyawa dalam minyak atsiri yang
berasal dari kayu manis dengan metode kromatografi yaitu dengan GCMS ( Gas
Chromatography Mass Spectrometry ). Hasil uji menggunakan GCMS diperoleh
senyawa dengan kandungan terbanyak pada Destilasi Uap-Air dan Destilasi Air
yaitu 2-Propenal, 3-phenyl- (CAS) Cinnamaldehyde. Hal ini sesuai dengan teori
karena senyawa terbanyak yang terkandung dalam minyak atsiri kayu manis yaitu
2-Propenal, 3-phenyl- (CAS) Cinnamaldehyde (DepKes RI,2008).
G. KESIMPULAN
1. Rendemen hasil maserasi adalah 6,95%
2. Rendemen hasil infundasi adalah 11,3%
3. Rendemen maserasi fraksi hexan sebesar 55%
4. Rendeman maserasi fraksi etanol sebesar 16%
5. Hasil penyarian menggunakan metode perkolasi menghasilkan ekstrak cabe
jawa dengan rendemen 11,95%
6. Ekstrak cabe jawa berwarna coklat, berbentuk cair, dan berbau khas cabe
jawa
7. Hasil penyarian menggunakan metode sokhletasi menghasilkan ekstrak
kental cabe jawa dengan rendemen 7,62%
8. Berdasarkan hasil densitometri metode terbaik untuk mendapatkan piperin
adalah metode maserasi
9. Piperin paling banyak terkandung pada fraksi hexan karena bersifat nonpolar
10. Ekstrak kering yang didapat memiliki organoleptis berwarna cokelat
keemasan, serbuk agak kasar, bau khas cabe jawa dengan bobot 20,74 gram.
Penambahan laktosa 300% dari bobot ektrak kental. Bobot rendemen yang
didapatkan yaitu 2,74 gram dengan persentase rendemen sebesar 45,13% b/b.
11. Susut pengeringan pertama diperoleh nilai susut pengeringan sebesar 3,56 %
b/b bobot ekstrak, susut pengeringan kedua 0,79%b/b, susut pengeringan
ketiga 0,74%b/b, susut pengeringan keempat -0,58%b/b, dan susut
pengeringan kelima 0,91%b/b. Sehingga dapat dikatakan bahwa bobot
ekstrak belum konstan. Kenaikan bobot yang terjadi dari pengeringan ketiga
menuju pengeringan keempat diduga karena faktor lingkungan yang lembab.
Didapatkan % susut pengeringan total sebesar 5,34% b/b yang menyatakan
bobot ekstrak belum konstan.
12. Isolasi minyak atsiri pada potongan bahan alam 1 cm sebanyak 30,0 gram
menggunakan metode Destilasi Stahl.
13. Volume minyak atsiri yang didapat 0,1 ml menggunakan metode Destilasi
Stahl.
14. Rendemen minyak atsiri yang didapat menggunakan metode Destilasi Stahl.
15. Indeks bias minyak atsiri yang didapat 1,665 menggunakan metode Destilasi
Stahl.
16. Hasil GC-MS menunjukkan bahwa kandungan terbanyak adalah
transsinamaldehid 58,89%, Cinnamaldehyde Dimethyl Acetal 30,27%, Etil
Sinamad 4,90%, dan transsinamaldehid 2,39% menggunakan metode
Destilasi Stahl.
17. Mengandung total 89,14% Cinnamaldehyde menggunakan metode Destilasi
Stahl.
18. 1.Volume minyak atsiri yang dihasilkan pada metode destilasi uap-air yaitu
1,5 ml dengan rendemen sebesar 0,15%. Minyak atsiri yang dihasilkan
berwarna kuning cerah, jernih, bau khas kayu manis dan memiliki indeks
bias sebesar 1,661 yang berarti minyak atsiri memiliki kemurnian yang baik.
19. 2.Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak dari proses destilasi
air dibandingkan destilasi uap-air. Hal ini tidak sesuai teori, karena saat
memisahkan minyak atsiri dengan air banyak yang terbuang.
20. 3.Nilai rata-rata indeks bias minyak atsiri kulit kayu manis dari
masing-masing metode destilasi memiliki nilai yang sama. Perbedaan metode
destilasi dan ukuran bahan baku minyak atsiri tidak mempengaruhi
kemurnian minyak.
21. Uji kandungan senyawa minyak atsiri dengan GCMS pada destilasi uap-air
dan destilasi air dihasilkan senyawa utama yaitu 2-Propenal, 3-phenyl(CAS) Cinnamaldehyde, yang ditunjukkan dengan luas area paling besar
dimiliki oleh senyawa sinamaldehid dibandingkan dengan kandungan
senyawa lainnya. Hal ini sesuai dengan teori.
H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2019,
Piperine
CID=638024,
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Piperine diakses online
pada tanggal 10 November 2019.
Ansel,H.C., 1989. Pngatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta.
Dalimartha, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.Jilid 1. Cetakan II,
Trubus Ariwidiya, Jakarta.
DepKes Ri, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, DepKes
RI, Jakarta.
DepKes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Dep Kes RI, Jakarta.
Djajeng, Sumangat dan Ma’mun, 1997, Pengaruh Ukuran dan Susunan Bahan
Baku serta Lama Penyulingan Terhadap Mutu dan Rendemen Minyak
Kayu Manis Srilangka (Cinnamomum ceylanicum), Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Rempah, Bogor.
Gaedcke, F., Steinhoff, B., Blasius, H, 2003, Herbal Medicinal Products, CRC
Press, New York.
Geankoplis, C. J.1983. Transport Processes and Unit Operations, Ed. 2nd.
Allyn and Bacon, Inc : London.
Guenther, E., 2006, Minyak Atsiri, Jilid 1, penerjemah Ketaren S., Penerbit UI
Press, Jakarta.
Gunawan, D dan Mulyani S., 2004,
Ilmu Obat Alam, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., dan Williamson, E.M, 2004,
Fundamentals of Pharmacognosy and phytotherapy, United Kingdom:
Churchill Livingstone, Halaman 288.
Prana, MS, 2008, The biologi of cabe jawa (Curcuma xanthorrhiza Roxb).
Biopharmaca Research Center Bogor Agricultural University,
Hal.
151-156, Bogor.
Rismunandar dan Farry B. Paimin, 2001, Kayu Manis Budidaya dan
Pengelolahan, Penebar Swadaya, Jakarta.
Raditya, C, dkk. 2008. Destilasi Reaktif Metanol - Asam Asetat – Metil
Asetat – Air. Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol.07 No. 02.
Sutijan, dkk. 2009. Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu
Distilasi pada Isolasi Minyak Cengkeh Menggunakan Super Steam
Distillation. Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol.08 No. 02.
Shamkuwar, B., et al, 2013, Evaluation of Active Constituent of Piper nigrum
in Diarrhoe, Government College of Pharmacy, India.
Sidik, Mulyono MW, Muhtadi A, 1992, Cabe jawa (Curcuma xanthorrhiza
Roxb), Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phytomedica,
Jakarta.
Teyler.V.E et.al.1988.Pharmacognosy Edition 9th.Lea & Febiger.Phiadelphia.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh
Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta.
Wang, R., Wang, R., Yang, B., 2009, Extraction of essential oils from five
cinnamon leaves and identification of their volatile compound
compositions, Innovative Food Science and Emerging Technologies,
10, 289–292.
Zulnely, 2008,
Pengaruh Cara Penyulingan terhadap Sifat Minyak Pohon
Wangi, Jurnal: Penelitian Hasil Hutan Volume 26 No. 1 Maret 2008,
Bogor..
I.
LAMPIRAN
winCATS Planar Chromatography Manager
Analysis Report
SOP document
Validated
Description :
Design
Analysis
D:\TLC SCANNER\My Documents\CAMAG\DATA\A.Pengujian
BF\20190926 TEBA Pi
perin A2 klp 4.cna
Created/used by
Biologi Farmasi UGM
12:56:42 PM
Biologi Farmasi UGM
Current user
Tuesday, November 05, 2019
Stationary phase
Executed by
Biologi Farmasi UGM
Monday, September 23, 2019
1:11:06 PM
13.0 x 10.0 cm
TLC plates silica gel 60 F 254
E. MERCK KGaA
Plate size (X x Y)
Material
Manufacturer
Batch
GLP code
Pre-washing
Modification
No
No
Definitions - Quantification
Executed by
Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:53:22 PM
Calibration parameters
Calibration mode
Statistics mode
Evaluation mode
Multi level
CV
Peak area
Samples
Sample ID: maserasi
Sample ID: perkolasi
Sample ID: soxhletasi
Sample ID: infundasi
Sample ID: f-hexan
Sample ID: f-etanol
Substance name
piperin
Rf
0.50
Window
size
Regression Deviation Purity
3.3 mm
Linear
10.0 %
Manufacturer
Batch
number
Expiry date
Product
number
1.0000
Standards absolute
Standard level1
Substance
piperin
Amount/fraction
1.0000 µg
Substance
piperin
Amount/fraction
2.0000 µg
Substance
piperin
Amount/fraction
4.0000 µg
Substance
piperin
Amount/fraction
6.0000 µg
Standard level2
Standard level3
Standard level4
User : Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM
Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Report ID : 07E30B05030C382A
SN 1410W025, V1.4.3
Page 1 of 9
winCATS Planar Chromatography Manager
Standard level5
Substance
piperin
Amount/fraction
8.0000 µg
Substance
piperin
Amount/fraction
10.0000 µg
Standard level6
Detection - CAMAG TLC Scanner 3
Information
Application position
Solvent front position
10.0 mm
90.0 mm
Instrument
CAMAG TLC Scanner 3 "Scanner3_140718" S/N 140718 (1.14.28)
Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:56:28 PM
12
10.8 mm
10.0 mm
9.4 mm
90.0 mm
4.00 x 0.30 mm, Micro
Light
20 mm/s
100 µm/step
Executed by
Number of tracks
Position of first track X
Distance between tracks
Scan start pos. Y
Scan end pos. Y
Slit dimensions
Optimize optical system
Scanning speed:
Data resolution:
Measurement Table
Wavelength
Lamp
Measurement Type
Measurement Mode
Optical filter
Detector mode
PM high voltage
344
D2 & W
Remission
Absorption
Second order
Automatic
374 V
Integration
Properties
Data filtering
Baseline correction
Peak threshold min. slope
Peak threshold min. height
Peak threshold min. area
Peak threshold max. height
Track start position
Track end position
Display scaling
Savitsky-Golay 7
Lowest Slope
5
10 AU
50
990 AU
10.0 mm
90.0 mm
Automatic
User : Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM
Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Report ID : 07E30B05030C382A
SN 1410W025, V1.4.3
Page 2 of 9
winCATS Planar Chromatography Manager
All tracks at Wavelength
1000
[ AU ]
800
700
600
500
400
300
200
120
100
0
[ mm ]
0.00
80
0.20
60
0.40
40
0.60
20
[ Rf ]
1.00 0
Track 1, ID: maserasi
00
1000
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
4
5
7
1
3
2
00
0
-0.13
0.07
Start
Peak Rf
1
0.00
2
0.06
3
0.15
4
0.23
5
0.32
6
0.50
7
0.81
8
0.94
Start
Height
6.7
0.1
0.4
0.6
588.2
2.8
13.9
14.4
0.28
Max
Rf
0.02
0.10
0.19
0.28
0.34
0.55
0.87
0.95
0.47
Max
Height
147.1
52.0
120.3
762.9
600.7
20.5
286.2
21.2
0.68
Max
%
7.31
2.59
5.98
37.94
29.87
1.02
14.23
1.05
User : Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM
End
Rf
0.03
0.14
0.22
0.32
0.42
0.61
0.93
0.99
0
-0.13
0.88
End
Height
4.3
0.1
0.3
588.0
13.8
2.0
12.7
2.8
Area
1802.0
1756.4
3736.3
41887.9
25934.8
953.7
11018.2
620.1
Area
%
2.05
2.00
4.26
47.76
29.57
1.09
12.56
0.71
Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Report ID : 07E30B05030C382A
0.07
8
6
100
0.28
0.47
0.68
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
SN 1410W025, V1.4.3
Page 3 of 9
winCATS Planar Chromatography Manager
Track 2, ID: perkolasi
00
1000
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
00
100
4
5
7
3
0
-0.13
0.07
Start
Peak Rf
1
0.00
2
0.07
3
0.14
4
0.22
5
0.33
6
0.51
7
0.81
8
0.94
Start
Height
5.3
0.1
8.1
0.4
558.8
6.5
14.2
15.5
0.28
Max
Rf
0.02
0.11
0.18
0.28
0.34
0.54
0.87
0.95
0.47
Max
Height
70.7
62.1
137.3
744.1
565.2
19.7
327.4
19.5
0.68
Max
%
3.63
3.19
7.05
38.24
29.05
1.01
16.82
1.00
End
Rf
0.03
0.14
0.22
0.33
0.42
0.58
0.93
0.99
Area
817.4
1979.0
4400.5
41856.6
21514.4
698.9
13213.0
520.1
Area
%
0.96
2.33
5.18
49.24
25.31
0.82
15.54
0.61
2
6
0
-0.13
0.88
End
Height
3.4
7.4
0.5
558.6
14.1
7.1
13.6
2.0
1
0.07
0.28
0.47
8
0.68
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
Track 3, ID: soxhletasi
00
1000
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
00
100
4
5
0
-0.13
0.07
Start
Peak Rf
1
0.00
2
0.07
3
0.14
4
0.23
5
0.32
6
0.50
7
0.81
8
0.94
Start
Height
5.7
0.8
30.3
1.1
594.2
0.7
9.1
11.2
0.28
Max
Rf
0.02
0.11
0.17
0.28
0.34
0.54
0.87
0.95
0.47
Max
Height
114.8
67.6
127.2
751.1
642.6
19.2
312.0
14.1
0.68
Max
%
5.61
3.30
6.21
36.67
31.37
0.94
15.23
0.69
User : Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM
End
Rf
0.03
0.14
0.21
0.32
0.43
0.57
0.94
0.99
0
-0.13
0.88
End
Height
3.3
29.9
1.1
593.9
10.5
7.1
11.5
1.1
Area
1432.4
2328.5
4582.4
38070.9
28962.2
701.5
12713.0
441.2
Area
%
1.61
2.61
5.14
42.67
32.46
0.79
14.25
0.49
Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Report ID : 07E30B05030C382A
7
3
1
2
6
0.07
0.28
0.47
8
0.68
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
SN 1410W025, V1.4.3
Page 4 of 9
winCATS Planar Chromatography Manager
Track 4, ID: infundasi
00
500
50
450
00
400
50
350
00
300
50
250
00
200
50
150
00
100
50
50
3
5
1
4
2
0
-0.13
0.07
Start
Peak Rf
1
0.01
2
0.14
3
0.24
4
0.83
5
0.89
Start
Height
32.1
6.7
0.4
4.1
35.3
0.28
Max
Rf
0.02
0.16
0.33
0.87
0.90
0.47
Max
Height
139.4
22.1
310.3
46.0
178.7
0.68
Max
%
20.01
3.17
44.56
6.60
25.66
End
Rf
0.04
0.20
0.40
0.89
0.93
0
-0.13
0.88
End
Height
0.0
2.8
4.7
34.8
7.3
Area
1242.0
754.9
21653.7
1224.7
2438.2
Area
%
4.55
2.76
79.28
4.48
8.93
0.07
0.28
0.47
0.68
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
Track 5, ID: f-hexan
00
1000
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
00
100
5
6
9
0
-0.13
0.07
Start
Peak Rf
1
0.00
2
0.06
3
0.13
4
0.16
5
0.22
6
0.32
7
0.50
8
0.56
9
0.81
10
0.94
Start
Height
0.6
0.0
26.5
43.4
0.2
615.6
3.5
17.2
26.1
16.5
0.28
Max
Rf
0.02
0.11
0.15
0.17
0.28
0.34
0.54
0.57
0.87
0.96
0.47
Max
Height
24.8
33.9
50.9
46.7
784.8
661.1
18.6
19.0
540.9
29.1
0.68
Max
%
1.12
1.53
2.30
2.11
35.51
29.92
0.84
0.86
24.48
1.32
User : Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM
End
Rf
0.04
0.12
0.16
0.20
0.32
0.43
0.56
0.59
0.94
0.99
0
-0.13
0.88
End
Height
0.2
26.2
43.7
2.8
615.3
9.0
16.7
8.2
15.9
0.1
Area
252.7
1074.4
1026.9
956.4
43579.0
29304.5
630.7
457.0
26493.3
670.9
Area
%
0.24
1.03
0.98
0.92
41.72
28.06
0.60
0.44
25.37
0.64
Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Report ID : 07E30B05030C382A
2
1
0.07
34
10
7 8
0.28
0.47
0.68
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
SN 1410W025, V1.4.3
Page 5 of 9
winCATS Planar Chromatography Manager
Track 6, ID: f-etanol
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
5
1
4
3
100
00
0
-0.13
0.07
Start
Peak Rf
1
0.00
2
0.03
3
0.07
4
0.13
5
0.23
6
0.50
Start
Height
11.3
9.4
4.4
30.9
2.3
0.6
0.28
Max
Rf
0.01
0.04
0.11
0.16
0.28
0.53
0.47
Max
Height
131.0
14.0
58.0
123.9
651.8
12.7
0.68
Max
%
13.21
1.42
5.85
12.50
65.74
1.28
End
Rf
0.02
0.05
0.13
0.22
0.41
0.56
0
-0.13
0.88
End
Height
3.8
0.6
30.7
0.5
13.9
2.1
Area
1574.4
170.5
1785.0
4151.3
48646.3
398.6
Area
%
2.78
0.30
3.15
7.32
85.76
0.70
2
0.07
6
0.28
0.47
0.68
0.88
0.47
0.68
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
Track 7, ID: Standard1
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
00
100
2
0
-0.13
0.07
Start
Peak Rf
1
0.22
2
0.30
Start
Height
4.1
462.8
0.28
Max
Rf
0.27
0.34
0.47
Max
Height
579.0
664.8
0.68
Max
%
46.55
53.45
End
Rf
0.30
0.40
0
-0.13
0.88
End
Height
462.0
1.0
Area
21417.1
31421.6
Area
%
40.53
59.47
1
0.07
0.28
Assigned substance
unknown *
unknown *
Track 8, ID: Standard2
00
1000
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
00
100
0
-0.13
0.07
0.28
0.47
User : Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM
0.68
0.88
0
-0.13
Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Report ID : 07E30B05030C382A
3
2
4
1
0.07
0.28
0.47
0.68
0.88
SN 1410W025, V1.4.3
Page 6 of 9
winCATS Planar Chromatography Manager
Peak
1
2
3
4
Start
Rf
0.04
0.22
0.30
0.82
Start
Height
0.0
5.6
597.8
12.9
Max
Rf
0.04
0.27
0.34
0.82
Max
Height
11.8
723.6
768.6
14.0
Max
%
0.78
47.67
50.63
0.92
End
Rf
0.05
0.30
0.40
0.85
End
Height
4.4
597.6
1.7
2.6
Area
68.3
31343.1
40980.0
227.2
Area
%
0.09
43.16
56.43
0.31
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
Track 9, ID: Standard3
00
1000
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
00
100
0
-0.13
0.07
Start
Peak Rf
1
0.01
2
0.06
3
0.21
4
0.30
5
0.79
6
0.95
Start
Height
0.3
7.0
8.3
685.5
7.7
3.6
0.28
Max
Rf
0.02
0.08
0.27
0.34
0.82
0.98
0.47
Max
Height
24.1
10.4
791.9
815.2
15.9
13.5
0.68
Max
%
1.44
0.62
47.39
48.79
0.95
0.81
End
Rf
0.03
0.09
0.30
0.40
0.86
1.00
1
0
-0.13
0.88
End
Height
0.3
2.0
684.2
6.6
0.2
1.8
3
Area
183.7
216.2
40875.2
48037.4
562.5
276.7
Area
%
0.20
0.24
45.34
53.29
0.62
0.31
4
5
2
0.07
0.28
0.47
0.68
6
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
Track 10, ID: Standard4
00
1000
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
00
100
0
-0.13
Peak
1
2
3
4
5
6
7
0.07
Start
Rf
0.01
0.06
0.19
0.30
0.43
0.81
0.95
Start
Height
0.7
2.5
3.7
642.3
0.3
11.0
5.9
0.28
Max
Rf
0.02
0.07
0.27
0.34
0.46
0.82
0.98
0.47
Max
Height
28.6
14.9
766.3
784.1
13.3
16.8
17.0
0.68
Max
%
1.74
0.91
46.70
47.78
0.81
1.02
1.04
User : Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM
End
Rf
0.03
0.10
0.30
0.41
0.47
0.85
1.00
0
-0.13
0.88
End
Height
0.5
0.7
640.9
0.8
10.9
11.3
0.5
Area
235.6
210.9
41549.2
47039.5
294.0
468.2
366.0
Area
%
0.26
0.23
46.08
52.17
0.33
0.52
0.41
Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Report ID : 07E30B05030C382A
3
1
4
2
0.07
0.28
0.47
7
6
5
0.68
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
SN 1410W025, V1.4.3
Page 7 of 9
winCATS Planar Chromatography Manager
Track 11, ID: Standard5
00
1000
00
900
00
800
00
700
00
600
00
500
00
400
00
300
00
200
00
100
5
4
1
0
-0.13
0.07
Start
Peak Rf
1
0.01
2
0.06
3
0.11
4
0.20
5
0.31
6
0.81
7
0.95
Start
Height
1.4
4.2
0.4
1.1
533.1
8.7
6.2
0.28
Max
Rf
0.02
0.08
0.12
0.27
0.35
0.84
0.98
0.47
Max
Height
41.0
12.5
11.5
669.9
760.3
16.2
20.5
0.68
Max
%
2.68
0.82
0.75
43.73
49.63
1.06
1.34
End
Rf
0.03
0.10
0.14
0.30
0.42
0.87
1.00
0
-0.13
0.88
End
Height
0.1
0.4
3.4
532.8
2.9
3.0
0.3
Area
285.8
201.0
144.5
35449.1
47809.3
520.3
401.2
Area
%
0.34
0.24
0.17
41.80
56.37
0.61
0.47
6
2 3
0.07
0.28
0.47
0.68
7
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
Track 12, ID: Standard6
00
300
50
250
00
200
50
150
00
100
3
2
1
50
0
-0.13
50
0.07
Start
Peak Rf
1
0.01
2
0.24
3
0.33
4
0.83
Start
Height
0.1
4.3
40.2
15.7
0.28
Max
Rf
0.03
0.29
0.38
0.85
0.47
Max
Height
45.1
56.8
118.1
21.4
0.68
Max
%
18.67
23.54
48.92
8.87
End
Rf
0.04
0.32
0.44
0.89
0
-0.13
0.88
End
Height
2.8
39.3
0.0
5.4
Area
479.2
2479.1
5435.3
660.4
Area
%
5.29
27.38
60.03
7.29
4
0.07
0.28
0.47
0.68
0.88
Assigned substance
unknown *
unknown *
unknown *
unknown *
Evaluation results
User : Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM
Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Report ID : 07E30B05030C382A
SN 1410W025, V1.4.3
Page 8 of 9
winCATS Planar Chromatography Manager
Evaluation Sequence
Track
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Track type
Sample
Sample
Sample
Sample
Sample
Sample
Standard1
Standard2
Standard3
Standard4
Standard5
Standard6
Vial
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sample ID
maserasi
perkolasi
soxhletasi
infundasi
f-hexan
f-etanol
Table of substances
Substance
piperin
Position Tracks
1
MD mm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
50.0
Results per track
winCATS summary report
Calibration results per Analysis
No results can be calculated due to the following error(s):
No substances assigned
User : Biologi Farmasi UGM
Tuesday, November 05, 2019 12:57:00 PM
Approved :. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Report ID : 07E30B05030C382A
SN 1410W025, V1.4.3
Page 9 of 9
Download