1. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Pra Sejarah Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam pertengahan jaman tersier kira-kira 60 juta tahun yang silam. Baru pada jaman quarter yang dimulai sekitar 600.000 tahun yang silam Indonesia didiami oleh manusia, dan berdasarkan hasil penemuan fosil Meganthropus Paleo Javanicus, Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis, serta Homo Mojokertensis. Berdasarkan artefak yang ditinggalkan, mereka mengalami hidup tiga jaman yaitu : 1. Paleolitikum 2. Mesolitikum 3. Neolithicum Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masaPra Sejarah hakekatnya adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri, yaitu : 1. Nilai Religi Adanya kerangka mayat pada Paleolitikum menggambarkan adanya penguburan, terutama Wajakensis dan mungkin Pithecanthropus Erectus, serta dalam menghadapi tantangan alam tenaga gaib sangat tampak. Selain itu ditemukan alat-alat baik dari batu maupun perunggu yang digunakan untuk aktifitas religi seprti upacara mendatangkan hujan, dll. Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan penempatan menhir di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat roh leluhur, tempat yang penuh keajaiban dan slelebagai batas antara dunia manusia dan roh leluhur. Jelas bahwa masa Pra Sejarah sudah mengenal nilai-nilai kehidupan religi dalam makna animism dan dinamisme sebagai wujud dari religious behavior. 2. Nilai Peri Kemanusiaan Nilai ini tampak dalam perilaku kehidupan saaat itu misalnya penghargaan terhadap hakekat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap manusia meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat baik terhadap sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan wujud kesadaran akan nilai kemanusiaan. Mereka tidak hidup terbatasdi wilayahnya, sudah mengenal sistem barter antara kelompok pedalaman dengan pantai dan persebaran kapak. Selain itu mereka juga menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain. 3. Nilai Kesatuan Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia, sehingga muncul kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan. Hal ini sesuai dengan teori perbandingan bahasa menurut H.Kern dan benda- benda kebudayaan Pra Sejarah Von Heine Gildern. Kecakapan berlayar karena menguasai pengetahuan tentang laut, musim, perahu, dan astronomi, menyebabkan adanya kesamaan karakteristik kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu tidak mengherankan jika lautan juga merupakan tempat tinggal selain daratan. Itulah sebabnya mereka menyebut negerinya dengan istilah Tanah Air. 4. Nilai Musyawarah Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah memiliki aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan tumbuh kembangnya adat sosial. Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah berdasarkan Primus Inter Pares (yang pertama diantara yang sama). 5. Nilai Keadilan Sosial Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti masyarakat pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering menuju ke pola hidup foodproducing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu upaya kearah perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada. 2. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Sebelum Kemerdekaan Masa Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra (Melayu Kuno & menggunakan huruf Palawa) di kenal dengan kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Sunda (686 M), Selat Malaka (775M). Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana Pemerintah melalui pegawai Raja membentuk suatu badan untuk mengumpulkan hasil kerajinan rakyat supaya rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya. Selain itu juga sudah ada badan yang yang bertugas mengurus pajak, harta benda kerajaan, kerohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan, gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan Pada zaman Kerajaan Sriwijaya telah didirikan Universitas Agama Budha yang sudah dikenal di Asia, Pelajar dari Universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu yang mengajar disini dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin dalam Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan "Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika" (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur). Pada Hakekatnya Nilai-nilai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-nilai pancasila, yaitu sebagai berikut: a. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya agama Budha dan Hindu yang hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha. b. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India meunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif c. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara. d. Nilai sila keempat Kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang luas, meliputi Siam dan Semenanjung Melayu (INA sekarang) e. Nilai Sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur. Masa Kerajaan Majapahit Sebelum kerajaan majapahit berdiri telah berdiri kerajaan di jawa Tengah dan Jawa Timut secara silih berganti yaitu kerajaan Kalingga (abad ke-VII), Sanjaya (abad ke-VIII), sebagai refleksi puncak budaya kerajaan tersebut dibangunnya Candi Borobudur (candi agama Budha pada abad ke-IX) dan Candi Brambanan (candi agama Hindu pada abad ke-X) Agama yang dilaksanakan pada zaman Majapahit ini adalah Agama Hindu dan Budha yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada masa ini mulai dikenal beberapa isitilah dan Nilainilai pancasila pada Kerajaan Majapahit, antara lain: 1) Sila 1, terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai. Istilah Pancasila terdapat dalam buku 'Negrakertagama karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi "Bhineha Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrud\ artinya walaupun berbedabeda namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan yang berbeda. 2) Nilai sila 2, terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan kamboja. Disamping itu juga mengadakan persahabatan dengan Negara-negara tetangga. 3) Nilai sila 3, terwujud dengan keutuhan kerajaan , khususnya Sumpah Palapa, yang di ucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri tahun 1331 yang berbunyi: "Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa, jika selurnh nusantara tertakluk di bawah kekuasaan Negara, jika gurun, Seram, Tanjung, Ham, pahang, Dempo, Bali Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan" 4) Nilai sila 4, Terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut prasasti Kerajaan Brumbang (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan , seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang berarti memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat bennusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama. 5) Nllai Sila 5 dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Zaman Penjajahan Zaman penjajahan dimulai bangsa Eropa yang membutuhkan rempah-rempah itu mulai memasuki Indonesia, yaitu Portugis, spanyol, Inggris dan belanda. Masuknya bangsa Eropa seiring dengan keruntuhan Kerajaan Majapahit sebagai akibat dari perselisihan dan perang soudara, yang berarti nilai-nilai nasionalisme sudah di tinggalkan. Pada zaman ini tidak ada rasa persatuan dan kesatuan sehingga perjuangan melawan penjajah secara fisik dilakukan secara sendiri-sendiri disetiap daerah. Rakyat mudah diadu domba sehingga mudah dipecah belah, hal ini juga yang menimbulkan rakyat Indonesia semakin miskin dan bodoh akibat penjajahan tersebut Oleh karena itu untuk semboyan yang berbunyi "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh" merupakan semangat agar rakyat Indonesia bisa menciptakan persatuan dan kesatuan karena tanpa persatuan kita tidak akan bisa mengusir penjajah. Kebangkitan Nasional Pada abad ke-XX Indonesia mengubah cara-caranya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Kegagalan perlawanan secara fisik yang tidak adanya koordinasi pada masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia abad ke-XX untuk mengubah bentuk perlawanan yang lain dengan cara membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara. Usaha-usaha yang dilakukan dengan cara mendirikan berbagai organisasi politik disamping organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Dimulai dengan didirikannya suatu organisasi yang bernama Budi Utomo (20 Mei 1908) dengan tokoh yang terkenal adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini merupakan organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Kemudian barulah bermunculan organisasi pergerakan lain yaitu Serikat Dagang Islam (1909) yang kemudia berubah menjadi pergerakan politik dengan nama Serikat Islam (1911) di bawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto. Pada masa ini juga adanya Perjuangan PNI (1927) yang menitikberatkan pada kesatuan nasional yang dipelopori oleh Soekarno dan Kawan-kawan. Pancasila merupakan dasar resmi negara kebangsaan Indonesia sejak 18 Agustus 1945. Hal ini terjadi karena pada waktu itulah Pancasila disahkan oleh PPKI, lembaga atau badan konstituante yang memiliki kewenangan dalam merumuskan dan mengesahkan dasar negara Indonesia merdeka.