PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) PERSATUAN AHLI BEDAH UMUM INDONESIA PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA Penyusun: Bidang Ilmiah PP PABI DR. Dr. Sahudi,SpB(K)KL, FINACS DR. Dr. I Wayan Sudarsa, SpB(K)Onk, FINACS PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~1~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ ala atas limpahan berkat dan karuniaNya sehingga rekomendasi kesiapsiagaan untuk Dokter Spesialis Bedah Umum dalam menghadapi COVID-19 ini berhasil diselesaikan. Rekomendasi ini sangat penting dibuat pada saat kasus COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemik dunia oleh WHO. Rekomendasi dibuat dengan tujuan meminimalisir terjangkitnya teman sejawat Dokter Spesialis Bedah Umum serta kesiapannya dalam menghadapi COVID-19. Kami harapkan teman sejawat Dokter Spesialis Bedah Umum dapat meningkatkan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan tetap menjaga kesehatan dan keamanan diri sendiri. Rekomendasi ini meliputi bagaimana seorang Dokter Spesialis Bedah Umum melakukan pemeriksaan sehari-hari di poliklinik, pemeriksaan pasien Bedah Umum di ruang rawat inap, pelaksanaan tindakan operasi emergensi, protokol Dokter Spesialis Bedah Umum. bila mendapatkan kecurigaan COVID-19, dan protokol pengambilan swab nasofaring dan orofaring pada pasien dengan kecurigaan COVID-19. Rekomendasi ini merupakan pedoman internal yang dapat berubah sewaktu-waktu karena perkembangan dan bukti-bukti keilmuan yang terus bertambah mengenai COVID-19 yang ditujukan khusus untuk anggota PABI. Sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan dalam upaya menghadapi hal tersebut. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam rekomendasi ini sehingga saran dan masukkan dari seluruh anggota PABI kami harapkan untuk menyempurnakannya. Semoga dengan diterbitkannya rekomendasi ini dapat bermanfaat bagi seluruh Dokter Spesialis Bedah Umum di seluruh tingkat pelayanan. Jakarta, 16 April 2020 Ketua Umum PP-PABI Dr. Djoni Darmadjaja, SpB, MARS, FINACS PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~1~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) BAB I PENDAHULUAN Coronavirus Disease-19 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) Virus ini termasuk famili coronaviridae dengan struktur mencakup materi genetik, mantel pelindung (capsid) yang terbuat dari protein, dan mantel tambahan yang mengelilingi capsid yang disebut envelope yang tersusun dari lemak. Struktur virus SARS-CoV-2 mirip virus lain dalam hal tidak punya mesin replikasi, sehingga untuk memperbanyak dirinya harus menempel dan menembus sel inang, untuk selanjutnya memanfaatkan mesin sel inang untuk mereplikasi materi genetiknya sendiri. Konteks ini yang kemudian dipahami sebagai kaskade virus SARS-CoV-2 dalam menginfeksi struktur sel manusia, dimulai dari lengkapnya mutasi evolusi yang memungkinkan virus mampu menempel ke reseptor tertentu pada sel manusia sebagai inangnya.1-3 Di Dunia, kasus pertama Covid-19 terjadi pada Desember 2019 di Wuhan, provinsi Hubei, China. Pada tanggal 12 Maret 2020 WHO telah mengumumkan bahwa COVID-19 sebagai kasus pandemik, dan sampai tanggal 13 April 2020, penyakit ini telah tersebar ke lebih dari 200 negara/wilayah/daerah dengan total jumlah kasus 1.922.195 dan total kematian 119.560 (Case Fatality Rate–CFR 6,22 %). Di Indonesia, kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan tanggal 2 Maret 2020 dengan jumlah dua kasus yang kemudian terus berkembang hingga data 13 April 2020 menunjukkan kasus terkonfirmasi berjumlah 4.557 dengan total kasus kematian 399 (CFR 8.7%). Dan Indonesia sendiri telah menetapkan penyakit COVID-19 sebagai Bencana Nasional sejak 14 maret 2020.3 Fakta diatas cukup untuk menggambarkan tingkat keparahan dan kompleksitas wabah. Prediksi awal penyebaran virus COVID-19 adalah dari hewan ke manusia, tetapi saat ini diyakini terjadi penyebaran partikel virus dari orang ke orang, terutama melalui percikan atau tetesan [droplet] penderita yang batuk atau bersin pada jarak 1-2 meter. Sangat mungkin juga seseorang tertular virus COVID-19 setelah menyentuh permukaan suatu objek yang terkontaminasi partikel virus.1-3 PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~2~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Saat seseorang terinfeksi virus COVID-19 terdapat beberapa kemungkinan yang bisa terjadi, mulai dari tidak bergejala (situasi ini cukup riskan mengingat tanpa disadari seseorang dapat menjadi sumber penularan bagi orang di dekatnya), atau muncul gejala mirip flu seperti pilek, batuk, dan demam, atau beberapa hari kemudian gejala memberat yang ditandai dengan sesak napas akibat infeksi pada paru (pneumonia). Biasanya, seseorang dianggap paling menular saat mereka paling bergejala (paling sakit), namun telah ada laporan penyebaran virus COVID-19 dari pasien yang terinfeksi tanpa gejala. Pasien dengan penyakit COVID-19 dengan atau tanpa gejala, bisa jadi datang ke tempat pelayanan Ahli Bedah, baik di IGD dalam kasus gawat darurat, poliklinik rawat jalan, ruang perawatan, atau di Kamar Operasi. Banyak prosedur pemeriksaan untuk diagnostik, maupun tindakan yang dilakukan seorang Ahli Bedah, yang bersifat kontak langsung atau berhubungan dengan jarak dekat dengan pasien. Hal ini menyebabkan seorang Dokter Spesialis Bedah menjadi tenaga medis yang mempunyai risiko tinggi tertular COVID-19. Mengingat sampai saat ini pengobatan untuk COVID-19 belum ditemukan, maka langkah pencegahan menjadi sangat penting, baik untuk tujuan agar tidak tertular ataupun mencegah transmisi virus lebih lanjut dari satu orang ke orang lain. Mengingat semua hal diatas, maka dirasa sangat perlu untuk membuat Panduan Pelayanan untuk para Ahli Bedah dalam menghadapi Pandemi Covid-19. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~3~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) BAB II DEFINISI OPERASIONAL 2.1 Orang Tanpa Gejala (OTG) 5 a. Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang positif COVID-19. b. Orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan kasus positif COVID-19. Bila Ditemukan Positif COVID-19 Orang Tanpa Gejala (OTG) Isolasi Mandiri dan Physical Distancing Rapid Test PCR 2x dalam 2 hari Berturut-Turut Isolasi Mandiri dan Physical Distancing Rapid Test Antibodi ke 2 (hr ke 10) Rapid Test Antibodi ke I Bila Ditemukan Negative COVID-19 Bila Ditemukan Positif COVID-19 Rapid Test PCR 2 Kali dalam 2 hari Berturut-Turut Gambar 2.1 Alur Tata Kelola Kasus OTG Dikutip dari : GTTP 5 2.2 Orang Dalam Pemantauan (ODP) 5 a. Orang yang mengalami demam (≥38°C) atau riwayat demam; atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorok/batuk DAN pada 14 hari terakhir PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~4~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal. b. Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorok/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel COVID-19. Gambar 2.2 Alur Tata Kelola Kasus ODP Dikutip dari: GTTP 5 2.3 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 5 a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38°C) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorok/pilek/pneumonia ringan hingga berat DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal; b. Orang dengan demam (≥38°C) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel COVID-19; c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~5~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Lakukan Rapid Test PCR selama 2 hari berturutturut PDP (Pasien Dalam Pengawasan) Gejala Berat Pasien diisolasi di RS Rujukan Gejala Sedang Pasien diisolasi di RS Darurat Gejala Ringan Lakukan isolasi mandiri dan physical distancing Hasil Test Positif (+) Rapid Test Antibodi Hasil Test Negatif (-) Lakukan isolasi mandiri dan physical distancing Lakukan Rapid Test Antibodi pada hari ke-10 Hasil Test Positif (+) Gambar 2.3 Alur Tata Kelola Kasus PDP Dikutip dari: GTPP5 PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~6~ Lakukan Rapid Test PCR selama 2 hari berturut-turut PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Tabel 2.1 Penjelasan Gejala Infeksi COVID-19 Dikutip dari: GTPP5 Dapat dipertimbangkan gejala anosmia/hiposmia pada penderita COVID-19.6 Gambar 6.1. Tata Kelola Karantina berdasarkan Klasifikasi PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~7~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Tabel 2.2 Negara yang Melaporkan Transmisi Lokal (per 24 Maret 2020) Dikutip dari: WHO7 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Negara China Italia Amerika Spanyol Jerman Iran Perancis Korea Switzerland Inggris Belanda Austria Belgia Norwegia Swedia Australia Portugis Denmark Kanada Malaysia Turki Czechia Jepang Israel Irlandia Luxemburg Pakistan Thailand Conveyance Poland Chile Finlandia Brazil Indonesia Iceland Saudi Arabia Ecuador Greence Qatar Singapura Rusia India Romania Slovenia Filipina Bahrain Egypt Estonia Peru Afrika Jumlah 81.416 59.138 31.573 28.572 24.774 23.049 15.821 8.961 6.971 5.687 4.204 3.631 3.401 2.132 1.906 1.709 1.600 1.395 1.384 1.306 1.236 1.165 1.089 1.071 906 798 784 721 712 634 632 626 621 579 568 562 532 495 494 455 438 434 433 414 396 329 327 326 318 274 No 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 Negara Libanon Irak Meksiko Panama Kroasia Argentina Serbia Algeria UAE Kolombia Armenia Kuwait Slovakia Bulgaria Hungaria San Marino Lithuania Latvia Uruguay Morocco Vietnam Costa Rica Foroe Islands North Maced Andorra Jordan New Zealand Cyprus Srilangka Moldova Malta Albania Tunisia Brunei Kamboja Belarus Burkina faso Dominican R Venezuela Senegal Oman Azerbaijan Reunion Kazakhstan Palestina Guadeloupe Georgia Ukraine Liechtenstein Uzbekistan Jumlah 267 266 251 245 235 225 219 210 198 196 190 189 185 185 167 151 143 139 135 134 118 117 115 114 113 112 102 95 94 94 90 89 89 88 86 76 75 72 70 67 66 65 64 60 59 56 54 47 46 45 PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~8~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Tabel 2.2 Lanjutan. Negara yang Melaporkan Transmisi Lokal (per 24 Maret 2020) Dikutip dari: WHO7 No Negara 101 Bosnia 102 Martinique 103 Cameroon 104 Trinidad 105 Afganistan 106 Republic Con 107 Bangladesh 108 Guam 109 Honduras 110 Cote d'lvoire 111 Ghana 112 Bolivia 113 Puerto Rico 114 Monaco 115 Nigeria 116 Paraguay 117 Montenegro 118 Jamaica 119 French Guian 120 Guatemala 121 French Polyn 122 Rwanda 123 Guernsey 124 Cuba 125 Togo 126 Jersey 127 Gibraltar 128 Kenya 129 Kyrgystan 130 Mayotte 131 Maldives 132 Madagascar 133 Mauritius 134 Tanzania 135 Ethiopia 136 Mongolia 137 Aruba 138 Seychelles 139 New Caledon 140 Equatorial G 141 Virgin 142 Gabon 143 Barbados 144 Guyana 145 Saint Martin 146 Bahamas 147 Sentral Afrik 148 Congo 149 Eswatini 150 Cayman Islan Jumlah 44 37 40 50 40 30 27 27 26 25 24 24 23 23 22 22 21 19 18 18 18 17 17 16 16 15 15 15 14 14 13 13 12 12 11 10 8 7 7 6 6 6 5 5 5 4 4 4 4 3 No 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 Negara Curacao Saint Barthelemy Cabo Verde Liberia Namibia Fiji Zambia Djibouti Greenland Bhutan Sudan Bermuda Haiti Saint Lucia Suriname Angola Benin Guinea Mauitania Niger Isle of Man Nicaragua Zimbabwe Gambia Papua New Guinea Holly See Nepal Timor Leste Antigua El Salvador Montserrat Saint Vincent Sint Marrten Chad Somalia Syrian Arab Rep Grenada Eritrea Mozambique Uganda Jumlah 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~9~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Tabel 2.3 Provinsi di Indonesia yang Melaporkan Transmisi Lokal Dikutip dari: Kemenkes8 Klaster DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Timur Jawa Tengah Yogyakarta Sulawesi Selatan Kalimantan Timur Bali Sumatera Utara Kepulauan Riau Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Papua Kalimantan Barat NTB Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Riau Jambi Maluku Sumatera Selatan Lampung Maluku Utara Jumlah (orang) 463 73 67 51 38 17 13 11 9 7 5 3 3 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 Ket.: Data diambil per 25 Maret 2020; Data dapat berubah sewaktu-waktu 2.4 Konfirmasi 5 Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif melalui pemeriksaan PCR. 2.5 Komorbiditas 5 Penyakit penyerta (komorbid) yang menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya (misalnya, penyakit diabetes, hipertensi, keganasan). PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 10 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) 2.6 Probabel9 Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi inkonklusif (tidak dapat disimpulkan). 2.7 Kontak Erat9 Seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan, probabel, atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Kontak erat dikategorikan menjadi 2, yaitu: a. Kontak erat risiko rendah Bila kontak dengan kasus pasien dalam pengawasan. b. Kontak erat risiko tinggi Bila kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel. 2.8 Yang dilakukan pada saat isolasi diri adalah : 1. Tinggal di rumah, dan jangan pergi atau bekerja, serta ke ruang publik. 2. Gunakan kamar terpisah di rumah dari anggota keluarga lainnya. Jaga jarak setidaknya 1 meter dari anggota keluarga lain 3. Gunakan selalu masker selama masa isolasi diri. 4. Lakukan pengukuran suhu harian dan observasi gejala klinis seperti batuk atau kesulitan bernapas. 5. Hindari pemakaian bersama peralatan makan (piring, sendok, garpu, gelas), dan perlengkapan mandi (handuk, sikat gigi, gayung), serta linen/seprai. 6. Terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mengonsumsi makanan bergizi, melakukan kebersihan tangan rutin, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta keringkan, lakukan etika batuk/bersin. 7. Berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi. 8. Jaga kebersihan rumah dengan cairan disinfektan. 9. Hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika sakit memburuk (seperti sesak napas) untuk dirawat lebih lanjut. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 11 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Tabel 2.4 Klasifikasi Kasus COVID-19 untuk Petugas Medis Dikutip dari: GTPP5 PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 12 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) BAB III ALAT PERLINDUNGAN DIRI Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Apabila digunakan dengan benar, APD bertindak sebagai penghalang antara bahan infeksius (misalnya virus dan bakteri) dan kulit, mulut, hidung, atau mata (selaput lendir) tenaga kesehatan dan pasien. Penghalang memiliki potensi untuk memblokir penularan kontaminan dari darah, cairan tubuh, atau sekresi pernapasan. Selain itu praktik pengendalian infeksi lainnya seperti mencuci tangan, menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol, dan menutupi hidung dan mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, dapat meminimalkan penyebaran infeksi dari satu orang ke orang lain. Penggunaan APD yang efektif mencakup pemindahan dan atau pembuangan APD yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah terpaparnya pemakai dan orang lain terhadap bahan infeksius. Pada pemilihan APD yang tepat, perlu mengidentifikasi potensial paparan penularan yang ditimbulkan serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang akan digunakan di tempat kerja dimana potensial bahaya tersebut mengancam pada petugas kesehatan di Rumah Sakit, dan semua APD yang digunakan harus mengikuti standar konsensus yang berlaku. 3.1 TOPI BEDAH Gambar 3.1 Topi Bedah PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 13 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) 3.2 PELINDUNG WAJAH Tabel 3.1 Jenis dan Kegunaan Pelindung Wajah Dikutip dari: Merced11 Jenis Pelindung Wajah Safety Glasses/spectacles googles Deskripsi Melindungi mata, rongga mata dan area wajah yang mengelilingi mata dari bahaya seperti benda-benda dan atau partikel yang berterbangan Bahan kimia kering * berbahaya dan sejumlah kecil bahan kimia cair berbahaya Indikasi Full face shield Full face shield respirator Full face shield ini • Face shield ini memberikan memberikan perlindungan dari perlindungan yang lebih baik daripada aerosol maupun cairan tubuh full face maupun short face shield dan dan biasanya di gunakan memberikan perlindungan pada mata. sebagai alternatif kacamata • Dalam kondisi panas karena mem- berikan menyebabkan beberapa perlindungan pada area wajah kesulitan. Ketidaknyamanan yang lebih luas pengunaan face shield ini dikaitkan dengan peningkatan suhu wajah. Pengunaan alat respiratoir sangat di butuhkan (misal,N95) saat menggunakan full face shield ini. Digunakan saat membutuhkan perlindungan dari percikan- percikan darah, sekret yang biasa digunakan di laboratorium PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 14 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) 3.3 MASKER Tabel 3.2 Jenis dan Kegunaan Masker Dikutip dari: 3M12 N95 Respirator 3M Model Surgical N95 Respirator Surgical N95 Respirator 8210 3M Model 1860 3M Model 1870+ 120 mm Hg 160 mm Hg Surgical Mask Designed to help protect the wearer from exposure to airborne particles (e.g. Dust, mist, fumes, fibers, and bioaerosols, such viruses and bacteria) Designed to fit tightly to the face and create a seal between the user’s face and the respirator Meets NIOSH 42 CFR 84 N95 requirements for a minimum 95% filtration efficiency against solid and liquid aerosols that do not contain oil Cleared for sale by the U.S. FDA as a surgical mask Fluid Resistant - Meets ASTM Test Method F1862 “Resistance of Medical Face Masks to Penetration by Synthetic Blood” which determines the mask’s resistance to synthetic blood directed at it under varying high pressures. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 15 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) 3.4 GAUN Tabel 3.3 Jenis dan Kegunaan Gaun Dikutip dari: Medpurest13 Gaun yang dapat digunakan kembali (Kain) Gaun non bedah Gaun bedah disposable Gaun isolasi disposable Gaun proteksi disposable Hazmat juga dikenal sebagai pakaian Gaun bedah memainkan peran dekontaminasi, pelindung yang Gaun non-bedah perlindungan dua arah selama operasi. digunakan oleh tenaga pelindung pribadi adalah perangkat Pertama, gaun bedah membentuk yang terdiri dari medis untuk Gaun steril yang peralatan pelindung Kelas I (dikecualikan penghalang antara pasien dan staf pakaian sel tidak menghindari paparan digunakan untuk sekali pakai yang dari tinjauan pasar medis untuk mengurangi kemungkinan darah, cairan tubuh, tembus pandang menutupi pakaian awal) untuk personil medis terpapar darah pasien dan bahan infeksi lain, dikenakan oleh staf klinis yang dikenakan kerja bersih (baju ketika terpapar dengan melindungi pemakai atau cairan tubuh lainnya selama atau untuk melindungi pasien penyakit menular sebag dan celana) saat dari transfer terhadap bahan prosedur bedah. Kedua, gaun bedah melakukan kegiatan mikroorganisme dan dapat menghalangi kolonisasi / adhesi pasien dari infeksi. Kelas A. Pakaian berbahaya. Pakaian Gaun itu merupakan PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 16 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) medis atau bedah aseptik cairan tubuh dalam situasi isolasi pasien risiko rendah atau minimal1 Gaun non-bedah tidak Mencegah dikenakan selama penetrasi cairan prosedur bedah, prosedur invasif, atau ketika ada risiko kontaminasi sedang hingga tinggi. kulit atau pakaian staf medis. Berbagai isolasi dua arah yang bakteri di permukaan ditransmisikan mencegah kedua personel medis dari ke pasien bedah, secara efektif infeksi atau menghindari infeksi silang bakteri seperti Staphylococcus aureus (MRSA) kontaminasi dan mencegah pasien dari yang resistan terhadap multi-obat infeksi. 1 methicillin dan enterococci yang resisten terhadap vankomisin. Oleh karena itu, fungsi penghalang gaun bedah dianggap sebagai kunci untuk mengurangi risiko infeksi selama operasi. 1 1. Pasien yang terpapar penyakit menular melalui digunakan dalam sterilisasi steril yang kontak seperti ketat dan perawatan bakteri yang resistan invasif pasien di ruang terhadap operasi khusus. 1 beberapa obat. 2. ketika pasien dilindungi di tempat isolasi, seperti pasien luka bakar luas, pasien cangkok tulang dengan diagnosis dan perawatan. 3.Terpapar PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 17 ~ pelindung untuk mencegah personil medis dari infeksi dan isolasi tunggal. 1 seper dikombinasikan dengan alat bantu pernapasa memastikan pasokan udara sehingga bisa bern digunakan oleh petugas pemadam kebakaran, instalasi gawat darurat, paramedis, peneliti, menanggapi tumpahan racun, spesialis membe yang terkontaminasi, dan pekerja di lingku [4] The United States Department of 1. Saat terpapar ke kelas Homela A atau pasien yang mendefinisikan terkena oleh penyakit pakaian hazmat menular Kelas A. 2. Ikuti sebagai " yan pedoman pengendalian melindungi orang infeksi terbaru ketika dari bahan atau zat berbahay kimia, menghubungi pasien agen biologi, atau yang diduga atau bahan radi dikonfirmasi SARS, Ebola, MERS, H7N9 flu burung. 1 PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) oleh darah pasien, cairan tubuh, sekresi, debit percikan. 4. Jika ingin memasuki departemen utama seperti ICU, NICU, bangsal pelindung, dll.1 PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 18 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 19 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) 3.5 SARUNG TANGAN Sarung tangan lateks Sarung tangan nitrile (bagi yang alergi lateks) Gambar 3.2 Sarung Tangan 3.6 SHOE COVER ~ 20 ~ Gambar 3.3 Jenis Shoe Cover PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 21 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Keterangan:13 Beberapa Kelas Penyakit Infeksi: Kelas A: wabah penyakit menular. Kelas B: Dikenal sebagai penyakit menular yang dikelola secara ketat, 26 penyakit menular diklasifikasikan sebagai penyakit menular Kelas B, termasuk Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), virus hepatitis, polio, poliomielitis, flu burung yang sangat patogenik, campak, demam berdarah epidemi, rabies, ensefalitis epidemi B, antraks, disentri basiler dan amuba. Kelas C: Penyakit menular Kelas C merujuk pada penyakit menular yang sedang diawasi. 11 penyakit infeksi Kelas C termasuk influenza, epidemi parotitis, rubella, konjungtivitis hemoragik akut, kusta, epidemi dan tipus endemik, kala-azar, echinococcosis, filariasis, diare infeksi lain (tidak termasuk kolera, basiler dan disentri amuba, dan typhoid dan paratyphoid), dan penyakit tangan, kaki, dan mulut. Selain itu, penyakit menular lain yang tidak terdaftar dalam penyakit menular yang sah dapat ditambahkan ke dalam penyakit menular Kelas B atau C berdasarkan wabah, prevalensi, dan kerugiannya. Namun, keputusan akhir tentang akses mereka ke dalam daftar hukum harus dibuat dan diumumkan oleh departemen administrasi kesehatan dewan negara. Kategori Level: Level 1: Risiko minimal, untuk digunakan, misalnya, selama perawatan dasar, isolasi standar, gaun pelindung untuk pengunjung, atau di unit medis standar. Level 2: Risiko rendah, untuk digunakan, misalnya, selama pengambilan darah, penjahitan, di Unit Perawatan Intensif (ICU), atau laboratorium patologi. Level 3: Risiko sedang, untuk digunakan, misalnya, selama pengambilan darah arteri, memasukkan garis Intravena (IV), di Ruang Gawat Darurat, atau untuk kasus trauma. Level 4: Risiko tinggi, untuk digunakan, misalnya, selama prosedur yang intensif cairan, operasi, ketika resistensi patogen diperlukan atau diduga penyakit menular (tidak menular melalui udara). PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 22 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) BAB IV PEMERIKSAAN PASIEN Pedoman pemeriksaan pasien atas rekomendasi PP PABI Indonesia: a. Dalam rangka upaya mengurangi penyebaran penyakit COVID-19 pada masyarakat serta mencegah penularan penyakit pada tenaga medis, maka perlu dilakukan pembatasan kegiatan di bidang Bedah Umum untuk mengurangi kontak. b. Fokus pelayanan Bedah Umum hendaknya diarahkan pada pelayanan darurat dengan mengurangi atau bahkan menghentikan pelayanan elektif, untuk menyediakan tenaga medis yang cukup bagi pelayanan pasien COVID-19. c. Mengenai jenis pelayanan elektif yang dapat ditunda baik pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan operasi, hendaknya dibahas bersama dengan Komite Medis dan Manajemen Rumah Sakit dengan mengacu pada status Siaga Bencana COVID-19 yang ditetapkan di rumah sakit masing-masing. d. Melakukan pembagian shift di poliklinik dengan staf lain. e. Pembatasan kegiatan ini sampai dengan permasalahan COVID-19 mereda. 4.1 PEMERIKSAN PASIEN DI POLIKLINIK 4.1.a. Pasien : 1. Kasus kegawatdaruratan Bedah Umum dapat langsung datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan tetap mendapatkan pelayanan sebagai kasus emergensi. 2. Seluruh pasien memakai masker bedah karena kita tidak tahu apakah seseorang sudah terinfeksi atau dalam masa inkubasi atau sudah terjangkit COVID-19. Dengan memakai masker, maka droplet akan tertahan dan diserap oleh masker sehingga petugas kesehatan yang berada di sekitarnya relatif aman. 3. Menjaga jarak aman antar pasien kurang lebih 1 (satu) meter pada saat menunggu. 4. Pasien yang berusia lebih dari 65 tahun atau mempunyai penyakit penyerta seperti penyakit jantung, kencing manis, hipertensi, imunodefisiensi, dan lain-lain dipisahkan dengan pasien lainnya. 5. Pasien Poliklinik Bedah Umum dengan penggunaan obat rutin seperti kemoterapi, PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 23 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) kontrol sesuai jadwal yang telah ditentukan. 6. Pasien Poliklinik Bedah Umum dengan gejala: demam, batuk, pilek, sesak napas harap menyampaikan keluhan/gejalanya ke petugas saat masuk ke rumah sakit. 7. Mencuci tangan sesuai prosedur WHO dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol sebelum dan setelah dilakukan pemeriksaan. 8. Pendamping pasien hanya 1 (satu) orang di dalam ruang konsultasi atau poliklinik. 9. Selesai pemeriksaan dan konsultasi, pasien menunggu resep di luar ruangan. 10. Tunda/hindari kunjungan ke Poliklinik Bedah Umum, kecuali terdapat kondisi di bawah ini: a. Nyeri perut yang sangat berat b. Benjolan pada area perut atau selangkangan yang disertai nyeri, tidak bisa buang air besar/ kentut dan muntah c. Tidak bisa buang air besar dan kentut d. Tidak bisa buang air kecil e. Buang air besar berdarah f. Benda asing di dalam tubuh g. Luka yang mengalami perdarahan yang hebat h. Benjolan yang disertai nyeri dan kemerahan PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 24 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Gambar 4.1 Penundaan Berobat ke Dokter Spesialis Bedah Umum PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 25 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) 4.1.b Perawat a. Dilengkapi dengan APD: masker bedah, sarung tangan, pelindung mata, dan gaun level 1. b. Mencuci tangan sesuai standar WHO sebelum dan setelah melayani pasien. c. Mengukur suhu tubuh pasien dengan menggunakan termometer tembak (infra merah), yang dilakukan di pintu masuk Gedung. d. Jarak dengan pasien lebih dari 1-2 meter. e. Mengisi formulir anamnesis mengenai gejala-gejala COVID-19. f. Bila didapatkan ODP ataupun PDP, rujuk ke tim COVID-19. g. Membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang ke rumah. 4.1.c Dokter Spesialis Bedah Umum a. Mencuci tangan sesuai standar WHO sebelum dan setelah melayani pasien. b. Memakai pakaian dengan lengan di atas siku (lengan pendek), bila memakai pakaian lengan panjang harap dilipat ke atas. c. Tidak menggunakan jas sneli/jas dokter. d. Memakai sarung tangan non steril, yang dicuci dengan menggunakan alkohol bila akan memeriksa pasien selanjutnya. e. Bila didapatkan pasien suspek COVID-19; masker dan sarung tangan diganti kemudian melakukan cuci tangan kembali. f. Tidak memakai perhiasan ataupun jam tangan. g. Mengikat rambut bagi yang berambut panjang. h. Identitas nama (Name tag) tidak memakai tali yang panjang. i. Tidak melakukan kontak fisik dengan pasien seperti bersalaman. j. Pada saat anamnesis dokter dan pasien berjarak 1-2 meter. k. Peralatan medis harus dibersihkan setiap selesai digunakan dari satu pasien ke pasien lain (seperti stetoskop, otoskop, spekulum hidung, dan lain-lain) dengan menggunakan alkohol 70% atau direndam dalam cairan yang mengandung klorin). l. Peralatan non medis (seperti pulpen, meja, komputer, dan lain-lain) harus dibersihkan setiap selesai visit dengan menggunakan alkohol 70% ataupun disinfektan lain. m. Memakai masker bedah, pelindung mata (kacamata atau google), penutup kepala PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 26 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) (nurse cap), gaun level 1 atau 2, dan sarung tangan yang tidak dilepas sampai pemeriksaan pasien terakhir. n. Tidak melakukan pemeriksaan di daerah hidung, mulut, dan orofaring (bila tidak diperlukan). Memakai masker N95, pelindung wajah, dan shoe cover apabila akan melakukan pemeriksaan di daerah tersebut. o. Tidak melakukan pemeriksaan endoskopi, apabila harus dilakukan pemeriksaan: • Untuk meminimalisir terjadinya batuk, spray anestesi lokal diganti dengan anestesi berbentuk gel. • Disarankan memakai endoskopi dengan diameter yang lebih kecil. • Memakai APD lengkap: o Penutup kepala/nurse cap. o Google atau pelindung wajah. o Masker N95. o Gaun level 2 atau 3. o Sarung tangan. o Shoe Cover. p. Membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang ke rumah. Gambar 4.2 Alat Perlindungan diri di Poliklinik Bedah Umum Dikutip dari: Komite PPI RSUP Persahabatan14 PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 27 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) 4.2 PEMERIKSAAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) a. Mencuci tangan sesuai standar WHO sebelum dan setelah melayani pasien. b. Memakai masker bedah, pelindung mata (kacamata atau google), penutup kepala (nurse cap), dan sarung tangan. c. Memakai pakaian dengan lengan di atas siku (lengan pendek), bila memakai pakaian lengan panjang harap dilipat ke atas. Direkomendasikan memakai gaun level 1 atau 2. d. Tidak menggunakan jas sneli/jas dokter. e. Bila didapatkan pasien suspek COVID-19; masker dan sarung tangan diganti kemudian melakukan cuci tangan kembali. f. g. h. i. j. k. Tidak memakai perhiasan ataupun jam tangan. Mengikat rambut bagi yang berambut panjang. Identitas nama (Name tag) tidak memakai tali yang panjang. Tidak melakukan kontak fisik dengan pasien seperti bersalaman. Pada saat anamnesis dokter dan pasien berjarak 1-2 meter. Tidak melakukan pemeriksaan di daerah hidung, mulut, dan orofaring (bila tidak diperlukan). Memakai masker N95, pelindung wajah, dan shoe cover apabila diperlukan pemeriksaan daerah tersebut. l. Peralatan medis harus dibersihkan setiap selesai digunakan dari satu pasien ke pasien lain (seperti stetoskop, otoskop, spekulum hidung, dan lain-lain) dengan menggunakan alkohol 70% atau direndam dalam cairan yang mengandung klorin). m. Peralatan non medis harus dibersihkan setiap selesai pemeriksaan dengan menggunakan alkohol 70% seperti pulpen dan lain-lain. n. Membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang ke rumah. 4.3 PEMERIKSAAN DI RUANG RAWAT INAP a. Lakukan edukasi etika batuk dan cara mencuci tangan pada seluruh pasien. b. Antisipasi keluhan ke arah COVID-19 setiap kali visit kepada pasien dan penunggu pasien. c. Menangguhkan perawatan pasien yang tidak bersifat emergensi. d. Seluruh pasien dan penunggunya diberikan masker bedah saat dokter visit atau perawat melakukan pemeriksaan tanda vital. e. Penunggu pasien hanya dibolehkan berjumlah 1 (satu) orang. f. Mencuci tangan sesuai standar WHO sebelum dan setelah memeriksa pasien. g. Seluruh pasien dilakukan pengukuran suhu badan dengan menggunakan termometer tembak (infra merah) sebanyak 2 (dua) kali sehari. h. Tanda- tanda vital dimonitor setiap 4 (empat) jam. i. Buku status rawat/rekam medik tidak dibawa ke dalam ruang perawatan. j. Tidak menggunakan jas sneli/jas dokter. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 28 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) k. Memakai APD: masker bedah, kacamata, nurse cap, gaun level 1, dan sarung tangan. l. Peralatan medis harus dibersihkan setiap selesai digunakan dari satu pasien ke pasien lain (seperti stetoskop, otoskop, spekulum hidung, dan lain-lain) dengan menggunakan alkohol 70% atau direndam dalam cairan yang mengandung klorin). m. Peralatan non medis harus dibersihkan setiap selesai visit dengan menggunakan alkohol 70% seperti pulpen dan lain-lain. n. Diharapkan membawa baju ganti dan mengganti baju sebelum pulang ke rumah. 4.4. PROSEDUR MELAKUKAN TINDAKAN a. Menunda tindakan elektif, kecuali tindakan yang tidak dapat ditunda. b. Daftar tindakan Bedah Umum yang tidak dapat ditunda untuk dijadikan acuan, misalnya : • Abses di Bidang Bedah Umum • Obstruksi Saluran Cerna dan Saluran Nafas • Fraktur Maksilofasial • Perdarahan Yang Sangat Hebat • Trauma Abdomen dan Thorax • Peradangan Organ Abdomen • Nyeri Perut Hebat • Kebocoran Organ Abdomen c. Dalam melaksanakan tindakan yang tidak dapat ditunda, baik di dalam maupun di luar kamar operasi, WAJIB memakai APD. d. Alat Perlindungan Diri: • Penutup kepala/nurse cap. • Masker N95. • Google. • Pelindung wajah. • Gaun level 2 atau level 3 • Sarung tangan ganda. • Shoe cover. e. Dalam hal ketiadaan APD, maka dokter spesialis Bedah Umum dapat membatalkan tindakan yang akan dilakukan. f. Tindakan hanya dikerjakan oleh 1 (satu) orang dokter dan 1 (satu) tenaga medis. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 29 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) g. Sebelum melakukan tindakan, harap diperhatikan hal-hal sebagai berikut: • Alur satu pintu (pintu yang sama antara petugas medis dengan pasien). • Pasien masuk OK dengan memakai masker N95. • Tindakan dilakukan di ruangan isolasi atau ruangan khusus pada suspek dan konfirmasi COVID-19. • Pada pasien biasa, ruangan berventilasi cukup yaitu sarana yang dilengkapi ventilasi mekanik, minimal terjadi 6 sampai 12 kali pertukaran udara setiap jam dan setidaknya 160 liter/detik/pasien di sarana dengan ventilasi alamiah. • Lakukan anamnesis skrining COVID-19 bila positif lakukan sesuai prosedur yang berlaku. h. Gunakan closed suction. i. Membatasi jumlah orang yang berada di ruang operasi sesuai jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan perawatan pasien. j. Sebelum masuk ke ruang operasi, pastikan instrumen operasi telah tersedia dan lengkap. k. Gunakan penutup sekali pakai untuk melindungi peralatan lain yang ada di ruang operasi untuk mencegah kontaminasi droplet. l. Semua peralatan operasi yang telah digunakan harus menjalani prosedur dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur yang berlaku m. Setelah tindakan selesai, lepaskan lapisan terluar sarung tangan untuk mencegah kontaminasi ke tempat lain. n. Lakukan pelepasan APD sesuai prosedur (hingga mandi) dengan sangat teliti dan hatihati. o. Setelah melepas APD, cuci tangan kembali sebelum menyentuh bagian tubuh lainnya. p. Terdapat satu ruangan khusus untuk ganti baju dan mandi sebelum keluar area operasi. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 30 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Gambar 4.3 Alat Perlindungan Diri Bila Melakukan Tindakan Dikutip dari: Komite PPI RSUP Persahabatan14 PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 31 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Panduan CDC untuk penggunaan Masker pada personel yang memelihara kumis & janggut PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 32 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) BAB V PROTOKOL SPESIALIS BEDAH UMUM MENGHADAPI KECURIGAAN COVID-19 V.1 Anamnesis Dilakukan skrining sesuai dengan formulir skrining COVID-19. V.2 Pemeriksaan a. Lakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan rontgen toraks PA. b. Bila kedua hasilnya pemeriksaan normal, pasien diberikan simtomatik dan beristirahat di rumah. c. Bila hasil positif limfositopenia atau leukopenia tetapi rontgen toraks normal, dapat dicurigai viral dan dimasukkan dalam kategori ODP: • Prosedur sesuai dengan tata kelola kasus ODP (gambar 2). • Edukasi pasien untuk melakukan isolasi mandiri dan physical distancing selama 14 hari di rumah (wajib). • Konsul ke Dokter Spesialis Paru/Anak. • Lapor kepada tim COVID-19 yang ada di Rumah Sakit untuk pencatatan data. • Dipantau secara berkala untuk mengevaluasi adanya perburukan gejala selama 14 hari. d. Bila hasil laboratorium menunjukkan limfositopenia atau leukopenia dan rontgen positif pneumonia, masuk dalam kategori PDP: i. Prosedur sesuai dengan tata kelola kasus (gambar 3). ii. Pasien dipindahkan ke ruang isolasi. iii. Segera lapor kepada tim COVID-19 di Rumah Sakit untuk dilakukan pencatatan data. iv. Dilakukan pengambilan spesimen dan CT Scan paru. v. Terapi sesuai tim COVID-19. vi. Rujuk ke Rumah Sakit rujukan nasional untuk tatalaksana lebih lanjut dengan menggunakan ambulans yang berisi 2 orang petugas (sopir dan PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 33 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) perawat) dengan menggunakan APD l engkap. e. Bila laboratorium menunjukkan leukositosis: i. Lakukan pemberian terapi dengan antibiotika selama 5 (lima) hari. ii. Bila setelah terapi gejala tidak membaik atau menjadi bertambah berat dengan disertai sesak napas berat, dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dan rontgen toraks PA ulang. iii. Bila hasil leukosit menunjukkan penurunan tetapi didapatkan hasil pemeriksaan rontgen pneumonia, maka dilakukan pengambilan spesimen dan CT Scan paru. iv. Segera lapor kepada tim COVID-19 di Rumah Sakit untuk dilakukan pencatatan data. v. Terapi sesuai dengan tim COVID-19. vi. Rujuk ke Rumah Sakit rujukan nasional untuk tatalaksana lebih lanjut dengan menggunakan ambulans yang berisi 2 orang petugas (sopir dan perawat) dengan menggunakan APD lengkap. Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan positif COVID-19 selain positif pada pemeriksaan spesimen: a. Limfositopenia, berhubungan dengan derajat keparahan penyakit (< 1500), b. Trombositopenia, c. Leukopenia. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 34 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) Gambar 5.1 Alur Penanganan COVID-19 untuk Tenaga Medis Dikutip dari: GTPP5 PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA ~ 35 ~ PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) V.3 RAPID TEST ANTIBODY METODE IMUNOKROMATOGRAFI Rapid test antibody direkomendasikan untuk:17 1. OTG, terutama mempunyai riwayat setelah kontak minimal 7 hari, yaitu orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan kasus positif COVID-19 atau memiliki risiko tertular dari orang positif COVID-19. 2. ODP 3. PDP Definisi sesuai dengan Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di Indonesia, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Maret 2020. Pengerjaan rapid test antibody harus disupervisi dan diinterpretasi oleh Dokter Spesialis Patologi Klinik. Pengambilan darah menggunakan tabung vakum dengan prinsip closed system, bila tidak memungkinkan menggunakan jarum suntik dengan kewaspadaan dan kehati-hatian. 17 Spesimen yang digunakan: 17 1. Disarankan menggunakan spesimen whole blood. Dapat digunakan anti koagulan EDTA, heparin, atau sitrat. Spesimen langsung diperiksa. 2. Spesimen serum atau plasma. 3. Spesimen darah kapiler, dapat menggunakan lancet. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA PANDUAN PELAYANAN BEDAH UMUM MENGHADAPI PANDEMI COVID – 19 DI INDONESIA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) REFERENSI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. ~ 36 ~ Wrapp D, Wang N, Corbett KS, Goldsmith JA, Hsieh C-L, Abiona O, et al. Cryo-EM structure of the 2019-nCoV spike in the prefusion conformation. Science. 2020;367(6483):1260-3. Gorbalenya AE, Baker SC, Baric RS, de Groot RJ, Drosten C, Gulyaeva AA, et al. The species Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus: classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nature Microbiology. 2020;5(4):536-44. Wu D, Wu T, Liu Q, Yang Z. The SARS-CoV-2 outbreak: what we know. International Journal of Infectious Diseases. Van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. New England Journal of Medicine. 2020. COVID-19 GTPP. Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di Indonesia. 1 ed. Setiawan AH, Rachmayanti S, Kiasatina T, Laksmi IAKRP, Santoso B, Huda N, et al., editors. Jakarta: Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID- 19; 2020 23 Maret 2020. Hopkins C, Kumar N. Loss of Sense of Smell as Marker of COVID-19 Infection. 2020. Novel Coronavirus (COVID-19) Situation [Internet]. 2020 [cited March, 22 2020]. Available from: https://experience.arcgis.com/experience/685d0ace521648f8a5beeeee1b9125cd. Kasus COVID-19 per Provinsi [Internet]. Kemenkes. 2020 [cited 24 Maret 2020]. Available from: http://covid-monitoring.kemkes.go.id/. RI KK. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). 3 ed. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Infeksi; 2020. RI MK. Protokol Isolasi Diri Sendiri Dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID- 19). In: Kesehatan M, editor. Jakarta2020. California Uo. Types of PPE2020 [cited 2020 25 Maret]. Available from: https://ehs.ucmerced.edu/researchers-labs/ppe/selection. 3M. Infection Prevention Solution, Fave Mask adn Respirators. In: Care MH, editor. USA. Medpurest. What Is The Difference Between Isolation Gown, Protective Gown And Surgical Gown?2019 [cited 2020 25 Maret]. Available from: https://www.medpurest.com/industrial-news/difference-between-isolation-gown- protectivegown-surgical-gown.html. Persahabatan KPR. APD RSUP Persahabatan Tanggap COVID-19. In: Persahabatan KPR, editor. Jakarta: RSUP Persahabatan; 2020. Standar Operasional Prosedur Teknik Pemeriksaan Swab Nasofaring, (2020). NEJM. NEJM Procedure: Collection of Nasopharyngeal Specimens with the Swab Technique2009. Indonesia PP. Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Rapid Test Antibody SARS-CoV-2 Metode Imunokromatografi. In: Indonesia PP, editor. Jakarta: PDS PatKLIn Indonesia; 2020. PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA