Tugas Individu Agribisnis perkebunan PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERKEBUNAN KARET MULAI DARI HULU- ON FARM-HILIR DAN EVALUASI PROYEK KARET DENGAN KONDISI HARGA KARET PADA KONDISI SEKARANG OLEH : NAMA : SARMINI NIM : G021181347 KELAS : AGRIBISNIS PERKEBUNAN B PROGRAM STUDI AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan. Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri hilir. Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama 5 tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furnitur tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut. Agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek yang makin cerah karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya industri polimer pengguna karet serta makin langka sumber-sumber minyak bumi dan makin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Pada tahun 2002, jumlah konsumsi karet dunia lebih tinggi dari produksi. Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia karena negara pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia v makin kekurangan lahan dan makin sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia akan makin baik. Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang baik sebagai sumber kayu menggantikan sumber kayu asal hutan. Arah pengembangan karet ke depan lebih diwarnai oleh kandungan IPTEK dan kapital yang makin tinggi agar lebih kompetitif. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengembangan agribisnis perkebunan karet dari hulu, on farm hingga ke hilir? 2. Bagaimana evaluasi proyek karet dengan kondisi harga karet sekarang? 3. Bagaimana prospek pengembangan agribisnis perkebunan karet? 1.3 Tujuan dan Manfaat 1. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan agribisnis perkebunan karet dari hulu, on farm hingga kehilir 2. Untuk mengetahui evaluasi proyek karet dengan kondisi harga karet sekarang. 3. Untuk mengetahui prospek pengembangan agribisnis perkebunan karet BAB II PEMBAHASAN 2.1 Agribisnis Perkebunan Karet Dari Hulu, On Farm Hingga Ke Hilir Dengan kondisi harga karet sekarang ini yang cukup tinggi, maka momen tersebut perlu dimanfaatkan dengan melakukan percepatan peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon-klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Strategi di tingkat on-farm yang diperlukan adalah : (a) penggunaan klon unggul dengan produktivitas tinggi (2-3 ton/ha/th); (b) percepatan peremajaan karet tua seluas 400 ribu ha sampai dengan tahun 2009 dan 1,2 juta ha sampai dengan 2025; (c) diversifikasi usahatani karet dengan tanaman pangan sebagai tanaman sela dan ternak; dan (d) peningkatan efisiensi usahatani. Sedangkan di tingkat off-farm adalah : (a) peningkatan kualitas bokar berdasarkan SNI; (b) peningkatan efisiensi pemasaran untuk meningkatkan marjin harga petani; (c) penyediaan kredit untuk peremajaan, pengolahan dan pemasaran bersama; (d) pengembangan infrastruktur; (e) peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri hilir; dan (f)peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan sistem pemasaran. Berikut ini penjelasan mengenai tanaman karet. Karakteristik Tanaman Karet Ciri Umum Tanaman karet berupa pohon, ketinggiannya dapat mencapai 30-40 meter. Sistem perakarannya pada/kompak, akar tunggangnya dapat menembus tanah hingga kedalaman 1-2 meter, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 meter. Bentuk batang tanaman karet bulat dengan kulit kayu yang halus-rata bewarna putih kecoklatan. Termasuk tanaman yang berakar tunggang. Perakaran tanaman karet alam menyebar secara ekstensif, oleh karena itu memerlukan drainase yang baik. Akar tanman karet mampu menetrasi tanah hingga kedalaman 1 meter. Banjir yang sering melanda tanaman karet dapat merusak perakarannya. Kayu karet bila dipotong bewarna putih kekuningan. Percabangan batang tanaman karet dimulai sejak bibit berumur satu tahun sesudah masa tanaman. Sesudah percabangan, diameter batang meningkat secara teratur dan kontinyu, namun sesudah tanaman disadap, pertumbuhan tanaman berhenti sama sekali. Kayu tersebut dapat dijadikan kerajinan tangan dan perabot rumah tangga. Namun demikian, kayu pohon karet kuang tahan terhadap serangan serangga seperti rayap, serangga dan jamur Daun tanaman karet adalah trifolia dengan tangkai daun yang panjang,serat daun tampak jelas dan bersifat kasar. Daun tersusun secara spiral dan berambut. Daun baru tanaman karet berwarna merah tua, selanjutnya berangsur-angsur akan berubah menjadi hijau tua. Perkembangan semenjak daun muncul hingga masak memerlukan waktu 36 hari, dengan rincian 18 hari digunakan untuk perkembangan daun hingga mencapai ukuran maksimal, sedangkan sisa harinya digunakan untuk pematangan daun dengan diakhiri perubahan warna daun menjadi hijau tua Tanaman karet secara reguler merontokkan daun-daunnya (deciduous). Rontoknya daun-daun ini hanya terjadi pada bulan tertentu. Biasanya rontok terjadi pada bulan kering. Apabila terjadi rontok daun, maka produksi lateks akan berkurang. Bunga pada pohon karet hidup dan tumbuh bergerombol. Bunga pohon karet tumbuh pada bagian ketiak daun. Individu bunga bertangkai pendek dan bunga betina terletak di ujung tangkai. Bunga karet mekar berbarengan dengan tumbuhnya daun pohon karet setelah masa kemarau. Proporsi bunga jantan pohon karet lebih banyak ketimbang bunga betina. Bunga jantan hanya memiliki waktu mekar selama satu hari kemudian rontok. Berbeda dengan bunga jantan, bunga betina mekar selama 3-4 hari, pada waktu yang sama maih tedapat bunga jantan yang belum rontok, sehingga penyerbukan dapat terjadi. Dikarenakan perbedaan fase tumbuh antara bunga jantan dan betina yang berbeda dalam waktu, maka hanya beberapa bunga betina yang mampu menghasilkan buah. Buah dari karet masak sesudah 5-6 bulan setelah pembuahan. Buah yang masak tampak kompak, padat dan besar. Buah terrsebut terdiri dari 3 ruang bakal biji. Biji karet besar dan sedikit padat, ukurannya 2-3,5 x 1,5-3 cm, mengkilat dengan bobot biji antara 2-4 gram. Perkecambahan biji karet terjadi 7-10 hari sesudah disemaikan. Bibit karet ataupun tanaman karet dewasa mempunyai pertumbuhan yang berperiodik, setiap pertumbuhan daun dinamakan mupus atau flush. Setiap periode pertumbuhan tunas juga dikenal sebagai pertumbuhan daun paying. Lahan Tanam Jenis tumbuhan karet liar banyak ditemukan di daerah hutan hujan tropis kawasan lembah Amazon. Daerah tersebut secara periodik mengalami banjir/genangan. Pohon karet yang besar tumbuh pada dataran yang tinggi. Tanaman karet adalah tanaman tropis. Kebanyakan perkebunan karet diusahakan pada kawasan dengan letak lintang antaraq 15o LU hingga 10o LS. Vegetasi yang sesuai untuk kondisi lintang tersebut adalah hutan hujan tropis yang disertai dengan suhu panas dan kelembapan tinggi. Sekalipun demikian, pada umumnya poduksi maksimum lateks dapat tercapai apabila ditanam pada lokasi yang semakin mendekati garis khatulistiwa (5-6o LU/LS). Daerah yang mempunyai perbedaan suhu tinggi (antara maksimum dan minimum) serta adanya bulan-bulan kering sepanjang tahun tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman ini (Purseglove, 1968). Tanaman Karet menghendaki adanya hujan hampir sepanjang ahun dengan bulan kering kurang dai 4 bulan. Dengan curah hujan yang sedikit yaitu dibawah 2000 mm/tahun, produksi lateks sangat tendah. Sebaliknya, apabila curah hujan terlampau tinggi, banyak menimbulkan hama penyakit Tanaman karet dapat tumbuh pada dataran rendah, yaitu 0 hingga 200 m diatas permukaan laut. Tinggi tempat berpengaruh saat penyadapan pertama. Pada kenaikan tinggi tempat untuk setiap 100 meter dimulai dari ketinggian 200 meter di atas permukaan laut akan terjadi kelambatan saat sadapan pertama selama 6 bulan Tanaman karet dapat tumbuh baik pada tanah berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning, tanah abu gunung, tana beliat serta tanah mengandung Nitrogen. Karet tidak memerlukan keseburan tanah yang khusus ataupun opografi tertentu. Perkembangbiakan Bibit unggul paling tidak harus memenuhi dua kriteria, yaitu unggul genetis dan unggul agronomis. Unggul agronomis berarti cepat umbuh dan dapat ditanam dikisara iklim yang luas. Anjuran menggunakan klon unggul terutama ditujukan untuk membebaskan tanaman karet dari serangan hama penyakit daun Coletotricum dan Corynespora. Penyakit daun tesebut mengancam tanaman karet yang memiliki curah hujan lebih dari 1500 mm dan kelembapan tinggi. Benih karet yang baik untuk digunakan sebagai batang bawah adalah LCB 1320. Jenis tersebut memiliki pertumbuhan cepat serta daya gabung klon yang tinggi. Benih karet yang akan digunakan untuk bibit batang bawah harus dipilih yang tua dan murni dalam arti tidak terkontaminasi jenis lain. Pembibitan Budidaya tanaman karet alam diperkebunan diawali dari pengadaan benih, perkecambahan, penanaman kecambah dilapang, okulasi, dan penanaman bibit unggul di lapang. Pengadaan benih dilakukan dengan memilih pohon induk yang memang disediakan untuk produksi benih. Benih karet dipilih pada buah yang benar-benar masak. Biji karet termasuk golongan rekalsitrant artinya tidak bisa disimpan pada kadar air yang rendah. Kadar air yang rendah dapat menurunkan viabilitasnya. Biji jenis tersebut berbeda dengan biji yang digunakan untuk benih padi, jagung, kedelai, dan kacang hijau yang justru menghendaki kadar biji yang rendah.. Perbedaan Iklim menyebabkan waktu berbuah karet di Indonesia berbeda-beda. Perkebunan rakyat mengalami peningkatan produksi dalam 5 tahun terakhir. Hal ini dikarenakan banyak klon dan jenis baru yang digunakan untuk mendapakan keuntungan yang besar. Area Perkebunan Sumatra dan Kalimantan merupakan tempat perkebunan karet utama di Indonesia. Diperkirakan sekitar 7 juta orang mencari nafkah dari 2 area tersebut. 84% perkebunan rakyat berasal dari Sumatra Utara, Riau, jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Sumatra Selatan. Tabel dibawah ini akan menjelaskan lebih lanjut. Persiapan Lahan dan Bahan Tanam Persiapan lahan secara umum sering menggunakan metode tebang dan bakar lahan. Untuk lahan yang dahulu sudah ditanam pohon karet dan ingi mengganikan pohon karet yang tidak produktif dengan yang pohon karet baru sering hanya menggunakan sistem tebang saja. Sebagian dari benih sebagai bahan tanam berasal dari hasil silang para petani rakyat sendiri. Dibeberapa area, petani lebih suka menggunakan tunggul pohon ketimbang bibit dari pemerintah. Tunggul pohon memiliki tinggi hingga 3 meter. Tunggul pohon yang besar merupakan bibit yang lebih tahan terhadap penyakit dari pada bibit yang lebih muda dan kecil. Selain menggunakan tunggul pohon, para petani juga dapat menggunakan tunas. Harga tunas rata-rata sekitar Rp1500 – Rp2100 per tunas. Penyayatan dan Pengumpulan Getah Karet Tanaman karet termasuk tanaman industri. Komoditi ini ditanam dengan tujuan untuk mendapatkan getah/lateks yang selanjutnyua digunakan unuk industri. Lateks tersebu terdapat dijaringan tanaman yang teletak kuli kayu (silem) dan kayu (floem), Oleh karena itu dalam menyayat kulitkayu haruslah hati-hati agar tidak terlalu dalam sehingga dapatmengakibatkan rusaknya kambium tersebut Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun. Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkat produksi lateksnya. Pada umur 26 tahun, produksi lateks pohon karet mulai menurun (Syamsulbahri, 1985). Penadapan tanaman karet diusahakan untuk diambil terutama produksi getah/lateksnya. Lateks tersebut merupakan hasil fotosintesis yang kemudian disimpan dalam jaringan tanaman terentu. Pembuluh lateks tersebut berposisi miring. Makin kearah dalam (kearah kambium) jumlah pembuluh akan semakin banyak. Namun agar dalam penyadapan tidak membahayakan kesehatan tanaman, penyayatan diusahakan tidak terlau dalam. Di Indonesia sering terjadi kesalahan dalam penyadapanlateks sehingga hasilnya tidak maksimal. Kerusakan pada jaringan kulit kayu akan mempengaruhi kualitas produksi lateks secara menyeluruh pada satu pohon. Penyadapan yang telalu intensif akan meusak kambium dan mengurangi hasil produksi. Lebih dari 50% hasli produksi lateks tidak bisa dipanen karena kesalahan dalam proses penyadapan. Selain masalah tersebut, penyadapan pada usia tanaman yang terlalu muda dan menggunakan arah dan alur yang salah dalam menyayat karet akan mengurangi hasil lateks. Karet yang diproses di Indonesia terutama dalam bentuk Technically Spesified Rubber (TSR) yang lebih dikenal dengan sebutan SIR (Sandart Indonesian Rubber) yang digunakan untuk industri ban mobil global. Perkebunan besar lebih sering menggunakan hasil panennya unuk diproduksi menjadi 60% DRC (dry rubber content) sebagai kondom, serung angan dan balon. Latesk dengan kualitas tinggi seperti SIR 3L, SIR 3CV dan SIR 3 dan beberapa klualitas unggul lain juga dimiliki dan diproses oleh perkebunan besar. Pemprosesan Getah Karet Pemprosesan awal dimulai dari lapangan temapt dimana lateks dipanen. Bahan mentah dipersiapkan oleh petani lokal dalam bentuk coagulate dan terasapi. Lateks yang telah dikoagulasi dibenuk dalam ukuran 2-3 inchi untuk memudahkan pengeringan. Bahan pengkoagulasi adalah formic acid adam asam sulfat serta ditambah beberapa larutan asam lain. Proses lebih lanjut dilaksanakan di pabrik. Di Indonesia terdapat 123 pabrik lateks untuk pengolahan lebih lanjut. Sebagian besar dari pabrik karet di Indonesia memproduksi karet jenis SIR 20, bentuk karet batangan jadi yang di ekspor Indonesia Pabrik pengolahan karet di Indonesia merubah lateks yang terkoagulasi atau lembaran lateks menjadi bentuk butiran. Alur pertama yang digunakan adalah menghancurkan lateks setengah jadi yang diperoleh dari kebun atau lapang kemudian digiling. Hasil dari penghancuran dan penggilingan itu adalah berbentuk kain kenyal hitam yang kemudian dikering anginkan selama 10-14 hari. Setelah dikeringan anginkan dan dikering ovenkan karet dibenuk kotak dengan berat dan konsistensi tertentu. Kemudian dikemas dalam polyethylene dan siap di ekspor 2.2 Prospek pengembangan agribisnis perkebunan tanaman karet Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 – 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul secara berkesinambungan. Penawaran karet alam dunia meningkat lebih dari tiga persen per tahun dalam dua dekade terakhir, dimana mencapai 8.81 juta ton pada tahun 2005. Pertumbuhan tersebut berasal dari negara produsen Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China dan lainnya. Produksi karet Thailand menjadi dua kali lipat selama periode 1980-1990 dan 1990-2000. Malaysia sejak tahun 1991 tidak lagi menjadi produsen utama karet alam dunia tetapi digeser oleh Thailand, sementara itu Indonesia tetap sebagai negara produsen kedua. Thailand memproduksi lebih dari 33% karet alam dunia pada tahun 2005, sementara Indonesia dengan pangsa produksi 26% dan Malaysia tinggal 13% . 2.3 Agribisnis Perkebunan Karet Saaat Ini Selama lebih dari tiga dekade (1970-2005), areal perkebunan karet di Indonesia meningkat sekitar 1,27% per tahun. Namun pertumbuhan ini hanya terjadi pada areal karet rakyat (± 1,6% per tahun), sedangkan pada perkebunan besar negara dan swasta cenderung menurun (Tabel 1). Dengan luasan sekitar 3,3 juta ha pada tahun 2005, mayoritas (85%) perkebunan karet di Indonesia adalah perkebunan rakyat, yang menjadi tumpuan mata pencaharian lebih dari 15 juta jiwa. Dari keseluruhan areal perkebunan rakyat tersebut, sebagian besar (± 91%) dikembangkan secara swadaya murni, dan sebagian kecil lainnya yaitu sekitar 288.039 ha (± 9%) dibangun melalui proyek PIR, PRPTE, UPP Berbantuan, Partial, dan Swadaya Berbantuan. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Karet merupakan tanaman yang dapat ditanam di Indonesia karena merupakan tanaman beiklim tropis. Komoditas karet merupakan komoditas yang memiliki prospek kedepan yang baik karena permintaan terus meningkat. Pengembangan Industri karet diperlukan untuk mewujudkan visi Indonesia 2025 yaitu dapat memproduksi karet hingga 2-4 juta ton per tahun 2. Saran Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lagi sector perkebunan untuk lebih meningkatkan perekonomian Indonesia. DAFTAR PUSTAKA http://www.litbang.pertanian.go.id/special/publikasi/doc_perkebunan/k aret/karet-bagian-a.pdf https://sustainablemovement.wordpress.com/2011/12/27/tanamankaret-hulu-hilir/ https://media.neliti.com/media/publications/30122-ID-studi-kelayakanusahatani-karet-hevea-brasiliensis-di-desa-bunga-putih-kecamatan.pdf