2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.58 Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif dibagi menjadi 6, yaitu:58 1. Tahu (know) Sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami (comprehension) Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Menerapkan (application) Suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. 4. Analisa (analysis) Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponenkomponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. 5. Sintesa (synthesis) Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesa adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada. 2.1.2 Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan 1. Faktor Internal a. Usia Usia berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Usia yang matang sangat berpengaruh dengan tingkat kematangan dan Pengalaman seseorang baik secara fisik, psikis dan sosial. Semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta melakukan persiapan untuk usia tua.59 b. Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.60 Hal tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Asiah (2009) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh wanita, maka semakin tinggi pula pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan.61 Tingkat pendidikan diklasifikasikan menjadi tingkat pendidikan rendah (SD dan SMP) dan tingkat pendidikan tinggi (SMA dan Akademi/perguruan tinggi).15 c. Pengalaman Pengalaman belajar dalam bekerja akan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.59 2. Faktor Eksternal a. Media massa atau informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.60 Pada penelitian yang dilakukan oleh Karisma (2011), menyebutkan seseorang dengan sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.62 b. Lingkungan Lingkungan berpengaruh terhadap pengetahuan karena adanya interaksi timbal balik atau tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.59 c. Sosial, budaya, dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.60 2.1.3 Cara mengukur pengetahuan Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.59 Arikunto (2006) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:63 1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%. 2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74%. 3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%. Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut:63 1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%. 2. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 50%. Namun, jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka persentasenya akan berbeda:63 1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya >75%. 2. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 75%. 2.2 Perilaku 2.2.1 Definisi Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar15 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku64 1. Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya sarana kesehatan. 3. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 2.2.3 Proses Terbentuknya Perilaku Terbentuknya perilaku dimulai dengan adanya stimulus atau rangsangan dari luar. Stimulus menyebabkan terjadinya proses stimulus dalam diri seseorang sehingga menimbulkan reaksi yang berupa sikap dan perilaku. Sikap merupakan predisposisi dari perilaku yaitu kesiapan untuk bertindak, sedangkan perilaku merupakan tindakan atau aktivitas yang nyata.64 2.2.4 Cara Pengukuran Perilaku Secara garis besar mengukur perilaku terbuka dapat dilakukan melalui dua metode, yakni:58 a. Langsung Mengukur perilaku secara langsung merupakan pengukuran dengan cara mengamati atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti secara langsung. Teknik skala mengukur perilaku secara langsung dengan menggunakan Guttman. Skala Guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti check list dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0. b. Tidak langsung Mengukur perilaku secara tidak langsung merupakan pengukuran dengan cara mengamati atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti secara tidak langsung. Skala Likert merupakan teknik skala yang digunakan untuk mengukur perilaku secara tidak angket/kuesioner. Perilaku dikategorikan menjadi:58 1. Sangat rendah, jika diperoleh skor 1,00 – 1,80 langsung dengan media 2. Rendah, jika diperoleh skor 1,81 – 2,60 3. Cukup, jika diperoleh skor 2,61 – 3,40 4. Tinggi, jika diperoleh skor 3,41 – 4,20 5. Sangat Tinggi, jika diperoleh skor 4,20 – 5,00 DAFTAR PUSTAKA 1. Sunaryati S. Penyakit Paling Sering Menyerang dan Mematikan. Yogyakarta: Flash Books; 2011. 12-14 p. 2. Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Kesehatan. Stop Kanker. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2015. 3. WHO | Breast cancer: prevention and control. WHO [Internet]. 2016 [cited 2018 Apr 9]; Available from: http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html#.Wsr7I4XKuHc 4. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Info DATIN Bulan Peduli Kanker Payudara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 5. American Cancer Society. Cervical Cancer Causes, Risk Factors, and Prevention Risk Factors. 2016. 6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017. 7. Syatriani S. Faktor Risiko Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulawesi Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2011; 8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2015. 9. Setiawati D. Human Papilloma Virus Dan Kanker Serviks. Public Health Science. 2014; 10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017. 11. Setyowati I. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pencegahan dengan Kejadian Kanker Payudara di RSUD dr. Moewardi. Jurnal Universitas Sebelas Maret. 2012; 12. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. 523-529 p. 13. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Ketiga. Anwar, M., Baziad, A., Prabowo R, editor. Jakarta: PT. Bina Pustaka; 2014. 14. Artiningsih N. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Serviks. Jurnal Universitas Sebelas Maret. 2011. 15. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2003. 16. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2002. 17. Annisa J. Pengaruh Penyuluhan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) terhadap Kemampuan Melakukan Praktik Sadari pada Anggota Palang Merah Remaja SMAN I Jetis Bantul. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta Jurnal. 2016; 18. Kusumawardani E. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Ibu Dalam Pencegahan Demam Berdarah. Diponegoro University Journal. 2012; 19. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta; 2010. 20. Amila L. Pengaruh Penyuluhan Menggunakan Metode Ceramah dengan Media Audio Visual terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Narkoba di SMA Negeri 1 Gomo Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta Journal. 2013; 21. Daryanto. Manajemen Pemasaran. Bandung: Sari Kuliah; 2011. 22. Fadhilla H. Pengaruh Penyuluhan Cuci Tangan Menggunakan Media Video Terhadap Keterampilan Cuci Tangan Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Universitas Sebelas Maret. 2014. 23. Fatimah M, Musfiroh M. Perbedaan Media Promosi Kesehatan Booklet dan Video terhadap Keterampilan Deteksi Dini Kanker Payudara pada Wanita Usia Subur. Jurnal Universitas Sebelas Maret. 2014; 24. Kantohe ZR, Wowor VNS, Gunawan PN. Perbandingan Efektivitas Pendidikan Kesehatan Gigi Menggunakan Media Video dan Flip Chart terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak. Journal UNSRAT. 2016;4(2):96–101. 25. Shah N, Mathur VP, Kathuria V GT. Effectiveness of an Educational Video in Improving Oral Health Knowledge in a Hospital Setting. Indian Journal Denstisry. 2016;7(2):70–5. 26. Oshagh M, Danaei SM, Ghahremani Y, Pajuhi N, Boushehri SG. Impact of an educational leaflet on parents’ knowledge and awareness of children’s orthodontic problems in Shiraz. East Mediterr Health Journal. 2011;17(2):121–5. 27. Herwana E, Pudjiadi LL, Wahab R, Nugroho D, Hendrata T, Setiabudy R, et al. Efek Pemberian Minuman Stimulan terhadap Kelelahan Pada Tikus. Medicina Journal. 2005;24(1). 28. Haryono. S. Payudara. Edisi ke-3. Jakarta; 2011. 29. Suryaningsih K. Kupas Tuntas Kanker Payudara. Yogyakarta: Paradigm Indonesia; 2009. 30. Varney H. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publisher; 2004. 31. Rasjidi I. Deteksi Dini & Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto; 2009. 32. Price, Sylvia., Lorraine, A., Wilson M. Buku 1 Patofisiologi “Konsep Klinis ProsesProses Penyakit.” 4th ed. Jakarta: EGC; 1995. 33. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017. 34. Gale, Danielle & Charette J. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC; 2000. 35. Indriani T. Efektifitas Penyuluhan Kesehatan “Sadari” Dengan Media Video Terhadap Pengetahuan Pada Remaja Putri Di SMK YMJ Ciputat. Journal UIN. 2017; 36. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim. 2015. 37. American Cancer Society. Breast Cancer. 2017; 38. Tapan E. Penyakit Degeneratif. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo; 2005. 39. PP&PL Dirjen. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara & Kanker Leher Rahim. Kementerian Kesehatan RI Direktorat PP&PPL; 2010. 1-3 p. 40. Mulyani N. Kanker Payudara dan PMS pada Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013. 41. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010. 42. Shadine M. Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Pustaka; 2012. 43. Adrijino. Kanker Serviks. 2nd ed. Jakarta: Divisi Onkologi Departemen ObstetriGinekologi FK UI; 2009. 44. Saslow D, Solomon D. American Cancer Society, American Society for Colposcopy and Cervical Pathology, and American Society for Clinical Pathology screening guidelines for the Prevention and Early Detection of Cervical Cancer. Cancer J Clin. 2012;62(3):147–72. 45. Nurwijaya H. Kanker Serviks. Elex Media Komputindo; 2010. 46. Ade W. Gambaran Hasil Sitologi Serviks Wanita Pekerja Seksual Tidak Langsung pada Hotspot X Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru. Jurnal Kedokteran UNRI. 2016; 47. Eti Rimawati, Agus Perry Kusuma SS. Kebersihan Organ Reproduksi Pada Perempuan Pedesaan Di Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Semarang. Jurnal Fakultas Kesehatan UDINUS. 2012;11(1):7–11. 48. Anggraini, Heni., Hidayat A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Serviks di RSUP dr. Sadjito Yogyakarta Tahun 2011. Jurnal Kesehatan UNISA. 2011; 49. J. Ferlay, I. Soerjomataram, R. Dikshit, S. Eser, C. Mathers MR, D.M. Parkin DFF. Cancer incidence and mortality worldwide: sources, methods and major patterns in GLOBOCAN 2012. Journal of Cancer. 2014; 50. Rasjidi I. Epidemiologi Kanker Serviks. Indonesia Journal Cancer. 2009; 51. Depatemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta: Depatemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009. 52. Eros. Cegah dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2010. 53. Diananda R. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahati; 2008. 54. Manuaba. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri dan Giinekologi. Jakarta: FKUI; 2009. 55. Kustiyati S. Pap Smear. Jurnal Ilmu Kesehatan UNISA. 2007;3(2):115–23. 56. Siagian E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Motivasi Pemeriksaan Pap Smear Pada Karyawati. Journal Keperawatan. 2015;1(1):52–6. 57. Mahmudah U, Cahyati WH, Wahyuningsih AS. Pengaruh Media Film Terhadap Sikap Ibu Pada Deteksi Dini Kanker Serviks. UNNES Journal Public Health. 2013;8(2):113– 20. 58. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2007. 143-146 p. 59. Budiman R. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013. 60. Saraswati L. Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan tentang Kanker Serviks dan Partisipasi Wanita dalam Deteksi Dini Kanker Serviks (di Mojosongo RW 22 Surakarta). Jurnal Universitas Sebelas Maret. 2011; 61. Asiah. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Ibu Rumah Tangga di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. UNSYIAH Journal. 2009; 62. Karisma L. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Kanker Serviks dan Partisipasi Wanita dalam Deteksi Dini Kanker Serviks. Jurnal Universitas Sebelas Maret. 2011; 63. Wawan, A., Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. 64. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta; 2010. 65. Heri DJM. Promosi Kesehatan. Yudha EK, editor. Jakarta: EGC; 2009. 66. Fitriastutik DR. Efektivitas Booklet Dan Permainan Tebak Gambar Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Kelas IV Terhadap Karies Gigi Di Sd Negeri 01, 02, Dan 03 Bandengan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2009/2010. Unnes Journal Public Health. 2010; 67. Papilaya E. Perbandingan Pengaruh Promosi Kesehatan Menggunakan Media Audio dengan Media Audio-visual terhadap Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut siswa SD. Journal UNSRAT. 2016; 68. Santi SM, Sabrian F, Karim D. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Perilaku Pencegahan Filariasis. Jurnal Universitas Riau. 2014;1(2):1–8. 69. Mayasari M. Efektivitas Penyuluhan Kesehatan dengan Metode Ceramah disertai Pemanfaatan Media Booklet dalam Upaya Meningkatkan Pengetahuan Ibu tentang Penyakit Pneumonia Pada Balita di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang Tahun 2014. UNNES Journal Public Health. 2016; 70. Agustin M. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Media Booklet Dibandingkan Audiovisual Terhadap Pengetahuan Orang Tua Tentang Karies Gigi Pada Anak Usia 5-9 Tahun Di Desa Makamhaji. Journal of Chemistry Information and Modeling. 2013;53(9):1689– 99. 71. Aliyah I. Pengaruh Media Booklet Anti ISPA (BOOKIS) Terhadap Perilaku Ibu Dalam Pencegahan ISPA. Jurnal Universitas Airlangga. 2016; 72. Devi S, Dasila P. Effect of Education Bundle on Prevention and Early Detection of Cervical Cancer and Participation of Women in Cervical Screening Procedures. International Journal of Health Science and Research. 2017;7:167–75. 73. Novitasari R. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi. Jurnal UMS. 2013; 74. Silalahi V, Lismidiati W, Hakimi M. Efektivitas Audiovisual dan Booklet sebagai Media Edukasi untuk Meningkatkan Perilaku Skrining IVA. Hasanuddin University Journal. 2018; 75. Nurmusazanah E. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Dismenore Melalui Media Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan, Perilaku, dan Daya Terima Siswi Di SMK Surakarta. Jurnal UMS. 2015; 76. Susanto R. Pengaruh Paparan Warna Terhadap Retensi Short Term Memory. Indonesia University Journal 2012; 77. Periyeti. Usaha Meningkatkan Minat Baca Mahasiswa. Jurnal Universitas Andalas. 2017;4(1):55–67. 78. Yusra VD, Machmud R. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang “ SADARI ” di Nagari Painan. Jurnal Universitas Andalas. 2016;5(3):697–704.