BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang semakin dituntut untuk menggalakkan pembangunan disegala bidang baik kualitas maupun kuantitasnya secara bertahap, terus-menerus dan berkesinambungan, dalam rangka mencapai tujuan negara sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 Sejak dahulu kala nilai-nilai luhur pancasila telah dianut oleh bangsa kita, bahkan kemudian telah menjadi dasar negara kita, kemudian UUD 1945 lahir sebagai perwujudan tekad untuk menyelenggarakan kehidupan bernegara yang tertib, damai dan sejahtera. Kondisi negara kesatuan republik indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan, sejak wacana reformasi digulirkan pada tahun 1998 dan turunnya rezim orde baru, maka tuntutan masyarakat terhadap perubahan disegala bidang mendorong terciptanya perubahan itu sendiri khususnya pada bidang politik. Sistem pemilu yang berlaku pada zaman orde baru yang mengisyaratkan hanya 3 (tiga) kontestan partai politik yang berhak ikut dalam pemilu tersebut, namun pada tahun 1999 pelaksanaan pemilu mengalami pertambahan kontestan partai politik peserta pemilu menjadi 48 (empat puluh delapan) kontestan. Menurut UUD 1945 pemerintah negara indonesia adalah pemerintah yang berazaskan persatuan yang dilandasi oleh sila persatuan dalam pancasila dan azas 1 negara kesatuan dalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945. Dengan demikian, maka lembaga-lembaga negara harus mencerminkan pengembangan aspirasi seluruh rakyat Indonesia. Dalam struktur organisasi negara, Pancasila menghendaki adanya kerakyatan yang dipimping oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan. Maka dari itu sifat pemerintahan harus demokratis, dalam arti bahwa cita-cita dan keinginan rakyatlah yang menuntut usaha pemerintah dalam mengejar suatu masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya pemerintahan yang stabil dan berwibawa, sehingga sendi-sendi demokrasi tetap terjamin. Dalam Undang-Undang RI No. 22 pasal 14 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dijelaskan bahwa susunan pemerintahan DPRD sebagai badan legislatif daerah Daerah adalah dan pemerintah daerah sebagai Badan Eksekutif Daerah. DPRD sebagai hasil pemilihan yang diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil-wakil rakyat, diperlukan suatu wadah fisik berupa kantor DPRD. Dalam hal ini Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai ibuProvinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara, mempunyai kedudukan yang penting dalam pemerintahan baik untuk skala lokal maupun regional. Seperti kita ketahui bahwa kelancaran roda administrasi pemerintahan dan pembangunan sangat ditentukan oleh adanya sarana dan prasarana fisik yang memadai guna mendukung fungsifungsi pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan secara optimal. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu perancanaan yang matang dengan merujuk ke masa yang 2 akan datang bagi suatu kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang tentu saja refresentatif. Melihat tuntutan dan kebutuhan tersebut di atas apabila dibandingkan dengan keberadaan Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang ada sekarang sudah tidak memenuhi persyaratan baik dilihat dari segi fasilitas ruang, persyaratan ruang, areal tapak maupun dari segi lokasinya. Adapun berbagai permasalahan Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara antara lain : - Usia dan kondisi fisik bangunan yang sudah tua - Tidak memenuhi standar/kriteria perencanaan aktivitas yang sedang berlangsung di dalamnya, - Kondisi tapak yang sangat terbatas. - Sistem sirkulasi yang tidak terencana B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana menentukan lokasi dan site yang tepat untuk bangunan Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang sesuai dengan rencana induk Provinsi Sulawesi Tenggara ? 2. Bagaimana mewujudkan bentuk ungkapan bangunan yang mencerminkan arsitektur lokal, tanpa mengabaikan ekspresi fungsinya ? 3. Bagaimana menentukan organisasi ruang dan besaran ruang yang dapat menampung seluruh aktivitas yang berlangsung di dalamnya ? 4. Bagaimana menentukan sistem struktur dan konstruksi yang digunakan sehingga bangunan kokoh dan kuat tetapi tidak mengurangi segi keindahan yang ingin ditampilkan ? 3 C. Tujuan dan Sasaran Penulisan 1. Tujuan Penulisan a. Untuk merumuskan konsep perencanaan dan perancangan kantor DPRD menjadi pusat kegiatan aktifitas kedewanan di Provinsi Sulawesi Tenggara. b. Untuk menyusun suatu acuan perancangan yang diarahkan untuk mendapatkan faktor – faktor penentu perencanaan serta strategi perencanaa fisik 2. Sasaran Penulisan Sasaran penulisan ini adalah untuk merumuskan acuan perancangan Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara D. Lingkup Penulisan 1. Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan faktor penentu perencanaan fisik. 2. Pembahasan diarahkan kedisiplin ilmu Arsitektur sebagai penentu perencanaan. E. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah analisa sintesa yaitu dengan mengindentifikasi permasalahan yang ada, kemudian mengelompokkan dan menganalisa serta mengkaitkan antara masalah dalam tahap-tahap, kemudian menarik suatu kesimpulan. Kesimpulan hasil pembahasan, nantinya akan ditransformasikan dalam konsep dasar perencanaan. Metode pembahasan ini didukung oleh wawancara dengan instansi yang terkait, dan peninjauan langsung ke lokasi dan studi literatur/kerpustakaan. 4 F. Sistimatika Penulisan BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran pembahasan dan metode pembahasan. BAB II : Berisikan Kajian Pustaka, pengertian judul, dan tinjauan umum terhadap kantor. BAB III : Berisikan tinjauan umum dan tinjauan khusus tentang Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. BAB IV : Berisikan pendekatan konsep fisik Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari melalui pendekatan makro dan mikro yang berupa data analisa tapak, aktifitas pelaku dalam bangunan, rencana interior, sistem utilitas dan kelengkapan BAB V : bangunan. Bab ini merupakan acuan perancangan fisik Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara melalui pendekatan makro dan mikro yang berupa analisa tapak, aktifitas pelaku dalam bangunan, rencana interior, sistem utilitas dan kelengkapan bangunan. BAB VI : Merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran – saran dan semua masalah yang kemudian dijadikan titik tolak kearah desain. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Judul Pengertian Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Gedung : Balai, rumah atau bangunan yang berfungsi sebagai tempat pengelolaan suatu pekerjaan. ( Poerwadrminta, Wjs, 1976 ) 2. Dewan : Majelis yang terdiri dari beberapa anggota yang bertugas memberikan nasehat, memutuskan suatu masalah. (Poerwadrminta, Wjs, 1976) 3. Perwakilan : Perkumpulan orang yang diberi kuasa untuk bertindak sesuatu. ( Poerwadrminta, Wjs, 1976 ) 4. Rakyat : Orang biasa, warga mastarakat penduduk yang menempati wilayah tertentu dalam suatu negara. (Poerwadrminta, Wjs, 1976) 5. Daerah : Adalah lingkungan pemerintahan atau wilayah yang dipakai untuk tujuan tertentu. ( Poerwadrminta, Wjs, 1976 ) B. Tinjauan Terhadap Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Sebagau Unsur pemerintah Daerah dalam Bidang Legeslatif 1. Bidang Kelembagaan di Indonesia Dalam upaya mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka kelembagaan pemerintah di 6 Indonesia dibagi atas 3 (tiga) bidang kekuasaan atau trias politica gagasan dari Montesquie adalah sebagai berikut : a. Bidang kekuasaan Legeslatif yakni kekuasaan membuat Undang – Undang b. Bidang kekuasaan Eksekutif yakni kekuasaan yang menjalankan Undang – Undang c. Bidang kekuasaan Yudikatif yakni kekuasaan mengawasi pelaksanaan Undang – Undang. Kebijakan seluruh provinsi di Indonesia daerah edaran Mentri Dalam Negeri RI di muat tanggal 2 dalam Februari susunan 1981 No. 642/438/POUD yang berbunyi : - Mengingat masalah Kantor DPRD maupun rumah jabatan DPRD adalah otonomi daerah, maka biaya untuk keperluan pembangunan kantor DPRD dimaksud agar ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. - Pembangunan kantor DPRD maupun rumah jabatan pimpinan agar disesuaikan dengan kondisi daerah setempat, serta disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. 2. Tugas, Kewajiban dan Hak DPRD a. Tugas : 1. Menetapkan APBN 2. Melaksanakan kerjasama internasional di daerah yaitu : a) Pelaksanaan Pemerintah Daerah dan Perundang –Undangan b) Pelaksanaan Keputusan Bupati 7 c) Pelaksanaan APBN d) Kebijakan pemerintahan Daerah e) Merlaksanakan kerjasama internasional f) Memberikan pendapat dan terhadap rencana pertimbangan perjanjian internasional kepada pemerintah yang menyangkut kepentingan daerah g) Menampung dan menindaklanjuti aspirasi daerah dan masyarakat. b. Kewajiban 1) Mempertahankan dan memelihara keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia 2) Mengamalkan Pancasila dan Undang – Undamg Dasar 1945 serta mentaati segala peraturan perundang – undangan 3) Membina demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. 4) Meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah berdasarkan demokrasi ekonomi 5) Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerina kaluhan dan pengaduan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya. c. Hak DPRD Untuk dapat melaksanakan fungsinya, DPRD mempunyai hak sebagai berikut : 1) Meminta keterangan kepada pemerintah daerah 2) Mengadakan perubahan atas rancangan PERDA 3) Mengajukan pertanyaan dan pendapat 8 4) Mengajukan perencangaan peraturan daerah 5) Menentukan anggaran belanja DPRD 6) Menetapkan peratuaran tata tertib DPRD 3. Pola hubungan kedudukan Legslatif terhadap Eksekutif a. Hubungan Eksternal 1. Hubungan dengan warga masyarakat Sebagai unsur yang dilayani hubungan dengan masyarakat dikembangkan kepada peran DPRD sebagai wadah pelayanan aspirasi dengan dasar pertimbangan yang mudah dicapai dari masyarakat. Proses penyaluran aspirasi masyarakat dilakukan memperoleh dengan cara masukan tentang persoalan atau kendala yang timbul didalam masyarakat baik langsun maupun tidak langsung, kemudian dibahas didalam rapat – rapat akhirnya diplenokan atau sidang pendahuluan yang pada untuk mengambil keputusan pemecahan masalah. WARGA DAERAH WARGA DAERAH Lokasi Kantor DPRD WARGA DAERAH WARGA DAERAH Skema II.1. Hubungan Eksternal ( sumber : Himpunan peraturan pelaksanaan UU Otonomi Daerah, penerbit Sinar Grafika, Mei 2002 ) 9 2. Hubungan dengan lembaga fungsional lain dengan bertitik tolak dari Undang – Undang RI No. 22 tahun 1999 bahwa daerah adalah Kepala Daerah dan DPRD yang pemerintah sama tinggi dalam pemerintahan. UNSUR PEMDA PROVINSI DPRD KABUPATEN /PROVINSI SULAWESI TENGGARA Kedudukan sama tinggi / setingkat BUPATI/WALIPROVINSI Skema II.2. Kedudukan SULAWESI TENGGARA DPRD ( Sumber : Himpunan peraturan pelaksanaan UU Otonomi Daerah, penerbit Sinar Grafika) b. Hubungan Internal 1) hubungan kedudukan ruang – ruang Ruang sidang pleno / paripurna merupakan puncak semua kegiatan yang didukung oleh sidang – sidang komisi, sidang gabungan komisi – komisi, rapat fraksi sedangkan kegiatan administrasi dan kesekretariatan mendukung semua kegiatan yang ada. Rapat Panitia Rapat Komisi Sidang Pleno / Paripurna DPRD Gabunga n Komisi Rapat Fraksi Skema II.3. Kedudukan Ruang Sidang ( Sumber : Himpunan peraturan pelaksanaan UU Otonomi Daerah, penerbit Sinar Grafika ) 10 2) Hubungan kegiatan a) Semua kegiatan yang berlangsung didalam kantor DPRD kepada kebijaksanaan berorientasi ke ruang sidang pleno b) Kegiatan pemimpin DPRD berorientasi DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai penentu kebijaksanaan. C. Tinjauan Spesifikasi Tata Sidang 1. Spesifikasi kegiatan dalam DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara 1. Kegiatan utama di dalam kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara adalah kegiatan kesekretariatan persidangan yang didukung oleh kegiatan administrasi. 2. Jenis sidang dan rapat Sidang – sidang atau rapat – rapat dalam DPRD adalah : a) Sidang Pleno / Paripurna b) Rapat Panitia c) Rapat Komisi d) Rapat Gabungan Komisi e) Rapat Fraksi f) Rapat Pimpinan DPRD g) Rapat kerja h) Rapat dengar pendapat 11 Rapat Fraksi Rapat Pendahuluan / Rapat Pleno Terbuka Rapat Panitia Sidang Pleno / Paripurna Rapat Komisi Rapat Kerja Rapat Dengar Pendapat Tertutup Rapat Gabungan Komisi Skema II.4 Rapat-Rapat 2. Falsafah ungkapan ruang a. Sebagai wadah ruangnya yang kegiatan utama lembaga legeslatif maka harus berdasarkan unsur biasa dilakukan dengan musyawarah orientasi falsafah untuk mufakat peserta memusat kepemimpinan sidang b. Kegiatan penentuan / pengesahan peraturan daerah yang dijalankan dan ditaati oleh warga masyarakat, untuk itu ungkapan falsafah ruang menuntut : 1) Sifat formil 2) Sifat anggun dan wibawa 3) Kesan serius 12 D. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengadaan Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Kebijakanseluruh provinsi di Indonesia dimuat dalam susunan daerah edaran Mentri Dalam Negeri RI tertanggal 2 Februari 1981 no. 642/438/POUD yang berbunyi : a. Mengingat masalah Kantor DPRD maumpu rumah jabatan DPRD adalah otonomi daerah, maka biaya untuk keperluanpembangunan kantor DPRD dimaksud agar ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah yang bersangkutan. b. Pembangunan kantor DPRD maupun rumah jabatan pimpinan agar disesuaikan dengan kondisi daerah setempat, serta disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. E. Studi Banding 1. Gedung DPRD Jawa Timur a. Pengguna Bangunan Kantor DPRD Jawa Timur - Jumlah Anggota DPRD = 32 orang 13 - Jumlah Komisi = 4 Komisi Jumlah anggota ditiap komisi = 8 orang - Jumlah Fraksi = 5 Fraksi Jumlah anggota ditiap fraksi = 7 orang - Jumlah Staf Ahli = 5 orang - Sekwan = 1 orang - Kepala Bagian = 3 orang - Kepala Sub Bagian = 7 orang - Pegawai (PNS + Honorer) = 59 orang b. Aktifitas Kedewanan - Sidang – sidang Paripurna - Rapat kerja intern - Hearing / dengar pendapat - Jaringan aspirasi rakyat c. Building Coverage - LUAS LAHAN = 6.145,500 m2 - LUAS GEDUNG = 2.189,127 m2 BUILDING COVERAGE (BC) atau KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB) adalah 63 % : 37 % BC MINIMUM adalah 70 % : 30 % 14 2. Gedung DPRD Konawe Selatan a. Lokasi Gedung DPRD Konawe Selatan terletak di ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten (Andoolo), yang merupakan daerah pusat perkantoran. b. Keadaan Fisik Bangunan Gedung DPRD Konawe Salatan terdiri dari satu lantai (bangunan utama), sementara banguna penunjang lainnya berpisah dari bangunan induk. c. Struktur Struktur bangunan berupa kolom beton dangan lantai dan dinding yang dibuat secara manual berdasarkan modul tertentu d. Bantuk Bangunan Gedung DPRD Kabupaten Konawe Selatan mengadopsi konsep modern namun tidak meninggalkan unsur budaya lokal. Bentuk modern yang dimaksud adalah terlehat dari penggunaan material, dan penggunaan beton, sementara unsur lokal dapat dilihat dari bentuk atap yang mengadopsi rumah adat Tolaki 15 BAB III TINJAUAN KHUSUS PERENCANAAN GEDUNG DPRD PROVINSI SULAWESI TENGGARA A. Tinjauan Terhadap Provinsi Sulawesi Tenggara 1. Letak Geografis Provinsi Sulawesi Tenggara dimasa Pemerintahan kolonial Belanda merupakan ibuProvinsi Sulawesi Tenggara kewedanan dan ibuProvinsi Sulawesi Tenggara Onder Afdeling Laiwoi yang luas wilayahnya kurang lebih 31,420 Km2. Sejalan dengan dinamika perkembangan sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan laut antar pulau, maka Kendari terus tumbuh menjadi ibuProvinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten dan masuk dalam Propinsi Sulawesi Selatan Tenggara. Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 terbentuklah Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kendari ditetapkan sebagai ibuProvinsi Sulawesi Tenggara propinsi yang terdiri atas 2 (dua) wilayah kecamatan yakni Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga dengan luas wilayah 76,76 Km2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1978 Provinsi Sulawesi Tenggara ditetapkan menjadi Provinsi Sulawesi Tenggara Administratif dan berkembang menjadi 3 (tiga) wilayah kecamatan dengan luas wilayah 187,990 Km2 yang meliputi Kecamatan Kendari, Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Poasia. 16 Melalui perjuangan yang cukup panjang dan tekad warga Provinsi Sulawesi Tenggara yang menginginkan Provinsi Sulawesi Tenggara Administratif Kendari menjadi Provinsi Sulawesi Tenggaramadya Daerah Tingkat II sebagai daerah otonom, maka dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1995 tanggal 3 Agustus 1995 Provinsi Sulawesi Tenggara Administratif Kendari berubah status menjadi Provinsi Sulawesi Tenggaramadya Daerah Tingkat II Kendari yang diresmikan oleh Bapak Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27 September 1995 dan tanggal ini pula ditetapkan sebagai hari lahirnya Provinsi Sulawesi Tenggaramadya Daerah Tingkat II Kendari. Dengan terbentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara kotamadya Daerah Tingkat II Kendari, maka sebagai WaliProvinsi Sulawesi Tenggaramadya KDH. Tk. II Kendari diangkat Drs. LASJKAR KOEDOES sebagai Pj. WaliProvinsi Sulawesi Tenggaramadya KDH. Tk. II Kendari sejak 27 September 1995 - 27 September 1996. Selanjutnya, seiring berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka istilah Daerah Tingkat II dan Provinsi Sulawesi Tenggaramadya berubah menjadi Kabupaten dan Provinsi Sulawesi Tenggara sehingga Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri. 2. Administrasi Pemerintahan a. Keadaan Administrasi 17 Provinsi Sulawesi Tenggara yang sebelumnya disebut Provinsi Sulawesi Tenggaramadya Kendari, terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia dengan Nomor 6 Tahun 1995. Sehubungan dengan fungsi dan perannya sebagai Ibu Provinsi Sulawesi Tenggara Propinsi, maka dalam konteks regional Provinsi Sulawesi Tenggara ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial ekonomi dalam suatu wilayah lebih luas. Provinsi Sulawesi Tenggara secara administratif merupakan Ibu Provinsi Sulawesi Tenggara Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis Provinsi Sulawesi Tenggara terletak pada koordinat 30 00 – 40 25 Lintang Selatan dan 1210 37 – 1230 15 Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar 29,589 Km2. Secara administratif wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terbagi dalam sepuluh Kecamatan yaitu Kecamatan Mandonga dengan luas 23,36 km² (7,89%), Kecamatan Baruga , Kecamatan Poasia, dan Kecamatan Baruga dengan luas 49,58 km² (16,76 %), Kecamatan Puwatu dengan luas 42,71 km² (14,43 %), Kecamatan Kadia dengan luas 9,10 Km² (3,08 %), Kecamatan Wua-wua dengan luas 12,35 Km² (4,16 %), Kecamatan Poasia dengan luas43,52 Km² (14,71 %), Kecamatan Abeli dengan luas 49,61 Km² (16,77 %), Kecamatan Kambu dengan luas 23,13 Km² (7,82 %), Kecamatan Kendari dengan luas 19,55 Km² (6,61 %) dan Kecamatan Kendari Barat dengan luas 22,98 Km² (7,77 %). 18 Selain itu Provinsi Sulawesi Tenggara secara keseluruhan dikelilingi oleh kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Konawe, Konawe Selatan dan laut Banda dengan batasan-batasan sebagai berikut : 1) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan dan Laut Banda. 2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan 3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe. 4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan. b. Keadaan Morfologis Provinsi Sulawesi Tenggara terletak mengelilingi Teluk Kendari dengan berbagai potensi dan peluang untuk mengembangkan usaha dan lebih dari itu daerah ini merupakan daerah khusus pengembangan kawasan wisata di Kendari Beach ini merupakan bagian dari koridor wisata pusat Kendari – Water Front Area (Teluk Kendari) – Pantai Mayaria – Tanjung Tapulaga – Pulau Bokori. 3. Kependudukan a. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan hasil pencacatan akhir tahun 2007 adalah sebanyak 251.447 Jiwa, sedangkan pada tahun 2009 berdasarkan hasil pencatatan terakhir, melalui Proyeksi Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005, penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara telah mencapai 260867 jiwa. Berdasarkan data tersebut di atas, 19 terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara selama kurn waktu 2007-2009 sebesar 1,87 persen per tahun. Keadaan struktur umur penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Proyeksi Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) menunjukkan bahwa pada tahun 2009 sepertiga lebih jumlah penduduk yaitu 42, 40 persen dari jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara atau sebanyak 110.598 jiwa adalah penduduk usia muda yang bermur dibawah 20 tahun, Sedangkan penduduk yang berusia diatas 20 tahun berjumlah 150.269 jiwa, data tersebut dapat dilihat pada tabel Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin dibawah ini: Tabel. III. 1 Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara menurut Kelompok Umur & Jenis Kelamin Population Of Kendari City by age Group and Sex 2009 Kelompok Umur 0-4 5–9 10 – 14 15 – 20 Laki-laki 15.409 15.573 11.532 13.324 Perempuan 15.464 13.407 12.387 13.502 Jumlah (L+P) 30.873 28.980 23.919 26.826 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 12.793 13.297 9.765 9.391 18.736 14.009 11.160 10.754 31.529 27.306 20.922 20.145 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 7.145 5.708 4.594 2.361 6.941 6.308 5.343 1.952 14.086 12.016 10.297 4.313 60 – 64 2.108 1.723 3.831 20 65 - 69 70 - 74 75 + Jmlah 1.529 974 556 126.416 750 1.265 750 134.451 2.279 2.239 1.306 260.867 Sumber : Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka / Kendari City in Figure 2010 b. Potensi Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai peranan penting dan strategis terutama dalam bidang ekonomi. Ini dapat dilihat dari tingginya pendapatan per kapita pedudukan Provinsi Sulawesi Tenggara yang diperkirakan mengalami kenaikan ± 17,55 % per tahun. Dari peningkatan pendapatan per kapita penduduk di atas, hal ini dapat menjadi pendorong majunya sub sektor pariwisata jika ditinjau ari segi bisnis karena dapat meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata seperti hotel, restoran dan rumah makan. 4. Kebijakan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara a. Rencana Tata Guna Lahan Sebagai suatu sistem wilayah, maka Provinsi Sulawesi Tenggara terbentuk oleh adanya interaksi antara Bagian Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (BWK) yang mempunyai fungsi tertentu. Sehubungan dengan perkembangan kebutuhan lahan untuk kegiatan-kegiatan perProvinsi Sulawesi Tenggaraan., maka fungsi eksisting BWK di Provinsi Sulawesi Tenggara di masa mendatang mengalami perubahan. Dengan demikian Rencana Tata Guna Lahan (RTGL) Provinsi Sulawesi Tenggara didekati 21 melalui penentuan fungsi (Primer dan Sekunder) tiap-tiap BWK yang nantinya merupakan kerangka bagi pola tata guna lahan. Sebagai dasar analisis dalam pengembangan perProvinsi Sulawesi Tenggaraan dan kebutuhan Provinsi Sulawesi Tenggara diselaraskan dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) yang dibuat tahun 2000 yang mencakup usaha-usaha pembangunan dan pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara untuk masa sepuluh tahun mendatang (sampai tahun 2010). b. Pembagian Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Kendari sampai tahun 2010, Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terbagi dalam tujuh Bagian Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (BWK) meliputi : BWK I : Luas sekitar 1.704,60 Ha, mencakup Kecamatan Mandonga, Kecamatan Baruga yang meliputi Kelurahan : Punggaloba (sebagian), Tobuaha, Mandonga, Korumba, Anggilowu (sebagian), Kadia dan Bende. BWK II : Luas sekitar 1.291,42 Ha, mencakup Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga yang meliputi Kelurahan : Kemaraya, Watu-watu, Tipulu, Punggaloba, Anggilowu, (sebagian) dan Alolama (sebagian). BWK III : Luas sekitar 2.490 Ha, mencakup Kecamatan Kendari yang meliputi Kelurahan : Benua-Benua, Sodohoa, Sanua, Dapu- 22 Dapura, Kandai, Kendari Caddi, Kampung Salo, Kasilampe, Gunung Jati, Mangga Dua, Matta dan Purirano. BWK IV : Luas sekitar 9.024 Ha, mencakup Kecamatan Poasia yang meliputi Kelurahan : Todonggeu, Sambuli, Nambo, Petoaha, Bungkutoko, Talia, Poasia, Lapulu, Pudai, Matabubu, Abeli, Anggomelai, Tobimeita, Benua Nirai dan Anggoeya. BWK V : Luas sekitar 4.902 Ha, mencakup Kecamatan Poasia dan Kecamatan Baruga yang meliputi Kelurahan : Rahanduona, Anduonohu, Mokoau, Kambu, Lepo-Lepo (sebagian). BWK VI : Luas sekitar 4.986,73 Ha, mencakup Kecamatan Baruga dan Kecamatan Mandonga yang meliputi Kelurahan : Kelurahan: Lepo-Lepo (sebagian), Baruga, Bonggoeya, Wua-Wau, Puwatu (sebagian), Watulondo (sebagian) dan Kadia (sebagian). BWK VII : Luas sekitar 5.190,25 Ha, mencakup Kecamatan Mandonga yang meliputi Kelurahan : Kelurahan: Puwatu (sebagian), Watulondo (sebagian), Punggaloka (sebagian), Labibia dan Wawombalata. 23 24 Gambar 3.1 Peta Pembagian BWK Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2000-2010 25 ( Sumber: Pemkot Kendari) Sedangkan secara adminstratif, Provinsi Sulawesi Tenggara terbagi dalam Sepuluh kecamatan yaitu : Kecamatan Kendari, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Poasia, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Abeli, Kecamatan kadia, Kecamatan Kambu, Kecamatan Wuawua dan Kecamatan Puwatu c. Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara Rencana struktur ruang Provinsi Sulawesi Tenggara pada dasarnya merupakan arahan tata jenjang fungsi-fungsi pelayanan didalam Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan rumusan kebijakan tentang pusat-pusat kegiatan fungsional Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan jenis, intensitas, kapasitas dan lokasi pelayanan. Jenjang kegiatan tersebut secara keseluruhan disusun sesuai dengan fungsi Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah dirinci dalam skala pelayanan Provinsi Sulawesi Tenggara, regional, nasional dan internasional. Tabel III.2 Arahan Fungsi dan Pengembangan Bagian Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara BWK I II Cakupan Wilayah Kelurahan Arahan Pusat BWK Mencakup Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Baruga yang meliputi Kelurahan: Punggaloba (sebagian), Tobuaha, Mandonga, Korumba, Anggilowu (sebagian), Alolama (sebagian), Wawombalata (sebagian), Kadia dan Bende. • Pusat BWK di Kompleks Kantor Pemerintahan WaliProvinsi Sulawesi Tenggara Mencakup Kecamatan Kendari Beach • Sub-Pusat di Pasar Wau-Wau Arahan Fungsi • Pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari • Perdagangan dan Jasa skala Provinsi Sulawesi Tenggara • Olahraga • Pariwisata • Perumahan (penunjang) • Pariwisata Potensi Penggunaan Lahan Luas 17,046 Km2 Luas 26 III IV V VI VII Kendari dan Kecamatan Mandonga yang meliputi Kelurahan: Kemaraya, WatuWatu, Tipulu, Punggaloba, dan Alolama (sebagian). • Perkantoran dan Hotel • Perumahan Mewah Mencakup Kecamatan Kendari yang meliputi BenuBenua, Sodohoa, Sanua, Dapu-Dapura, Kandai, Kendari Caddi, Kasilampe, Gunung Jati, Mangga Dua, Matta dan Purirano. • Pusat BWK di Pasar • Perdagangan dan Jasa Provinsi Sulawesi Tenggara Lama Kendari • Pelabuhan Laut dan Peti Kemas • Sub-Pusat BWK di • Industri Kimia dan Purirano Logam • Perumahan (penunjang) Mencakup Kecamatan Poasia yang meliputi Todonggeu, Sambuli, Nambo, Petoaha, Bungkutoko, Talia, Poasia, Lapulu, Pudai, Matabubu, Abeli, Anggomelai, Tobimeita, Benua Nirai dan Anggoeya. • Pusat BWK di suatu areal di perpotongan antara jalan Poros Andunohu dan Poros Lepo-Lepo Kelurahan Petoana • Sub-Pusat di Todonggeu Mencakup Kecamatan Poasia • Pusat BWK di Kantor dan Kecamatan Baruga yang Propinsi meliputi Kelurahan: Rahanduona, Anduonohu, Mokoau, Kambu, Lepo-Lepo (sebagian). 12,9142 Km2 Luas 24,90 Km2 • Industri Kimia dan Logam (bagian Barat, mencakup Kelurahan Sambuli dan Tondonggeu) • Industri Perikanan di Kawasan PPS Kendari (Pundai) • Pariwisata di Nambo dan Bungkutoko • Rumah Kebun (Pertanian) Luas 90,24 Km2 • Pemerintahan Propinsi • Pendidikan • Kesehatan • Rumah Kebun (Pertanian) • Pertanian (Sawah) • Hutan Wisata Luas 49,02 Km2 Mencakup Kecamatan Baruga dan Kecamatan Mandonga yang meliputi Kelurahan: Lepo-Lepo (sebagian), Baruga, Bonggoeya, WuaWau, Puwatu (sebagian), Watulondo (sebagian) dan Kadia (sebagian). • Pusat BWK di Pasar Baruga Sekarang • Aneka Industri, Industri Kerajinan dan Agro Industri • Industri Gembol • Perdagangan Grosir • Transportasi Regional • Rumah Kebun (Pertanian) dan Agribisnis Luas 49,8673 Km2 Mencakup Kecamatan Mandonga yang meliputi Kelurahan: Puwatu (sebagian), Watulondo (sebagian), Punggaloka (sebagian), Labibia dan Wawombalata. • Pusat BWK di Puwatu • Aneka Industri, Industri Kerajinan dan • Sub-Pusat BWK Agro Industri disediakan pada suatu • Rumah Kebun dan areal di persimpangan Argibisnis jalan ke Batu Gong dan • Tempat Peristirahatan Matabondu di Kelurahan Labibia Luas 51,9025 Km2 • Sub-Pusat BWK di Terminal Type B Abeli Sawah Sumber : WWW. Kendari. Go. Id 27 Untuk mendapatkan prioritas pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan rencana struktur tata ruang dan rencana pemanfaatan ruang secara rencana pengembangan penduduk dan penyebarannya, maka dilakukan penilaian terhadap seluruh bagian Provinsi Sulawesi Tenggara (BWK). Prioritas pengembangan BWK Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2000 – 2010 disajikan dalam peta. Sementara rencana struktur tata ruang Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2000 – 2010 yang pada dasarnya memperlihatkan struktur pelayanan kegiatan Provinsi Sulawesi Tenggara disajikan pada peta. B. Tinjauan Eksisting Terhadap Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari 1. Lokasi / Tapak Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang sekarang terletak di jalan Mayjen Soetoyo sebagai tempat mengadakan kegiatan DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara selama ini. Lingkungan Menengah sekitarnya Umum ( SMU ) bersebelahan langsung dengan Sekolah Negeri 1 Kendari, Kantor, BAPPEDA, Kampus Universitas Sulawesi Tenggara dan berhadapan dengan kantor Bank Pembangunan Dearah SULTRA. Lokasi ini dianggap kurang sesuai dengan kondisi sekitar karena lokasi yang ditempati kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki areal yang sangat sempit sehingga tidak dapat menampung segala fasilitas perkantoran yang direncanakan. 28 Bangunan kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari merupakan bangunan lama sehingga kondisi bangunannya kurang memenuhi standar perencanaan dan tidak mencerminkan karakteristik sebuah bangunan kantor DPRD serta banyaknya bagian bangunan yang telah rusak. 2. Ekspresi Arsitektural a. Motifasi Perencanaan 1) Memenuhi tuntutan perencanaan wadah untuk menampung aktifitas pemakai. 2) Memenuhi tuntutan perencanaan fasilitas gedung dan penunjang fungsi Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. 3) Memenuhi tuntutan kebutuhan pemakai dan fasilitas yang menawarkan keleliasaan, kenyamanan dan kamudahan b. Pengertian dan tujuan perencanaan 1) Pengertian Gedung DPRD adalah merupakan suatu sarana untuk berkumpulnya anggota badan legeslatif daerah, dimana kedudukannya sejajar dan merupakan mitra dari pemerintah daerahTujuan Perencanaan 2) Perencanan Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penggunanya dengan luasan ruangan yang sesuai dengan strandar kebutuhan. c. Sasaran Perencanaan 29 Sasaran perencanaan Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara adalah : 1) Menciptakan wadah yang representatif bagi para anggota legeslatif untuk menjalankan tugasnya sebagai penempung aspirasi rakyat. 2) Memberi kontribusi bagi perkembangan dunia arsitektur khususnya bagi bangunan pemerintahan. d. Tuntutan pemakai Sesuai dengan fungsi dan kegiatannya maka tuntutan yang harus dipenuhi adalah : 1) Lokasi Dapat terjangkau oleh masyarakat dan keberadaannya mendukung fasilitas gedung disekitarnya. 2) Kenyamanan Terpenuhinya keinginan pemakai serta suasana dan persyaratan ruang yang nyaman, luas ruang yang efektif dan fleksibel serta pencapaian yang baik dalam ruangan. 3) Komunikasi Terpenuhinya kemudahan komunikasi bagi penggunanya dalam hubungan kerja baik itu hubungan interen maupun eksteren. 4) Fasilitas Terpenuhinya fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan ukuran-ukuran finansial. e. Struktur organisasi dan Alat Kelengkapan DPRD 30 1) Susunan organisasi dan formasi sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara diatur dengan peraturan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 09 Tahun 2000. 2) Alat kelengkapan DPRD terdiri atas pimpinan, komisi-komisi dan panitia-panitia. (UURI No.22Tahun 1999 pasal 17 ayat 2) 3) DPRD membentuk fraksi-fraksi yang bukan alat kelengkapan DPRD ( UU RI No.22Tahun 1999 pasal 17 ayat 2) 4) Disamping alat kelengkapan DPRD dibentuk perangkat kelengkapan DPRD yaitu : a) Sekretariat DPRD Sekretariat DPRD dipimpin oleh seorang sekretaris DPRD yang diangkat oleh Kepala Daerah dan Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas persetujuan Pimpinan DPRD. ( UURI No.22Tahun 1999 pasal 17 ayat 2 ) Sekretaris DPRD membantu dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Sekretariat DPRD dibantu oleh tenaga ahli yang ditetapkan dengan jumlah keseluruhan sekretariat dan staf sekretariat berjumlah 28 (dua puluh delapan) orang, tenaga honorer 9 (sembilan) orang, dan pengemudi 9 (sembilan) orang. Sehingga totalnya berjumlah 46 (empat puluh enam) orang. b) Panitia-panitia 31 Dari beberapa fraksi di DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, dibentuk Panitia – panitia yang diambil dari masing – masing fraksi yang ada pada Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. Panitia – panitia tersebut adalah Panitia Musyawarah dan Panitia Anggaran. - Panitia Musyawarah. 1) Panitia Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. 2) Panitia musyawarah terdiri dari unsur-unsur fraksi berdasarkan pertimbangan jumlah anggota dan sebanyak- banyaknyadan tidak lebih dari setengah jumlah anggota DPRD. 3) Ketua dan wakil DPRD karena jabatannya adalah pimpinan Panitia Musyawarah merangkap anggota. 4) Sekertaris DPRD karena jabatannya adalah sekertaris panitia bukan anggota. - Panitia Anggaran. 1) Panitia anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. 32 2) Panitia anggaran terdiri dari unsur-unsur fraksi berdasarkan pertimbangan jumlah anggota dan wakil dari masing-masing komisi 1 (satu) orang. 3) Ketua dan wakil ketua karena jabatannya adalah pimpinan Panitia 4) Panitia anggaran merangkap anggota.Sekertaris DPRD dapat ditunjuk sebagai Sekretaris Panitia Anggaran. Selain Panitia tetap dibentuk Panitia tidak tetap yang disebut Panitia Khusus dengan masa jabatan sesuai dengan ketetapan DPRD yang bertugas untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan kepadanya. Jika tugas panitia khusus dianggap sudah selesai maka pimpinan DPRD membubarkannya. Anggota Panitia Khusus terdiri Dari paling kurang 3 (tiga) orang anggota termasuk seorang ketua yang ditentukan oleh pimpinan DPRD, atau usul para anggota Panitia Khusus. 3. Komisi – komisi. Dalam melancarkan pekerjaan dalam menyelesaikan suatu permasalahan maka dibentuk komisikomisiyang terdiri dari : a) Komisi A meliputi bidang Pemerintahan dan Hukum. b) Komisi B meliputi bidabg Perekonomian dan Keuangan c) Komisi C meliputi bidang Pembangunan dan Kesra Jumlah anggota tiap-tiap komisi terdiri dari 7 (tujuh) sampai dengan 10 (sepuluh) orang. Masa jabatan komisi paling lama 2 (dua) 33 setengah tahu. Pimpinan komisi mangadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu untuk mengatur pembagian kerja bagi tiap-tiap anggota. 4. Badan Kehormatan. a) Badan Kehormatan dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan DPRD, anggota badan kehormatan dipilih dan dari anggota DPRD dengan ketentuan untuk anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang beranggotakan sampai 27 (dua puluh tujuh) berjumlah 3 (tiga) orang. b) Pimpinan Badan Kehormatan terdiri dari seorang ketua dan Wakil Ketua yang dipilih oleh Badan Kehormatan. c) Badan Kehormayan dibantu oleh Sekretaris yang secara fungsional dilaksanakan oleh sekretaris DPRD, dan masa tugas Badan Kehormatan ini paling lama 2 (dua) tahun setengah. 34 STRUKTUR ORGANISASI DAN ALAT KELENGKAPAN DPRD PROVINSI SULAWESI TENGGARA KETUA DPRD WAKIL KETUA DPRD WAKIL KETUA DPRD FRAKSI-FRAKSI KOMISI-KOMISI PANITIA ANGGARAN SEKWAN PANITIA MUSYAWARAH KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BAGIAN UMUM SUB BAGIAN TATA USAHA & KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA SUB BAGIAN PERJALANAN BAGIAN KEUANGAN BAGIAN TATA HUKUM DAN PERUNDANGAN BAGIAN HUMAS DAN PERSIDANGAN SUB BAGIAN ANGGARAN & PEMBIAYAAN SUB BAGIAN TATA HUKUM & PERUNDANGAN SUB BAGIAN TATA HUKUM & PERUNDANGAN SUB BAGIAN PERENCANAAN SUB BAGIAN DOKUMENTASI SUB BAGIAN PRTOKOLER SUB BAGIAN EVALUASI & PELAPORAN SUB BAGIAN PERPUSTAKAAN SUB BAGIAN RAPAT & RISALAH 35 1). Anggota dan Pegawai Sekretaris DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Pegawai/staf adalah orang yang menangani masalah administrasi dan kegiatan tertentu sesuai dengan tanggung jawab dan fungsi. Adapun jumlah pegawai anggota/pegawai/staf pada Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Tenggarasebagai berikut. a. Anggota Dewan berjumlah 33 orang yang terdiri dari : 1. Pimpinan Dewan = 1 orang 2. = 1 orang Wakil Ketua Dewan 3. Badan Kehormatan = 4 orang 4. Ketua Komisi A = 1 orang 5. Wakil Ketua Komisi A = 1 orang 6. Sekertaris Komisi A = 1 orang 7. Anggota Komisi A = 4 orang 8. Ketua Komisi B = 1 orang 9. Sekretaris Komisi B = 1 orang 10. Anggota Komisi B = 7 orang 11. Ketua Komisi C = 1 orang 12. Wakil Ketua Komisi C = 1 orang 13. Sekretaris Komisi C = 1 orang 14. Anggota Komisi C = 7 orang b. Sekrstaris Dewan = 1 orang c. Bagian umum yang terdiri dari 1. Sekwan = 1 orang 36 2. Kepala Bagian Umum = 1 orang 3. Kepala Sub bagian Tata Usaha = 1 orang 4. Kepala Sub bagian Dokumentasi = 1 orang 5. Staf = 18 Orang d. Bagian Keuangan yang terdiri dari : 1. Kepala Bagian Keuangan = 1 orang 2. Kepala Sub Bagian Anggaran dan Pembukuan = 1 orang 3. Kepala Sub Bagian Perjalanan Dinas = 1 orang 4. Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Pelapor = 1 orang 5. Bendahara Pengeluaran = 1 orang 6. Bendahara Gaji = 1 orang 7. Staf = 9 orang e. Bagian Hukum dan Perundan-undangan yang terdiri dari 1. Kepala Bagian Hukum = 1orang 2. Kepala Sub Bagian Kajian Hukum = 1 orang 3. Kepala Sub Bagian Perpustakaan & Dokumentasi = 1 orang 4. Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum = 1 orang 5. Staf = 5 orang f. Bagian Persidangan terdiri dari : 1. Kepala Bagian Persidangan = 1 orang 2. Kepala Sub Bagian Perencanaan = 1 orang 3. Kepala Sub Bagian Arsip dan Dokumentasi = 1 orang 4. Kepala Sub Bagian Rapat dan Risalah = 1 orang 37 5. Staf = 4 orang g. Jabatan Fungsional berjumlah 1 orang h. Pegawai Honor yang terdiri dari : 1. Staf = 26 orang 2. Pengemudi = 20 orang 3. Satpam = 5 orang 4. Mekanikal = 2 orang Total = 141 orang Jumlah Anggota DPRD dan pegawai sekretariat diatas adalah data terakhir dari jumlah anggota dan pegawai keseluruhan pada Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara dengan rincian sebagai berikut : Anggota Dewan : 33 orang Sekretaris Dewan : 1 orang Kepala Bagian : 4 orang Kepala Sub Bagian : 12 orang Bendahara Keuangan : 2 orang Staf Pegawai Negeri Sipil : 36 orang Staf Honorer : 26 orang Pengemudi : 20 orang Satpam : 5 orang Mekanikal : 2 orang 38 C. Urugensi Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Pemerintahan Daerah Dalam Bidang Legeslatif TenggaraSebagai Unsur 1. Latar Belakang a) Dengan adanya surat edaran Menteri Dalam Negeri mengenai pengadaan kantor DPRD dan rumah jabatan pimpinan DPRD ditanggung oleh pemerintah daerah masing – masing, maka sepenuhnya ditangung oleh pemerintah daerah. b) Wujud bentuk bangunan harus dapat menerjemahkan aspirasi masyarakat dalam bentuk bangunan pemerintah yang mewakili daerah setempat. c) Untuk menunjang fasilitas ruang yang baik untuk kantor DPRD, perlu ditunjang dengan studi pendekatan yang lebih baik menyangkut aktifitas maupun persyaratan – persyaratannya. d) Lokasi / tapak kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara harus sesuai dengan pola pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara dimana lokasi tersebut telah ditetapkan sebagai zona peruntukkan perkantoran pemerintah. 2. Tujuan Untuk mengungkapkan wadah fisik dari Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini sebuah kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara secara Makro maupun mikro sangat dipengaruhi : a) Ungkapan sifat / karakteristik pelayanannya b) Unsur spesifikasi yang mencakup pelaku kegiatan, macam kegiatan serta pengadaab fasilitas 39 c) Ungkapan sifat / karakteristik pelayanannya adalah formil, anggun, monumental dan sederhana yang mencerninkan kesan terbuka, menerima dan dinamis. 40 BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN A. Titik Tolak Pendekatan Pendekatan dimaksud sebagai langkah menuju dan mengungkapkan konsepsi dasar perencanaan. 1. Pendekatan konsep makro Adalah sebagai langkah penyelesaian dalam lingkup kaitan bangunan kantor DPRD terhadap lingkungan dan zoning dalam Provinsi Sulawesi Tenggara, baik orientasi maupun area dan pelayanan. 2. Pendekatan konsep mikro Adalah sebagai langkah penyelesaian dalam lingkup kaitan wadah terhadap sifat, pola dan kegiatan didalamya. 3. Pendekatan kebutuhan ruang dan fasilitas Adalah bertitik tolak dari aktivitas kantor DPRD Pendekatan konsep makro merupakan langkah penyelesaian konsep dalam wadah fisik terhadap perkembangan Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya perkembangan dibidang sarana gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara mampu menjadi salah satu fasilitas akomodasi yang memberikan pelayanan terbaik dan modern di Provinsi Sulawesi Tenggara. Melihat fungsi Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara maka penentuan lokasinyapun harus strategis dan berada disekitar lingkungan/kawasan yang mendukung fungsi gedung itu sendiri. Secara fisik bangunan gedung DPRD Provinsi Sulawesi 41 Tenggara hendaknya memiliki bentuk yang mampu mencerminkan suatu ciri khas tanpa mengabaikan estetikanya. Pendekatan fisik mikro mencakup kebutuhan yang dapat mendukung fungsi dalam bangunan, diantaranya kapasitas serta fasilitas Gedung DPRD sebagai sarana tempat lembaga legeslatif daerah. Mengingat itu semua maka rancangan bangunan pun harus memperhatikan kenyamanan, kemudahanaksas serta memperoleh pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup efektif dan nyaman. Dan jika hendak dibuat lebih dari satu tingkat maka dasar gedung dan lantai tingkat dua dan seterusnya harus memiliki konstruksi yang kuat agar mendukung dan memperlancar segala ruang lingkup dan aktivitas daripengguna Gedung DPRD. B. Pendekatan Konsep Makro 1. Pendekatan Penentuan Lokasi Penentuan lokasi Gedung DPRD Koya Kendari didasarkan pada beberapa pertimbangan yang mendukung terlaksananya kegiatanyakni melayani masyarakat dan pemerintah yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : a. lokasi sesuai dengan zone peruntukan kegiatan perkantoran pada peta pembagian fungsi wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. b. Fasilitas pembagian pencapaian aksebilitas, menyangkut kelengkapan (prasarana dan sarana trasportasi) dan efisiensi (mudah dicapai dari semua tempat) 42 c. Tersedia fasilitas utilitas Provinsi Sulawesi Tenggara seperti sumber daya listrik (PLN), jaringan telekomunikasi (TELKOM), sumber air bersih/air minum (PDAM) dan saluran drainase Provinsi Sulawesi Tenggara. d. Relatif dekat dengan instansi pemerintahan dan lembaga lainnya yang berhubungan dengan kepentingan usaha pemakai. Berdasarkan pembagian BWK, maka adabeberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi, adalah : 1) Faktor lingkungan a) Kondisi lingkungan dari pengaruh kebisingan masih memungkinkan untuk diatasi secara arsitektural. b) Sedapat mungkin orientasi diarahkan pada area pusat perkantoran. 2) Faktor pengembangan a) Sesuai dengan program pemerintah dalam mengembangkan pusat-pusat kegiatan, baik yang telah ada maupun yang akan datang. b) Memiliki daya tarik dari luar sehingga dapat berkembang sesuai dengan perkembangan Provinsi Sulawesi Tenggara 3) Faktor Pencapaian a) Dapat dijangkau dengan berbagai sarana trasportasi Provinsi Sulawesi Tenggara b) Kemungkinan pembuatan prasarana pendukung yang lebih menunjang untuk ke lokasi dengan berbagai jenis kendaraan. c) Orientasi dari dan ke lokasi terhadap pusat Provinsi Sulawesi Tenggara. 43 2. Pendekatan Penentuan Site Dilakukan dengan beberapa pertimbangan : a) Berada pada zona peruntukan kegiatan perkantoran. b) Fasilitas pencapaian yang tersedia (sarana dan prasarana trasportasi Provinsi Sulawesi Tenggara) dan efisiensi (mudah dicapai dari segala arah dan tempat. c) Keadaan lahan yang mendukung yakni luas lahan yang mencukupi kebutuhan. d) Karakter tanah lahan yang mendukung ; kedalaman tanah yang keras, daya dukung tanah, tinggi muka air tanah. e) Fasilitas utilitas Provinsi Sulawesi Tenggara yang lengkap, tersedia sumber listrik PLN, jaringan telekomunikasi (TELKOM), sumber air bersih (PDAM) dan saluran drainase Provinsi Sulawesi Tenggara. f) Arah pandang (view) yang optimal dari dalam maupun luar site 3. Pendekatan Penentuan Tata Ruang Luar dan Sirkulasi Penataan ruang luar bangunan dapat berfungsi : a) Suatu penerima b) Pengikat beberapa kegiatan yang ada c) Peredam polusi udara dan kebisingan d) Elemen estetika serta mendukung penampilan bangunan. Menyangkut perencanaan ruang luar perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 44 1) Adanya penyesuaian perencanaan ruang luar terhadap lingkungan dan elemen yang ada di sekitarnya. 2) Memperhatikan skala ruang luar yang direncanakan sesuai dengan luas, tinggi dan lebar serta jarak bangunan yang ada di sekitarnya. 3) Pohon pelindung dan tanaman yang ada direncanakan peletakannya sehingga dapat mengurangi panas dan bising (noise) yang ada di sekitar site. 4) Pengolahan tanaman dan elemen ruang luar harus dapat memberikan arah pada orientasi ke bangunan sehingga terdapat pengaturan antara ruang luar dan ruang dalam. Dalam hal perencanaan ruang luar perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : a) Unsur pendukung keharmonisan bangunan pembatas lokasi bangunan b) Penyejuk, penunjang view dari luar tapak c) Sebagai ruang penerima d) Pelindung dan peneduh terhadap isolasi suara dan polusi udara e) Sebagai tata hijau sekeliling bangunan Perencanaan ruang luar harus memperhatikan hal -hal sebagai berikut : 1) Dapat mencerminkan keterbukaan atau mengundang elemen – elemen ruang luar yang menunjukan kesederhanaan dan tidak memberikan perasaan tertekan bagi pemakai bangunan. 2) Penyesuaian perencanaan ruang luar dengan lingkungan dengan elemen yang telah ada. 45 3) Pengolahan taman dan elemen ruang luar dapat memberi orientasi dan arah bangunan. Unsur -unsur ruang luar adalah a) Lapangan upacara b) Tempat parkir c) Taman d) Lapangan olahraga Prinsip penataan ruang luar ditentukan oleh fungsi ruang yang digunakan yaitu: 1) Lapangan upacara berfungsi sebagai salah satu sarana resmi, misalnya, upacara yang diselenggarakan setiap hari senin dan hari-hari nasional lainnya. 2) Lapangan olahraga berfungsi sebagai salah satu sarana kegiatan olahraga. 3) Tempat parkir . Taman parkir adalah ruang yang mengakomodasi pengguna yang tidak berjalan kaki untuk mencapai lokasi dari Kantor Bupati. Taman parkir ditinjau dari pembentuk katanya terdiri dari : a) Taman adalah fungsi ruang terbuka yang ditumbuhi oleh vegetasi yang diatur menurut tuntutannya, misalnya untuk pembatas, pengarah, peneduh maupun pelindung. b) Parkir adalah fasilitas untuk fungsi peletakan kendaraan baik bermotor atau tidak, baik roda dua atau empat, ataupun kendaraan besar seperti bis 46 dan truk pengangkut barang, saat tidak digunakan oleh pengguna atau pengunjung. Fungsi taman parkir tersebut adalah fungsi taman yang mengakomodasi tuntutan dari fungsi parkir kendaraan. Kendaraan membutuhkan ruang dan kendaraan juga menghasilkan polusi, khususnya polusi udara pada kendaraan bermotor. Taman pada fungsi parkir bertitik tolak dari hal-hal tersebut memiliki pertimbangan mengenai aspek-aspek sebagai berikut: 1) Pembatas, sebagai pengatur posisi kendaraan yang diparkir. 2) Peneduh, agar kendaraan yang diparkir tidak terlampau panas, sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengguna kendaraan 3) Penyerap polusi udara dan penyedia oksigen, agar menambah nilai kenyamanan pada fungsi parkir kendaraan. 4) Fasilitas dari fungsi parkir merupakan fasilitas untuk mengatur peletakan dari kendaraan yang ada agar tertata rapi, memudahkan pengguna dan mengoptimalkan penggunaan lahan. Fasilitas parkir untuk kendaraan selain mobil, memiliki pola yang sama akan tetapi berbeda pada dimensi parkir tiap tipe kendaraan. Fasilitas dari fungsi parkir merupakan fasilitas untuk mengatur peletakan dari kendaraan yang ada agar tertata rapi, memudahkan pengguna dan mengoptimalkan penggunaan lahan. Pola-pola parkir yang menunjang aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut : 47 Gambar IV. 1 Parkir Mobil ( sumber : Data Arsitek ) Fasilitas parkir untuk kendaraan selain mobil, memiliki pola yang sama akan tetapi berbeda pada dimensi parkir tiap tipe kendaraan, yaitu dengan asumsi sebagai berikut : 1) Fasilitas kendaraan roda dua ( sepeda motor dan sepeda tanpa motor ), diasumsikan memiliki dimensi 0,5 X dimensi mobil. 2) Fasilitas kendaraan pengangkut ( truk atau bus ), diasumsikan 2,5 X dimensi mobil. 3) Fasilitas kendaraan lain, misalnya becak, dokar, diasumsikan sama dengan dimensi mobil. Taman hijau adalah bagian dari ruang luar yang terdapat tumbuhtumbuhan/vegetasi. Vegetasi/tumbuhan dalam perencanaan serta perancangan tapak, dibagi dalam dua kategori (Virochsiri, 1977): 48 1) Pohon : a) Besar dengan ketinggian lebih dari 12,5m b) Sedang dengan ketinggian 7,5m– 12,5m c) Kecil dengan ketinggian 4,5m– 7,5m d) Siluet dari bayangan pohon Melebar Melingkar Provinsi Sulawesi Tenggarak Pipih Kerucut Kolom Gambar IV. 2 Karakter Pohon e) Konfigurasi percabangan Bergelombang Mendatar Angular Menyebar Berlubang Meruncing 49 Gambar IV. 3 Konfigurasi percabangan Pohon 2) Perdu, ground cover dan rumput a) sedang sampai tinggi dengan ketinggian 1,5m – 4,5m b) rendah dengan ketinggian kurang dari 1,5m c) terendah berupa vegetasi ground cover d) karakteristik perdu Batang terlihat Semak tersebar Membentuk lengkungan Memecah Mengkolom Picturesque Prostraire Batang yang Berdaun lebar berkarakter Berbunga besar Gambar IV. 4 Perdu, Ground Cover dan rumput 4. Sistem Sirkulasi Pola sirkulasi yang umum : (Ching FrancisD. K, Hal 271) 50 1.Linear 1) Bersifat dinamis 2) Pola sirkulasi yang umum digunakan 3) Menjadi unsur pengorganisir bagi sederetan fungsi 2.Radial Pola yang sering diterapkan pada bangunan atau monument yang menjadi tengaran atau pusat Provinsi Sulawesi Tenggara 3.Spiral Diterapkan pada daerah perbukitan atau daerah Berkontur dan daerah luas 4.Grid Menciptakan keteraturan pada suatu daerah 5.Network 1) Sangat kompleks 2) Jaringan jalan menghubungkan Titik-titik pusat kegiatan satu fungsi 51 6.Komposit Merupakan kombinasi dari pola-pola di atas Pola sirkulasi di dalam tapak maupun menuju tapak dipilih pola sirkulasi linear karena mudah dalam pengaturannya 5. Pendekatan Orientasi Tapak Orientasi bangunan ditentukan dengan berbagai pertimbangan kondisi lingkungan terutama iklim mikro. Beberapa pertimbangnan tersebut diantaranya: a) Radiasi panas matahari 1) Bangunan dengan banyaknya bukaan pada dinding untuk memasukkan cahaya siang hari harus diatur berdasarkan banyak sedikitnya radiasi panas yang diterima 2) Penataan Landscape untuk pengendalian panas dan pemanfaatan bentuk parmukaan tanah diatur untuk menciptakan lingkungan termal yang nyaman (Chiara. Standar Perencanaan Tapak. Jakarta: Erlangga, 1997). 3) Orientasi ke jalan utama yang mudah dilihat dan dapat diakses oleh kendaraan bermotor menuju tapak. 4) Menyesuaikan faktor klimatologi terutama dari sinar matahari. Berdasarkan arah terbit-tenggelam matahari, maka bukaan-bukaan pada bangunan lebih banyak kearah utara-selatan sebagai penerangan alami 52 pada siang hari, manun minimalkan cahaya sinar matahari langsung masuk kedalam bangunan. b) Kebisingan (noise) Faktor-faktor yang mempengeruhi kebisingan di sekitar tapak : 1) Kebisingan tertinggi terdapat di jalan Saranani 2) Kebisingan sedang terdapat di jalan Mede Sabara II 3) Kebisingan kurang terjadi di daerah pemukiman penduduk. Kebisingan diatas dapat dipertimbangkan : a) Arah datangnya kebisingan b) Tinggi rendahnya tingkat kebisingan c) Jenis kegiatan yang membutuhkan tingkat kebisingan tertentu dipisah menurut tingkat kebisingan polusi dan kegiatan d) Memasang bahan yang dapat menyerap bunyi pada ruang-ruang kantor yang membutuhkan ketenangan e) Menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan suasana tenang jauh dari sumber kebisingan f) Menurut Buffer disekitar tapak guna maradam kebisingan di sekitar tapak seperti vegetasi tanaman sebagai elemen c) Zoning / Pendaerahan Zoning dianalisa untuk mendapatkan kemungkinan terbaik bagi pengelompokkan aktifitas agar masing-masing mempunyai tingkat privacy yang sesuai dengan hierarki ruang yang jelas. Hasil analisa zoning akan mendapatkan 53 posisi terbaik dari pembagian zoning terhadap pengaruh lalu lintas dan keadaan sekeliling tapak. Penentuan pengelompokan kegiatan pendaerahan pada tapak didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu : 1) Fungsi-fungsi yang direncanakan keberadaannya dalam tapak 2) Kebutuhan ruang yang diperlukan berdasarkan fungsi dan sifat kegiatan 3) Sistem pencapaian dan jalur sirkulasi yang langsung, mudah dan aman. d) Topografi Bentuk tapak tempat berdirinya bangunan diperhitingkan untuk beberapa aspek seperti kelandaian, pengaturan trotoar dan jalan, pelesatarian pohon dan bangunan serta biaya konstruksi. e) Keamanan Tapak Menciptakan ruang terlindung yaitu istilah yang digunakan untuk menjelaskan serangkaian sifat khas rancangan fisik yang mengutamakan pengawasan terhadap prilaku terutama kejahatan f) Pembuangan Limbah Pembuangan air kotor, sampah material yang tidak terpakai perlu dirancang dengan sistem yang mandiri dan aman terhadap lingkungan karena dapat mempengaruhi kesehatan. 6. Pendekatan Penampilan Bangunan a. Bentuk Dasar Bangunan Untuk Mendapatkan bentuk dasar bangunan yang sesuai dengan karakter bangunan,yaitu dengan dasar pertimbangan, antar lain : 54 1) Bentuk sederhana dan memberi kesan formal 2) Bentuk sesuai dengan penempatan perabot 3) Efektifitas dalam pemakaian ruang 4) Mudah dalam pelaksanaan Alternatif bentuk ruang yang digunakan: 1). Bentuk Segi Empat Karakter ruang: a). Penggunaan ruang yang optimal b). Bentuk sederhana kesan formil c). Efektif terhadap peletakan perabot 2). Bentuk Lingkaran Karakter ruang: a). Peletakan perabot kurang memenuhi b). Fleksibilitas tinggi c). Kesan ruang santai 3). Bentuk Segitiga Karakter ruang: a). Peletakan perabot kurang memenuhi b). Penggunaan ruang kurang efisien c). Kesan kurang dinamis 4). Bentuk Tetragonal Karakter ruang: a). Banyak ruang yang terbuang b). Sulit dalam penataan perabot 55 Gambar : IV.5 Alternatif bentuk ruang Sumber : Yan Dianto, Dasar-Dasar Ilmu Arsitektur, 1982. Bentuk ruang yang akan dipakai adalah bentuk yang dapat mendukung pola pelayanan Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, untuk itu bentuk yang akan diterapkan adalah bentuk bundar dan sedikit dikombinasikan dengan bentuk setengah lingkaran. b. Penampilan Bangunan Dalam arsitektur pengenalan simbol merupakan suatu proses yang terjadi pada individu dan masyarakat. Melalui panca indera (indera penglihatan) manusia mendapat rangsangan yang kemudian menjadi pra-persepsi. Terjadilah pengenalan obyek, selanjutnya terwujud persepsi. Setelah itu terjadilah proses penyesuian diri. Dapat disimpulkan bahwa disini karakter atau citra Gedung DPRD harus terbentuk berdasarkan karakter dari pola kegiatan didalamnya. C. Pendekatan Konsep Mikro 1. Penentuan Program Kebutuhan Ruang a. Kebutuhan Ruang 56 Dalam merencanakan pendekatan kebutuhan ruang didasarkan pada pengelompokkan kegiatan yang terdapat pada kantor DPRD dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1) Karakteristik masing-masing kegiatan yang diwadahi 2) Keragaman kegiatan yang memerlukan pengadaan berbagai sarana fisik bagi tuntutan pelayanan yang berbeda-beda. 3) Pemisahan kelompok kegiatan secara vertikal dan horisontal, serta tidak mengindahkan kontinuitas yang bersifat umum (publik). 4) Hubungan fungsional antar kegiatan dalam bangunan b. Pengelompokan Ruang Adapun pengelompokan kegiatan kantor DPRD Kabupaten/Provinsi Sulawesi Tenggara dibagi sebagai berikut : 1) Kelompok kegiatan utama Kelompok kegiatan utama dilakukan oleh semua anggota DPRD dalam melakukan sidang Paripurna seperti : Ruang sidang pleno/paripurna Ruang rapat komisi Ruang rapat fraksi Ruang rapat panitia musyawarah Ruang rapat panitia anggaran Ruang rapat khusus ketua DPRD Ruang loby peserta rapat 57 2) Kelompok kegiatan pendukung kelompok kegiatan pendukung yg dilaksanakan oleh semua anggota DPRD dalam melakukan iding fraksi-fraksi ditiap-tiap fraksi seperti : Ruang ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Ruang wakil-wakil ketua DPRD (2 orang) Ruang sekretaris DPRD Ruang kerja komisi Ruang kerja panitia-panitia Ruang bagian umum Ruang bagian rapat/risalah Ruang bagian keuangan Ruang piket Ruang perpustakaan Ruang dokumentasi dan kearsipan Ruang komputer Ruang pubilikasi Ruang negosiasi Ruang infentaris 3) Kelompok kegiatan pelayanan Kelompok kegiatan pelayanan yang berperan melayani semua aktivitas - aktivitas persidangan seperti : Ruang sidang pleno/paripurna Ruang rapat komisi 58 Ruang rapat fraksi Ruang rapat panitia musyawarah Ruang rapat panitia anggaran Ruang rapat khusus ketua DPRD Ruang loby peserta rapat 4) Kelompok kegiatan service 5) Pengelompokan kegiatan service meliputi kegiatan seperti perawatan bangunan dan perlengkapannya, mengawasi dan mengontrol sistem bangunan, menjaga keamanan dan kenyamanan pemakai bangunan dalam hal ini pihak penyewa bangunan dan pengelola seperti : Ruang panel sound system Ruang jaga pada ruang sidang Ruang jaga pos keamanan Ruang stensil dan penggandaan Kantin dan koperasi Ruang istirahat pengemudi Ruang mekanikal Garasi mobil/motor c. Besaran Ruang Beberapa pertimbangan dalam pendekatan besaran ruang adalah : 1) Menjamin kemungkinan ruang gerak bagiaktifitas yang dihadapi. 2) Memungkinkan terhadap flow/sirkulasi bagi pencapaian yang efisien. 59 3) Memungkinkan untuk layout/pengaturan perabot dan peralatan penunjang lainnya. d. Pola Hubungan Ruang Pertimbangan dalam pendekatan besaran ruang adalah : 1) Sifat dan fungsi kegiatan yang terjadi didalamnya. 2) Hubungan kegiatan 3) Faktor pencapaian 4) Penzoningan berdasarkan kesamaan aktifitas dan keterkaitan antara ruang. e. Siskulasi Ruang Dasar pertrimbangan : 1) Efektif dalam pencapaian 2) Kelancaran kegiatan 3) Efisiansi ruangan 4) Koordinasi hubungan ruang 5) Efektif dalam penghawaan dan pencahayaan Alternatif pemakaian pola sirkulasi adalah : 1. Selasar satu ruang a. Kurang efisien dalam penggunaan ruang b. Tidak efektif dalam penggunaan struktur 2. .Selasar dua ruangan a). Efektif dalam pencapaian b). Efektif dalam 60 penggunaanstruktur c). Selasar dua ruang efisien dalam penggunaan ruang Dari pola sirkulasi diatas maka dipilih sirkulasi dengan dengan selasar dua ruangan. 2. Pendekatan Sistem Struktur dan Material a. Dasar pertimbangan Perwujudan ungkapan fisik bangunan didukung oleh sistem struktur yang digunakan, sehingga pemilihan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut : 1) Pertimbangan ekonomi 2) Kondisi tanah Ketinggian bangunan dipengaruhi oleh daya dukung tanah, sehingga pondasi/sub struktur akan mendukung super struktur diatasnya. 3) Bahaya kebakaran Sesuai dengan tuntutan persyaratan bangunan terhadap bahaya, suatu konstruksi bangunan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a) Ketahanan struktur selama 2 (dua) jam dengan menggunakan bahan - bahan tahan api yang tidak terbakar atau menghasilkan asap. 61 b) Pembatasan penjalaran api, sistem peringatan dini terhadap api/asap yang efektif melalui sensor detector. 4) Teknologi Bangunan Sistem struktur yang dipilih hendaknya mudah dalam pelaksanaanya dan pemeliharaannya dalam arti disesuaikan dengan kemampuan teknologi daerah setempat. 5) Service engineering Perencanaan bangunan akan selalu dikaitkan dengan perencanaan arsitektural, peralatan bangunan (pemipaan, instalasi listrik, telepon, komputer shaff sampah dan lain-lain). b. Kriteria penentu Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat ditentukan kriteria kriteria bagi penetuan bentuk strukturnya, yaitu sebagai berikut : 1) Faktor teknis, dimana struktur harus kokoh, stabil, kaku dan aman. 2) Faktor fungsi bangunan, dimana fungsi kegiatan pada bangunan menurut fleksibilitas dan efisiensi ruang. 3) Faktor alam, dimana keadaan fisik lahan berupa daya dukung tanah, ketinggian air tanah dan sebagainya. 4) Faktor ekonomis, dimana menyangkut sistem pelaksanaan dan pemeliharaan dalam pembiayaan. c. Alternatif sistem struktur Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka alternatif sistem struktur yang digunakan adalah : 62 1) Sub struktur (pondasi) Petimbangan pemakaian sistem sub struktur adalah: a) Mampu mendukung beban super struktur. b) Mampu menetralisir beban eksternal. c) Kekuatan daya dukung tanah pada tapak. d) Pada tahap pelaksanaan tidak mengganggu bangunan sekitarnya. Selain itu harus mempertimbangkan reaksi gaya-gaya aksi beban dan sistem struktur. Reaksinya yaitu : (1) Reaksi tanah geser (friction), berupa gaya geser tanah terhadap kulit sisi pondasi. (2) Reaksi daya dukung (bearing), berupa gaya berlawanan dan lapisan keras terhadap pondasi. (3) Reaksi tarikan kebawah (drag), berupa gaya akibat perlemahan tanah dan akibat berat pondasi sendiri. (4) Reaksi angkat keatas (heave), berupa pergerakan lapisan struktur tanah. (5) Reaksi apung (buoyancy), berupa reaksi yang ditimbulkan oleh air tanah (water table). 2) Super struktur Desain struktur bangunan, masalah stabilitas bangunan merupakan hal yang penting, artinya struktur bangunan dapat memberikan kekuatan terhadap pengaruh beban-beban yang bekerja padanya. Beban-beban vertikal yang besar merupakan kolom-kolom, 63 dinding-dinding, shaft-shaft menjadi besar pula. Ketinggian di atas tanah, penentuan bentuk desain. Desain struktur veritikal harus mempertimbangkan bahwa : a) Beban vertikal diakumulasikan dari lantai kelantai melalui kolom atau bagian dinding sebagai pendukung beban. b) Beban lateral yaitu beban angin dan beban gempa di teruskan pula kolom dan dinding. c) Aksi beban lateral menimbulkan monen lentur gaya gesar dan gaya aksial pada semua elemen (balok maupun kolom). d) Momen lentur yang diakibatkan beban lateral seringkali mencapai maksimum pada penampan dekat titik hubung (simpul) sehingga ukuran elemen struktur dibagian tersebut pada umunya dibuat lebih besar atau diperkuat apabila lateral cukup besar. 3) Upper srtuktur Semua struktur bangunan yang berada diatas penutup bangunan seperti atap biaranya disebut upper struktur, dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : a) Fleksibel dan efisian dalam pemasangannya b) Ekonomis dalam peleksanaannya c) Dari teknis pelaksanaanya mudah dilaksanakan d) Tahan terhadap gaya lentur dan gaya geser e) Tidak mudah terbakar d. Konstruksi 64 Dalam pemilihan konstruksi harus diperhatikan beberapa faktor, antara lain : 1) Bahan murah dan mudah diperoleh 2) Pemeliharaan sederhana 3) Pelaksanaan mudah 4) Tahan terhadap pengaruh cuaca 5) Sesuai dg fungsi bangunan Tuntutan dan pertimbangan pemakaian bahan disesuaikan dengan sistem sturuktur yang digunakan misalnya: 1) Penyesuaian bahan dengan kondisi dimana sistem sturuktur digunakan 2) Mudah perawatannya / pemeliharaannya 3) Sebanyak mungkin menggunakan bahan lokal 4) Faktopr keamanan yaitu kekuatan bahan terhadap gaya – gaya bekerja 5) Kesesuaian antara fungsi dan karakter bangunan, penonjolan sifat alamiah 6) Awet terhadap pengaruh cuaca dan binatang – binatang perusak dalam jangka lama Tabel IV Daftar Material / Bahan Menurut Sifat dan Pemakaiannya BAHAN KESAN/ CONTOH KETERAMPILAN PEMAKAIAN SIFAT 65 Mudah untuk KAYU dibentuk Hangat, lunak, Untuk bangunan konstruksi alamiah dan rumah tinggal, yang ringan, dan menyegarkan dan bangunan bentuk-bentuk hasil lainnya lengkung Dinamis, dapat Praktis berfungsi BATU BATA sebagai untuk semua jenis dinding pendukung, sebagai Khusus digunakan bangunan dindang pengisi Bersifat sebagai SEMEN Dekoratif dan masif perekat, ataupun Semua bahan bangunan sebagai material Merupakan bahan Berat, kasar, kokoh, Bahan pondasi yang sudah jadi dan abadi dan alamiah dan struktur beton Hanya dapat Keras, kokoh, abadi Bangunan umum menahan gaya tarik dan alamiah dan komersial BATU ALAM mudah untuk disusun BAJA sebagai pengisi 66 Efisien tembus ALUMINIUM cahaya dan tidak KACA mempunyai sifat Ringan dan dingin, Bangunan umum, dinamis, abadi, dan komesial alamiah sebagai pengisi isolasi PLASTIK Mudah dibentuk Ringan, dinamis dan Bangunan yang dan rapat disusun informal tidak resmi dan tidak permanen e. Penentuan sistem pengkondisian 1) Sistem pencahayaan Sistem pencahayaan yang dapat digunakan adalah : a) Pencahayaan alami b) Pencahayaan buatan Kedua sistem pencahayaan ini dipertimbangkan terhadap kegiatan dan fungsi ruang, kenyamanan dan suasana yang di inginkan. 2) Sistem penghawaan Sistem penghawaan ini dibagi atas : a) Penghawaan alami Melalui bukaan pintu dan ventilasi, sehingga udara dapat masuk dan keluar ruangan. b) Penghawaan buatan Dengan menggunakan penghawaan buatan, misalnya AC (air conditioner) fan atau kipas angin 67 3) Sistem tata suara/akustik Pada bangunan dengan beragam fungsi atau kegiatan, maka dapat menimbulkan konflik antara ruang-ruang yang menimbulkan bunyi dengan ketenangan. ruang yang membutuhkan Untuk itu pengendaliannya memerlukan pertimbangan : a) pengelompokkan ruang berdasarkan sifat masing-masing kegiatan. b) Pada ruang tertentu yang dapat menimbulkan suara gaduh dan berpengaruh pada ruang yang lain, maka digunakan material absorpsi (bersifat mennyerap suara). c) Pada ruang yang membutuhkan tingkat kebisingan relatif rendah dilakukan pengaturan jarak dari sumber gaduh dan menggunakan material absorpsi. 4) Penentuan sistem utilitas / sanitasi a) Sistem jaringan air bersih Pada proyek kantor DPRD ini, sumber air bersih adalah berasal dari PDAM ditambah dengan sumur artesis/sumur gali, namun untuk mencegah hak-hal yang tidak di inginkan, maka digunakan pula bak reservoir guna menampung air untuk kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan air bersih ini digunakan seperti untuk lavatory, pantry dan kebutuhan lainnya. Adapun sistem penjaringan air bersih ini adalah : 1) Air dari PDAM masuk melalui meteran selanjutnya dipompa dan ditampung dalam tangki bawah (reservoir bawah) kemudian 68 dipompa naik ketangki air atas (reservoir atas) untuk selanjutnya didistribusikan secara gravitasi ke unit-unit yang membutuhkan. 2) Apabila PDAM macet, maka sumur artesis/sumur bor dapat dimanfaatkan, dimana prosesnya hampir sama dengan PDAM yaitu tanpa melalui meteran tetapi langsung dipompa dari sumur artesis tersebut selanjutnya menuju ke bak sedimentasi dan bak penyaringan untuk membersihkan dari kuman-kuman lalu setelah bersih kemudian menuju reservoir bawah dan pompa naik ke reservoir atas untuk didistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya. b) Sistem jaringan air kotor Air kotor pada kantor DPRD berasal dari 2 (dua) sumber yaitu air limbah dari unit-unit dan air hujan. 1) Pembuangan dari unit-unit kebutuhan (km/wc,dapur). 2) Pembuangan air hujan, ini menggunakan saluran terbuka pada sekeliling bangunan untuk pembuangan secara horisontal dan menggunakan pipa vertikal untuk pembuangan secara vertikal, dimana pipa ini berhubungan langsung dengan bak kontrol yang terletak untuk selanjutnya disalurkan kesaluran pembuangan riol Provinsi Sulawesi Tenggara. c) Sistem jaringan listrik Jaringan listrik yang digunakan pada bangunan kantor DPRD ini, ada 2 (dua) sumber yaitu berasal dari PLN dan sumber tenaga 69 cadangan listrik menggunakan generator (genset) untuk emergency lighting yang secara otomatis bekerja jika aliran listrik dari PLN secara tiba-tiba putus/padam. d) Sistem jaringan komunikasi Untuk memudahkan dan menunjang aktivitas yang berlangsung didalam kantor DPRD, maka diperlukan adanya jaringan komunikasi baik itu kedalam maupun keluar bangunan. Sistem komunikasi terdiri dari 2 macam yaitu : 1) Sistem komunikasi keluar bangunan menggunakan pesawat telepon yang mendapat sambungan dari TELKOM, disamping itu juga menggunakan saluran telex, facsimile, dan internet. 2) Sistem komunikasi kedalam bangunan menggunakan pesawat intercom dan telepon untuk menghubungkan komunikasi antar ruangan. e) Sistem keamanan Keamanan terhadap bahaya kebakaran, sistem pengelolaannya dapat dilakukan dengan : 1) Menggunakan bahan bangunan yang tahan terhadap api. 2) Menggunakan fire hydrant pada daerah-daerah tertentu. 3) Sistem penempatan tabung pemadam kebakaran pada sudut-sudut bangunan. 4) Memperhitungkan kemudahan bangunan untuk dicapai oleh satuan pemadam kebakaran. 70 5) Keamanan terhadap petir Untuk keamanan sambaran petir, bangunan harus dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Yang lazim digunakan untuk bangunan-bangunan rendah adalah yang dipasang pada atap bangunan dan meneruskan aliran listrik petir ke tanah meleati kawat-kawat dan konduktor. Daerah perlindungan Konduktor tanah Gambar IV.5. Sistem penangkal petir. f) Penentuan sistem eskterior Tampak luar bangunan /eksterior merupakan ungkapan bangunan yang terlihat dari luar secara fisik dapat mencerminkan kegiatan yang berlangsung didalamnya. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengolahan eksterior adalah : 1) Bentuk sosok bangunan yang akan ditampilkan. 71 2) Unsur-unsur estetika, bahan warna akan ditampilkan 3) Keserasian dengan lingkungan. 72 BAB V ACUAN PERANCANGAN A. Konsep Tampilan Bangunan Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan wadah dan sarana bagi kegiatan perwakilan rakyat dan kegiatan administrasi Kantor DPRD tersebut. Sifat dan karakteristik gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara dipengaruhi oleh sifat kegiatan yang terjadi antara lain : formil, dinamis, berwibawa, terorganisir, terarah dan seimbang. Adapun jenis kegiatan yang berlangsung dalam bangunan tersebut terdiri atas : 1. Kegiatan pokok/utama 2. Kegiatan pendukung 3. Kegiatan pelayanan 4. Kegiatan service Tuntutan sifat dan karakteristik bangunan kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara ini harus mencerminkan sifat keterbukaan namun tetap anggun, berwibawa dan disiplin. Dengan karakteristik yang sesuai dengan iklim dan topografi daerah setempat, menampilkan citra bangunan kantor DPRD yang baru, dengan tidak meninggalkan nilai-nilai budaya tradisional yang ada. Perwujudan bentuk bangunan diusahakan untuk : 73 a. Harus sesuai dengan fungsi yakni bentuk anggun dan berwibawa bagi lingkungannya. b. Mencerminkan aspek-aspek yang terkandung didalam demokrasi Pancasila. c. Mencerminkan fungsi sebagai bangunan konvensi dan kesektariatan. d. Bangunan kantor DPRD yang bermassa tunggal . B. Program Perancangan/Strategi 1. Konsep Fisik Makro a. Kriteria penetuan lokasi Dalam penentuan lokasi Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara didasarkan pada sifat dan karakteristik dari aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam bangunan dan peraturan-peraturan yang berlaku di Provinsi Sulawesi Tenggara, maka kriteria penentuan lokasi adalah sebagai berikut :Sesuai dengan Rencana Induk Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara (RUTRK) 1) Keterpaduan dengan tempat-tempat pendukung aktivitas utama gedung perkantoran yang dapat mendukung penampilan dan karakteristik bangunan. 2) Pencapaian lokasi keseluruh kawasan Provinsi Sulawesi Tenggara mudah dan tersedia sarana tranportasi yang memadai serta didukung oleh adanya sarana dan prasarana yang baik, dalam hal ini terutama untuk trasportasi umum. 74 3) Tersedianya sarana utilitas Provinsi Sulawesi Tenggara yang memadai seperti jaringan listrik (PLN), jaringan air bersih (PDAM), jaringan telepon (PT Telkom), jaringan saluran pembuangan (riol Provinsi Sulawesi Tenggara) dan lain-lain. 75 Gambar V.1 Pemilihan Alternatif Lokasi Berdasarkan kriteria diatas maka diambil dua lokasi kawasan di Provinsi Sulawesi Tenggara yang nantinya akan dipilih sebagai lokasi yang sesuai dengan pertimbangan yang telah ditentukan sebelumnya . Adapun alternatif pemilihan lokasi yaitu : 1) Jl. Saranani 2) Jl. Made Sabara II Dari kedua lokasi kasawan site/tapak tersebut, analisa yang akan dilakukan sebagai berikut : 1) Sesuai dengan rencana induk tata ruang Provinsi Sulawesi Tenggara (RUTRK) 76 2) Kondisi tanah dan lingkungan 3) Lokasi memiliki jaringan utilitas dan transportasi Provinsi Sulawesi Tenggara 4) Pencapaian mudah dari segala arah 5) Luas lahan yang memadai Dari analisa diatas maka lokasi dari pada kawasan site/tapak dapat ditentukan melalui proses evaluasi pembobotan sebagai berikut : Tabel 4.1. Analisa matrik pembobotan kriteria Kriteria Nilai Bobot (%) 1) 6 23,076 2) 4 15,384 3) 6 23,076 4) 4 15,384 5) 6 23,076 Jumlah 26 100 % 77 Tabel 4.2. Pembobotan Alternatif pemilihan lokasi Alternatif Kriteria Aternatif I Bobot Alternatif 2 (%) Nilai Score Nilai Score 1) 23,076 6 138 6 138 2) 15,384 6 138 4 62 3) 23,076 6 138 6 138 4) 15,384 4 62 6 138 5) 23,076 6 138 2 46 Jumlah 100 % 28 614 24 522 Keterangan : 6 = Sangat mendukung 78 4 = Mendukung 2 = Kurang mendukung b. Kriteria Penentuan Site Kriteria penentuan site adalah sebagai berikut : 1) Terdapat sarana dan prasarana yang mampu mendukung keberadaan kantor DPRD. 2) Luas area yang dapat menampung fasilitas yang ada maupun kemungkinan pembangunan dimasa yang akan datang. 3) Kondisi tanah dan lingkungan yang mendukung 4) Tersedianya jaringan utilitas Provinsi Sulawesi Tenggara Gambar V.2. Lokasi Alternatif (Sumber : sketsa pribadi ) 79 Berdasarkan kriteria diatas diperoleh beberapa alternatif : Alternatif 1 Terletak di pertigaan antara jalan Saranani dan jalan Tebaununggu Kondisi dan potensi adalah sebagai berikut : 1) Terletak di zona perdagangan 2) Karakter tanah cukup baik dan kondisi lingkungan sekitar mendukung. 3) Tersedianya jaringan utilitas dan transportasi Provinsi Sulawesi Tenggara. 4) Luas lahan mencukupi kebutuhan untuk pembangunan sebuah bangunan Kantor DPRD Alternatif 2 Terletak di jalan Made Sabara II Kondisi dan potensi adalah sebagai berikut : 1) Terletak pada kawasan perkantoran pemerintah dan perkantoran swasta. 2) Tersedia lahan untuk perencanaan kantor DPRD 3) Pencapaian mudah dilalui oleh sarana transportasi umum dan pribadi. 4) Site terletak pada daerah yang padat bangunan Dari analisa kondisi site diatas tersebut dapat ditentukan melalui proses evaluasi pembobotan sebagai berikut : Analisa matrik pembobotan kriteria : Tabel 4.3. Analisa matrik pembobotan kriteria penentuan site 80 Kriteria Nilai Bobot (%) 1) 6 27,27 2) 6 27,27 3) 6 27,27 4) 4 18,18 Jumlah 22 100 % Tabel 4.4. Pembobotan alternatif penentuan site Alternatif Kriteria Bobot Aternatif I Alternatif 2 Nilai Score Nilai Score 1) 27,27 6 163,6 6 163,6 2) 27,27 4 72,7 6 163,6 3) 27,27 6 163,6 6 163,6 4) 18,18 4 72,7 4 72,7 Jumlah 100 % 22 563,6 20 427,6 Keterangan : 6 = Sangat mendukung 4 = Mendukung 2 = Kurang mendukung 81 Dari hasil evaluasi pembobotan yang dilakukan diatas, maka dapat ditentukan site perencanaan Kantor DPRD yaitu berada di jalan Saranani a. Batasan Tapak Lokasi yang terletak di jalan Saranani memiliki batasan sebagai berikut : 1) Sebelah utara berbatasan dengan jalan Malik Raya dan pemukiman penduduk 2) Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk 3) sebelah selatan berbatasan dengan area MTQ 4) sebelah Barat berhadapan dengan jalan Saranani 82 Gambar V.3. Batasan Tapak (Sumber : sketsa pribadi ) b. Sistem sirkulasi dalam tapak/site Sistem sirkulasi dalam tapak harus diperhatikan kondisi sirkulasi disekitar atau diluar tapak dan harus pula diperhatikan juga adanya kejelasan titik tangkap dan arah pergerakan serta pemisahan antara sirkulasi bagi pejalan kaki. Dengan adanya kejelasan dan hubungan pergerakan dengan sirkulasi luar tapak/site maka dapat dipastikan pencapaian didalam tapak, dapat berjalan dengan lancar. Keterangan : Main Enterence Sirkulasi dalam tepak dengan lebar 6 meter Ramp, akses langsung ke ruang Sidang Paripurna Sirkulasi dua arah di luar tapak Gambar V.4. Sirkulasi Di Luar dan Dalam Tapak (Sumber : sketsa pribadi ) 83 Implementasi Standar-standar aksebilitas 1. Ramp untuk 1 (Satu) Jalur 2. Ramp untuk 2 (Dua) Jalur Gambar V.5. Ramp bagi penyandang cacat Sumber : Dinas PU, 2009 1. Jalur Pemandu bagi Tuna Netra 84 2. Jalur Pemandu bagi pengguna kursi roda Berdasarkan fungsi pencapaian ke tapak/site dibagi 2 yaitu : 1) Pencapaian utama (main entrance) bersifat umum 2) Pencapaian kedua (side entrance) bersifat servis Untuk sirkulasi diluar dibedakan moda pergerakan yaitu antara sirkulasi bagi kendaraan bermotor, mobil dan pejalan kaki, perlu ada pemisahan yang jelas diantaranya, terutama antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor untuk keamanan dan kelancaran arus pergerakan. c. Penempatan Entrance 1) Main Entrance Main entrance adalah jalan masuk bagi pengunjung kedalam site. Main entrance dipusatkan pada jalan Saranani mempunyai kepadatan kendaraan tinggi, jalan primer dan merupakan arah masuk pengunjung terpadat. 2) Side Entrance 3) Side entrance adalah jalur bagi pengunjung dari dalam site Service. 4) Service entrance adalah jalan alternatif untuk kegiatan seperti pelayanan bangunan, kegiatan persiapan pameran, sirkulasi mobil pemadam kebakaran dan sebagainya. 85 Gambar V.6. Main Entrance (Sumber : sketsa pribadi ) d. Orientasi matahari Yang dapat mempengaruhi dan menjadi pertimbangan orientasi pada tapak adalah: a) Orientasi matahari b) Orientasi terhadap jalan c) Orientasi terhadap bangunan Orientasi bangunan pada site mempertimbangkan pada: a) Kegiatan yang berlangsung pada site b) View terbaik c) Persyaratan tata letak tiap bangunan d) pengaruh sinar matahari dan angin e) Kondisi fisik site, sehingga orientasi masing-masing ruang berbeda dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Berdasarkan uraian diatas, maka orientasi pada tapak yaitu: a) Orientasi bangunan yang membutuhkan matahari pagi diarahkan atau diletakkan pada bagian timur. 86 b) Sementara ruang yang terletak di bagian barat diberikan sunscreen agar dapat menyaring matahari yang tidak diinginkan. c) Pemanfaatan pencahayaan alami terhadap ruang-ruang yang membutuhkan pencayahaan alami. d) Memberi bukaan-bukaan yang cukup pada ruang yang membutuhkan sirkulasi udara secara alami. 87 Gambar V.7. Orientasi Matahari (Sumber : sketsa pribadi ) e. View ke Luar Tapak (1) View ke arah depan Jalan Saranani sangat baik karena langsung berhadapan dengan main entrance. (2) View kearah lahan kosong dan pemukiman penduduk tepat pada sebelah kanan tapak kurang baik. (3) View ke arah selatan sangat maksimal karena tepat berhadapan dengan Tugu Persatuan baik. (4) View ke arah jalan Made Sabara II 88 Gambar V.8. View dari luar dan dalam Tapak (Sumber : sketsa pribadi ) f. Kebisingan Kebisingan diatasi dengan mempertimbangkan : 1) Arah datangnya kebisingan 2) Tinggi rendahnya tingkat kebisingan 3) Jenis kegiatan yang membutuhkan tingkat kebisingan tertentu dipisahkan menurut tingkat kebisingan polusi dan kegiatan. 4) Memasang bahan yang dapat menyerap bunyi pada ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan. 89 5) Menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan suasana tenang jauh dari sumber kebisingan. 6) Membuat buffer di sekitar tapak guna meredam kebisingan di sekitar tapak seperti vegetasi tanaman sebagai elemen. Kebisingan disekitar tapak, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain berasal dari : a) Kebisingan tinggi terdapat di Jalan Saranai dan jalan Tebaununggu, karena merupakan jalan utama kendaraan. b) Kebisingan kurang terdapat dari jalan Made Sabara II karena jalan tersebut hanyalah jalur alternatif. c) Kebisingan kurang terdapat di arah timur bangunan, dimana pada daerah tersebut adalah pemukiman penduduk Gambar V.7. Kebisingan Di sekitar Tapak (Sumber : sketsa pribadi ) 90 g. Zoning/Pendaerahan Zoning dianalisa untuk mendapatkan kemungkinan terbaik bagi pengelompokan aktivitas agar masing-masing mempunyai tingkat privacy yang sesuai dengan hierarki ruang yang jelas. Hasil analisa zoning akan mendapatkan posisi terbaik dari pembagian zoning terhadap pengaruh lalu lintas dan keadaan sekeliling tapak. Penentuan pengelompokan kegiatan pendaerahan pada tapak didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu: a) Fungsi-fungsi yang direncanakan keberadaannya dalam tapak. b) Kebutuhan ruang yang diperlukan berdasarkan fungsi dan sifat kegiatan. c) Sistem pencapaian dan jalur sirkulasi yang langsung, mudah dan aman. d) Topografi Bentuk tapak tempat berdirinya bangunan diperhitungkan untuk beberapa aspek seperti kelandaian, pengaturan trotoar dan jalan, pelesatarian pohon dan bangunan serta biaya konstruksi. e) Keamanan Tapak Menciptakan ruang terlindung yaitu istilah yang digunakan untuk menjelaskan serangkaian sifat khas rancangan fisik yang mengutamakan pengawasan terhadap perilaku terutama kejahatan. f) Pembuangan Limbah g) Pembuagan air kotor, sampah dan material yang tidak terpakai perlu dirancang dengan sistem yang mandiri dan aman terhadap lingkungan karena berpengaruh terhadap kesehatan. 91 Dalam perancangan Gedung DPRD ini, pembagian zoning dilakukan sebagai berikut : a) Area publik b) Area Semi Publik c) Area Privat d) Area Service AREA PRIVAT AREA SERVIS AREA PUBLIK OPEN SPACE Gambar V.9. Penzonaan (Sumber : sketsa pribadi ) h. Analisa Bentuk Penampilan Bangunan a. Bentuk dasar Pemilihan bentuk dasar Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara dipertimbangkan : 92 1) Fungsi dari bangunan serta kebutuhan dari masing-masing kegiatan ditampung. 2) Kondsi dan bentuk tapak 3) Efisiensi bangunan Dalam perencanaan Gedung DPRD ini perubahan dan modifikasi dari bentuk dasar akan dikembangkan untuk memberi nilai estetika pada bangunan sehingga dapat menampilkan bangunan yang memiliki : 1) Kesan monumental, kesan wibawa diungkapkan dengan perencanaan tinggi bangunan yang jauh lebih tinggi dan skala manusia, bentuk bangunan yang sederhana dan sebagian vertikal 2) Aspek keterbukaan, demokrasi diungkapkan dengan mengosongkan ruang utama sebagai Hall, pada bagian depan sesudah enterance untuk mencerminkan fungsi : a) Sebagai space penenima/main hail b) Sebagai fungsi pelayanan aspirasi. Bentuk-bentuk yang dapat dijadikan altenatif untuk bentuk dasar adalah : Alternatif 1 : bentuk segi empat, berkesan : a. Statis stabil dan formal yang cenderung kearah monoton b. Cukup menarik c. Mampu menjaga pola kegiatan dengan baik karena patokan arah yang jelas d. Efektifitas ruang yang sangat baik e. Fleksibilitas ruang tinggi 93 Alternatif II: bentuk lingkaran, berkesan : a. Lembut, intim b. Menenangkan yang menjurus pada kepasifan c. Menarik d. Patokan arah tidak jelas karena tidak ada arah patokan penunjuk arah sehingga pelaksanaan pola kegiatan cukup rawan e. Fleksibilitas cukup tinggi Alternatif III : Bentuk segitiga, berkesan : f. Fleksibilitas ruang tinggi a. Dinamis, aktif b. Menegangkan akibat sudut-sudut yang terbentuk c. Sangat menarik d. Patokan arah yang tidak lazim (3 arah) menyebabkan rawannya pada pelaksanaan pola kegiatan Gambar 5.14. Pendekatan Bentuk Bangunan Berdasarkan krtiteria yang ada maka terpilih bentuk lingkaran (Alternatif 2) dengan pengembangannya yang akan digunakan untuk pengembangan bentuk dasar . b. Penampilan bangunan Dalam arsitektur pengenalan simbol merupakan suatu proses yang terjadi pada individu dan masyarakat.Melalui panca indera (indera penglihatan ) manusia mendapat rangsangan yang kemudian menjadi pra94 pesepsi.Terjadilah pengenalan objek, selanjutnya terwujud persepsi. Setelah itu terjdilah proses penyesuaian diri . Dapat disimpulkan bahwa disini karakter atau citra Gedung DPRD harus terbentuk berdasarkan karkter dari pola kegiatan didalamnya . Sebagai fasilitas kegiatan badan legeslatif,maka harus bertujuan ; 1) Menghidupkan kawasan bangunan tersebut . 2) Dapat menjadi multiplayer atau penggerak bagi lingkungan perkantoran di mana bangunan tersebut berada. 2. Konsep Fisik Mikro Program Ruang Dalam menentukan kebutuhan dan besaran ruang hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah : a. Kebutuhan dan besaran ruang Besaran ruang yang direncakan dengan pendekatan atas besar pelayanan yang diproyeksikan hingga 2018 yang akan datang. b. Besaran ruang ditentukan dengan dasar : 1) Pola gerak statis dan dinamis. 2) Jumlah dan dimensi peralatan/perabot yang digunakan. 3) Pola kegiatan memerlukan ruang dengan luas yang berbeda. 4) Jumlah pelaku kegiatan 5) Aspek psikologi yang dapat menunjang kewibawaan ruang-ruang tertentu. 95 c. Standar-standar yang dipergunakan adalah : a. Standar BAPPENAS tentang luas gedung-gedung perkantoran. b. Standar Neufert Architecture Data c. Standarisasi ruangan dan peralatan kantor d. Studi perabot dan ruang gerak d. Luas masing-masing ruang dihitung berdasarkan rumus : L = AxBxC A = Standar kebutuhan ruang setiap personil. B = Jumlah kapasitas pemakai. C = Koefisien ruang indeks : 1,3 pada gerak, flow dan space dengan ruang khusus dan 1,67 pada ruang umum . e. Persyaratan penglihatan dan pendengaran Adapun macam-macam dan besaran-besaran ruang adalah : Ruang sidang pleno /paripurna : 1) Ruang sidang paripurna (a) Anggota Dewan : 33 orang (b) WaliProvinsi Sulawesi Tenggara : 1 (c) Wakil WaliProvinsi Sulawesi Tenggara : 1 orang orang (d) Sekretaris daerah : 1 orang (e) Muspida : 5 orang 96 (f) Kepala-kepala dinas : 21 orang (g) Kepala-kepala lembaga : 5 orang (h) Kepala-kepala kantor : 6 orang (i) Undangan : 45 orang Diasumsikan wakil dan para demonstran yang diizinkan masuk mengikuti jalannya sidang = 25 orang Jumlah = 150 orang Jumlah peserta sidang paripurna untuk: Standar 10 orang bersidang = 270 m2 Stanfar 1 orang bersidang = 2,7m2 kapasitas ruang = 150 orang 2,7 x 136 orang = 405 m2 Koridor ruangan 10% = 40,50 m2 Besar ruangannya = 445,50 m2 2) Rumus jumlah peserta sidang pleno/paripurna a + 0,5 t + b Pst = + P 10.000 Dimana : Pst = Jumlah sidang tahunan perencanaan a = Jumlah rata-rata tahun dasar b = Jumlah rata-rata (konstan) t = Penduduk tahun proyeksi 97 P = Jumlah peninjau + tamu sidang + staf sekretariat : 55 orang. 518.004 + 0,5 (696.745) + 1,87 Pst = + 55 10.000 = 141,6 = 142 orang Maka peserta sidang paripurna adalah 142 orang Perhitungan besaran ruang rapat paripurna Standar BAPPENAS = 2,7 m2/orang Kapasitas 142 orang x 2,7 m2 = 383 m2 Koridor/flow 10 % = 38,3 m2 421,3 m2 2) Ruang lobby sidang paripurna Kapasitas ruang 30 % dari total peserta sidang paripurna 30 % x 142 orang = 43 orang Standar BAPPENAS = 0,72 m2/orang Luas ruang yang dibutuhkan adalah : 0,72 x 43 x 1,67 = 51,70 m2 3) Ruang Rapat komisi DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Terdapat 3 komisi yaitu komisi A, B, dan C Besar 1 ruang rapat komisi kapasitasnya a. Anggota komisi = 9 orang b.Pejabat yang diundang = 5 orang 98 Kapasitas 1 ruang sidang komisi = 14 orang Standar untuk BAPPENAS = 2,7 m2/orang Besaran untuk BAPPENAS 2,7 m2 x 14 orang = 37,80 m2. Didalam ruang komisi terdapat ruang kerja komisi dengan asumsi kapasitas ruang : c. Ketua komisi = 1 orang d.Wakil ketua = 1 orang e. Sekretaris = 1 orang f. Anggota komisi = 6 orang + Jumlah 9 orang Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang Besar ruang kerja = 9 x 3,75 m2 = 33,75 m2 Besar ruang rapat = 37,80 m2 = 71,55 m2 Total besar ruang rapat komisi : = 5 x 71,55 m2 = 357,75 m2 4) Ruang rapat fraksi Untuk ruang rapat fraksi ini dibuat open lay out ruang dengan pembatasan ruang non permanen, untuk mengantisipasi jumlah fraksi yang fleksibel pada setiap tahun pemilihan, maka perhitungannya adalah : 99 Jumlah anggota DPRD (maksimum) = 45 orang. Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang 45 orang x 3,75 m2 = 168,75 m2 pada tahun perencanaan terdiri dari 5 fraksi 5) Lobby fraksi Standar BAPPENAS - Kapasitas ruang Asumsi yang menggunakan lobby fraksi 50% dari total peserta rapat 50 % x 45 = 22,5 ~ 23 orang - Luas lobby fraksi = A x B x C 0,72 X 23 X 1,67 = 27,66 m2 -Lobby Anggota Standar BAPPENAS. Yang menggunakan lobby adalah : Peserta sidang komisi untuk 14 orang Untuk 5 ruang rapat komisi 5 x 14 = 70 orang Asumsi 50 % yang menggunakan lobby : 50% x 70 = 35 orang. Besar lobby anggota =AxBxC = 0,72 x 35 x 1,67 = 42,08 m2 6) Ruang Rapat Gabungan komisi-komisi 100 Untuk rapat gabungan diatas 3 komisi dapat menggunakan ruang sidang pleno, karena tidak setiap hari ruang sidang pleno digunakan untuk bersidang pleno. Adapun kapasitas ruangnya untuk 3 komisi dengan luas ruang : = 3 X standar 1 ruang komisi = 3 X 37,80 m2= 113,40 m2 7) Ruang Rapat Panitia Anggaran Ruang untuk kegiatan ini juga dapat menggunakan ruang sidang pleno atau ruang rapat gabungan komisi kapasitasnya untuk 23 orang. Jadi dibutuhkan luas ruang = 2,7 m2 X 23 = 62,1 m2 8) Ruang rapat pimpinan, ruang rapat kerja, ruang dengan pendapat. Ruang untuk kegiatan rapat-rapat tersebut diatas juga dapat menggunakan ruang rapat gabungan komisi atau ruang sidang pleno/Paripurna. 9) Ruang musyawarah, sebagai tempat untuk bermusyawarah antara masyarakat dengan anggota DPRD. Diasumsikan 55 orang dan ditambah dari anggota DPRD 2 orang sebagai penerima. = 2,7 m2 X 57 = 154 m2 10) Ruang sekretariat DPRD/Ruang Administrasi : a) Ruang Kerja Ketua DPRD : - Standar BAPPENAS ruang pimpinan + Ruang tamu : 5,4 X 4,5 m2 = 24,30 m2 101 - Fasilitas perabot + flow + Sirkulasi : 4,0 X 5,0 = 20 m2 Total besaran ruang = 24,30 + 20 + 3,60 m2 = 47,90 b) Ruang kerja Wakil Ketua; - Standar BAPPENAS = 24,30 m2/orang = 3,60 m2 - Lavatory = 27,90 m2 Jumlah Untuk 3 orang wakil ketua, besaran ruang : 3 x 27,90 m2 = 83,70 m2 c) Ruang Sekretaris DPRD : Standar BAPPENAS = 5 m X 4 m = 20 m2 /orang 1 orang x 20 m2 = 20 m2 Fasilitas perabot perabot + flow + sirkulasi : 24,30 m2 + 20 m2 = 44,30 m2 d) Ruang-ruang kepala bagian/staff Standar BAPPENAS = ruang kerja untuk 1 orang staf = 3,75 m2 (termasuk flow dan sirkulasi 30 %). Ruang Bagian Umum Luas ruang untuk kapasitas 7 orang : A X B X C = 3,75 X 7 X 1,3 = 34,13 m2 Ruang Bagian Persidangan dan Risalah Luas ruang untuk kapasitas 7 orang 102 A X B X C = 3,75 X 5 X 1,3 = 34,13 m2 Ruang komputer Asumsi luas ruang = 18 m2 Ruang Keamanan dan Informasi : Luas ruang untuk kapasitas 4 orang A X B X C = 3,75 X 4 X 1,3 = 19,5 m2 Ruang Bagian Keuangan : Luas ruang untuk kapasitas 7 orang A X B X C = 3,75 X 7 X 1,3 = 34,13 m2 Ruang Distribusi Luas ruang untuk 2 orang +luas gudang (asumsi) (3,75 X 2 X 1,3) + 9 m2 = 18,75 m2 Gudang Pangan : Asumsi luas ruang = 16 m2 Pantry Asumsi luas ruang = 32 m2 untuk lantai I dan II Ruang Ibadah : Standar Neufert = 1,6 m2 / orang Diasumsikan 70% dari jumlah peserta sidang pleno yang melaksanakan shalat dengan sistem shaff pada waktu puncak. Jadi luas ruang = ( 70 % x 142 ) x 1,60 m2 = 159,04 m2 103 Ruang Perpustakaan : Standar BAPPENAS = 1.35 m2 / Orang Diasumsikan : = 15 % x 142 = 21 Orang - Kapasitas untuk 15 % dari peserta sidang pleno Jadi 21 x 1,35 = 28,35 m2 - Petugas perpustakaan = 2 orang Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang Maka 2 x 3,75 = 7,5 m2 Ruang buku Diasumsikan = 30 m2 Luas ruang yang dibutuhkan adalah : 28,35 + 7,5 + 30 = 65,70 m2 Ruang Doumentasi Luas ruang untuk kapasitas 3 orang staff + gudang Peralatan (asumsi) = (A x B x C) + Gudang peralatan = (3,75 x 3 x 1,3) + 9 m2 = 23,62 m2 Ruang Penggandan : Standar BAPPENAS Peralatan dan mesin foto copy serta standar 1 orang staf = 3,75 m2 Luas ruang kapasitas 3 orang : A x B x C = 3,75 x 3 x 1,67 = 18,78 m2 Ruang Dharma Wanita 104 Standar BAPPENAS = 3,75 m2/ orang - Luas ruang untuk kapasitas 12 orang A x B x C = 3,75 x 12 x 1,3 = 58,50 m2 = 9 m2 - Ruang Koperasi asumsi - Luas ruang Dharma Wanita adalah = 67,50m2 Ruang Pers : Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang Jumlah wartawan terdiri dari crew media electronik 3 orang, crew media Cetak Diasumsikan 4 orang. Seluruhnya berjumlah 7 orang. A x B x C = 3,75 x 7 x 1,3 = 34,13 m2 e) Ruang Service dan Penunjang 1) Ruang Tunggu Dasar pertimbangan menentukan luas ruang anggota adalah : - Kapasitas penunjang/peserta dari setiap kegiatan persidangan. - Asumsi persentase tamu yang berhubungan dengan pengaduan ,Keberatan dan aspirasi masyarakat. - Asumsi tamu yang berhubungan dengan kesekretariatan : - Perhitungan: Jumlah ruang rapat : - Ruang rapat komisi = 5 buah - Ruang rapat fraksi = 5 buah (diasumsikan) Jadi jumlah ruang rapat adalah : 10 buah. 105 - Asumsi 10 orang menggunakan ruang tunggu. Jumlah seluruhnya adalah : 10 x 10 = 100 orang. - Asumsi pengunjung yang berhubungan dengan keberatan dan pengaduan : 100 orang. Jumlah seluruhnya adalah : 100 + 100 = 200 orang. Perbandingan penafsiran ruang tunggu jika terjadi sidang paripurna : 50 % dari peserta menggunakan ruang tunggu. Jadi 50 % X 200 = 100 Orang. Asumsi diatas diambil rata-ratanya : 200 + 100 = 150 orang 2 Standar Neufer t = 0,72 m2/ orang Luas ruang = A x B xC = 0,72 x 150 x 1,67 = 180,36 m2 2) Service Lavatory Dasar pertimbangannya pada : Jumlah pemakai pada kegiatan optimal, yaitu jumlah pemakai sidang paripurna + Staff = 142 + 45 orang = 187 orang - Perbandingan jumlah pemakai 106 - Pria = 70 % x 187 = 131 orang Wanita = 30 % x 187 = 56 orang Standar-standar yang digunakan 1 Km/WC = 3,00 m2 untuk 25 orang 1 Urinoir = 0,84 m2, untuk 25 0rang 1 Wastafel = 0,84 m2 - untuk 25 0rang KM/WC Pria = 131/25 = 5,24 =5 buah Wanita = 56/25 = 2,24 =2 buah Kebutuhan besaran ruang : - - - Pria = 5 x 3 = 15 m2 Wanita = 3 x 3 = 9 m2 Urinoir Pria = 131/25 = 4,44 =5 buah 5 unit urinoir = 5/0,84 = 4,20 =3 buah Wastafel Pria = 5 x 0,84 = 4,20 m2 Wanita = 2 x 0,84 = 1,68 m2 Luas Service Lavatory 15+9+4,20+2.52 = 34,92 m2 flow & sirkulasi 30 % = 30 % x 34,92 m2 Total besar service lavatory = 45,40 m2 107 f) Ruang Data/Multipurpose - Dasar perhitungan besar ruang : Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang Ruang staf/Petugas kapasitas 2 orang 2 x 3,75 = 7,5 m2 / orang - Kapasitas pengunjung/peserta sidang : Asumsi Prosentasi tamu/masyarakat = 20 orang Staf/instansi/mahasiswa/pelajar/organisasi pemuda = 30 orang. Jumlah pengunjung/ peserta sidang = 50 orang - Standar Neufert = 0,72 m2 /orang Diketahui ruang staf = 7,5 m2 jadi luas ruang = A x B x C = 0,72 x 50 x 1,67 = 60,12 m2 Total luas ruang 7,5 + 60,12 m2 m2 = 67,62 m2 g) Cafetaria Standar Neufert = 0,72 m2/orang Kapasitas ruang untuk peserta sidang dan staf administrasi : 142 + 45 orang = 187 orang. Kapasitas ruang asumsi 60 % dari total pemakai ruang = 60 % x 187 orang = 112 orang. Luas ruang = A x B x C = 0,72 x 112 x 1,67 = 134,66 m2 108 Dapur + Ruang saji Asumsi = 24 m2 Jadi besar ruang = 134,66 + 24 m2 = 158,66 m2 i) Ruang istirahat pengemudi Standar Time saver = 1,8 m2/ orang Jumlah pemakai = 12 orang Maka luas ruang = 12 x 1,8 = 21,60 m2 j) Ruang Mekanikal/electrikal Standar Neufert Genset = 12 m2/unit Panel Listrik = 7,5 m2/unit Gudang Alat = Total 9 m2/unit = 28,50 m2 k) Ruang Inventaris/Gudang umum Asumsi = 18 m2 l) Ruang Operator Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang Untuk 2 orang operator = A x B x C = 3,75 x 2 x 1,3 = 9,75 m2 m) Ruang pos Jaga Standar Time Saver = 3,75 m2/orang Ruang istrirahat, asumsi = 9 m2 109 = 16,5 m2 Jadi 3,75 x 9 1 pos jaga = 2 orang Jumlah pos jaga = 2 buah = 2 x 16,5 =33 m2 p). Garasi mobil/Motor Mobil Ketua = 1 Mobil Mobil wakil ketua = 3 mobil Mobil dinas komisi = 5 mobil Staf administrasi yang menggunakan mobil asumsi 15% 15 % x 45 = 6,75 = 7 mobil. Jadi jumlah mobil = 16 mobil Staf administrasi yang menggunakan sepeda motor asumsi = 40 % 40% x 45 = 18 motor Standar Neufert Parkir 22,5 m2 untuk mobil dan 1,2 m2 untuk motor. Luas garasi mobil = 16 x 22,5 = 360 m2 Luas garasi motor = 18 x 1,2 = 22,60 m2 Jadi luas ruang parkir garasi = 382,6 m2 q). Parkir umum Standar Neufert untuk mobil = 14,4 m2 dan untuk 1 motor = 1,2 m2 Jumlah peserta pada saat sidang pleno/paripurna = 142 Orang diasumsikan 50 % dari jumlah peserta 110 menggunakan kendaraan . = 40 % x 142 = 71 orang Diasumsikan dari jumlah diatas 40 % menggunakan mobil dan 60 %, menggunakan motor dan sisanya menggunakan kendaraan umum = 40 % x 71 = 28 mobil = 60 % x 71 = 43 motor Luas parkir mobil = 14,4 x 28 = 403,20 m2 Luas parkit motor = 1,2 x 43 = Total luas ruang terbuka = 454,80 m2 51,60 m2 Rekapitulasi Besaran Ruang Lantai satu 1. Ruang Komisi = 304,350 m2 2. Ruang Konfrensi pers = 48,285 m2 3. Ruang Lobby = 103,959 m2 4. KM/WC = 33,945 m2 5. Gudang = 4,275 m2 6. Ruang Ketua Dewan = 121,740 m2 7. Ruang Wakil Ketua Dewan (2 unit) = 181,610 m2 8. Koridor = 286,898 m2 9. Entrance dan Selasar = 308,568 m2 10. Sekretariat Dewan = 794,510 m2 111 = 2.189,270 m2 1. Ruang Komisi 2 unit = 608,700 m2 2. Ruang Badan Kehormatan = 48,285 m2 3. Ruang Badan Legislasi = 48,285 m2 4. Ruang Tenaga Ahli = 48,285 m2 5. KM / WC Umum = 33,94 m2 6. Gudang = 34,275 m2 7. Koridor = 263,414 m2 8. Ruang Makan = 226,395 m2 9. Ruang Muspida = 61,176 m2 10. Mushollah = 61,176 m2 11. Ruang Sidang Paripurna = 847,655 m2 12. Entrance = 129,640 m2 = 2.422,915 m2 304,350 m2 Sub Total Lantai Dua Sub Total Lantai Tiga 1. Ruang Fraksi = 2. Ruang Rapat/Pleno = 243,480 m2 3. Ruang Aula = 243,480 m2 4. KM / WC umum = 33,945 m2 5. Gudang = 4,275 m2 6. koridor = 197,550 m2 112 Sub Total = 1.027,080 m2 Jumlah 1 + 2 + 3 2.189,270 m2 + 2.422,915 m2 + 1.027,080 m2 = 5.538,429 m2 Building Coverage (BC) sebesar 40% : 60% Ratoi Bangunan = 40%, Lahan Terbuka = 60 % Luas parkir Luas Lahan Terbangun 5.538,429 m2 5.538,429 Luas Lahan Terbuka x 60 = 8.457,871 m2 40 Luas lahan yang harus disediakan = 5.538,429 + 8.457,871 = 13.995,110 m2 (standar minimal luasan) f. Organisasi Ruang Organisasi ruang erat kaitannya dengan pengelompokan aktivitas/ruang dan sifat kegiatan. 1) Pengelompokan aktivitas, terbagi atas : (a) Aktivitas persidangan (b) Aktivitas sekretariat/administrasi (c) Aktivitas service/penunjang 2. Sifat kegiatan terbagi atas ruang : a. Bersifat umum b.Bersifat privacy 113 c. Bersifat pelayanan/service g. Hubungan Ruang Pola hubungan ruang pada Kantor DPRD berdasarkan pada: 1) Sirkulasi kegiatan yang terjadi dalam bangunan 2) Pola pembagian ruang yaitu dibagi dalam 3 kelompok : (a) Ruang-ruang sidang utama (b) Ruang administrasi/sekretariat (c) Ruang pendukung / servis, ditempatkan di luar bangunan utama (DPRD) yaitu mushollah dan cafetaria utama. h. Massa Bangunan dan Lansekap 1) Tata massa Jumlah tata massa pada kantor DPRD ini adalah massa tunggal dengan menonjolkan : a) Efisiensi dalam penggunaan lahan yang tersedia b) Mudah dalam pengontrolan Dalam penataan massa perlu diperhatikan beberapa hal antara lain : a) Adanya interaksi antara ruang luar dengan ruang dalam bangunan. b) Luas site yang tersedia sesuai dengan kebutuhan yang meliputi area tapak untuk bangunan utama, bangunan penunjang, fasilitas parkir dan area sirkulasi kendaraan serta pejalan kaki. c) Perletakan Tata massa diatur sedemikian rupa dengan tetap berpedoman pada : 114 - Proporsi yaitu perbandingan antara fisik bangunan dengan luasan tapak maupun perbandingan antara lebar satu unit bangunan dengan tinggi bangunan tersebut. - Rhitme yaitu pemakaian modul pengulangan maupun bervariasi dengan ukuran yang seirama. - Unity yaitu menciptakan kesan kesatuan dari seluruh unit bangunan. Dapat diciptakan dengan pemakaian material yang sama maupun bentuk dasar yang sama. - Balance yaitu dapat dicapai dengan pengaturan dan perletakan bangunan sedemikian didalam site/tapak. - Harmoni yaitu menciptakan bentuk bangunan yang sesuai dengan fungsi bangunan. Bila kita melihat sejarah keberadaan tempat manyampaikan aspirasi masyarakat tempo dahulu yang sekarang kita kenal kantor DPRD, yaitu tempat menyampaikan aspirasi dikelilingi beberapa unsur : (1) Masjid dan alun-alun yang keduanya merupakan tempat ibadah dan merupakan pusat seluruh kegiatan. (2) Pusat pelayanan masyarakat (3) Bangunan pemerintahan 2) Lansekap Penataan lansekap dimaksudkan sebagai penataan ruang luar/eksterior uamg dapat menunjang dan berpengaruh terhadap bangunan tersebut. Adapun penataan lansekap berfungsi sebagai berikut : 115 a) Sebagai pelindung (tempat berteduh) b) Sebagai pengarah bagi sirkulasi kendaraan didalam tapak. c) Sebagai penyerap terhadap : (1) Panas/sinar matahari yang masuk kedalam ruangan. (2) Debu dan asap yang diakibatkan oleh polusi kendaraan. (3) Kebisingan suara-suara gaduh seperti suara kendaraan. (4) Hembusan angin yang terlalu kuat d) Sebagai pemisah/pembatas ruang misalnya pada tempat parkir. e) Sebagai elemen penting yang mendukung penampilan fisik bangunan dengan penataan yang indah dan asri. i. Sistem Sirkulasi Sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan aktivitas dan penggunaan bangunan serta ruang, sehingga merupakan pergerakan dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Pada pengaturan pola sirkulasi pada bangunan perkantoran digunakan pola sirkulasi satu arah dan dua arah, dengan maksud untuk kemudahan dan kelancaran kerja. j. Sistem Struktur Prinsip sistem struktur didasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut : 2) mendukung monumental dan ungkapan fisik bangunannya yang dituntut. 116 3) Stabil dan tahan terhadap angin, iklim, gempa dan ketahanan terhadap api. 4) Mendukung fleksibilitas ruang-ruang utama. 5) Sederhana dan mudah dilaksanakan. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diatas maka konsepsi struktur dikemukakan sebagai berikut : 1) Memilih sistem struktur yang efisien dalam pembiayaan, sederhana dan mudah dilaksanakan. 2) Memilih sistem struktur yang dapat memberikan perwujudan kesatuan bangunan dan juga memberi fleksibilitas dalam pengaturan ruangruang. Dengan konsepsi ini maka alternatif sistem struktur yang dapat digunakan adalah : (a) Struktur rangka Dinding tidak memikul beban sehingga memungkinkan perubahan luas ruang sesuai dengan aktivitas didalamnya. Perubahan yang optimal tergantung pada letak dari pemikul beban, dalam hal ini tiang serta bentangan yang paling efektif. Dapat digunakan untuk sistem terbuka atau tertutup. (b) Struktur dinding pemikul Dinding pemikul yang merupakan pemisah antara unit dimana unit itu ada bagian yang memikul beban maka fleksibilitasnya masih dimungkinkan. 117 Untuk dinding pemikul sekaligus pembatas ruang tentunya akan membatasi nilai fleksibilitas ruangnya. Struktur dinding pemikul paling terbatas tingkat fleksibilitasnya, hanya diterapkan untuk sistem peruangan tertutup. (c) Shear wall (1) Fleksibilitas masih lebih baik dari struktur rangka dengan tidak terdapatnya kolom-kolom bangunan. (2) Peka terhadap angin dan gempa (3) Pemakaian didnding shear wall mengakukan seluruh struktur terhadp gaya-gaya horizontal. (d) Sistem kombinasi rangka dan shear wall (1) Shear wall ditempatkan pada daerah yang tidak baik akan menggangu pemakai ruang yaitu pada tepi bangunan. (2) Sebagai pengaku tambahan dan struktur rangka dan balok pengikat kolom-kolom. Bahan-bahan struktur (1) Mudah dilaksanakan/dibentuk (2) Daya tahan terhadap pengaruh kelembaban dan korosi. (3) Mudah dalam pemeliharaan. Modul Struktur Dasar pertimbangan modul struktur : (1) Dimensi : gerak manusia, peralatan dan standar efisiensi gerak. 118 (2) Dimensi penentu : diambil berdasarkan jenis bilangan 20 atau 30 cm dan seterusnya. k. Sistem Jaringan Utilitas/Sanitasi ME a. Sistem pengadaan air bersih. Sumber air bersih utama berasal dari sambungan PDAM (perusahaan daerah air minum) dan sebagai sumber cadangan jilka sambungan dari PDAM macet berasal dari sumur arteis/sumur bor (deep wall). Pengadaan air bersih dilakukan dengan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : (1) Penyaluran air setiap hari untuk setiap unit ruang. (2) Pemanfaatan air untuk menanggulangi bahaya kebakaran. (3) Pendistribusian yang merata keseluruh unit. Sistem penjaringan air bersih pada prinsipnya dilakukan sebagai berikut : Air dari PDAM ditampung pada bak penampungan bawah (ground recervoir) kemudian dipompa ke bak penampungan atas (top recervoir) yang selanjutnya didistribusikan secara graviatasi keunit-unit yang membutuhkan. Untuk air dari sumur bor dipompa menuju bak penampungan atau pengendapan atau pengendapan untuk dibersihkan selanjutnya 119 dipompa reservoir atas untuk kemudian didistribusikan secara gravitasi. Ruang Luar PDAM Reservoir Penampung an M P Bak Kontrol Sumur Bor Reservoir Atas Ruang Atas/bawah Pompa Deep Well Skema V.1. Sistem pengadaan air bersih b. Sistem pembuangan air kotor. c. Limbah cair Limbah ini berasal dari pembuangan dari km/wc, wastafel, urinoir, pantry dan air hujan yang disalurkan melalui pipa yang tertanam dalam tanah ke bak kontrol lalu dibuang ke riol Provinsi Sulawesi Tenggara. 120 Air Hujan Air Kotor Maintenance Air Kotor Berlemak Bak Kontrol Riol Provinsi Sulawesi Tenggara Penangkapan lemak Skema V.2. Sistem pembuangan limbah cair d. Limbah padat Tinja yang berasal dari lavatory yang dialihkan melalui closet ke pipa-pipa pembuangan lalu diteruskan ke septic tank dan berakhir ke bak peresapan jika septic tank telah penuh akan disedot oleh mobil tinja yang kemudian dibuang ke tempat pembuangan akhir yang telah disiapkan. Closet Septic tank Peresapan Skema V.3. Sistem pembuangan limbah padat. e. Pembuangan sampah Tempat sampah disediakan pada setiap ruangan, juga pada selasar, utamanya pada pantry dan lavatory disediakan tempat sampah kering dan basah kemudian sampah-sampah tersebut 121 disatukan kedalam kontainer sampah yang kemudian ketempat pembuangan akhir telah disiapkan. Pengunjung Bak Sampah luar Ruangan Bak Sampah Dalam ruangan Mobil Angkutan TPA Peng1elola Skema V.4. Sistem pembungan sampah f. Sistem instalasi listrik Sumber tenaga listrik utama bersal dari PLN (perusahaan listrik negara) dan sebagai sumber cadangan jika aliran dari PLN padam, maka generator set (genset) bekerja secara otomatis. Genset tersebut memiliki kapasitas daya yang sama dengan aliran dari PLN. Untuk distribusi ke setiap ruangan dalam bangunan dilakukan melalui box ke shaft jaringan listrik kemudian ke unit-unit yang membutuhkan. PLN Gardu Genset ATS Meteran Penel Utama Panel Cabang Skema V.5. Aliran Listrik Keterangan : ATS = Automatic transfer switch 122 l. Pengkondisian Ruang 1) Pencahayaan Sistem pencahayaan pada kantor DPRD ini menggunakan sistem pencahayaan alami pada siang hari dan pencahayaan buatan pada malam hari. (a) Pencahayaan alami. Dengan menggunakan sinar matahari melalui penempatan buka – bukaan yang diatur sedemikian rupa sehingga sinar matahari dapat digunakan seoptimal mungkin. (b) Pencahayaan buatan. Dengan menggunakan lampu-lampu buatan sesuai kebutuhan setiap ruang yang sumber tenaganya berasal dari listrik PLN. Umumnya menggunakan lampu TL, mendekati cahaya alami. Penempatan dikarenakan cahayanya lampu-lampu tersebut diletakkan tertanam pada plafon untuk mengurangi pembayangan dan memberi kesan rapi. 2) Penghawaan Sistem penghawaan pada suatu bangunan sangat besar pengaruhnya terhadap kenyamanan, efisiensi dan aktivitas kerja. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah : (a) Suhu udara dimana suhu udara normal berkisar antra 22OC – 26O C (b) Kelembaban udara berkisar antara 40OC-55 hg1 123 (c) Kecepatan angin rata-rata 20-30 km/jam/orang Sumber penghawaan dapat diperoleh - Penghawaan alami Penghawaan hembusan alami yaitu penghawaan yang memanfaatkan angin dari bukaan-bukaan yang efektif untuk mendapatkan penghawaan yang baik adalah memanfaatkan sistem cross ventilasi. - Penghawaan buatan Penghawaan buatan dimaksudkan untuk mengkondisikan ruangan agar dapat dicapai ruangan yang nyaman. Penghawaan buatan dilakukan jika penghawaan alami sudah tidak memungkinkan lagi untuk digunakan secara efektif. Yang lazim dugunakan adalah air conditional (AC). 3) Tata suara/Akustik Dalam suatu ruang sidang, peranan akustik sangat penting karena mendukung kelancaran distribusi suara ketelinga peserta utamanya pada waktu tanya jawab. Dilakukan dengan memanfaatkan material absorsi, pengaturan/pemisahan ruang yang menimbulkan kebisingan (misalnya perlatan/ mesin) terhadap ruang yang membutuhkan ketenangan. m. Tata Interior 1) Bentuk dan proporsi ruang 124 Yaitu bentuk ruang yang menggambarkan kegiatan yang terkoordiansi, terarah dan terpadu sesuai dengan proporsi ruang yaitu : (a) Tinggi dan lebar ruang. (b) Kemudahan dalam teknis pelaksanaannya. (c) Efektifitas dalam perabot. (d) Sesuai dengan karakter dan fungsi ruang 2) Lay out Yang dimaksud lay out adalah pengaturan dan penataan yang setepattepatnya letak mesin, perlengkapan dan perabot kantor didalam ruang dan lantai kerja yang tersedia demi menjamin adanya tempat dan keleluasaan kerja yang sebaik-baiknya bagi setiap anggota DPRD. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan lay out perabot sebuah kantor DPRD, antara lain : (a) Pemilihan perabot disesuaikan dengan dimensi, warna dan desainnya. (b) Penataan perabot disesuaikan dengan fungsi ruangan. (c) Penataan perabot harus dapat memberikan rasa nyaman dan senang dalam melaksanakan tugasnya (anggota DPRD). (d) Memberikan kesan baik terhadap semua pengunjung. 3) Warna Warna merupakan faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi kerja para anggota DPRD karena warna akan mempengaruhi jiwa mereka. Dengan memakai warna yang tepat pada dinding ruangan dan 125 alat-alat lainnya, kegembiraan dan ketenangan bekerja para anggota DPRD akan terpelihara, oleh karena itu kegunaan dan keuntungan penggunaan warna yang tepat. Warna tidak dapat dipergunakan sembarangan, hal ini khususnya adalah benar dalam kantor DPRD karena tujuannya adalah untuk menciptakan suasana yang dihormati, sehingga kantor DPRD menjadi tampak menyenangkan dan menarik pemandangan serta mempunyai akibat yang tidak langsung terhadap produktifitas kerja para anggota DPRD. 126 BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil studi dari pembahasan Acuan perancangan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : A. Kesimpulan Umum Gedung DRRD Provinsi Sulawesi Tenggara adalah suatu wadah fisik berupa gedung tempat penyelenggaraan kegiatan administrasi, organisasi, dan tata laksana terhadap seluruh unsur dalam lingkungan DPRD. Falafah dasar perencanaan gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara harus mencerminkan : 1. Kepercayaan / tumpuan harapan 2. Keterbukaan 3. Kemufakatan Perencanaan besaran ruang diproyeksikan sampai pada tahun 2020 atau 4 (empat) kali pemilihan umum. Penampilan bangunan dan ungkapan ruang sidang gedung DPRD bersifat keterbukaan, demokrasi, sederhana dan berwibawa. B. Kesimpulan Khusus 1. Dalam perencanaan gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 3 (tiga) pengelompokan ruang yaitu : a. Kelompok kegiatan persidangan 127 b. Kelompok kegiatan administrasi / kesekretariatan c. Kelompok kegiatan pendukung / service 2. Sistem utilitas perlengkapan bangunan terdiri dari : a. Sistem komunikasi b. Jaringan listrik c. Jaringan air bersih d. Jaringan pembuangan air kotor e. Penanggulangan kebakaran f. Penangkal petir 3. Sistem environment ruang terdiri dari : a. Pencahayaan b. Penghawaan 4. Akustik menggunakan bahan material kedap suara 128 DAFTAR PUSTAKA Ching, D.K. F, 1979, Architecture; form, Space and Order, Van Nostrand Company, New York. Ernst Neufert, 1999. Data Arsitek, by Granada, jilid I dan II, edisi 2, Erlangga, Surabaya. Frick Heinz dan Pujo L. Setiawan. 2002. Hartono Poerba, 1992. Utilitas Bangunan, Pt. Djambatan, Jakarta. Mansscht Leonard and Cunfile Roger, Office Building Poerwadarminta, WJS, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia , PN Balai Pustaka, Jakarta. Saleh Amiruddin, 1982. Penerangan Alami Siang hari Pada Bangunan. Pustaka, Jakarta. Setyo Setiadji Soepadi, Ir, 1986, Anatomi Utilitas Undang – Undang R.I. No. 22 Tahun 1999, PEMERINTAH DAERAH, 1999. Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1999, PEMILIHAN UMUM, 1999. Katalog BPS, Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2010 Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Yan Dianto, 1982. Dasar-Dasar Arsitektur, Volume 4, Erlangga Surabaya Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. 129 130 131