Uploaded by kampoengtigadimensi

SKRIPSI PERENCANAAN GEDUNG DPRD SULTRA

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang semakin dituntut
untuk menggalakkan pembangunan disegala bidang
baik kualitas maupun
kuantitasnya secara bertahap, terus-menerus dan berkesinambungan, dalam rangka
mencapai tujuan negara sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945
Sejak dahulu kala nilai-nilai luhur pancasila telah dianut oleh bangsa kita,
bahkan kemudian telah menjadi dasar negara kita, kemudian UUD 1945 lahir
sebagai perwujudan tekad untuk menyelenggarakan kehidupan
bernegara yang
tertib, damai dan sejahtera. Kondisi negara kesatuan republik indonesia
telah
mengalami perubahan yang signifikan, sejak wacana reformasi digulirkan pada
tahun 1998 dan turunnya rezim orde baru, maka tuntutan masyarakat terhadap
perubahan disegala bidang mendorong terciptanya perubahan itu sendiri khususnya
pada bidang politik.
Sistem pemilu yang berlaku pada zaman orde baru yang mengisyaratkan
hanya 3 (tiga) kontestan partai politik yang berhak ikut dalam pemilu tersebut,
namun pada tahun 1999 pelaksanaan pemilu mengalami pertambahan kontestan
partai politik peserta pemilu menjadi 48 (empat puluh delapan) kontestan.
Menurut UUD 1945 pemerintah negara indonesia adalah pemerintah yang
berazaskan persatuan yang dilandasi oleh sila persatuan dalam pancasila dan azas
1
negara kesatuan dalam pasal 1 ayat 1 UUD 1945.
Dengan
demikian, maka
lembaga-lembaga negara harus mencerminkan pengembangan aspirasi seluruh
rakyat Indonesia.
Dalam struktur organisasi negara, Pancasila menghendaki adanya kerakyatan
yang dipimping oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan.
Maka dari itu sifat pemerintahan harus demokratis, dalam arti bahwa cita-cita dan
keinginan
rakyatlah yang menuntut usaha pemerintah dalam mengejar suatu
masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan
adanya pemerintahan yang stabil dan berwibawa, sehingga sendi-sendi demokrasi
tetap terjamin. Dalam Undang-Undang RI No. 22 pasal 14 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dijelaskan bahwa susunan pemerintahan
DPRD sebagai
badan legislatif daerah
Daerah
adalah
dan pemerintah daerah sebagai Badan
Eksekutif Daerah.
DPRD sebagai hasil pemilihan yang diatur sesuai
dengan peraturan
perundang-undangan, dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil-wakil rakyat,
diperlukan suatu wadah fisik berupa kantor DPRD.
Dalam hal ini Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai ibuProvinsi Sulawesi
Tenggara Provinsi Sulawesi Tenggara, mempunyai kedudukan yang penting dalam
pemerintahan baik untuk skala lokal maupun regional. Seperti kita ketahui bahwa
kelancaran roda administrasi pemerintahan dan pembangunan sangat ditentukan
oleh adanya sarana dan prasarana fisik yang memadai guna mendukung fungsifungsi pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan secara optimal. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya suatu perancanaan yang matang dengan merujuk ke masa yang
2
akan datang bagi suatu kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang tentu saja
refresentatif.
Melihat tuntutan dan kebutuhan tersebut di atas apabila dibandingkan dengan
keberadaan Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang ada sekarang sudah
tidak memenuhi persyaratan baik dilihat dari segi fasilitas ruang, persyaratan ruang,
areal tapak maupun dari segi lokasinya. Adapun berbagai permasalahan Kantor
DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara antara lain :
-
Usia dan kondisi fisik bangunan yang sudah tua
-
Tidak memenuhi standar/kriteria perencanaan aktivitas yang sedang berlangsung
di dalamnya,
-
Kondisi tapak yang sangat terbatas.
-
Sistem sirkulasi yang tidak terencana
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana menentukan
lokasi dan site yang tepat untuk bangunan Kantor
DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang sesuai dengan rencana induk Provinsi
Sulawesi Tenggara ?
2.
Bagaimana mewujudkan bentuk ungkapan bangunan yang mencerminkan
arsitektur lokal, tanpa mengabaikan ekspresi fungsinya ?
3.
Bagaimana menentukan organisasi ruang dan besaran ruang yang dapat
menampung seluruh aktivitas yang berlangsung di dalamnya ?
4.
Bagaimana menentukan sistem struktur dan konstruksi yang digunakan sehingga
bangunan kokoh dan kuat tetapi tidak mengurangi segi keindahan yang ingin
ditampilkan ?
3
C. Tujuan dan Sasaran Penulisan
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk merumuskan konsep perencanaan dan perancangan kantor DPRD
menjadi pusat kegiatan aktifitas kedewanan di Provinsi Sulawesi Tenggara.
b. Untuk menyusun suatu acuan perancangan
yang diarahkan untuk
mendapatkan faktor – faktor penentu perencanaan serta strategi perencanaa
fisik
2. Sasaran Penulisan
Sasaran penulisan ini adalah untuk merumuskan acuan perancangan Gedung
DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
D. Lingkup Penulisan
1. Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang nantinya diharapkan dapat
menghasilkan faktor penentu perencanaan fisik.
2. Pembahasan diarahkan kedisiplin ilmu Arsitektur sebagai penentu perencanaan.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan
yang digunakan adalah analisa sintesa yaitu dengan
mengindentifikasi permasalahan yang ada, kemudian mengelompokkan dan
menganalisa serta mengkaitkan antara masalah dalam tahap-tahap, kemudian
menarik suatu kesimpulan. Kesimpulan hasil pembahasan, nantinya akan
ditransformasikan dalam konsep dasar perencanaan. Metode pembahasan ini
didukung oleh wawancara dengan instansi yang terkait, dan peninjauan langsung
ke lokasi dan studi literatur/kerpustakaan.
4
F. Sistimatika Penulisan
BAB I
:
Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan sasaran pembahasan dan metode
pembahasan.
BAB II
:
Berisikan Kajian Pustaka, pengertian judul, dan tinjauan umum
terhadap kantor.
BAB III
:
Berisikan tinjauan umum dan tinjauan khusus tentang Gedung
DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.
BAB IV
:
Berisikan pendekatan konsep fisik Gedung DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara
Kendari melalui pendekatan makro dan
mikro yang berupa data analisa tapak, aktifitas pelaku dalam
bangunan, rencana interior, sistem utilitas dan kelengkapan
BAB V
:
bangunan.
Bab ini merupakan acuan perancangan fisik Gedung DPRD
Provinsi Sulawesi Tenggara melalui pendekatan makro dan
mikro yang berupa analisa tapak, aktifitas pelaku dalam
bangunan, rencana interior, sistem utilitas dan kelengkapan
bangunan.
BAB VI
: Merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran –
saran dan semua masalah yang kemudian dijadikan titik tolak
kearah desain.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Judul
Pengertian Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat diuraikan
sebagai berikut :
1.
Gedung : Balai, rumah atau bangunan yang berfungsi sebagai tempat
pengelolaan suatu pekerjaan. ( Poerwadrminta, Wjs, 1976 )
2.
Dewan
: Majelis yang terdiri dari beberapa anggota yang bertugas
memberikan nasehat, memutuskan suatu masalah. (Poerwadrminta, Wjs,
1976)
3.
Perwakilan : Perkumpulan orang yang diberi kuasa untuk bertindak sesuatu.
( Poerwadrminta, Wjs, 1976 )
4.
Rakyat : Orang biasa, warga mastarakat penduduk yang menempati wilayah
tertentu dalam suatu negara. (Poerwadrminta, Wjs, 1976)
5.
Daerah : Adalah lingkungan pemerintahan atau wilayah yang dipakai untuk
tujuan tertentu. ( Poerwadrminta, Wjs, 1976 )
B. Tinjauan Terhadap Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Sebagau Unsur
pemerintah Daerah dalam Bidang Legeslatif
1. Bidang Kelembagaan di Indonesia
Dalam upaya mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka kelembagaan pemerintah di
6
Indonesia dibagi atas 3 (tiga) bidang kekuasaan atau trias politica gagasan dari
Montesquie adalah sebagai berikut :
a.
Bidang kekuasaan Legeslatif yakni kekuasaan membuat Undang – Undang
b.
Bidang kekuasaan Eksekutif yakni kekuasaan yang menjalankan Undang –
Undang
c.
Bidang kekuasaan Yudikatif yakni kekuasaan mengawasi pelaksanaan
Undang – Undang.
Kebijakan seluruh
provinsi di Indonesia
daerah edaran Mentri Dalam Negeri RI
di muat
tanggal
2
dalam
Februari
susunan
1981
No.
642/438/POUD yang berbunyi :
-
Mengingat masalah
Kantor DPRD
maupun rumah jabatan DPRD
adalah otonomi daerah, maka biaya untuk keperluan pembangunan kantor
DPRD dimaksud agar ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah daerah
yang bersangkutan.
-
Pembangunan kantor DPRD maupun rumah jabatan pimpinan agar
disesuaikan dengan kondisi daerah setempat, serta disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah.
2.
Tugas, Kewajiban dan Hak DPRD
a. Tugas :
1. Menetapkan APBN
2. Melaksanakan kerjasama internasional di daerah yaitu :
a) Pelaksanaan Pemerintah Daerah dan Perundang –Undangan
b) Pelaksanaan Keputusan Bupati
7
c) Pelaksanaan APBN
d) Kebijakan pemerintahan Daerah
e) Merlaksanakan kerjasama internasional
f) Memberikan pendapat dan
terhadap
rencana
pertimbangan
perjanjian
internasional
kepada
pemerintah
yang
menyangkut
kepentingan daerah
g) Menampung dan menindaklanjuti aspirasi daerah dan masyarakat.
b. Kewajiban
1) Mempertahankan dan memelihara keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia
2) Mengamalkan Pancasila dan Undang – Undamg Dasar 1945 serta
mentaati segala peraturan perundang – undangan
3) Membina demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
4) Meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah berdasarkan demokrasi
ekonomi
5) Memperhatikan dan menyalurkan
aspirasi,
menerina
kaluhan dan
pengaduan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya.
c. Hak DPRD
Untuk dapat melaksanakan fungsinya, DPRD mempunyai hak
sebagai berikut :
1) Meminta keterangan kepada pemerintah daerah
2) Mengadakan perubahan atas rancangan PERDA
3) Mengajukan pertanyaan dan pendapat
8
4) Mengajukan perencangaan peraturan daerah
5) Menentukan anggaran belanja DPRD
6) Menetapkan peratuaran tata tertib DPRD
3.
Pola hubungan kedudukan Legslatif terhadap Eksekutif
a. Hubungan Eksternal
1. Hubungan dengan warga masyarakat
Sebagai unsur yang dilayani
hubungan
dengan
masyarakat
dikembangkan kepada peran DPRD sebagai wadah pelayanan aspirasi
dengan dasar pertimbangan yang mudah dicapai dari masyarakat.
Proses penyaluran aspirasi masyarakat dilakukan
memperoleh
dengan
cara
masukan tentang persoalan atau kendala yang timbul
didalam masyarakat baik langsun maupun tidak langsung, kemudian
dibahas didalam rapat – rapat
akhirnya
diplenokan
atau sidang pendahuluan yang pada
untuk
mengambil
keputusan pemecahan
masalah.
WARGA
DAERAH
WARGA
DAERAH
Lokasi
Kantor
DPRD
WARGA
DAERAH
WARGA
DAERAH
Skema II.1. Hubungan Eksternal
( sumber : Himpunan peraturan pelaksanaan UU Otonomi Daerah, penerbit
Sinar Grafika, Mei 2002 )
9
2. Hubungan
dengan lembaga fungsional lain dengan bertitik tolak
dari Undang – Undang RI No. 22 tahun 1999 bahwa
daerah adalah Kepala Daerah dan DPRD yang
pemerintah
sama tinggi dalam
pemerintahan.
UNSUR PEMDA
PROVINSI
DPRD KABUPATEN
/PROVINSI
SULAWESI
TENGGARA
Kedudukan sama
tinggi / setingkat
BUPATI/WALIPROVINSI
Skema II.2. Kedudukan
SULAWESI TENGGARA
DPRD
( Sumber : Himpunan peraturan pelaksanaan UU Otonomi Daerah,
penerbit Sinar Grafika)
b. Hubungan Internal
1) hubungan kedudukan ruang – ruang
Ruang
sidang pleno / paripurna merupakan puncak semua
kegiatan yang didukung oleh sidang – sidang komisi, sidang gabungan
komisi – komisi, rapat fraksi sedangkan kegiatan administrasi dan
kesekretariatan mendukung semua kegiatan yang ada.
Rapat
Panitia
Rapat
Komisi
Sidang
Pleno /
Paripurna
DPRD
Gabunga
n Komisi
Rapat
Fraksi
Skema II.3. Kedudukan Ruang Sidang
( Sumber : Himpunan peraturan pelaksanaan UU Otonomi Daerah,
penerbit Sinar Grafika )
10
2) Hubungan kegiatan
a) Semua
kegiatan
yang berlangsung
didalam
kantor DPRD
kepada
kebijaksanaan
berorientasi ke ruang sidang pleno
b) Kegiatan
pemimpin
DPRD
berorientasi
DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai penentu
kebijaksanaan.
C. Tinjauan Spesifikasi Tata Sidang
1. Spesifikasi kegiatan dalam DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Kegiatan utama di dalam kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
adalah kegiatan
kesekretariatan
persidangan
yang
didukung
oleh
kegiatan
administrasi.
2. Jenis sidang dan rapat
Sidang – sidang atau rapat – rapat dalam DPRD adalah :
a) Sidang Pleno / Paripurna
b) Rapat Panitia
c) Rapat Komisi
d) Rapat Gabungan Komisi
e) Rapat Fraksi
f) Rapat Pimpinan DPRD
g) Rapat kerja
h) Rapat dengar pendapat
11
Rapat Fraksi
Rapat Pendahuluan /
Rapat Pleno
Terbuka
Rapat Panitia
Sidang
Pleno /
Paripurna
Rapat Komisi
Rapat Kerja
Rapat Dengar
Pendapat
Tertutup
Rapat Gabungan
Komisi
Skema II.4 Rapat-Rapat
2. Falsafah ungkapan ruang
a. Sebagai wadah
ruangnya
yang
kegiatan utama lembaga legeslatif maka
harus berdasarkan unsur
biasa
dilakukan
dengan
musyawarah
orientasi
falsafah
untuk mufakat
peserta memusat
kepemimpinan sidang
b. Kegiatan penentuan / pengesahan peraturan daerah yang dijalankan dan
ditaati oleh warga masyarakat, untuk itu ungkapan falsafah ruang menuntut :
1) Sifat formil
2) Sifat anggun dan wibawa
3) Kesan serius
12
D. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengadaan Kantor
DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara
Kebijakanseluruh
provinsi
di Indonesia
dimuat
dalam susunan
daerah edaran Mentri Dalam Negeri RI tertanggal 2 Februari 1981 no.
642/438/POUD yang berbunyi :
a. Mengingat masalah
Kantor DPRD
maumpu rumah jabatan DPRD
adalah otonomi daerah, maka biaya untuk keperluanpembangunan kantor
DPRD dimaksud agar ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah yang
bersangkutan.
b. Pembangunan kantor DPRD maupun rumah jabatan pimpinan agar
disesuaikan dengan kondisi daerah setempat, serta disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah.
E. Studi Banding
1. Gedung DPRD Jawa Timur
a. Pengguna Bangunan Kantor DPRD Jawa Timur
- Jumlah Anggota DPRD
= 32 orang
13
- Jumlah Komisi
= 4 Komisi
Jumlah anggota ditiap komisi
= 8 orang
- Jumlah Fraksi
= 5 Fraksi
Jumlah anggota ditiap fraksi
= 7 orang
- Jumlah Staf Ahli
= 5 orang
- Sekwan
= 1 orang
- Kepala Bagian
= 3 orang
- Kepala Sub Bagian
= 7 orang
- Pegawai (PNS + Honorer)
= 59 orang
b. Aktifitas Kedewanan
- Sidang – sidang Paripurna
- Rapat kerja intern
- Hearing / dengar pendapat
- Jaringan aspirasi rakyat
c. Building Coverage
- LUAS LAHAN
= 6.145,500 m2
- LUAS GEDUNG
= 2.189,127 m2
BUILDING COVERAGE (BC) atau KOEFISIEN DASAR BANGUNAN
(KDB) adalah
63 % : 37 %
BC MINIMUM adalah 70 % : 30 %
14
2. Gedung DPRD Konawe Selatan
a. Lokasi
Gedung DPRD Konawe Selatan terletak di ibu Kota Provinsi Sulawesi
Tenggara Kabupaten (Andoolo), yang merupakan daerah pusat perkantoran.
b. Keadaan Fisik Bangunan
Gedung DPRD Konawe Salatan terdiri dari satu lantai (bangunan utama),
sementara banguna penunjang lainnya berpisah dari bangunan induk.
c. Struktur
Struktur bangunan berupa kolom beton dangan lantai dan dinding yang
dibuat secara manual berdasarkan modul tertentu
d. Bantuk Bangunan
Gedung DPRD Kabupaten Konawe Selatan mengadopsi konsep modern
namun tidak meninggalkan unsur budaya lokal. Bentuk modern yang
dimaksud adalah terlehat dari penggunaan material, dan penggunaan beton,
sementara unsur lokal dapat dilihat dari bentuk atap yang mengadopsi
rumah adat Tolaki
15
BAB III
TINJAUAN KHUSUS PERENCANAAN
GEDUNG DPRD PROVINSI SULAWESI TENGGARA
A. Tinjauan Terhadap Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Letak Geografis
Provinsi Sulawesi Tenggara dimasa Pemerintahan kolonial Belanda
merupakan ibuProvinsi Sulawesi Tenggara kewedanan dan ibuProvinsi Sulawesi
Tenggara Onder Afdeling Laiwoi yang luas wilayahnya kurang lebih 31,420
Km2. Sejalan dengan dinamika perkembangan sebagai pusat perdagangan dan
pelabuhan laut antar pulau, maka Kendari terus tumbuh menjadi ibuProvinsi
Sulawesi Tenggara Kabupaten dan masuk dalam Propinsi Sulawesi Selatan
Tenggara.
Dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 terbentuklah
Propinsi Sulawesi Tenggara dan Kendari ditetapkan sebagai ibuProvinsi
Sulawesi Tenggara propinsi yang terdiri atas 2 (dua) wilayah kecamatan yakni
Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga dengan luas wilayah 76,76 Km2.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1978 Provinsi
Sulawesi
Tenggara
ditetapkan
menjadi
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
Administratif dan berkembang menjadi 3 (tiga) wilayah kecamatan dengan luas
wilayah 187,990 Km2 yang meliputi Kecamatan Kendari, Kecamatan
Mandonga dan Kecamatan Poasia.
16
Melalui perjuangan yang cukup panjang dan tekad warga Provinsi
Sulawesi
Tenggara
yang
menginginkan
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
Administratif Kendari menjadi Provinsi Sulawesi Tenggaramadya Daerah
Tingkat II sebagai daerah otonom, maka dengan keluarnya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1995 tanggal 3 Agustus 1995 Provinsi Sulawesi Tenggara
Administratif
Kendari
berubah
status
menjadi
Provinsi
Sulawesi
Tenggaramadya Daerah Tingkat II Kendari yang diresmikan oleh Bapak
Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27 September 1995 dan tanggal ini pula
ditetapkan sebagai hari lahirnya Provinsi Sulawesi Tenggaramadya Daerah
Tingkat II Kendari.
Dengan terbentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara kotamadya Daerah
Tingkat II Kendari, maka sebagai WaliProvinsi Sulawesi Tenggaramadya KDH.
Tk. II Kendari diangkat Drs. LASJKAR KOEDOES sebagai Pj. WaliProvinsi
Sulawesi Tenggaramadya KDH. Tk. II Kendari sejak 27 September 1995 - 27
September 1996. Selanjutnya, seiring berlakunya Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka istilah Daerah Tingkat II dan
Provinsi Sulawesi Tenggaramadya berubah menjadi Kabupaten dan Provinsi
Sulawesi Tenggara sehingga Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi daerah
otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri.
2. Administrasi Pemerintahan
a. Keadaan Administrasi
17
Provinsi Sulawesi Tenggara yang sebelumnya disebut Provinsi
Sulawesi Tenggaramadya Kendari, terbentuk dengan Undang-Undang
Republik Indonesia dengan Nomor 6 Tahun 1995. Sehubungan dengan
fungsi dan perannya sebagai Ibu Provinsi Sulawesi Tenggara Propinsi, maka
dalam konteks regional Provinsi Sulawesi Tenggara ini sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan sosial ekonomi dalam suatu wilayah
lebih luas.
Provinsi Sulawesi Tenggara secara administratif merupakan Ibu
Provinsi Sulawesi Tenggara Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak pada koordinat 30 00 – 40 25 Lintang
Selatan dan 1210 37 – 1230 15 Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar
29,589 Km2.
Secara administratif wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terbagi
dalam sepuluh Kecamatan yaitu Kecamatan Mandonga dengan luas 23,36
km² (7,89%), Kecamatan Baruga , Kecamatan Poasia, dan Kecamatan
Baruga dengan luas 49,58 km² (16,76 %), Kecamatan Puwatu dengan luas
42,71 km² (14,43 %), Kecamatan Kadia dengan luas 9,10 Km² (3,08 %),
Kecamatan Wua-wua dengan luas 12,35 Km² (4,16 %), Kecamatan Poasia
dengan luas43,52 Km² (14,71 %), Kecamatan Abeli dengan luas 49,61 Km²
(16,77 %), Kecamatan Kambu dengan luas 23,13 Km² (7,82 %), Kecamatan
Kendari dengan luas 19,55 Km² (6,61 %) dan Kecamatan Kendari Barat
dengan luas 22,98 Km² (7,77 %).
18
Selain itu Provinsi Sulawesi Tenggara secara keseluruhan dikelilingi
oleh kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Konawe, Konawe Selatan dan
laut Banda dengan batasan-batasan sebagai berikut :
1) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan dan Laut
Banda.
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe.
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan.
b. Keadaan Morfologis
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak mengelilingi Teluk Kendari
dengan berbagai potensi dan peluang untuk mengembangkan usaha dan
lebih dari itu daerah ini merupakan daerah khusus pengembangan kawasan
wisata di Kendari Beach ini merupakan bagian dari koridor wisata pusat
Kendari – Water Front Area (Teluk Kendari) – Pantai Mayaria – Tanjung
Tapulaga – Pulau Bokori.
3. Kependudukan
a. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan hasil
pencacatan akhir tahun 2007 adalah sebanyak 251.447 Jiwa, sedangkan pada
tahun 2009 berdasarkan hasil pencatatan terakhir, melalui Proyeksi Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005, penduduk Provinsi Sulawesi
Tenggara telah mencapai 260867 jiwa. Berdasarkan data tersebut di atas,
19
terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara
selama kurn waktu 2007-2009 sebesar 1,87 persen per tahun.
Keadaan struktur umur penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara
melalui Proyeksi Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) menunjukkan
bahwa pada tahun 2009 sepertiga lebih jumlah penduduk yaitu 42, 40 persen
dari jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara atau sebanyak 110.598
jiwa adalah penduduk usia muda yang bermur dibawah 20 tahun, Sedangkan
penduduk yang berusia diatas 20 tahun berjumlah 150.269 jiwa, data
tersebut dapat dilihat pada tabel Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara
menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin dibawah ini:
Tabel. III. 1
Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara menurut Kelompok Umur & Jenis
Kelamin
Population Of Kendari City by age Group and Sex
2009
Kelompok Umur
0-4
5–9
10 – 14
15 – 20
Laki-laki
15.409
15.573
11.532
13.324
Perempuan
15.464
13.407
12.387
13.502
Jumlah (L+P)
30.873
28.980
23.919
26.826
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
12.793
13.297
9.765
9.391
18.736
14.009
11.160
10.754
31.529
27.306
20.922
20.145
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
7.145
5.708
4.594
2.361
6.941
6.308
5.343
1.952
14.086
12.016
10.297
4.313
60 – 64
2.108
1.723
3.831
20
65 - 69
70 - 74
75 +
Jmlah
1.529
974
556
126.416
750
1.265
750
134.451
2.279
2.239
1.306
260.867
Sumber : Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka / Kendari City in Figure 2010
b. Potensi Ekonomi
Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai peranan penting dan strategis
terutama dalam bidang ekonomi. Ini dapat dilihat dari tingginya pendapatan
per kapita pedudukan Provinsi Sulawesi Tenggara yang diperkirakan
mengalami kenaikan ± 17,55 % per tahun.
Dari peningkatan pendapatan per kapita penduduk di atas, hal ini
dapat menjadi pendorong majunya sub sektor pariwisata jika ditinjau ari segi
bisnis karena dapat meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pariwisata seperti hotel, restoran dan rumah makan.
4. Kebijakan Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
a. Rencana Tata Guna Lahan
Sebagai suatu sistem wilayah, maka Provinsi Sulawesi Tenggara
terbentuk oleh adanya interaksi antara Bagian Wilayah Provinsi Sulawesi
Tenggara (BWK) yang mempunyai fungsi tertentu. Sehubungan dengan
perkembangan kebutuhan lahan untuk kegiatan-kegiatan perProvinsi
Sulawesi Tenggaraan., maka fungsi eksisting BWK di Provinsi Sulawesi
Tenggara di masa mendatang mengalami perubahan. Dengan demikian
Rencana Tata Guna Lahan (RTGL) Provinsi Sulawesi Tenggara didekati
21
melalui penentuan fungsi (Primer dan Sekunder) tiap-tiap BWK yang
nantinya merupakan kerangka bagi pola tata guna lahan.
Sebagai dasar analisis dalam pengembangan perProvinsi Sulawesi
Tenggaraan dan kebutuhan Provinsi Sulawesi Tenggara diselaraskan dengan
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) yang dibuat tahun 2000
yang mencakup usaha-usaha pembangunan dan pengembangan Provinsi
Sulawesi Tenggara untuk masa sepuluh tahun mendatang (sampai tahun
2010).
b. Pembagian Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW)
Kendari sampai tahun 2010, Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terbagi
dalam tujuh Bagian Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (BWK) meliputi :
BWK I
: Luas sekitar 1.704,60 Ha, mencakup Kecamatan Mandonga,
Kecamatan Baruga yang meliputi Kelurahan : Punggaloba
(sebagian),
Tobuaha,
Mandonga,
Korumba,
Anggilowu
(sebagian), Kadia dan Bende.
BWK II
: Luas sekitar 1.291,42 Ha, mencakup Kecamatan Kendari dan
Kecamatan Mandonga yang meliputi Kelurahan : Kemaraya,
Watu-watu, Tipulu, Punggaloba, Anggilowu, (sebagian) dan
Alolama (sebagian).
BWK III : Luas sekitar 2.490 Ha, mencakup Kecamatan Kendari yang
meliputi Kelurahan : Benua-Benua, Sodohoa, Sanua, Dapu-
22
Dapura, Kandai, Kendari Caddi, Kampung Salo, Kasilampe,
Gunung Jati, Mangga Dua, Matta dan Purirano.
BWK IV : Luas sekitar 9.024 Ha, mencakup Kecamatan Poasia yang
meliputi Kelurahan : Todonggeu, Sambuli, Nambo, Petoaha,
Bungkutoko, Talia, Poasia, Lapulu, Pudai, Matabubu, Abeli,
Anggomelai, Tobimeita, Benua Nirai dan Anggoeya.
BWK V
: Luas sekitar 4.902 Ha, mencakup Kecamatan Poasia dan
Kecamatan Baruga yang meliputi Kelurahan : Rahanduona,
Anduonohu, Mokoau, Kambu, Lepo-Lepo (sebagian).
BWK VI : Luas sekitar 4.986,73 Ha, mencakup Kecamatan Baruga dan
Kecamatan Mandonga yang meliputi Kelurahan : Kelurahan:
Lepo-Lepo (sebagian), Baruga, Bonggoeya, Wua-Wau, Puwatu
(sebagian), Watulondo (sebagian) dan Kadia (sebagian).
BWK VII : Luas sekitar 5.190,25 Ha, mencakup Kecamatan Mandonga
yang meliputi Kelurahan : Kelurahan: Puwatu (sebagian),
Watulondo (sebagian), Punggaloka (sebagian), Labibia dan
Wawombalata.
23
24
Gambar 3.1 Peta Pembagian BWK Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2000-2010
25
( Sumber: Pemkot Kendari)
Sedangkan secara adminstratif, Provinsi Sulawesi Tenggara terbagi dalam
Sepuluh kecamatan yaitu : Kecamatan Kendari, Kecamatan Mandonga,
Kecamatan Poasia, Kecamatan Baruga, Kecamatan Kendari Barat,
Kecamatan Abeli, Kecamatan kadia, Kecamatan Kambu, Kecamatan Wuawua dan Kecamatan Puwatu
c. Struktur Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
Rencana struktur ruang Provinsi Sulawesi Tenggara pada dasarnya
merupakan arahan tata jenjang fungsi-fungsi pelayanan didalam Provinsi
Sulawesi Tenggara yang merupakan rumusan kebijakan tentang pusat-pusat
kegiatan fungsional Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan jenis,
intensitas, kapasitas dan lokasi pelayanan. Jenjang kegiatan tersebut secara
keseluruhan disusun sesuai dengan fungsi Provinsi Sulawesi Tenggara yang
telah dirinci dalam skala pelayanan Provinsi Sulawesi Tenggara, regional,
nasional dan internasional.
Tabel III.2
Arahan Fungsi dan Pengembangan Bagian Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
BWK
I
II
Cakupan Wilayah
Kelurahan
Arahan Pusat BWK
Mencakup Kecamatan
Mandonga dan Kecamatan
Baruga yang meliputi
Kelurahan: Punggaloba
(sebagian), Tobuaha,
Mandonga, Korumba,
Anggilowu (sebagian),
Alolama (sebagian),
Wawombalata (sebagian),
Kadia dan Bende.
• Pusat BWK di
Kompleks Kantor
Pemerintahan
WaliProvinsi Sulawesi
Tenggara
Mencakup Kecamatan
Kendari Beach
• Sub-Pusat di Pasar
Wau-Wau
Arahan Fungsi
• Pemerintahan Provinsi
Sulawesi Tenggara
Kendari
• Perdagangan dan Jasa
skala
Provinsi
Sulawesi Tenggara
• Olahraga
• Pariwisata
• Perumahan
(penunjang)
• Pariwisata
Potensi
Penggunaan
Lahan
Luas
17,046 Km2
Luas
26
III
IV
V
VI
VII
Kendari dan Kecamatan
Mandonga yang meliputi
Kelurahan: Kemaraya, WatuWatu, Tipulu, Punggaloba,
dan Alolama (sebagian).
• Perkantoran dan Hotel
• Perumahan Mewah
Mencakup Kecamatan
Kendari yang meliputi BenuBenua, Sodohoa, Sanua,
Dapu-Dapura, Kandai,
Kendari Caddi, Kasilampe,
Gunung Jati, Mangga Dua,
Matta dan Purirano.
• Pusat BWK di Pasar
• Perdagangan dan Jasa
Provinsi Sulawesi
Tenggara Lama Kendari • Pelabuhan Laut dan
Peti Kemas
• Sub-Pusat BWK di
• Industri Kimia dan
Purirano
Logam
• Perumahan
(penunjang)
Mencakup Kecamatan Poasia
yang meliputi Todonggeu,
Sambuli, Nambo, Petoaha,
Bungkutoko, Talia, Poasia,
Lapulu, Pudai, Matabubu,
Abeli, Anggomelai,
Tobimeita, Benua Nirai dan
Anggoeya.
• Pusat BWK di suatu
areal di perpotongan
antara jalan Poros
Andunohu dan Poros
Lepo-Lepo Kelurahan
Petoana
• Sub-Pusat di
Todonggeu
Mencakup Kecamatan Poasia • Pusat BWK di Kantor
dan Kecamatan Baruga yang Propinsi
meliputi Kelurahan:
Rahanduona, Anduonohu,
Mokoau, Kambu, Lepo-Lepo
(sebagian).
12,9142 Km2
Luas
24,90 Km2
• Industri Kimia dan
Logam (bagian Barat,
mencakup Kelurahan
Sambuli dan
Tondonggeu)
• Industri Perikanan di
Kawasan PPS Kendari
(Pundai)
• Pariwisata di Nambo
dan Bungkutoko
• Rumah Kebun
(Pertanian)
Luas
90,24 Km2
• Pemerintahan Propinsi
• Pendidikan
• Kesehatan
• Rumah Kebun
(Pertanian)
• Pertanian (Sawah)
• Hutan Wisata
Luas
49,02 Km2
Mencakup Kecamatan Baruga
dan Kecamatan Mandonga
yang meliputi Kelurahan:
Lepo-Lepo (sebagian),
Baruga, Bonggoeya, WuaWau, Puwatu (sebagian),
Watulondo (sebagian) dan
Kadia (sebagian).
• Pusat BWK di Pasar
Baruga Sekarang
• Aneka Industri,
Industri Kerajinan dan
Agro Industri
• Industri Gembol
• Perdagangan Grosir
• Transportasi Regional
• Rumah Kebun
(Pertanian) dan
Agribisnis
Luas
49,8673 Km2
Mencakup Kecamatan
Mandonga yang meliputi
Kelurahan: Puwatu
(sebagian), Watulondo
(sebagian), Punggaloka
(sebagian), Labibia dan
Wawombalata.
• Pusat BWK di Puwatu • Aneka Industri,
Industri Kerajinan dan
• Sub-Pusat BWK
Agro Industri
disediakan pada suatu
• Rumah Kebun dan
areal di persimpangan
Argibisnis
jalan ke Batu Gong dan • Tempat Peristirahatan
Matabondu di Kelurahan
Labibia
Luas
51,9025 Km2
• Sub-Pusat BWK di
Terminal Type B Abeli
Sawah
Sumber : WWW. Kendari. Go. Id
27
Untuk mendapatkan prioritas pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
berdasarkan rencana struktur tata ruang dan rencana pemanfaatan ruang secara
rencana pengembangan penduduk dan penyebarannya, maka dilakukan
penilaian terhadap seluruh bagian Provinsi Sulawesi Tenggara (BWK). Prioritas
pengembangan BWK Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2000 – 2010 disajikan
dalam peta.
Sementara rencana struktur tata ruang Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2000 – 2010 yang pada dasarnya memperlihatkan struktur pelayanan kegiatan
Provinsi Sulawesi Tenggara disajikan pada peta.
B. Tinjauan Eksisting Terhadap Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
Kendari
1. Lokasi / Tapak
Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara yang sekarang terletak di
jalan Mayjen Soetoyo sebagai tempat mengadakan kegiatan DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara selama ini.
Lingkungan
Menengah
sekitarnya
Umum ( SMU )
bersebelahan langsung
dengan Sekolah
Negeri 1 Kendari, Kantor, BAPPEDA,
Kampus Universitas Sulawesi Tenggara dan berhadapan dengan kantor Bank
Pembangunan Dearah SULTRA. Lokasi ini dianggap kurang sesuai dengan
kondisi sekitar karena lokasi yang ditempati kantor DPRD Provinsi Sulawesi
Tenggara memiliki areal yang sangat sempit sehingga tidak dapat
menampung segala fasilitas perkantoran yang direncanakan.
28
Bangunan kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari
merupakan bangunan lama sehingga kondisi bangunannya kurang memenuhi
standar perencanaan dan tidak mencerminkan karakteristik sebuah bangunan
kantor DPRD serta banyaknya bagian bangunan yang telah rusak.
2. Ekspresi Arsitektural
a. Motifasi Perencanaan
1) Memenuhi tuntutan perencanaan wadah untuk menampung aktifitas
pemakai.
2) Memenuhi tuntutan perencanaan fasilitas gedung dan penunjang
fungsi Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.
3) Memenuhi
tuntutan
kebutuhan
pemakai
dan
fasilitas
yang
menawarkan keleliasaan, kenyamanan dan kamudahan
b. Pengertian dan tujuan perencanaan
1) Pengertian
Gedung DPRD adalah merupakan suatu sarana untuk berkumpulnya
anggota badan legeslatif daerah, dimana kedudukannya sejajar dan
merupakan mitra dari pemerintah daerahTujuan Perencanaan
2) Perencanan Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan penggunanya dengan luasan ruangan
yang sesuai dengan strandar kebutuhan.
c. Sasaran Perencanaan
29
Sasaran perencanaan Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
:
1) Menciptakan wadah yang representatif bagi para anggota legeslatif
untuk menjalankan tugasnya sebagai penempung aspirasi rakyat.
2) Memberi kontribusi bagi perkembangan dunia arsitektur khususnya
bagi bangunan pemerintahan.
d. Tuntutan pemakai
Sesuai dengan fungsi dan kegiatannya maka tuntutan yang harus
dipenuhi adalah :
1)
Lokasi
Dapat terjangkau oleh masyarakat dan keberadaannya mendukung
fasilitas gedung disekitarnya.
2)
Kenyamanan
Terpenuhinya keinginan pemakai serta suasana dan persyaratan
ruang
yang nyaman, luas ruang yang efektif dan fleksibel serta
pencapaian yang baik dalam ruangan.
3)
Komunikasi
Terpenuhinya kemudahan komunikasi bagi penggunanya dalam
hubungan kerja baik itu hubungan interen maupun eksteren.
4)
Fasilitas
Terpenuhinya fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan ukuran-ukuran
finansial.
e. Struktur organisasi dan Alat Kelengkapan DPRD
30
1)
Susunan organisasi dan formasi sekretariat DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara diatur dengan peraturan daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara Nomor 09 Tahun 2000.
2)
Alat kelengkapan DPRD terdiri atas pimpinan, komisi-komisi dan
panitia-panitia. (UURI No.22Tahun 1999 pasal 17 ayat 2)
3)
DPRD membentuk fraksi-fraksi yang bukan alat kelengkapan
DPRD ( UU RI No.22Tahun 1999 pasal 17 ayat 2)
4)
Disamping
alat
kelengkapan
DPRD
dibentuk
perangkat
kelengkapan DPRD yaitu :
a)
Sekretariat DPRD
Sekretariat DPRD dipimpin oleh seorang sekretaris
DPRD yang diangkat oleh Kepala Daerah dan Pegawai
Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas persetujuan
Pimpinan DPRD. ( UURI No.22Tahun 1999 pasal 17 ayat 2 )
Sekretaris DPRD membantu dalam menjalankan tugas
dan kewenangannya. Sekretariat DPRD dibantu oleh tenaga
ahli yang ditetapkan dengan jumlah keseluruhan sekretariat
dan staf sekretariat berjumlah 28 (dua puluh delapan) orang,
tenaga honorer 9 (sembilan) orang, dan pengemudi 9
(sembilan) orang. Sehingga totalnya berjumlah 46 (empat
puluh enam) orang.
b)
Panitia-panitia
31
Dari beberapa fraksi di DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara,
dibentuk Panitia – panitia yang diambil dari masing – masing
fraksi yang ada pada Kantor DPRD Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Panitia
–
panitia
tersebut
adalah
Panitia
Musyawarah dan Panitia Anggaran.
-
Panitia Musyawarah.
1) Panitia Musyawarah merupakan alat kelengkapan
DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD
pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.
2) Panitia musyawarah terdiri dari unsur-unsur fraksi
berdasarkan
pertimbangan
jumlah
anggota
dan
sebanyak- banyaknyadan tidak lebih dari setengah
jumlah anggota
DPRD.
3) Ketua dan wakil DPRD karena jabatannya adalah
pimpinan Panitia Musyawarah merangkap anggota.
4) Sekertaris DPRD karena jabatannya adalah sekertaris
panitia bukan anggota.
-
Panitia Anggaran.
1) Panitia anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD
yang
bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD
pada awal masa
jabatan keanggotaan DPRD.
32
2) Panitia anggaran terdiri dari unsur-unsur fraksi
berdasarkan pertimbangan jumlah anggota dan wakil
dari masing-masing komisi 1 (satu) orang.
3) Ketua dan wakil ketua karena jabatannya adalah
pimpinan Panitia
4) Panitia
anggaran
merangkap
anggota.Sekertaris
DPRD dapat ditunjuk sebagai Sekretaris Panitia
Anggaran.
Selain Panitia tetap dibentuk Panitia tidak tetap yang disebut Panitia
Khusus dengan masa jabatan sesuai dengan ketetapan DPRD yang bertugas
untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan kepadanya. Jika tugas
panitia
khusus
dianggap
sudah
selesai
maka
pimpinan
DPRD
membubarkannya. Anggota Panitia Khusus terdiri Dari paling kurang 3
(tiga) orang anggota termasuk seorang ketua yang ditentukan oleh pimpinan
DPRD, atau usul para anggota Panitia Khusus.
3. Komisi – komisi.
Dalam
melancarkan
pekerjaan
dalam
menyelesaikan
suatu
permasalahan maka dibentuk komisikomisiyang terdiri dari :
a) Komisi A meliputi bidang Pemerintahan dan Hukum.
b) Komisi B meliputi bidabg Perekonomian dan Keuangan
c) Komisi C meliputi bidang Pembangunan dan Kesra
Jumlah anggota tiap-tiap komisi terdiri dari 7 (tujuh) sampai
dengan 10 (sepuluh) orang. Masa jabatan komisi paling lama 2 (dua)
33
setengah tahu. Pimpinan komisi mangadakan rapat sekurang-kurangnya
sekali dalam seminggu untuk mengatur pembagian kerja bagi tiap-tiap
anggota.
4. Badan Kehormatan.
a)
Badan Kehormatan dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan
DPRD, anggota badan kehormatan dipilih dan dari anggota DPRD
dengan ketentuan untuk anggota DPRD Provinsi Sulawesi
Tenggara yang beranggotakan sampai 27 (dua puluh tujuh)
berjumlah 3 (tiga) orang.
b)
Pimpinan Badan Kehormatan terdiri dari seorang ketua dan Wakil
Ketua yang dipilih oleh Badan Kehormatan.
c)
Badan Kehormayan dibantu oleh Sekretaris yang secara fungsional
dilaksanakan oleh sekretaris DPRD, dan masa tugas Badan
Kehormatan ini paling lama 2 (dua) tahun setengah.
34
STRUKTUR ORGANISASI DAN ALAT KELENGKAPAN
DPRD PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KETUA DPRD
WAKIL KETUA DPRD
WAKIL KETUA DPRD
FRAKSI-FRAKSI
KOMISI-KOMISI
PANITIA ANGGARAN
SEKWAN
PANITIA
MUSYAWARAH
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
BAGIAN UMUM
SUB BAGIAN
TATA USAHA &
KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN
PERLENGKAPAN
RUMAH TANGGA
SUB BAGIAN
PERJALANAN
BAGIAN
KEUANGAN
BAGIAN TATA
HUKUM DAN
PERUNDANGAN
BAGIAN HUMAS
DAN
PERSIDANGAN
SUB BAGIAN
ANGGARAN &
PEMBIAYAAN
SUB BAGIAN TATA
HUKUM &
PERUNDANGAN
SUB BAGIAN
TATA HUKUM &
PERUNDANGAN
SUB BAGIAN
PERENCANAAN
SUB BAGIAN
DOKUMENTASI
SUB BAGIAN
PRTOKOLER
SUB BAGIAN
EVALUASI &
PELAPORAN
SUB BAGIAN
PERPUSTAKAAN
SUB BAGIAN
RAPAT &
RISALAH
35
1). Anggota dan Pegawai Sekretaris DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
Pegawai/staf adalah orang yang menangani masalah administrasi dan
kegiatan tertentu sesuai dengan tanggung jawab dan fungsi.
Adapun jumlah pegawai anggota/pegawai/staf pada Gedung
Dewan
Perwakilan Rakyat Provinsi Sulawesi Tenggarasebagai berikut.
a. Anggota Dewan berjumlah 33 orang yang terdiri dari :
1. Pimpinan Dewan
= 1 orang
2.
= 1 orang
Wakil Ketua Dewan
3. Badan Kehormatan
= 4 orang
4. Ketua Komisi A
= 1 orang
5. Wakil Ketua Komisi A
= 1 orang
6. Sekertaris Komisi A
= 1 orang
7. Anggota Komisi A
= 4 orang
8. Ketua Komisi B
= 1 orang
9. Sekretaris Komisi B
= 1 orang
10. Anggota Komisi B
= 7 orang
11. Ketua Komisi C
= 1 orang
12. Wakil Ketua Komisi C
= 1 orang
13. Sekretaris Komisi C
= 1 orang
14. Anggota Komisi C
= 7 orang
b. Sekrstaris Dewan
= 1 orang
c. Bagian umum yang terdiri dari
1. Sekwan
= 1 orang
36
2. Kepala Bagian Umum
= 1 orang
3. Kepala Sub bagian Tata Usaha
= 1 orang
4. Kepala Sub bagian Dokumentasi
= 1 orang
5. Staf
= 18 Orang
d. Bagian Keuangan yang terdiri dari :
1. Kepala Bagian Keuangan
= 1 orang
2. Kepala Sub Bagian Anggaran dan Pembukuan
= 1 orang
3. Kepala Sub Bagian Perjalanan Dinas
= 1 orang
4. Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Pelapor
= 1 orang
5. Bendahara Pengeluaran
= 1 orang
6. Bendahara Gaji
= 1 orang
7. Staf
= 9 orang
e. Bagian Hukum dan Perundan-undangan yang terdiri dari
1. Kepala Bagian Hukum
= 1orang
2. Kepala Sub Bagian Kajian Hukum
= 1 orang
3. Kepala Sub Bagian Perpustakaan & Dokumentasi
= 1 orang
4. Kepala Sub Bagian Bantuan Hukum
= 1 orang
5. Staf
= 5 orang
f. Bagian Persidangan terdiri dari :
1. Kepala Bagian Persidangan
= 1 orang
2. Kepala Sub Bagian Perencanaan
= 1 orang
3. Kepala Sub Bagian Arsip dan Dokumentasi
= 1 orang
4. Kepala Sub Bagian Rapat dan Risalah
= 1 orang
37
5. Staf
= 4 orang
g. Jabatan Fungsional berjumlah 1 orang
h. Pegawai Honor yang terdiri dari :
1. Staf
= 26 orang
2. Pengemudi
= 20 orang
3. Satpam
= 5 orang
4. Mekanikal
= 2 orang
Total
= 141 orang
Jumlah Anggota DPRD dan pegawai sekretariat diatas adalah data terakhir dari
jumlah anggota dan pegawai keseluruhan pada Gedung DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan rincian sebagai berikut :
 Anggota Dewan
: 33 orang
 Sekretaris Dewan
: 1 orang
 Kepala Bagian
: 4 orang
 Kepala Sub Bagian
: 12 orang
 Bendahara Keuangan
: 2 orang
 Staf Pegawai Negeri Sipil
: 36 orang
 Staf Honorer
: 26 orang
 Pengemudi
: 20 orang
 Satpam
: 5 orang
 Mekanikal
: 2 orang
38
C. Urugensi Kantor DPRD Provinsi Sulawesi
Pemerintahan Daerah Dalam Bidang Legeslatif
TenggaraSebagai
Unsur
1. Latar Belakang
a) Dengan adanya surat edaran Menteri Dalam Negeri mengenai pengadaan
kantor DPRD dan rumah jabatan pimpinan DPRD ditanggung oleh
pemerintah daerah masing – masing, maka sepenuhnya ditangung oleh
pemerintah daerah.
b) Wujud bentuk bangunan harus dapat menerjemahkan aspirasi masyarakat
dalam bentuk bangunan pemerintah yang mewakili daerah setempat.
c) Untuk menunjang fasilitas ruang yang baik untuk kantor DPRD, perlu
ditunjang dengan studi pendekatan yang lebih baik menyangkut aktifitas
maupun persyaratan – persyaratannya.
d) Lokasi / tapak kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara harus sesuai
dengan pola pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara dimana lokasi
tersebut telah ditetapkan sebagai zona peruntukkan perkantoran pemerintah.
2. Tujuan
Untuk mengungkapkan wadah fisik dari Kantor DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara. Hal ini
sebuah kantor
DPRD
Provinsi Sulawesi
Tenggara secara Makro maupun mikro sangat dipengaruhi :
a) Ungkapan sifat / karakteristik pelayanannya
b) Unsur spesifikasi yang mencakup pelaku kegiatan, macam kegiatan serta
pengadaab fasilitas
39
c) Ungkapan sifat / karakteristik pelayanannya adalah formil, anggun,
monumental dan sederhana yang mencerninkan kesan terbuka, menerima
dan dinamis.
40
BAB IV
PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN
A. Titik Tolak Pendekatan
Pendekatan dimaksud sebagai langkah menuju dan mengungkapkan
konsepsi dasar perencanaan.
1. Pendekatan konsep makro
Adalah sebagai langkah penyelesaian dalam lingkup kaitan bangunan kantor
DPRD terhadap lingkungan dan zoning dalam Provinsi Sulawesi Tenggara, baik
orientasi maupun area dan pelayanan.
2. Pendekatan konsep mikro
Adalah sebagai langkah penyelesaian dalam lingkup kaitan wadah terhadap
sifat, pola dan kegiatan didalamya.
3. Pendekatan kebutuhan ruang dan fasilitas
Adalah bertitik tolak dari aktivitas kantor DPRD
Pendekatan konsep makro merupakan langkah penyelesaian konsep dalam
wadah fisik terhadap perkembangan Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya
perkembangan dibidang sarana gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
mampu menjadi salah satu fasilitas akomodasi yang memberikan pelayanan
terbaik dan modern di Provinsi Sulawesi Tenggara. Melihat fungsi Gedung
DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara maka penentuan lokasinyapun harus
strategis dan berada disekitar lingkungan/kawasan yang mendukung fungsi
gedung itu sendiri. Secara fisik bangunan gedung DPRD Provinsi Sulawesi
41
Tenggara hendaknya memiliki bentuk yang mampu mencerminkan suatu ciri
khas tanpa mengabaikan estetikanya.
Pendekatan fisik mikro mencakup kebutuhan yang dapat mendukung
fungsi dalam bangunan, diantaranya kapasitas serta fasilitas Gedung DPRD
sebagai sarana tempat lembaga legeslatif daerah. Mengingat itu semua maka
rancangan bangunan pun harus memperhatikan kenyamanan, kemudahanaksas
serta memperoleh pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup efektif dan
nyaman. Dan jika hendak dibuat lebih dari satu tingkat maka dasar gedung dan
lantai tingkat dua dan seterusnya harus memiliki konstruksi yang kuat agar
mendukung dan memperlancar segala ruang lingkup dan aktivitas daripengguna
Gedung DPRD.
B. Pendekatan Konsep Makro
1. Pendekatan Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi Gedung DPRD Koya Kendari didasarkan pada beberapa
pertimbangan
yang mendukung terlaksananya kegiatanyakni melayani
masyarakat dan pemerintah yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
a. lokasi sesuai dengan zone peruntukan kegiatan perkantoran pada peta
pembagian fungsi wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.
b. Fasilitas pembagian pencapaian aksebilitas, menyangkut kelengkapan
(prasarana dan sarana trasportasi) dan efisiensi (mudah dicapai dari semua
tempat)
42
c. Tersedia fasilitas utilitas Provinsi Sulawesi Tenggara seperti sumber daya
listrik (PLN), jaringan telekomunikasi (TELKOM), sumber air bersih/air
minum (PDAM) dan saluran drainase Provinsi Sulawesi Tenggara.
d. Relatif dekat dengan instansi pemerintahan dan lembaga lainnya yang
berhubungan dengan kepentingan usaha pemakai.
Berdasarkan pembagian BWK, maka adabeberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan lokasi, adalah :
1) Faktor lingkungan
a) Kondisi lingkungan dari pengaruh kebisingan masih memungkinkan
untuk diatasi secara arsitektural.
b) Sedapat mungkin orientasi diarahkan pada area pusat perkantoran.
2) Faktor pengembangan
a) Sesuai dengan program pemerintah dalam mengembangkan pusat-pusat
kegiatan, baik yang telah ada maupun yang akan datang.
b) Memiliki daya tarik dari luar sehingga dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan Provinsi Sulawesi Tenggara
3) Faktor Pencapaian
a) Dapat dijangkau dengan berbagai sarana trasportasi Provinsi Sulawesi
Tenggara
b) Kemungkinan pembuatan prasarana pendukung yang lebih menunjang
untuk ke lokasi dengan berbagai jenis kendaraan.
c) Orientasi dari dan ke lokasi terhadap pusat Provinsi Sulawesi Tenggara.
43
2. Pendekatan Penentuan Site
Dilakukan dengan beberapa pertimbangan :
a) Berada pada zona peruntukan kegiatan perkantoran.
b) Fasilitas pencapaian yang tersedia (sarana dan prasarana trasportasi Provinsi
Sulawesi Tenggara) dan efisiensi (mudah dicapai dari segala arah dan
tempat.
c) Keadaan lahan yang mendukung yakni luas lahan yang mencukupi
kebutuhan.
d) Karakter tanah lahan yang mendukung ; kedalaman tanah yang keras, daya
dukung tanah, tinggi muka air tanah.
e) Fasilitas utilitas Provinsi Sulawesi Tenggara yang lengkap, tersedia sumber
listrik PLN, jaringan telekomunikasi (TELKOM), sumber air bersih
(PDAM) dan saluran drainase Provinsi Sulawesi Tenggara.
f) Arah pandang (view) yang optimal dari dalam maupun luar site
3. Pendekatan Penentuan Tata Ruang Luar dan Sirkulasi
Penataan ruang luar bangunan dapat berfungsi :
a) Suatu penerima
b) Pengikat beberapa kegiatan yang ada
c) Peredam polusi udara dan kebisingan
d) Elemen estetika serta mendukung penampilan bangunan.
Menyangkut perencanaan ruang luar perlu mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
44
1) Adanya penyesuaian perencanaan ruang luar terhadap lingkungan dan
elemen yang ada di sekitarnya.
2) Memperhatikan skala ruang luar yang direncanakan sesuai dengan luas,
tinggi dan lebar serta jarak bangunan yang ada di sekitarnya.
3) Pohon
pelindung dan tanaman yang ada direncanakan peletakannya
sehingga dapat mengurangi panas dan bising (noise) yang ada di sekitar
site.
4) Pengolahan tanaman dan elemen ruang luar harus dapat memberikan
arah pada orientasi ke bangunan sehingga terdapat pengaturan antara
ruang luar dan ruang dalam.
Dalam hal
perencanaan ruang luar perlu mempertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut :
a) Unsur pendukung keharmonisan bangunan pembatas lokasi bangunan
b) Penyejuk, penunjang view dari luar tapak
c) Sebagai ruang penerima
d) Pelindung dan peneduh terhadap isolasi suara dan polusi udara
e) Sebagai tata hijau sekeliling bangunan
Perencanaan ruang luar harus memperhatikan hal -hal sebagai berikut :
1) Dapat mencerminkan keterbukaan atau mengundang elemen – elemen
ruang luar yang menunjukan kesederhanaan dan tidak memberikan
perasaan tertekan bagi pemakai bangunan.
2) Penyesuaian perencanaan ruang luar dengan lingkungan dengan elemen
yang telah ada.
45
3) Pengolahan taman dan elemen ruang luar dapat memberi orientasi dan arah
bangunan.
Unsur -unsur ruang luar adalah
a) Lapangan upacara
b) Tempat parkir
c) Taman
d) Lapangan olahraga
Prinsip penataan ruang luar ditentukan oleh fungsi ruang yang digunakan
yaitu:
1) Lapangan upacara berfungsi sebagai salah satu sarana resmi, misalnya,
upacara yang diselenggarakan setiap hari senin dan hari-hari nasional
lainnya.
2) Lapangan olahraga berfungsi sebagai salah satu sarana kegiatan olahraga.
3) Tempat parkir .
Taman parkir adalah ruang yang mengakomodasi pengguna yang
tidak berjalan kaki untuk mencapai lokasi dari Kantor Bupati. Taman parkir
ditinjau dari pembentuk katanya terdiri dari :
a) Taman adalah fungsi ruang terbuka yang ditumbuhi oleh vegetasi yang
diatur menurut tuntutannya, misalnya untuk pembatas, pengarah,
peneduh maupun pelindung.
b) Parkir adalah fasilitas untuk fungsi peletakan kendaraan baik bermotor
atau tidak, baik roda dua atau empat, ataupun kendaraan besar seperti bis
46
dan truk pengangkut barang, saat tidak digunakan oleh pengguna atau
pengunjung.
Fungsi taman parkir tersebut adalah fungsi taman yang mengakomodasi
tuntutan dari fungsi parkir kendaraan. Kendaraan membutuhkan ruang dan
kendaraan juga menghasilkan polusi, khususnya polusi udara pada
kendaraan bermotor. Taman pada fungsi parkir bertitik tolak dari hal-hal
tersebut memiliki pertimbangan mengenai aspek-aspek sebagai berikut:
1) Pembatas, sebagai pengatur posisi kendaraan yang diparkir.
2) Peneduh, agar kendaraan yang diparkir tidak terlampau panas, sehingga
dapat mengurangi kenyamanan pengguna kendaraan
3) Penyerap polusi udara dan penyedia oksigen, agar menambah nilai
kenyamanan pada fungsi parkir kendaraan.
4) Fasilitas dari fungsi parkir merupakan fasilitas untuk mengatur peletakan
dari kendaraan yang ada agar tertata rapi, memudahkan pengguna dan
mengoptimalkan penggunaan lahan. Fasilitas parkir untuk kendaraan
selain mobil, memiliki pola yang sama akan tetapi berbeda pada dimensi
parkir tiap tipe kendaraan.
Fasilitas dari fungsi parkir merupakan fasilitas untuk mengatur peletakan
dari kendaraan yang ada agar tertata rapi, memudahkan pengguna dan
mengoptimalkan penggunaan lahan. Pola-pola parkir yang menunjang
aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut :
47
Gambar IV. 1 Parkir Mobil
( sumber : Data Arsitek )
Fasilitas parkir untuk kendaraan selain mobil, memiliki pola yang sama
akan tetapi berbeda pada dimensi parkir tiap tipe kendaraan, yaitu dengan
asumsi sebagai berikut :
1) Fasilitas kendaraan roda dua ( sepeda motor dan sepeda tanpa motor ),
diasumsikan memiliki dimensi 0,5 X dimensi mobil.
2) Fasilitas kendaraan pengangkut ( truk atau bus ), diasumsikan 2,5 X
dimensi mobil.
3) Fasilitas kendaraan lain, misalnya becak, dokar, diasumsikan sama
dengan dimensi mobil.
Taman hijau adalah bagian dari ruang luar yang terdapat tumbuhtumbuhan/vegetasi.
Vegetasi/tumbuhan
dalam
perencanaan
serta
perancangan tapak, dibagi dalam dua kategori (Virochsiri, 1977):
48
1) Pohon :
a) Besar dengan ketinggian lebih dari 12,5m
b) Sedang dengan ketinggian 7,5m– 12,5m
c) Kecil dengan ketinggian 4,5m– 7,5m
d) Siluet dari bayangan pohon
Melebar
Melingkar
Provinsi
Sulawesi
Tenggarak
Pipih
Kerucut
Kolom
Gambar IV. 2 Karakter Pohon
e) Konfigurasi percabangan
Bergelombang
Mendatar
Angular
Menyebar
Berlubang
Meruncing
49
Gambar IV. 3 Konfigurasi
percabangan Pohon
2) Perdu, ground cover dan rumput
a) sedang sampai tinggi dengan ketinggian 1,5m – 4,5m
b) rendah dengan ketinggian kurang dari 1,5m
c) terendah berupa vegetasi ground cover
d) karakteristik perdu
Batang terlihat
Semak tersebar
Membentuk
lengkungan
Memecah
Mengkolom Picturesque
Prostraire
Batang yang Berdaun lebar
berkarakter
Berbunga besar
Gambar IV. 4 Perdu, Ground Cover dan rumput
4. Sistem Sirkulasi
Pola sirkulasi yang umum : (Ching FrancisD. K, Hal 271)
50
1.Linear
1)
Bersifat dinamis
2)
Pola sirkulasi yang umum digunakan
3)
Menjadi unsur pengorganisir bagi
sederetan fungsi
2.Radial
Pola yang sering diterapkan pada bangunan atau
monument yang menjadi tengaran atau pusat
Provinsi Sulawesi Tenggara
3.Spiral
Diterapkan pada daerah perbukitan atau
daerah Berkontur dan daerah luas
4.Grid
Menciptakan keteraturan pada suatu daerah
5.Network
1) Sangat kompleks
2) Jaringan jalan menghubungkan
Titik-titik pusat kegiatan satu fungsi
51
6.Komposit
Merupakan kombinasi dari pola-pola
di atas
Pola sirkulasi di dalam tapak maupun menuju tapak dipilih pola sirkulasi linear
karena mudah dalam pengaturannya
5. Pendekatan Orientasi Tapak
Orientasi bangunan ditentukan dengan berbagai pertimbangan kondisi
lingkungan terutama iklim mikro. Beberapa pertimbangnan tersebut diantaranya:
a) Radiasi panas matahari
1) Bangunan dengan banyaknya bukaan pada dinding untuk memasukkan
cahaya siang hari harus diatur berdasarkan banyak sedikitnya radiasi
panas yang diterima
2) Penataan Landscape untuk pengendalian panas dan pemanfaatan bentuk
parmukaan tanah diatur untuk menciptakan lingkungan termal yang
nyaman (Chiara. Standar Perencanaan Tapak. Jakarta: Erlangga,
1997).
3) Orientasi ke jalan utama yang mudah dilihat dan dapat diakses oleh
kendaraan bermotor menuju tapak.
4) Menyesuaikan faktor klimatologi terutama dari sinar matahari.
Berdasarkan arah terbit-tenggelam matahari, maka bukaan-bukaan pada
bangunan lebih banyak kearah utara-selatan sebagai penerangan alami
52
pada siang hari, manun minimalkan cahaya sinar matahari langsung
masuk kedalam bangunan.
b) Kebisingan (noise)
Faktor-faktor yang mempengeruhi kebisingan di sekitar tapak :
1) Kebisingan tertinggi terdapat di jalan Saranani
2) Kebisingan sedang terdapat di jalan Mede Sabara II
3) Kebisingan kurang terjadi di daerah pemukiman penduduk.
Kebisingan diatas dapat dipertimbangkan :
a) Arah datangnya kebisingan
b) Tinggi rendahnya tingkat kebisingan
c) Jenis kegiatan yang membutuhkan tingkat kebisingan tertentu dipisah
menurut tingkat kebisingan polusi dan kegiatan
d) Memasang bahan yang dapat menyerap bunyi pada ruang-ruang
kantor yang membutuhkan ketenangan
e) Menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan suasana tenang jauh
dari sumber kebisingan
f) Menurut Buffer disekitar tapak guna maradam kebisingan di sekitar
tapak seperti vegetasi tanaman sebagai elemen
c) Zoning / Pendaerahan
Zoning dianalisa untuk mendapatkan kemungkinan terbaik bagi
pengelompokkan aktifitas agar masing-masing mempunyai tingkat privacy yang sesuai
dengan hierarki ruang yang jelas. Hasil analisa zoning akan mendapatkan
53
posisi terbaik dari pembagian zoning terhadap pengaruh lalu lintas dan
keadaan sekeliling tapak.
Penentuan
pengelompokan
kegiatan
pendaerahan
pada
tapak
didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu :
1) Fungsi-fungsi yang direncanakan keberadaannya dalam tapak
2) Kebutuhan ruang yang diperlukan berdasarkan fungsi dan sifat kegiatan
3) Sistem pencapaian dan jalur sirkulasi yang langsung, mudah dan aman.
d) Topografi
Bentuk tapak tempat berdirinya bangunan diperhitingkan untuk
beberapa aspek seperti kelandaian, pengaturan trotoar dan jalan, pelesatarian
pohon dan bangunan serta biaya konstruksi.
e) Keamanan Tapak
Menciptakan ruang terlindung yaitu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan serangkaian sifat khas rancangan fisik yang mengutamakan
pengawasan terhadap prilaku terutama kejahatan
f) Pembuangan Limbah
Pembuangan air kotor, sampah material yang tidak terpakai perlu
dirancang dengan sistem yang mandiri dan aman terhadap lingkungan
karena dapat mempengaruhi kesehatan.
6. Pendekatan Penampilan Bangunan
a. Bentuk Dasar Bangunan
Untuk Mendapatkan bentuk dasar bangunan yang sesuai dengan
karakter bangunan,yaitu dengan dasar pertimbangan, antar lain :
54
1) Bentuk sederhana dan memberi kesan formal
2) Bentuk sesuai dengan penempatan perabot
3) Efektifitas dalam pemakaian ruang
4) Mudah dalam pelaksanaan
Alternatif bentuk ruang yang digunakan:
1). Bentuk Segi Empat
Karakter ruang:
a). Penggunaan ruang yang optimal
b). Bentuk sederhana kesan formil
c). Efektif terhadap peletakan perabot
2). Bentuk Lingkaran
Karakter ruang:
a). Peletakan perabot kurang memenuhi
b). Fleksibilitas tinggi
c). Kesan ruang santai
3). Bentuk Segitiga
Karakter ruang:
a). Peletakan perabot kurang memenuhi
b). Penggunaan ruang kurang efisien
c). Kesan kurang dinamis
4). Bentuk Tetragonal
Karakter ruang:
a). Banyak ruang yang terbuang
b). Sulit dalam penataan perabot
55
Gambar : IV.5 Alternatif bentuk ruang
Sumber : Yan Dianto, Dasar-Dasar Ilmu Arsitektur, 1982.
Bentuk ruang yang akan dipakai adalah bentuk yang dapat
mendukung pola pelayanan Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara,
untuk itu bentuk yang akan diterapkan adalah bentuk bundar dan sedikit
dikombinasikan dengan bentuk setengah lingkaran.
b. Penampilan Bangunan
Dalam arsitektur pengenalan simbol merupakan suatu proses yang terjadi
pada individu dan masyarakat. Melalui panca indera (indera penglihatan)
manusia mendapat rangsangan yang kemudian menjadi pra-persepsi.
Terjadilah pengenalan obyek, selanjutnya terwujud persepsi. Setelah itu
terjadilah proses penyesuian diri.
Dapat disimpulkan bahwa disini karakter atau citra Gedung DPRD harus
terbentuk berdasarkan karakter dari pola kegiatan didalamnya.
C. Pendekatan Konsep Mikro
1. Penentuan Program Kebutuhan Ruang
a. Kebutuhan Ruang
56
Dalam merencanakan pendekatan kebutuhan ruang didasarkan pada
pengelompokkan kegiatan yang terdapat pada kantor DPRD dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1) Karakteristik masing-masing kegiatan yang diwadahi
2) Keragaman kegiatan yang memerlukan pengadaan berbagai sarana fisik
bagi tuntutan pelayanan yang berbeda-beda.
3) Pemisahan kelompok kegiatan secara vertikal dan horisontal, serta tidak
mengindahkan kontinuitas yang bersifat umum (publik).
4) Hubungan fungsional antar kegiatan dalam bangunan
b. Pengelompokan Ruang
Adapun pengelompokan kegiatan kantor DPRD Kabupaten/Provinsi
Sulawesi Tenggara dibagi sebagai berikut :
1) Kelompok kegiatan utama
Kelompok kegiatan utama dilakukan oleh semua anggota DPRD dalam
melakukan sidang Paripurna seperti :

Ruang sidang pleno/paripurna

Ruang rapat komisi

Ruang rapat fraksi

Ruang rapat panitia musyawarah

Ruang rapat panitia anggaran

Ruang rapat khusus ketua DPRD

Ruang loby peserta rapat
57
2) Kelompok kegiatan pendukung kelompok
kegiatan pendukung yg
dilaksanakan oleh semua anggota DPRD dalam melakukan
iding
fraksi-fraksi ditiap-tiap fraksi seperti :

Ruang ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara

Ruang wakil-wakil ketua DPRD (2 orang)

Ruang sekretaris DPRD

Ruang kerja komisi

Ruang kerja panitia-panitia

Ruang bagian umum

Ruang bagian rapat/risalah

Ruang bagian keuangan

Ruang piket

Ruang perpustakaan

Ruang dokumentasi dan kearsipan

Ruang komputer

Ruang pubilikasi

Ruang negosiasi

Ruang infentaris
3) Kelompok kegiatan pelayanan
Kelompok kegiatan pelayanan yang berperan melayani semua aktivitas
- aktivitas persidangan seperti :

Ruang sidang pleno/paripurna

Ruang rapat komisi
58

Ruang rapat fraksi

Ruang rapat panitia musyawarah

Ruang rapat panitia anggaran

Ruang rapat khusus ketua DPRD

Ruang loby peserta rapat
4) Kelompok kegiatan service
5) Pengelompokan kegiatan service meliputi kegiatan seperti perawatan
bangunan dan perlengkapannya, mengawasi dan mengontrol sistem
bangunan, menjaga keamanan dan kenyamanan pemakai bangunan
dalam hal ini pihak penyewa bangunan dan pengelola seperti :

Ruang panel sound system

Ruang jaga pada ruang sidang

Ruang jaga pos keamanan

Ruang stensil dan penggandaan

Kantin dan koperasi

Ruang istirahat pengemudi

Ruang mekanikal

Garasi mobil/motor
c. Besaran Ruang
Beberapa pertimbangan dalam pendekatan besaran ruang adalah :
1) Menjamin kemungkinan ruang gerak bagiaktifitas yang dihadapi.
2) Memungkinkan terhadap flow/sirkulasi bagi pencapaian yang efisien.
59
3) Memungkinkan
untuk
layout/pengaturan
perabot
dan
peralatan
penunjang lainnya.
d. Pola Hubungan Ruang
Pertimbangan dalam pendekatan besaran ruang adalah :
1) Sifat dan fungsi kegiatan yang terjadi didalamnya.
2) Hubungan kegiatan
3) Faktor pencapaian
4) Penzoningan berdasarkan kesamaan aktifitas dan keterkaitan antara
ruang.
e. Siskulasi Ruang
Dasar pertrimbangan :
1) Efektif dalam pencapaian
2) Kelancaran kegiatan
3) Efisiansi ruangan
4) Koordinasi hubungan ruang
5) Efektif dalam penghawaan dan pencahayaan
Alternatif pemakaian pola sirkulasi adalah :
1. Selasar satu ruang
a. Kurang
efisien
dalam
penggunaan ruang
b. Tidak
efektif
dalam
penggunaan struktur
2. .Selasar dua ruangan
a). Efektif dalam pencapaian
b). Efektif
dalam 60
penggunaanstruktur
c). Selasar dua ruang efisien
dalam penggunaan ruang
Dari pola sirkulasi diatas maka dipilih sirkulasi dengan dengan selasar dua
ruangan.
2. Pendekatan Sistem Struktur dan Material
a. Dasar pertimbangan
Perwujudan ungkapan fisik bangunan didukung oleh sistem struktur
yang digunakan, sehingga pemilihan didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut :
1) Pertimbangan ekonomi
2) Kondisi tanah
Ketinggian bangunan dipengaruhi oleh daya dukung tanah, sehingga
pondasi/sub struktur akan mendukung super struktur diatasnya.
3) Bahaya kebakaran
Sesuai dengan tuntutan persyaratan bangunan terhadap bahaya, suatu
konstruksi bangunan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a)
Ketahanan struktur selama 2 (dua) jam dengan menggunakan
bahan - bahan tahan api yang tidak terbakar atau menghasilkan
asap.
61
b)
Pembatasan penjalaran api, sistem peringatan dini terhadap
api/asap yang efektif melalui sensor detector.
4) Teknologi Bangunan
Sistem
struktur
yang
dipilih
hendaknya
mudah
dalam
pelaksanaanya dan pemeliharaannya dalam arti disesuaikan dengan
kemampuan teknologi daerah setempat.
5) Service engineering
Perencanaan bangunan akan selalu dikaitkan dengan perencanaan
arsitektural, peralatan bangunan (pemipaan, instalasi listrik, telepon,
komputer shaff sampah dan lain-lain).
b. Kriteria penentu
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dapat ditentukan kriteria kriteria bagi penetuan bentuk strukturnya, yaitu sebagai berikut :
1) Faktor teknis, dimana struktur harus kokoh, stabil, kaku dan aman.
2) Faktor fungsi bangunan, dimana fungsi kegiatan pada bangunan menurut
fleksibilitas dan efisiensi ruang.
3) Faktor alam, dimana keadaan fisik lahan berupa daya dukung tanah,
ketinggian air tanah dan sebagainya.
4) Faktor ekonomis, dimana menyangkut sistem pelaksanaan dan
pemeliharaan dalam pembiayaan.
c. Alternatif sistem struktur
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka alternatif sistem struktur
yang digunakan adalah :
62
1) Sub struktur (pondasi)
Petimbangan pemakaian sistem sub struktur adalah:
a) Mampu mendukung beban super struktur.
b) Mampu menetralisir beban eksternal.
c) Kekuatan daya dukung tanah pada tapak.
d) Pada tahap pelaksanaan tidak mengganggu bangunan sekitarnya.
Selain itu harus mempertimbangkan reaksi gaya-gaya aksi beban
dan sistem struktur. Reaksinya yaitu :
(1) Reaksi tanah geser (friction), berupa gaya geser tanah terhadap
kulit sisi pondasi.
(2) Reaksi daya dukung (bearing), berupa gaya berlawanan dan
lapisan keras terhadap pondasi.
(3) Reaksi tarikan kebawah (drag), berupa gaya akibat perlemahan
tanah dan akibat berat pondasi sendiri.
(4) Reaksi angkat keatas (heave), berupa pergerakan lapisan struktur
tanah.
(5) Reaksi apung (buoyancy), berupa reaksi yang ditimbulkan oleh
air tanah (water table).
2) Super struktur
Desain
struktur
bangunan,
masalah
stabilitas
bangunan
merupakan hal yang penting, artinya struktur bangunan dapat
memberikan kekuatan terhadap pengaruh beban-beban yang bekerja
padanya. Beban-beban vertikal yang besar merupakan kolom-kolom,
63
dinding-dinding, shaft-shaft menjadi besar pula. Ketinggian di atas
tanah, penentuan bentuk desain. Desain struktur veritikal harus
mempertimbangkan bahwa :
a) Beban vertikal diakumulasikan dari lantai kelantai melalui kolom
atau bagian dinding sebagai pendukung beban.
b) Beban lateral yaitu beban angin dan beban gempa di teruskan pula
kolom dan dinding.
c) Aksi beban lateral menimbulkan monen lentur gaya gesar dan gaya
aksial pada semua elemen (balok maupun kolom).
d) Momen lentur yang diakibatkan beban lateral seringkali mencapai
maksimum pada penampan dekat titik hubung (simpul) sehingga
ukuran elemen struktur dibagian tersebut pada umunya dibuat lebih
besar atau diperkuat apabila lateral cukup besar.
3) Upper srtuktur
Semua struktur bangunan yang berada diatas penutup bangunan
seperti atap biaranya disebut upper struktur, dipilih berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut :
a) Fleksibel dan efisian dalam pemasangannya
b) Ekonomis dalam peleksanaannya
c) Dari teknis pelaksanaanya mudah dilaksanakan
d) Tahan terhadap gaya lentur dan gaya geser
e) Tidak mudah terbakar
d. Konstruksi
64
Dalam pemilihan konstruksi harus diperhatikan beberapa faktor, antara
lain :
1) Bahan murah dan mudah diperoleh
2) Pemeliharaan sederhana
3) Pelaksanaan mudah
4) Tahan terhadap pengaruh cuaca
5) Sesuai dg fungsi bangunan
Tuntutan dan pertimbangan pemakaian bahan disesuaikan dengan sistem
sturuktur yang digunakan misalnya:
1) Penyesuaian bahan dengan kondisi dimana sistem sturuktur
digunakan
2) Mudah perawatannya / pemeliharaannya
3) Sebanyak mungkin menggunakan bahan lokal
4) Faktopr keamanan yaitu kekuatan bahan terhadap gaya – gaya
bekerja
5) Kesesuaian antara fungsi dan karakter bangunan, penonjolan sifat
alamiah
6) Awet terhadap pengaruh cuaca dan binatang – binatang perusak
dalam jangka lama
Tabel IV
Daftar Material / Bahan Menurut Sifat dan Pemakaiannya
BAHAN
KESAN/
CONTOH
KETERAMPILAN
PEMAKAIAN
SIFAT
65
Mudah
untuk
KAYU
dibentuk Hangat,
lunak, Untuk
bangunan
konstruksi alamiah
dan rumah
tinggal,
yang ringan, dan menyegarkan
dan
bangunan
bentuk-bentuk
hasil lainnya
lengkung
Dinamis,
dapat Praktis
berfungsi
BATU BATA
sebagai
untuk semua jenis
dinding pendukung,
sebagai
Khusus digunakan
bangunan
dindang
pengisi
Bersifat sebagai
SEMEN
Dekoratif dan masif
perekat, ataupun
Semua bahan
bangunan
sebagai material
Merupakan bahan
Berat, kasar, kokoh,
Bahan pondasi
yang sudah jadi dan
abadi dan alamiah
dan struktur beton
Hanya dapat
Keras, kokoh, abadi
Bangunan umum
menahan gaya tarik
dan alamiah
dan komersial
BATU ALAM
mudah untuk
disusun
BAJA
sebagai pengisi
66
Efisien tembus
ALUMINIUM cahaya dan tidak
KACA
mempunyai sifat
Ringan dan dingin,
Bangunan umum,
dinamis, abadi,
dan komesial
alamiah
sebagai pengisi
isolasi
PLASTIK
Mudah dibentuk
Ringan, dinamis dan Bangunan yang
dan rapat disusun
informal
tidak resmi dan
tidak permanen
e. Penentuan sistem pengkondisian
1) Sistem pencahayaan
Sistem pencahayaan yang dapat digunakan adalah :
a) Pencahayaan alami
b) Pencahayaan buatan
Kedua sistem pencahayaan ini dipertimbangkan terhadap
kegiatan dan fungsi ruang, kenyamanan dan suasana yang di inginkan.
2) Sistem penghawaan
Sistem penghawaan ini dibagi atas :
a) Penghawaan alami
Melalui bukaan pintu dan ventilasi, sehingga udara dapat masuk dan
keluar ruangan.
b) Penghawaan buatan
Dengan menggunakan penghawaan buatan, misalnya AC (air
conditioner) fan atau kipas angin
67
3) Sistem tata suara/akustik
Pada bangunan dengan beragam fungsi atau kegiatan, maka dapat
menimbulkan konflik antara ruang-ruang
yang menimbulkan bunyi
dengan
ketenangan.
ruang
yang
membutuhkan
Untuk
itu
pengendaliannya memerlukan pertimbangan :
a) pengelompokkan ruang berdasarkan sifat masing-masing kegiatan.
b) Pada ruang tertentu yang dapat menimbulkan suara gaduh dan
berpengaruh pada ruang yang lain, maka digunakan material absorpsi
(bersifat mennyerap suara).
c) Pada ruang yang membutuhkan tingkat kebisingan relatif rendah
dilakukan pengaturan jarak dari sumber gaduh dan menggunakan
material absorpsi.
4) Penentuan sistem utilitas / sanitasi
a) Sistem jaringan air bersih
Pada proyek kantor DPRD ini, sumber air bersih adalah
berasal dari PDAM
ditambah dengan sumur artesis/sumur gali,
namun untuk mencegah hak-hal yang tidak di inginkan, maka
digunakan pula bak reservoir guna menampung air untuk kebutuhan
sehari-hari. Kebutuhan air bersih ini digunakan seperti untuk
lavatory, pantry dan kebutuhan lainnya.
Adapun sistem penjaringan air bersih ini adalah :
1) Air dari PDAM masuk melalui meteran selanjutnya dipompa dan
ditampung dalam tangki bawah (reservoir bawah) kemudian
68
dipompa naik ketangki air atas (reservoir atas) untuk selanjutnya
didistribusikan secara gravitasi ke unit-unit yang membutuhkan.
2) Apabila PDAM macet, maka sumur artesis/sumur bor dapat
dimanfaatkan, dimana prosesnya hampir sama dengan PDAM
yaitu tanpa melalui meteran tetapi langsung dipompa dari sumur
artesis tersebut selanjutnya menuju ke bak sedimentasi dan bak
penyaringan untuk membersihkan dari kuman-kuman lalu setelah
bersih kemudian menuju reservoir bawah dan pompa naik ke
reservoir
atas
untuk
didistribusikan
ke
unit-unit
yang
membutuhkannya.
b) Sistem jaringan air kotor
Air kotor pada kantor DPRD berasal dari 2 (dua) sumber
yaitu air limbah dari unit-unit dan air hujan.
1) Pembuangan dari unit-unit kebutuhan (km/wc,dapur).
2) Pembuangan air hujan, ini menggunakan saluran terbuka pada
sekeliling bangunan untuk pembuangan secara horisontal dan
menggunakan pipa vertikal untuk pembuangan secara vertikal,
dimana pipa ini berhubungan langsung dengan bak kontrol yang
terletak untuk selanjutnya disalurkan kesaluran pembuangan riol
Provinsi Sulawesi Tenggara.
c) Sistem jaringan listrik
Jaringan listrik yang digunakan pada bangunan kantor DPRD
ini, ada 2 (dua) sumber yaitu berasal dari PLN dan sumber tenaga
69
cadangan listrik menggunakan generator (genset) untuk emergency
lighting yang secara otomatis bekerja jika aliran listrik dari PLN
secara tiba-tiba putus/padam.
d) Sistem jaringan komunikasi
Untuk
memudahkan
dan
menunjang
aktivitas
yang
berlangsung didalam kantor DPRD, maka diperlukan adanya jaringan
komunikasi baik itu kedalam maupun keluar bangunan. Sistem
komunikasi terdiri dari 2 macam yaitu :
1) Sistem
komunikasi keluar bangunan menggunakan pesawat
telepon yang mendapat sambungan dari TELKOM, disamping itu
juga menggunakan saluran telex, facsimile, dan internet.
2) Sistem komunikasi kedalam bangunan menggunakan pesawat
intercom dan telepon untuk menghubungkan komunikasi antar
ruangan.
e) Sistem keamanan
Keamanan terhadap bahaya kebakaran, sistem pengelolaannya
dapat dilakukan dengan :
1) Menggunakan bahan bangunan yang tahan terhadap api.
2) Menggunakan fire hydrant pada daerah-daerah tertentu.
3) Sistem penempatan tabung pemadam kebakaran pada sudut-sudut
bangunan.
4) Memperhitungkan kemudahan bangunan untuk dicapai oleh
satuan pemadam kebakaran.
70
5) Keamanan terhadap petir
Untuk keamanan sambaran petir, bangunan harus dilengkapi
dengan sistem penangkal petir. Yang lazim digunakan untuk
bangunan-bangunan rendah adalah yang dipasang pada atap
bangunan dan meneruskan aliran listrik petir ke tanah meleati
kawat-kawat dan konduktor.
Daerah perlindungan
Konduktor tanah
Gambar IV.5. Sistem penangkal petir.
f) Penentuan sistem eskterior
Tampak luar bangunan /eksterior merupakan ungkapan
bangunan yang terlihat dari luar secara fisik dapat mencerminkan
kegiatan yang berlangsung didalamnya.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengolahan eksterior
adalah :
1) Bentuk sosok bangunan yang akan ditampilkan.
71
2) Unsur-unsur estetika, bahan warna akan ditampilkan
3) Keserasian dengan lingkungan.
72
BAB V
ACUAN PERANCANGAN
A. Konsep Tampilan Bangunan
Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan wadah dan sarana
bagi kegiatan
perwakilan rakyat dan kegiatan
administrasi Kantor DPRD
tersebut.
Sifat dan karakteristik gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara dipengaruhi
oleh sifat kegiatan yang terjadi antara lain : formil, dinamis, berwibawa,
terorganisir, terarah dan seimbang.
Adapun jenis kegiatan yang berlangsung dalam bangunan tersebut terdiri
atas :
1. Kegiatan pokok/utama
2. Kegiatan pendukung
3. Kegiatan pelayanan
4. Kegiatan service
Tuntutan sifat dan karakteristik bangunan kantor DPRD Provinsi Sulawesi
Tenggara
ini harus mencerminkan sifat keterbukaan namun tetap anggun,
berwibawa dan disiplin. Dengan karakteristik yang sesuai dengan iklim dan
topografi daerah setempat, menampilkan citra bangunan kantor DPRD yang baru,
dengan tidak meninggalkan nilai-nilai budaya tradisional yang ada.
Perwujudan bentuk bangunan diusahakan untuk :
73
a. Harus sesuai dengan fungsi
yakni bentuk anggun dan berwibawa bagi
lingkungannya.
b. Mencerminkan aspek-aspek yang terkandung didalam demokrasi Pancasila.
c. Mencerminkan fungsi sebagai bangunan konvensi dan kesektariatan.
d. Bangunan kantor DPRD yang bermassa tunggal .
B. Program Perancangan/Strategi
1. Konsep Fisik Makro
a. Kriteria penetuan lokasi
Dalam penentuan lokasi Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
didasarkan pada sifat dan karakteristik dari aktivitas-aktivitas yang terjadi
dalam bangunan dan peraturan-peraturan yang berlaku di Provinsi
Sulawesi Tenggara, maka kriteria penentuan lokasi adalah sebagai berikut
:Sesuai dengan Rencana Induk Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
(RUTRK)
1) Keterpaduan dengan tempat-tempat pendukung aktivitas utama gedung
perkantoran yang dapat mendukung penampilan dan karakteristik
bangunan.
2) Pencapaian lokasi keseluruh kawasan Provinsi Sulawesi Tenggara
mudah dan tersedia sarana tranportasi yang memadai serta didukung
oleh adanya sarana dan prasarana yang baik, dalam hal ini terutama
untuk trasportasi umum.
74
3) Tersedianya sarana utilitas Provinsi Sulawesi Tenggara yang memadai
seperti jaringan listrik (PLN), jaringan air bersih (PDAM), jaringan
telepon (PT Telkom), jaringan saluran pembuangan (riol Provinsi
Sulawesi Tenggara) dan lain-lain.
75
Gambar V.1 Pemilihan Alternatif Lokasi
Berdasarkan kriteria diatas maka diambil dua lokasi kawasan di Provinsi
Sulawesi Tenggara yang nantinya akan dipilih sebagai lokasi yang sesuai
dengan pertimbangan yang telah ditentukan sebelumnya .
Adapun alternatif pemilihan lokasi yaitu :
1) Jl. Saranani
2) Jl. Made Sabara II
Dari kedua lokasi kasawan site/tapak tersebut, analisa yang akan dilakukan
sebagai berikut :
1) Sesuai dengan rencana induk tata ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
(RUTRK)
76
2) Kondisi tanah dan lingkungan
3) Lokasi memiliki jaringan utilitas dan transportasi Provinsi Sulawesi
Tenggara
4) Pencapaian mudah dari segala arah
5) Luas lahan yang memadai
Dari analisa diatas maka lokasi dari pada kawasan site/tapak dapat
ditentukan melalui proses evaluasi pembobotan sebagai berikut :
Tabel 4.1. Analisa matrik pembobotan kriteria
Kriteria
Nilai
Bobot (%)
1)
6
23,076
2)
4
15,384
3)
6
23,076
4)
4
15,384
5)
6
23,076
Jumlah
26
100 %
77
Tabel 4.2. Pembobotan Alternatif pemilihan lokasi
Alternatif
Kriteria
Aternatif I
Bobot
Alternatif 2
(%)
Nilai
Score
Nilai
Score
1)
23,076
6
138
6
138
2)
15,384
6
138
4
62
3)
23,076
6
138
6
138
4)
15,384
4
62
6
138
5)
23,076
6
138
2
46
Jumlah
100 %
28
614
24
522
Keterangan :
6 = Sangat mendukung
78
4 = Mendukung
2 = Kurang mendukung
b. Kriteria Penentuan Site
Kriteria penentuan site adalah sebagai berikut :
1) Terdapat sarana dan prasarana yang mampu mendukung keberadaan
kantor DPRD.
2) Luas area yang dapat menampung fasilitas yang ada maupun
kemungkinan pembangunan dimasa yang akan datang.
3) Kondisi tanah dan lingkungan yang mendukung
4) Tersedianya jaringan utilitas Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar V.2. Lokasi Alternatif
(Sumber : sketsa pribadi )
79
Berdasarkan kriteria diatas diperoleh beberapa alternatif :
Alternatif 1
Terletak di pertigaan antara jalan Saranani dan jalan Tebaununggu
Kondisi dan potensi adalah sebagai berikut :
1) Terletak di zona perdagangan
2) Karakter tanah cukup baik dan kondisi lingkungan sekitar mendukung.
3) Tersedianya jaringan utilitas dan transportasi Provinsi Sulawesi
Tenggara.
4) Luas lahan mencukupi kebutuhan untuk pembangunan sebuah
bangunan Kantor DPRD
Alternatif 2
Terletak di jalan Made Sabara II
Kondisi dan potensi adalah sebagai berikut :
1) Terletak pada kawasan perkantoran pemerintah dan perkantoran
swasta.
2) Tersedia lahan untuk perencanaan kantor DPRD
3) Pencapaian mudah dilalui oleh sarana transportasi umum dan pribadi.
4) Site terletak pada daerah yang padat bangunan
Dari analisa kondisi site diatas tersebut dapat ditentukan melalui proses
evaluasi pembobotan sebagai berikut :
Analisa matrik pembobotan kriteria :
Tabel 4.3. Analisa matrik pembobotan kriteria penentuan site
80
Kriteria
Nilai
Bobot (%)
1)
6
27,27
2)
6
27,27
3)
6
27,27
4)
4
18,18
Jumlah
22
100 %
Tabel 4.4. Pembobotan alternatif penentuan site
Alternatif
Kriteria
Bobot
Aternatif I
Alternatif 2
Nilai
Score
Nilai
Score
1)
27,27
6
163,6
6
163,6
2)
27,27
4
72,7
6
163,6
3)
27,27
6
163,6
6
163,6
4)
18,18
4
72,7
4
72,7
Jumlah
100 %
22
563,6
20
427,6
Keterangan :
6 = Sangat mendukung
4 = Mendukung
2 = Kurang mendukung
81
Dari hasil evaluasi pembobotan yang dilakukan diatas, maka dapat ditentukan
site perencanaan Kantor DPRD yaitu berada di jalan Saranani
a. Batasan Tapak
Lokasi yang terletak di jalan Saranani memiliki batasan sebagai
berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan jalan Malik Raya dan pemukiman
penduduk
2) Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk
3) sebelah selatan berbatasan dengan area MTQ
4) sebelah Barat berhadapan dengan jalan Saranani
82
Gambar V.3. Batasan Tapak
(Sumber : sketsa pribadi )
b. Sistem sirkulasi dalam tapak/site
Sistem
sirkulasi dalam tapak
harus
diperhatikan kondisi sirkulasi
disekitar atau diluar tapak dan harus pula diperhatikan juga adanya
kejelasan titik tangkap dan arah pergerakan serta pemisahan antara
sirkulasi bagi pejalan kaki. Dengan adanya kejelasan
dan hubungan
pergerakan dengan sirkulasi luar tapak/site maka dapat dipastikan
pencapaian didalam tapak, dapat berjalan dengan lancar.
Keterangan :
Main Enterence
Sirkulasi dalam tepak dengan lebar 6 meter
Ramp, akses langsung ke ruang Sidang Paripurna
Sirkulasi dua arah di luar tapak
Gambar V.4. Sirkulasi Di Luar dan Dalam Tapak
(Sumber : sketsa pribadi )
83
Implementasi Standar-standar aksebilitas
1. Ramp untuk 1 (Satu) Jalur
2. Ramp untuk 2 (Dua) Jalur
Gambar V.5. Ramp bagi penyandang cacat
Sumber : Dinas PU, 2009
1. Jalur Pemandu bagi Tuna Netra
84
2. Jalur Pemandu bagi pengguna kursi roda
Berdasarkan fungsi pencapaian ke tapak/site dibagi 2 yaitu :
1) Pencapaian utama (main entrance) bersifat umum
2) Pencapaian kedua (side entrance) bersifat servis
Untuk sirkulasi diluar dibedakan moda pergerakan yaitu antara
sirkulasi bagi kendaraan bermotor, mobil dan pejalan kaki, perlu ada
pemisahan yang jelas diantaranya, terutama antara pejalan kaki dengan
kendaraan bermotor untuk keamanan dan kelancaran arus pergerakan.
c. Penempatan Entrance
1) Main Entrance
Main entrance adalah jalan masuk bagi pengunjung kedalam site. Main
entrance dipusatkan pada jalan Saranani mempunyai kepadatan
kendaraan tinggi, jalan primer dan merupakan arah masuk pengunjung
terpadat.
2) Side Entrance
3) Side entrance adalah jalur bagi pengunjung dari dalam site Service.
4) Service entrance adalah jalan alternatif untuk kegiatan seperti
pelayanan bangunan, kegiatan persiapan pameran, sirkulasi mobil
pemadam kebakaran dan sebagainya.
85
Gambar V.6. Main Entrance
(Sumber : sketsa pribadi )
d. Orientasi matahari
Yang dapat mempengaruhi dan menjadi pertimbangan orientasi pada tapak
adalah:
a) Orientasi matahari
b) Orientasi terhadap jalan
c) Orientasi terhadap bangunan
Orientasi bangunan pada site mempertimbangkan pada:
a) Kegiatan yang berlangsung pada site
b) View terbaik
c) Persyaratan tata letak tiap bangunan
d) pengaruh sinar matahari dan angin
e) Kondisi fisik site, sehingga orientasi masing-masing ruang berbeda dan
disesuaikan dengan kebutuhannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka orientasi pada tapak yaitu:
a) Orientasi bangunan yang membutuhkan matahari pagi diarahkan atau
diletakkan pada bagian timur.
86
b) Sementara ruang yang terletak di bagian barat diberikan sunscreen agar
dapat menyaring matahari yang tidak diinginkan.
c) Pemanfaatan
pencahayaan
alami
terhadap
ruang-ruang
yang
membutuhkan pencayahaan alami.
d) Memberi bukaan-bukaan yang cukup pada ruang yang membutuhkan
sirkulasi udara secara alami.
87
Gambar V.7. Orientasi Matahari
(Sumber : sketsa pribadi )
e. View ke Luar Tapak
(1)
View ke arah depan Jalan Saranani sangat baik karena langsung
berhadapan dengan main entrance.
(2)
View kearah lahan kosong dan pemukiman penduduk tepat pada
sebelah kanan tapak kurang baik.
(3)
View ke arah selatan sangat maksimal karena tepat berhadapan
dengan Tugu Persatuan baik.
(4)
View ke arah jalan Made Sabara II
88
Gambar V.8. View dari luar dan dalam Tapak
(Sumber : sketsa pribadi )
f. Kebisingan
Kebisingan diatasi dengan mempertimbangkan :
1) Arah datangnya kebisingan
2) Tinggi rendahnya tingkat kebisingan
3) Jenis kegiatan yang membutuhkan tingkat kebisingan tertentu dipisahkan
menurut tingkat kebisingan polusi dan kegiatan.
4) Memasang bahan yang dapat menyerap bunyi pada ruang-ruang yang
membutuhkan ketenangan.
89
5) Menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan suasana tenang jauh dari
sumber kebisingan.
6) Membuat buffer di sekitar tapak guna meredam kebisingan di sekitar
tapak seperti vegetasi tanaman sebagai elemen.
Kebisingan disekitar tapak, disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
berasal dari :
a) Kebisingan tinggi terdapat di Jalan Saranai dan jalan Tebaununggu,
karena merupakan jalan utama kendaraan.
b) Kebisingan kurang terdapat dari jalan Made Sabara II karena jalan
tersebut hanyalah jalur alternatif.
c) Kebisingan kurang terdapat di arah timur bangunan, dimana pada daerah
tersebut adalah pemukiman penduduk
Gambar V.7. Kebisingan Di sekitar Tapak
(Sumber : sketsa pribadi )
90
g. Zoning/Pendaerahan
Zoning
dianalisa
untuk
mendapatkan
kemungkinan
terbaik
bagi
pengelompokan aktivitas agar masing-masing mempunyai tingkat privacy
yang sesuai dengan hierarki ruang yang jelas. Hasil analisa zoning akan
mendapatkan posisi terbaik dari pembagian zoning terhadap pengaruh lalu
lintas dan keadaan sekeliling tapak.
Penentuan pengelompokan kegiatan pendaerahan pada tapak didasarkan atas
beberapa pertimbangan, yaitu:
a) Fungsi-fungsi yang direncanakan keberadaannya dalam tapak.
b) Kebutuhan ruang yang diperlukan berdasarkan fungsi dan sifat kegiatan.
c) Sistem pencapaian dan jalur sirkulasi yang langsung, mudah dan aman.
d) Topografi
Bentuk tapak tempat berdirinya bangunan diperhitungkan untuk
beberapa aspek seperti kelandaian, pengaturan trotoar dan jalan,
pelesatarian pohon dan bangunan serta biaya konstruksi.
e) Keamanan Tapak
Menciptakan ruang terlindung yaitu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan serangkaian sifat khas rancangan fisik yang mengutamakan
pengawasan terhadap perilaku terutama kejahatan.
f) Pembuangan Limbah
g) Pembuagan air kotor, sampah dan material yang tidak terpakai perlu
dirancang dengan sistem yang mandiri dan aman terhadap lingkungan
karena berpengaruh terhadap kesehatan.
91
Dalam perancangan Gedung DPRD ini, pembagian zoning dilakukan
sebagai berikut :
a) Area publik
b) Area Semi Publik
c) Area Privat
d) Area Service
AREA PRIVAT
AREA SERVIS
AREA PUBLIK
OPEN SPACE
Gambar V.9. Penzonaan
(Sumber : sketsa pribadi )
h. Analisa Bentuk Penampilan Bangunan
a. Bentuk dasar
Pemilihan bentuk dasar Gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
dipertimbangkan :
92
1) Fungsi dari bangunan serta kebutuhan dari masing-masing kegiatan
ditampung.
2) Kondsi dan bentuk tapak
3) Efisiensi bangunan
Dalam perencanaan Gedung DPRD ini perubahan dan modifikasi
dari bentuk dasar akan dikembangkan untuk memberi nilai estetika pada
bangunan sehingga dapat menampilkan bangunan yang memiliki :
1)
Kesan monumental, kesan wibawa diungkapkan dengan perencanaan
tinggi bangunan yang jauh lebih tinggi dan skala manusia, bentuk
bangunan yang sederhana dan sebagian vertikal
2)
Aspek keterbukaan, demokrasi diungkapkan dengan mengosongkan
ruang utama sebagai Hall, pada bagian depan sesudah enterance untuk
mencerminkan fungsi :
a)
Sebagai space penenima/main hail
b)
Sebagai fungsi pelayanan aspirasi.
Bentuk-bentuk yang dapat dijadikan altenatif untuk bentuk dasar adalah :
Alternatif 1
: bentuk segi empat, berkesan :
a. Statis stabil dan formal yang cenderung kearah
monoton
b. Cukup menarik
c. Mampu menjaga pola kegiatan dengan baik karena
patokan arah yang jelas
d. Efektifitas ruang yang sangat baik
e. Fleksibilitas ruang tinggi
93
Alternatif II: bentuk lingkaran, berkesan :
a. Lembut, intim
b. Menenangkan yang menjurus pada kepasifan
c. Menarik
d. Patokan arah tidak jelas karena tidak ada arah
patokan penunjuk arah sehingga pelaksanaan pola
kegiatan cukup rawan
e. Fleksibilitas cukup tinggi
Alternatif III
: Bentuk segitiga, berkesan :
f. Fleksibilitas ruang tinggi
a. Dinamis, aktif
b. Menegangkan akibat sudut-sudut yang terbentuk
c. Sangat menarik
d. Patokan arah yang tidak lazim (3 arah) menyebabkan
rawannya pada pelaksanaan pola kegiatan
Gambar 5.14. Pendekatan Bentuk Bangunan
Berdasarkan krtiteria yang ada maka terpilih bentuk lingkaran (Alternatif
2) dengan pengembangannya yang akan digunakan untuk pengembangan
bentuk dasar .
b. Penampilan bangunan
Dalam arsitektur pengenalan simbol merupakan suatu proses yang terjadi
pada individu dan masyarakat.Melalui panca indera (indera penglihatan )
manusia
mendapat
rangsangan
yang
kemudian
menjadi
pra94
pesepsi.Terjadilah pengenalan objek, selanjutnya terwujud persepsi. Setelah
itu terjdilah proses penyesuaian diri .
Dapat disimpulkan bahwa disini karakter atau citra Gedung DPRD harus
terbentuk berdasarkan karkter dari pola kegiatan didalamnya .
Sebagai fasilitas kegiatan badan legeslatif,maka harus bertujuan ;
1) Menghidupkan kawasan bangunan tersebut .
2) Dapat menjadi multiplayer atau penggerak bagi lingkungan perkantoran
di mana bangunan tersebut berada.
2. Konsep Fisik Mikro
Program Ruang
Dalam menentukan kebutuhan dan besaran ruang hal-hal yang harus
dipertimbangkan adalah :
a. Kebutuhan dan besaran ruang
Besaran ruang yang direncakan dengan pendekatan atas besar pelayanan
yang diproyeksikan hingga 2018 yang akan datang.
b. Besaran ruang ditentukan dengan dasar :
1) Pola gerak statis dan dinamis.
2) Jumlah dan dimensi peralatan/perabot yang digunakan.
3) Pola kegiatan memerlukan ruang dengan luas yang berbeda.
4) Jumlah pelaku kegiatan
5) Aspek psikologi yang dapat menunjang kewibawaan ruang-ruang
tertentu.
95
c. Standar-standar yang dipergunakan adalah :
a. Standar BAPPENAS tentang luas gedung-gedung perkantoran.
b. Standar Neufert Architecture Data
c. Standarisasi ruangan dan peralatan kantor
d. Studi perabot dan ruang gerak
d. Luas masing-masing ruang dihitung berdasarkan rumus :
L = AxBxC
A
= Standar kebutuhan ruang setiap personil.
B
= Jumlah kapasitas pemakai.
C
= Koefisien
ruang
indeks : 1,3 pada
gerak,
flow
dan
space dengan
ruang khusus dan 1,67 pada ruang
umum .
e. Persyaratan penglihatan dan pendengaran
Adapun macam-macam dan besaran-besaran ruang adalah :
Ruang sidang pleno /paripurna :
1) Ruang sidang paripurna
(a) Anggota Dewan
: 33 orang
(b) WaliProvinsi Sulawesi Tenggara
:
1
(c) Wakil WaliProvinsi Sulawesi Tenggara
:
1
orang
orang
(d) Sekretaris daerah
: 1 orang
(e) Muspida
: 5 orang
96
(f) Kepala-kepala dinas
: 21 orang
(g) Kepala-kepala lembaga
: 5 orang
(h) Kepala-kepala kantor
: 6 orang
(i) Undangan
: 45 orang
Diasumsikan wakil dan para demonstran yang diizinkan masuk
mengikuti jalannya sidang
= 25 orang
Jumlah = 150 orang
Jumlah peserta sidang paripurna untuk:
Standar 10 orang bersidang
= 270 m2
Stanfar 1 orang bersidang
= 2,7m2
kapasitas ruang
= 150 orang
2,7 x 136 orang
= 405 m2
Koridor ruangan 10%
= 40,50 m2
Besar ruangannya
= 445,50 m2
2) Rumus jumlah peserta sidang pleno/paripurna
a + 0,5 t + b
Pst =
+ P
10.000
Dimana :
Pst = Jumlah sidang tahunan perencanaan
a
= Jumlah rata-rata tahun dasar
b
= Jumlah rata-rata (konstan)
t
= Penduduk tahun proyeksi
97
P
= Jumlah peninjau + tamu sidang + staf
sekretariat : 55 orang.
518.004 + 0,5 (696.745) + 1,87
Pst =
+ 55
10.000
= 141,6 = 142 orang
Maka peserta sidang paripurna adalah 142 orang
Perhitungan besaran ruang rapat paripurna
Standar BAPPENAS = 2,7 m2/orang
Kapasitas 142 orang x 2,7 m2
= 383
m2
Koridor/flow 10 %
= 38,3 m2
421,3 m2
2) Ruang lobby sidang paripurna
Kapasitas ruang 30 % dari total peserta sidang paripurna
30 % x 142 orang = 43 orang
Standar BAPPENAS = 0,72 m2/orang
Luas ruang yang dibutuhkan adalah :
0,72 x 43 x 1,67 = 51,70 m2
3) Ruang Rapat komisi DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
Terdapat 3 komisi yaitu komisi A, B, dan C
Besar 1 ruang rapat komisi kapasitasnya
a. Anggota komisi
=
9 orang
b.Pejabat yang diundang
=
5 orang
98
Kapasitas 1 ruang sidang komisi
=
14 orang
Standar untuk BAPPENAS = 2,7 m2/orang
Besaran untuk BAPPENAS
2,7 m2 x 14 orang = 37,80 m2.
Didalam ruang komisi terdapat ruang kerja komisi dengan asumsi
kapasitas ruang :
c. Ketua komisi
= 1 orang
d.Wakil ketua
= 1 orang
e. Sekretaris
= 1 orang
f. Anggota komisi
= 6 orang +
Jumlah
9 orang
Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang
Besar ruang kerja = 9 x 3,75 m2
= 33,75 m2
Besar ruang rapat
= 37,80 m2
= 71,55 m2
Total besar ruang rapat komisi :
= 5 x 71,55 m2
= 357,75 m2
4) Ruang rapat fraksi
Untuk ruang rapat fraksi ini dibuat
open lay out ruang dengan
pembatasan ruang non permanen, untuk mengantisipasi jumlah fraksi
yang fleksibel pada
setiap tahun pemilihan, maka perhitungannya
adalah :
99
Jumlah anggota DPRD (maksimum) = 45 orang.
Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang
45 orang x 3,75 m2
= 168,75 m2
pada tahun perencanaan terdiri dari 5 fraksi
5) Lobby fraksi
Standar BAPPENAS
- Kapasitas ruang
Asumsi yang menggunakan lobby fraksi 50% dari total peserta
rapat 50 % x 45 = 22,5 ~ 23 orang
- Luas lobby fraksi = A x B x C
0,72 X 23 X 1,67 = 27,66 m2
-Lobby Anggota
Standar BAPPENAS.
Yang menggunakan lobby adalah :
Peserta sidang komisi untuk 14 orang
Untuk 5 ruang rapat komisi 5 x 14 = 70 orang
Asumsi 50 % yang menggunakan lobby :
50% x 70 = 35 orang.
Besar lobby anggota
=AxBxC
= 0,72 x 35 x 1,67
= 42,08 m2
6) Ruang Rapat Gabungan komisi-komisi
100
Untuk rapat gabungan diatas 3 komisi dapat menggunakan ruang
sidang pleno, karena tidak setiap hari ruang sidang pleno digunakan
untuk bersidang pleno. Adapun kapasitas ruangnya untuk 3 komisi
dengan luas ruang :
= 3 X standar 1 ruang komisi
= 3 X 37,80 m2= 113,40 m2
7) Ruang Rapat Panitia Anggaran
Ruang untuk kegiatan ini juga dapat menggunakan ruang sidang pleno
atau ruang rapat gabungan komisi kapasitasnya untuk 23 orang. Jadi
dibutuhkan luas ruang = 2,7 m2 X 23 = 62,1 m2
8) Ruang rapat pimpinan, ruang rapat kerja, ruang dengan pendapat.
Ruang untuk kegiatan rapat-rapat tersebut diatas juga dapat
menggunakan ruang rapat gabungan komisi atau ruang sidang
pleno/Paripurna.
9) Ruang musyawarah, sebagai tempat untuk bermusyawarah antara
masyarakat dengan anggota DPRD.
Diasumsikan 55 orang dan ditambah dari anggota DPRD 2 orang
sebagai penerima.
= 2,7 m2 X 57 = 154 m2
10) Ruang sekretariat DPRD/Ruang Administrasi :
a) Ruang Kerja Ketua DPRD :
- Standar BAPPENAS ruang pimpinan + Ruang tamu :
5,4 X 4,5 m2 = 24,30 m2
101
- Fasilitas perabot + flow + Sirkulasi :
4,0 X 5,0 = 20 m2
Total besaran ruang
= 24,30 + 20 + 3,60 m2
= 47,90
b) Ruang kerja Wakil Ketua;
- Standar BAPPENAS = 24,30 m2/orang
= 3,60 m2
- Lavatory
= 27,90 m2
Jumlah
Untuk 3 orang wakil ketua, besaran ruang :
3 x 27,90 m2
= 83,70 m2
c) Ruang Sekretaris DPRD :
Standar BAPPENAS = 5 m X 4 m = 20 m2 /orang
1 orang x 20 m2 = 20 m2
Fasilitas perabot perabot + flow + sirkulasi :
24,30 m2 + 20 m2 = 44,30 m2
d) Ruang-ruang kepala bagian/staff
Standar BAPPENAS
= ruang kerja untuk 1 orang staf = 3,75 m2
(termasuk flow dan sirkulasi 30 %).
 Ruang Bagian Umum
Luas ruang untuk kapasitas 7 orang :
A X B X C = 3,75 X 7 X 1,3 = 34,13 m2
 Ruang Bagian Persidangan dan Risalah
Luas ruang untuk kapasitas 7 orang
102
A X B X C = 3,75 X 5 X 1,3 = 34,13 m2
 Ruang komputer
Asumsi luas ruang = 18 m2
 Ruang Keamanan dan Informasi :
Luas ruang untuk kapasitas 4 orang
A X B X C = 3,75 X 4 X 1,3 = 19,5 m2
 Ruang Bagian Keuangan :
Luas ruang untuk kapasitas 7 orang
A X B X C = 3,75 X 7 X 1,3 = 34,13 m2
 Ruang Distribusi
Luas ruang untuk 2 orang +luas gudang (asumsi)
(3,75 X 2 X 1,3) + 9 m2 = 18,75 m2
 Gudang Pangan :
Asumsi luas ruang = 16 m2
 Pantry
Asumsi luas ruang = 32 m2 untuk lantai I dan II
 Ruang Ibadah :
Standar Neufert = 1,6 m2 / orang
Diasumsikan 70% dari jumlah peserta sidang pleno
yang melaksanakan shalat dengan sistem shaff pada
waktu puncak.
Jadi luas ruang
= ( 70 % x 142 ) x 1,60 m2
= 159,04 m2
103
 Ruang Perpustakaan :
Standar BAPPENAS = 1.35 m2 / Orang
Diasumsikan :
= 15 % x 142 = 21 Orang
- Kapasitas untuk 15 % dari peserta sidang pleno
Jadi 21 x 1,35 = 28,35 m2
- Petugas perpustakaan = 2 orang
Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang
Maka 2 x 3,75 = 7,5 m2
Ruang buku Diasumsikan = 30 m2
Luas ruang yang dibutuhkan adalah :
28,35 + 7,5 + 30 = 65,70 m2
 Ruang Doumentasi
Luas ruang untuk kapasitas 3 orang staff + gudang
Peralatan (asumsi) = (A x B x C) + Gudang
peralatan
= (3,75 x 3 x 1,3) + 9 m2 = 23,62 m2
 Ruang Penggandan :
Standar BAPPENAS Peralatan dan mesin foto
copy serta
standar 1 orang staf = 3,75 m2
Luas ruang kapasitas 3 orang :
A x B x C = 3,75 x 3 x 1,67 = 18,78 m2
 Ruang Dharma Wanita
104
Standar BAPPENAS = 3,75 m2/ orang
-
Luas ruang untuk kapasitas 12 orang
A x B x C = 3,75 x 12 x 1,3 = 58,50 m2
= 9 m2
-
Ruang Koperasi asumsi
-
Luas ruang Dharma Wanita adalah = 67,50m2
 Ruang Pers :
Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang
Jumlah wartawan terdiri dari crew media electronik 3 orang,
crew
media Cetak Diasumsikan 4 orang.
Seluruhnya berjumlah 7 orang.
A x B x C = 3,75 x 7 x 1,3 = 34,13 m2
e) Ruang Service dan Penunjang
1) Ruang Tunggu
Dasar pertimbangan menentukan luas ruang anggota adalah :
-
Kapasitas penunjang/peserta dari setiap kegiatan persidangan.
-
Asumsi persentase tamu yang berhubungan dengan
pengaduan ,Keberatan dan aspirasi masyarakat.
-
Asumsi tamu yang berhubungan dengan kesekretariatan :
- Perhitungan:
Jumlah ruang rapat :
- Ruang rapat komisi
= 5 buah
- Ruang rapat fraksi
= 5 buah (diasumsikan)
Jadi jumlah ruang rapat adalah : 10 buah.
105
- Asumsi 10 orang menggunakan ruang tunggu.
Jumlah seluruhnya adalah :
10 x 10 = 100 orang.
- Asumsi pengunjung yang berhubungan dengan keberatan dan
pengaduan : 100 orang.
Jumlah seluruhnya adalah :
100 + 100 = 200 orang.
Perbandingan penafsiran ruang tunggu jika terjadi sidang
paripurna : 50 % dari peserta menggunakan ruang tunggu. Jadi
50 % X 200 = 100 Orang.
Asumsi diatas diambil rata-ratanya :
200 + 100 = 150 orang
2
Standar Neufer
t = 0,72 m2/ orang
Luas ruang = A x B xC
= 0,72 x 150 x 1,67
= 180,36 m2
2) Service Lavatory
Dasar pertimbangannya pada :
Jumlah pemakai pada kegiatan optimal, yaitu jumlah pemakai
sidang paripurna + Staff = 142 + 45 orang = 187 orang
-
Perbandingan jumlah pemakai
106
-
Pria
= 70 % x 187 = 131 orang
Wanita
= 30 % x 187 = 56 orang
Standar-standar yang digunakan
1 Km/WC = 3,00 m2 untuk 25 orang
1 Urinoir
= 0,84 m2, untuk 25 0rang
1 Wastafel = 0,84 m2
-
untuk 25 0rang
KM/WC
Pria
=
131/25
= 5,24 =5 buah
Wanita
=
56/25
= 2,24 =2 buah
Kebutuhan besaran ruang :
-
-
-
Pria
= 5 x 3 = 15 m2
Wanita
= 3 x 3 = 9 m2
Urinoir
Pria
=
131/25
= 4,44 =5 buah
5 unit urinoir
=
5/0,84
= 4,20 =3 buah
Wastafel
Pria
= 5 x 0,84 = 4,20 m2
Wanita
= 2 x 0,84 = 1,68 m2
Luas Service Lavatory
15+9+4,20+2.52
= 34,92 m2
flow & sirkulasi 30 %
= 30 % x 34,92 m2
Total besar service lavatory
= 45,40 m2
107
f) Ruang Data/Multipurpose
- Dasar perhitungan besar ruang :
Standar BAPPENAS = 3,75 m2/orang
Ruang staf/Petugas kapasitas 2 orang
2 x 3,75 = 7,5 m2 / orang
- Kapasitas pengunjung/peserta sidang :
Asumsi Prosentasi tamu/masyarakat = 20 orang
Staf/instansi/mahasiswa/pelajar/organisasi
pemuda = 30 orang.
Jumlah pengunjung/ peserta sidang = 50 orang
- Standar Neufert = 0,72 m2 /orang
Diketahui ruang staf = 7,5 m2
jadi luas ruang = A x B x C
= 0,72 x 50 x 1,67 = 60,12 m2
Total luas ruang 7,5 + 60,12 m2 m2 = 67,62 m2
g) Cafetaria
Standar Neufert = 0,72 m2/orang
Kapasitas ruang untuk peserta sidang dan staf
administrasi : 142 + 45 orang = 187 orang.
Kapasitas ruang asumsi 60 % dari total pemakai ruang
= 60 % x 187 orang = 112 orang.
Luas ruang = A x B x C
= 0,72 x 112 x 1,67 = 134,66 m2
108
Dapur + Ruang saji
Asumsi = 24 m2
Jadi besar ruang = 134,66 + 24 m2 = 158,66 m2
i) Ruang istirahat pengemudi
Standar Time saver = 1,8 m2/ orang
Jumlah pemakai = 12 orang
Maka luas ruang = 12 x 1,8 = 21,60 m2
j) Ruang Mekanikal/electrikal
Standar Neufert
Genset
= 12 m2/unit
Panel Listrik
= 7,5 m2/unit
Gudang Alat
=
Total
9 m2/unit
= 28,50 m2
k) Ruang Inventaris/Gudang umum
Asumsi
= 18 m2
l) Ruang Operator
Standar BAPPENAS
= 3,75 m2/orang
Untuk 2 orang operator = A x B x C
= 3,75 x 2 x 1,3
= 9,75 m2
m) Ruang pos Jaga
Standar Time Saver
= 3,75 m2/orang
Ruang istrirahat, asumsi = 9 m2
109
= 16,5 m2
Jadi 3,75 x 9
1 pos jaga
= 2 orang
Jumlah pos jaga
= 2 buah
= 2 x 16,5 =33 m2
p). Garasi mobil/Motor
Mobil Ketua
= 1 Mobil
Mobil wakil ketua = 3 mobil
Mobil dinas komisi
= 5 mobil
Staf administrasi yang menggunakan mobil asumsi 15%
15 % x 45 = 6,75
= 7 mobil.
Jadi jumlah mobil
= 16 mobil
Staf administrasi yang menggunakan sepeda motor asumsi
= 40
%
40% x 45 = 18 motor
Standar Neufert Parkir 22,5 m2 untuk mobil dan 1,2 m2 untuk motor.
Luas garasi mobil = 16 x 22,5
= 360 m2
Luas garasi motor = 18 x 1,2
= 22,60 m2
Jadi luas ruang parkir garasi = 382,6 m2
q). Parkir umum
Standar Neufert untuk mobil = 14,4 m2 dan
untuk 1 motor = 1,2 m2
Jumlah peserta pada saat sidang pleno/paripurna = 142
Orang
diasumsikan
50 %
dari jumlah
peserta
110
menggunakan kendaraan .
= 40 % x 142 = 71 orang
Diasumsikan dari jumlah diatas 40 % menggunakan
mobil dan 60 %, menggunakan motor
dan sisanya menggunakan kendaraan umum
= 40 % x 71 = 28 mobil
= 60 % x 71 = 43 motor
Luas parkir mobil = 14,4 x 28
= 403,20 m2
Luas parkit motor = 1,2 x 43
=
Total luas ruang terbuka
= 454,80 m2
51,60 m2
Rekapitulasi Besaran Ruang
 Lantai satu
1. Ruang Komisi
=
304,350 m2
2. Ruang Konfrensi pers
=
48,285 m2
3. Ruang Lobby
=
103,959 m2
4. KM/WC
=
33,945 m2
5. Gudang
=
4,275 m2
6. Ruang Ketua Dewan
=
121,740 m2
7. Ruang Wakil Ketua Dewan (2 unit)
=
181,610 m2
8. Koridor
=
286,898 m2
9. Entrance dan Selasar
=
308,568 m2
10. Sekretariat Dewan
=
794,510 m2
111
=
2.189,270 m2
1. Ruang Komisi 2 unit
=
608,700 m2
2. Ruang Badan Kehormatan
=
48,285 m2
3. Ruang Badan Legislasi
=
48,285 m2
4. Ruang Tenaga Ahli
=
48,285 m2
5. KM / WC Umum
=
33,94 m2
6. Gudang
=
34,275 m2
7. Koridor
=
263,414 m2
8. Ruang Makan
=
226,395 m2
9. Ruang Muspida
=
61,176 m2
10. Mushollah
=
61,176 m2
11. Ruang Sidang Paripurna
=
847,655 m2
12. Entrance
=
129,640 m2
=
2.422,915 m2
304,350 m2
Sub Total
 Lantai Dua
Sub Total
 Lantai Tiga
1.
Ruang Fraksi
=
2.
Ruang Rapat/Pleno
=
243,480 m2
3.
Ruang Aula
=
243,480 m2
4.
KM / WC umum
=
33,945 m2
5.
Gudang
=
4,275 m2
6.
koridor
=
197,550 m2
112
Sub Total
=
1.027,080 m2
Jumlah 1 + 2 + 3
2.189,270 m2 + 2.422,915 m2 + 1.027,080 m2
=
5.538,429 m2
Building Coverage (BC) sebesar 40% : 60%
Ratoi Bangunan = 40%, Lahan Terbuka = 60 % Luas parkir
Luas Lahan Terbangun
5.538,429 m2
5.538,429
Luas Lahan Terbuka
x 60 = 8.457,871 m2
40
Luas lahan yang harus disediakan = 5.538,429 + 8.457,871 = 13.995,110
m2 (standar minimal luasan)
f. Organisasi Ruang
Organisasi ruang erat kaitannya dengan pengelompokan aktivitas/ruang
dan sifat kegiatan.
1) Pengelompokan aktivitas, terbagi atas :
(a)
Aktivitas persidangan
(b)
Aktivitas sekretariat/administrasi
(c)
Aktivitas service/penunjang
2. Sifat kegiatan terbagi atas ruang :
a. Bersifat umum
b.Bersifat privacy
113
c. Bersifat pelayanan/service
g. Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang pada Kantor DPRD berdasarkan pada:
1) Sirkulasi kegiatan yang terjadi dalam bangunan
2) Pola pembagian ruang yaitu dibagi dalam 3 kelompok :
(a) Ruang-ruang sidang utama
(b) Ruang administrasi/sekretariat
(c) Ruang pendukung / servis, ditempatkan di luar bangunan utama
(DPRD) yaitu mushollah dan cafetaria utama.
h. Massa Bangunan dan Lansekap
1) Tata massa
Jumlah tata massa pada kantor DPRD ini adalah massa tunggal dengan
menonjolkan :
a) Efisiensi dalam penggunaan lahan yang tersedia
b) Mudah dalam pengontrolan
Dalam penataan massa perlu diperhatikan beberapa hal antara lain :
a) Adanya interaksi antara ruang luar dengan ruang dalam bangunan.
b) Luas site yang tersedia sesuai dengan kebutuhan yang meliputi area
tapak untuk bangunan utama, bangunan penunjang, fasilitas parkir
dan area sirkulasi kendaraan serta pejalan kaki.
c) Perletakan Tata massa diatur sedemikian rupa dengan tetap
berpedoman pada :
114
-
Proporsi yaitu perbandingan antara fisik bangunan dengan
luasan tapak maupun perbandingan antara lebar satu unit
bangunan dengan tinggi bangunan tersebut.
-
Rhitme yaitu pemakaian modul pengulangan maupun bervariasi
dengan ukuran yang seirama.
-
Unity yaitu menciptakan kesan kesatuan dari seluruh unit
bangunan. Dapat diciptakan dengan pemakaian material yang
sama maupun bentuk dasar yang sama.
-
Balance yaitu dapat dicapai dengan pengaturan dan perletakan
bangunan sedemikian didalam site/tapak.
-
Harmoni yaitu menciptakan bentuk bangunan yang sesuai
dengan fungsi bangunan.
Bila kita melihat sejarah keberadaan tempat manyampaikan aspirasi
masyarakat tempo dahulu yang sekarang kita kenal kantor DPRD,
yaitu tempat menyampaikan aspirasi dikelilingi beberapa unsur :
(1) Masjid dan alun-alun yang keduanya merupakan tempat ibadah dan
merupakan pusat seluruh kegiatan.
(2) Pusat pelayanan masyarakat
(3) Bangunan pemerintahan
2) Lansekap
Penataan lansekap dimaksudkan sebagai penataan ruang luar/eksterior
uamg dapat menunjang dan berpengaruh terhadap bangunan tersebut.
Adapun penataan lansekap berfungsi sebagai berikut :
115
a) Sebagai pelindung (tempat berteduh)
b) Sebagai pengarah bagi sirkulasi kendaraan didalam tapak.
c) Sebagai penyerap terhadap :
(1) Panas/sinar matahari yang masuk kedalam ruangan.
(2) Debu dan asap yang diakibatkan oleh polusi kendaraan.
(3) Kebisingan suara-suara gaduh seperti suara kendaraan.
(4) Hembusan angin yang terlalu kuat
d) Sebagai pemisah/pembatas ruang misalnya pada tempat parkir.
e) Sebagai elemen penting yang mendukung penampilan fisik
bangunan dengan penataan yang indah dan asri.
i. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan
aktivitas dan penggunaan bangunan serta ruang, sehingga merupakan
pergerakan dari ruang yang satu ke ruang yang lain.
Pada pengaturan pola sirkulasi pada bangunan perkantoran
digunakan pola sirkulasi satu arah dan dua arah, dengan maksud untuk
kemudahan dan kelancaran kerja.
j. Sistem Struktur
Prinsip sistem struktur didasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut :
2) mendukung monumental dan ungkapan fisik bangunannya yang
dituntut.
116
3) Stabil dan tahan terhadap angin, iklim, gempa dan ketahanan terhadap
api.
4) Mendukung fleksibilitas ruang-ruang utama.
5) Sederhana dan mudah dilaksanakan.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diatas maka konsepsi struktur
dikemukakan sebagai berikut :
1) Memilih sistem struktur yang efisien dalam pembiayaan, sederhana
dan mudah dilaksanakan.
2) Memilih sistem struktur yang dapat memberikan perwujudan kesatuan
bangunan dan juga memberi fleksibilitas dalam pengaturan ruangruang.
Dengan konsepsi ini maka alternatif sistem struktur yang dapat
digunakan adalah :
(a) Struktur rangka
Dinding tidak memikul beban sehingga memungkinkan perubahan
luas ruang sesuai dengan aktivitas didalamnya. Perubahan yang
optimal tergantung pada letak dari pemikul beban, dalam hal ini
tiang serta bentangan yang paling efektif.
Dapat digunakan untuk sistem terbuka atau tertutup.
(b) Struktur dinding pemikul
Dinding pemikul yang merupakan pemisah antara unit dimana
unit itu ada bagian yang memikul beban maka fleksibilitasnya
masih dimungkinkan.
117
Untuk dinding pemikul sekaligus pembatas ruang tentunya akan
membatasi nilai fleksibilitas ruangnya.
Struktur dinding pemikul paling terbatas tingkat fleksibilitasnya,
hanya diterapkan untuk sistem peruangan tertutup.
(c) Shear wall
(1) Fleksibilitas masih lebih baik dari struktur rangka dengan tidak
terdapatnya kolom-kolom bangunan.
(2) Peka terhadap angin dan gempa
(3) Pemakaian didnding shear wall mengakukan seluruh struktur
terhadp gaya-gaya horizontal.
(d) Sistem kombinasi rangka dan shear wall
(1) Shear wall ditempatkan pada daerah yang tidak baik akan
menggangu pemakai ruang yaitu pada tepi bangunan.
(2) Sebagai pengaku tambahan dan struktur rangka dan balok
pengikat kolom-kolom.
Bahan-bahan struktur
(1) Mudah dilaksanakan/dibentuk
(2) Daya tahan terhadap pengaruh kelembaban dan korosi.
(3) Mudah dalam pemeliharaan.
Modul Struktur
Dasar pertimbangan modul struktur :
(1) Dimensi : gerak manusia, peralatan dan standar efisiensi gerak.
118
(2) Dimensi penentu : diambil berdasarkan jenis bilangan 20 atau
30 cm dan seterusnya.
k. Sistem Jaringan Utilitas/Sanitasi ME
a. Sistem pengadaan air bersih.
Sumber air bersih utama berasal dari sambungan PDAM
(perusahaan daerah air minum) dan sebagai sumber cadangan jilka
sambungan dari PDAM macet berasal dari sumur arteis/sumur bor
(deep wall).
Pengadaan
air
bersih
dilakukan dengan
berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut :
(1) Penyaluran air setiap hari untuk setiap unit ruang.
(2) Pemanfaatan air untuk menanggulangi bahaya kebakaran.
(3) Pendistribusian yang merata keseluruh unit.
Sistem
penjaringan air bersih pada prinsipnya dilakukan sebagai
berikut :

Air dari PDAM ditampung pada bak penampungan bawah (ground
recervoir) kemudian dipompa ke bak penampungan atas (top
recervoir) yang selanjutnya
didistribusikan secara graviatasi
keunit-unit yang membutuhkan.

Untuk air dari sumur bor dipompa menuju bak penampungan atau
pengendapan atau pengendapan untuk dibersihkan selanjutnya
119
dipompa reservoir atas untuk kemudian didistribusikan secara
gravitasi.
Ruang Luar
PDAM
Reservoir
Penampung
an
M
P
Bak
Kontrol
Sumur
Bor
Reservoir
Atas
Ruang
Atas/bawah
Pompa
Deep Well
Skema V.1. Sistem pengadaan air bersih
b. Sistem pembuangan air kotor.
c. Limbah cair
Limbah ini berasal dari pembuangan dari km/wc, wastafel, urinoir,
pantry dan air hujan yang disalurkan melalui pipa yang tertanam
dalam tanah ke bak kontrol lalu dibuang ke riol Provinsi Sulawesi
Tenggara.
120
Air Hujan
Air Kotor
Maintenance
Air Kotor
Berlemak
Bak
Kontrol
Riol
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
Penangkapan
lemak
Skema V.2. Sistem pembuangan limbah cair
d. Limbah padat
Tinja yang berasal dari lavatory yang dialihkan melalui closet ke
pipa-pipa pembuangan lalu diteruskan ke septic tank dan berakhir
ke bak peresapan jika septic tank telah penuh akan disedot oleh
mobil tinja yang kemudian dibuang ke tempat pembuangan akhir
yang telah disiapkan.
Closet
Septic tank
Peresapan
Skema V.3. Sistem pembuangan limbah padat.
e. Pembuangan sampah
Tempat sampah disediakan pada setiap ruangan, juga
pada
selasar, utamanya pada pantry dan lavatory disediakan tempat
sampah kering dan basah kemudian sampah-sampah tersebut
121
disatukan kedalam kontainer sampah yang kemudian ketempat
pembuangan akhir telah disiapkan.
Pengunjung
Bak Sampah
luar Ruangan
Bak Sampah
Dalam ruangan
Mobil
Angkutan
TPA
Peng1elola
Skema V.4. Sistem pembungan sampah
f. Sistem instalasi listrik
Sumber tenaga listrik utama bersal dari PLN (perusahaan listrik
negara) dan sebagai sumber cadangan jika aliran dari PLN padam,
maka generator set (genset) bekerja secara otomatis. Genset tersebut
memiliki kapasitas daya yang sama dengan aliran dari PLN. Untuk
distribusi ke setiap ruangan dalam bangunan dilakukan melalui box ke
shaft jaringan listrik kemudian ke unit-unit yang membutuhkan.
PLN
Gardu
Genset
ATS
Meteran
Penel Utama
Panel Cabang
Skema V.5. Aliran Listrik
Keterangan :
ATS = Automatic transfer switch
122
l. Pengkondisian Ruang
1) Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada kantor DPRD ini menggunakan sistem
pencahayaan alami pada siang hari dan pencahayaan buatan pada
malam hari.
(a) Pencahayaan alami.
Dengan menggunakan sinar matahari melalui penempatan buka –
bukaan yang diatur sedemikian rupa sehingga sinar matahari dapat
digunakan seoptimal mungkin.
(b) Pencahayaan buatan.
Dengan menggunakan lampu-lampu buatan sesuai kebutuhan
setiap ruang yang sumber tenaganya berasal dari listrik PLN.
Umumnya menggunakan lampu TL,
mendekati cahaya alami. Penempatan
dikarenakan cahayanya
lampu-lampu tersebut
diletakkan tertanam pada plafon untuk mengurangi pembayangan
dan memberi kesan rapi.
2) Penghawaan
Sistem penghawaan pada suatu bangunan sangat besar pengaruhnya
terhadap kenyamanan, efisiensi dan aktivitas kerja. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam hal ini adalah :
(a) Suhu udara dimana suhu udara normal berkisar antra 22OC – 26O C
(b) Kelembaban udara berkisar antara 40OC-55 hg1
123
(c) Kecepatan angin rata-rata 20-30 km/jam/orang
Sumber penghawaan dapat diperoleh
-
Penghawaan alami
Penghawaan
hembusan
alami yaitu penghawaan yang memanfaatkan
angin dari
bukaan-bukaan yang efektif untuk
mendapatkan penghawaan yang baik adalah memanfaatkan sistem
cross ventilasi.
-
Penghawaan buatan
Penghawaan buatan dimaksudkan untuk mengkondisikan ruangan
agar dapat dicapai ruangan yang nyaman. Penghawaan buatan
dilakukan jika penghawaan alami sudah tidak memungkinkan lagi
untuk digunakan secara efektif. Yang lazim dugunakan adalah air
conditional (AC).
3) Tata suara/Akustik
Dalam suatu ruang sidang, peranan akustik sangat penting karena
mendukung kelancaran distribusi suara ketelinga peserta utamanya
pada waktu tanya jawab.
Dilakukan
dengan
memanfaatkan
material
absorsi,
pengaturan/pemisahan ruang yang menimbulkan kebisingan (misalnya
perlatan/ mesin) terhadap ruang yang membutuhkan ketenangan.
m. Tata Interior
1) Bentuk dan proporsi ruang
124
Yaitu bentuk ruang yang menggambarkan kegiatan yang
terkoordiansi, terarah dan terpadu sesuai dengan proporsi ruang yaitu :
(a) Tinggi dan lebar ruang.
(b) Kemudahan dalam teknis pelaksanaannya.
(c) Efektifitas dalam perabot.
(d) Sesuai dengan karakter dan fungsi ruang
2) Lay out
Yang dimaksud lay out adalah pengaturan dan penataan yang setepattepatnya letak mesin, perlengkapan dan perabot kantor didalam ruang
dan lantai kerja yang tersedia demi menjamin adanya tempat dan
keleluasaan kerja yang sebaik-baiknya bagi setiap anggota DPRD.
Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penataan lay out
perabot sebuah kantor DPRD, antara lain :
(a) Pemilihan perabot disesuaikan dengan dimensi, warna dan
desainnya.
(b) Penataan perabot disesuaikan dengan fungsi ruangan.
(c) Penataan
perabot harus dapat memberikan rasa nyaman dan
senang dalam melaksanakan tugasnya (anggota DPRD).
(d) Memberikan kesan baik terhadap semua pengunjung.
3) Warna
Warna merupakan faktor yang penting untuk memperbesar efisiensi
kerja
para anggota DPRD karena warna akan mempengaruhi jiwa
mereka. Dengan memakai warna yang tepat pada dinding ruangan dan
125
alat-alat lainnya, kegembiraan dan ketenangan bekerja para anggota
DPRD akan terpelihara, oleh karena itu kegunaan dan keuntungan
penggunaan warna yang tepat.
Warna tidak dapat dipergunakan sembarangan, hal ini khususnya adalah
benar dalam kantor DPRD karena tujuannya adalah untuk menciptakan
suasana yang dihormati, sehingga kantor DPRD
menjadi tampak
menyenangkan dan menarik pemandangan serta mempunyai akibat yang
tidak langsung terhadap produktifitas kerja para anggota DPRD.
126
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi dari pembahasan Acuan perancangan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
A.
Kesimpulan Umum
Gedung DRRD Provinsi Sulawesi Tenggara adalah suatu wadah fisik
berupa gedung tempat penyelenggaraan kegiatan administrasi, organisasi, dan tata
laksana terhadap seluruh unsur dalam lingkungan DPRD.
Falafah dasar perencanaan gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara
harus mencerminkan :
1. Kepercayaan / tumpuan harapan
2. Keterbukaan
3. Kemufakatan
Perencanaan besaran ruang diproyeksikan sampai pada tahun 2020 atau
4 (empat) kali pemilihan umum.
Penampilan bangunan dan ungkapan ruang sidang gedung DPRD
bersifat keterbukaan, demokrasi, sederhana dan berwibawa.
B.
Kesimpulan Khusus
1. Dalam perencanaan gedung DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 3
(tiga) pengelompokan ruang yaitu :
a.
Kelompok kegiatan persidangan
127
b.
Kelompok kegiatan administrasi / kesekretariatan
c.
Kelompok kegiatan pendukung / service
2. Sistem utilitas perlengkapan bangunan terdiri dari :
a. Sistem komunikasi
b. Jaringan listrik
c. Jaringan air bersih
d. Jaringan pembuangan air kotor
e. Penanggulangan kebakaran
f. Penangkal petir
3. Sistem environment ruang terdiri dari :
a. Pencahayaan
b. Penghawaan
4. Akustik menggunakan bahan material kedap suara
128
DAFTAR PUSTAKA
Ching, D.K. F, 1979, Architecture; form, Space and Order, Van Nostrand
Company, New York.
Ernst Neufert, 1999. Data Arsitek, by Granada, jilid I dan II, edisi 2, Erlangga,
Surabaya.
Frick Heinz dan Pujo L. Setiawan. 2002.
Hartono Poerba, 1992. Utilitas Bangunan, Pt. Djambatan, Jakarta.
Mansscht Leonard and Cunfile Roger, Office Building
Poerwadarminta, WJS, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia , PN Balai
Pustaka, Jakarta.
Saleh Amiruddin, 1982. Penerangan Alami Siang hari Pada Bangunan.
Pustaka, Jakarta.
Setyo Setiadji Soepadi, Ir, 1986, Anatomi Utilitas
Undang – Undang R.I. No. 22 Tahun 1999, PEMERINTAH DAERAH, 1999.
Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1999, PEMILIHAN UMUM, 1999.
Katalog BPS, Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2010
Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Yan Dianto, 1982. Dasar-Dasar Arsitektur, Volume 4, Erlangga Surabaya Wikipedia
Indonesia, Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
129
130
131
Download