Nama : Yohanes Sianipar Kelas : XII MIPA 4 No 1 Gerakan Separatis Latar Belakang PKI MADIUN 1948 Ada banyak sekali partai-partai 19 September 1948 yang bermunculan setelah adanya proklamasi gerakan kemerdekaan, partai-partai tersebut dibentuk dan memiliki kadernya tersendiri. Baik itu dari golongan sosialis maupun partai yang berasal dari golongan kiri. Sedangkan titik awal mulanya terbentuknya partai komunis alias PKI adalah karena adanya penandatanganan dan pengesahan perjanjian Renville. Dimana Indonesia sangat tidak diuntungkan dengan adanya perjanjian tersebut. Ini yang melatarbelakangi adanya kejatuhan dan penetapan mosi tidak percaya pada Januari 1948 untuk kabinet Amir Syariffudin. Oleh karena itu akhirnya Amir berpindah menjadi sebuah partai oposisi. Hingga pada tanggal 26 Februari 1948, partai oposisi dari Amir ini kian diperkuat keberadaanya. Bahkan ada banyak kelompok kiri yang tergabung didalamnya beserta penggabungan dengan Partai Sosialis Indonesia atau PSI dan Pemuda Sosialis Indonesia alias Pesindo. Sedangkan kelompok kiri ini sendiri berasal dari Patuk,Jateng yang terdiri dari golongan pasukan militer dan masyarakat sipil yang dinamai Kelompok Diskusi Patuk. Pokok Kategori Upaya Penumpasan Permasalahan Konflik kritik Musso Konflik Untuk memulihkan terhadap kebijakan Ideologi keamanan secara politik yang menyeluruh di Madiun, dijalankan oleh pemerintah bertindak pemimpinpemimpin cepat. Provinsi Jawa Komunis Timur dijadikan daerah Indonesia sejak istimewa, selanjutnya Proklamasi 17 Kolonel Sungkono Agustus 1945 yang diangkat sebagai dinilainya sangat salah besar. gubernur militer. Operasi penumpasan dimulai pada tanggal 20 September 1948 dipimpin oleh Kolonel A. H. Nasution. Semua kekuatan pembetontak akhirnya dapat dimusnahkan. Salah satu operasi penumpasan ini adalah pengejaran Musso yang melarikan diri ke Sumoroto, sebelah barat Ponorogo. Dalam peristiwa itu, Musso berhasil ditembak mati. Sedangkan Amir Sjarifuddin dan tokohtokoh kiri lainnya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Amir sendiri tertangkap di daerah Grobogan, Jawa Tengah. 2 DI/TII JAWA Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat maupun di wilayah BARAT 7 Agustus 1949 lainnya berlangsung bukan tanpa sebab terjadi begitu saja. Namun ada latar belakang masalah yang menjadi penyebab kelompok Islam ini melakukan pembangkangan terhadap kedaulatan Republik Indonesia. Pemberontakan DI/TII secara umum disebabkan karena kekecewaan atas kebijakan Presiden Soekarno yang dianggap terlalu lunak terhadap pihak Belanda. Seperti yang kita ketahui, setelah proklamasi kemerdekaan pihak Belanda berusaha untuk datang kembali ke Indonesia. Berbagai masalah muncul akibat kedatangan Belanda yang kemudian menimbulkan peperangan yang merugikan, seperti Agresi Militer Belanda 1 dan 2. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui perjanjian damai salah satunya perjanjian Renville dianggap sangat fatal. Pada awalnya milisi DI/TII ikut terlibat langsung dalam revolusi fisik pasca proklamasi kemerdekaan tahun 1945. Namun pada perkembangan selanjutnya Darul Islam berbelok arah untuk menentang pemerintahan Republik Indonesia, hal ini disebabkan karena kebijakan Soekarno yang terlalu lunak. Tujuan Gerakan Konflik DI/TII adalah Ideologi menjadikan Republik Indonesia menjadi negara teokrasi dengandasar negaranya adalah agama Islam . Mereka menyatakan “Hukum dalam NII adalah Hukum Islam”, hal ini tertuang dalam undang-undang yang mereka buat yang menyatakan bahwa negara berlandaskan Islam dengan Al Quran dan Hadits sebagai hukum tertinggi. Secara tegas Negara Islam Indonesia menyatakan bahwa kewajiban negara untuk melahirkan undang-undang yang berdasarkan syariat Islam, dan menolak keras pada ideologi yang mereka sebut hukum kafir atau ideologi yang tidak sesuai dengan ketentuan Alquran dan Hadits Shahih, Darul Islam semakin meluas ke beberapa wilayah, terutama Jawa Barat hingga wilayah perbatasan Pada awal pemerintah RI berupaya menyelesaikan pemberontakan dengan cara damai dengan membentuk komite yang dipimpin oleh Moh. Natsir, namun gagal. Maka ditempuh operasi militer yang dinamakan Operasi Bharatayudha. Kartosuwiryo akhirnya tertangkap di Gunung Salak Majalaya pada tanggal 4 Juni 1962 melalui operasi Bharatayudha dengan taktik Pagar Betis yang dilakukan oleh TNI dengan rakyat. Pagar Betis merupakan pelibatan masyarakat dalam mempersempit gerakan DI/TII. Pemberontakan ini pada awalnya sulit untuk dipadamkan dikarenakan beberapa faktor yaitu: adanya semangat jihad, wilayah yang mendukung untuk bergerilya, fokus tentara Indonesia terpecah untuk menghadapi Belanda, sebagian rakyat bersimpati terhadap perjuangan Kartosuwiryo. Namun pada akhirnya Kartosuwiryo ditangkap dan kemudian dijatuhi hukuman mati. Jawa Tengah; Sulawesi Selatan dan Aceh. Setelah Kartosoewirjo tertangkap oleh Tentara Indonesia dan dihukum mati pada tahun 1962 membuat pemberontakan ini terpecah, tapi diam-diam gerakan ini masih ada walaupun pemerintah menganggapnya sebagai organisasi terlarang. 3 4 5 6 ANGKATAN PERANG RATU ADIL (APRA) 22 Januari 1950 GERAKAN ANDI AZIS 5 April 1950 REPUBLIK MALUKU SELATAN / RMS 25 April 1950 PRRI/PERMESTA 15 Februari 1958 (PRRI) 2 Maret 1957 (Permesta)