Uploaded by User63504

PROPOSAL PENGARUH RISIKO INVESTASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

advertisement
IDENTITAS MAHASISWA
NAMA
: WIDYA PALISUNGAN
NIM
: 16931141048
PRODI
: MANAJEMEN
KONSENTRASI
: KEUANGAN
FAKULTAS
: EKONOMI
ALAMAT
: TIDUNG X TIMUR
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH RISIKO INVESTASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian-penelitian keuangan dan juga teori-teori keuangan dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (invesmenst), sering juga
disebut teori pasar modal (capital market theory) dan keuangan korporasi
(corporate finance). Investasi berkaitan dengan pengujian bagaimana pasar
modal menetapkan harga sekuritas degan mempelajari bagaimana investor
individu memilih di antara berbagai macam aset keuangan berdasarkan
tingkat kesukaannya pada risiko dan return (Gumanti, 2011:70).
Investasi adalah komitmen untuk mengalokasikan sejumlah dana
pada satu aset atau lebih yang diharapkan akan mampu memberikan return
1
2
dimasa yang akan datang. Investasi juga merupakan salah satu sarana
terpenting dalam meningkatkan kemampuan kita untuk mengumpulkan dan
menjaga kekayaan (Gumanti, 2011:70).
Salah satu bagian terpenting dalam mempelajari investasi adalah
bagaimana kita mengukur risiko dan return. Penting bagi investor untuk
memperhatikan pengaruh antara dua hal tersebut. Para investor dihadapkan
pada
keinginan
untuk
memperoleh
return
yang
optimal
dengan
memperhatikan faktor risiko yang mereka hadapi. Investor berusaha untuk
dapat memperoleh return yang maksimal dengan tingkat risiko tertentu atau
memperoleh tingkat return tertentu dengan risiko seminimal mungkin. Akan
tetapi kenyataan membuktikan bahwa tingkat pengembalian (return) dari
investasi adalah tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan
risiko. Perhitungan risiko dibutuhkan bagi investor yang akan melakukan
investasi khususnya pada sekuritas saham. Investor harus memutuskan
investasi seperti apa yang akan mendatangkan return yang proporsional
dengan tingkat risiko yang inherent pada sekuritas tersebut. Dengan
demikian, investor perlu melakukan identifikasi dan mengukur tingkat risiko
untuk menentukan tingkat return yang relevan.
Ketika seorang investor cenderung bersikap menghindari risiko,
maka mereka akan melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kemungkinan
risiko yang diterimanya saat berinvestasi. Salah satu hal yang dapat
dilakukan adalah dengan memversifikasikan investasinya ke beberapa jenis
saham dalam bentuk portofolio saham. Ketika semua investor melakukan
disversifikasi tersebut karena dianggap dapat mengurangi risiko, maka risiko
3
yang hilang akibat disversifikasi itulah yang relevan dalam perhitungan
risiko (Husnan : 1998) dan risiko ini dinamakan risiko sistematik (beta).
Investor selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return
tertinggi dengan tingkat risiko tertentu. Terdapat korelasi antara return
dengan risiko investasi, sebagai mana dalam teori portofolio bahwa semakin
tinggi return yang ditawarkan oleh satu instrumen sekuritas maka semakin
tinggi kandungan risiko dalam sekuritas tersebut (hight return hight risk).
Artinya, setiap ekspektasi return di masa depan atas satu investasi maka
terdapat risiko potensial dari investasi bersangkutan (Hadi, 2013:10).
Return saham merupakan hasil/imbalan yang diperoleh atas investasi
yang dilakukan oleh investor. Ada tiga bentuk return saham, yaitu realized
return, expected return, dan required return. Realized return merupakan
return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return
historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan expected return dan risiko
dimasa yang akan datang. Return ekspektasi (expected return) adalah return
yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda
dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi
sifatnya belum terjadi. Sedangkan required return merupakan return yang
diperoleh secara historis yang merupakan tingkat minimal yang dikehendaki
oleh investor atas preferensi subyektif investor terhadap risiko (Hartono,
2013:205).
Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
perbedaan antara return actual dengan return yang diharapkan. Return
4
investasi pada saham terdiri atas dua komponen, yaitu dividen dan capital
gain. Dividen adalah komponen return yang berupa aliran kas atau
pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan
capital gain adalah return yang berupa kenaikan harga suatu sekuritas.
Risiko pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu risiko
sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematik (systmatic Risk)
merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham
dalam pasar modal yang bersangkutan. Risiko
ini berasal dari kondisi
ekonomi dan kondisi pasar secara umum yang tidak dapat didiversifikasikan
yang dinyatakan dalam beta (β). Beta merupakan suatu pengukur volatilitas
(volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return
pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematis
(systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko
pasar. Sedangkan Risiko tidak sistematik (unsystematic risk) merupakan
risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat
dihindari atau diperkecil dengan diversifikasi. Risiko tidak sistematis yaitu
risiko finansial dan risiko bisnis (Suharli, 2005). Risiko finansial merupakan
risiko tambahan pada perusahaan akibat keputusan menggunakan hutang.
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan
hutang, dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang
digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi
perusahaan (Tandelilin, 2010:27). Risiko bisnis yaitu risiko yang
berhubungan
dengan
kemampuan
perusahaan
dalam
menjalankan
pengembangan usaha dengan menggunakan modal sendiri. Semakin besar
5
kemampuan perusahaan memutar modalnya untuk menjalankan bisnisnya,
maka akan berpengaruh positif terhadap return saham (Brigham dan
Houston, 2011:157).
Selain risiko sistematis dan risiko tidak sistematis, variabel lain yang
menjadi faktor fundamental dalam menentukan return saham adalah ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata
tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Banyaknya anggapan bahwa
perusahaan besar lebih mampu memberikan tingkat pengembalian saham
yang lebih tinggi yaitu dari segi kemauan dan prestise investor secara
alternatif akan lebih yakin pada perusahaan yang berukuran besar untuk
menanamkan dananya dari pada perusahaan yang berukuran kecil (Gitman,
2010:105).
Setiap investor yang ingin memaksimalkan kekayaan, akan tertarik
pada suatu investasi yang memberikan tingkat expected return yang lebih
tinggi dibandingkan dengan peluang investasi lainnya. Investor tidak tahu
dengan pasti hasil yang akan diperolehnya, sehingga investor hanya bisa
memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dan seberapa jauh hasil
yang sebenarnya menyimpang dari yang diharapkan. Pilihan investasi tidak
hanya mempertimbangkan return yang diharapkan tetapi juga tingkat risiko
yang akan dihadapi, semakin besar nilai investasi berarti semakin besar pula
tingkat pengembalian yang diharapkan sehingga risiko yang akan
ditanggung menjadi semakin besar pula. Risiko investasi timbul sebagai
akibat adanya ketidakpastian pendapatan investasi yang diharapkan.
6
Pergerakan harga saham
perusahaan di industri otomotif yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan seberapa besar minat
investor untuk membeli saham-saham dari masing-masing perusahaan
otomotif di Indonesia. Di bawah ini digambarkan perkembangan investasi
industri otomotif di Indonesia
2500
Proyek
2182,5
Investasi
2000
1836,8
1713,9
1500
1312,6
1070,8
1000
529,1
664,4
490,1
362,2
500
93,8
15
5
21
36
28
93
74
149
184
16
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
0
2009
2010
Gambar 1 Perkembangan investasi perusahaan industri otomotif.
Sumber: http://www.bkpm.go.id
Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah proyek dan
jumlah investasi pada industri otomotif dari tahun dari tahun 2009 ke tahun
2010 mengalami mengalami fluktuasi. Terjadinya pergerakan harga saham
secara fluktuatif dari masing-masing perusahaan industri otomotif yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia menunjukkan harga saham yang terus
bergerak seiring dengan pembelian
dan penjualan saham dari investor.
Pergerakan return seperti ini mengindikasikan bahwa harga saham masingmasing perusahaan tersebut tidak stabil. Ketidakpastian ini tentunya akan
membuat kekhawatiran tersendiri bagi calon investor yang akan berinvestasi
saham. Tentunya hal ini akan menyebabkan risiko tersendiri. Dalam industri
7
otomotif, faktor risiko akan terus bermunculan seiring perubahan dalam
industri otomotif itu sendiri, maupun dinamika dari Perseroan. Manajemen
perlu menerapkan prinsip manajemen risiko yang senantiasa dikelola dengan
baik agar Perseroan dapat terus tumbuh dan berkembang. Ekspektasi dari
para investor terhadap investasinya adalah memperoleh tingkat return
(pengembalian) dengan tingkat risiko tertentu. Return tersebut yang menjadi
indikator untuk meningkatkan kemakmuran para investor, termasuk
didalamnya para pemegang saham.
Informasi mengenai pengumuman return saham suatu entitas bisnis
merupakan salah satu informasi yang sangat penting bagi investor dalam
berinvestasi. Return saham yang cukup tinggi mencerminkan keadaan suatu
perusahaan yang baik demikian pula sebaliknya. Semakin tinggi return
saham yang ditawarkan maka semakin banyak jumlah investor yang tertarik
dalam melakukan investasi pada saham tersebut. Beberapa perusahaan
seringkali mengalami kenaikan maupun penurunan return saham secara
drastis atau tidak mengalami kenaikan secara signifikan dari tahun ke tahun.
Seperti terlihat pada perusahaan sektor otomotif berikut ini.
8
Tabel 1 return saham pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2018
No
Kode Perusahaan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
1.
ASII
4.17
54.11
35.48
2.44
-9.93
9.19
-19.19
37.92
0.30
-0.90
2.
AUTO
64.29
138.26
22.26
5.22
7.98
15.07
-61.90
28.13
0.49
-28.64
3.
IMAS
234.60
789.54
72.29
-19.85
-6.67
18.37
-40.88
-44.61
-35.88
157.14
4.
GJTL
135.90
4.40
0.27
-0.26
-0.24
-0.15
-0.63
1.02
-0.36
-0.04
5.
MASA
43.88
60.00
50.00
-33.33
-18.60
9.74
-45.24
-11.68
28.89
155.36
6.
GDYR
80
22.22
-11.82
26.80
54.47
15.79
70.31
-29.54
-11.46
12.35
7.
INDS
-13.19
740.00
20.81
64.48
-13.46
25.23
-78.13
131.43
55.56
76.19
8.
SMSM
26.15
30.49
28.97
75.72
42.27
37.68
0.21
-17.65
28.06
11.55
9.
UNTR
-57.79
54.78
11.29
-24.62
-3.06
-8.68
-2.31
25.37
66.59
-22.74
10.
HEXA
461.53
132.00
22.76
-9.55
-59.94
8.68
-64.76
146.96
-1.97
-4.68
Sumber :http://idx..com dan http://yahoo.finance.com (Data diolah)
9
Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat dilihat pergerakan return dari
tahun 2009 hingga tahun 2018 yakni fluktuatif. Return saham mencapai
puncak tertinggi ditahun 2010 yaitu pada perusahaan IMAS dengan nilai
return sebesar 789.54%. Sedangkan return terendah yaitu tahun 2015 yaitu
pada perusahaan HEXA dengan return sebesar -64.76%. Pada tabel tersebut
terdapat return positif dan return negatif. Return positif menandakan bahwa
harga saham pada tahun t lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, return
negatif menandakan bahwa harga saham pada tahun t lebih rendah dibanding
tahun sebelumnya yang berarti bahwa harga saham mengalami penurunan.
Dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa ada faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan return saham. Adapun beberapa faktor tersebut
yaitu faktor eksternal dan internal, faktor internal berupa kebijakan
perusahaan dalam memutuskan ekspansi (perluasan usaha), seperti
membuka kantor cabang (rand office), kantor cabang pembantu (sub rand
office) baik yang dibuka didomestik maupun luar negeri, pergantian direksi
secara tiba-tiba karena adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang
terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan, dan kinerja
perusahaan yang terus mengalami penurunan. Sedangkan faktor eksternal
berupa risiko sistematis, yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut
menyebabkan perusahaan ikut terlibat dan efek dari psikologi pasar yang
ternyata mampu menekan kondisi tehknikal jual beli saham seperti
kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga perbankan, kondisi ekonomi
10
makro, politik keamanan, fluktuasi mata uang serta rumor dan sentimen
pasar (Fahmi, 2012:12)
Risiko-risiko yang muncul akan berdampak pada kemampuan
perusahaan dalam menjual produk, yang pada akhirnya berdampak pada
tingkat keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Manajemen risiko menjadi
salah satu unsur penting menyangkut keberhasilan maupun kegagalan
perusahaan. Karena risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan
manfaat
kepada
perusahaan,
khususnya
industri
otomotif
dalam
menghasilkan laba yang atraktif, sehingga penekanan pada perusahaan
tersebut agar dapat memperoleh keuntungan yang diharapkan oleh seorang
investor
dikemudian
hari
terhadap
sejumlah
dana
yang
telah
ditempatkannya. Untuk memberikan kepuasan maksimum kepada para
investor tersebut, maka banyak peneliti menganalisis korelasi return dan
risiko.
Penelitian ini penting dilakukan karena beberapa penelitian terdahulu
memperoleh hasil yang berbeda. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Prasetyani (2016), membuktikan bahwa risiko investasi berpengaruh tidak
signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor food &
beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012,
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Andi Nilawaty (2012)
menyatakan bahwa risiko berpengaruh signifikan terhadap return saham
untuk industri telekomunikasi Go-public yang terdaftar di BEI tahun 20062011 dan Sandro Rickson (2013) melakukan penelitian dengan judul
11
“Pengaruh Likuiditas Saham dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham
Perusahaan Property di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2005” hasil
penelitian menunjukkan bahwa likuiditas saham dan risiko sistematis secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.. Dari
penelitian terdahulu tersebut diketahui bahwa hubungan risiko investasi
terhadap return saham masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda maka
perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan bagaimana pengaruh
antar variabel. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Risiko Investasi
Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar
Bursa Efek Indonesia”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan bahwa
risiko investasi terdiri dari expected return, market risk, beta risk dan
financial risk, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana pengaruh market risk terhadap return saham pada industri
otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018?
2.
Bagaimana pengaruh business risk terhadap return saham pada industri
otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018?
3.
Bagaimana pengaruh financial risk terhadap return saham pada
industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018?
12
4. Bagaimana pengaruh market risk, business risk, dan financial risk
secara simultan terhadap return saham pada industri otomotif yang
terdaftar di BEI tahun 2009-2018?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh market risk terhadap return saham pada
industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018.
2. Untuk mengetahui pengaruh business risk terhadap return saham pada
industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018.
3. Untuk mengetahui pengaruh financial risk terhadap return saham pada
industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018.
4. Untuk mengetahui pengaruh market risk, business risk, dan financial risk
secara simultan terhadap return saham pada industri otomotif yang
terdaftar di BEI tahun 2009-2018.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk
meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang dampak risiko
13
investasi terhadap peningkatan return saham. Selain itu, memberikan
kontribusi sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan bagi para investor untuk membantu proses pengambilan
keputusan dalam melakukan investasi pada industri otomotif sehingga
para investor dapat memilih alternatif risiko yang akan diambil pada
tingkat return tertentu.
E. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk skripsi dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini pada dasarnya memuat latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL
Bab ini memuat tinjauan pustaka, kerangka konseptual, dan
hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
14
Bab metode penelitian ini berisi uraian tentang variabel dan
desain penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
DAFTAR PUSTAKA
15
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Tinjauan Pustaka
1. Pasar Modal
a. Pengertian Pasar Modal
Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995
mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Sampai saat ini definisi mengenai
pasar modal seringkali dimaknai secara berbeda oleh beberapa
penulis.
Pengertian Pasar Modal menurut Jogiyanto (2013:29) adalah:
“Pasar Modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan
penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sarana
perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan
menjual saham atau mengeluarkan obligasi”.
Sedangkan Pasar Modal menurut Eduardus (2010:26) adalah:
“Pasar Modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pasar modal merupakan sarana untuk memperjualbelikan sekuritas
berupa saham atau obligasi yang memiliki jangka panjang lebih dari
satu (1) tahun.
b. Tipe lain dari Pasar Modal
16
Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat
berharganya dipasar modal. Surat berharga yang baru dikeluar kan
oleh perusahan dijual di pasar primer (primary market). Surat
berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke publik
atau tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah going public
sekuritas tambahan ini sering disebut dengan seasoned new issue.
Selanjutnya surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di
pasar sekunder (secondary market).
Menurut Jogiyanto (2013:33) tipe lain dari pasar modal adalah
1) Pasar Perdana (primary market)
Pasar perdana adalah pasar dimana efek-efek diperdagangkan
untuk pertama kalinya, sebelum dicatatkan di bursa efek. Disini,
saham dan efek lainnya untuk pertama kalinya ditawarkan kepada
investor oleh pihak penjamin emisi (underwriter) melalui perantara
pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai agen penjual
saham. Proses ini biasa disebut dengan penawaran umum perdana
(initial publik offering/IPO). Harga saham ditentukan oleh emiten dan
penjamin emisi dan penjamin emisi yang didasarkan pada analisis
fundamentalemiten. Hasil penjualan saham, keseluruhannya masuk
sebagai modal perusahaan.
2) Pasar Sekunder (secondary market)
Pasar sekunder merupakan pasar dari efek yang telah
dicatatkan di bursa yang memperjualbelikan saham dan sekuritas pada
umumnya setelah penjualan di primary market.Harga pasar di pasar
ini ditentukan oleh permintaan yang dipengaruhi oleh faktor emiten.
3) Pasar ketiga (third market)
Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga
pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang
mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup.
4) Pasar ke empat (fourth market)
Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan di
antara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk
broker. Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi
untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar.
Contoh pasar keempat ini misalnya Instinet yang dimiliki oleh Reuter
yang menangani lebih dari satu miliar lembar saham tiap tahunnya.
c. Instrumen Pasar Modal
17
Instrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak
dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga
disebut efek atau surat berharga, merupakan aset finansial (financial
asset) yang menyatakan klaim keuangan. Undang-Undang Pasar
Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan efek adalah surat berharga,
yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
Menurut Tandelilin (2010:30) Sekuritas diperdagangkan di
pasar finansial (financial market), yang terdiri dari pasar modal dan
pasar uang, sebagai berikut :
1. Pasar uang (money market)
Pada dasarnya merupakan pasar untuk sekuritas jangka pendek
baik yang dikeluarkan oleh bank dan perusahaan umumnya maupun
pemerintah. Di pasar uang, sekuritas yang diperjualbelikan antara lain
adalah : Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga pasar uang,
commercial paper, promissory notes, call money, repurchase
agreement, banker’s acceptance, surat perbendaharaan negara, dan
lain sebagainya.
2. Pasar modal (capital market)
Pada prinsipnya merupakan pasar untuk sekuritas jangka
panjang baik berbentuk hutang maupun ekuitas (modal sendiri) serta
berbagai produk turunannya. Berbagai sekuritas jangka panjang yang
saat ini diperdagangkan dipasar modal Indonesia antara lain adalah
saham biasa dan saham preferen, obligasi perusahaan dan obligasi
konversi, obligasi negara, bukti right, waran, kontrak opsi, kontrak
berjangka, dan reksa dana. Sekuritas di pasar modal ini mempunyai
karakteristik berjatuh tempo lebih dari satu tahun untuk secara
mudahnya dibedakan dengan sekuritas di pasar uang yang berjatuh
tempo kurang dari satu tahun.
2. Risiko
a. Pengertian Risiko
18
Dalam aktivitas investasi di pasar modal, risiko akan selalu
melekat
didalamnya.
Risiko
sering
didefinisikan
sebagai
penyimpangan antara apa yang menjadi harapan dan apa yang
menjadi kenyataan. Risiko adalah tingkat potensi kerugian yang
timbul karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai
dengan harapan (Fahmi, 2012:36). Pendapat lain mengemukakan
bahwa risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari
harapan yang dapat memunculkan kerugian (Kasidi, 2013:32).
Menurut Brigham dan Houston (2010:98), risiko merupakan peluang
akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak menguntungkan.
Setiap keputusan investasi memiliki keterkaitan kuat dengan
terjadinya
risiko,karena
perangkat
keputusan
investasi
tidak
selamanya lengkap dan bisa dianggap sempurna, namun terdapat
berbagai kelemahan yang tidak teranalisis secara baik dan sempurna.
Karena itu, risiko selalu dijadikan barometer utama untuk dianalisis
jika investasi dilakukan, hal tersebut sesuai teori yang menyatakan
risiko adalah proses pengukuran dan penganalisaan risiko disatukan
dengan keputusan keuangan dan investasi ini seperti yang
dikemukakan oleh Sigel dan Shim (Fahmi, 2012:40)
Dalam
konsep
manajemen
investasi,
risiko
diartikan
sebagaimana kemungkinan mengalami kerugian, yang biasanya
diukur dalam bentuk kemungkinan (probability), bahwa beberapa
hasil akan muncul yang bergerak dalam kisaran sangat baik
(misalnya, asetnya berlipat ganda) ke sangat buruk (misalnya, asetnya
19
tidak bernilai sama sekali) (Gumanti, 2011:85).Dalam konteks
investasi, risiko investasi dapat kita artikan sebagai kemungkinan
terjadinya perbedaan antara actual return and expected return
(Fahmi,2012:70).
Menurut Halim (2015:22) apabila dikaitkan dengan preferensi
investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Pencari risiko (risk seeker)
Biasanya investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif
dalam mengambil keputusan investasi karena mereka tahu bahwa
hubungan return dan risiko adalah positif.
2) Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral)
Merupakan investor yang akan meminta kenaikan return yang
sama untuk setiap kenaikan risiko. Jenis investor ini umumnya cukup
fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan
investasi.
3) Menghindari risiko (risk averter)
Adalah investor yang lebih suka mengambil investasi dengan
risiko yang lebih rendah. Biasanya investor jenis ini cenderung
mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan
terencana.
b. Jenis Risiko
Dalam
konteks
analisis
investasi
modern,
risiko
diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya variasi dalam tingkat
20
pengembalian dikategorikan menjadi dua jenis (Jones, 2014:103),
yaitu:
1) Risiko Sistematis
Risiko ini merupakan risiko dimana variabilitas dari total
return
suatu investasi berhubungan langsung dengan perubahan
dari pasar atau
kondisi perekonomian secara keseluruhan. Risiko
ini akan memengaruhi sekuritas dan tidak dapat dihindari oleh
investor
meskipun
dengan
melakukan
diversifikasi.
Lebih
jelasnya,risiko ini berlaku untuk seluruh investor.
2) Risiko Tidak Sistematis
Risiko ini merupakan risiko dimana variabilitas dari total
return suatu investasi tidak berkaitan dengan variabilitas perubahan
pasar secara keseluruhan. Risiko ini bersifat unik untuk suatu
sekuritas dan berkaitan langsung dengan faktor-faktor seperti risiko
bisnis, risiko keuangan dan risiko likuiditas.
c. Risiko Sistematis
Menurut
Syahyunan
(2013:30),
risiko
yang
relevan
dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan
investasi adalah risiko sistematis, karena investor bisa mengeliminasi
risiko tidak sistematis melalui pembentukan portofolio investasi.
Sedangkan risiko sistematis tidak bisa dihindari karena memiliki sifat
dimana pengaruhnya relatif sama terhadap semua saham di pasar,
sehingga risiko ini disebut juga risiko pasar (market risk).
21
Dalam literatur keuangan, risiko sistematis sering dinyatakan
dengan Beta. Semakin besar Beta suatu sekuritas semakin besar
kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar
(Syahyunan, 2013:38). Beta menunjukkan hubungan (gerakan) antara
saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan) (Fahmi, 2012:42).
Dalam pembahasan berbagai penentuan model penentuan harga asset,
seperti Model Indeks Tunggal, CAPM, APT, dan berbagai model
lainnya, beta selalu saja dipergunakan. Beta (β) adalah ukuran risiko
saham sistematis (Fahmi, 2012:42).
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return
suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar
(Jogiyanto, 2013:102). Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return
sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur
volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian
beta merupakan pengukur risiko sistematis (systematic risk) dari suatu
sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar.
Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari returnreturn suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu
tertentu (Hartono, 2013:103). Jika fluktuasi return sekuritas atau
portofolio secara statistik mengikuti fluktuasi dari return pasar, maka
beta dari sekuritas atau portofolio tersebut dikatakan bernilai 1.
Karena fluktuasi juga sebagai pengukur dari risiko maka beta bernilai
1 menunjukkan bahwa risiko sistematik suatu sekuritas atau
portofolio sama dengan risiko pasar. Beta sama dengan 1 juga
22
menunjukkan jika return pasar bergerak naik (turun) sama besarnya
mengikuti return pasar. Beta nilai 1 ini menunjukkan bahwa
perubahan return pasar sebesar x persen, secara rata-rata return
sekuritas atau portofolio akan berubah juga sebesar x persen.
1) Mengestimasi Beta
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi
yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan
data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi
beta masa mendatang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa
beta historis mampu menyediakan informasi tentang beta masa
depan (Hartono, 2013:105). Analisis sekuritas dapat menggunakan
faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat memengaruhi beta masa
depan.
2) Beta Pasar
Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilainilai historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama
periode tertentu. Dengan asumsi bahwa hubungan antara returnreturn sekuritas dan return-return pasar adalah linear, maka beta
dapat diestimasi secara manual dengan memplot garis di antara
titik-titik return atau dengan teknik regresi. Beta dapat dihitung
dengan teknik regresi menggunakan model CAPM. Capital Asset
Pricing Model (CAPM) merupakan sekumpulan prediksi mengenai
keseimbangan perkiraan imbal hasil terhadap aset berisiko
(Bodie, 2014:293). Definisi lain menyatakan bahwa CAPM adalah
23
model yang menghubungkan tingkat return harapan dari suatu aset
berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada kondisi pasar yang
seimbang (Tandelilin, 2010:187). Hal yang paling utama dari
Capital Asset Pricing Model ini adalah pernyataan mengenai
hubungan antara expected risk premium dari individual asset dan
systematic risk-nya. Jack Treyner, William Sharpe dan John
Lintner pada sekitar tahun 1960-an memformulasikan CAPM
sebagai berikut (Ahmad, 2004).
Ri = RBR +βi(RM – RBR) + ei
(2.1)
Di mana :
Ri
=
return saham ke-i
RBR
=
return aktiva bebas risiko
RM
=
return portofolio pasar
βi
=
Beta sekuritas ke-i
untuk mengaplikasikan model CAPM ini ke persamaan regresi,
rumus diatas menjadi:
Ri - RBR = βi(RM – RBR) + ei
(2.2.)
Sehingga dependen variabel persamaan regresi sebesar (Ri–
RBR) dengan independen variabelnya adalah (RM – RBR). Secara
definisi beta merupakan pengukur volatilitas antara return suatu
sekuritas ke-i dengan return pasar adalah sebesar σiM. Jika kovarian
ini dihubungkan dengan relatif terhadap risiko pasar yaitu dibagi
dengan varian return pasar σM2, maka hasil ini akan mengukur
rasio sekuritas ke-i relatif terhadap risiko pasar atau disebut dengan
24
beta. Dengan demikian beta juga dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
βi =
πœŽπ‘–π‘€
𝜎 2 π‘€πœŽ
atau βi =
∑𝑛
𝑑 =1 (𝑅𝑖𝑑−αΉœπ‘–π‘‘)(𝑅𝑀𝑑 −αΉœπ‘‘
2
∑𝑛
𝑑 =1 (𝑅𝑀𝑑 −αΉœπ‘€π‘‘2 )
(2.3)
Di mana :
Rit
= Return saham ke-i
Ṝit
= jumlah return saham ke-i
RMt
= return indeks pasar
ṜMt
= jumlah return indeks pasar
Βi
= Beta pasar ke-i
Suatu sekuritas yang memiliki koefisien beta sama dengan
satu yang berarti jika indeks pasar naik 10%, maka harga pasar
sekuritas tersebut cenderung akan meningkatkan 10%. Sebaliknya
jika indeks pasar turun 15% maka harga pasar sekuritas tersebut
cenderung akan turun 15%. Harga pasar sekuritas yang memiliki
koefisien beta sama dengan satu,maka akan bergerak atau berubah
mengikuti perubahan pasar secara sempurna. Sementara sekuritas
yang memiliki koefisien beta sama dengan 0.5, maka harga pasar
sekuritas akan cenderung bergerak setengah kali perubahan pasar.
Dengan demikian koefisien beta yang mengukur pengaruh
perubahan pasar terhadap sebuah sekuritas dapat dihitung dengan
meregresikan
tingkat
keuntungan
sekuritas
dengan
tingkat
keuntungan pasar portofolio yang efisien. Koefisien beta yang
diperoleh dengan meregresikan return sebuah saham masa lalu
25
dengan return pasar disebut dengan historical beta. Sementara itu
dapat pula koefisien beta dicari dengan meregresikan accounting
return dengan market return. Koefisien beta yang dihasilkan
disebut dengan accounting beta.
d. Risiko Bisnis
Business risk adalah suatu risiko yang merupakan tingkat
ketidakpastian yang berhubungan dengan pendapatan dari suatu
investasi dan kemampuan dari suatu investasi dalam membayar
sejumlah return (bunga, pokok, dividen) kepada para investor
(Gitman, 2010:526). Secara umum, semakin besar leverage operasi
perusahaan maka penggunaan biaya operasi tetap, semakin tinggi
risiko bisnisnya (Gitman, 2010:527).
Ketidakpastian atas pengembalian investasi yang dilakukan
oleh investor dapat dihitung dengan mencari standar deviasi dari
Return On Equity (ROE). Dengan kata lain, parameter yang
digunakan untuk menghitung business risk adalah standar deviasi dari
Return On Equity (Brigham dan Houston, 2006). ROE merupakan
ukuran
kemampuan
perusahaan
(emiten)
dalam
menjalankan
pengembangan dengan modal sendiri. Risiko bisnis dapat diukur
dengan rumus berikut:
Return On Equity (ROE) =
(2.4)
π‘…π‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘› 𝑂𝑛 πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
26
e. Risiko Finansial
Risiko finansial atau financial risk adalah risiko tambahan
pada perusahaan akibat keputusan menggunakan hutang atau risiko
yang ditimbulkan dari penggunaan hutang (financial leverage)
(Pramana, 2011:119).
Dalam literatur lain menjelaskan, financial risk adalah
variabel indikator yang menggambarkan kebijakan penggunaan
hutang dalam struktur modal perusahaan. Parameter yang digunakan
untuk mengukur tinggi rendahnya financial risk suatu perusahaan
dapat ditunjukkan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER).
Debt to Equity Ratio merupakan rasio utang yang menunjukkan
sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang. Debt to Equity Ratio
dihitung hanya dengan membagi total utang perusahaan dengan
ekuitas pemegang saham (Horne, James, Wachowicz, dan John,2005:
112). Adapun rumus DER adalah (Suharli, 2005:233) :
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐷𝑒𝑏𝑑
Debt Equity To Ratio (DER) = π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦ (2.5)
3. Saham
Saham
merupakan
sertifikat
yang
menunjukkan
bukti
kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim
atas
penghasilan
dan
aktiva
dari
perusahaan
tersebut
(www.bapepam.go.id). Teori lain menyatakan bahwa saham adalah surat
bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham
(Hartono, 2013:29).
27
Saham dibedakan menjadi dua yaitu saham biasa dan saham
preferen. Saham Biasa (common stock) merupakan bukti kepemilikan
suatu perusahaan (Tandelilin, 2010:32). Jika perusahaan hanya
mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk
saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari
perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan
operasi perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukan
bukti kepemilikan suatu perusahaan (Hartono, 2013:175). Saham
preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam
beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya
dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke
waktu. Seperti yang disebut dengan istilah preferred (dilebihkan),
pembagian dividen kepada pemegang saham preferen lebih didahulukan
sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa (Tandelilin, 2010:36).
Saham dikenal memiliki tingkat pengembalian yang tinggi dan
disertai dengan risiko yang tinggi pula. Artinya saham merupakan surat
berharga yang memberikan peluang keuntungan dan memiliki potensi
risiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk memperoleh
tingkat pengembalian atau capital gain yang tinggi dalam waktu singkat.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan mengenai pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain,
saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor
karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang
28
atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut
memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan,
dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
4. Return
Return merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli
(dalam persentase) ditambah kas lain (misalnya dividen). Definisi lain
menjelaskan return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan,
individu, dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya
(Fahmi, 2012:189). Ada tiga bentuk return saham, yaitu realized return,
expected return dan required return. Realized return merupakan return
yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return
historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan expected return dan
risiko dimasa yang akan datang. Return ekspektasi (expected return)
adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa
mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,
return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Sedangkan required return
merupakan return yang diperoleh secara historis yang merupakan tingkat
minimal yang dikehendaki oleh investor atas preferensi subyektif
investor terhadap risiko (Hartono, 2013:205).
a. Pengukuran Return
Dalam manajemen investasi, return suatu investasi diukur
sebagai total keuntungan atau kerugian yang diterima investor selama
periode waktu tertentu. Return seringkali dinyatakan dalam perubahan
29
dalam nilai aset (capital gain atau capital loss) ditambah sejumlah
penerimaan tunai (cash distribution) yang dapat berupa dividen atau
pembayaran bunga yang diekspresikan dalam suatu persentase atas
nilai awal periode suatu investasi.
Ekspresi untuk menghitung return saham yang diterima
selama periode tertentu t atas aset i berdasarkan data historis
(persentase harga saham), sebagai berikut:
Rit =
P𝑖𝑑−𝑃𝑖𝑑−1
(2.7)
𝑃𝑖𝑑−1
Rit = return saham periode t
Pit = harga saham penutupan periode t
𝑃𝑖𝑑−1 = harga saham penutupan periode t-1
b. Expected Return
Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang
digunakan
untuk
pengambilan
keputusan
investasi
(Hartono,
2013:222),. Return ini penting dibandingkan dengan return historis
karena return ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari
investasi yang akan dilakukan. Pengharapan menggambarkan sesuatu
yang bisa saja terjadi di luar dari yang diharapkan. Expected return
menunjukkan apa yang kita harapkan untuk diperoleh dari investasi
terhadap suatu aset pada masa mendatang. Return ekspektasian
(expected return) dapat dihitung dengan berdasarkan nilai return
historisnya.
Kenyataan
menghitung
hasil
masa
depan
dan
probabilitasnya merupakan hal yang tidak mudah dan bersifat
30
subjektif. Akibat dari perkiraan subjektif ini, ketidakakuratan akan
terjadi. Untuk mengurangi ketidakakuratan ini, data historis dapat
digunakan sebagai dasar ekspektasi.
Ada tiga metode dapat diterapkan untuk menghitung return
ekspektasian dengan menggunakan data historis, yaitu sebagai
berikut:
1) Metode rata-rata (mean method)
2) Metode trend (trend method)
3) Metode jalan acak (random walk method)
Metode rata-rata mengasumsikan bahwa return ekspektasian
dapat dianggap sama dengan rata-rata nilai historisnya. Menggunakan
rata-rata return historis tidak mempertimbangkan pertumbuhan dari
return-returnnya. Jika pertumbuhan akan diperhitungkan, return
ekspektasian dapat dihitung dengan menggunakan teknik trend.
Metode random walk beranggapan bahwa distribusi data return
bersifat acak sehingga sulit digunakan untuk memprediksi bahwa
retun ekspektasian akan sama dengan return terakhir yang terjadi.
Return ekspektasian (expected return) dapat dihitung sebagai berikut:
E(Rit) = ∑n𝑑=1 𝑅 it
Dimana :
E(Rit)
= Expected return pada periode t
Rit
= Return
B. Penelitian Terdahulu
saham pada periode t
(2.8)
31
Rickson (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Likuiditas Saham dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham
Perusahaan Property di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2005” hasil
penelitian menunjukkan bahwa likuiditas saham dan risiko sistematis secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Sedangkan secara parsial, likuiditas saham mempunyai pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan risiko sistematis
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham
perusahaan property di BEI.
Prasetyani (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Risiko Investasi Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Food & Beverages Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2009-2012”. Disimpulkan bahwa secara parsial market risk berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur
sektor food & beverages yang terdaftar di BEI tahun 2009 - 2012, financial
risk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur sektor food & beverages yang terdaftar di BEI
tahun 2009 – 2012, dan business risk berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor food
& beverages yang terdaftar di BEI tahun 2009 - 2012. Secara simultan
variabel market risk, financial risk dan business risk memiliki pengaruh
yang tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur
sektor food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2009-2012.
32
Purba (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Jenis Risiko terhadap Kinerja Saham Indeks Sri Kehati” dapat disimpulkan
Risiko sistematis berpengaruh positif terhadap nilai saham, sedangkan
risiko tidak sistematis tidak berpengaruh nyata dan bernilai negatif terhadap
nilai saham.
Nilawaty (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Risiko Investasi Terhadap Return Saham Pada Industri Telekomunikasi Di
Indonesia” menyatakan variabel expected return, market risk/ beta pasar,
business risk dan financial risk, secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh
signifikan
terhadap
return
saham
untuk
industri
telekomunikasi Go-public yang terdaftar di BEI tahun 2006-2011. Secara
parsial variabel expected return, market risk/ beta pasar, dan business risk,
berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel
financial risk tidak berpengaruh terhadap return saham untuk industri
telekomunikasi Go-public yang terdaftar di BEI tahun 2006-2011.
Septiani (2014) menghasilkan yaitu pertama, beta tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham pada periode sebelum krisis global yang
mengindikasikan bahwa pada keadaan perekonomian normal atau sebelum
krisis terjadi. Kedua, rata-rata return periode sebelum dan saat krisis global
adalah sama, dimana hasil ini membuktikan bahwa return saham
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tidak terkena dampak krisis
keuangan global secara signifikan.
Wulandari (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Indeks LQ-45 Di
33
Bursa Efek Indonesia, menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio
(DER), Return On Asset (ROA), dan Total Asset Turnover (TAT)
mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel
Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE),
Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Dibandingkan dengan beberapa penelitian diatas maka keunggulan
penelitian ini adalah dengan menggunakan data selama periode 10 tahun
sehingga hasil pengolahan data nantinya diharapkan akan lebih akurat dari
penelitian sebelumnya, selain itu penelitian ini juga menggunakan variabel
kontrol didalam model penelitian untuk menguji hipotesis.
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan beberapa penelitian terdahulu
yang telah diuraikan, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Hubungan market risk terhadap return saham
Sesuai dengan teori dikemukakan sebelumnya bahwa tingkat
pengembalian portofolio ditentukan oleh risiko sistematis atau risiko
pasar yang diukur dengan beta (β) dan tingkat pengembalian pasar
(Halim, 2005 : 74-75). Sementara itu, teori lain menyatakan bahwa beta
merupakan nilai dari risiko sistematis yang timbul dari suatu asset (Ross
S,2012) dan risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap return
saham baik secara individual maupun pada portofolio saham (Malik dan
34
Bepari, 2015:77-78). Semakin besar beta (risiko sistematis) semakin
besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut
karena beta dengan return memiliki arah yang positif.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Davesta (2017) yang
menyatakan market risk berpengaruh terhadap praktik return saham.
Begitupun
penelitian
yang
dilakukan
oleh,
Prasetyani
(2016)
menyatakan bahwa market risk berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham. Sehingga dari teori dan penelitian tersebut dapat
disimpulkan sebuah hipotesis:
H1: Market
risk (beta) berpengaruh
positif
terhadap return
saham.
2. Hubungan business risk terhadap return saham
Business risk adalah suatu risiko yang tingkat ketidakpastiannya
berhubungan dengan pendapatan dari suatu investasi dan kemampuan dari
suatu investasi dalam membayar sejumlah return (bunga, pokok, dividen)
kepada para investor (Gitman, 2010: 175), Risiko bisnis yaitu risiko yang
berhubungan
dengan
kemampuan
perusahaan
dalam
menjalankan
pengembangan dengan modal sendiri. Keputusan suatu perusahaan
menggunakan hutang dalam menjalankan operasinya akan menimbulkan
suatu risiko salah satunya adalah risiko bisnis (Brigham dan Houston,
2013:157). Semakin besar proporsi hutang perusahaan dalam struktur
modal maka semakin besar pula beban tetap pembayaran bunga hutang
perusahaan sehingga akan membawa kepada kesulitan keuangan (financial
35
distress), dan akan menyebabkan kebangkrutan, yang berarti semakin besar
risiko perusahaan yang akan ditanggung nantinya (Budiyanti, dkk, 2018).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Purba (2017) variabel business
risk berpengaruh terhadap return saham. Begitupun dengan penelitian yang
dilakukan Nilawaty (2014) menyatakan business risk berpengaruh secara
parsial terhadap retun saham. Penelitian Prasetyani (2016) menyatakan
business risk berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return
saham. Dengan demikian dari teori dan penelitian sebelumnya maka dapat
disimpulkan sebuah hipotesis:
H2:
Business risk berpengaruh negatif terhadap return saham.
3. Hubungan financial risk terhadap return saham
Financial risk adalah peningkatan risiko yang ditanggung oleh para
pemegang saham diatas risiko bisnis dasar perusahaan yang diakibatkan
oleh penggunaan leverage keuangan (Brigham dan Houston, 2011 17).
Financial leverage memiliki pengaruh negative terhadap risiko yang
diterima bagi
para investor. Risiko ini timbul akibat pembiayaan
perusahaan melalui hutang menimbulkan biaya bunga atas utang. Jika laba
yang
dihasilkan
tidak dapat mencukupi untuk membayar utang dan
bunganya maka perusahaan dapat mengarah pada kebangkrutan. Semakin
tinggi financial risk/risiko keuangan, maka semakin besar risiko tambahan
pada perusahaan akibat keputusan penggunaan hutang dalam struktur
modal perusahaan.
Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sihaloho (2017)
menyatakan bahwa financial risk memiliki pengaruh negatif dan signifikan
36
terhadap return saham. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan sebuah hipotesis:
H3:
Financial risk berpengaruh negatif terhadap return saham.
4. Hubungan market risk, business risk, dan financial risk
Pernyataan yang dijelaskan sebelumnya oleh Jogiyanto (2013:245),
bahwa dalam pasar yang sempurna dan efisien, berlaku hukum hubungan
positif antara return dengan risiko. Semakin tinggi return yang diharapkan,
semakin tinggi risikonya, dan sebaliknya semakin kecil risiko, maka akan
semakin kecil tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Maka secara umum
dapat disimpulkan bahwa variabel independen market risk/beta, business
risk, dan financial risk berpengaruh secara simultan terhadap variabel
independen return saham. Hal tersebut secara konsisten didukung penelitian
yang dilakukan oleh Purba (2017) menyatakan bahwa secara keseluruhan
variabel financial risk, market risk, business risk berpengaruh terhadap
return saham. Sehingga hipotesisnya:
H4:
market risk, business risk, dan financial risk secara bersama-
sama berpengaruh terhadap return saham.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan
(Sugiyono, 2017:103). Pada dasarnya tujuan investor berinvestasi adalah
untuk mendapatkan keuntungan, keamanan, dan pertumbuhan laba atas
investasi yang dilakukannya. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi
37
dalam bentuk saham investor harus melakukan analisis terhadap faktor
yang dapat memengaruhi kondisi perusahaan emiten. Tujuannya adalah
untuk mengetahui gambaran yang jelas atas kemampuan perusahaan untuk
tumbuh dan berkembang serta mencegah terjadinya risiko kerugian yang
terjadi.
Return merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli
(dalam persentase) ditambah kas lain (misalnya dividen). Definisi lain
menjelaskan return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan,
individu, dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya
(Fahmi, 2012:198). Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di
samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan
mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut
sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah risiko. Dalam
setiap keputusan investasi, risiko pada dasarnya akan selalu melekat
didalamnya sehingga investor perlu untuk memperhatikan risiko tersebut.
Risiko sistematis atau yang sering disebut sebagai risiko pasar
merupakan bagian dari risiko suatu efek yang tidak dapat dihilangkan
dengan diversifikasi (Brigham dan Houston, 2010:100). Risiko ini muncul
akibat faktor-faktor yang secara sistematis memengaruhi sebagian besar
perusahaan, seperti perang, inflasi, resesi, dan tingkat bunga yang tinggi.
Sebagian besar saham dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor
tersebut.
38
Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi
pengembalian atas modal yang diinvestasikan, ketidakpastian pada
perkiraan pendapatan operasi perusahaan dimasa mendatang.
Risiko finansial adalah variabel indikator yang menggambarkan
kebijakan penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan.
Melalui penjelasan tersebut, dapat digambarkan kerangka pemikiran
secara sistematis sebagi berikut:
Konsep dan Teori
Investasi Dalam
Konteks Portofolio
Kajian Empiris
Investasi Pada
Perusahaan Otomotif
Di Indoensia
Variabel Bebas:Risiko
Investasi (X)
Market Risk
(X1)
Business
Risk (X2)
Variabel Kontrol:
Ukuran Perusahaan
Financial
Risk (X3)
Variabel Terikat: Return
Saham
Gambar 2.1 Kerangka (Y)
Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan
model penelitian sebagai berikut:
Market risk (X1)
Business Risk (X2)
Return saham (Y)
Financial Risk (X3)
Secara Simultan
Gambar 3.1 Model Penelitian
39
II. METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono 2017:39). Dalam Penelitian ini variabel yang diteliti, yaitu:
a. Variabel Bebas (Independent Variable) merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel ini sering disebut
sebagai
variabel
stimulus,
predictor,
antecedent
(Sugiyono,
2017:39). Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif
merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik
penelitian. Pada penelitian ini variabel independennya adalah
Market Risk (X1), Business Risk (X2), dan Financial Risk (X3).
b. Variabel Terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas.
Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen (Sugiyono, 2017:39). Keberadaan variabel ini dalam
penelitian kuantitatif merupakan variabel yang dijelaskan dalam
focus atau topik penelitian. Variabel ini disimbolkan dengan
variabel “Y”. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah return saham (Y).
40
c. Variabel kontrol merupakan variabel untuk melengkapi atau
mengontrol hubungan kausal supaya lebih baik untuk mendapatkan
model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik (Hartono, 2013).
Jika tidak dikontrol variabel tersebut akan mempengaruhi gejala
yang sedang dikaji. Variabel kontrol yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ukuran perusahaan (size). Perusahaan yang
besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar daripada
perusahaan kecil sehingga, tingkat pengembalian (return) saham
yang didapat dari perusahaan yang besar akan lebih tinggi daripada
tingkat pengembalian (return) saham pada perusahaan kecil. Oleh
karena itu, investor akan lebih berspekulasi untuk memilih
perusahaan yang lebih besar dengan harapan memperoleh
keuntungan (return) yang besar pula. (Sawir, 2004:101-102).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap return investasi.
2. Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2017:2). Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan
penelitian pendekatan deskriptif dan analisis asosiatif, karena adanya
variabel-variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya
untuk menyajikan gambaran mengenai hubungannya serta tujuannya
untuk menyajikan gambaran mengenai hubungan antara variabelvariabel yang diteliti.
41
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian
kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan positivisme,
digunakan untuk meneliti sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif
atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2017:8). Pendekatan deskriptif dilakukan untuk
mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel yang mandiri sendiri atau variabel bebas)
tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari
hubungan dengan variabel lain (Sugiyono, 2017:35).
Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk
mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua
variabel atau lebih dengan mengamati aspek-aspek tertentu secara
lebih spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah
yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah,
dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan teori-teori yang telah
dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk
mengetahui bagaimana risiko investasi dan return saham pada
perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2018.
Pendekatan asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitan
yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih
42
(Sugiyono, 2017:37). Dalam penelitian ini pendekatan asosiatif ini
digunakan untuk mengetahui Pengaruh Risiko Investasi terhadap
Return Saham perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Rumusan Masalah
Tinjauan Pustaka
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan
data
ο€­ Dokumentasi
Analisis SPSS 25
Hasil Analisis
Gambar 3 Desain Penelitian
B. Populasi dan Sampel
Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017:80). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan otomotif yang konsisten terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2018.
43
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi tersebut (Sugiyono, 2017:81). Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2017 : 85). Salah satu teknik sampling non random di mana
peneliti menentukan pengambilan sampel dengan kriteria khusus yang
sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat
menjawab
permasalahan penelitian.
Perusahaan yang
diambil sebagai sampel dalam penelitian ini harus
memenuhi kriteria berikut:
1. Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tidak
mengalami delisting selama periode pengamatan (2009-2018).
2. Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
menerbitkan laporan keuangan selama periode pengamatan (20092018).
3. Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
mencantumkan harga saham penutupan selama periode pengamatan
(2009-2018).
Berdasarkan kriteria tersebut maka perusahaan di Bursa Efek
Indonesia periode (2009-2018) yang memenuhi kriteria sebagai sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
44
Tabel 3.2 Daftar sampel perusahaan
No
Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1.
ASII
PT Astra International Tbk
2.
AUTO
PT. Astra Otoparts Tbk
3.
GDYR
PT. Goodyear Indonesia Tbk
4.
MASA
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk
5.
IMAS
PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk
6.
INDS
PT. Indospring Tbk
7.
SMSM
PT. Selamat Sempurna Tbk
8.
HEXA
PT. Hexindo Adiperkasa Tbk
9.
UNTR
PT. United Tractor Tbk
10.
GJTL
PT. Gajah Tunggal Tbk
Sumber: http://yahoo.finance.com
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian
yang memberikan penjelasan atau keterangan tentang variabel-variabel
operasional sehingga dapat diamati atau diukur (Sugiyono, 2017: 65).
Definisi operasional yang akan dijelaskan penulis adalah risiko investasi
yaitu market risk/ beta pasar, business risk, dan financial risk. Risiko
investasi sebagai variabel bebas atau independen (X) merupakan sebagai
kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil yang
diharapkan. Variabel bebas (X) terdiri atas market risk/ beta pasar (X1),
business risk (X2), financial risk (X3), dan variabel kontrolnya adalah
ukuran perusahaan (X4). Return saham dianggap sebagai variabel terikat
atau dependen (Y), yang mengukur persentase perubahan harga saham
45
perusahaan. Market risk/ beta pasar, business risk, dan financial risk
dipilih sebagai representasi dari risiko investasi dalam konteks portofolio
karena dengan ketiga variabel ini kita akan dapat melihat nilai risiko
investasi dengan lebih utuh;
Tabel 3. Definisi operasional tabel
No
1.
2.
3.
4.
5.
Variabel
Definisi
Alat pengukuran
Variabel Independen
Diukur dengan beta
saham untuk
menunjukkan
∑𝑛=1 (𝑅𝑖𝑑−αΉœπ‘–π‘‘)(𝑅𝑀𝑑 −αΉœπ‘‘
Market
kepekaan tingkat
βi = 𝑑∑𝑛
2
𝑑 =1 (𝑅𝑀𝑑 −αΉœπ‘€π‘‘2 )
Risk
pengembalian saham
terhadap tingkat
pengembalian pasar
Ukuran kemampuan
perusahaan dalam
𝐸𝐴𝐼𝑇
Business menghasilkan
ROE = π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
keuntungan
dengan
Risk
menggunakan modal
sendiri.
Kebijakan penggunaan
hutang dalam struktur
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐷𝑒𝑏𝑑
Financial modal, sehingga
DER =
menunjukkan tingkat
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
Risk
hutang yang dimiliki
perusahaan
Variabel Kontrol
Logaritma atas jumlah
Ukuran
Size = Log n × total
Perusahaan total aset/aktiva
Asset
Variabel Dependen
Keuntungan yang
dinikmati investor atas
investasi saham
dilakukan yang dapat
P𝑖𝑑−𝑃𝑖𝑑−1
dihitung dengan
Return
Rit =
𝑃𝑖𝑑−1
membandingkan harga
saham tahun ini
dikurangi harga saham
tahun sebelumnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Skala
Persentase
Persentase
Persentase
Log
Persentase
46
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan (Library
Research) yaitu data diperoleh dengan cara membaca literatur-literatur,
bahan referensi, bahan kuliah, laporan keuangan, serta hasil penelitian
lainnya yang berhubungan dengan obyek yang diteliti, dalam hal ini data
perusahaan industri otomotif yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
(BEI). Data yang berisi laporan keuangan perusahaan industri otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2018
diperoleh dari situs http://bkpm.go.id dan www.yahoo.finance.com.
E. Teknik Analisis Data
Analisis pengaruh risiko investasi saham terhadap return saham
pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat diteliti
dengan beberapa metode. Peneliti menggunakan metode statistik analisis
berganda dan korelasi. Perhitungan dengan metode statistik tersebut
menggunakan program computer Statistical Program for Social Science
(SPSS) 25 for WIndows.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono, 2017:147). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk
memberikan deskripsi tentang data setiap variabel-variabel penelitian
47
yang digunakan di dalam penelitian ini. Data tersebut meliputi jumlah
data, range, nilai minimum, nilai maximum, nilai rata-rata dan standar
deviasi.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji dasar klasik menyatakan bahwa terdapat atau tidak
penyimpangan asumsi klasik yang dapat terjadi dalam penggunaan
model regresi linier berganda, yaitu multikolinier, heteroskedastisitas,
dan autokorelasi. Apabila terjadi penyimpangan asumsi ini maka model
yang digunakan tidak bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate)
karena perlu dideteksi terlebih dahulu kemungkinan terjadinya
penyimpangan tersebut dengan menggunakan :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji data variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen) pada persamaan
regresi yang dihasilkan apakah sampel yang digunakan berdistribusi
normal atau berdistribusi tidak normal. Dalam model regresi linier,
asumsi ini ditujukan oleh nilai error yang berdistribusi normal atau
mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara
statistik.
Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
melihat angka probabilitasnya, yaitu:
1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
normal.
48
2) Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
tidak normal.
b. Uji multikolineritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (bebas)
(Ghozali, 2015:105). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen (bebas). Jika variabel
bebas independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthorgonal. Variabel orthorgonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikorelasi dapat dilihat pada
besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolenrance. Pedoman
suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai
angka tolerance mendekati 1, batas VIF adalah 10, jika nilai VIF
dibawah 10, maka tidak terjadi gejala multikolineritas (Gujarati,
2012:432). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
1
1
VIF = π‘‡π‘œπ‘™π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘π‘’ atau Tolerance = 𝑉𝐼𝐹
(3.6)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variasi dari residual atau
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heterodastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah
49
jika tidak terjadi heterodastisitas (Ghozali 2015:139).Untuk menguji
heteroskedastisitas salah satunya dengan melihhat penyebaran
varians
pada
grafik
scatterplot
pada
output
SPSS.
Dasar
pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1) Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu
pola. tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka telah terjadi heterokedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan
dibawah diangka nol, maka tidak terjadi heterokesdastisitas.
Situasi heteroskesdasitas akan menyebabkan penaksiran
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk menguji ada
tidaknya heterokedastistas juga bisa menggunakan uji rankSpearman yaitu dengan mengkorelasikan variabel independen
terhadap nilai absolute dari residual hasil regresi. Jika nilai koefisien
korelasi antara variable independen dengan nilai absolute dari
residual signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedatisitas
(Ghozali, 2015:139).
d. Uji Auto Korelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel dependen berkorelasi dengan dirinya
sendiri atau tidak. Korelasi dengan diri sendiri ialah bahwa nilai dari
variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu
sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya
50
(Purbayu dan Ashari, 2005: 240). Cara yang digunakan untuk uji
autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW).
Kriteria autokorelasi ada 3, yaitu:
1) Nilai D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi
positif.
2) Nilai D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada
autokorelasi.
3) Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi
negatif.
e. Uji Liniearitas
Uji liniearitas adalah asumsi yang akan memastikan apakah
data yang dimiliki sesuai dengan garis linier atau tidak. Linearitas
dapat diuji menggunakan Uji Lagrange Multiplier yaitu dengan
melihat nilai chi squarenya. Jika chi square hitung lebih besar
daripada nilai chi square tabel, maka tidak linear. Jika chi square
hitung lebih kecil daripada chi square tabel, maka asumsi linearitas
terpenuhi.
3. Analisis Regresi Linier Sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional
ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen
(Sugiyono, 2017: 261). Persamaan yang digunakan untuk regresi inier
sederhana adalah sebagai berikut:
YΜ‚ = π‘Ž + 𝑏
(3.7)
51
Dalam penelitian ini, perhitungan model analisis regresi linier
sederhana menggunakan program software application SPSS 25 for
windows.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur pengaruh
antar variabel yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Dalam
penelitian ini analisis regresi berganda berperan sebagai teknik statistik
yang digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh risiko investasi
(variabel independen) yang terdiri dari market risk, financial risk, dan
business risk terhadap return saham (variabel dependen). Persamaan
yang digunakan untuk mengestimasi regresi linier berganda adalah
sebagai berikut:
Y =α + β1X1+ β2X2+β3X3+β4X4 + ε
(3.8)
Dimana :
X1 = Variabel market risk
X2 = Variabel busininess risk
X3 = Variabel financial risk
X4 = Variabel ukuran perusahaan
Y
= Variabel tingkat pengembalian saham
α
= Konstanta
β1, β2, β3, dan β4, = Koefisien regresi
ε
= error atau faktor gangguan lain yang mempengaruhi Y
52
Dalam penelitian ini, perhitungan model analisis regresi linier
sederhana menggunakan program software application SPSS 25for
windows.
5. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Pada model regresi berganda ini, akan dilihat besarnya
kontribusi untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel
terikatnya
dengan
melihat
besarnya
koefisien
determinasi totalnya (R). Jika (R2) yang diperoleh mendekati 1
(satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut
menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat.
Sebaliknya jika (R2) makin mendekati 0 (nol) maka semakin
lemah dampak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Uji F (Uji Serempak)
Uji ini digunakan untuk mengetahui dampak bersamasama
variabel
bebas
terhadap
varibel
terikat.
Dimana
Fhitung>Ftabel, maka H1 diterima atau secara bersama-sama
variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara
serentak. Sebaliknya apabila Fhitung<Ftabel, maka H0 diterima
atau secara bersama-sama variabel bebas tidak memiliki dampak
terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui signifikan atau tidak
dampak secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel
terikat maka digunakan probability sebesar 5% (α= 0,05).
1) Jika sig > Ξ¬ (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak.
53
2) Jika sig < Ξ¬ (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.
c. Uji T (Uji Parsial)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masingmasing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri berdampak
secara signifikan terhadap variabel terikatnya. Jika sig > Ξ¬ (0,05),
maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig < Ξ¬ (0,05), maka H0
ditolak H1 diterima.
54
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamarudin. 2004. Dasar-dasar Manajemen Investasi. Edisi
Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bkpm.2020.Statistik Perkembangan Realisasi Investasi. Tersedia pada :
https://www.bkpm.go.id.
Bodie, and Kane Alex, and Marcus Alan J. 2014. Manajemen
Portofolio
dan
Investasi. Diterjemahkan oleh Zulaini
Dalimun the dan Budi Wibowo.Investments and Portofolio.
Jakarta: Salemba Empat
Brigham dan Houston, 2010.Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Diterjemahkan oleh Wibowo, Salemba Empat, Jakarta.
Budiyanti, H., Husnan, S., dan Hanafi, M. 2018. The Effect of Pyramidal
Ownership Structure to the Financing Policies and Firm Value in
Indonesia: Cronyman as Moderating Variable. Jurnal Dinamika
Akuntansi. Vol.10, No.1, pp. 1-12
Darmawan. 2018. Pengaruh risiko inflasi, risiko suku bunga, risiko
valuta asing, risiko pasar terhadap return saham. Jurnal Ilmu
Administrasi, Vol.6, No.2 Universitas Brawijaya, Malang.
Davesta, Rivail, 2017. Pengaruh Risiko Sistematis dan Likuiditas Saham
Terhadap Return Saham pada Industri Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 20102012,Jurnal Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi.
Bandung:Penerbit Alfabeta Bandung.
Ghozali, Imam. 2015. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS Edisi Ketiga. Semarang. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Gitman, L. J. 2010. Principle Of Managerial Finance. 12th ed. Pearson
Education Inc. United State.
Gujarati, Damodar. (2012).Dasar-Dasar Ekonometrika.Edisi Tiga.
Jakarta : Erlangga
Gumanti, Tatang Ary. 2011. Manajemen Investasi: Konsep, Teori, dan
Aplikasi.Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
55
Hadi, Nor, Dr. SE., M.Si., Akt. 2013. Pasar Modal: Acuan Teoretis dan
Praktis Investasi di Instrumen Kuangan Pasar Modal. Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Hartono, Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi
Ketiga.Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Jones.Charles.P, 2014.Investments : Analysis and Management, Ninth
Edition, John Wiley and Sons, Inc, New York.
Kasidi, 2013.Manajemen Risiko, Ghalia Indonesia, Bogor.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Press, Jakarta
Lintner, John. (1965). Security prices, risk and maximal gains from
diversification.Journal of Finance, 20.
Mallik AT, Bepari MK. 2015.Risk-Return Trade-off in Emerging
Markets: Evidence from Dhaka Stock Exchange Bangladesh.
Australian. Journal Accounting, Business and Finance, hal.71-88.
Michell, Suharli. 2005. Studi Empiris terhadap dua factor yang
mempengaruhi return saham pada Industri Food & Beverages di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol.7, No.2,
November 2005: 99-116.
Nilawaty, Andi. 2012. Analisis Risiko Investasi Terhadap Return Saham
pada Industri Telekomunikasi di Indonesia. Skripsi Thesis.
Universitas Hasanuddin.
Paramitasari, Ratih. 2011. Pengaruh risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis terhadap expected return portofolio saham perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Tesis magister yang tidak
dipublikasikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Prabansari, Yurike. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur
Modal Perusahaan Manufaktur Go Publicdi Bursa Efek Jakarta.
Sinergi kajian bisnis dan manajemen edisi khusus on finance,
2005.Hal. 1 – 15.
Pramana, Tony. 2011. Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta: Sinar Ilmu
Publishing
56
Prasetyani, 2016. Pengaruh risiko investasi terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur sektor food & beverages yang terdaftar di
bursa efek indonesia tahun 2009-2012.Jurnal Online. FE UNY,
Yogyakarta.
Purba, Marta Ceseria. 2017. Pengaruh Risiko Investasi Terhadap Return
Saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa
efek Indonesia pada tahun 2002-2005. Skripsi Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Purbayu Budi S. dan Ashari.(2005). Analisis Statistik dengan Microsoft
Excel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI.
Rickson, Sandro. 2006. Pengaruh Likuiditas Saham dan Risiko
Sistematis Terhadap Return Saham Perusahaan Property di Bursa
Efek Jakarta Tahun 2002-2005.Skripsi. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
Empat. BPFE :Yogyakarta
Ross S, Westerfield, RW dan Jeffrey J. 2012. Corporate Finance, l0th
Edition. Singapore (SG): McGraw-Hill/Iruin.
Samsul, Mohammad, 2015. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio,
Erlangga,Jakarta.
Septiany, Andre Christian dan Hasan Sakti Siregar. 2004. Pengaruh
Risiko Pasar Terhadap Return Perbankan. Jurnal Online. FE USU,
Medan.
Sihaloho, Meyga Triana. 2017. Pengaruh Risiko Investasi Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan
Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2015 ). Skripsi. Universitas Lampung
Sugiyono.2017. Metode Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Jakarta. PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Syahyunan. 2013. Manajemen Keuangan, USU Press, Medan.
Tandelilin, Eduardus, 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi,
Edisi Pertama, KANISIUS, Yogyakarta.
Van Horne, James, Wachowicz, John,.2005. Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan,Buku Edisi 12, dialih bahasakan oleh Dewi Fitriasari
dan Deny Arnos Kwary.Jakarta :Salemba Empat.
57
Wulandari. 2012. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return
Saham Pada Indeks LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Pasca
Sarjana Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Yahoo! Finance. 2020. Historical Prices [internet]. Tersedia pada:
http://finance.yahoo.com
Download