IDENTITAS MAHASISWA NAMA : WIDYA PALISUNGAN NIM : 16931141048 PRODI : MANAJEMEN KONSENTRASI : KEUANGAN FAKULTAS : EKONOMI ALAMAT : TIDUNG X TIMUR PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH RISIKO INVESTASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian-penelitian keuangan dan juga teori-teori keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu investasi (invesmenst), sering juga disebut teori pasar modal (capital market theory) dan keuangan korporasi (corporate finance). Investasi berkaitan dengan pengujian bagaimana pasar modal menetapkan harga sekuritas degan mempelajari bagaimana investor individu memilih di antara berbagai macam aset keuangan berdasarkan tingkat kesukaannya pada risiko dan return (Gumanti, 2011:70). Investasi adalah komitmen untuk mengalokasikan sejumlah dana pada satu aset atau lebih yang diharapkan akan mampu memberikan return 1 2 dimasa yang akan datang. Investasi juga merupakan salah satu sarana terpenting dalam meningkatkan kemampuan kita untuk mengumpulkan dan menjaga kekayaan (Gumanti, 2011:70). Salah satu bagian terpenting dalam mempelajari investasi adalah bagaimana kita mengukur risiko dan return. Penting bagi investor untuk memperhatikan pengaruh antara dua hal tersebut. Para investor dihadapkan pada keinginan untuk memperoleh return yang optimal dengan memperhatikan faktor risiko yang mereka hadapi. Investor berusaha untuk dapat memperoleh return yang maksimal dengan tingkat risiko tertentu atau memperoleh tingkat return tertentu dengan risiko seminimal mungkin. Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa tingkat pengembalian (return) dari investasi adalah tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan risiko. Perhitungan risiko dibutuhkan bagi investor yang akan melakukan investasi khususnya pada sekuritas saham. Investor harus memutuskan investasi seperti apa yang akan mendatangkan return yang proporsional dengan tingkat risiko yang inherent pada sekuritas tersebut. Dengan demikian, investor perlu melakukan identifikasi dan mengukur tingkat risiko untuk menentukan tingkat return yang relevan. Ketika seorang investor cenderung bersikap menghindari risiko, maka mereka akan melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kemungkinan risiko yang diterimanya saat berinvestasi. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memversifikasikan investasinya ke beberapa jenis saham dalam bentuk portofolio saham. Ketika semua investor melakukan disversifikasi tersebut karena dianggap dapat mengurangi risiko, maka risiko 3 yang hilang akibat disversifikasi itulah yang relevan dalam perhitungan risiko (Husnan : 1998) dan risiko ini dinamakan risiko sistematik (beta). Investor selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu. Terdapat korelasi antara return dengan risiko investasi, sebagai mana dalam teori portofolio bahwa semakin tinggi return yang ditawarkan oleh satu instrumen sekuritas maka semakin tinggi kandungan risiko dalam sekuritas tersebut (hight return hight risk). Artinya, setiap ekspektasi return di masa depan atas satu investasi maka terdapat risiko potensial dari investasi bersangkutan (Hadi, 2013:10). Return saham merupakan hasil/imbalan yang diperoleh atas investasi yang dilakukan oleh investor. Ada tiga bentuk return saham, yaitu realized return, expected return, dan required return. Realized return merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan expected return dan risiko dimasa yang akan datang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Sedangkan required return merupakan return yang diperoleh secara historis yang merupakan tingkat minimal yang dikehendaki oleh investor atas preferensi subyektif investor terhadap risiko (Hartono, 2013:205). Risiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return actual dengan return yang diharapkan. Return 4 investasi pada saham terdiri atas dua komponen, yaitu dividen dan capital gain. Dividen adalah komponen return yang berupa aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Sedangkan capital gain adalah return yang berupa kenaikan harga suatu sekuritas. Risiko pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematik (systmatic Risk) merupakan risiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Risiko ini berasal dari kondisi ekonomi dan kondisi pasar secara umum yang tidak dapat didiversifikasikan yang dinyatakan dalam beta (β). Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematis (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Sedangkan Risiko tidak sistematik (unsystematic risk) merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari atau diperkecil dengan diversifikasi. Risiko tidak sistematis yaitu risiko finansial dan risiko bisnis (Suharli, 2005). Risiko finansial merupakan risiko tambahan pada perusahaan akibat keputusan menggunakan hutang. Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang, dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan (Tandelilin, 2010:27). Risiko bisnis yaitu risiko yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam menjalankan pengembangan usaha dengan menggunakan modal sendiri. Semakin besar 5 kemampuan perusahaan memutar modalnya untuk menjalankan bisnisnya, maka akan berpengaruh positif terhadap return saham (Brigham dan Houston, 2011:157). Selain risiko sistematis dan risiko tidak sistematis, variabel lain yang menjadi faktor fundamental dalam menentukan return saham adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva. Banyaknya anggapan bahwa perusahaan besar lebih mampu memberikan tingkat pengembalian saham yang lebih tinggi yaitu dari segi kemauan dan prestise investor secara alternatif akan lebih yakin pada perusahaan yang berukuran besar untuk menanamkan dananya dari pada perusahaan yang berukuran kecil (Gitman, 2010:105). Setiap investor yang ingin memaksimalkan kekayaan, akan tertarik pada suatu investasi yang memberikan tingkat expected return yang lebih tinggi dibandingkan dengan peluang investasi lainnya. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya, sehingga investor hanya bisa memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan dan seberapa jauh hasil yang sebenarnya menyimpang dari yang diharapkan. Pilihan investasi tidak hanya mempertimbangkan return yang diharapkan tetapi juga tingkat risiko yang akan dihadapi, semakin besar nilai investasi berarti semakin besar pula tingkat pengembalian yang diharapkan sehingga risiko yang akan ditanggung menjadi semakin besar pula. Risiko investasi timbul sebagai akibat adanya ketidakpastian pendapatan investasi yang diharapkan. 6 Pergerakan harga saham perusahaan di industri otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan seberapa besar minat investor untuk membeli saham-saham dari masing-masing perusahaan otomotif di Indonesia. Di bawah ini digambarkan perkembangan investasi industri otomotif di Indonesia 2500 Proyek 2182,5 Investasi 2000 1836,8 1713,9 1500 1312,6 1070,8 1000 529,1 664,4 490,1 362,2 500 93,8 15 5 21 36 28 93 74 149 184 16 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 0 2009 2010 Gambar 1 Perkembangan investasi perusahaan industri otomotif. Sumber: http://www.bkpm.go.id Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah proyek dan jumlah investasi pada industri otomotif dari tahun dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami mengalami fluktuasi. Terjadinya pergerakan harga saham secara fluktuatif dari masing-masing perusahaan industri otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia menunjukkan harga saham yang terus bergerak seiring dengan pembelian dan penjualan saham dari investor. Pergerakan return seperti ini mengindikasikan bahwa harga saham masingmasing perusahaan tersebut tidak stabil. Ketidakpastian ini tentunya akan membuat kekhawatiran tersendiri bagi calon investor yang akan berinvestasi saham. Tentunya hal ini akan menyebabkan risiko tersendiri. Dalam industri 7 otomotif, faktor risiko akan terus bermunculan seiring perubahan dalam industri otomotif itu sendiri, maupun dinamika dari Perseroan. Manajemen perlu menerapkan prinsip manajemen risiko yang senantiasa dikelola dengan baik agar Perseroan dapat terus tumbuh dan berkembang. Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh tingkat return (pengembalian) dengan tingkat risiko tertentu. Return tersebut yang menjadi indikator untuk meningkatkan kemakmuran para investor, termasuk didalamnya para pemegang saham. Informasi mengenai pengumuman return saham suatu entitas bisnis merupakan salah satu informasi yang sangat penting bagi investor dalam berinvestasi. Return saham yang cukup tinggi mencerminkan keadaan suatu perusahaan yang baik demikian pula sebaliknya. Semakin tinggi return saham yang ditawarkan maka semakin banyak jumlah investor yang tertarik dalam melakukan investasi pada saham tersebut. Beberapa perusahaan seringkali mengalami kenaikan maupun penurunan return saham secara drastis atau tidak mengalami kenaikan secara signifikan dari tahun ke tahun. Seperti terlihat pada perusahaan sektor otomotif berikut ini. 8 Tabel 1 return saham pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2018 No Kode Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1. ASII 4.17 54.11 35.48 2.44 -9.93 9.19 -19.19 37.92 0.30 -0.90 2. AUTO 64.29 138.26 22.26 5.22 7.98 15.07 -61.90 28.13 0.49 -28.64 3. IMAS 234.60 789.54 72.29 -19.85 -6.67 18.37 -40.88 -44.61 -35.88 157.14 4. GJTL 135.90 4.40 0.27 -0.26 -0.24 -0.15 -0.63 1.02 -0.36 -0.04 5. MASA 43.88 60.00 50.00 -33.33 -18.60 9.74 -45.24 -11.68 28.89 155.36 6. GDYR 80 22.22 -11.82 26.80 54.47 15.79 70.31 -29.54 -11.46 12.35 7. INDS -13.19 740.00 20.81 64.48 -13.46 25.23 -78.13 131.43 55.56 76.19 8. SMSM 26.15 30.49 28.97 75.72 42.27 37.68 0.21 -17.65 28.06 11.55 9. UNTR -57.79 54.78 11.29 -24.62 -3.06 -8.68 -2.31 25.37 66.59 -22.74 10. HEXA 461.53 132.00 22.76 -9.55 -59.94 8.68 -64.76 146.96 -1.97 -4.68 Sumber :http://idx..com dan http://yahoo.finance.com (Data diolah) 9 Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat dilihat pergerakan return dari tahun 2009 hingga tahun 2018 yakni fluktuatif. Return saham mencapai puncak tertinggi ditahun 2010 yaitu pada perusahaan IMAS dengan nilai return sebesar 789.54%. Sedangkan return terendah yaitu tahun 2015 yaitu pada perusahaan HEXA dengan return sebesar -64.76%. Pada tabel tersebut terdapat return positif dan return negatif. Return positif menandakan bahwa harga saham pada tahun t lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, return negatif menandakan bahwa harga saham pada tahun t lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang berarti bahwa harga saham mengalami penurunan. Dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan return saham. Adapun beberapa faktor tersebut yaitu faktor eksternal dan internal, faktor internal berupa kebijakan perusahaan dalam memutuskan ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang (rand office), kantor cabang pembantu (sub rand office) baik yang dibuka didomestik maupun luar negeri, pergantian direksi secara tiba-tiba karena adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan, dan kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan. Sedangkan faktor eksternal berupa risiko sistematis, yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat dan efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi tehknikal jual beli saham seperti kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga perbankan, kondisi ekonomi 10 makro, politik keamanan, fluktuasi mata uang serta rumor dan sentimen pasar (Fahmi, 2012:12) Risiko-risiko yang muncul akan berdampak pada kemampuan perusahaan dalam menjual produk, yang pada akhirnya berdampak pada tingkat keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Manajemen risiko menjadi salah satu unsur penting menyangkut keberhasilan maupun kegagalan perusahaan. Karena risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, khususnya industri otomotif dalam menghasilkan laba yang atraktif, sehingga penekanan pada perusahaan tersebut agar dapat memperoleh keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor dikemudian hari terhadap sejumlah dana yang telah ditempatkannya. Untuk memberikan kepuasan maksimum kepada para investor tersebut, maka banyak peneliti menganalisis korelasi return dan risiko. Penelitian ini penting dilakukan karena beberapa penelitian terdahulu memperoleh hasil yang berbeda. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Prasetyani (2016), membuktikan bahwa risiko investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Andi Nilawaty (2012) menyatakan bahwa risiko berpengaruh signifikan terhadap return saham untuk industri telekomunikasi Go-public yang terdaftar di BEI tahun 20062011 dan Sandro Rickson (2013) melakukan penelitian dengan judul 11 “Pengaruh Likuiditas Saham dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham Perusahaan Property di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2005” hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas saham dan risiko sistematis secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.. Dari penelitian terdahulu tersebut diketahui bahwa hubungan risiko investasi terhadap return saham masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan bagaimana pengaruh antar variabel. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Risiko Investasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar Bursa Efek Indonesia” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan bahwa risiko investasi terdiri dari expected return, market risk, beta risk dan financial risk, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh market risk terhadap return saham pada industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018? 2. Bagaimana pengaruh business risk terhadap return saham pada industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018? 3. Bagaimana pengaruh financial risk terhadap return saham pada industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018? 12 4. Bagaimana pengaruh market risk, business risk, dan financial risk secara simultan terhadap return saham pada industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh market risk terhadap return saham pada industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018. 2. Untuk mengetahui pengaruh business risk terhadap return saham pada industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018. 3. Untuk mengetahui pengaruh financial risk terhadap return saham pada industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018. 4. Untuk mengetahui pengaruh market risk, business risk, dan financial risk secara simultan terhadap return saham pada industri otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2009-2018. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang dampak risiko 13 investasi terhadap peningkatan return saham. Selain itu, memberikan kontribusi sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi para investor untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melakukan investasi pada industri otomotif sehingga para investor dapat memilih alternatif risiko yang akan diambil pada tingkat return tertentu. E. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk skripsi dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini pada dasarnya memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL Bab ini memuat tinjauan pustaka, kerangka konseptual, dan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN 14 Bab metode penelitian ini berisi uraian tentang variabel dan desain penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. DAFTAR PUSTAKA 15 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Tinjauan Pustaka 1. Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sampai saat ini definisi mengenai pasar modal seringkali dimaknai secara berbeda oleh beberapa penulis. Pengertian Pasar Modal menurut Jogiyanto (2013:29) adalah: “Pasar Modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi”. Sedangkan Pasar Modal menurut Eduardus (2010:26) adalah: “Pasar Modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas”. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan sarana untuk memperjualbelikan sekuritas berupa saham atau obligasi yang memiliki jangka panjang lebih dari satu (1) tahun. b. Tipe lain dari Pasar Modal 16 Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya dipasar modal. Surat berharga yang baru dikeluar kan oleh perusahan dijual di pasar primer (primary market). Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke publik atau tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah going public sekuritas tambahan ini sering disebut dengan seasoned new issue. Selanjutnya surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market). Menurut Jogiyanto (2013:33) tipe lain dari pasar modal adalah 1) Pasar Perdana (primary market) Pasar perdana adalah pasar dimana efek-efek diperdagangkan untuk pertama kalinya, sebelum dicatatkan di bursa efek. Disini, saham dan efek lainnya untuk pertama kalinya ditawarkan kepada investor oleh pihak penjamin emisi (underwriter) melalui perantara pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai agen penjual saham. Proses ini biasa disebut dengan penawaran umum perdana (initial publik offering/IPO). Harga saham ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi dan penjamin emisi yang didasarkan pada analisis fundamentalemiten. Hasil penjualan saham, keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan. 2) Pasar Sekunder (secondary market) Pasar sekunder merupakan pasar dari efek yang telah dicatatkan di bursa yang memperjualbelikan saham dan sekuritas pada umumnya setelah penjualan di primary market.Harga pasar di pasar ini ditentukan oleh permintaan yang dipengaruhi oleh faktor emiten. 3) Pasar ketiga (third market) Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup. Pasar ketiga dijalankan oleh broker yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. 4) Pasar ke empat (fourth market) Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan di antara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker. Pasar keempat umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar. Contoh pasar keempat ini misalnya Instinet yang dimiliki oleh Reuter yang menangani lebih dari satu miliar lembar saham tiap tahunnya. c. Instrumen Pasar Modal 17 Instrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek atau surat berharga, merupakan aset finansial (financial asset) yang menyatakan klaim keuangan. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Menurut Tandelilin (2010:30) Sekuritas diperdagangkan di pasar finansial (financial market), yang terdiri dari pasar modal dan pasar uang, sebagai berikut : 1. Pasar uang (money market) Pada dasarnya merupakan pasar untuk sekuritas jangka pendek baik yang dikeluarkan oleh bank dan perusahaan umumnya maupun pemerintah. Di pasar uang, sekuritas yang diperjualbelikan antara lain adalah : Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga pasar uang, commercial paper, promissory notes, call money, repurchase agreement, banker’s acceptance, surat perbendaharaan negara, dan lain sebagainya. 2. Pasar modal (capital market) Pada prinsipnya merupakan pasar untuk sekuritas jangka panjang baik berbentuk hutang maupun ekuitas (modal sendiri) serta berbagai produk turunannya. Berbagai sekuritas jangka panjang yang saat ini diperdagangkan dipasar modal Indonesia antara lain adalah saham biasa dan saham preferen, obligasi perusahaan dan obligasi konversi, obligasi negara, bukti right, waran, kontrak opsi, kontrak berjangka, dan reksa dana. Sekuritas di pasar modal ini mempunyai karakteristik berjatuh tempo lebih dari satu tahun untuk secara mudahnya dibedakan dengan sekuritas di pasar uang yang berjatuh tempo kurang dari satu tahun. 2. Risiko a. Pengertian Risiko 18 Dalam aktivitas investasi di pasar modal, risiko akan selalu melekat didalamnya. Risiko sering didefinisikan sebagai penyimpangan antara apa yang menjadi harapan dan apa yang menjadi kenyataan. Risiko adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan (Fahmi, 2012:36). Pendapat lain mengemukakan bahwa risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat memunculkan kerugian (Kasidi, 2013:32). Menurut Brigham dan Houston (2010:98), risiko merupakan peluang akan terjadinya suatu peristiwa yang tidak menguntungkan. Setiap keputusan investasi memiliki keterkaitan kuat dengan terjadinya risiko,karena perangkat keputusan investasi tidak selamanya lengkap dan bisa dianggap sempurna, namun terdapat berbagai kelemahan yang tidak teranalisis secara baik dan sempurna. Karena itu, risiko selalu dijadikan barometer utama untuk dianalisis jika investasi dilakukan, hal tersebut sesuai teori yang menyatakan risiko adalah proses pengukuran dan penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi ini seperti yang dikemukakan oleh Sigel dan Shim (Fahmi, 2012:40) Dalam konsep manajemen investasi, risiko diartikan sebagaimana kemungkinan mengalami kerugian, yang biasanya diukur dalam bentuk kemungkinan (probability), bahwa beberapa hasil akan muncul yang bergerak dalam kisaran sangat baik (misalnya, asetnya berlipat ganda) ke sangat buruk (misalnya, asetnya 19 tidak bernilai sama sekali) (Gumanti, 2011:85).Dalam konteks investasi, risiko investasi dapat kita artikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara actual return and expected return (Fahmi,2012:70). Menurut Halim (2015:22) apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) Pencari risiko (risk seeker) Biasanya investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi karena mereka tahu bahwa hubungan return dan risiko adalah positif. 2) Investor yang netral terhadap risiko (risk neutral) Merupakan investor yang akan meminta kenaikan return yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Jenis investor ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan investasi. 3) Menghindari risiko (risk averter) Adalah investor yang lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih rendah. Biasanya investor jenis ini cenderung mempertimbangkan keputusan investasinya secara matang dan terencana. b. Jenis Risiko Dalam konteks analisis investasi modern, risiko diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya variasi dalam tingkat 20 pengembalian dikategorikan menjadi dua jenis (Jones, 2014:103), yaitu: 1) Risiko Sistematis Risiko ini merupakan risiko dimana variabilitas dari total return suatu investasi berhubungan langsung dengan perubahan dari pasar atau kondisi perekonomian secara keseluruhan. Risiko ini akan memengaruhi sekuritas dan tidak dapat dihindari oleh investor meskipun dengan melakukan diversifikasi. Lebih jelasnya,risiko ini berlaku untuk seluruh investor. 2) Risiko Tidak Sistematis Risiko ini merupakan risiko dimana variabilitas dari total return suatu investasi tidak berkaitan dengan variabilitas perubahan pasar secara keseluruhan. Risiko ini bersifat unik untuk suatu sekuritas dan berkaitan langsung dengan faktor-faktor seperti risiko bisnis, risiko keuangan dan risiko likuiditas. c. Risiko Sistematis Menurut Syahyunan (2013:30), risiko yang relevan dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi adalah risiko sistematis, karena investor bisa mengeliminasi risiko tidak sistematis melalui pembentukan portofolio investasi. Sedangkan risiko sistematis tidak bisa dihindari karena memiliki sifat dimana pengaruhnya relatif sama terhadap semua saham di pasar, sehingga risiko ini disebut juga risiko pasar (market risk). 21 Dalam literatur keuangan, risiko sistematis sering dinyatakan dengan Beta. Semakin besar Beta suatu sekuritas semakin besar kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar (Syahyunan, 2013:38). Beta menunjukkan hubungan (gerakan) antara saham dan pasarnya (saham secara keseluruhan) (Fahmi, 2012:42). Dalam pembahasan berbagai penentuan model penentuan harga asset, seperti Model Indeks Tunggal, CAPM, APT, dan berbagai model lainnya, beta selalu saja dipergunakan. Beta (β) adalah ukuran risiko saham sistematis (Fahmi, 2012:42). Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar (Jogiyanto, 2013:102). Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematis (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari returnreturn suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu (Hartono, 2013:103). Jika fluktuasi return sekuritas atau portofolio secara statistik mengikuti fluktuasi dari return pasar, maka beta dari sekuritas atau portofolio tersebut dikatakan bernilai 1. Karena fluktuasi juga sebagai pengukur dari risiko maka beta bernilai 1 menunjukkan bahwa risiko sistematik suatu sekuritas atau portofolio sama dengan risiko pasar. Beta sama dengan 1 juga 22 menunjukkan jika return pasar bergerak naik (turun) sama besarnya mengikuti return pasar. Beta nilai 1 ini menunjukkan bahwa perubahan return pasar sebesar x persen, secara rata-rata return sekuritas atau portofolio akan berubah juga sebesar x persen. 1) Mengestimasi Beta Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi beta masa mendatang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta historis mampu menyediakan informasi tentang beta masa depan (Hartono, 2013:105). Analisis sekuritas dapat menggunakan faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat memengaruhi beta masa depan. 2) Beta Pasar Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilainilai historis return dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu. Dengan asumsi bahwa hubungan antara returnreturn sekuritas dan return-return pasar adalah linear, maka beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot garis di antara titik-titik return atau dengan teknik regresi. Beta dapat dihitung dengan teknik regresi menggunakan model CAPM. Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan sekumpulan prediksi mengenai keseimbangan perkiraan imbal hasil terhadap aset berisiko (Bodie, 2014:293). Definisi lain menyatakan bahwa CAPM adalah 23 model yang menghubungkan tingkat return harapan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang (Tandelilin, 2010:187). Hal yang paling utama dari Capital Asset Pricing Model ini adalah pernyataan mengenai hubungan antara expected risk premium dari individual asset dan systematic risk-nya. Jack Treyner, William Sharpe dan John Lintner pada sekitar tahun 1960-an memformulasikan CAPM sebagai berikut (Ahmad, 2004). Ri = RBR +βi(RM – RBR) + ei (2.1) Di mana : Ri = return saham ke-i RBR = return aktiva bebas risiko RM = return portofolio pasar βi = Beta sekuritas ke-i untuk mengaplikasikan model CAPM ini ke persamaan regresi, rumus diatas menjadi: Ri - RBR = βi(RM – RBR) + ei (2.2.) Sehingga dependen variabel persamaan regresi sebesar (Ri– RBR) dengan independen variabelnya adalah (RM – RBR). Secara definisi beta merupakan pengukur volatilitas antara return suatu sekuritas ke-i dengan return pasar adalah sebesar σiM. Jika kovarian ini dihubungkan dengan relatif terhadap risiko pasar yaitu dibagi dengan varian return pasar σM2, maka hasil ini akan mengukur rasio sekuritas ke-i relatif terhadap risiko pasar atau disebut dengan 24 beta. Dengan demikian beta juga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: βi = πππ π 2 ππ atau βi = ∑π π‘ =1 (π ππ‘−αΉππ‘)(π ππ‘ −αΉπ‘ 2 ∑π π‘ =1 (π ππ‘ −αΉππ‘2 ) (2.3) Di mana : Rit = Return saham ke-i αΉit = jumlah return saham ke-i RMt = return indeks pasar αΉMt = jumlah return indeks pasar Βi = Beta pasar ke-i Suatu sekuritas yang memiliki koefisien beta sama dengan satu yang berarti jika indeks pasar naik 10%, maka harga pasar sekuritas tersebut cenderung akan meningkatkan 10%. Sebaliknya jika indeks pasar turun 15% maka harga pasar sekuritas tersebut cenderung akan turun 15%. Harga pasar sekuritas yang memiliki koefisien beta sama dengan satu,maka akan bergerak atau berubah mengikuti perubahan pasar secara sempurna. Sementara sekuritas yang memiliki koefisien beta sama dengan 0.5, maka harga pasar sekuritas akan cenderung bergerak setengah kali perubahan pasar. Dengan demikian koefisien beta yang mengukur pengaruh perubahan pasar terhadap sebuah sekuritas dapat dihitung dengan meregresikan tingkat keuntungan sekuritas dengan tingkat keuntungan pasar portofolio yang efisien. Koefisien beta yang diperoleh dengan meregresikan return sebuah saham masa lalu 25 dengan return pasar disebut dengan historical beta. Sementara itu dapat pula koefisien beta dicari dengan meregresikan accounting return dengan market return. Koefisien beta yang dihasilkan disebut dengan accounting beta. d. Risiko Bisnis Business risk adalah suatu risiko yang merupakan tingkat ketidakpastian yang berhubungan dengan pendapatan dari suatu investasi dan kemampuan dari suatu investasi dalam membayar sejumlah return (bunga, pokok, dividen) kepada para investor (Gitman, 2010:526). Secara umum, semakin besar leverage operasi perusahaan maka penggunaan biaya operasi tetap, semakin tinggi risiko bisnisnya (Gitman, 2010:527). Ketidakpastian atas pengembalian investasi yang dilakukan oleh investor dapat dihitung dengan mencari standar deviasi dari Return On Equity (ROE). Dengan kata lain, parameter yang digunakan untuk menghitung business risk adalah standar deviasi dari Return On Equity (Brigham dan Houston, 2006). ROE merupakan ukuran kemampuan perusahaan (emiten) dalam menjalankan pengembangan dengan modal sendiri. Risiko bisnis dapat diukur dengan rumus berikut: Return On Equity (ROE) = (2.4) π ππ‘π’ππ ππ πΈππ’ππ‘π¦ πππ‘ππ πΈππ’ππ‘π¦ 26 e. Risiko Finansial Risiko finansial atau financial risk adalah risiko tambahan pada perusahaan akibat keputusan menggunakan hutang atau risiko yang ditimbulkan dari penggunaan hutang (financial leverage) (Pramana, 2011:119). Dalam literatur lain menjelaskan, financial risk adalah variabel indikator yang menggambarkan kebijakan penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan. Parameter yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya financial risk suatu perusahaan dapat ditunjukkan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio merupakan rasio utang yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang. Debt to Equity Ratio dihitung hanya dengan membagi total utang perusahaan dengan ekuitas pemegang saham (Horne, James, Wachowicz, dan John,2005: 112). Adapun rumus DER adalah (Suharli, 2005:233) : πππ‘ππ π·πππ‘ Debt Equity To Ratio (DER) = πππ‘ππ πΈππ’ππ‘π¦ (2.5) 3. Saham Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva dari perusahaan tersebut (www.bapepam.go.id). Teori lain menyatakan bahwa saham adalah surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham (Hartono, 2013:29). 27 Saham dibedakan menjadi dua yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham Biasa (common stock) merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan (Tandelilin, 2010:32). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan (Hartono, 2013:175). Saham preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut dengan istilah preferred (dilebihkan), pembagian dividen kepada pemegang saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa (Tandelilin, 2010:36). Saham dikenal memiliki tingkat pengembalian yang tinggi dan disertai dengan risiko yang tinggi pula. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan dan memiliki potensi risiko yang tinggi. Saham memungkinkan investor untuk memperoleh tingkat pengembalian atau capital gain yang tinggi dalam waktu singkat. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan mengenai pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang 28 atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 4. Return Return merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli (dalam persentase) ditambah kas lain (misalnya dividen). Definisi lain menjelaskan return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu, dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya (Fahmi, 2012:189). Ada tiga bentuk return saham, yaitu realized return, expected return dan required return. Realized return merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan expected return dan risiko dimasa yang akan datang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Sedangkan required return merupakan return yang diperoleh secara historis yang merupakan tingkat minimal yang dikehendaki oleh investor atas preferensi subyektif investor terhadap risiko (Hartono, 2013:205). a. Pengukuran Return Dalam manajemen investasi, return suatu investasi diukur sebagai total keuntungan atau kerugian yang diterima investor selama periode waktu tertentu. Return seringkali dinyatakan dalam perubahan 29 dalam nilai aset (capital gain atau capital loss) ditambah sejumlah penerimaan tunai (cash distribution) yang dapat berupa dividen atau pembayaran bunga yang diekspresikan dalam suatu persentase atas nilai awal periode suatu investasi. Ekspresi untuk menghitung return saham yang diterima selama periode tertentu t atas aset i berdasarkan data historis (persentase harga saham), sebagai berikut: Rit = Pππ‘−πππ‘−1 (2.7) πππ‘−1 Rit = return saham periode t Pit = harga saham penutupan periode t πππ‘−1 = harga saham penutupan periode t-1 b. Expected Return Return ekspektasian (expected return) merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi (Hartono, 2013:222),. Return ini penting dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasian merupakan return yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan. Pengharapan menggambarkan sesuatu yang bisa saja terjadi di luar dari yang diharapkan. Expected return menunjukkan apa yang kita harapkan untuk diperoleh dari investasi terhadap suatu aset pada masa mendatang. Return ekspektasian (expected return) dapat dihitung dengan berdasarkan nilai return historisnya. Kenyataan menghitung hasil masa depan dan probabilitasnya merupakan hal yang tidak mudah dan bersifat 30 subjektif. Akibat dari perkiraan subjektif ini, ketidakakuratan akan terjadi. Untuk mengurangi ketidakakuratan ini, data historis dapat digunakan sebagai dasar ekspektasi. Ada tiga metode dapat diterapkan untuk menghitung return ekspektasian dengan menggunakan data historis, yaitu sebagai berikut: 1) Metode rata-rata (mean method) 2) Metode trend (trend method) 3) Metode jalan acak (random walk method) Metode rata-rata mengasumsikan bahwa return ekspektasian dapat dianggap sama dengan rata-rata nilai historisnya. Menggunakan rata-rata return historis tidak mempertimbangkan pertumbuhan dari return-returnnya. Jika pertumbuhan akan diperhitungkan, return ekspektasian dapat dihitung dengan menggunakan teknik trend. Metode random walk beranggapan bahwa distribusi data return bersifat acak sehingga sulit digunakan untuk memprediksi bahwa retun ekspektasian akan sama dengan return terakhir yang terjadi. Return ekspektasian (expected return) dapat dihitung sebagai berikut: E(Rit) = ∑nπ‘=1 π it Dimana : E(Rit) = Expected return pada periode t Rit = Return B. Penelitian Terdahulu saham pada periode t (2.8) 31 Rickson (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas Saham dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham Perusahaan Property di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2005” hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas saham dan risiko sistematis secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara parsial, likuiditas saham mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan risiko sistematis mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan property di BEI. Prasetyani (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Risiko Investasi Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur Sektor Food & Beverages Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012”. Disimpulkan bahwa secara parsial market risk berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor food & beverages yang terdaftar di BEI tahun 2009 - 2012, financial risk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor food & beverages yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2012, dan business risk berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor food & beverages yang terdaftar di BEI tahun 2009 - 2012. Secara simultan variabel market risk, financial risk dan business risk memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor food & beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. 32 Purba (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Jenis Risiko terhadap Kinerja Saham Indeks Sri Kehati” dapat disimpulkan Risiko sistematis berpengaruh positif terhadap nilai saham, sedangkan risiko tidak sistematis tidak berpengaruh nyata dan bernilai negatif terhadap nilai saham. Nilawaty (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Risiko Investasi Terhadap Return Saham Pada Industri Telekomunikasi Di Indonesia” menyatakan variabel expected return, market risk/ beta pasar, business risk dan financial risk, secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap return saham untuk industri telekomunikasi Go-public yang terdaftar di BEI tahun 2006-2011. Secara parsial variabel expected return, market risk/ beta pasar, dan business risk, berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel financial risk tidak berpengaruh terhadap return saham untuk industri telekomunikasi Go-public yang terdaftar di BEI tahun 2006-2011. Septiani (2014) menghasilkan yaitu pertama, beta tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode sebelum krisis global yang mengindikasikan bahwa pada keadaan perekonomian normal atau sebelum krisis terjadi. Kedua, rata-rata return periode sebelum dan saat krisis global adalah sama, dimana hasil ini membuktikan bahwa return saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tidak terkena dampak krisis keuangan global secara signifikan. Wulandari (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Indeks LQ-45 Di 33 Bursa Efek Indonesia, menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), dan Total Asset Turnover (TAT) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Dibandingkan dengan beberapa penelitian diatas maka keunggulan penelitian ini adalah dengan menggunakan data selama periode 10 tahun sehingga hasil pengolahan data nantinya diharapkan akan lebih akurat dari penelitian sebelumnya, selain itu penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol didalam model penelitian untuk menguji hipotesis. C. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Hubungan market risk terhadap return saham Sesuai dengan teori dikemukakan sebelumnya bahwa tingkat pengembalian portofolio ditentukan oleh risiko sistematis atau risiko pasar yang diukur dengan beta (β) dan tingkat pengembalian pasar (Halim, 2005 : 74-75). Sementara itu, teori lain menyatakan bahwa beta merupakan nilai dari risiko sistematis yang timbul dari suatu asset (Ross S,2012) dan risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap return saham baik secara individual maupun pada portofolio saham (Malik dan 34 Bepari, 2015:77-78). Semakin besar beta (risiko sistematis) semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut karena beta dengan return memiliki arah yang positif. Penelitian yang dilakukan oleh Davesta (2017) yang menyatakan market risk berpengaruh terhadap praktik return saham. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh, Prasetyani (2016) menyatakan bahwa market risk berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sehingga dari teori dan penelitian tersebut dapat disimpulkan sebuah hipotesis: H1: Market risk (beta) berpengaruh positif terhadap return saham. 2. Hubungan business risk terhadap return saham Business risk adalah suatu risiko yang tingkat ketidakpastiannya berhubungan dengan pendapatan dari suatu investasi dan kemampuan dari suatu investasi dalam membayar sejumlah return (bunga, pokok, dividen) kepada para investor (Gitman, 2010: 175), Risiko bisnis yaitu risiko yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam menjalankan pengembangan dengan modal sendiri. Keputusan suatu perusahaan menggunakan hutang dalam menjalankan operasinya akan menimbulkan suatu risiko salah satunya adalah risiko bisnis (Brigham dan Houston, 2013:157). Semakin besar proporsi hutang perusahaan dalam struktur modal maka semakin besar pula beban tetap pembayaran bunga hutang perusahaan sehingga akan membawa kepada kesulitan keuangan (financial 35 distress), dan akan menyebabkan kebangkrutan, yang berarti semakin besar risiko perusahaan yang akan ditanggung nantinya (Budiyanti, dkk, 2018). Pada penelitian yang dilakukan oleh Purba (2017) variabel business risk berpengaruh terhadap return saham. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan Nilawaty (2014) menyatakan business risk berpengaruh secara parsial terhadap retun saham. Penelitian Prasetyani (2016) menyatakan business risk berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Dengan demikian dari teori dan penelitian sebelumnya maka dapat disimpulkan sebuah hipotesis: H2: Business risk berpengaruh negatif terhadap return saham. 3. Hubungan financial risk terhadap return saham Financial risk adalah peningkatan risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham diatas risiko bisnis dasar perusahaan yang diakibatkan oleh penggunaan leverage keuangan (Brigham dan Houston, 2011 17). Financial leverage memiliki pengaruh negative terhadap risiko yang diterima bagi para investor. Risiko ini timbul akibat pembiayaan perusahaan melalui hutang menimbulkan biaya bunga atas utang. Jika laba yang dihasilkan tidak dapat mencukupi untuk membayar utang dan bunganya maka perusahaan dapat mengarah pada kebangkrutan. Semakin tinggi financial risk/risiko keuangan, maka semakin besar risiko tambahan pada perusahaan akibat keputusan penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sihaloho (2017) menyatakan bahwa financial risk memiliki pengaruh negatif dan signifikan 36 terhadap return saham. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan sebuah hipotesis: H3: Financial risk berpengaruh negatif terhadap return saham. 4. Hubungan market risk, business risk, dan financial risk Pernyataan yang dijelaskan sebelumnya oleh Jogiyanto (2013:245), bahwa dalam pasar yang sempurna dan efisien, berlaku hukum hubungan positif antara return dengan risiko. Semakin tinggi return yang diharapkan, semakin tinggi risikonya, dan sebaliknya semakin kecil risiko, maka akan semakin kecil tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Maka secara umum dapat disimpulkan bahwa variabel independen market risk/beta, business risk, dan financial risk berpengaruh secara simultan terhadap variabel independen return saham. Hal tersebut secara konsisten didukung penelitian yang dilakukan oleh Purba (2017) menyatakan bahwa secara keseluruhan variabel financial risk, market risk, business risk berpengaruh terhadap return saham. Sehingga hipotesisnya: H4: market risk, business risk, dan financial risk secara bersama- sama berpengaruh terhadap return saham. D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang dideskripsikan (Sugiyono, 2017:103). Pada dasarnya tujuan investor berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan, keamanan, dan pertumbuhan laba atas investasi yang dilakukannya. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi 37 dalam bentuk saham investor harus melakukan analisis terhadap faktor yang dapat memengaruhi kondisi perusahaan emiten. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas atas kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang serta mencegah terjadinya risiko kerugian yang terjadi. Return merupakan selisih antara harga jual dengan harga beli (dalam persentase) ditambah kas lain (misalnya dividen). Definisi lain menjelaskan return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu, dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya (Fahmi, 2012:198). Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah risiko. Dalam setiap keputusan investasi, risiko pada dasarnya akan selalu melekat didalamnya sehingga investor perlu untuk memperhatikan risiko tersebut. Risiko sistematis atau yang sering disebut sebagai risiko pasar merupakan bagian dari risiko suatu efek yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi (Brigham dan Houston, 2010:100). Risiko ini muncul akibat faktor-faktor yang secara sistematis memengaruhi sebagian besar perusahaan, seperti perang, inflasi, resesi, dan tingkat bunga yang tinggi. Sebagian besar saham dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor tersebut. 38 Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan, ketidakpastian pada perkiraan pendapatan operasi perusahaan dimasa mendatang. Risiko finansial adalah variabel indikator yang menggambarkan kebijakan penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan. Melalui penjelasan tersebut, dapat digambarkan kerangka pemikiran secara sistematis sebagi berikut: Konsep dan Teori Investasi Dalam Konteks Portofolio Kajian Empiris Investasi Pada Perusahaan Otomotif Di Indoensia Variabel Bebas:Risiko Investasi (X) Market Risk (X1) Business Risk (X2) Variabel Kontrol: Ukuran Perusahaan Financial Risk (X3) Variabel Terikat: Return Saham Gambar 2.1 Kerangka (Y) Pemikiran Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut: Market risk (X1) Business Risk (X2) Return saham (Y) Financial Risk (X3) Secara Simultan Gambar 3.1 Model Penelitian 39 II. METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2017:39). Dalam Penelitian ini variabel yang diteliti, yaitu: a. Variabel Bebas (Independent Variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent (Sugiyono, 2017:39). Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian. Pada penelitian ini variabel independennya adalah Market Risk (X1), Business Risk (X2), dan Financial Risk (X3). b. Variabel Terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen (Sugiyono, 2017:39). Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel yang dijelaskan dalam focus atau topik penelitian. Variabel ini disimbolkan dengan variabel “Y”. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham (Y). 40 c. Variabel kontrol merupakan variabel untuk melengkapi atau mengontrol hubungan kausal supaya lebih baik untuk mendapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik (Hartono, 2013). Jika tidak dikontrol variabel tersebut akan mempengaruhi gejala yang sedang dikaji. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (size). Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar daripada perusahaan kecil sehingga, tingkat pengembalian (return) saham yang didapat dari perusahaan yang besar akan lebih tinggi daripada tingkat pengembalian (return) saham pada perusahaan kecil. Oleh karena itu, investor akan lebih berspekulasi untuk memilih perusahaan yang lebih besar dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang besar pula. (Sawir, 2004:101-102). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return investasi. 2. Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2017:2). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan penelitian pendekatan deskriptif dan analisis asosiatif, karena adanya variabel-variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran mengenai hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran mengenai hubungan antara variabelvariabel yang diteliti. 41 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan positivisme, digunakan untuk meneliti sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017:8). Pendekatan deskriptif dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang mandiri sendiri atau variabel bebas) tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan dengan variabel lain (Sugiyono, 2017:35). Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua variabel atau lebih dengan mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan teori-teori yang telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan. Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui bagaimana risiko investasi dan return saham pada perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2018. Pendekatan asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitan yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih 42 (Sugiyono, 2017:37). Dalam penelitian ini pendekatan asosiatif ini digunakan untuk mengetahui Pengaruh Risiko Investasi terhadap Return Saham perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Rumusan Masalah Tinjauan Pustaka Populasi dan Sampel Teknik Pengumpulan data ο Dokumentasi Analisis SPSS 25 Hasil Analisis Gambar 3 Desain Penelitian B. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:80). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan otomotif yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2018. 43 Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2017:81). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017 : 85). Salah satu teknik sampling non random di mana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan kriteria khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Perusahaan yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria berikut: 1. Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tidak mengalami delisting selama periode pengamatan (2009-2018). 2. Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan selama periode pengamatan (20092018). 3. Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mencantumkan harga saham penutupan selama periode pengamatan (2009-2018). Berdasarkan kriteria tersebut maka perusahaan di Bursa Efek Indonesia periode (2009-2018) yang memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 44 Tabel 3.2 Daftar sampel perusahaan No Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1. ASII PT Astra International Tbk 2. AUTO PT. Astra Otoparts Tbk 3. GDYR PT. Goodyear Indonesia Tbk 4. MASA PT. Multistrada Arah Sarana Tbk 5. IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk 6. INDS PT. Indospring Tbk 7. SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 8. HEXA PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 9. UNTR PT. United Tractor Tbk 10. GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk Sumber: http://yahoo.finance.com C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Secara teoritis, definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberikan penjelasan atau keterangan tentang variabel-variabel operasional sehingga dapat diamati atau diukur (Sugiyono, 2017: 65). Definisi operasional yang akan dijelaskan penulis adalah risiko investasi yaitu market risk/ beta pasar, business risk, dan financial risk. Risiko investasi sebagai variabel bebas atau independen (X) merupakan sebagai kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil yang diharapkan. Variabel bebas (X) terdiri atas market risk/ beta pasar (X1), business risk (X2), financial risk (X3), dan variabel kontrolnya adalah ukuran perusahaan (X4). Return saham dianggap sebagai variabel terikat atau dependen (Y), yang mengukur persentase perubahan harga saham 45 perusahaan. Market risk/ beta pasar, business risk, dan financial risk dipilih sebagai representasi dari risiko investasi dalam konteks portofolio karena dengan ketiga variabel ini kita akan dapat melihat nilai risiko investasi dengan lebih utuh; Tabel 3. Definisi operasional tabel No 1. 2. 3. 4. 5. Variabel Definisi Alat pengukuran Variabel Independen Diukur dengan beta saham untuk menunjukkan ∑π=1 (π ππ‘−αΉππ‘)(π ππ‘ −αΉπ‘ Market kepekaan tingkat βi = π‘∑π 2 π‘ =1 (π ππ‘ −αΉππ‘2 ) Risk pengembalian saham terhadap tingkat pengembalian pasar Ukuran kemampuan perusahaan dalam πΈπ΄πΌπ Business menghasilkan ROE = πππ‘ππ πΈππ’ππ‘π¦ keuntungan dengan Risk menggunakan modal sendiri. Kebijakan penggunaan hutang dalam struktur πππ‘ππ π·πππ‘ Financial modal, sehingga DER = menunjukkan tingkat πππ‘ππ πΈππ’ππ‘π¦ Risk hutang yang dimiliki perusahaan Variabel Kontrol Logaritma atas jumlah Ukuran Size = Log n × total Perusahaan total aset/aktiva Asset Variabel Dependen Keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham dilakukan yang dapat Pππ‘−πππ‘−1 dihitung dengan Return Rit = πππ‘−1 membandingkan harga saham tahun ini dikurangi harga saham tahun sebelumnya. D. Teknik Pengumpulan Data Skala Persentase Persentase Persentase Log Persentase 46 Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan (Library Research) yaitu data diperoleh dengan cara membaca literatur-literatur, bahan referensi, bahan kuliah, laporan keuangan, serta hasil penelitian lainnya yang berhubungan dengan obyek yang diteliti, dalam hal ini data perusahaan industri otomotif yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang berisi laporan keuangan perusahaan industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2018 diperoleh dari situs http://bkpm.go.id dan www.yahoo.finance.com. E. Teknik Analisis Data Analisis pengaruh risiko investasi saham terhadap return saham pada industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat diteliti dengan beberapa metode. Peneliti menggunakan metode statistik analisis berganda dan korelasi. Perhitungan dengan metode statistik tersebut menggunakan program computer Statistical Program for Social Science (SPSS) 25 for WIndows. 1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2017:147). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi tentang data setiap variabel-variabel penelitian 47 yang digunakan di dalam penelitian ini. Data tersebut meliputi jumlah data, range, nilai minimum, nilai maximum, nilai rata-rata dan standar deviasi. 2. Uji Asumsi Klasik Uji dasar klasik menyatakan bahwa terdapat atau tidak penyimpangan asumsi klasik yang dapat terjadi dalam penggunaan model regresi linier berganda, yaitu multikolinier, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Apabila terjadi penyimpangan asumsi ini maka model yang digunakan tidak bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) karena perlu dideteksi terlebih dahulu kemungkinan terjadinya penyimpangan tersebut dengan menggunakan : a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji data variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) pada persamaan regresi yang dihasilkan apakah sampel yang digunakan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Dalam model regresi linier, asumsi ini ditujukan oleh nilai error yang berdistribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat angka probabilitasnya, yaitu: 1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah normal. 48 2) Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah tidak normal. b. Uji multikolineritas Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (bebas) (Ghozali, 2015:105). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (bebas). Jika variabel bebas independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthorgonal. Variabel orthorgonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikorelasi dapat dilihat pada besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolenrance. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1, batas VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi gejala multikolineritas (Gujarati, 2012:432). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 1 1 VIF = πππππππππ atau Tolerance = ππΌπΉ (3.6) c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variasi dari residual atau pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterodastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah 49 jika tidak terjadi heterodastisitas (Ghozali 2015:139).Untuk menguji heteroskedastisitas salah satunya dengan melihhat penyebaran varians pada grafik scatterplot pada output SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 1) Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola. tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heterokedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah diangka nol, maka tidak terjadi heterokesdastisitas. Situasi heteroskesdasitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk menguji ada tidaknya heterokedastistas juga bisa menggunakan uji rankSpearman yaitu dengan mengkorelasikan variabel independen terhadap nilai absolute dari residual hasil regresi. Jika nilai koefisien korelasi antara variable independen dengan nilai absolute dari residual signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedatisitas (Ghozali, 2015:139). d. Uji Auto Korelasi Uji autokorelasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel dependen berkorelasi dengan dirinya sendiri atau tidak. Korelasi dengan diri sendiri ialah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya 50 (Purbayu dan Ashari, 2005: 240). Cara yang digunakan untuk uji autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW). Kriteria autokorelasi ada 3, yaitu: 1) Nilai D-W di bawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif. 2) Nilai D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi. 3) Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif. e. Uji Liniearitas Uji liniearitas adalah asumsi yang akan memastikan apakah data yang dimiliki sesuai dengan garis linier atau tidak. Linearitas dapat diuji menggunakan Uji Lagrange Multiplier yaitu dengan melihat nilai chi squarenya. Jika chi square hitung lebih besar daripada nilai chi square tabel, maka tidak linear. Jika chi square hitung lebih kecil daripada chi square tabel, maka asumsi linearitas terpenuhi. 3. Analisis Regresi Linier Sederhana Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2017: 261). Persamaan yang digunakan untuk regresi inier sederhana adalah sebagai berikut: YΜ = π + π (3.7) 51 Dalam penelitian ini, perhitungan model analisis regresi linier sederhana menggunakan program software application SPSS 25 for windows. 4. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antar variabel yang melibatkan lebih dari satu variabel bebas. Dalam penelitian ini analisis regresi berganda berperan sebagai teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh risiko investasi (variabel independen) yang terdiri dari market risk, financial risk, dan business risk terhadap return saham (variabel dependen). Persamaan yang digunakan untuk mengestimasi regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Y =α + β1X1+ β2X2+β3X3+β4X4 + ε (3.8) Dimana : X1 = Variabel market risk X2 = Variabel busininess risk X3 = Variabel financial risk X4 = Variabel ukuran perusahaan Y = Variabel tingkat pengembalian saham α = Konstanta β1, β2, β3, dan β4, = Koefisien regresi ε = error atau faktor gangguan lain yang mempengaruhi Y 52 Dalam penelitian ini, perhitungan model analisis regresi linier sederhana menggunakan program software application SPSS 25for windows. 5. Pengujian Hipotesis a. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Pada model regresi berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R). Jika (R2) yang diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika (R2) makin mendekati 0 (nol) maka semakin lemah dampak variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. b. Uji F (Uji Serempak) Uji ini digunakan untuk mengetahui dampak bersamasama variabel bebas terhadap varibel terikat. Dimana Fhitung>Ftabel, maka H1 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak. Sebaliknya apabila Fhitung<Ftabel, maka H0 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas tidak memiliki dampak terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui signifikan atau tidak dampak secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan probability sebesar 5% (α= 0,05). 1) Jika sig > Ξ¬ (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak. 53 2) Jika sig < Ξ¬ (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima. c. Uji T (Uji Parsial) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masingmasing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri berdampak secara signifikan terhadap variabel terikatnya. Jika sig > Ξ¬ (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig < Ξ¬ (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima. 54 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kamarudin. 2004. Dasar-dasar Manajemen Investasi. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bkpm.2020.Statistik Perkembangan Realisasi Investasi. Tersedia pada : https://www.bkpm.go.id. Bodie, and Kane Alex, and Marcus Alan J. 2014. Manajemen Portofolio dan Investasi. Diterjemahkan oleh Zulaini Dalimun the dan Budi Wibowo.Investments and Portofolio. Jakarta: Salemba Empat Brigham dan Houston, 2010.Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Diterjemahkan oleh Wibowo, Salemba Empat, Jakarta. Budiyanti, H., Husnan, S., dan Hanafi, M. 2018. The Effect of Pyramidal Ownership Structure to the Financing Policies and Firm Value in Indonesia: Cronyman as Moderating Variable. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol.10, No.1, pp. 1-12 Darmawan. 2018. Pengaruh risiko inflasi, risiko suku bunga, risiko valuta asing, risiko pasar terhadap return saham. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol.6, No.2 Universitas Brawijaya, Malang. Davesta, Rivail, 2017. Pengaruh Risiko Sistematis dan Likuiditas Saham Terhadap Return Saham pada Industri Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 20102012,Jurnal Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:Penerbit Alfabeta Bandung. Ghozali, Imam. 2015. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi Ketiga. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, L. J. 2010. Principle Of Managerial Finance. 12th ed. Pearson Education Inc. United State. Gujarati, Damodar. (2012).Dasar-Dasar Ekonometrika.Edisi Tiga. Jakarta : Erlangga Gumanti, Tatang Ary. 2011. Manajemen Investasi: Konsep, Teori, dan Aplikasi.Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. 55 Hadi, Nor, Dr. SE., M.Si., Akt. 2013. Pasar Modal: Acuan Teoretis dan Praktis Investasi di Instrumen Kuangan Pasar Modal. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Hartono, Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga.Yogyakarta: Penerbit BPFE. Jones.Charles.P, 2014.Investments : Analysis and Management, Ninth Edition, John Wiley and Sons, Inc, New York. Kasidi, 2013.Manajemen Risiko, Ghalia Indonesia, Bogor. Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Press, Jakarta Lintner, John. (1965). Security prices, risk and maximal gains from diversification.Journal of Finance, 20. Mallik AT, Bepari MK. 2015.Risk-Return Trade-off in Emerging Markets: Evidence from Dhaka Stock Exchange Bangladesh. Australian. Journal Accounting, Business and Finance, hal.71-88. Michell, Suharli. 2005. Studi Empiris terhadap dua factor yang mempengaruhi return saham pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol.7, No.2, November 2005: 99-116. Nilawaty, Andi. 2012. Analisis Risiko Investasi Terhadap Return Saham pada Industri Telekomunikasi di Indonesia. Skripsi Thesis. Universitas Hasanuddin. Paramitasari, Ratih. 2011. Pengaruh risiko sistematis dan risiko tidak sistematis terhadap expected return portofolio saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Tesis magister yang tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Prabansari, Yurike. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Publicdi Bursa Efek Jakarta. Sinergi kajian bisnis dan manajemen edisi khusus on finance, 2005.Hal. 1 – 15. Pramana, Tony. 2011. Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta: Sinar Ilmu Publishing 56 Prasetyani, 2016. Pengaruh risiko investasi terhadap return saham pada perusahaan manufaktur sektor food & beverages yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2009-2012.Jurnal Online. FE UNY, Yogyakarta. Purba, Marta Ceseria. 2017. Pengaruh Risiko Investasi Terhadap Return Saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2002-2005. Skripsi Universitas Muhammadyah Surakarta. Purbayu Budi S. dan Ashari.(2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI. Rickson, Sandro. 2006. Pengaruh Likuiditas Saham dan Risiko Sistematis Terhadap Return Saham Perusahaan Property di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002-2005.Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat. BPFE :Yogyakarta Ross S, Westerfield, RW dan Jeffrey J. 2012. Corporate Finance, l0th Edition. Singapore (SG): McGraw-Hill/Iruin. Samsul, Mohammad, 2015. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Erlangga,Jakarta. Septiany, Andre Christian dan Hasan Sakti Siregar. 2004. Pengaruh Risiko Pasar Terhadap Return Perbankan. Jurnal Online. FE USU, Medan. Sihaloho, Meyga Triana. 2017. Pengaruh Risiko Investasi Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 ). Skripsi. Universitas Lampung Sugiyono.2017. Metode Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Syahyunan. 2013. Manajemen Keuangan, USU Press, Medan. Tandelilin, Eduardus, 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, KANISIUS, Yogyakarta. Van Horne, James, Wachowicz, John,.2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan,Buku Edisi 12, dialih bahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary.Jakarta :Salemba Empat. 57 Wulandari. 2012. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Indeks LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Pasca Sarjana Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Yahoo! Finance. 2020. Historical Prices [internet]. Tersedia pada: http://finance.yahoo.com