Photo by Alecu Gabriel on Unsplash Peristiwa Perang Badar mengandung salah satu mukjizat terbesar yang menghantarkan pasukan Muslim meraih kemenangan gemilang. Dalam perang itu, Allah menurunkan malaikat untuk ikut bertempur bersama pasukan Muslim. Fakta ini benar-benar terjadi, karena didukung sekian dalil, baik Al-Qur’an maupun sunnah yang sahih. Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. berseru dari dalam kemahnya, “Bergembiralah, wahai Abu Bakar, karena pertolongan Allah telah datang kepadamu. Jibril telah meraih tali kekang kudanya, kemudian menghelanya ke arah kepulan debu.” Yang dimaksud dengan kepulan debu di akhir kalimat adalah medan peperangan. Ada yang mengatakan, “malaikat” sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT. di atas bukanlah dalam pengertian yang hakiki, tetapi lebih merupakan semangat spiritual, kekuatan batin, atau lainnya. Pendapat ini dipatahkan ayat yang secara gamblang menyebutkan jumlah malaikat yang ikut membantu pasukan Muslim dalam Perang Badar. Dalam ayat tersehut Allah SWT. berfirman, “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘SesungguhnyaAku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut,” (QS. Al-Anfal [8]: 9). Penyebutan angka seperti itu jelas menunjukkan kuantitas sasuatu yang benar-benar nyata. Dari sini kita tahu bahwa penyebutan angka secara eksplisit oleh Allah SWT. menutup celah bagi siapa pun yang ingin menakwilkan pengertian malaikat dengan berbagai hal lain berdasarkan dugaan belaka. Turunnya para malaikat untuk ikut bertempur bersama pasukan Islam ini bertujuan menenangkan hati para prajurit Muslim, sekaligus sebagai jawaban Allah SWT. terhadap doa yang dipanjatkan mereka. Apalagi pada saat itu, umat Islam yang baru pertama kali berperang fii sabilillah sudah menghadapi musuh yang jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak dari jumlah mereka. Jika bukan karena pertolongan Allah SWT, tentulah turunnya malaikat itu tidak akan berarti apa-apa bagi pasukan Islam. Berkenaan dengan alasan diturunkannya para malaikat, Allah SWT. menjelaskan dalam firman-Nya, “Dan Allah tidak mcnjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan scbagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana,’ (Q3 Al-Anfal: 10). Wallahua’lam. [@paramuda/BersamaDakwah] LABEL MALAIKAT MUHAMMAD PERANG BADAR SILAHKAN BERI TANGGAPAN mohon perhatikan kesopanan Bagian Atas Formulir Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment. Beritahu saya akan tindak lanjut komentar melalui surel. Beritahu saya akan tulisan baru melalui surel. Bagian Bawah Formulir This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed. Terbaru Kumpulan Khutbah Jumat 2020 Bersama Dakwah - 17 Januari 2020 Melalui Dakwah Gubernur Ini, 2.000 Orang Eropa Masuk Islam Muchlisin BK - 6 Januari 2020 Khutbah Jumat Tahun Baru: Resolusi Berbasis Muhasabah Muchlisin BK - 3 Januari 2020 Khutbah Jumat: Menyikapi Musibah Banjir 2020 Muchlisin BK - 2 Januari 2020 Niat Puasa Senin Kamis, Tata Cara, Keutamaan dan Manfaatnya Muchlisin BK - 2 Januari 2020 Doa Selamat dari Penguasa Zalim, Terbukti Maqbul Muchlisin BK - 31 Desember 2019 Hukum Merayakan Tahun Baru dan 10 Alasan Mengapa Haram Muchlisin BK - 30 Desember 2019 About Us Redaksi Contact Us Disclaimer Privacy Policy © Bersamadakwah.net - BedaMedia Group Infoyunik.com Sejarah Perang Badar – Momentum Lima Ribu Malaikat Turun ke Bumi admin 2 tahun ago Perang Badar merupakan salah satu perang yang begitu familiar dalam Islam. Dalam perang ini, ada banyak mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada pasukan Nabi Muhammad SAW. Dalam Doanya, Nabi meminta bantuan Rabb-nya agar memenangkan bala tentaranya. Pasalnya, jika kalah dalam pertempuran tersebut, maka putra terbaik Islam akan binasa dari muka bumi. Sehingga, tidak akan ada lagi penerus generasi Islam selanjutnya. Bayangkan saja, 300 kaum muslimin harus melawan seribu orang tentara musuh. Namun ajaibnya, Nabi dan pasukannya pulang dengan membawa kemenangan. Hal ini tidak terlepas dari bantuan Allah SWT dengan turunya Malaikat dari langit untuk membantu. Seperti apa kisahnya? Berikut lengkapnya. Sejarah perang badar terjadi pada 13 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah antara umat Islam dari Madinah dan kaum musyrikin dari Makkah. Sebelum meletus perang Badar ini ternyata sudah sering terjadi konflik-konflik kecil antara Umat Islam Madinah dan kaum musyrikin dari Makkah. Umat Islam Madinah yang awalnya berasal dari Mekkah tidak terima karena diusir dan hartanya dirampas oleh musyirin Mekkah. Mereka berpendapat jika mereka perlu membalas tindakan tersebut dan peperangan memang sah untuk dilakukan. Puncaknya adalah ketika kaum muslimin Madina mendengat informasi tentang rencana kedatangan kafilah dagang kaum Quraisy dari Syam, yang berada di bawah perlindungan pasukan Abu Sufyan bin Harb. Kesempatan ini dinilai tepat untuk melakukan perlawanan. Para sahabat yang diwakili oleh Hamzah kemudian meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk melakukan perlawanan terhadap kaum Quraisy. Nabi kemudian berdoa dan memohon petunjuk kepada Allah SWT. Kemudian, turunlah ayat al-Hajj: 39-40 yang mengizinkan kaum muslimin untuk berperang. “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar menolong mereka itu, (QS. 22:39) (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: ‘Rabb kami hanyalah Allah.’ Dan sekiranya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biarabiara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (QS. 22:40)” (al-Hajj: 39-40). Baca Juga: Inilah Kriteria Wanita yang Bisa Masuk Surga dari Pintu Manapun Akhirnya persiapan perang dimulai. Pada malam sebelum perang dimulai, Allah SWT menurunkan hujan dan mendatangkan kantuk yang sangat berat untuk menentramkan hati mereka. “Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)” (Al-Anfal:11) Malam itu juga, Rasulullah SAW tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah untuk memohon kemenangan atas pasukannya. Diantara doa yang beliau ucapkan adalah: “Ya Allah Azza wa Jalla , penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla , jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini. [HR. Muslim 3/1384 hadits no 1763] Malam itu, tak henti-hentinya Nabi memohon kepada Allah. Sampai selendangnya terjatuh dari pundaknya. Hingga datanglah Abu Bakar Radhiyallahu anhu dan mengatakan: “Wahai Nabi Allah Azza wa Jalla , sudah cukup engkau bermunajat kepada Rabbmu dan Allah Azza wa Jalla pasti akan memenuhi janji-Nya.” Kemudian turunlah firman Allah Azza wa Jalla : “(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu : “Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut”.[Al-Anfal:9] Bantuan Allah atas pasukan Malaikat ini juga tertulis dalam Surat Ali Imran ayat 123-125 yang artinya sebagai berikut. “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertawakallah kepada Allah, supaya kamu mensyukuriNya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang Mukmin, “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.” [ QS. Ali ‘Imran : 123-125 ] Baca Juga: Inilah Doa Agar Wajah Selalu Terlihat Cantik Sepertinya, Nabi Muhammad SAW sudah mengetahui jika pasukannya akan menang. Beliau bahkan menjelaskan tentang lokasi-lokasi yang akan menjadi tempat terbunuhnya lawanlawanya pada perang itu. Rasululllah SAW pun berkata kepada para Sahabatnya: “Mekah telah mencampakkan para tokohnya ke hadapan kalian. Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan beberapa tempat yang akan menjadi tempat tewasnya beberapa tokoh Quraisy. (ar-Rahîqul Makhtûm, hlm. 164) Perang pun dimulai, dan Allah SWT menepati janjinya menolong pasukan Muslimin. Malaikat Jibril bertindak membantu tentera-tentera Islam menentang tentera Musyrikin. Rasulullah bersabda, “Bergembiralah wahai Abu Bakar, pertolongan Allah telah datang. Ini adalah Jibril yang sedang memegang kendali tunggangannya di atas gulungan-gulungan debu.” (Hadith Riwayat Ibnu Ishak) Diriwayatkan juga dari Abu Zumail, ia berkata, “Ibnu Abbas berkata kepadaku, ‘Salah seorang lelaki Muslim yang sedang menghadapi seorang musyrik di depannya menerangkan kepada kita bahawa tiba-tiba dia mendengar suara pukulan cemeti di atasnya dan suara seorang pahlawan yang mengatakan ‘Hadapilah Haizum (nama kuda tunggangan malaikat Jibril as). Lalu ia melihat lelaki musyrik itu menggeletak. Dia melanjutkan, ‘Lelaki Muslim itu mengamatinya, ternyata kepalanya telah remuk dan wajahnya terkoyak seperti (bekas) lecutan cemeti. Lalu ia menghadirkan sekelompok kaumnya. Kemudian orang Anshar itu datang dan menceritakannya kepada Rasulullah SAW. Baginda bersabda, ‘Engkau benar bahawa itu bantuan langit yang ketiga. Pada hari itu mereka membunuh tujuh puluh orang (musuh) dan menawan tujuh puluh orang lainnya.” (buku Abdul Hamid Kisyik, Berkenalan Dengan Malaikat) Catatitan hadith menyebut, Ibnu Ishhaq berkata, ketika salah seorang tentera kaum Muslimin mengejar seorang tentera Musyrikin yang berada di depannya. Tiba-tiba dia mendengar suara hencutan cambuk dan suara penunggang kuda yang berkata, “Terus maju wahai Haizum”. Lalu dia menyaksikan orang musyrik yang ada di depannya sudah terjerembab ke tanah dengan wajah yang hancur.(Sahih Muslim 2/93) Baca Juga: Ternyata Proses Perkembangan Janin Sudah Dijelaskan Al-Qu'ran Seseorang dari kaum Ansar yang melihat kejadian ini menceritakan kepada Rasulullah SAW, lalu Rasulullah kemudiannya bersabda : Engkau benar, itulah pertolongan dari langit yang ketiga.”{ Hadith Riwayat Imam Muslim} Dalam riwayat lain pula, oleh Ibnu Sa’ad menyebutkan daripada Ikrimah: “Pada hari itu (perang Badar) ada kepala orang Quraisy yang gugur tanpa diketahui siapa yang memenggalnya dan ada tangan yang terpelanting tanpa diketahui siapa yang mencantasnya.” Abu Dawud al-Mazini berkata, “Aku sedang mengejar seorang tentera Musyrikin pada masa itu, tiba-tiba kepalanya sudah ditebas sebelum aku mengayunkan pedangku. Aku yakin ada orang lain yang membunuhnya terlebih dahulu.” Lalu seorang Ansar datang membawa tawanan bernama al-Abbas bin Abdul Muthallib, alAbbas berkata, “Demi Allah bukan orang ini yang tadi menawanku, tadi aku di tawan oleh seorang lelaki tinggi yang berwajah tampan dengan menunggang seekor kuda yang gagah. Dan aku tidak pernah melihat dia ditengah-tengah mereka ini.” Dengan bantuan tersebut, akhirnya hanya 15 orang dari 312 tentara Muslim yang Mati Shahid. Sementara itu kaum kafir menderita kekalahan besar, banyak pasukannya terbunuh dan termasuk Abu Jahal yang turut tewas dalam perang tersebut. Sementara itu lokasi terjadinya perang Badar terletak di sebuah lembah antara Makkah dan Madinah dan diapit oleh dua bukit, yaitu di timur bukitnya bernama ‘Udwah al Qushwa’ dan di barat bukitnya bernama ‘Udwah ad Dunya’. Wilayah lembah yang pernah menjadi lokasi pertempuran Badar masih dibiarkan menjadi padang terbuka. Saat ini, lembah badar menjadi salah satu kota yang berada di wilayah Provinsi Madinah dengan nama lengkap Kota Badar Hunain. Jarak kota ini dari Kota Madinah mencapai sekitar 130 km. Semoga sejarah erang badar ini menjadi tambahan ilmu serta peningkatan keimanan dan kecintaan terhadap agama Allah. Jika ada referensi tambahan, bisa dituliskan pada kolom komentar. Terimakasih sudah membaca. Categories: Islam, Sejarah Perang Leave a Comment Infoyunik.com Powered by WordPress Back to top PARENTING FASHION HIJAB HALAL LIFESTYLE CULINARY HOT NEWS TRAVEL DINAR VIDEO FOTO TRENDING JADWAL SHOLAT PROFIL MASJID 6 Fakta Perang Badar, Kemenangan Besar Umat Muslim News | Kamis, 15 Juni 2017 12:01 (Ilmfeed.com) Reporter : Idho Saking hebatnya, Allah SWT sampai menamainya sebagai... Dream - Bagi umat Muslim, perang Badar merupakan peristiwa besar. Sebab, peristiwa merupakan pertempuran besar pertama umat Islam melawan musuh. Dengan pertolongan Allah, kaum Muslim menang, meski kalah jumlah. Advertisement Saking hebatnya, Allah SWT sampai menamainya sebagai Yaum Al Furqan (hari pembeda) karena pada hari itu dibedakanlah mana yang haq dan batil. Saat itu pula Allah menurunkan pertolongan besar untuk kaum Muslimin dan memenangkan mereka atas musuhmusuhnya. Sungguh sebuah kemenangan yang luar biasa bagi umat Muslim. Untuk itu bertepatan dengan bulan Ramadan, dream.co.id mencoba memberikan 6 fakta tentang perang Badar. Berikut ulasannya: 1. Berlangsung di bulan Ramadan Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 2 tahun setelah Rasullulah SAW hijrah ke Madinah. 2. Badr berjarak 70 mil dari Madinah Tempat perang Badar berjarak 70 mil dari Madinah. Jika berjalan melalui jalur darat dengan menggunakan mobil, maka memakan waktu sekitar 1 Jam 45 Menit. Pada masa Rasullulah SAW mungkin jauh lebih lama. 3. Diceritakan di dalam Alquran Pertempuran Badar disinggung lewat beberapa ayat di dalam Quran Surah Ali-'Imran: QS 3: 123 : Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. QS 3: 124 : (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" QS 3: 125 : Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. QS 3: 126 : Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa. 4. Muslim kalah jumlah Tentara Muslim kalah jumlah dari pasukan Quraisy, dengan rasio 1: 3. Kaum Muslimin hanya berjumlah 313 sementara kaum Quraisy memiliki lebih dari 950 orang. Hampir seluruh sahabat Rasullulah seperti Abu Bakr, Umar, Ali, Hamza, Mus`ab ibn 'Umair, AzZubair bin Al-'Awwam, Ammar ibn Yasir, dan Abu Dzar al-Ghifari, mengambil bagian dalam peperangan. Hanya Utsman yang tidak bisa ikut peperangan karena diinstruksikan oleh Rasulullah SAW untuk merawat istrinya Ruqayyah --merupakan putri Rasulullah-- yang sedang sakit. 5. Malaikat membantu peperangan Sekitar 5000 malaikat membantu kaum Muslim untuk mendapatkan kemenangan atas kaum Quraisy yang memiliki pasukan dan persenjataan lebih baik. 6. Korban Sebanyak 14 sahabat Rasullulah syahid dalam pertempuran Badar. Nama mereka tercantum di lokasi: 1) Sayyidina 'Umayr ibn Abi Waqas. 2) Sayyidina Safwan ibn Wahb. 3) Sayyidina Dhu-Shimalayn ibn 'Abdi. 4) Sayyidina Mihja 'ibn Salih. 5) Sayyidina 'Aqil bin al-Bukayr. 6) Sayyidina 'Ubaydah ibn al-Harith. 7) Sayyidina Sa'ad ibn Khaythama. 8) Sayyidina Mubashir ibn 'Abd al-Mundhir. 9) Sayyidina Harithah ibn Suraqah. 10) Sayyidina Rafi 'ibn Mu'ala. 11) Sayyidina 'Umayr ibn Humam. 12) Sayyidina Yazid ibn al-Harith. 13) Sayyidina Mu'awidh ibn al-Harith. 14) Sayyiduna 'Awf ibn al-Harith. Sementara 70 orang dari tentara Quraisy tewas, termasuk salah satu komandan mereka, Abu Jahl. Banyak dari mereka yang dibawa sebagai tawanan kaum Muslimin yang kemudian ditebus. Tahanan perang diperlakukan dengan bermartabat dan hormat. Sebuah kejadian yang menunjukkan hal ini disebutkan di dalam Sahih Al-Bukhari: Jâbir menceritakan: "Setelah Pertempuran Badar, tawanan perang dibawa. Di antara mereka adalah al-`Abbas. Dia tidak mengenakan baju, jadi Rasullulah mencarikan kemeja untuknya. Ternyata kemeja 'Abdullah b. Ubayy adalah ukuran yang tepat, jadi Nabi memberikannya kepada al-`Abbas untuk mengenakan dan mengganti baju Abdullah dengan bajunya sendiri. Peristiwa perang Badr yang berat melawan kafir mengandung pelajaran bahwa pertolongan Allah itu diberikan kepada yang berdo’a dan usaha. Keseimbangan do’a dan usaha itulah yang mesti tetap diperaktikan dan diterapkan dalam segala aspek kehidupan. (Sumber: Ilmfeed.com) Artikel Selanjutnya Belanja Online, Gaya Hidup Baru Orang RI Selama Ramadan Terkait Ramadan 2017 Peristiwa Sejarah Islam Jejak Indah Permatasari: Karena Mimpi Aku Hidup Jangan Lewatkan Komentar 1. wuhan Video Wajah Wuhan Usai Diisolasi Akibat Virus Corona, Bak Kota Hantu 2. Mumi Mumi Mesir 3.000 Tahun Mengeluarkan Suara 3. sensus Siapkan Sensus Penduduk 2020, Jokowi: Data Lebih Berharga dari Minyak 4. virus corona Kisah Mencekam WNI Terjebak di Wuhan: Seperti Kota Mati 5. Daarul Quran Satu Keluarga, Satu Penghafal Al-Qur'an 6. virus corona Virus Corona Terdeteksi Menyerang Perawat di Arab Saudi 7. Peristiwa Viral Video Warga Wuhan Berjatuhan di Jalan kena Virus Corona, Mirip Kota Zombie 8. Muhammadiyah Muhammadiyah Keluarkan Fatwa Haram Vape 9. siswa madrasah Siswa MTsN 1 Kota Malang Harumkan Nama Indonesia di Ajang Olimpiade Matematika 10. AMSI Dewan Pers Proses AMSI Jadi Konstituen Baru 11. Agama Wapres Prihatin Ajaran Agama Dimanipulasi untuk Kepentingan Duniawi 12. Banjir Termasuk Klenteng Petak Sembilan, Ini Titik Banjir di Jakarta Join Dream.co.id 1. 2. 3. 4. Profil MasjidKetentuan LayananPedoman Media SiberPrivacyDisclaimerKode EtikRedaksiTentang KamiKontak Kami 1. 2. 3. Copyright © 2020 DREAM KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved Kumpulan Artikel Perang Kamis, 23 September 2010 5.000 Malaikat Di Perang Badar Pada bulan Shafar, awal bulan ke-12 sejak hijrahnya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam (Saw) ke Madinah, untuk pertama kalinya Rasulullah Saw keluar dengan tujuan berperang. Peperangan ini dikenal dengan sebutan Perang Widan. Inilah permulaan disyariatkannya sebuah peperangan dalam Islam. Perang ini bertujuan memerangi kaum Quraisy dan Bani Hamzah. Sayangnya, meski persiapan sudah matang, peperangan tak sempat berkecamuk. Sebab, Bani Hamzah menawarkan perdamaian. Rasulullah Saw bersama para sahabat kemudian kembali ke Madinah. Selang beberapa saat, Rasulullah Saw mendengar berita kedatangan kafilah kaum Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb dari Syam. Kafilah ini menuju Mekah. Abu Sufyan adalah musuh kaum Muslim. Mengingat dulu, saat kaum Muslim masih berada di Mekah, harta mereka banyak yang dirampas oleh kafir Quraisy, maka Rasulullah memerintahkan untuk mencegah iring-iringan kafilah tersebut dan merampas barang bawaan mereka sebagai gantinya. Anjuran Rasulullah Saw ini hanya disambut oleh sebagian kaum Muslimin di Madinah. Mereka menyangka, seperti halnya pada Perang Widan, tak bakal terjadi peperangan. Pada suatu malam di bulan Ramadhan, berangkatlah sekitar 314 orang Muslim, langsung dipimpin Rasulullah, dengan membawa 70 ekor unta. Setiap unta ditunggangi secara bergantian oleh dua atau tiga orang. Rencana penyerangan ini bocor. Abu Sufyan, setelah mendengar rencana penghadangan ini, segera mengutus seorang kurir bernama Dhamdham bin Amer Al Ghiffari ke Mekkah untuk meminta bantuan kaum Quraisy. Ia khawatir harta kekayaan yang sedang ia perniagakan direbut oleh kaum Muslim. Demi mendengar berita dari utusan Abu Sufyan, seluruh kaum Quraisy dengan serta merta menyiapkan diri lalu berangkat meninggalkan Mekah menuju Madinah dengan tujuan berperang. Tak seorang pun dari tokoh Quraisy yang tertinggal. Jumlah pasukan kira-kira 1.000 personil. Awalnya, pasukan Muslim tak mengetahui keberangkatan bala bantuan tersebut. Sementara iring-iringan kafilah Abu Sufyan telah berhasil meloloskan diri dengan menyusuri mata air Badar, terus ke pantai, lalu menuju Mekkah. Setelah mengetahui rencana penghadangan gagal dan bala tentara Quraisy dalam jumlah besar akan menyerbu kaum Muslim, Rasulullah Saw segera mengumpulkan para sahabatnya kaum Muhajirin. Dalam keadaan tak memiliki pilihan lain kecuali berperang untuk mempertahankan diri, Rasulullah Saw masih sempat meminta dukungan kepada para sahabatnya. Ternyata, meski jumlahnya sedikit, semangat kaum Muhajirin untuk berjihad tetap menyala. Apalagi, perang sudah disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala (Swt). Kaum Quraisy, di bawah pimpinan Abu Jahal, mulai berjalan ke arah lembah Badar. Lembah ini memang sejak lama diincar oleh Abu Jahal untuk diduduki. Mereka bergerak sampai ke salah satu sisi lembah Badar. Sedangkan pasukan Muslim, dipimpin Rasulullah Saw, tiba di pinggir yang berseberangan. Posisi mereka nyaris berhadap-hadapan di dekat mata air Badar. Salah seorang sahabat, Al Habab bin Mundzir Radhiyallahu 'anhu (Ra), bertanya kepada Rasul Saw, ''Ya Rasulullah, apakah dalam memilih tempat ini Anda menerima wahyu dari Allah Swt yang tidak dapat diubah lagi? Ataukah berdasarkan taktik peperangan?'' Rasulullah Saw menjawab, ''Tempat ini kupilih berdasarkan pendapat dan taktik peperangan!'' Al Habab mengusulkan, ''Ya Rasulullah! Jika demikian, ini bukan tempat yang tepat. Ajaklah pasukan pindah ke tempat air yang terdekat dengan musuh. Kita membuat kubu pertahanan di sana dan menggali sumur-sumur di belakangnya. Kita membuat kubangan dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian kita akan berperang dalam keadaan persediaan air minum cukup, sedangkan musuh tidak akan memperoleh air minum!'' Rasulullah Saw menjawab, ''Pendapatmu cukup baik!'' Lalu, pasukan Muslim bergerak ke tempat yang diusulkan oleh Al Habab bin Mundzir Ra. Ketika tentara musyrik Quraisy dengan angkuhnya maju menuju lembah Badar, Rasulullah Saw segera mengangkat tangannya ke langit, seperti dilakukan oleh Nabi-nabi Bani Israil, dan berdoa, ''Ya Robbi! Jika pasukan kecil ini sampai binasa, tidaklah akan ada lagi yang menyembahMu dengan hati yang ikhlas!'' Rasul Saw terus memanjatkan doa kepada Allah Swt dengan khusyuk seraya menengadahkan kedua telapak tangan ke langit. Abu Bakar Ash Shidiq Ra, yang melihat kesedihan di wajah Rasulullah Saw, berusaha menenangkan hati junjungannya itu seraya berkata, ''Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di tangan-Nya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janji yang telah diberikan kepadamu!'' Lalu, tiga orang Quraisy maju ke lapangan terbuka yang memisahkan kaum Muslim dan kaum Quraisy. Inilah kebiasaan orang Arab saat pertempuran akan dimulai: duel satu lawan satu. Tiga sahabat Rasul Saw, Hamzah, Ali bin Abu Thalib --dengan pedang bercabang dua yang diberi nama Zulfikar-- dan Abu Ubaidah, menerima tantangan itu. Pertarungan berlangsung seru. Akhirnya, Hamzah, Ali, dan Abu Ubaidah, memenangkan pertarungan. Dengan kemenangan ini semangat kaum Muslim semakin membara. Sebaliknya, kaum Quraisy semakin ketakutan. Pertarungan pun kemudian berubah menjadi pertarungan umum. Dan, benarlah Abu Bakar Ash Shidiq Ra bahwa Allah Swt tak pernah mengingkari janji-Nya. Tertulis dalam Al-Qur`an surat Ali Imran ayat 3, yang artinya, ''Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslim dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.'' Juga pada surat yang sama ayat 123 hingga 126, ''Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu menjadi orang yang bersyukur. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang Mu'min, 'Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)? Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.' Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'' Orang Mekah berhasil dipukul mundur. Mereka menderita kekalahan besar. Banyak pemimpin mereka yang tewas. Abu Jahal, salah satunya, jatuh sebagai korban kesombongannya yang tidak terkendalikan. Dari pihak kaum musyrik, terbunuh 70 orang dan tertawan 70 orang. Sedangkan dari pihak kaum Muslim gugur sebagai syuhada 14 orang. Tentara musyrik yang tertawan itu diperlakukan secara baik oleh kaum Muslim, kecuali dua orang, salah satu dari keduanya adalah Nazr bin Harits –seperti tertulis dalam AlQur`an surat Al Anfal ayat 32. Keduanya dihukum mati karena kebenciannya yang sangat kepada kaum Muslim. Sementara tawanan yang lain diperlakukan dengan rasa kemanusiaan yang amat besar. Atas perintah Rasulullah Saw, mereka tak boleh disakiti. Bahkan, kaum Muslim membagi makanannya sendiri kepada para tawanan itu. Roti yang paling baik diberikan kepada kaum kafir yang malang, sementara kaum Muslim cukuplah menyantap buah korma saja. Para tawanan naik kendaraan, sementara pasukan Muslim hanya berjalan kaki. Mereka benar diperlakukan layaknya seorang tamu (hidayatullah) Sumber: http://skooplangsa.blogspot.com Copy Link Bagian Atas Formulir Bagian Bawah Formulir HEADLINE HARI INI SEMARAK IMLEK 2020, RAJUT PERSATUAN DAN TOLERANSI 4. 5. 6. Home Ramadan Cerita Ramadan Peramu Taktik Jitu Perang Badar Al-Khabab bin AlMundzir Oleh Liputan6.com pada 06 Jun 2017, 02:43 WIB Liputan6.com, Jakarta Memenangkan satu peperangan tak hanya berbekal kekuatan. Taktik jitu dibutuhkan demi bisa meraih kemenangan pertempuran. Seperti kisah yang menceritakan seorang pemuda Al-Khabab bin Al-Mundzir. Bagaimana dia memberanikan diri memberikan pandangan perihal taktik menghadapi musuh saat Perang Badar dan membawa Umat Islam pada kemenangan. Seperti disarikan dari buku “Great Stories of The Quran” karya Syekh M.A. Jadul Maula, seperti mengutip Islami.co, Selasa (6/6/2017). Ketika pagi menyingsing dan matahari mulai memperlihatkan sinarnya, beberapa pasukan muslim mempersiapkan diri untuk berangkat ke medan tempur melawan pasukan kafir Quraisy yang selama ini menzalimi mereka. Sama sekali tidak ada ketakutan pada raut wajah mereka. Menjadi syahid dalam peperangan pada saat itu adalah hal yang sangat diidamkan oleh setiap muslim. Pasukan itu dipimpin langsung Rasulullah SAW. bersama para sahabat-sahabat tercintanya. Mulai Abu Bakar, Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib dan beberapa sahabat yang lainnya. Mereka lah para sahabat yang disebutkan dalam Al-Quran sebagai As-Sabiqunal Awwalun yang sudah mendapatkan jatah khusus Allah ke surga-Nya. Para pasukan itu sebenarnya dipersiapkan untuk menghentikan laju kafilah dagang kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Namun ternyata kafilah dagang Abu Sufyan lebih memilih jalur memutar agar tidak bertemu dengan pasukan Islam. Rasul pun mengarahkan pasukannya menuju bukit Badar. Sebuah bukit yang berada di dekat kota Madinah. Namun sayangnya, masih ada beberapa pasukan yang lebih menyarankan Rasul untuk menunggui kafilah dagang Abu Sufyan saja. Hingga muncullah teguran dari Allah: “Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjata lah yang untukmu,dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir”. Sehingga mereka pun bersepakat untuk tetap berangkat menuju mata air Badar dan mengabaikan kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Setibanya di mata air Badar, Rasulullah pun memerintahkan pasukannya untuk mencari posisi yang tepat sebagai pos pertahanan mereka. Rasulullah kemudian menjadikan lembah badar sebagai pos pertahanan mereka. Yakni tepatnya di sumur pertama yang dilalui mereka. Namun, datanglah seorang pria pejuang pemberani kepada Rasulullah SAW. Nampaknya pria ini telah memiliki rencana lain selain rencana yang telah diputuskan oleh Rasulullah. Pria itu bernama Al-Khabab bin al-Mundzir. Ia dengan hati-hati bertanya kepada Rasul. Ia tidak ingin menjadi sahabat yang membantah titah dan perintah Rasulullah SAW. “Wahai Rasulullah , ampunilah aku jika terlalu lancang bertanya kepadamu. Wahai Rasul, apakah tempat ini adalah tempat yang diwahyukan oleh Allah SWT kepadamu sehingga engkau tidak bisa menolaknya atau tempat ini hanyalah pendapat pribadimu yang merupakan bagian dan siasat perang?” Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Bukan wahai Khabab, ini hanyalah pendapatku semata. Ini bukan wahyu dari Allah” Dia pun menjawab, “Jika benar begitu, bolehkah aku berpendapat wahai Rasul?” Pria ini kemudian melanjutkan pertanyaannya dengan tenang dan hati-hati. Ia takut jika pendapatnya ini menyakiti perasaan Rasul atau mungkin tidak diterimanya. “Wahai Rasul, menurut pendapat ku, tempat ini bukan merupakan tempat yang baik. Kita seharusnya berada di tempat yang lebih dekat dengan sumber air. Mari kita bawa pasukan menuju sumber air. Setelah sumber air kita kuasai, kita tutup sumber air itu. Setelah itu kita harus membuat kolam yang kita isi dengan air dari sumber itu. Posisi ini akan sangat menguntungkan pasukan kita, karena persediaan air kita bisa terjamin sedangkan mereka tidak. Sehingga mereka akan kehausan karena kehabisan persediaan air.” Usulan Khabab ini sangat diapresiasi Rasulullah. Tanpa fikir panjang, Rasulullah kemudian memerintahkan pasukannya sesuai dengan arahan dan pendapat Khabab. Dan akhirnya taktik Khabab pun berhasil. Pasukan muslim mendapatkan persediaan air yang cukup selama berperang. Sedangkan kafir Quraisy kehausan dan kelaparan karena sumber air itu telah ditutup. Al-Khubab bin Al-Mundzir, Pemilik Taktik Brilian di Perang Badar Rabu 30 Januari 2019 08:00 WIB Share: Ketika pagi menyingsing dan matahari mulai memperlihatkan sinarnya, beberapa pasukan Muslim mempersiapkan diri untuk berangkat ke medan tempur melawan pasukan kafir Quraisy yang selama ini menzalimi mereka. Sama sekali tidak ada ketakutan pada raut wajah mereka. Menjadi syahid dalam peperangan pada saat itu adalah hal yang sangat diidamkan oleh setiap Muslim. Pasukan itu dipimpin langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabat tercintanya. Mulai dari Abu Bakar, Umar, Ali dan beberapa sahabat yang lainnya. Merekalah para sahabat yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai As-Sabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam) yang sudah mendapatkan jatah khusus dari Allah ke surgaNya. Para pasukan itu sebenarnya dipersiapkan untuk menghentikan laju kafilah dagang kafir Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Namun ternyata kafilah dagang Abu Sufyan lebih memilih jalur memutar agar tidak bertemu dengan pasukan Islam. Rasulullah pun mengarahkan pasukannya menuju bukit Badar. Sebuah bukit yang berada di dekat kota Madinah. Namun sayangnya, masih ada beberapa pasukan yang lebih menyarankan Rasul untuk menunggu kafilah dagang Abu Sufyan saja. Hingga ىْ إ muncullah teguran dari Allah: ِ َِ ْذ ُ ُ ْ ِذِعِ ْ ِذ َإ ْ َِ َُّلَ َّْت ْ إََُُِْْْ َُع نُّْإ ََْ ْ ِذ َإ ُِْ َِّْْنِعْ ن ْ إع ُ َِْْ َْا ل ِْ َُّ َل ِْ ُن َِّ ِذ ِإ إ َ َ ْ َ ْ َِْ نع ِِلُ إي ْ ْل إي يُ ْذ ُت ََُُْ ُك ِِْْح ْ َّْْيُ ْا ْ ذَْد ُُاِع " ِِْ ُِاِ َِّ إDan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir." (QS al-Anfal: 7) Sehingga mereka pun bersepakat untuk tetap berangkat menuju mata air Badar dan mengabaikan kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan. Setibanya di mata air Badar, Rasulullah pun memerintahkan pasukannya untuk mencari posisi yang tepat sebagai pos pertahanan mereka. Rasulullah kemudian menjadikan lembah badar sebagai pos pertahanan mereka. Yakni tepatnya di sumur pertama yang dilalui mereka. Namun, datanglah seorang pria pejuang pemberani kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tampaknya pria ini telah memiliki rencana lain selain rencana yang telah diputuskan oleh Rasulullah. Pria itu bernama al-Khubab bin al-Mundzir. Disebutkan oleh Syamsuddin al-Dzahabi dalam Târikh al-Islâm wa Wafâyât Masyâhir al-Aḥlâm, bahwa dialah yang mengusulkan sebuah taktik perang yang jitu pada saat perang Badar terjadi. (Lihat: Syamsuddin al-Dzahabi, Târikh al-Islâm wa Wafâyât Masyâhir al-Aḥlâm, [TK: Dar al-Gharb al-Islami, 2003], j. 2, h. 160) Ia dengan hati-hati bertanya kepada Rasul. Ia tidak ingin menajadi sahabat yang membantah titah dan perintah Rasulullah. “Wahai Rasulullah, ampunilah aku jika terlalu lancang bertanya kepadamu. Wahai Rasul, apakah tempat ini adalah tempat yang diwahyukan oleh Allah kepadamu sehingga engkau tidak bisa menolaknya atau tempat ini hanyalah pendapat pribadimu atau bagian dan siasat perang?” Nabi kemudian menjawab, “Bukan wahai Khubab, ini hanyalah pendapatku semata. Ini bukan wahyu dari Allah subhanahu wata'ala.” “Jika benar begitu, bolehkah aku berpendapat wahai Rasul?” Pria ini kemudian melanjutkan pertanyaannya dengan tenang dan hati-hati. Ia takut jika pendapatnya ini menyakiti perasaan Rasul atau mungkin tidak diterimanya. “Wahai Rasul, menurut pendapatku, tempat ini bukan merupakan tempat yang baik. Kita seharusnya berada di tempat yang lebih dekat dengan sumber air. Mari kita bawa pasukan menuju sumber air. Setelah sumber air kita kuasai, kita tutup sumber air itu. Setelah itu kita harus membuat kolam yang kita isi dengan air dari sumber itu. Posisi ini akan sangat menguntungkan pasukan kita, karena persediaan air kita bisa terjamin sedangkan mereka tidak. Sehingga mereka akan kehausan karena kehabisan persediaan air.” Usulan Khubab ini sangat diapresiasi oleh Rasulullah. Tanpa pikir panjang, Rasululah kemudian memerintahkan pasukannya sesuai dengan arahan dan pendapat Khubab. Sikap beliau ini menunjukkan bahwa Nabi adalah pribadi yang gemar musyawarah dan terbuka atas pendapat orang lain. Dan akhirnya taktik Khubab pun berhasil. Pasukan Muslim mendapatkan persediaan air yang cukup selama berperang. Sedangkan kafir Quraisy kehausan dan kelaparan karena sumber air itu telah ditutup. Khubbah meninggal pada saat Umar bin Khattab menjadi khalifah. Taktik perang Khubbab yang menjadikan kaum Muslimin menang dalam perang Badar akan dikenang oleh seluruh umat Islam sepanjang masa. Wallahu a’lam Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/102004/al-khubab-bin-al-mundzir-pemilik-taktikbrilian-di-perang-badar