BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 , mengatur setiap tingkah laku warga negaranya tidak terlepas dari segala peraturan-peraturan yang bersumber dari hukum.Negara hukum menghendaki agar hukum senantiasa harus ditegakkan, dihormati dan ditaati oleh siapapun juga tanpa ada pengecualian. Hal ini bertujuan untuk menciptakan keamanan, ketertiban,kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil,makmur,sejahtera,tertib dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera tersebut perlu peningkatan secara terus menerus usaha-usaha dibidang perdagangan dan jual beli termasuk ketersediaan lapangan pekerjaan. 1 Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya yang berdasarkan kesepakatan bersama bukan pemaksaan. 2jual beli adalah transaksi antara satu orang dengan orang yang lain yang berupa tukar-menukar suatu 1 https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan 2 https://islamiwiki.blogspot.com/2014/06/pengertian-jual-beli-hukum-syarat.html 1 barang dengan barang yang lain berdasarkan tata cara atau akad tertentu. Pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari, pengertian dari jual beli adalah penukaran barang dengan uang. Sedangkan penukaran barang dengan barang tidak lazim disebut jual beli, melainkan disebut barter. 3 Definisi “human trafficking” manusia pertama kali dikemukakan pada tahun 2000, ketika Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menggunakan Protokol untuk mencegah dan menghukum pelaku human trafficking pada manusia, khususnya pada kau perempuan dan anak-anak, yang menambah konvensi PBB untuk memerangi kejahatan terorganisir lintas negara (“Protokol Palerno”). Tindak pidana perdagangan orang (human trafficking) adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang detentukan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Perdagangan orang (manusia) sebagai suatu tindak pidana, sebenarnya sudah di atur dalam hukum positif Indonesia, yaitudalam pasal 297 KUHP yang berbunyi : “perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum cukup umur di ancam pidana penjara paling lama enam tahun penjara”. Peningkatan pengendalian dan pengawasan sebagai upaya penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana penjualan orang sangat diperlukan,upaya pencegahan harus benar-benar dilaksankan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Perdagangan orang sebagai tindak pidana agar tidak terus bertambah dalam masyarakat dan berpengaruh bagi perkembangan negara.Masalah hukum ini menyangkut peran aparat penegak hukum , khususnya Kepolisian yang sangat penting keberadaannya 3 Rodliyah,perempuan dalam lingkara kekerasan,pustaka bangsa(anggota IKAPI),jln.Swakarsa VII Nomor 28 kekalek Gerisak,Matara-NTB,hal 48 Ibid.hlmn50 2 ditengah masyarakat sebagai abdi negara dan pengayom dalam kehidupan masyarakat.Peran masyarakat juga dibutuhkan dalam hal ini untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan tindak pidana penjualan orang. Sejumlah kasus penjualan orang belakangan ini tampak mengejutkan masyarakat.kejadiannya semula hanya terdapat di kota-kota besar , tetapi kini sudah merembet di kota-kota kecil.Disamping itu para pelaku yang terlibat tidak hanya dari kalangan orang dewasa , tetapi juga remaja atau kalangan anak muda bahkan perempuan juga ikiut terlibat dalam penjualan orang ini. Alasan penyusun melakukan penelitian ini karena, di wilayah hukum Polda NTB, yang awalnya kasus perdagangan orang sangat jarang terjadi. Akan tetapi satu tahun terahir ini jumlah kasus narkotika meningkat . Dimana pada tahun 2019 , 4Polda NTB menerima pelimpahan Bareskrim Polri karena korbannya yang berasal dari Lombok Timur. Untuk kasus TPPO ke Suriah, peran perekrut telah terungkap pada tanggal 27 April 2019. Kedua perekrut yang berasal dari Lombok Timur berinisial AK dan SJ. Selanjutnya, hasil pengembangan dari kasus tersebut, penyidik mendapatkan identitas penampung korban yang berada di Jakarta. Penampung berinisial HM diamankan penyidik kepolisian pada tanggal 2 Mei 2019 di Jakarta. Dari beberapa kasus yang terjadi perempuan dan anak ikut terlibat dalam perdagangan orang ini.Beberapa kota yang menjadi tempat peredaran gelap narkotika adalah kota Mataram.Maka dari itu perlu mendapatkan perhatian dan perlu dilakukan upaya pemberantasan dan penanggulanagan. 4 https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/pr4m9c414/polda-ntb-ungkap-kasusperdagangan-orang-ke-suriah, di akses pada tanggal 24 juni 2019 3 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik memilih judul tentang " UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENJUALAN ORANG OLEH KEPOLISIAN POLDA NUSA TENGGARA BARAT”. B. RUMUSAN MASALAH 1. Mengapa perdagangan orang di wilayah hukum Kepolisian Polda NTB terus meningkat ? 2. Bagaimana upaya penanggulangan tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh Kepolisian Polda NTB? C. Tujuan Peneliatian 1. Untuk menjelaskan penyebab meningkatnya perdagangan dan jual beli orang di wilayah hukum Kepolisian Polda NTB. 2. Untuk menjelaskan upaya penanggulangan tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh Kepolisian Polda NTB. D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Untuk pengembangan ilmu hukum secara umum dan pengembangan hukum pidana secara khusus, dalam hal ini mengenai Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Oleh Kepolisian. 4 b. Manfaat Praktis Hasil penyusunan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan solusi yang tepat bagi pengambilan kebijakan dalam hal mengenai upaya penanggulangan tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh pihak kepolisian (polda NTB) dan dapat mengurangi atau memberantas perdagangan orang didalam masyarakat khususnya diwilayah hukum Polda NTB, serta sebagai penambahan wawasan masyarakat tentang Perdagangan Orang. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Umum tentang Hukum Pidana Pengertian Hukum Pidana Secara tradisional , definisi hukum pidana menurut Samidjo adalah “hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan dan larangan terhadap pelanggaran yang diancam dengan hukuman berupa siksaan badan “Definisi lainnya adalah “ hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai kata “ pidana” berarti hal yang “dipidanakan”, yaitu hal hal yang dilimpahkan oleh isntansi yang berkuasa kepada seseorang sebagai hal yang tidak enak dirasakan dan juga hal yang tidak dilimpahkan sehari-hari.5 Mezger,mengkonsepkan hukum pidana adalah semua aturan-aturan hukum yang menentukan suatu pidana sebagai akibat hukum kepada suatu perbuatan yang telah dilakukan.6 Menurut Simons, hukum pidana adalah semua perintah dan larangan yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan pidana bagi barang siapa yang tidak menaatinya semua aturan-aturan yang menentukan syarat-syarat bagi akibat hukum itu dan semua aturan-aturan untuk mengadakan dan menjalankan pidana tersebut.7 Menurut Moeljatno Hukum Pidana adalah “ bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: a. Menentukan perbuatan-perbuatan yang berlaku disuatu Negara yang dilakukan, yang dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan. 5 Pipin Syarifin, ,Hukum Pidana di Indonesia,Pustaka Setia,Bandung, 2000,hlmn.13 Amiruddin,Hukum Pidana Indonesia,Genta Publishing,Yogyakarta,2015,hlmn.4 7 Ibid., hlmn.5 6 6 c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilakukan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut. 8 Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hukum pidana adalah aturan hukum yang memuat perintah (gebod), larangan(verbod), dan kebolehan (mogen) serta juga memuat sanksi bagi mereka yang melanggarnya. 2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana a. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana yaitu “Straafbaar Feit” berasal dari bahasa Belanda pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) . Para ahli hukum di Indonesia menerjemahkan berbagai macam pernyataan tentang istilah pidana ,menurut Moeljatno menerjemahkan dengan istilah “Perbuatan Pidana” , menurut Wirjono Projodikoro menerjemahkan dengan istilah “ Tindak Pidana” dan beberapa pakar hukum pidana menerjemahkan dengan istilah “Delik” dengan berbagai pendapat masing-masing pembentuk Undang-Undang menggunakan istilah “Tindak Pidana”. Dalam pembuat undang-undang merumuskan suatu undang-undang dengan mempergunakan istilah perbuatan pidana atau peristiwa pidana atau tindak pidana dan dalam kepustakaan Hukum Pidana sering dipergunakan dengan istilah “delik”. Maksud diadakannya istilah perbuatan pidana, peristiwa pidana, tindak pidana dan sebagiannya yaitu untuk mengalihkan istilah asing yang ditinggalkan oleh Belanda Straafbaar Feit . Namun belum jelas apakah disamping mengalihkan bahasa dari istilah Straafbaar Feit ini , dimaksudkan untuk mengalihkan makna dari pengertian juga. Straafbaar Feit 8 Moeljatno,Asas-Asas Hukum Pidana,Rineka Cipta,Jakarta,2002,hlmn.16 7 adalah suatu tingkah laku manusia yang diancam pidana, jadi tingkah laku pada umumnya dilarang dan dincam pidana.9 Menurut Moeljatno tentang perbuatan pidana adalah : “ Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum yang dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu di ingat bahwa larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang) sedangkan ancaman ditunjukan kepada orang yang melakukan keadaan atau kejadian tersebut”.10 Pakar hukum pidana yang menggunakan istilah “delik” dalam arti Straafbaar Feit, member definisi sebgai berikut11 : 1. Menurut Vos, delik adalah Feit yang dinyatakan dapat dihukum berdasarkan undangundang. 2. Menurut Van Hammel, delik adalah suatu ancaman atau serangan terhadap hak-hak orang lain. 3. Menurut Simons, delik adalah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana bersifat melawan hukum. b. Jenis-jenis Tindak Pidana Menurut Moeljatno, jenis-jenis perbuatan pidana dibedakan atas dasar-dasar tertentu, antara lain sebagai berikut : 1. Menurut Kitab Undang-Unadang Hukum Pidana) dibedakan antara lain kejahatan yang dimuat dalam Buku II dan Pelanggaran yang dimuat dalam Buku III. Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan” dan “Pelanggaran” itu bukan hanya merupkan dasar bagi pembagian KUHP kita menjadi Buku ke 9 Bambang Poernom,.Asas-asas Hukum Pidana Seri Hukum Pidana Indonesia,Yogyakarta,1993.hlmn.91 10 Ibid.,hlmn.59 11 Leden Merpaung .Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Sinar Grafika.Jakarta.2015.hlmn.8 1,Ghali 8 II dan Buku III melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem hukum pidana didalam Perundang-Undangan secara keseluruhan. 2. Cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil (Formeel Delicten) dan tindak pidana materil (Materil Delicten). Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yang dirumuskan itu adalah melakukan perbuatan tertentu. Misalnya Pasal 351 KUHP yaitu tentang penganiayaan. Tindak pidana materil inti larangannya adalah ada pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan akibat yng dilarang itulah yang dipertanggungjawabkan dan dipidana. 3. Dilihat dari bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana sengaja (dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten). 4. Berdasarkan macam pembuatannya, tndak pidana aktif (positif). Perbuatan aktif juga disebut materil adalah perbuatan untuk mewujudkannya diisyaratkan dengan adanya gerakan tubuh orang yang berbuat.12 Klasifikasi tindak pidana menurut system KUHP dibagi menjadi dua bagian, kejahatan (minsdrijven) yang diatur dalam Buku II dan pelanggaran (overtredigen) yang diatur dalam Buku III KUHP. Pembagian perbedaan Kejahatan dan pelanggaran didasarkan atas perbedaan prinsipil, yaitu; a) Kejahatan adalah rechtsdelict, artinya perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan keadilan. Pertentangan ini terlepas perbuatan itu diancam pidana dalam suatu Perundang-undangan atau tidak. Jadi, perbuatan itu benar-benar dirasakan masyarakat sebagai bertentangan b) Dengan keadilan. c) Pelanggaran adalah wetsdelict, artinya perbuatan-perbuatan yang didasari oleh masyarakat sebagai suatu tindak pidana karena undang-undang menyebutkan sebagai delik.13 12 13 Moeljatno.Asas-asas Hukum pidana, Rineka Cipt. Jakarta, 1993 Hlmn. 47 Tri Andrismata,Hukum Pidana, Universitas Lampung, ,Bandar Lampung, 2007, Hlm.86 9 c. Unsur-unsur Tindak Pidana Setiap tindak pidana yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada umumnya dapat dijabarkan kedalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif . Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku , dan termasuk kedalam segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya.Sedangkan Unsur Objektif adalah unsure-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan , yaitu didalam keadaan-keadaan mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur-unsur Subjektif tindak pidana, adalah : 1. Kesengajaan atau tidak kesengajaan (dolus dan culpa); 2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud dalam padal 53 ayat (1) KUHP; 3. Macam-macam maksud atau oogmerk , misalnya didalam kejahatan pencurian,penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain; 4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachteraad , seperti yang terdapat didalam kejahatan pembunuhan menurut pasal 340 KUHP; 5. Perasaan takut atau vress , seperti yang terdapat didalam rumusan tindak pidana menurut pasal 308 KUHP. Unsur-unsur Objektif tindak pidana, adalah : 1. Sifat melanggar hukum atau wederrechttelijkheid; 10 2. Kualitas dari si pelaku , misalnya “keadaan sebagai seorang pegawai negeri “ didalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP atau “ keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu PT” didalam kejahatan menurut pasal 398 KUHP; 3. Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.14 3. Tinjauan Umum Tentang Perdagangan Orang Human trafficking merupakan salah satu Extraordinary Crime (kejahatan luar biasa antar negara. 15 Definisi “human trafficking” manusia pertama kali dikemukakan pada tahun 2000, ketika Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menggunakan Protokol untuk mencegah dan menghukum pelaku human trafficking pada manusia, khususnya pada kaum perempuan dan anak anak, yang menambah konvensi PBB untuk memerangi kejahatan terorganisir lintas negara (“Protokol Palermo”). 1. 16 Pasal: 3 pada Protokoler Palermo, mendefinisikan trafiking manusia sebagai berikut: a) Trafiking manusia pada manusia berarti : Perekrutan, pengiriman ke suatu tempat, pemindahan , penempatan atau penerimaan orang, dengan menggunakan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaan lain, penculikan, tipu daya, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau kedudukan rentan atau pemberian penerimaan 14 https://artonang.blogspot.com/2016/08/unsur-unsur-tindak-pidana.html?m=1,diakses pada tanggal 6 Juni 2019,pukul 15.30 WITA 15 15 Rodliyah,perempuan dalam lingkara kekerasan,pustaka bangsa(anggota IKAPI),jln.Swakarsa VII Nomor 28 kekalek Gerisak,Matara-NTB,hal 48 16 Ibid.49 11 pembayaran atau keuntungan untuk memperoleh persetujuan dari orang yang menguasai orang lain untuk tujuan eksploitasi. b) Persetujuan korban trafiking manusia atas eksploitasi yang dimaksud pada sub ayat (a) pasal ini, menjadi tidak relevan apabila digunakan sarana yang dimaksud pada sub ayat (a). c) Perekrutan pengangkutan,pemindahan,penampungan atau penerimaan seorang seorang anak untuk maksud eksploitasi dianggap sebagai “trafiking manusia”, meskipun apabila hal ini tidak mencakup salah satu sarana yang termaktub pada sub ayat (a) pasal ini. d) “Anak”, berarti seseorang yang berusia dibawah 18 tahun. 2. Menurut KEPRES RI No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (trafiking) Prempuan dan Anak mendefinisikan : Trafiking adalah sebagai segala pelaku trafiking yang mengandung salah satu atau lebih tindakan; perekrutan, pengangkutan antar daerah dan antar negara, pemindahtanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampungan smentara atau ditempat tujuan, perempuan dan anak dengan cara ancaman, penggunaan kekerasan verbal dan fisik, penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi krentanan (misalnya ketika seseorang tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan hutang, dan lain-lain), memberikan atau meerima pembayaran atau keuntungan, dimana perempuan dan anak digunakan untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi seksual (termasuk phaedopli), buruh migran legal mauoun ilegal, adopsi anak, pekerjaan jerma, pengantin pesanan, pembantu rumah tangga, mengemis, industri pornografi, 12 pengedaran obat terlarang danpenjualan organ tubuh, serta bentuk-bentuk eksploitasi lainnya. Definisi ini mengacu pada definisi trafiking dalam UN Trafiking protocol (protocol PBB) yang sudah diakui dan diterima oleh masyarakat internasional. 3. Indonesia sekarang telah memiliki undang-undang secara khusus yang mengatur tindak pidana perdagangan orang yaitu Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 yang telah diundangkan pada tanggal 19 April 2007, memberikan pengertian perdagangan orang adalah tindakan perekrutan pengangkutan, perampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyepakatan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan penjeratan utang atau member bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memgang kendali atas orang lain tersebut, biak yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. B. Kejahatan perdagangan orang (Human Trafficking) bersifat Transnasional dan Terorganisir Human Traffiking atau perdagangan manusia dipahami sebagai kejahatan antar lintas negara (transnational crime) dalam arti yang luas, merupakan kejahatan yang memliki jaringan yang kuat serta sulit penanganannya. Harus disadari bahwa kegiatan trafiking telah bekerja secara terbuka baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat internasional karena pada umumnya dengan operandi ”penipuan” terhadap korban menjanjikan pekerjaan pada suatu perusahaan dengaan gaji/upah yang besar, ternyata 13 disalurkan kedalam industri seks/prostitusi, atau korban dijadikan sebagai pekerja seks secara terpaksa. Upaya memerangi tindak pidana trafiking dimulai dengan kecermatan mengenali indikator tindak pidana trafiking. Indikator-indikator berikut ini, dilandaskan pada penyidikan tindak pidana yang dapat membantu mengenali kasus-kasus trafiking . 1. Indikator indikator umum sebagai berikut : Orang berpeluang menjadi korban atau calon korban ternyata tidak menerima upah sebagai imbalan bagi pekerjaan yang dilakukannya atau dibayar hanya untuk sejumlah kecil yang seharusnya ia terima. Calon korban tidak dapat mengelola sendiri upah yang ia terima atau harus menyerahkan sebagian besar upahnya kepada pihak ketiga. Pihak mketiga ini bisa seorang perantara, agen, majikan atau dalam hal bisnis pelacuran sebagai muncikari. Adanya ikatan utang piutang, calon korban berkewajiban untuk membayar sejumlah uang (dengan jumlah yang berlebihan) kepada pihak ketiga (misalnya pengganti biaya rekruitmen, jasa perantaraan, perolehan suratsurat identitas, biaya perjalanan, makanan, akomodasi, pakaian atau perlengkapan kerja lainnya) sebelum ia diperkenanlkan untuk menerima dan mengelola sepenuhnya upah yang seharusnya diterimakan kepadanya dan/atau sebelumnya ia diperkenankan untuk berhenti atau meninggalkan pekerjaan tersebut. Pembatasan atau perampasan kebebasan bergerak, calon korban tidak di perkenankan untuk meninggalkan tempat kerja atau penampungan untuk 14 jangka waktu lama atau meninggalkan tempat tersebut tanpa didampingi orang lain atau ditempatkan dibawah pengawasan terus menerus. Calon korban tidak diperkenankan (dilarang) berhenti bekerja. Isolasi/pembatasan kebebasan untuk mengadakan dan memelihara kontak dengan orang-orang lain seperti keluarga, teman-teman sekerja. Ditahan atau tidak diberikannya pelayanan kesehatan, makanan yang memadai dan lain-lain. Pemerasan atau ancaman pemerasan terhadap kelurga atau anak anak dari calon korban jika ia tidak menuruti kehendak majikan atau menunjukkan sikap membangkang. Ancaman penggunaan kekerasan. Pada calon korban ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik Calon korban harus bekerja dalam kondisi yang sangat buruk dan/atau harus bekerja dalam jangka waktu bekerja yang sangat panjang. Calon korban tidak membayar sendiri atau mengurus sendiri perjalanan, visa, paspor dan lain-lain Calon korban menggunakan paspor atau surat identitas diri palsu yang disediakan oleh pihak ketiga Calon korban takut dideportasi. 2. Indikator khusus berkenan dengan trafiking pelacuran : Calon korban mendapaktan bagian yang sangat kecil dari upah yang umumnya dibayarkan. 15 Calon korban diharuskan mendapatkan perhasilan dalam jumlah tertentu perhari. Pengelola border atau pihak ketiga telah membayar ongkos transfer bagi calon korban dan/atau menyerahkan sebagian dari penghasilan calon korban kepada pihak ketiga. Tempat dimana calon korban dipekerjakan berubah ubah. 4. Tinjauan Umum Tentang Kepolisian a. Pengertian Kepolisian Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum Kepolisian.17 Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang menjaga ketertiban , keamanan dan penegakan hukum diseluruh wilayah negara.Kepolisian adalah salah satu lembaga penting yang memainkan tugas utama sebagai penjaga keamanan ,ketertiban dan penegakan hukum, sehingga lembaga kepolisian pasti ada diseluruh negara berdaulat . Kadangkala pranata bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Kepolisian Negara Republik Indonesia 17 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 16 (POLRI) dilepas dari ABRI.Polisi dalam lingkumgan pengadilan bertugas sebagai penyidik.Dalam tugasnya mencari barang bukti,keterangan-keterangan dan berbagai sumber, baik keterangan saksi-saksi maupun keterangan ahli. b. Tugas dan Wewewnang Kepolisian Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum; dan c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan; c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional; e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; 17 f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian; i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang; k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; sertal. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang: a. Menerima laporan dan/atau pengaduan; b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum; c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; 18 e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian; f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan; g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian; h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. mencari keterangan dan barang bukti; i. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional; j. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat; k. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dari penjelasan latar belakang objek dan instrument yang mendukung penelitian ini, maka penelitian yang sedang diteliti penulis dikelompokkan ke dalam jenis penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah mengkaji penelitian hokum yang dikonsepsikan sebagai perilaku nyata (actual behavior), sebagai gejala social yang sifatnya tidak tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat. B. Metode Pendekatan Metode penelitian adalah metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan yang sedang dikaji. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut: a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang sedang dibahas dalam penyusunan hukum yang diteliti. b. Pendekatan konseptual (Coneptual Approach) yaitu pendekatan yang bersumber dari pendapat para ahli, pendapat para serjana maupun para pendapat ahli hukum yang berkaitan dengan permaslahan yang dibahas. c. Pendekatan sosiologis, yaitu pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan bekerjanya hukum dalam hidup keseharian warga masyarakat. 20 C. Jenis dan Sumber Data 1. Sumber Data 1) Data Lapangan Data lapangan yaitu data yang didapatkan secara langsung dari penelitian lapangan (Field Research) atau data hasil wawancara langsung dengan informan ataupun responden. 2) Data Kepustakaan Data kepustakaan yaitu data yang diperoleh dengan mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang berupa peraturan perUndang-Undangan, jurnal, artikel, literature, dan karya tulis yang berhubungan dengan penelitian ini. 2. Jenis Data 1) Data Primer Data primer yaitu data yang di peroleh dari penelitian lapangan, yaitu lembaga atau pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang akan di teliti. Dalam hal ini adalah Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan memperoleh data berupa informasi tentang faktor penyebab meningkatnya perdagangan orang serta upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Kepolisian Polda Nusa Tenggara Barat dimana di lakukan dengan wawancara langsung. 2) Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan serta menelaah berbagai bahan kepustakaan yang berhubungan dengan faktor penyebab meningkatnya perdagangan orang serta upaya penanggulangan yang terdiri dari : 21 a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundangundangan, yaitu: Undang-Undang Dasar 1945; Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Perdagangan Orang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesi. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer , seperti rancangan undang-undang, hasil penelitian,atau pendapat pakar hukum. D. Teknik/cara Memperoleh Bahan Hukum 1. Studi Lapangan Studi lapangan ini di lakukan dengan cara pengumpulan data langsung dari sumber penelitian. Adapun cara yang di lakukan adalah melaui wawancara (Interview), yaitu situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang disusun untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang informan dan responden. Informan adalah orang yang berhubungan dengan tugas dan jabatannya memberikan informasi terkait masalah hukum yang diteliti. Dalam hal ini adalah Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polda Nusa Tenggara Barat. Responden yaitu orang yang dibina sebagai warga binaan yang dimintai untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mewancarai secara lisan ketika menjawab wawancara.Dalam 22 hal ini adalah narapidana perdagangan anak pada Lembaga Pembinaan Wawancara dapat dimaknai secara sederhana sebagai percakapan yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) dengan satu atau dua orang atau lebih informan dengan tujuan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. 2. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan diperoleh dari studi dokumen yang merupakan langkah awal dari setiap penelitian hukum (baik normatif maupun empiris) karena penelitian hukum selalu bertolak dari premis normatif.18 E. Analisis Bahan Hukum Analisis bahan hukum yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, dimana analisis deskriptif kualitatif ini data yang telah didapat dalam penelitian ini akan dianalisa dengan menguraikan dan memaparkan secara jelas apa adanya mengenai objek yang diteliti,data dan informasi yang diperoleh dari objek penelitian,dikaji dan dianalisa dikaitkan dengan teori-teori, peraturan perundang-undangan yang berlaku.Bertujuan untuk memecahkan permasalahan mengenai Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perdaganagn Anak Oleh Kepolisian Polda Nusa Tenggara Barat. 18 Amiruddin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, 23 DAFTAR PUSTAKA https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan https://islamiwiki.blogspot.com/2014/06/pengertian-jual-beli-hukum-syarat.html Rodliyah,perempuan dalam lingkara kekerasan,pustaka bangsa(anggota IKAPI),jln.Swakarsa VII Nomor 28 kekalek Gerisak,Matara-NTB,hal 48 Ibid.50 https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/pr4m9c414/polda-ntb-ungkapkasus-perdagangan-orang-ke-suriah, di akses pada tanggal 24 juni 2019 Pipin Syarifin, ,Hukum Pidana di Indonesia,Pustaka Setia,Bandung, 2000,hlmn.13 Amiruddin,Hukum Pidana Indonesia,Genta Publishing,Yogyakarta,2015,hlmn.4 Ibid., hlmn.5 Moeljatno,Asas-Asas Hukum Pidana,Rineka Cipta,Jakarta,2002,hlmn.16 Bambang Poernom,.Asas-asas Indonesia,Yogyakarta,1993.hlmn.91 Ibid.,hlmn.59 Hukum Pidana Seri Hukum Pidana 1,Ghali Leden Merpaung .Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Sinar Grafika.Jakarta.2015.hlmn.8 Moeljatno.Asas-asas Hukum pidana, Rineka Cipt. Jakarta, 1993 Hlmn. 47 Tri Andrismata,Hukum Pidana, Universitas Lampung, ,Bandar Lampung, 2007, Hlm.86 https://artonang.blogspot.com/2016/08/unsur-unsur-tindak-pidana.html?m=1,diakses pada tanggal 6 Juni 2019,pukul 15.30 WITA Rodliyah,perempuan dalam lingkara kekerasan,pustaka bangsa(anggota IKAPI),jln.Swakarsa VII Nomor 28 kekalek Gerisak,Matara-NTB,hal 48 Ibid.49 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Amiruddin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, 24 TUGAS MPH PROPOSAL PENELITIAN " UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENJUALAN ORANG OLEH KEPOLISIAN POLDA NUSA TENGGARA BARAT” OLEH NAMA : NOPRI RAHMAWANDI NIM :D1A016235 KELAS : C (REGULER PAGI) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2019 25