PROPOSAL Theo Marius (1601015112)

advertisement
PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP
KEMISKINAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PROPOSAL
Oleh:
THEO MARIUS
1601015112
ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................... ................................................................... ........i
HALAMAN PENGESAHAN.... .......................................................................... .ii
DAFTAR ISI............... .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........... ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.............. ................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1. Latar Belakang................ .............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........... .............................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian......... .................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian........ ................................................................................8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................9
2.1. Landasan Teori.......... ...................................................................................9
2.1.1.Konsep Kemiskinan. .........................................................................9
2.1.2.Ukuran Kemiskinan. .......................................................................10
2.1.3. Indikator Kemiskinan.....................................................................11
2.1.4. Penyebab Kemiskinan.... ................................................................12
2.1.5. Kependudukan..... ..........................................................................14
2.1.6. Pertumbuhan Penduduk.. ...............................................................19
2.1.7. Konsep Pengangguran... ................................................................21
2.2. Karakteristik Antara Variabel.... ................................................................25
2.2.1. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Kemiskinan..... .........25
2.2.2. Pengaruh Pengangguran terhadap Kemiskinan...... .......................25
2.3. Penelitian Terdahulu...................................................................................26
2.4. Definisi Konsepsional ................................................................................30
2.5. Kerangka Konseptual....... ..........................................................................30
2.6. Hipotesis .....................................................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................32
3.1. Definisi Operasional........ ...........................................................................32
3.2. Jenis dan Sumber Data ...............................................................................32
3.3. Teknik Pengumpulan data........... ...............................................................33
3.4. Alat Analisis................ ...............................................................................33
3.5. Pengujian Hipotesis.......... ..........................................................................34
3.6. Uji Asumsi Klasik ......................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................41
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Kemiskinan di Kalimantan Timur Tahun 20092018.............................. ...........................................................................3
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kalimantan
Timur tahun 2009-2018....................... ....................................................5
Tabel 1.3 Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka di
Kalimantan Timur Tahun 2009-2018........ ..............................................5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu................................................ ..............................28
Tabel 3.1 Interprestasi Koefisien Kolerasi................ .............................................36
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan Versi Nurkse....... ................................14
Gambar 2.2 Kerangka Konsep..... ..........................................................................30
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permasalahan utama yang selalu ada pada negara-negara berkembang
adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu karakteristik yang melekat
bagi negara sedang berkembang, tanpa terkecuali Indonesia yang menjadi salah
satu dari negara-negara berkembang dan memiliki penduduk miskin yang besar.
Menurut
Badan
Pusat
Statistik
(BPS),
kemiskinan
dipandang
sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari pengeluarannya. Jadi penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di
bawah garis kemiskinan.
Kemiskinan merupakan salah satu persoalan yang dihadapi oleh negaranegara berkembang di dunia. Kemiskinan bahkan menjadi persoalan fenomenal
dalam bidang ekonomi yang merupakan titik acuan keberhasilan negara dari
waktu ke waktu, terlebih pada negara yang sedang berkembang, termaksud
Indonesia yang merupakan salah satu negara yang masuk kategori berkembang
menyadari bahwa pentingnya memperhatikan masalah kemiskinan dan melakukan
segala upaya untuk meningkatkan kesejahteraan.
Pemerintah terus berupaya untuk mengurangi jumlah orang miskin di
Indonesia, terutama dalam pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional
dalam meningkatkan kesejahteraan di Indonesia salah satunya sebagaimana
diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945
1
2
yaitu “untuk mewujudkan kesejahteraan umum”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) istilah kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti
aman sentosa dan makmur dan dapat selamanya terlepas dari gangguan.
Kesejahteraan umum di Indonesia dapat digambarkan salah satunya berdasarkan
tingkat kemiskinan penduduk di Indonesia. Terdapat hubungan negatif antara
kesejahteraan umum dengan tingkat kemiskinan di indonesia, semakin tinggi
tingkat kemiskinan di Indonesia mengambarkan semakin rendah tingkat
kesejahteraan penduduk di Indonesia.
Dalam mendukung kebijakan dalam mengurangi kemiskinan diperlukan
kebijakan yang tepat dalam upaya meningkatkan kesejateraan dapat tercapai
secara maksimal. Berbagai kegiatan pembangunan nasional dilakukan pemerintah
untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Salah satunya yaitu dengan melaksanakan
Program Keluarga Harapan, yaitu bantuan non tunai bersyarat bagi keluarga
penerima manfaat (KPM). Kedua, Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk anak usia
sekolah. Ketiga, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) untuk keluarga penerima
manfaat (KPM). Keempat, dengan program Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk
penduduk berpendapatan terendah. Kelima, program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
untuk mendukung UMKM dalam menambah modal usaha. Keenam, melalui
program Pemodalan Nasional Madani (PNM) yang bertujuan membantu
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Dengan demikian,
program pemerintah ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumbar daya
manusia serta menanggulangi tingkat kemiskinan di Indonesia.
3
Permasalahan kemiskinan di Provinsi Kalimantan Timur disebabkan
antara lain pertambahan penduduk yang semakin meningkat serta jumlah
angkatan kerja yang tidak terpakai sehingga pembangunan kesejahteraan sosial
sangat rendah. Oleh sebab itu, kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama,
terutama bagi pemerintah yang berperan sebagai pengambil kebijakan untuk
mencari jalan keluar dalam upaya pengetasan kemiskinan.
Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Kemiskinan di Kalimantan Timur Tahun 20092019.
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
(ribu)
2009
239,22
2010
243,00
2011
247,13
2012
246,11
2013
248,69
2014
252,68
2015
209,99
2016
211,24
2017
218,67
2018
222,39
2019
220,91
Sumber Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur 2019.
Persentase Penduduk Miskin
(%)
7.73
7.66
6.63
6.38
6.38
6.31
6.10
6.00
6.08
6.06
5.91
Berdasarkan tabel 1.1, jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur
mengalami fase naik turun sedangkan persentase terus menurun pada sebelas
tahun terakhir dari tahun 2009 sebesar 239,220 ribu jiwa dengan persentase 7,73
persen, naik hingga pada tahun 2014 sebesar 252,68 ribu jiwa dengan persentase
6,31 persen, turun lagi pada tahun 2015 sebesar 209,99 ribu jiwa dengan
persentase 6,10 persen, kemudian naik lagi hingga pada tahun 2018 sebesar
222,39 ribu jiwa dengan persentase 6,06 persen, hingga pada tahun 2019 turun
sebesar 220,91 ribu jiwa dengan persentase 5,91 persen. Sedangkan menurut
target yang di terapkan pemerintah adalah 6,12 persen pada tahun 2019 dan 6,00
persen pada tahun 2020. Menurunnya jumlah penduduk miskin pada sebelas tahun
4
terakhir merupakan keberhasilan pemerintah dalam melakukan kebijakan
meningkatkan kesejahteraan sehingga berpengaruh menurunnya kemiskinan di
Kalimantan Timur.
Keberhasilan Kalimantan Timur dalam menurunkan kemiskinan belum
sepenuhnya berhasil. Sebab bisa kita lihat sendiri dalam kehidupan sehari-hari,
masih banyak orang miskin di sekitar kita maupun di daerah lain serta dari tingkat
kemiskinan yang juga relatif tinggi bila dibandingkan dengan provinsi lain di
Indonesia maupun negara-negara lain. Ini menjadikan pekerjaan rumah bagi
pemerintah dan semua pihak terkait dalam mensejahterakan rakyat.
Pemerintah akan terus menargetkan angka kemiskinanan terus diturunkan
untuk masa yang akan datang, salah satu program dalam menurunkan angka
kemiskiana
adalah
dengan
meningkatkan
program
Corporate
Social
Responcibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan kepada perusahaanperusahaan di Kalimantan Timur demi meningkatkan sumber daya manusia yang
lebih baik. Apabila semua perusahaan bisa bertanggung jawab dengan program
CSR, maka tugas pemerintah dalam pengentasan kemiskinan akan sangat
terbantu.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Pertumbuhan Penduduk
ialah suatu perubahan populasi sewaktu-waktu, dan bisa dihitung sebagai
perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi memakai “per waktu
unit” untuk pengukuran.
Menurut Malthus dalam Mantara (2003) menyataka bahwa laju
pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bahan
5
makanan. Kalau tidak ada usaha pembatasan pertumbuhan penduduk, pada suatu
saat manusia akan kekurangan bahan makanan. Artinya pertumbuhan penduduk di
suatu daerah akan terus meningkat seiring berjalannya waktu sehingga berdampak
pada tingkat kesejahteraan.
Menurut Putong (2013), masalah-masalah sosial yang dimaksud di sini
adalah masalah pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi di negara sedang
berkembang. Pertumbuhan penduduk ini akan menimbulkan berbagai masalah
dan hambatan bagi upaya-upaya pembangunan yang dilakukan karena
pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan menyebabkan cepatnya
pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan negara sedang
berkembang dalam menciptakan lapangan kerja baru sangat terbatas. Sehingga
pertumbuhan penduduk bila tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas
ekonomi akan berpengaruh menurunkan kesejahteraan di suatu daera.
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di
Kalimantan Timur 2009 – 2019
Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
2009
3.164.800
2010
3.047.479
2011
3.123.369
2012
3.199.696
2013
3.275.844
2014
3.351.432
2015
3.426.638
2016
3.501.232
2017
3.575.449
2018
3.648.835
2019
3.721.389
Sumber Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur Tahun 2019
Laju Pertumbuhan
Penduduk (%)
2.27
3.80
2.49
2.44
2.38
2.31
2.24
2.18
2.12
2.05
1.99
Pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan Timur terjadi baik karena
pertumbuhan alami seperti kelahiran dan kematian maupun disebabkan oleh arus
migrasi yang cukup tinggi yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah
6
penduduk. Pada tabel 1.2 laju pertumbuhan penduduk di Kalimantan Timur
cenderung menurun dan jumlah penduduk bertambah seiring berjalannya waktu
pada sebelas tahun terakhir, hal ini terlihat pada tahun 2019 mencapai 1,99 persen
dengan 3.721.398 jiwa. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah bahwa
pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Timur diproyeksikan akan terus
meningkat karena daerah ini mempunya daya tarik bagi para pendatang dari luar
provinsi dan secara khusus dari pemerintah yang telah memindahkan Ibu Kota
Negara (IKN) ke Kalimantan Timur.
Pengangguran
terbuka di Provinsi Kalimantan Timur umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah
lapangan pekerjaan yang mampu menyerap. Adanya pengangguran akan
menyebabkan produktivitas dan pendapatan masyarakat akan bekurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tabel 1.3
Tingkat Pengangguran Terbuka di Kalimantan Timur Tahun
2009-2019 (persen)
Tahun
Persentase Tingkat pengangguran Terbuka
2009
10.83
2010
10.10
2011
9.84
2012
8.90
2013
8.04
2014
7.38
2015
7.50
2016
7.95
2017
6.91
2018
6.60
2019
6.09
Sumber Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur
Berdasarkan tabel 1.3 tingkat pengangguuran di Kalimantana Timur
hingga pada 2019 cenderung menurun sebesar 6,60 persen bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Apabila dilihat dari perkembangan empat tahun
7
terakhir, terjadi penurunan pengangguran dalam persen, yakni dalam tahun 2016
sebanyak 136.653 orang atau 7,95 persen, tahun 2017 sebanyak 114.289 orang
atau 6,91 persen, dan tahun 2018 sebanyak 114.313 orang atau 6,60 persen.
berdasarkan data ini, tingkat pengangguran di Kalimantan Timur Tergolong tinggi
bila dibandingkan dengan standar persentase tingkat pengangguran terbuka
nasional sebesar 5,28 persen maupun provinsi lainnya, ini menjadikan Kalimantan
Timur di urutan sepuluh besar sebagai tingkat pengangguran tertinggi di
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
peneliti tertarik melakukan penelitian “Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Dan
Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Kalimantan
Timur”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas dan
bertitik tolak dari suatu permasalahan yang selanjutnya menjadi arahan dalam
pembahasan dan analisis, maka pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Apakah pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
di Provinsi Kalimantan Timur?
2.
Apakah tingkat pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di Provinsi Kalimantan Timur?
3.
Variabel manakah yang berpengaruh dominan terhadap kemiskinan di
Provinsi Kalimantan Timur?
8
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap kemiskinan di
Provinsi Kalimantan Timur.
2.
Untuk mengetahui pengaruh pengangguran terbuka terhadap kemiskinan di
Provinsi Kalimantan Timur.
3.
Untuk mengetahui variabel yang dominan berpengaruh terhadap kemiskinan
di Provinsi Kalimantan Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan dapat menambah wawasan bagi berbagai
pihak pembaca. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai bahan masukkan atau informasi kepada pihak yang memerlukan
dalam hal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Provinsi Kalimantan
Timur.
2.
Sebagai ilmu pengetahuan, untuk mengetahui kajian mengenai tingkat
kemiskinan dangan mengungkap secara empiris terhadap pertumbuhan
penduduk dan tingkat pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur.
3.
Sebagai bahan referensi bagi para peneliti-peneliti lainnya dimasa yang akan
datang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Konsep Kemiskinan
Menurut Kuncoro (2000), kemiskinan merupakan ketidakmampuan untuk
memenuhi biaya hidup minimum. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang
miskin dapat dilihat dari kemampuannya dalan memenuhi standar hidup dan
kemampuan
berdasarkan
pendapatannya.
Kemiskinan
merupakan
sebuah
permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat dimana terdapat kondisi
ketidakmampuan dalam memenuhi kehidupannya sehari hari baik itu pemenuhan
pangan, sandang, maupun papan. Hal ini dikarenakan banyak nya yang terjadi dari
masyarakat yang memiliki penghasilan yang sangat rendah dan juga rendahnya
kualitas sumberdaya manusia itu sendiri. Dimana di negara berkembang memiliki
jumlah penduduk yang tinggi dan terjadi ketidakmerataan kesejahteraan
masyarakat yang memicu ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat.
Menurut Dudi dan Fauzi (2016), Kemiskinan merupakan masalah sosial
yang bersifat global yang dihadapi setiap bangsa, tidak ada satupun Negara di
dunia ini yang bebas dari kemiskinan. Kemiskinan merupakan problema
kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban. Kemiskinan pada
hakikatnya menunjuk pada situasi kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang
dialami seseorang, baik akibat ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan
hidup,maupun
akibat
ketidakmampuan
Negara
memberikan perlindungan sosial kepada warga.
9
atau
masyarakat
dalam
10
Menurut BPS dalam Mahsunah (2011), kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Artinya kemiskinan
merupakan masalah kependudukan yang memiliki keterbatasan dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi.
2.1.2. Ukuran kemiskinan
Menurut Subandi (2011:79-80), kemiskinan mempunyai pengertian yang
luas dan tidak mudah untuk mengukurnya. Namun demikian, secara umum ada
dua macam ukuran kemiskinan yaitu:
a.
Kemiskinan absolut, dapat diukur dengan membandingkan tingkat
pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk
memperoleh
kebutuhan
dasarnya.
Tingkat
pendapatan
minimum
merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin, atau
sering disebut garis batas kemiskinan. Konsep ini sering disebut dengan
kemiskinan absolut, hal ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat
pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik,
seperti makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan
hidup (Torado, 1997). Kesulitan dalam konsep kemiskinan absolut adalah
menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi oleh
tingkat kemajuan suatu negara, dan berbagai faktor ekonomi lainnya.
b.
Kemiskinan Relatif, adalah orang yang sudah mempunyai tingkat
pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar, namun masih jauh
11
lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya, maka
orang tersebut masih dianggap miskin. Menurut Miller dalam Arsyad
(1999) hal ini terjadi karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh
keadaan sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang bersangkutan.
Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan nila
tingkat hidup masyarakat berubah. Konsep ini merupakan perbaikan dari konsep
kemiskinan absolut, dan karena konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis, maka
kemiskinan akan selalu ada.
2.1.3. Indikator kemiskinan
Menurut Kuncoro (2013), indikator kemiskinan yang digunakan umumnya
menggunakan kriteria garis kemiskinan (poverty line) untuk mengukur
kemiskinan absolut. Berikut akan diuraikan kriteria garis kemiskinan versi BPS
(Badan Pusat Statistik) maupun versi lain yang digunakan di Indonesia:
a.
Garis Kemiskinan BPS
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis
kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Semakin tinggi garis kemiskinan, semakin banyak penduduk yang
tergolong sebagai penduduk miskin. Batas garis kemiskinan yang
digunakan setiap negara berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya
perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. BPS menggunakan batas
miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk
memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS,
12
1994). Untuk kebutuhan minimum makanan yang digunakan patokan
2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan
makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka
barang dan jasa.
b.
Garis Kemiskinan Versi Word Bank
Bank dunia menggunakan dua kriteria dalam, menentukan garis
kemiskinan. Pertama menggunakan garis kemiskinan nasional yang
didasari pada pola konsumsi 2.100 kalori per hari. Kedua garis kemiskinan
internasional berdasarkan PPP (purchasing power parity) US$1 dan
US$@. Bank dunia menggunakan keduanya, masing-masing untuk tujuan
analisis yang berbeda.
2.1.4
Penyebab kemiskinan
Menurut Subandi (2011:77-78), kemiskinan dapat dilihat sebagai keadaan
masyarakat dengan tingkat ekonominya masih lemah, dan ditambah dengan
kebijakan pemerintah yang umumnya diarahkan untuk memecahkan permasalahan
jangka pendek. Sehingga kebijakan tersebut belum berhasil memecahkan
kelompok ekonomi rakyat bahwa. Di samping itu juga pengaruh keadaan luar
negeri, antara lain dari segi pendapatan pembangunan.
Dengan demikian kemiskinan merupakan kondisi masyarakat yang
tidak/belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak mempunyai
kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi maupun kualitas
faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil
proses pembangunan. Di samping itu pembangunan yang direncanakan oleh
13
pemerintah tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi,
sehingga manfaat pembangunan tidak menjangkau mereka. Oleh karena itu,
kemiskinan dapat disebabkan karena sifat alami/cultural, yaitu masalah yang
muncul di masyarakat bertalian dengan pemilikan faktor produksi, produktifitas
dan tingkat pembangunan masyarakat itu sendiri. Di samping itu kemiskinan bisa
disebabkan oleh masalah struktural, yaitu yang disebabkan oleh miskinnya
strategi dan kebijakan pembangunan nasional yang dilaksanakan.
Sharp, et al dalam Kuncoro (2003:131) mengidentifikasi ada tiga
penyebab kemiskinan dipandang dari sisi eokonomi, yaitu:
a.
Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemimpinan sumber daya sehingga menimbulkan distribusi pendapatan
yang timpang;
b.
Kemiskinan timbul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia;
c.
Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketika
penyebab kemiskinan ini bermula pada teori lingkaran kemiskinan.
Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal
menyebabkan
rendahnya
produktivitas.
Rendahnya
produktivitas
mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya
pendapatan berakibat pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya
investasi mengakibatkan pada keterbelakangan, dan seterusnya. Logika
berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse pada tahun 1953 yang
mengatakan bahwa: a poor country is poor because it is poor (negara
miskin itu miskin karena miskin).
14
Ketidaksempurnaan Pasar,
Keterbelakangan,
Ketertinggalan
Kekurangan Modal
Investasi Rendah
Produktifitas Rendah
Tabungan Rendah
Pendapatan Rendah
Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan Versi Nurkse
Sumber: Nuekse dalam Buku Subandi, 2011
2.1.5. Kependudukan
1.
Konsep Kependudukan
Lembaga BPS dalam Statistik Indonesia (2013) menjabarkan “penduduk
adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia
selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam
bulan tetapi bertujuan untuk menetap”. Sedangkan menurut Said dalam
(Mahsunah, 2011), yang dimaksud dengan penduduk adalah “jumlah orang yang
bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari
proses-proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi.
Dapat disimpulkan bahwa kependudukan merupakan perkumpulan orang
yang bertambah dan menetap di suatu wilayah geografis suatu negara atau di
perkotaan dan di perdesaan. berkumpul dan menetapnya penduduk di suatu
tempat seperti kota dan perdesaan dilakukan guna meningkatkan mobilitas sosial
dan ekonomi di suatu daerah.
15
2. Teori Kependudukan
Menurut Mantra (2003:49), tingginya laju pertumbuhan penduduk di
beberapa bagian dunia ini menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan
cepat. Di beberapa bagian dunia ini telah terjadi kemiskinan dan kekurangan
pangan. Fenomena ini mengelisahkan beberapa ahli, dan masing-masing dari
mereka berusaha mencari faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan tersebut.
Berikut teori kependudukan yang dikelompokan menjadi tiga aliran yaitu:
a. Teori Malthus/Aliran Malthusian
Aliran ini diperoleh oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta
Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada permulaan tahun 1798
lewat karangannnya yang berjudul: “Essai on Principle of Population as it Affect
the Future Improvement of Society, with Remarks on the Specculations of Mr.
Godwin, M. Condorcet, and Other Writers”, menyataka bahwa penduduk (seperti
tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang
biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan
bumi ini. Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan
kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Di samping itu
Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan,
sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibanding dengan
laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan
makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia.
16
Untuk dapat keluar dari permasalahan kekurangan pangan tersebut,
pertumbuhan penduduk harus dio batasi. Menurut malthus pembatasan tersebut,
dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu preventive checks, dan positive checks.
Preventive checks ialah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran.
Positive check adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila di
suatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka
tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah
penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung sampai jumlah
penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan.
b. Aliran Neo-Malthusians
Pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai
diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih
radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusiansm. Kelompok ini tidak
sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan
moral restrain saja. Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan
menggunakan semua cara-cara “preventive check” misalnya dengan penggunakan
alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan
(abortions). Menurut kelompok ini (yang dipelopori oleh Garrett Hardin dan Paul
Ehrlich). Pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya
Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah
mulai tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah.
Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971,
mengambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai
17
berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu nbanyak manusia; kedua, keadaan bahan
makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di dunia ini
lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar.
c. Aliran Marxist
Aliran ini dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Tatkala
Thomas Robert Malthus meninggal di Inggris pada tahun 1834, mereka berusia
belasan tahuin. Kedua-duanya lahir di jerman kemudian secara sendiri-sendiri
hijrah ke Inggris. Pada waktu itu teori Malthus sangat berpengaruh di Inggris
maupun Jerman. Marx dan Engels tidak sepadan dengan Malthus yang
menyatakan bahwa apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan
penduduk, maka manusia akan kekurangan bahan pangan. Menurut Marx tekanan
penduduk yang terdapat di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap
bahan makanan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Kemelaratan
terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi
karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada negara-negara
kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil sebagaian pendapatan dari buruh
sehingga menyebabkan kemelaratan buruh tersebut.
Selanjutnya Marx berkata, kamu kapitalis membeli mesin-mesin untuk
menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh buruh. Jadi penduduk
yang melarat bukan disebabkan karena kekurangan bahan pangan, tetapi karena
kaum kapitalis mengambil sebagian dari pendapatan mereka. Jadi menurut Marx
dan Engels sistem kapitalis yang menyebabkan kemelaratan tersebut, di mana
18
mereka menguasai alat-alat produksi. Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka
struktur masyarakat harus diubah dari sistem kapitalis ke sistem sosial.
d. Teori John Stuart Mill
Jhon Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan
Inggris dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk
melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun
demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat
mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila
produktivitas seseorang tinggi ia cenderung ingin mempunyai keluarga yang kecil.
Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup (standard of
living) merupakan determinan fertilitas. Tidak benar bahwa kemiskinan tidak
dapat dihindari (seperti dikatakan Malthus) atau kemiskinan itu disebabkan karena
sistem kapitalis. Kalau pada suatu waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan
bahan makanan, maka keadaan ini hanya bersifat sementara saja. Pemecahannya
ada dua kemungkinan yaitu: mengimport bahan makanan, atau memindahkan
sebagian penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain.
Memperhatikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kelahiran ditentukan oleh
manusia itu sendiri, maka Mill menyarankan untuk meningkatkan golongan yang
tidak mampu. Dengan meningkatnya pendidikan penduduk maka secara rasional
maka mereka mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai
dengan karier dan usaha yang ada. Di samping itu Mill berpendapat bahwa
umumnya perempuan tidak menghendaki anak yang banyak, dan apabila
kehendak mereka diperhatikan maka tingkat kelahiran akan rendah.
19
2.1.6. Pertumbuhan Penduduk
Menurut Putong (2013:277), untuk masalah jangka panjang seperti tingkat
pertumbuhan penduduk memang menjadi semacam dilema bila dibandingkan
program pemerintah lainnya yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, peningkatan
kesehatan dan harapan hidup masyarakat serta program-program lainnya. Dahulu
Malthus pernah meramalkan bahwa pada masyarakat suatu negara (dunia) akan
menghadapi masalah yang sangat pelik yaitu bagaimana menghidupi dan
mencukupi kebutuhan penduduk dengan jumlah pangan yang terbatas. Malthus
beranggapan bahwa karena jumlah tanah tidak bertambah dan bahwa pertambahan
jumlah penduduk mengikuti deret ukur sementara pertambahan pangan mengikuti
deret hitung maka bencanalah yang akan di alami. Akan tetapi meskipun dalam
kenyataannya ramalan Malthus itu hingga saat ini belum sepenuhnya terbukti
karena perkembangan teknologi yang memungkinkan pangan dapat dihasilkan
dengan jumlah berlipat ganda untuk memenuhi kebutuhan penduduk, akan tetapi
tanda-tanda kekurangan pangan semakin nyata diberbagai belahan dunia
(khususnya Afrika) karena jumlah penduduk yang banyak sementara jumlah
pangan terbatas. Oleh kerena itu pembatasan pertumbuhan penduduk menjadi
program dunia (jadi bukan masalah satu atau masing-masing negara saja).
Menurut Mulyadi dalam Mahsunah (2011), pertumbuhan penduduk
diakibatkan oleh tiga komponen yaitu :
1.
Fertilitas (kelahiran)
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil repoduksi yang
nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain
20
fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas
mempinyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang
lingkupnya. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan
penduduk sedangkan natalitas mencakup peran kelahiran pada perubahan
penduduk dan reproduksi manusia.
2.
Mortalitas (Kematian)
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu antara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi
tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi
pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan
kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi
penduduk guna perencanaan pembangunan.
3.
Migrasi,
Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan
tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas
politik/negara atau pun batas administratif/batas bagian dalam suatu
negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif
permanen dari suatu daerah ke daerah lain.
21
2.1.7. Konsep Pengangguran
Menurut Putong (2013:426), yang dimaksud dengan pengangguran atau
orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan
sedang aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya adalah
mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja masanya kerja. Usia kerja
biasanya adalah usia yang tidak dalam masa sekolah tapi di atas usia anak-anak
(relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu mas pendidikan dari SD – tamat SMA).
Sedangkan di atas usia 18 namun masih sekolah dapatlah dikategorikan sebagai
pengangguran, meski untuk hal ini masih banyak yang memperdebatkannya.
Dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah angkatan kerja yang
secara aktif mencari pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan pendidikan
yang dimiliki, namun karena keterbatasan lapangan pekerjaan mereka belum
mendapat pekerjaan sesuai dengan yang mereka inginkan.
Pengangguran sejatinya terjadi karena adanya kesenjangan antara
penyediaan lapangan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan.
Selain itu pengangguran bisa juga terjadi meskipun jumlah kesempatan kerja
tinggi akan tetapi terbatasnya informasi, perbedaan dasar keahlian yang tersedia
dari yang dibutuhkan atau bahkan dengan sengaja memilih untuk menganggur
(pengangguran sukarela). Oleh karena selalu saja ada dalam suatu perekonomian,
maka sebenarnya pengangguran itu bukanlah masalah yang berat dan
membahayakan, karena sesuatu yang selalu ada dan bahkan harus selalu ada
termasuk hal yang menguntungkan bila bisa dikelola dengan baik dalam kondisi
yang juga baik (Putong, 2013:276).
22
Menurut Putong (2013:426-427), pengangguran terdiri atas tiga jenis
berdasarkan penyebabnya yaitu:
a.
Pengangguran Siklis,
Yaitu pengangguran yang terjadi apabila permintaan lebih rendah dari
output potensial perekonomian. Yaitu manakala kemampuan ekonomi
suatu bangsa lebih rendah dari kemampuan yang sederhananya dicapai.
Dengan kata lain GNP aktual lebih rendah dari GNP potensial (yang
dimaksud denagn GNP potensial adalah GNP yang dapat dihasilkan dalam
kondisi tingkat pekerjaan penuh/full employment). Jenis pengangguran ini
dikatakan sebagai pengangguran terpaksa, karena banyak tenaga kerja
yang ingin berkerja dengan tingkat upah yang berlaku namun pekerjaan itu
tidak tersedia, karena pendapatan nasional lebih rendah dari kemampuan
sebenarnya. Pengangguran siklis dapat di ukur dari jumlah orang yang
berkerja dikurangi jumlah orang yang seharusnya mempunyai pekerjaan
pada tingkat pendapatan potensial.
b.
Pengangguran Friksional,
Yaitu pengangguran yang terjadi karena adanya perputaran dalam lingkup
pekerjaan dan ketenagakerjaan. Artinya pengangguran itu ada karena
adanya angkatan kerja baru yang siap memasuki lapangan kerja, sementara
itu ada juga mereka yang telah berkerja keluar dari pekerjaannya karena
tidak cocok, bosan atau karena alasan lainnya seperti misalnya ingin
mencari pengalaman baru dengan perkerjaan baru. Dengan kata lain
pengangguran friksi adalah orang yang menganggur sambil mencari
23
pekerjaan. Pengangguran jenis ini digolongkan sebagai pengangguran
sukarela, alasannya mereka yang baru akan memasuki lapangan kerja telah
meluangkan waktu mencari kerjanya untuk menempuh pendidikan dan
menambah keterampilan, sementara itu orang yang telah berkerja keluar
dari pekerjaannya untuk mencari pekerjaan baru, dan ada juga menganggur
karena telah memiliki uang yang cukup (deposito) untuk membiayai
hidupnya dan lain sebagainya.
c.
Pengangguran Struktural,
Yaitu pengangguran yang disebabkan oleh ketidak sesuaian antara struktur
angkatan kerja, berdasarkan pendidikan dan keterampilan, jenis kelamin,
pekerjaan, industri, geografis, informasi, dan tentu saja struktur permintaan
tenaga kerja. Penyebab pengangguran struktural ini dapat bersifat alami
misalkan adanya trend kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi
pendidikan
dan
keahlian
tertentu,
atau
juga
karena
kebikjakan
(pemerintah), misalnya adanya kebijakan pengisian lapangan kerja di
daerah tertentu yang tidak semua orang yang mau meskipun sebenarnya
memenuhi syarat, kebijakan upah dan proyek padat modal.
Sadono
Sukirno
(2004:330-331)
mengklasifikasi
pengangguran
berdasarkan cirinya, dibagi menjadi empat kelompok yaitu:
a.
Pengangguran Terbuka,
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan
yang lebih rendah dari pertyambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya
dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak
24
memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini di dalam suatu jangka masa
yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan.
b.
Pengangguran Tersembunyi,
Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Setiap
kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenaga kerja yang
digunakan tergantung kepada banyak faktor. Antara lain faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah: besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan
perusahaan, mesin yang digunakan (apakah intensip buru atau intensip
modal) dan tingkat produksi yang dicapai.
c.
Pengangguran Bermusim,
Penganguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan, pada
musim hujan penyedap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan
mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para
persawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu pada
umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah
menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa di atas para penyadap
karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka
terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai
pengangguran bermusim.
d.
Setengah Menganggur,
Di negara-negara berkembang atau penghijrahan atau migrasi dari desa ke
kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang
pindah ke kota dapat memproleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya
25
terpaksa menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula
yang tidak menganggur, tetapi tidak pula berkerja sepenuh waktu, dan jam
kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin
hanya berkerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam
sehari. Pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai masa kerja seperti ini
digolongkan sebagai setengah menganggur.
2.2.
Keterkaitan Antara Variabel
2.2.1
Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Kemiskinan
Menurut Sukirno dalam Agustina et al (2018) yang mengutip pendapat
Nelson dan Leibstein mengemukakan bahwa terdapat pengaruh langsung antara
pertambahan penduduk terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya
Nelson dan Leibstein menunjukan bahwa pertumbuhan penduduk yang sangat
pesat di negara berkembang menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak
mengalami perbaikan yang berarti dan dalam jangka panjang akan mengalami
penurunan kesejahteraan serta meningkatkan jumlah penduduk miskin. Jumlah
penduduk yang terlalu banyak atau kepadatan penduduk terlalu tinggi akan
menjadi penghambat pembangunan ekonomi di negara berkembang.
2.2.2. Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan
Menurut Sukirno dalam Agustina et al (2018) mengemukakan bahwa
pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat dan
itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai dimana semakin
turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan.
Angkatan kerja yang tumbuh cepat akan menambah beban tersendiri bagi
26
perekonomian yakni penciptaan atau perluasan lapangan kerja. Jika lowongan
kerja baru tidak mampu menampung semua angkatan kerja maka bagian angkatan
kerja itu akan memperpanjang barisan pengangguran yang sudah ada.
2.3.
1.
Penelitian Terdahulu
Eka Agustina, Mohd. Nur Syechalad, Abubakar Hamzah, 2018, dalam
penelitiannya yang berjudul Pengaruh Jumlah Penduduk, Tingkat
Pengangguran dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kemiskinan di Provinsi
Aceh. Hasil penelitian in menunjukkan variabel jumlah penduduk tidak
berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Aceh. Dikarenakan
jumlah penduduk selalu bertambah, sementara kemiskinan cenderung
menurun walaupun masih jauh di atas rata-rata kemiskinan nasional.
Pengaruh tingkat pengangguran terhadap kemiskinan dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel pengangguran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kemiskinan, di mana kenaikan tingkat pengangguran 1
persen akan meningkatkan kemiskinan sebesar 0,557 persen dengan asumsi
variabel lain konstan. Dari hasil pengujian hipotesis variabel pendidikan
yang diproksi dengan angka melek hurup diperoleh hasil bahwa variabel
pendidikan
mempunyai
pengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
kemiskinan, dimana tingkat pendidikan belum mampu menurunkan
kemiskinan di Provinsi Aceh.
2.
Durrotul Mahsunah, 2013, dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap
Kemiskinan di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
27
penduduk tidak berpengaruh terhadap kemiskinan, dikarenakan jumlah
penduduk di Jawa Timur lebih didominasi oleh usia-usia produktif sehingga
kesempatan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masih terbuka
lebar. Pendidikan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan, dikarenakan ratarata penduduk di Jawa Timur yang buta huruf berusia relatif cukup tua yang
pada masa mudanya tidak mengenyam pendidikan, dan kebanyakan terjadi
di perdesaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengangguran
brpengaruh terhadap kemiskinan. Artinya ketika pengangguran tinggi maka
kemiskinan juga tinggi.
3.
Saharuddin Didu, Ferri Fauzi, 2016, dalam penelitian yang berjudul
Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak. Dari hasil regresi yang
dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk
menunjukkan tanda negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap
kemiskinan di Kabupaten Lebak dengan nilai koefesien sebesar – 4,955%
artinya apabila terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar 1 persen, maka
akan menurunkan kemiskinan di Kabupaten Lebak 4,955 persen. dari hasil
regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini bahwa Pendidikan berpengaruh
negatif dan berpengaruh secara signifikan dengan nilai koefesien sebesar –
4,95 artinya apabila terjadi kenaikan pendidikan sebeasr 1 persen, maka
akan menurunkan kemiskinan di
Kabupaten
Lebak 4,95 persen.
pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif dengan nilai koefesien sebesar 1,577 artinya apabila terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1
28
persen, maka akan akan menurunkan kemiskinan di kabupaten Lebak 1,577
persen.
4.
Terezia V. Pattimahu, 2016, dalam penelitian Analisis Pengaruh Jumlah
Penduduk Dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Maluku.
Hasil uji koefisioen determinasi (R2) pengaruh jumlah penduduk dan
pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Maluki tahun 20062013 menunjukkan bahwa besarnya nilai R2 cukup tinggi yaitu 0,783878.
Dari hasil regresi pengaruh jumlah penduduk dan pengangguran terhadap
tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku tahun 2006-2013 dapat disimpulkan
bahwa pada taraf keyakinan 95 persen (α= 5 persen), variabel pengangguran
secara signifikan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.
Sedangkan variabel jumlah penduduk berpengaruh tidak signifikan terhadap
tingkat kemiskinan kabupaten / kota di Provinsi Maluku
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Judul
Variabel
1
Eka
Agustina,
Mohd.
Nur
Syecalad,
dan
Abubakar Hamzah
(2018)
Pengaruh Jumlah
Penduduk, Tingkat
Pengangguran dan
Tingkat Pendidikan
Terhadap
Kemiskinan
di
Provinsi Aceh
Y= Kemiskinan
X1=
Jumlah
Penduduk
X2=
Tingkat
Pengangguran
X3=
Tingkat
Pendidikan
2
Durrotul Mahsunah
(2013)
Analisis Pengaryh
Jumlah Penduduk,
Pendidikan
dan
Pengangguran
terhadap
Kemiskinan
di
Provinsi
Jawa
Timur.
Y= Kemiskinan
X1=
Jumlah
Penduduk
X2= Pendidikan
X3=
Pengangguran
Metode Penelitian /
variabel
Data yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah data sekunder
yang berupa data waktu
(time-series data) untuk
kurun waktu tahun 1996
sampai dengan tahun
2015. Data tersebut
diperoleh
melalui
penelusuran dokumendokumen yang ada di
Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Aceh.
Teknik
pengumpulan
data yang digunakan
meliputi
teknik
dokumentasi dan studi
kepustakaan. Sedangkan
teknik analisis data
menggunakan analisis
deseskriptif kuantitatif
29
3
Saharuddin
dan Ferri
(2016)
4
Terezia V.
Pattimahu
(2016)
Didu,
Fauzi
Pengaruh Jumlah
Penduduk,
Pendidikan,
dan
Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap
Kemiskinan
di
Kabupaten Lebak
Y= Kemiskinan
X1=
Jumlah
Penduduk
X2= Pendidikan
X3= Pertumbuhan
Ekonomi
Analisis Pengaruh
Jumlah Penduduk
dan Pengangguran
Terhadap Tingkat
Kemiskinan Di
Maluku
Y= Tingkat
Kemiskinan
X1= Jumlah
Penduduk
X2= Jumlah
Pengangguran
dan analisis statistik.
Untuk analisis statistik
dapat dilakukan dengan
beberapa tahap, antara
lain
analisisasumsi
klasik,
analisis
uji
signifikansi, dan analisis
regresi.
Penelitian
ini
menggunakan
data
tingkat
kemiskinan
Kabupaten Lebak, dan
data jumlah penduduk
Kabupaten Lebak, data
pendidikan Kabupaten
Lebak,
dan
data
Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten
Lebak
selama periode 20032012.
Teknik
pengumpulan
data
dalam penelitian ini
dilakukan melalui studi
pustaka,
dokumentasi
dan
internet.
Studi
pustaka
dilakukan
dengan
mempelajari
literatur-literatur yang
berisikan
informasi
berhubungan
dengan
permasalahan
yang
tengah diteliti dan buku
yang
berhubungan
dengan tema penelitian.
Teknik
dokumentasi
dilakukan
dengan
menelusuri
dan
mendokumentasikan
data-data dan informasi
yang berkaitan dengan
objek studi.
Daerah penelitian adalah
wilayah
provinsi
Maluku
secara
keseluruhan
baik
kabupaten dan kota.
Data sekunder yang
digunakan adalah data
deret waktu (time-series
data) untuk kurung
waktuserta data kerat
lintang
(cross-section
data) yang meliputi
kabupaten/kota
di
Provinsi Maluku
30
2.4.
Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional yang dimaksud antara lain yaitu:
1. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan dan kesehatan. (Todaro, 2004)
2. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah atau ukuran (size)
penduduk yang akan terjadi akibat berlangsungnya peristiwa kependudukan,
yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi (Noveria et al, 2011).
3. Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan
kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah
tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
(Sukirno, 2000).
2.5.
Kerangka Konseptual
Adapun alur pikir dalam penelitian penulis dalam penelitian ini seperti
terlihap pada gambar sebagai berikut ini:
(X1)
(Y)
Pertumbuhan Penduduk
Kemiskinan
(X2)
Tingkat Pengangguran
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel pertumbuhan penduduk (X1), dan tingkat pengangguran terbuka (X2)
31
terhadap kemiskinan (Y) di Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini
menggunakan data dengan rentan waktu dari tahun 2009 hingga 2019.
2.6.
Hipotesis
Berdasarkan uraian dari teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan terhadap kemiskin di
Provinsi Kalimantan Timur.
2. Tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di
Provinsi Kalimantan Timur.
3. Tingkat pengangguran berpengaruh dominan terhadap kemiskin di
Provinsi Kalimantan Timur.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi
kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur variabel.. Maka masing masing
variabel diberikan definisi sebagai berikut:
1. Kemiskinan (Y) adalah banyaknya orang yang keadaannya kekurangan
uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidupnya di Provinsi
Kalimantan Timur diukur dalam persen (%).
2. Pertumbuhan penduduk (X1) adalah banyaknya penduduk di Kalimantar
Timur dalam suatu wilayah yang diukur dalam persen (%).
3. Tingkat pengangguran terbuka (X2) adalah perbandingan jumlah
pengangguran terhadap angkatan kerja di Kalimantan Timur dalam ukuran
persen (%).
3.2.
Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah deskriktif kuantitatif dengan memperoleh data
sekunder. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan
penelitian, yaitu:
1. Data pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan Timur tahun 20092019.
2. Data tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Kalimantan Timur tahun
2009-2019.
32
33
3. Data persentase penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Timur tahun
2009-2019.
3.3.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis memperoleh
beberapa informasi dari pengetahuan yang dapat dijadikan pegangan dalam
penelitian ini yaitu dengan cara studi kepustakaan (Library Research) untuk
mempelajari, meneliti, mengkaji, dan menelaah literatur-literatur berupa buku,
jurnal, bulletin, hasil symposium yang berhubungan dengan penelitian untuk
memperoleh bahan-bahan yang akan dijadikan landasan pemikiran. Data yang
didapat dari instansi pemerintahan yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Kalimantan Timur. Data-data ini diharapkan dapat menjadi landasan pemikiran
dalam melakukan penelitian.
3.4.
Alat Analisis
Untuk melakukan pengujian hipotesis dan memperoleh gamabaran tingka
kemiskin di Kalimantan Timur, maka data yang dianalisis secara deskriptif
kuantitatif.
Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel
pertumbuhan penduduk (X1) dan tingkat pengangguran terbuka (X2) terhadap
variabel terkait yaitu kemiskinan (Y). Model analisis yang digunakan adalah linier
berganda dengan rumus:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 (Sugiyono, 2010 )..................................................3.1
Dimana:
Y
= Kemiskinan (%)
34
X1
= Pertumbuhan penduduk (%)
X2
= Tingkat Pengangguran (%)
a
= Konstanta
b1 b2
= Koefisien Regresi
Terdapat penduduk miskin (Y), (koefisien yang menunjukkan perubahan
Y setiap terjadi perubahan 1 unit X)
Untuk mendapatkan nilai a, b1, b2, dapat diselesaikan dengan menggunakan
aljabar matriks dengan bentuk (Sugiyono, 2010 : 278):
∑Y
= an+ b1∑X1 + b2∑X2
∑YX1 = a∑X1 + b1∑12 + b2 X1 X2
∑YX2 = a∑X2 + b1∑X1X2 + b2∑X22........................................................3.2
3.5.
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penulis menggunkan uji F (uji serentak), uji t (uji
parsial), uji R2 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel tidak bebas.
1.
Uji F (Uji serentak)
Uji F atau Goodnes of Fit Test adalah pengujian kelayakan model. Model
yang layak adalah model yang dapat digunakan untuk mengestimasi populasi.
Model regresi dikatakan layak jika nilai F sebuah model memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan. (Gani dan Amalia, 2014:143).
Untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel digunakan pengujian data
dengan menggunakan uji-F sebagai berikut (Makridakis, 1995 : 242):
F=
R2 /(k1)
....................................................................................3.3
(1−R2 /(n−k−1)
35
Dimana :
R2 = Koefisien Determinasi
k = Jumlah Variabel
n = Jumlah Sampel
pengujian kelayakan model dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
Jika Fhit>Ftabel (a,k-1, n-k), maka H0 ditolak
Jika Fhit<Ftabel (a,k-1, n-k), maka H0 diterima
Dimana:
H0 =
Model tidak layak sehingga tidak dapat digunakan untuk
mengestimasi populasi.
H1 =
Model layak sehingga dapat digunakan untuk mengestimasi
populasi.
2.
Uji t (Uji Parsial)
Pengujian hipotesis pada mode regresi digunakan untuk mengetagui
pengaruh nyata (signifikan) variabel indevenden (X) terhadap variabel dependen
(Y). Metode yang digunakan untuk menguji tingkat kenyataan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen adalah dengan menggunakan alat uji t (t
test). (Gani dan Amalia, 2014:143).
Hipotesis tentang keberpengaruhan satu variabel independen terhadap
dependen adalah:
H0 ; βi = 0, Maka variabel Xi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
Ha ; βi ∑0, Maka variabel Xi berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
36
Sedangkan hipotesis tentang tingkat signifikan suatu variabel independen
terhadap dependen adalah:
Jika taraf nyata a> tingkat signifikansi, maka H0 ditolak (H1 diterima).
Jika taraf nyata a< tingkat signifikansi, maka H0 diterima (H1 ditolak).
Untuk mengetahui pengaruh setia variabel digunakan pengujian dengan
formula sebagai berikut Makridakis (1995 : 243):
𝑡=
𝑏𝑗 −(𝛽𝑗 )
𝑆𝑒(𝑏𝑗)
..................................................................................................3.4
dimana:
bj
= koefisien Regresi ke j
𝛽𝑗
= Parameter ke j yang di hipotesakan
Se(bi)
= Standar Deviasi ke i
3. Uji R
Koefisien korelasi (R) digunakan untuk mengetahui kuatnya pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Semakin besar nilai R maka
semakin tepat model regresi dipakai, karena total variasi dapat menjelaskan
variabel terikat. Dinyatakan dengan rumus (Sugiyono, 2010: 286):
𝑅=
𝑏1 ∑𝑥1 𝑦+𝑏2 ∑𝑥2 𝑦+𝑏3 ∑𝑥3 𝑦
∑𝑦 2
.........................................................................3.5
Menurut sugiyono (2007) untuk melihat kuatnya pengaruh antara variabel
X dan Y, menggunakan tabel interprestasi koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 3.1 Interprestasi Koefisien Kolerasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 0,999
Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono 2007, Metode Penelitian Organisasi
37
4. Uji R2 (Koefisien Determinan)
Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui besarnya persentase
variasi yang dapat dijelaskan oleh garis regresi linier berganda. Semakin besar
nilai R2, maka semakin tepat model regresi yang dipakai sebagai peramalan,
karena total variasi dapat menjelaskan variabel tidak bebas.
Untuk mengtahui koefisien determinan dapat didefinisikan sebagai berikut
(Makaridakis, 1995 : 201):
∑(Ŷ −Ῡ)
2
R2 = ∑(Y i− Ῡ)2 ...........................................................................................3.6
i
3.6.
1.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas, keduanya mempunyai distribusi normal
ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi normal
atau mendekati normal. Beberapa metode yang digunakan untuk menguji
normalitas yaitu metode uji liliefors dan uji kolomogorov-Smirnov.
Menurut Sudjana dalam Nuryadi et al (2017:81), uji normalitas data
dilakukan dengan menggunakan uji Lilifores (Lo) dilakukan dengan langkahlangkah berikut. Diawali dengan penentuan taraf signifikan, yaitu pada taraf
signifikan 5% (0,05) dengan hipotesis yang diajurkan adalah sebagai berikut:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Dengan kriteria penguji:
Jika Lhitung< Ltabel terima H0, dan
38
Jika Lhitung< Ltabel tolak H0
Menurut Nuryadi et al (2017:83), tes satu sampel Kolomogorov-Smirnov
adalah tes goodness-of-fit. Artinya, yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian
antara distribusi teoritis tertentu. Tes ini menetapkan apakah sor-skor dalam
sampel dapat secara masuk akal dianggap berasal dari suatu populasi dengan
distributive tertentu itu. Misalkan suatu F0(X) = suatu fungsi distribusi frekuensi
kumulatif yang sepenuhnya ditentukan, yakni distribusi kumulatif teoritis di
bawah H0. Artinya untuk harga N yang sembarang besarnya, Harga F0(X) adalah
proporsi kasus yang diharapkan mempunyai skor yang sama atau kurang daripada
X.
2.
Uji Multikolinieritas
Penggunaan uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
satu atau lebih variabel bebas mempunyai hubungan dengan variabel bebas
lainnya. Ada rules of thumb bahwa suatu model mengandung masalah
multikolenieritas apabila model tersebut memiliki R2 tinggi (misalnya diatas 0,8),
tetapi tingkat signifikan variabel-variabel penjelasannya berdasarkan uji t statistik
sangat sedikit (Gujarati, 2003: 359-360).
Cara yang paling mudah untuk mengatasi masalah multikolinieritas adalah
menghilangkan/men-drop salah satu atau beberapa variabel yang memiliki
korelasi tinggi dalam model regresi. Cara lain bisa dengan menambah data
penelitian, cara ini bermanfaat jika masalah multikolinieritas akibat kesalahan
sampel. Selanjutnya cara ketiga untuk menghilangkan masalah multikolinieritas
39
adalah nilai variabel yang digunakan mundur satu tahun (Purwanto dan
sulistyastuti, 2017:198).
Misal:
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + e......................................................................3.7
Menjadi:
Y = a + β1 X1 (t−1) + β2 X2 (t−2) + e........................................................3.8
3.
Uji Heteroskedastisitas
Suatu model regresi mengandung masalah heteroskedastisitas artinya
variabel-variabel
dalam
model
tersebut
tidak
konstan.
Masalahnya
heteroskedastisitas sering muncul dalam data croos section. Data silang tempat
(cross section) sering memunculkan masalah heteroskedastisitas karena variasi
unit individunya. Akibat adanya masalah masalah heteroskedastisitas ini adalah
varian penaksirannya tidak minimum sehingga penaksiran/estimator dalam mode
regresi menjadi tidak efisien. Untuk mengetahui masalah heteroskedastisitas di
dalam regresi dengan data cross section maka digunakan metode Generalized
Least Square (GLS). Penggunaan metode regresi panel dengan Generalized Least
Square (GLS) adalah upaya untuk menindakan masalah heteroskedastisitas
(Purwanto dan Sulistatuti, 2017:199). Gujarati (2003:396) menjelaskan bahwa
metode
generalized
least
square
mentransformasi
variabel
pengganggu
(disturbance variabel) menjadi homoskedastisitas. Pengolahan data dalam
penelitian ini juga dalam metode GLS maka hasil regresi sudah bisa dikatakan
bebas masalah heteroskedastisitas. Jadi penggunaan metode GLS mampu
melakukan estimasi dengan efisien.
40
Diagnosa adanya masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji kolerasi
ranking
Spearman.
Pengujian
ini
menggunakan
distribusi
“t”
dengan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel
maka menolak Ho dan menerima Ha, artinya model regresi mengandung masalah
heteroskedastisitas.
Salah satu cara untuk menghilangkan masalah heteroskedastisitas adalah
mentransformasi nilai variabel menjadi bentuk logaritma (Purwanto dan
Sulistatuti, 2017:199).
Misal:
𝑌 = a + β1 X1 + β2 X2 + e...........................................................................3.9
Menjadi:
In Y = In a + β1 InX1 + β2 InX 2 + e.........................................................3.10
4.
Uji Otokorelasi
Uji otokorelasi bertujuan untuk mendeteksi apakah variabel pengganggu
pada suatu periode berkolerasi atau tidak berkolerasi dengan variabel pengganggu
lainnya. Suatu model dikatakan tidak mengganggu masalah otokolerasi apabila
waktu pengamatan yang terjadi dalamu suatu periode waktu pengamatan tidak
terpengaruh oleh periode lainnya. Sebaliknya masalah otokolerasi muncul ketika
terdapat saling ketergantungan antara faktor penganggu yang berhubungan dengan
periode pengamatan. Masalah otokolerasi menyebabkan parameter yang
diestimasiakan bias dan variannya tidak minimal. Uji terhadap ada tidaknya
masalah otokorelasi yang paling populer adalah Durbin Watson (DW test).
Keunggulan utama uji otokorelasi dengan uji DW adalah uji ini didasarkan pada
41
residual yang ditaksir dan berbagai paket sofware komputer telah menampilkan
nilai DW statistik (Insukindro, et al, 2001: 88-89).
Keputusan ada tidaknya masalah otokorelasi apabila:
1) Nilai DW lebih dari batas atas (Upper Bound) maka model tersebut
mengandung otokorelasi negatif: 0 < DW statistik < dL.
2) Nilai DW lebih rendah dari batas bawah (Lower Bound) maka model tersebut
mengandung otokorelasi positif: 4 – dl < DW statistik < 4
3) Apabila nilai DW statistik berada diantara batas bawah (Lower Bound) dan
batas atas (Upper Bound) maka model tersebut berada dalam daerah raguragu: dL d” DW statistik d” dU dan 4 –dU d” DW statistik d” 4 – dL.
4) Suatu model dikatakan bebas masalah otokorelasi positif maupun negatif jika
DW statistik terletak diantara : dU < DW statistik < 4-dL.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E., Syechalad, M. N., & Hamzah, A. (2019). Pengaruh Jumlah
Penduduk, Tingkat Pengangguran Dan Tingkat Pendidikan Terhadap
Kemiskinan Di Provinsi Aceh. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, 4(2),
265–283. https://doi.org/10.24815/jped.v4i2.13022
Didu, S., & Fauzi, F. (2016). Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan Dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten Lebak. Jurnal
Ekonomi-Qu, 6(1), 102–117. https://doi.org/10.35448/jequ.v6i1.4199
Gani, Irwan., & Amalia, Siti. (2004). Alat analisis Data Aplikasi Statistik untuk
Penelitian Bidang Ekonomi & Sosial. CV. ANDI OFFSET. Yogyakarta.
Gujarati, Damodar N. (2003), Basic Econometrics (Fourth Edition), Mc GrawHill Companies, Inc. New York.
Kuncoro, Mudrajad. (2000). Ekonomi Pembangunan, Teori Masalah, dan
Kebijakan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Kuncoro, M. (2013). Indikator Ekonomi. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Mahsunah, D. (2013). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan Dan
Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Jurnal Pendidikan
Ekonomi (JUPE), 1(3), 1–17.
Makridakis, S., Wheelwright, S. C., E. McGee, V., Andiryanto, U. S., & Basith,
A. (1995). Metode dan Aplikasi Peramalan. Erlangga. Jakarta.
Mantra, I. B. (2003). Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Noveria, M., Handayani, T., Aswatini, Latifa, A., Romdiati, H., Setiawan, B.,
Malamassa, M. A., Ketut, G. A. S., Ningrum, V., Harfina, D., & Djohan,
eniarti. (2011). Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan (A. Setiawan &
Ariadni (ed.)). LIPI Press. Jakarta.
Nuryadi., Astuti,T. D., Utami, E.S., Budiantara, M. (2017). Dasar-dasar Statistik
Penelitian.SIBUKU MEDIA. Yogyakarta.
Pattimahu, T. V. (2016). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk Dan Pengangguran
Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Maluku. ISSN, 3612, 40-48.
Purwanto, E. A., & Sulistyastuti, D. R. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif
Untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Gava Media.
Yogyakarta.
Putong, I. (2013). Economics Pengantar Makro dan Mikro. Mitra Wancana
Media. Jakarta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
ALFABETA. Bandung.
Sugiyono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. ALFABETA. Bandung.
Sukirno, S. (2008). Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Perseda.
Jakarta.
Sukirno, S. (2000). Makro Ekonomi Moderen, Perkembangan, Pemikiran dari
Klasik Hingga Keynesian Baru. PT. Raja Grafindo Perseda. Jakarta.
Todaro, MP, (2004), Pembangunan Ekonomi Dunia Ke tiga, penerbit Erlangga
Jakarta.
Download