suplemen pembelajaran perubahan iklim untuk guru

advertisement
SUPLEMEN PEMBELAJARAN
PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP
TIM PENYUSUN
Pembina
: Ir. Ilyas Asaad, MP.
Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pengarah
: Drs. Basuki W. Widodo Samdodo, MS.
Asisten Deputi Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan
Tim Penulis
: 1. Jo Kumala Dewi (Kementerian Lingkungan Hidup)
2. Latipah Hendarti (Yayasan Detara)
3. Stien Matakupan (Yayasan Pendidikan Sampoerna)
4. Triyaka Lisdiayanta (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial – LP3ES)
Pendukung
: Seluruh staf Asdep Peningkatan Peran Organisasi
KemasyarakatanKementerian Lingkungan Hidup
1. Nurul Jannah
2. Dian Andryanto
3. Andryansyah
2
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Kata Pengantar BAB 1. Pendahuluan
BAB 2. Perubahan Iklim: Isu Global dan Lokal
2.1. Sekilas Sejarah Kebijakan Perubahan Iklim Dunia
2.2. Mengenal Perubahan Iklim
2.3. Perubahan Iklim Lokal dan Global dan Dampaknya
2.4. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
2.4.1. Adaptasi Perubahan Iklim
2.4.2. Mitigasi Perubahan Iklim
BAB 3. Perubahan Iklim dan Pendidikan di Indonesia
3.1. Pendidikan dan Perubahan Iklim
3.2. Perubahan Iklim dan Pendidikan Lingkungan serta Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia
BAB 4. Pembelajaran Perubahan Iklim dalam Kurikulum Sekolah
4.1. Integrasi Perubahan Iklim dalam Mata Pelajaran
4.2. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas VII
4.3. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas VIII
4.4. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas IX
BAB 5.
BAB 6.
Adaptasi dan Mitigasi Pembelajaran dan Aksi di Tingkat Sekolah
5.1. KegiatanAdaptasi di Sekolah
5.2. Kegiatan Mitigasi di Sekolah
Penutup Pustaka
Glosarium
Lampiran:
1.
2.
3.
4.
Silabus Pembelajaran Perubahan Iklim di Kelas VII (IPA)
Silabus Pembelajaran Perubahan Iklim di Kelas VIII (IPS)
Silabus Pembelajaran Perubahan Iklim di Kelas VIII (PKN)
Silabus Pembelajaran Perubahan Iklim di Kelas IX (B. Indonesia)
3
KATA PENGANTAR
Perubahan iklim sebagai fenomena global merupakan tantangan lingkungan terbesar
yang dihadapi dunia saat ini. Isu global ini mulai menjadi topik perbincangan sejak diadakannya
Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil dua puluh tahun yang lalu sampai dengan
KTT Rio+20 tahun 2012. Konferensi internasional terkait isu perubahan iklim terus berlangsung dari
waktu ke waktu. Tahun 2012 sudah mencapai penyelenggaraan COP 18 (Conference of the Parties)
to the United Nations Framework Convention on Climate Change di Doha, Afrika Selatan, yang
pada dasarnya mencari berbagai upaya terbaik dalam mengurangi emisi karbon untuk mengurangi
dampak perubahan iklim yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Namun demikian masih ada
sejumlah pandangan pro dan kontra dikalangan para ahli yang masih menyangsikan bahwasanya
perubahan iklim telah benar terjadi. Walau fakta telah menunjukkan bahwa pemanasan global saat
ini sudah nyata dan terasa dampaknya hampir di seluruh muka bumi.
Perubahan iklim yang sedang terjadi perlu disikapi dengan memperdalam pemahaman tentang
proses kejadiannya secara ilmiah, baik penyebab maupun dampaknya terhadap manusia dan
lingkungan kita. Dengan pemahaman tersebut dapat direncanakan upaya penyesuaian (adaptasi)
dan pencegahannya (mitigasi). Meningkatnya suhu global mengakibatkan perubahan dalam pola
cuaca, naiknya permukaan air laut, meningkatkan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrim. Dimanamana terjadi bencana banjir dan kekeringan yang membawa korban yang tidak sedikit. Dampak
perubahan iklim telah mempengaruhi seluruh umat manusia di bumi ini. Sehingga solusi terhadap
perubahan iklim harus bersifat global, yang dilakukan dalam bentuk aksi lokal di seluruh dunia.
Terutama bagi negara kita, sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap
perubahan iklim yang menyebabkan bencana seperti banjir, longsor, kemarau panjang, angin
kencang, dan gelombang tinggi. Ancaman terhadap bencana iklim di Indonesia ini bahkan dapat
terjadi dalam intensitas yang lebih besar lagi dan secara langsung dirasakan oleh masyarakat petani,
nelayan, pesisir, perdesaan, dan perkotaan. Dampak perubahan iklim yang lebih luas tidak hanya
merusak lingkungan akan tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, keamanan pangan,
kegiatan pembangunan ekonomi, pengelolaan sumberdaya alam dan infrastruktur fisik.
Salah satu tantangannya adalah pemahaman tentang perubahan iklim yang masih belum tersebar
luas secara benar. Berbagai pertanyaan yang sering muncul, apa itu pemanasan global? Apa itu efek
rumah kaca? Apakah yang mempengaruhi perubahan iklim? Bagaimana solusi dalam mengatasi
perubahan iklim dan lain sebagainya masih menyajikan jawaban yang sangat bervariasi. Terlepas
dari berbagai pertanyaan tersebut, penanggulangan masalah perubahan iklim perlu dilaksanakan
oleh berbagai pihak mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, masyarakat
madani, dunia pendidikan, masing-masing individu maupun pemangku kepentingan lainnya. Perlu
menjadi perhatian semua pihak mengenai peningkatan pemahaman tentang isu perubahan iklim,
agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengurangi penyebab dan dampak perubahan iklim,
terutama para generasi muda mendatang yang akan mewarisi bumi tercinta ini, perlu mendapatkan
pendidikan lingkungan yang memadai.
4
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Dunia Pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan generasi penerus
bangsa yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim.
Berdasarkan data statistik Kemendiknas, sampai dengan tahun 2010 menunjukkan jumlah guru
Sekolah Menengah Pertama di seluruh Indonesia sebesar 638.014 orang, sedangkan jumlah
siswanya sebanyak 9.225.006 orang. Figur ini secara tidak langsung dapat merefleksikan potensi
terhadap perwujudan perilaku ramah lingkungan generasi mendatang bilamana dikelola dengan
baik. Karena dengan pendidik berkualitas akan menghasilkan siswa didik yang berkualitas serta
berperilaku ramah lingkungan. Untuk itu, dengan mendorong peningkatan kualitas tenaga didik
dalam hal pengajaran perubahan iklim ini, hampir dapat dipastikan masalah perubahan iklim dimasa
mendatang dapat diminimalisasi dan pembangunan berkelanjutan dapat terwujud.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup melalui unit kerja Asdep
Peningkatan Peran Serta Organisasi Kemasyarakatan di Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan
Pemberdayaan Masyarakat dibantu para aktivis pendidikan lingkungan hidup dan pakar lingkungan,
berupaya menyusun buku suplemen tentang perubahan iklim untuk profesi guru jenjang pendidikan
menengah. Buku ini ditujukan untuk mendorong agar pembelajaran tentang perubahan iklim di
jenjang pendidikan menengah ini dapat lebih efisien efektif, khususnya melalui pendekatan integratif.
Tidak sedikit hambatan yang dihadapi dalam penyusunan buku ini, namun berkat kerjasama
dan koordinasi yang baik pada akhirnya buku ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini pula, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Besar harapan kami buku
ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat menjadi arahan dan acuan bagi guru dalam
pembelajaran tentang perubahan iklim bagi siswa di jenjang pendidikan menengah pertama, agar di
kemudian hari mereka dapat menjadi generasi muda yang berperilaku ramah lingkungan.
Jakarta,
November 2012
Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan
dan Pemberdayaan Masyarakat
Ilyas Asaad
5
BAB 1
PENDAHULUAN
Tak dapat dihindari masih adanya pendapat pro dan kontra tentang masalah perubahan iklim,
dimana ada anggapan bahwa isu perubahan iklim merupakan isu lingkungan global dan masih milik
negara-negara maju. Namun saat ini dampak dari pemanasan global sudah semakin terasa di
berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia yang secara geografis sangat rentan untuk menerima
dampak pemanasan global dan perubahan iklim. Musim kemarau yang semakin panjang serta
musim hujan yang semakin intensif merupakan bukti bahwa perubahan iklim sangat dekat dengan
kehidupan kita. Ditambah dengan wilayah hutan yang semakin gundul dan longsor terjadi dimanamana di seluruh pelosok tanah air, membuat dampak perubahan iklim semakin terasa. Kerugian
materi yang besar terlihat tidak seberapa dibanding nyawa manusia yang terkorbankan. Perubahan
iklim jelas menghambat pembangunan di Indonesia, bahkan dalam jangka paling pendek sekalipun.
Sebagai isu global, penanganan isu perubahan iklim perlu melibatkan seluruh pihak secara
global. Upaya perlindungan dan pengelolaaan lingkungan saat ini baik di tingkat nasional maupun
daerah masih belum berjalan optimal karena masih banyak kendala yang dihadapi. Salah satunya
adalah tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat yang masih rendah. Sementara masalah
lingkungan dan kondisi kerusakan dan pencemaran lingkungan tidak dapat dihentikan. Oleh
karenanya pemerintah perlu berupaya untuk menggerakkan semua unsur masyarakat dalam
mengatasi masalah perubahan iklim ini. Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa perubahan
iklim bukanlah sesuatu hal yang perlu ditakuti, akan tetapi perlu dihadapi dan dijadikan peluang
untuk dapat berkembang ke muka serta meningkatkan kapasitas adaptasi maupun mitigasi secara
bersama.
Komunitas pendidikan merupakan sasaran kelompok yang strategis. Guru sebagai tenaga
pengajar siswa merupakan ujung tombak dalam menciptakan generasi muda yang memiliki
kesadaran, kepedulian dan perilaku yang ramah lingkungan. Guru sebagai individu yang berperan
penting dalam pembentukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta karakter generasi
penerus bangsa terlebih dahulu perlu mendapatkan prioritas peroleh informasi, pengetahuan
dan keterampilan terpadu tentang perubahan iklim ini. Oleh karenanya, kualifikasi profesi guru
memerlukan perhatian untuk ditingkatkan, agar dapat menghasilkan dampak yang positif bagi
terciptanya generasi muda yang berkualitas dan ramah lingkungan, serta dapat menyelamatkan
lingkungan dari dampak perubahan iklim ini.
Dalam rangka mendukung peningkatan informasi, pengetahuan dan ketrampilan profesi
guru dalam pembelajaran perubahan iklim pada jenjang pendidikan menengah inilah, disusun
buku suplemen pembelajaran perubahan iklim untuk guru Sekolah Menengah Pertama, yang
merupakan pelengkap atau tambahan dari buku atau modul tentang perubahan iklim yang sudah
6
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
ada di masyarakat. Pada dasarnya, buku ini dapat digunakan dalam pembelajaran terutama secara
terintegrasi dengan mata pelajaran yang relevan.
Buku ini terdiri dari 6 Bab, yang berisi tentang uraian perubahan iklim ditingkat lokal dan global
termasuk sekilas sejarah kebijakan perubahan iklim global, terjadinya perubahan iklim serta dampakdampak yang ditimbulkannya, dan adaptasi serta mitigasi yang disajikan pada Bab 2. Pada Bab
3, berisi uraian tentang pendidikan lingkungan dan pendidikan berkelanjutan yang selama ini sudah
diterapkan di Indonesia sehingga dapat dijadikan titik masuk untuk pembelajaran perubahan iklim
dengan menerapkan nilai-nilai yang ada dalam pendidikan lingkungan dan pendidikan berkelanjutan
untuk mendorong perubahan prilaku peserta didik sekaligus institusi sekolah. Bab 4 merupakan inti
dari buku suplemen yaitu mengintegrasikan perubahan iklim dalam pembelajaran di sekolah tingkat
menengah pertama, box yang berisi contoh proses serta peta pemikiran pengintegrasian perubahan
iklim dalam mata pelajaran serta box berisi contoh-contoh materi diharapkan dapat membantu guru
untuk menerapkan pembelajaran di sekolah termasuk pembelajaran yang kreatif dan efektif. Bagian
ini disusun melalui proses lokakarya dengan beberapa wakil sekolah menengah pertama khususnya
dari Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sementara Bab 5 merupakan contoh-contoh
yang dapat dilakukan di sekolah untuk kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Bagian
lampiran merupakan contoh silabus untuk kelas VII, VIII dan IX pelaksanaan pembelajaran perubahan
iklim di sekolah.
Buku ini memang jauh dari sempurna, namun diharapkan dapat mendukung proses
pembelajaran perubahan iklim ditingkat sekolah menengah pertama yang berdampak pada upayaupaya aksi langsung dan segera untuk mengatasi perubahan iklim yang semakin hari semakin
dirasakan dampaknya. Semakin banyak yang bergerak untuk melakukan upaya perbaikan dan
pemeliharaan lingkungan, tentunya semakin terjamin keberlangsungan kehidupan yang lebih baik
bagi generasi sekarang dan mendatang.
7
BAB II
PERUBAHAN IKLIM :
ISU GLOBAL DAN LOKAL
Perubahan iklim bukanlah hal yang baru, bila kita kembali mempelajari dan memperhatikan
bahwa kondisi iklim global selalu berubah-ubah, diketahui bahwa wilayah-wilayah dunia yang kini
lebih hangat sebetulnya jutaan tahun silam merupakan wilayah yang tertutupi es. Dalam beberapa
abad terakhir para peneliti mendata, suhu rata-rata telah naik sebagai akibat dari fluktuasi
radiasi matahari yang antara lain disebabkan oleh letusan gunung berapi secara berkala. Namun
pengetahuan yang baru menunjukkan, bahwa perubahan iklim yang terjadi bukan hanya disebabkan
oleh peristiwa alam, melainkan disebabkan berbagai kegiatan manusia. Pada bab dua bagian buku
ini, mernguraikan kontribusi kegiatan atau aktivitas manusia yang menjadi penyebab perubahan iklim
lokal dan global serta dampak dan upaya mengatasinya.
2.1. Sekilas Sejarah Kebijakan Perubahan Iklim Dunia
Tahun 1988, Organisasi Meteorologi Dunia (The World Meteorological Organization)
dengan UNEP (United Nations Environmental Program) atau Program Lingkungan Hidup
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bersama-sama mendirikan panel antar pemerintah
tentang perubahan iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change - IPCC). Panel tersebut
bersifat ad hoc tanpa batas waktu, lembaga ini menjadi wadah diskusi tingkat Internasional
yang khusus membahas tentang perubahan iklim dunia, terdiri dari para ilmuwan dari seluruh
dunia. IPCC secara periodik mengkaji dan melaporkan tentang permasalahan iklim yang
terjadi dari berbagai belahan dunia.
Pada tahun 1990, IPCC menerbitkan laporan pertamanya yang dikenal dengan First
Assessment Report yang menyimpulkan suhu meningkat sekitar 0,3-0,6° C dalam satu abad
terakhir. Laporan tersebut menjelaskan emisi yang dihasilkan manusia telah menambah Gas
Rumah Kaca (GRK) alami dan penambahan itu akan menyebabkan kenaikan suhu. Oleh karena
itu, IPCC menyerukan pentingnya sebuah kesepakatan global untuk menanggulangi masalah
tersebut. Pada tahun yang sama, Majelis Umum PBB akhirnya menanggapi seruan IPCC untuk
mengatasi masalah perubahan iklim secara global dengan meluncurkan negosiasi mengenai
kerangka konvensi perubahan iklim dan dengan membentuk Komite Negosiasi Antar pemerintah
(Intergovernmental Negotiating Committee-INC) untuk pelaksanaan negosiasi tersebut. Akhirnya,
pada bulan Mei 1992, INC menyepakati Kerangka Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim
(United Nations Framework Convention on Climate Change – UNFCCC).
Konvensi ini bertujuan untuk melakukan stabilisasi konsentrasi GRK dalam atmosfer
pada tingkat yang aman dan memungkinkan terjadinya adaptasi ekosistem, sehingga dapat
menjamin ketersediaan pangan dan pembangunan berkelanjutan. Konvensi ini menekankan
8
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
kesetaraan dan kehati-hatian (precautionary principle) sebagai dasar semua kebijakan. Pada
konvensi ini juga, dikenal adanya prinsip “common but differentiated responsibilities”, dimana
setiap negara memiliki tanggung jawab yang sama tetapi dengan peran yang berbeda-beda,
dalam upayanya menekan laju peningkatan emisi GRK di negara masing-masing. Konvensi ini
sendiri tak membatasi emisi GRK bagi negara-negara, dan tak memiliki daya paksa apapun.
Forum pengambilan keputusan tertinggi dalam kerangka UNFCCC adalah Conference of
Parties (COP).
UNFCCC mulai ditandatangani pada 9 Mei 1992, serta mulai diterapkan pada 21
Maret 1994. Pada tahun 1994, Indonesia baru meratifikasi UNFCCC melalui UndangUndang No. 6 tahun 1994, dengan meratifikasi UNFCCC tersebut, Indonesia berkewajiban
mengkomunikasikan berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi dampak
pemanasan global akibat terjadinya perubahan iklim global.
Setelah diadakan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan
tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil, dimana menekankan pentingnya semangat kebersamaan
(multilaterisme) untuk mengatasi berbagai masalah yang ditimbulkan dari upaya-upaya
melaksanakan pembangunan dan upaya-upaya melestarikan lingkungan. Selanjutnya
diselenggarakanlah beberapa Konferensi Para Pihak (COP-Conference of the Parties), salah
satu yang penting terkait dengan isu perubahan iklim adalah COP III di Kyoto, Jepang yang
diselenggarakan pada bulan Desember 1997,
menghasilkan Protokol Kyoto yang mulai
berlaku pada 16 Februari 2005. Perbedaan utama antara Konvensi dan Protokol yaitu Konvensi
akan mendorong negara–negara industri untuk menstabilkan emisi GRK, sedangkan Protokol
membuat negara-negara berkomitmen untuk melakukannya. Bagi negara yang menandatangani
dan meratifikasinya, Protokol Kyoto akan mengikat secara hukum. Protokol Kyoto memiliki masa
komitmen yang berakhir tahun 2012. Negara-negara penandatangan UNFCCC masih berada
dalam proses perumusan perjanjian baru yang akan meneruskan atau menggantikan Protokol
Kyoto setelah masa komitmen pertama berakhir. Untuk itu pada tahun 2007 telah dihasilkan
Peta jalan Bali (Bali Roadmap) yang melandasi perundingan internasional dalam mencapai hal
tersebut. Bali Roadmap membahas antara lain dana adaptasi, transfer teknologi dari negara maju
melalui skema investasi, skema pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDDReducing Emission from Deforestation and Forest Degradation) dan mekanisme pembangunan
bersih (CDM-Clean Developmen Mechanism).
Berikut adalah mekanisme-mekanisme dari Kebijakan Perubahan Iklim yang disepakati :
1. Protokol Kyoto
Protokol Kyoto merumuskan secara rinci langkah yang wajib dan dapat diambil oleh
berbagai negara yang meratifikasinya untuk mencapai tujuan yang disepakati dalam
perjanjian internasional perubahan iklim PBB, yaitu “stabilisasi konsentrasi gas rumah
kaca dalam atmosfir pada tingkat yang dapat mencegah terjadinya gangguan manusia/
antropogenis pada sistem iklim dunia”. ProtokolKyoto menempatkan beban berat pada
negara-negara maju di bawah prinsip “common but differentiated responsibilities”, hal ini
dikarenakan negara–negara maju lebih bertanggung jawab atas tingginya tingkat emisi
GRK diatmosfer sebagai hasil dari lebih 150 tahun kegiatan industri di negara–negara
maju tersebut. Dalam Protokol Kyoto menggariskan 37 negara industri, yang kemudian
disebut dengan negara Annex I. Negara – negara Annex I adalah negara–negara yang
terdaftar sebagai Annex I dalam UNFCCC. Mereka terdiri dari negara–negara maju seperti
German, Jepang, Swedia, Inggris, dll., dan termasuk negara–negara yang berada dalam
tahap transisi ekonomi seperti Rusia dan negara–negara Eropa Timur. Negara Annex I
9
tersebut diwajibkan untuk masing-masing mengurangi emisi GRK sampai dengan 5%
di bawah tingkat emisi tahun 1990, untuk periode tahun 2008–2012 (Kyoto Protocol,
Article 3). Angka ini disepakati berdasarkan rekomendasi yang tertera dalam laporan
panel ilmuwan PBB IPCC. Adapun kelompok GRK yang ditetapkan oleh Protokol Kyoto
adalah carbon dioksida (CO2), Metana (CH4), nitro-oksida (N2O), Hydrofluorocarbons
(HFCs), perfluorocarbons (PFCs), dan Sulfur Hexafluoride (SF6). Berdasarkan Protokol
Kyoto Artikel 3, Annex I memiliki batas emisi GRK yang berbeda untuk periode 5 tahunan
dari 2008-2012 yang disebut dengan periode komitmen pertama.
Di dalam membantu negara Annex I yang terikat kewajiban dalam penurunan emisi,
Protokol Kyoto menetapkan berbagai mekanisme fleksibel seperti implementasi bersama
(Joint Implementation), perdagangan emisi internasional (Internasional Emission Trading),
dan mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism). Dengan adanya
mekanisme tersebut dapat memungkinkan negara industri untuk memperoleh kredit
emisi dengan cara pembiayai proyek pengurangan emisi di negara di luar negara Annex I
atau dari negara Annex I yang sudah melampaui batas penurunan emisi yang diwajibkan.
Mekanisme-mekanisme tersebut adalah :
a. Joint Implementation / JI (Implementasi Bersama)
Joint Implementation (JI) adalah sebuah mekanisme pada Protokol Kyoto yang
tertuang di dalam artikel 6, di mana sebuah negara maju yang terdaftar pada Annex
I UNFCCC dapat mengembangkan sebuah proyek yang bertujuan pada penurunan
emisi karbon di negara Annex I lainnya. Pelaksanaan JI hanya dapat dilakukan antar dua
negara maju pada Annex I. Keadaan tersebut akan membentuk sebuah pasar karbon.
Ada dua tingkatan di dalam pelaksanan JI, yaitu JI Tier 1 dan JI Tier 2. Tier 1
adalah untuk negara-negara yang pencatatan emisi domestik serta perubahannya
tidak terlalu rapi (mirip dengan situasi negara-negara berkembang), sehingga
pencatatan dan monitoring di tingkat proyek menjadi sangat teliti dan hati-hati.
Sementara itu, JI Tier 2 adalah untuk negara-negara yang pencatatan emisi domestik
serta perubahannya sudah tertib sudah sama dengan situasi negara-negara maju
lainnya, sehingga monitoring di tingkat proyek tidak harus terlalu menuntut data dasar.
Negara Annex I yang memiliki kelebihan jatah emisi GRK (emission cap)
dapat membantu negara Annex I lainnya yang tidak memiliki cap, untuk
mengimplementasikan kegiatan proyek yang mereduksi GRK dan kredit reduksi emisi
akan diterbitkan berdasarkan jumlah reduksi emisi yang dihasilkan oleh kegiatan
proyek. Negara yang menjadi penyelenggara proyek JI ini dinamakan negara tuan
rumah. Kredit penurunan emisi dari JI disebutEmission Reduction Unit (ERU). Setiap
proyek JI harus dapat menghasilkan reduksi emisi atau penyerapan GRK dan bersifat
tambahan (additional) terhadap kondisi yang mungkin terjadi tanpa adanya proyek.
Negara Annex I dapat menggunakan ERU untuk memenuhi target penurunan
emisi GRK berdasarkan Protokol Kyoto. Total cap emisi negara–negara Annex I tidak
akan berubah, karena JI hanya berupa transfer antar negara Annex I yang sama –
sama memiliki cap emisi. ERU hanya akan diterbitkan setelah tahun 2008.
b. International Emission Trading/IET (Perdagangan Emisi Internasional)
10
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
IET adalah mekanisme perdagangan emisi yang hanya dapat dilakukan antar
negara industri dalam Annex I. Dengan adanya IET maka memungkinkan sebuah
negara Annex I untuk menjual kredit penurunan emisi GRK kepada negara Annex
I lainnya. Semua kredit penurunan emisi yang ditetapkan Protokol Kyoto, seperti
Assigned Ammount Unit (AAU), Removal Unit (RMU), Certified Emission Reduction
(CER) maupun Emission Reduction Unit (ERU) dapat diperjualbelikan melalui
mekanisme ini. Negara industri dengan emisi GRK di bawah batas yang telah
diizinkan dapat memperdagangkan kelebihan bagian emisinya dengan negara
industri lain yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Namun, jumlah emisi GRK
yang diperdagangkan dibatasi agar negara pembeli tetap memenuhi kewajibannya.
Berbeda dengan JI yang kredit penurunan emisinya berbasis proyek, IET tidak
memerlukan suatu proyek yang spesifik. IET dapat dilaksanakan apabila suatu negara
Annex I memiliki kredit penurunan emisi gas rumah kaca melebihi target negaranya.
Kredit tersebut dapat dijual ke negara Annex I lainnya
c. Clean Development Mechanism/CDM (Mekanisme Pembangunan Bersih)
CDM merupakan satu-satunya mekanisme yang flesibeldalam Protokol Kyoto
yang memberikan peran bagi negara berkembang (non-Annex I) untuk membantu
target penurunan emisi gas rumah kaca negara Annex I. Negara-negara Annex I
yang memiliki kewajiban untuk menurunkan emisinya sebagaimana tercantum pada
Protokol Kyoto, membantu negara-negara non-Annex I untuk melaksananakan
proyek-proyek yang mampu menurunkan atau menyerap emisi, setidaknya satu dari
enam jenis gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O, HFC, PFC dan SF6). Dalam CDM,
negara-negara Annex I dapat memenuhi target kewajiban penurunan emisinya melalui
investasi proyek penurunan emisi (emission reduction project) maupun perdagangan
karbon dengan negara-negara non-Annex I.
CDM diharapkan dapat menjadi faktor pendukung munculnya proyek-proyek
berbasis lingkungan di negara non-Annex I. Proyek berbasis lingkungan tersebut
akan dinilai, dievaluasi dan divalidasi apakah telah berhasil menurunkan tingkat emisi.
Dalam pelaksanaan CDM, negara maju dapat menanamkan modalnya di negara
berkembang dalam proyek-proyek yang dapat menghasilkan pengurangan emisi
GRK, dengan imbalan CER (Certified Emission Reductions). CER ini dapat dikatakan
sebagai hasil sertifikasi reduksi emisi yang setara dengan 1 ton CO2. Dengan CER,
negara-negara Annex Idapat mengkonversi nilai tersebut untuk memenuhi target
penurunan emisi negaranya.
Tujuan CDM sebagaimana yang tercantum dalam Protokol Kyoto adalah:
»»
Membantu negara-negara Annex I memenuhi target penurunan emisi negaranya
»»
Membantu negara non-Annex I dalam mencapai pembangunan yang
berkelanjutan dan untuk berkontribusi pada tujuan utama Konvensi Perubahan
Iklim, yaitu menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
CDM mencakup tiga kategori implementasi yaitu “Clean Production” (Produksi Bersih),
“Saving Energy” (Penghematan Energi) dan “Fuel Switching” (Pengalihan Bahan Bakar).
Realisasi program CDM adalah melakukan reduksi emisi GRK serta penyerapan karbon
melalui penanaman pohon di lahan produksi yang mengalami eksploitasi berlebihan.
Kegiatan dalam CDM meliputi kegiatan reduksi emisi GRK dan penyerapan karbon.
11
2. Reducing Emissions From Deforestation And Forest
Degradation (REDD)
Keterbatasan masa berlaku Protokol Kyoto yang akan berakhir pada tahun 2012
itu mendorong banyak negara untuk memikirkan langkah selanjutnya dalam mengatasi
permasalahan perubahan iklim. Jika Protokol Kyoto berakhir pada tahun 2012 maka
segala bentuk mekanisme serta instrumennya juga akan ikut berakhir pada tahun
tersebut. Oleh karenanya, banyak negara yang memikirkan mekanisme baru untuk
mengatasi perubahan iklim yang yang lebih menguntungkan bagi negara berkembang,
khususnya mereka yang memiliki sumberdaya hutan luas.
Pada COP 11 di Montreal tahun 2005, Costa Rica, Papua New Guinea (PNG), dan
negara-negara pemilik hutan tropis yang tergabung dalam CfRN (Coalition for Rainforest
Nation) mengusulkan proposal tentang insentif avoided deforestation (menghindari
deforestasi). Dalam pertemuan yang sama, beberapa LSM dan ilmuwan dengan dipimpin
oleh Environmental Defense salah satu LSM lingkungan, menegaskan kembali seruan
mereka agar isu hutan dimasukkan dalam instrumen-instrumen perdagangan Kyoto.
Karenanya, COP 11 meminta agar Badan Subsider UNFCCC untuk Pertimbangan
Ilmiah dan Teknologi (SBSTA) mengevaluasi isu pengurangan emisi dari deforestasi
dan melaporkan kembali ke COP 13/MOP 3 UNFCCC pada bulan Desember 2007.
Sementara itu, UNFCCC menyelenggarakan dua pertemuan mengenai pengurangan
emisi dari deforestasi (REDD) di negara-negara berkembang (dalam bulan Juli 2006 dan
Maret 2007). Pada bulan Desember 2007, dalam Konferensi Para Pihak ke-13 UNFCCC
yang diadakan di Bali (Indonesia), kemungkinan untuk memasukkan isu hutan dalam
rezim iklim internasional semakin berkembang.
Konferensi Para Pihak ke-13 (COP 13) di Bali tahun 2007 menghasilkan Rencana
Aksi Bali (Bali Action Plan) sebagai sebuah rencana atau peta jalan negosiasi strategi iklim
global untuk melanjutkan Protokol Kyoto. Rencana ini mengakui pentingnya hutan dalam
mengatasi perubahan iklim. Selain melakukan pengurangan emisi dari penggunaan bahan
bakar fosil di negara-negara industri,kegiatan penanaman pohon untuk menyerap karbon
juga berperan dalam mencegah perubahan iklim. Namun demikian, untuk mengurangi
20 persen dari emisi yang berkaitan dengan hutan, diperlukan pendekatan konservasi
yang baru dan lebih efektif. Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah REDD
(Reducing Emissions from Deforestation And Forest Degradation) atau pengurangan
emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Ide ini berbeda dengan kegiatan konservasi
hutan sebelumnya karena dikaitkan langsung dengan insentif finansial untuk konservasi
yang bertujuan menyimpan karbon di hutan.
REDD adalah sebuah mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk memberikan
insentif bagi negara berkembang dalam pengurangan deforestasi dan pengrusakan
hutan dengan maksud mengurangi emisi dari deforestasi dan kerusakan hutan tersebut.
REDD dilaksanakan atas dasar sukarela (voluntary basis) dengan prinsip menghormati
kedaulatan negara (sovereignity).
Mekanisme REDD sampai akhir tahun 2012 masih terus dikembangkan, meskipun
saat ini di Indonesia proyek-proyek percontohan atau yang dikenal dengan demonstration
activity (kegiatan contoh) proyek REDD banyak dikembangkan, seperti proyek di Kawasan
Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur, di Berau Kalimantan Timur, di Ulumasen,
Aceh, dll.
12
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
2.2. Mengenal Perubahan Iklim
Perubahan iklim dipahami sebagai proses berubahnya pola dan intensitas unsur iklim
pada periode waktu yang dapat dibandingkan, biasanya dalam kurun waktu rata-rata 30
tahun. Perubahan iklim dapat merupakan perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau
perubahan dalam distribusi kejadian cuaca terhadap rata-rata (Elvin, A dkk, 2011), paparan
dari Kementerian Lingkungan bahwa perubahan iklim adalah perubahan nilai yang signifikan
pada variabel iklim seperti suhu udara atau pola curah hujan di suatu tempat yang relatif luas
dan dibandingkan dengan masa lalu kira-kira 50 tahun lalu. Unsur-unsur iklim yang dimaksud
antara lain adalah suhu, angin, hujan, penguapan, kelembaban dan tutupan awan.
Menurut IPCC (2007) bahwa Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh kesetimbangan panas
di bumi, dimana aliran panas bekerja karena adanya radiasi matahari. Gambar 1. diambil
dari sumber IPCC tahun 2007 yang menggambarkan bahwa dari seluruh radiasi matahari
yang menuju ke permukaan bumi, sepertiganya dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh
atmosfer dan oleh permukaan bumi, pemantulan oleh atmosfer terjadi karena adanya awan
dan partikel yang disebut aerosol. Keberadaan salju, es dan gurun memainkan peranan
penting dalam memantulkan kembali radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi. Dua
pertiga radiasi yang tidak dipantulkan, besarnya sekitar 240 Watt/m2, diserap oleh permukaan
bumi dan atmosfer. Untuk menjaga kesetimbangan panas, bumi memancarkan kembali
panas yang diserap tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek. Sebagian radiasi
gelombang pendek yang dipancarkan oleh bumi diserap oleh gas-gas tertentu di dalam
atmosfer yang disebut gas rumah kaca (GRK). Selanjutnya gas rumah kaca meradiasikan
kembali panas tersebut ke bumi. Mekanisme ini disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca
inilah yang menyebabkan suhu bumi relatif hangat dengan rata-rata 14oC dan membuat bumi
nyaman untuk dihuni, tanpa efek rumah kaca suhu bumi hanya sekitar -19oC. Sebagian kecil
panas yang ada di bumi, yang disebut panas laten, digunakan untuk menguapkan air. Panas
laten ini dilepaskan kembali ketika uap air terkondensasi di awan.
Gambar 1: Sistem kesetimbangan panas di bumi
13
Tetapi permasalahan akan muncul ketika terjadi konsentrasi gas rumah kaca pada
atmosfer bertambah. Gas rumah kaca yang dipercaya dapat mempengaruhi konsentrasi gas
di atmosfer diantaranya hidrogen (H2O), karbon dioksida (CO2), methane (CH4), dinitrogen
oksida (N2O), dan halokarbon (kelompok gas yang mengandung florine, klorin dan bromin).
Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer bertambah
mendekati 30%, konsentrasi methane lebih dari dua kali, konsentrasi asam nitrat bertambah
15%. Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan menjaring panas pada atmosfer
bumi. Kontribusi kegiatan manusia dipercaya telah menyebabkan meningkatnya konsentrasi
GRK, antara lain: penggunaan bahan bakar fosil, limbah padat, penggunaan kendaraan, dan
penghasil tenaga listrik dengan bahan bakar fosil, telah meningkatkan jumlah karbondioksida
yang dilepas ke atmosfer. Dan pada saat yang sama jumlah pepohonan yang mampu
menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat penebangan pohon, baik untuk tujuan
komersial dalam bentuk kayu, maupun untuk perluasan lahan pertanian dan pemukiman.
Kegiatan manusia melepaskan karbon ke atmosfer dari tahun ke tahun semakin banyak
terutama terjadi pada saat mulai revolusi industri, sementara kemampuan lautan serta proses
alam lainnya untuk mengurangi karbondioksida di atmosfer membutuhkan waktu yang cukup
lama. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah
mencapai 383 ppm atau meningkat sekitar 36% dibanding tahun 1750, bila terus berlanjut
maka konsentrasi karbondioksida diperkirakan akan terus meningkat.
Dua kegiatan yang menyumbang karbondioksida terbanyak adalah:
1. Pembangkit listrik bertenaga batubara. Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali
lipat dari energi yang dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara
energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit. Setiap 1000
megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batu bara akan mengemisikan
5,6 juta ton karbondioksida per tahun.
2. Pembakaran kendaraan bermotor. Kendaraan yang mengkonsumsi bahan bakar
sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya
akan menghasilkan emisi sebanyak 3 ton karbondioksida ke udara. Dapat membayangkan
berapa emisi karbondioksida yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat Indonesia yang
setiap hari mengendarai kendaraan bermotor, berapa ton karbondioksida yang akan
dihasilkan tiap hari dan berapa yang masuk ke atmosfer per hari atau per tahun.
Selain karbondioksida, gas rumah kaca lainnya yang juga banyak dihasilkan oleh aktivitas
manusia adalah methane (CH4). Metana merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap
panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Emisi gas metana dapat berasal
dari alam seperti lautan, lapisan es permanen, tanah-tanah yang gembur, selain dari alam
juga berasal dari aktivitas manusia. Berdasarkan hasil penelitian, metana yang dihasilkan dari
aktivitas manusia merupakan penyumbang terbesar terutama dari aktivitas pembakaran lahan
untuk membuka area baru, pembusukan sampah organik ditempat pembuangan sampah
dan dari industri peternakan. Metana juga berdasarkan penelitian lebih berbahaya dari pada
emisi CO2, karena bukan hanya menambah efek rumah kaca namun juga dapat merusak
ozon yang berdampak terhadap kesehatan manusia, bila gas metana meningkat tinggi dapat
mengurangi kadar oksigen dalam atmosfer , sehingga dapat menyebabkan sesak nafas.
Emisi lainnya adalah Nitrogen oksida yang merupakan gas insulator panas yang sangat
kuat. Nitrogen oksida dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan dari lahan
pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.
14
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Peningkatan emisi GRK tersebut telah menyebabkan perubahan iklim terjadi dengan
cepat. Perubahan iklim global akan memberikan dampak yang sangat parah bagi Indonesia
karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua dan dua samudera,
negara kepulauan dengan 81.000 km garis pantai dengan dua pertiga lautan. Ditambah lagi
dengan populasi penduduk nomor empat terbesar di dunia, mengalami degenerasi kearifan
budaya lokal yang selama ini memiliki kemampuan dalam mengelola sumberdaya alam yang
berkelanjutan, pendidikan yang tidak memadai, keterampilan rendah, keterbelakangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kepedulian sosial yang menurun, kemiskinan dan kesulitan
ekonomi, kelemahan tata pemerintahan, korupsi, kurang kepemimpinan, serta perilaku
buruk sebagian besar pengusaha dan institusi internasional. Kesemua hal tersebut turut
menjadi faktor meningkatnya GRK.
2.3. Perubahan Iklim Lokal dan Global dan Dampaknya
Perubahan iklim terjadi secara global namun dampak yang dirasakan bervariasi secara
lokal dan global. Indikator utama perubahan iklim terdiri dari perubahan dan pola intensitas
berbagai parameter iklim antara lain suhu, curah hujan, kelembaban, angin, tutupan awan
dan penguapan (evaporasi). Ditingkat global perubahan iklim yang dirasakan diseluruh dunia
antara lain menyebabkan terjadinya:
1. Perubahan dalam siklus hidrologi; kenaikan temperatur telah mempercepat siklus
hidrologi, atmosfer yang lebih hangat akan menyimpan lebih banyak uap air, sehingga
menjadi kurang stabil dan menghasilkan lebih banyak presipitasi, terutama dalam bentuk
hujan lebat. Panas yang lebih besar juga mempercepat proses evaporasi. Dampak
dari perubahan-perubahan tersebut dalam siklus air adalah menurunnya kuantitas dan
kualitas air bersih di dunia. Sementara itu, pola angin dan jejak badai juga akan berubah.
Intensitas siklon tropis akan semakin meningkat (namun tidak berpengaruh terhadap
frekuensi siklon tropis), dengan kecepatan angin maksimum yang bertambah dan hujan
yang semakin lebat.
2. Meningkatnya Resiko Kesehatan; Perubahan iklim akan mengubah distribusi nyamuknyamuk malaria dan penyakit-penyakit menular lainnya, sehingga mempengaruhi
distribusi musiman penyakit alergi akibat serbuk sari dan meningkatkan resiko penyakitpenyakit pada saat gelombang panas (heat waves).
3. Kenaikan Muka Laut; Prediksi paling baik untuk kenaikan muka laut akibat perluasan
lautan dan pencairan gletser pada akhir abad 21 (dibandingkan dengan keadaan pada
1989-1999) adalah 28-58 cm. Hal ini akan menyebabkan memburuknya bencana banjir
di daerah pantai dan erosi. Kenaikan muka laut yang besar hingga satu meter pada 2100
diperkirakan akan melebihi satu meter, apabila lapisan es terus mencair seiring dengan
kenaikan temperatur. Saat ini terdapat bukti yang menunjukkan bahwa lapisan es di
Antartika dan Greenland perlahan berkurang dan berkontribusi terhadap kenaikan muka
laut. Sekitar 125.000 tahun yang lalu, ketika daerah kutub lebih hangat daripada saat ini
selama periode waktu tertentu, pencairan es kutub telah menyebabkan muka laut naik
mencapai 4-6 meter. Kenaikan muka laut memiliki kelembaban besar dan akan terus
berlangsung selama berabad-abad. Lautan juga akan mengalami kenaikan temperatur
yang berpengaruh terhadap kehidupan bawah laut. Selama empat dekade terakhir,
sebagai contoh, plankton di Atlantik Utara telah bermigrasi ke arah kutub sebanyak 10o
lintang. Selain itu juga, lautan mengalami proses pengasaman seiring dengan diserapnya
lebih banyak karbondioksida. Hal ini akan menyebabkan batu karang, keong laut dan
15
spesies lainnya kehilangan kemampuan untuk membentuk cangkang atau kerangka.
4. Menimpa yang paling rentan; Komunitas yang paling miskin akan menjadi yang paling
rentan terhadap dampak dari perubahan iklim, sebab mereka akan sulit untuk melakukan
usaha untuk mencegah dan mengatasi dampak dari perubahan iklim dengan kurangnya
kemampuan. Beberapa komunitas yang paling rentan adalah buruh tani, suku-suku asli
dan orang-orang yang tinggal di tepi pantai. Beberapa fakta saat ini menunjukkan bahwa
kekurangan pangan terjadi di negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim dan
masih berkembang :
»»
Setengah dari populasi dunia akan menghadapi kekurangan makanan yang serius
dalam abad ini. (University of Washington researchers, in Science, 2009)
»»
Panen sudah dipersulit oleh kekeringan atau banjir di Rusia, Jerman, Kanada,
Argentina, Australia, Ukraina, Pakistan, dan lain-lain.
»»
Harga makanan naik 5% secara global pada bulan Agustus 2010. Di Mozambik,
reaksi kerusuhan karena kenaikan harga roti menyebabkan 10 kematian dan 300
luka-luka.
»»
Harga makanan tinggi yang memicu kerusuhan mematikan di seluruh dunia pada
tahun 2008 adalah akibat kombinasi dari perubahan iklim dan meningkatnya
permintaan untuk makanan ternak dari populasi di India dan China. (UN World Food
Program)
»»
Jumlah orang yang masih menderita kelaparan melebihi 1 miliar untuk pertama
kalinya pada tahun 2009.
»»
Lebih dari 9 juta orang meninggal di seluruh dunia setiap tahunnya karena kelaparan
dan kekurangan makanan. Lima juta adalah anak-anak.
»»
Menurut Badan Pangan Dunia (FAO) menyebutkan bahwa hampir 870 juta orang
menderita kekurangan gizi kronis pada 2010-2012, sebagain besar terjadi di Asia
Selatan, Asia Timur, dan Subsahara Afrika. Jumlah orang kelaparan di dunia juga
masih tinggi, dimana delapan orang dunia satu orang menderita kelaparan.
5. Mempengaruhi kekayaan keanekaragaman hayati; musnahnya berbagai jenis
keanekaragaman hayati yang juga disebabkan oleh kejadian hujan badai yang meningkat
frekuensi dan intensitasnya, angin topan, dan banjir; meningkatnya jumlah tanah kering
yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan; meningkatnya
frekuensi kebakaran hutan; daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena
terjadi arus pengungsian. Beberapa fakta kehilangan keanekaragaman hayati antara lain :
16
»»
Populasi penguin Antartika menurun lebih dari 80% sejak 1975 akibat hilangnya es
lautan.
»»
Kijang karibu Arktik mengalami penurunan tajam karena kelaparan akibat perubahan
iklim saat pencairan awal dan pembekuan membuat tumbuhan makanannya tidak
bisa dijangkau.
»»
Mirip dengan tahun 2007 dan 2009, pada bulan September 2010, sepuluh ribu anjing
laut menuju pesisir yang merupakan perilaku tidak normal, akibat kurangnya es di
lautan, tempat mereka biasanya beristirahat.
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
»»
Burung yang bermigrasi nyaris mati akibat perjalanan yang tidak tepat waktu
membuat mereka tidak mendapat persediaan makanan yang cukup saat mereka
tiba di tempat tujuan dan/atau tempat-tempat seperti lahan basah pun mengering
sehingga tidak lagi menyediakan habitat bagi mereka.
Ditingkat nasional, menurut Edvin, A dkk (2011), meskipun ketersediaan data parameter
perubahan iklim dalam rentang waktu 30 tahun belum memadai di Indonesia, para ahli di
Indonesia telah berupaya menjelaskan adanya perubahan iklim yang terjadi di Indonesia
dengan empat indikator berikut:
1. Perubahan suhu daratan, menggambarkan perubahan situasi lokal yang meliputi
suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata baik harian maupun bulanan.
Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi perubahan suhu
udara di beberapa tempat yang diamati antara lain di Padang, Jakarta, Cilacap, Biak,
Jayapura mengalami kenaikan suhu minimum sementara di Sibolga, Manado, Ambon,
Wamena dll mengalami penurunan. Khusus di Jakarta selama kurun waktu pengamatan
dari tahun 1956-2001, suhu udara rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0.070C per
tahun.
2. Peningkatan curah hujan esktrim, perubahan iklim merupakan perubahan energi dan
siklus air yang menyebabkan terjadinya pola curah hujan berubah ekstrim (melebihi
ambang batas statistik) yang disebabkan oleh fenomena cuaca seperti banjir, kekeringan,
berkurangnya jumlah hari hujan, serta penambahan periode hari hujan secara berturutturut.
3. Maju mundurnya musim; di Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, informasi
yang paling penting bagi pertanian adalah informasi awal datangnya musim kemarau dan
musim hujan. Pengamatan yang dilakukan oleh BMKG di beberapa wilayah Sumatera,
Jawa dan Sulawesi Selatan selama 30 tahun (1971-2000) dan periode 2001-2010 telah
terjadi pergeseran musim, misalkan awal musim kemarau di Jawa Barat mengalami
pergeseran maju (lebih cepat datang) sekitar 20 hari dibanding 30 tahun lalu.
4. Perubahan jumlah volume hujan; informasi akumulasi curah hujan harian, bulanan dan
tahunan menjadi catatan penting yang menunjukan potensi kapasitas sumber daya air
tercurah, informasi ini penting untuk pengelolaan sumber daya air jangka panjang. Secara
global, hasil kajian IPCC (2007) menunjukkan bahwa sejak tahun 1850 tercatat adanya 12
tahun terpanas berdasarkan data temperatur permukaan global. Sebelas dari dua belas
tahun terpanas tersebut terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir ini. Kenaikan temperatur
total dari tahun 1850-1899 sampai dengan tahun 2001-2005 adalah 0,76Ëš. Permukaan
air laut rata-rata global telah meningkat dengan laju rata-rata 1.8 mm per-tahun dalam
rentang waktu antara lain antara tahun 1961-2003. Kenaikan total permukaan air laut yang
berhasil dicatat pada abad ke-20 diperkirakan 0,17 m. Laporan IPCC juga menyatakan
bahwa kegiatan manusia ikut berperan dalam pemanasan global sejak pertengahan abad
ke-20. Pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi
pada abad ke-21 apabila tidak ada upaya menanggulanginya.
Perubahan iklim yang tengah terjadi menyebabkan sejumlah dampak yang sulit dihindari
bagi kehidupan manusia dan mahluk yang ada di bumi, termasuk yang dihadapi Indonesia,
yang dikutip langsung dari berbagai sumber, antara lain :
1. Dampak terhadap sektor pertanian, diprakirakan produktivitas pertanian di daerah tropis
17
akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2o C
sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan
dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama
pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan
musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal
panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan
pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia
mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang diimpor lebih
dari satu juta ton (KLH, 1998).
2. Dampak terhadap kenaikan muka air laut. Naiknya permukaan laut akan menggenangi
wilayah pesisir sehingga akan menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang di Jawa,
Aceh, Kalimantan dan Sulawesi (UNDP, 2007). akibat pemanasan global pada tahun
2050 akan mendegradasi 98 persen terumbu karang dan 50% biota laut. Gejala ini
sebetulnya sudah terjadi di kawasan Delta Mahakam Kalimantan Timur, apabila suhu air
laut naik 1,50C setiap tahunnya sampai 2050 akan memusnahkan 98% terumbu karang.
di Indonesia kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan. Di Maluku,
nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap ikan
karena pola iklim yang berubah.Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di
Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa
air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi
kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis
ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam
kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut juga akan merusak
ekosistem hutan bakau, serta merubah sifat biofisik dan biokimia di zona pesisir.
3. Dampak terhadap sumber daya air, di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering,
air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering
mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya. Perubahan pola curah hujan juga
menurunkan ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air bersih. Di pulau Lombok dan
Sumbawa antara tahun 1985 dan 2006, jumlah titik air menurun dari 580 menjadi hanya
180 titik. Sementara itu, kepulauan ini juga mengalami ‘jeda musim’- kekeringan panjang
selama musim penghujan – yang kini menjadi makin sering, menimbulkan gagal panen.
Di seluruh negeri, kini makin banyak saja sungai yang makin dangkal seperti Sungai
Ular (Sumatra Utara), Tondano (Sulawesi Utara), Citarum (Jawa Barat), Brantas (Jawa
Timur), Ciliwung-Katulampa (Jawa Barat), Barito-Muara Teweh (Kalimantan Tengah),
serta Larona-Warau (Sulawesi Selatan). Di wilayah pesisir, berkurangnya air tanah disertai
kenaikan muka air laut juga telah memicu intrusi air laut ke daratan – mencemari sumbersumber air untuk keperluan air bersih dan irigasi.
4. Dampak terhadap kesehatan. Saat ini sudah mulai dirasakan bahwa beberapa penyakit
yang disebabkan oleh nyamuk frekuensinya semakin meningkat, seperti penyakit demam
berdarah, malaria. Masyarakat yang memiliki tingkat adaptasi rendah semakin rentan
terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap
risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria.
Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD akan meningkat. suhu berhubungan negatif
dengan kasus DBD, karena itu peningkatan suhu udara per minggu akan menurunkan
kasus DBD. Penderita alergi dan asma akan meningkat secara signifikan. Gelombang
panas yang melanda Eropa tahun 2005 meningkatkan angka “heat stroke” (serangan
18
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan “hay fever” (demam akibat alergi
rumput kering).
5. Dampak terhadap Ekosistem, kemungkinan punahnya 20-30% spesies tanaman dan
hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5oC. Meningkatnya
tingkat keasaman laut karena bertambahnya Karbondioksida di atmosfer diperkirakan
akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang
serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut. Dampak
lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya di Indonesia yang
memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95%
karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut. (Sumber: WWF Indonesia).
6. Dampak terhadap sektor Lingkungan, Dampak perubahan iklim akan diperparah oleh
masalah lingkungan, kependudukan, dan kemiskinan. Karena lingkungan rusak, alam
akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang dapat
terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi,
memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam,
berupa : banjir dan tanah longsor. Dengan kata lain daerah rawan bencana menjadi
perhatian perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang.
7. Dampak pada pemukim perkotaan, kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter
juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang
akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai. Masalah ini sudah menjadi makin
parah di Jakarta karena bersamaan dengan kenaikan muka air laut, permukaan tanah
turun: pendirian bangunan bertingkat dan meningkatnya pengurasan air tanah telah
menyebabkan tanah turun. Namun Jakarta memang sudah secara rutin dilanda banjir
besar, pada awal Februari 2007 banjir di Jakarta menewaskan 57 orang dan memaksa
422.300 meninggalkan rumah, yang 1.500 buah di antaranya rusak atau hanyut.Total
kerugian ditaksir sekitar 695 juta dolar.
Suatu penelitian memperkirakan bahwa paduan kenaikan muka air laut setinggi 0,5
meter dan turunnya tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan enam lokasi terendam
secara permanen dengan total populasi sekitar 270,000 jiwa, yakni: tiga di Jakarta (Kosambi,
Penjaringan dan Cilincing), dan tiga di Bekasi (Muaragembong, Babelan dan Tarumajaya).
Banyak wilayah lain juga akhir-akhir ini baru dilanda bencana banjir. Banjir besar di Aceh,
misalnya, di penghujung tahun 2006 menewaskan 96 orang dan membuat mengungsi
110,000 orang yang kehilangan sumber penghidupan dan harta benda mereka. Pada tahun
2007 di Sinjai, Sulawesi Selatan banjir yang berlangsung berhari-hari telah merusak jalan
dan memutus jembatan, serta mengucilkan 200.000 penduduk. Selanjutnya masih pada
tahun itu,banjir dan longsor yang melanda Morowali, Sulawesi Utara memaksa 3.000 orang
mengungsi ke tenda-tenda dan barak-barak darurat.
2.4. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
Pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim global dan lokal harus diatasi
bersama-sama dan tidak ditunda-tunda. Ditingkat dunia setiap negara harus harus
memberi kontribusi dengan tindakan-tindakan yang dilakukan di dalam negerinya sendiri
sesuai kemampuan masing-masing, negara maju harus membantu negara miskin. Bentuk
bantuan itu tidak saja berupa bantuan teknis dan ekonomi, namun dibutuhkan juga tekanan
politik yang positif untuk menanamkan pentingnya masalah ini dan mendapatkan komitmen
dari para pemimpin untuk bertindak. Apabila negara-negara maju mau memperlambat
19
laju pertumbuhan kemakmurannya dan memberikan kesempatan kepada negara yang
miskin untuk meningkatkan kemakmuran dengan cara yang bertanggungjawab terhadap
lingkungannya, maka pada suatu saat akan tercapai suatu keseimbangan yang dapat
berkontribusi menstabilkan iklim yang terjadi.
Demikian juga ditingkat lokal, upaya-upaya yang bersifat skala rumah tangga, maupun
skala nasional perlu terus dilakukan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya dampak
perubahan iklim. Upaya-upaya tersebut dikenal dengan istilah adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim.
2.3.1.Adaptasi Perubahan Iklim
Beradaptasi terhadap perubahan iklim merupakan prioritas mendesak bagi seluruh
masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Adaptasi dipahami sebagai suatu respon terhadap
stimulus atau pengaruh iklim nyata atau perkiraan yang dapat meringankan dampak buruknya
atau memanfaatkan peluang-peluangnya yang menguntungkan. Pada manusia, adaptasi
dapat bersifat antisipatif atau reaktif dan dapat dilaksanakan oleh berbagai sektor. Menurut
UNFCCC (United Nation Framework for Climate Change Convention), adaptasi merupakan
upaya menemukan dan menerapkan cara-cara penyesuaian terhadap perubahan iklim.
UNFCCC sebagai salah satu lembaga internasional terus mencari upaya-upaya dan tindakan
untuk menanggapi dampak perubahan besar yang membawa dampak besar terhadap
masyarakat dunia dan sumber kehidupannya, serta menggalang dukungan untuk mengatasi
perubahan iklim.
Di Indonesia, ditingkat pemerintah upaya adaptasi sudah menjadi bagian dari rencana
pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang yang dikenal dengan pengarusutamaan
adaptasi perubahan iklim, ditekankan bahwa adaptasi perubahan iklim bukan hanya menjadi
tanggungjawab Kementerian Lingkungan Hidup, namun menjadi tanggungjawab seluruh
Kementerian termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ragam upaya adaptasi perubahan iklim disetiap sektor di Indonesia sekilas dapat
diuraikan sebagai berikut ;
1. Adaptasi di sektor pertanian, pertanian paling rentan terhadap perubahan iklim, sehingga
adaptasi merupakan tindakan keharusan pada bidang pertanian, misalkan perubahan
musim yang berubah harus diatasi antara lain menyesuaikan waktu tanam dengan
musim hujan pertama, menanam varietas tanaman pangan yang tahan terhadap suhu
ekstrim, memperbaiki sistem irigasi yang lebih mampu menampung air agar pada musim
kemarau panjang masih tersedia cadangan air. Beberapa petani telah menerapkan
sistem pertanian organik yang tidak membutuhkan banyak air dan juga pestisida. Upaya
pemerintah Indonesia antara lain mengembangkan Sekolah Lapang Iklim yang digagas
atas kerjasama Asian Disaster Preparedness Center dan Institut Pertanian Bogor, Dinas
Pertanian Indramayu, dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) agar para petani
memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan
iklim, dll.
2. Adaptasi di daerah pesisir, pengaruh iklim terhadap wilayah pesisir sangat dirasakan
oleh para nelayan, lebih seringnya musim angin besar dan pasang menghambat dan
mengurangi aktivitas para nelayan mencari ikan ke laut, beberapa upaya adaptasi yang
dapat dilakukan untuk menunjang keberlangsungan hidup para nelayan antara lain dengan
20
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
mengembangkan pertanian pesisir (aquacultur) mengembangkan tambak dan jenis ikan
yang selama ini dapat berkembang biak di muara sungai ataupun mengkombinasikan
dengan sistem pertanian dan peternakan lain. Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir
upaya adaptasi yang dilakukan antara lain membuat perlidungan dengan membangun
tanggul air laut, membuat bangunan yang lebih kokoh dan tahan terhadap hempasan air
laut, atau mundur yaitu memindahkan pemukiman menjauhi wilaya pantai. Bentuk-bentuk
adaptasi lainnya perlu dikembangkan lebih lanjut untuk mengatasi dampak terjadinya
perubahan iklim.
3. Adaptasi dibidang kesehatan, Banyak tindakan adaptasi untuk kesehatan antara lain
meningkatkan kesadaran kesehatan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan
kebersihan dan penyimpanan air, menghambat penyebaran penyakit dengan sistem
pengawasan pola-pola penyakit lebih ketat, misalkan pada waktu banjir, pengawasannya
antara lain adalah dengan memonitor penyakit kolera. Untuk jangka panjang, pengawasan
meliputi memonitor distribusi penyakit-penyakit yang disebarkan oleh nyamuk sambil
memastikan rumah tangga mampu melindungi diri sendiri, antara lain, misalnya dengan
penggunaan kelambu atau kelambu yang dicelupkan ke dalam larutan insektisida.
4. Adaptasi pengelolaan bencana, ditujukan untuk mengurangi risiko dan melakukan
persiapan sebelum bencana itu terjadi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain bagi
wilayah yang rentan banjir rob maka perlu membuat tanggul. Ditingkat pemerintah saat ini
sudah ada kebijakan dengan dikeluarkannya undang-undang baru tentang Pengelolaan
Bencana Nasional (Pengurangan Risiko) yang akan mendorong masyarakat berinvetasi
bagi keselamatan diri masing-masing dengan mengurangi risiko kerusakan bencana.
Pemerintah juga sudah membuat program dialog antar-pemerintahan dan antara umumswasta, mengenai suatu Rencana Aksi Nasional untuk Mengurangi Risiko Bencana,
bahkan ditingkat pemerintah lokal sudah mulai menginisiasi dengan menyiapkan Rencana
Aksi Daerah untuk Mengurangi Risiko Bencana. Di sektor pendidikan, beberapa upaya
yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan tanggap bencana dalam kurikulum di
sekolah, terutama sudah dilakukan diwilayah-wilayah rawan bencana.
Masih banyak upaya adaptasi yang sudah dan sedang dikembangkan untuk dilaksanakan
di Indonesia, termasuk salah satunya adalah beberapa masyarakat adat di Indonesia yang
selama ini memiliki pengetahuan yang arif (pengetahuan tradisional) dalam mengelola
sumberdaya alamnya terus berupaya mempertahankan pengetahuan yang dapat menjadi
upaya adaptasi perubahan iklim, misalkan masyarakat adat Baduy, Kasepuhan, Dayak yang
masih tetap mempertahankan sistem bertanam padi tadah hujan dengan sistem sekali panen,
dan mengikuti perubahan iklim yang terjadi dengan pengetahuan tradisional yang dimilikinya.
2.3.2.Mitigasi Perubahan Iklim
Mitigasi perubahan iklim didefinisikan sebagai upaya stabilisasi konsentrasi GRK dalam
atmosfer pada tingkat yang akan mencegah campur tangan manusia (antropegenik) yang
berbahaya terhadap sistem iklim, tingkat tersebut harus dicapai dalam kerangka waktu yang
memadai sehingga ekosistem dapat melakukan adaptasi secara alami terhadap perubahan
iklim untuk memastikan bahwa produksi makanan tidak terancam dan pembangunan
ekonomi dapat berjalan secara berkelanjutan (Pasal 2 UNFCCC).
Tindakan mitigasi harus dilakukan sesegara mungkin karena proses adaptasi alamiah
lebih lambat dibanding proses perubahan iklim yang saat ini terjadi, demikian juga secara
analisa ekonomi menurut pakar Inggris - Stern bahwa biaya untuk mencegah perubahan
21
iklim lebih murah dibanding biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi kerusakan akibat
perubahan iklim.
Menurut UNEP, terdapat empat strategi utama penerapan mitigasi:
1. Eliminasi berarti menghindari penggunaan alat-alat penghasil emisi gas rumah kaca.
Tindakan ini memberikan penghematan biaya yang terbesar dan dapat langsung
dirasakan. Contoh: Mematikan lampu saat tidak digunakan; mematikan A/C saat tidak
ada orang didalam ruangan.
2. Pengurangan dapat dilakukan dengan mengganti peralatan lama dan/atau
mengoptimalkan struktur yang sudah ada. Tindakan mitigasi seperti ini sangat efektif
dan dapat integrasikan ke dalam bisnis sehari-hari dengan usaha minimum. Contoh:
Memasukkan efisiensi energi ke dalam pengambilan keputusan investasi dan dalam
pengelolaan usaha juga dalam kehidupan sehari-hari, Upaya mitigasi dengan efisiensi
energi misalkan:
»»
Merawat dan membersihkan AC secara teratur agar transfer panas lancar dan
menghemat energi
»»
Mengganti bohlam lampu pijar dengan lampu LED yang lebih hemat energi
»»
Mematikan kipas angin dan AC saat meninggalkan ruangan
»»
Memberikan insulasi pada kamar dan tetap menutup jendela ketika AC sedang
dinyalakan.
3. Subtitusi biasanya mempunyai implikasi biaya investasi yang tinggi. Namun demikian,
potensi penurunan emisi melalui subtitusi sangatlah tinggi. Contoh: Penggunaan energi
terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik dan/atau pemanas. Beberapa yang dapat
dilakukan antara lain :
Energi Terbarukan
Contoh Penerapan
Energi matahari
Alat pengumpul panas matahari yang dipasang di atap untuk memanaskan air (sistem panas
matahari)
Energi angin
Turbin berukuran kecil sebagai pembangkit listrik tenaga angin
Energi air
Roda air yang dipasang di sungai sebagai pembangkit listrik
Energi bio
Pembakaran biogas dari limbah untuk memanaskan air
Energi panas bumi
Pembangkit listrik tenaga panas bumi
4. Offsett adalah metode berbiaya rendah namun mempunyai manfaat yang cukup besar.
Walaupun demikian, metode ini sulit dilaksanakan dalam skala kecil. Contoh: Reforestasi
yaitu upaya menghutankan kembali lahan bukan hutan.
Sementara itu dari UNFCCC menyebutkan beberapa upaya mitigasi dengan teknologi dan
praktek yang tersedia saat ini antara lain:
22
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Pasokan energi
Peningkatan pasokan dan distribusi energi, peralihan bahan bakar batu bara ke gas, panas dan
listrik dengan energi terbaharukan seperti dengan tenaga matahari, tenaga air, angin dan bio
energi.
Transportasi
Penggunaan dan pengembangan kendaraan lebih hemat bahan bakar, perubahan dari sistem
transportasi menggunakan jalan ke arah pemakaian rel, serta sistem transportasi masal.
Transportasi tak bermotor (jalan kaki, sepeda),
Bangunan
Pembuatan bangunan yang hemat energi, efisiensi penggunaan energi listrik dimana siang hari
tidak perlu menggunakan listrik, pengembangan dan penggunaan bahan baku alat pemanas dan
pendingin yang efisien, serta sistem isolasi dalam rumah untuk empat musim yang hemat energi, dll.
Industri
Peralatan elektronik konsumen yang lebih efisien, pengendalian gas emisi, penerapan teknologi
yang lebih efisien terhadap bahan bakar fosil dan rendah emisi
Pertanian
Peningkatan pengelolaan lahan pertanian dan peternakan, pengelolaan kotoran ternak untuk
mengurangi gas methane, pengembangan dan pengelolaan tanaman penghasil energi (biodisel),
sistem pertanian yang rendah emisi methane salah satunya dengan sistem pertanian organik
Kehutanan
Aforestasi (Aforestasi adalah penghutanan pada lahan yang selama 50 tahun atau lebih bukan
merupakan hutan), reforestasi (penghutanan pada lahan yang sejak tanggal 31 Desember 1989
bukan merupakan hutan). dan penerapan sistem pengelolaan hutan berkelanjutan (sustainable
forest management), penggunaan produk hutan sebagai bahan bakar energi fosil,
Limbah
Pembuatan kompos dari limbah organik, pemulihan gas methane di tempat pembuangan akhir,
daur ulang, minimalisasi limbah.
Sementara ditingkat internasional upaya mitigasi yang saat ini juga menjadi salah satu
pilihan yang banyak menarik bagi banyak negara maju, yaitu mekanisme mitigasi yang
dikenal dengan mekanisme REDD - Reducing Emission from Deforestation and Forest
Degradation. Mekanisme REDD merupakan mekanisme internasional untuk memberikan
insentif yang bersifat positif bagi negara berkembang yang berhasil mengurangi emisi dari
deforestasi dan degradasi hutan. REDD merupakan salah satu kegiatan mitigasi perubahan
iklim di sektor kehutanan, dan bersifat sukarela (voluntary) serta menghormati kedaulatan
negara (sovereignty). Menurut data dari World Resource Institute (WRI, 2000) yang dikutip
dalam Stern Report disebutkan bahwa deforestasi menyumbang sekitar 18% terhadap
emisi gas rumah kaca global. Dari 18% kontribusi emisi tersebut, 75% di antaranya berasal
dari deforestasi di negara berkembang. Sementara itu emisi dari deforestasi di negara
berkembang diperkirakan akan terus meningkat sebagai konsekuensi dari pertambahan
penduduk dan keperluan pembangunan lainnya, apabila tidak ada intervensi kebijakan
yang memungkinkan negara berkembang mengurangi deforestasi dengan tetap menjamin
keberlanjutan pembangunan nasionalnya. Disisi lain juga perlu dicermati bahwa mekanisme
REDD menurut Stern (2007) merupakan gagasan yang lebih murah dibandingkan dengan
upaya meng”hijaukan” industri yang boros bahan bakar fosil di negara-negara maju. Karena
itu, banyak pihak dari negara maju berlomba-lomba menginvestasikan sumber dayanya
dalam mencari konsep final skema REDD.
Manfaat REDD harus dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi tanggung jawab sebagai anggota
komunitas internasional dan dari sisi kewajiban seluruh komponen bangsa untuk
kepentingan nasional, terlepas ada tidaknya mekanisme internasional yang mendorong/
memaksa Indonesia untuk melakukannya. Berdasarkan data FAO (2005), di antara 8,22 juta
ha pengurangan hutan per tahun di 10 negara berkembang, Indonesia menyumbang sebesar
22,86% atau sekitar 1,87 juta ha/tahun. Dengan demikian meskipun secara internasional di
bawah UNFCCC tidak berkewajiban menurunkan emisi, namun Indonesia telah merasakan
dampak negatif dari kerusakan hutannya baik dari sisi lingkungan (hilangnya keaneka23
ragaman hayati termasuk sumberdaya genetik, bencana lingkungan sejalan dengan
kerusakan hutan), sosial (rusaknyan sumberdaya dimana masyarakat menggantungkan
hidupnya dari hutan).
Skema-skema lain yang terkait dengan mitigasi tentunya masih banyak, namun yang
terpenting adalah bagaimana tindakan mitigasi juga dapat dilakukan pada tingkat individu dan
rumah tangga terutama dimulai dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan sejak dini, tindakan
tersebut antara lain:
1. Hemat penggunaan listrik:
»»
Gunakan lampu hemat energi
»»
Pilih alat-alat elektronik yang kapasitasnya sesuai kebutuhan rumah tangga kita,
misalnya Magic Com/Magic Jar sesuai kebutuhan sekeluarga sehari
»»
Gunakan mesin cuci sesuai kapasitasnya, bila cucian sangat sedikit sebaiknya
dikumpulkan dahulu hingga sesuai dengan kapasitas mesin cuci kita
»»
Matikan alat-alat elektronik yang sedang tidak digunakan
»»
Mengisi ulang batere handphone dan barang elektronik sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan, tidak ditinggal tidur
»»
Upayakan rumah berventilasi baik sehingga tidak terlalu tergantung pada penggunaan
Air Condition (AC)
»»
Upayakan rumah mendapatkan cahaya matahari secara optimal sehingga pada
siang hari tidak perlu menggunakan lampu.
2. Hemat penggunaan kertas dan tinta
»»
Untuk keperluan menulis konsep atau oretan sebaiknya menggunakan kertas bekas,
misalnya bekas print yang sebaliknya masih kosong
»»
Memanfaatkan kertas bekas untuk amplop
»»
Batasi penggunaan produk disposable (sekali pakai misalnya: tissue, diaper/pamper,
dsb)
»»
Kertas-kertas bekas dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung atau dimanfaatkan
untuk dijadikan produk daur ulang.
3. Hemat penggunaan air dengan tip hemat air berikut:
24
»»
Bila menggunakan shower atau washtafel, matikan kran pada saat anda bercukur,
menggosok gigi dan kramas dengan cara ini anda dapat berhemat sampai dengan
lebih dari 6000 L air perminggu;
»»
Kumpulkan air bekas mencuci sayur, gunakan air bekas ini untuk sekedar menyiram
tanaman, merendam lap-lap kotor dll.;
»»
Lakukan cuci mobil menggunakan air dalam ember dan lap, jangan gunakan kran air;
»»
Periksa secara berkala dan ganti kran atau pipa air yang mulai bocor, anda dapat
menghemat hingga 9500 Liter air perbulan.
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
»»
Hemat penggunaan bahan bakar, misalnya: lakukan perawatan yang baik pada
mesin kendaraan anda.
4. Kurangi penggunaan plastik dan kemasa, dengan tips :
»»
Bawa botol minum yang dapat diisi ulang ketika pergi
»»
Bawa wadah makan dan bekal ke sekolah
»»
Bawa kantong dari bahan atau plastik bekas untuk berbelanja.
25
BAB 3
PERUBAHAN
IKLIM DAN PENDIDIKAN
DI INDONESIA
Pendidikan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam isu perubahan iklim, mengingat
pendidikan memegang peranan strategis dalam mengatasi perubahan iklim dan dampak yang
ditimbulkannya baik yang terjadi saat ini dan masa datang. Pendidikan berperan penting dalam
melakukan proses perubahan prilaku generasi sekarang dan mendatang dengan menanamkan nilainilai kehidupan yang berperan penting dalam isu perubahan iklim.
Sejalan dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang tertuang dalam Undang-undang No.
20 tahun 2003, Pasal 3 bahwa ‘Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”, maka
peran pendidikan Indonesia baik melalui jalur formal, informal dan non formal salah satunya adalah
menciptakan bangsa yang bertanggungjawab, termasuk bertanggungjawab dalam mengelola
lingkungan yang lebih baik bagi generasi sekarang dan mendatang. Topik perubahan iklim menjadi
topik yang harus menjadi bagian dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah tingkat dasar, menengah
maupun perguruan tinggi, pengarusutamaan perubahan iklim dalam bidang pendidikan menjadi
keharusan untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
3.1. Pendidikan dan Perubahan Iklim
Kebijakan pendidikan dan kurikulum dibutuhkan untuk mempromosikan strategi
perubahan iklim khususnya adaptasi dan mitigasi melalui peningkatan pengetahuan,
pemahaman tentang penyebab dan dampak perubahan iklim yang terjadi. Pendidikan
lingkungan maupun pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan menyediakan kerangka
untuk pelaksanaan pendidikan perubahan iklim.
Pentingnya peran pendidikan dalam perubahan iklim juga tertuang dalam program
UNFCCC, dimana Pasal 6 yang menyatakan bahwa pendidikan, peningkatan kesadaran dan
pemahaman tentang perubahan iklim, serta menciptakan solusi untuk memfasilitasi akses ke
informasi tentang perubahan iklim adalah kunci untuk memenangkan dukungan masyarakat
terkait kebijakan perubahan iklim. Dalam Protokol Kyoto Pasal 10 (e) menyerukan kepada
26
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
pemerintah untuk mendidik, memberdayakan dan melibatkan semua pemangku kepentingan
dan kelompok-kelompok besar pada kebijakan yang terkait dengan perubahan iklim.
Di beberapa negara pelaksanaan pendidikan perubahan iklim dilakukan baik ditingkat
formal maupun non formal dan informal, bagi negara-negara yang merasakan akibat lebih
parah atas terjadinya perubahan iklim telah menginisiasi upaya penyadaran masyarakat
antara lain di Ekuador melalui video klip berjudul ‘Cambio Climatico’ telah mensosialisasikan
perubahan iklim kepada masyarakat. Di Peru telah mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim
dalam kurikulum ditingkat sekolah TK, dasar dan menengah, program ini telah dilaksanakan
sejak tahun 2011 di sekolah-sekolah seluruh Peru. Demikian juga negara Honduras telah
menyusun modul perubahan iklim bagi para pendidik. Di Inggris dan negera-negara maju
lainnya pelaksanaan pendidikan perubahan iklim telah terintegrasi dalam kurikulum sekolah.
Di Indonesia, mulai banyak dikembangkan pendidikan perubahan iklim baik di tingkat
formal maupun non dan informal, terutama melalui pelatihan guru-guru serta mengintegrasikan
perubahan iklim dalam kurikulum. Meskipun sebetulnya isu-isu terkait perubahan iklim
baik adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim sudah banyak diangkat dalam pendidikan
non formal dan informal sejak tahun 1990an melalui program pendidikan lingkungan yang
dikembangkan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, misalkan saja sejak
tahun 1996 beberapa LSM telah mengangkat isu perubahan iklim dalam program pendidikan
lingkungan melalui radio, ataupun program pendidikan lingkungan yang dikembangkan di
sekolah-sekolah dampingan.
Secara khusus beberapa instansi pemerintah maupun lembaga internasional dan
lembaga swadaya masyarakat mulai lebih khusus lagi mengembangkan materi maupun
peningkatan kapasitas untuk para pendidik untuk topik perubahan iklim, antara lain, Hans
Seidel Foundation (HSF) melakukan upaya peningkatan kapasitas pendidik untuk memahami
perubahan iklim dan menerbitkan buku Panduan untuk Perubahan Iklim bagi tingkatan
SMP secara tematik. Britisch Council telah menyusun dan menerapkan C4C (Climate for
Classrooms) untuk membantu dan mendorong siswa dari tingkat SD hingga SMA/SMK untuk
lebih mudah mengerti tentang lingkungan dan perubahan iklim serta relevansi di kehidupan
lokal maupun global, melalui materi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran
guru dan siswa tentang dampak lokal, kerentanan dan kesempatan aksi mitigasi, adaptasi
serta tantangan yang terjadi di negara sendiri serta negara lain
Demikian pula instansi pemerintah, pengarus utamaan pendidikan perubahan iklim sudah
mulai banyak dilakukan terutama di sektor pendidikan non formal dan informal antara lain
adanya Sekolah Lapang Iklim yang ditujukan untuk para petani untuk mengatasi perubahan
iklim di sektor pertanian yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian. Sementara itu
Balai Metereologi dan Klimatogi (BMKG) juga telah meluncurkan panduan untuk adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim yang kemudian dijadikan sebagai bahan untuk mengintegrasikan
perubahan iklim dalam pendidikan formal. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
melakukan upaya-upaya mengintegrasikan perubahan iklim dalam kurikulum.
Di tingkat pendidikan non formal, sudah banyak dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang
mendorong generasi muda dan masyarakat umum untuk lebih mengetahui dan peduli serta
mengatasi dan mencegah terjadinya perubahan iklim, seperti kegiatan anak muda yang di
inisiasi oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Yayasan Pembangunan Berkelanjutan
dengan program Climate Smart Leader, dan masih banyak yang lainnya.
27
3.2. Perubahan Iklim dalam Pendidikan Lingkungan dan Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Adaptasi dan mitigasi menyangkut prilaku manusia, agar perubahan iklim dapat dihindari
dimasa sekarang dan mendatang maka perubahan prilaku manusia harus menjadi modal
dasar untuk tindakan adaptasi dan mitigasi. Di itingkat internasional telah menjadi perhatian
bahwa pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan harus diiringi dengan sumberdaya manusia
yang memiliki pola pikir kritis yang ditunjang oleh pengetahuan yang cukup serta prilaku yang
bertanggungjawab, sehingga para pemimpin dunia yang berkumpul di Stockholm pada tahun
1972 bersepakat bahwa kegiatan pendidikan sangat penting untuk menciptakan kesadaran
dan tanggungjawab masyarakat dalam mengelola dan melestarikan lingkungan, ini yang
kemudian dikenal dengan Pendidikan Lingkungan. Pendidikan lingkungan kemudian dibahas
dalam konferensi Internasional di Belgare tahun 1975 yang menyatakan bahwa pendidikan
lingkungan ditujukan untuk mengembangkan penduduk dunia yang sadar dan memperhatikan
lingkungan serta masalah-masalah lingkungan yang terkait, memiliki pengetahuan,
ketrampilan, sikap, motivasi dan kepedulian untuk memecahkan masalah lingkungan yang
ada sekarang dan mencegah terjadinya masalah-masalah baru dimasa depan. Pendidikan
lingkungan hidup (PLH) dikembangkan untuk mendorong lahir dan meningkatnya :
»»
Kesadaran/Kepekaan, adalah satu proses dimana orang mulai terbangkitkan
ketertarikannya, keinginannya untuk mengetahui suatu hal, seperti lingkungan sekitar
mereka, persoalan lingkungan, sosial dsb.
»»
Pengetahuan, munculnya kesadaran ataupun kepekaan haruslah diiringi dengan
pengetahuan akan hal yang diminati tersebut sehingga dapat dipelajari dan dihayati.
»»
Keahlian, ketika pengetahuan sudah dimiliki maka hal penting lainnya adalah bagaimana
pengetahuan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, maka
diperlukanlah keahlian-keahlian tertentu yang dapat membantu kita berkontribusi dalam
suatu aksi.
»»
Sikap, tanpa perubahan dari dalam diri kita sendiri, pengetahuan dan keahlian yang
telah dimiliki tidak akan berarti banyak dan bermanfaat bagi pihak lain, maka dalam PLH
perubahan sikap merupakan salah satu bagian terpenting yang harus dikembangkan.
»»
Partisipasi, apabila hanya individu saja yang bergerak tidak akan banyak membantu
perubahan yang kita inginkan, oleh karena itu PLH harus dapat mendorong munculnya
partisipasi dan aksi langsung dari setiap individu secara bersama-sama.
Dalam mengembangkan PLH kita juga perlu mempelajari dan mempertimbangkan
prinsip-prinsip yang mendasari PLH, ada banyak prinsip dalam PLH, salah satu yang menarik
adalah prinsip dasar dikatis PLH yang dikembangkan oleh Dr. Helmut Wittmann (German)
yang meliputi:
1. Bekerja Menyeluruh, yang dimaksud menyeluruh adalah mencakup semua dimensi
yang berhubungan dengan penguasaan alam, baik dengan alat indera maupun dengan
kegiatan tangan. Banyak hal yang dapat dimengerti dengan pemikiran, sementara yang
lainnya diperoleh dengan perabaan, penciuman atau pendengaran, dan yang lainnya
dapat dilakukan dengan suatu kompromi.
2. Diterpakan sesuai dengan situasi –kondisi-kesejarahan, sesuatu yang dapat dipelajari
memerlukan situasi yang dapat menyentuh perasaan; dapat memahami kondisi tempat
28
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
kita berada, dan dapat membantu unsur kesejarahan artinya hubungan keterkaitan masa
lampau dan masa sekarang serta masa yang akan datang.
3. Menuntut tindakan, artinya belajar yang paling baik adalah proses belajar yang dapat
menentukan ‘boleh berbuat sendiri dan harus berbuat sendiri dibawah tanggungjawab
sendiri”. Pendekatan partisipatif dan komunikatif antara guru dan murid, antara kelompok
sasaran dan fasilitator, antara audiens dengan pembicara dll. Merupakan hal yang harus
dilakukan. Keterlibatan aktif dan tindakan nyata yang bertanggungjawab, merupakan
prinsip yang harus dikembangkan dalam PLH
Tiga prinsip didaktis PLH tersebut apabila dikaitkan dengan pendidikan disekolah sebagai
salah satu pendidikan formal harus mencakup seluruh sekolah, bukan hanya untuk siswa,
tapi juga guru, staf sekolah, lingkungan fisik-biofisik yang ada di sekolah serta lingkungan
sekitarnya menjadi bagian dalam PLH.
Prinsip lainnya adalah bahwa PLH :
»»
Merupakan proses pendidikan sepanjang hayat pada semua tingkatan pendidikan
»»
Sebuah hubungan (interaksi) yang terjadi dan terbangun antara alam dan lingkungan
sosial.
»»
Memerlukan pendekatan yang holistik dan pendekatan interdisplin dari setiap elemen
untuk belajar dari pengalaman-pengalaman selama ini khsususnya pengalaman
berinteraksi langsung dengan alam dan pembangunan serta lingkungan sosial.
»»
Komponen utamanya adalah manusia
»»
Harus meliputi proses untuk membangkitkan kesadaran, pengetahun, keahlian,
perubahan tingkah laku dan pola tindak, serta partisipasi aktif dari setiap individu maupun
kelompok masyarakat
»»
Didasari pengetahuan system ekologi dan sosial
Konsep PLH serta prinsip yang dikembangkan PLH sejalan dengan tujuan utama mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim, penerapan PLH yang memang sudah lama dilakukan di
Indonesia secara formal di era tahun 1975 dan lebih aktif lagi dilaksanakan pada periode
1990an.
Di tingkat Internasional sejak tahun 1992, dimana Konferensi PBB untuk Lingkungan dan
Pembangunan yang dikenal dengan The Earth Summit, dalam hasil kesepakatanya berupa
Agenda 21, telah memberikan prioritas tinggi bagi peranan pendidikan dalam mencapai
jenis pembangunan yang akan menghormati dan menjaga lingkungan alam. Pertemuan
ini berfokus pada proses orientasi dan re-orientasi pendidikan dalam rangka membantu
perkembangan nilai-nilai dan tingkah laku yang bertanggung jawab bagi lingkungan, juga
untuk menggambarkan jalan dan cara melakukannya. Pada Pertemuan Tingkat Tinggi
Johannesburg pada tahun 2002 visi ini telah diperluas pada upaya meraih keadilan sosial dan
memerangi kemiskinan sebagai prinsip-prinsip kunci dari pembangunan yang berkelanjutan
yaitu: “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengesampingkan kemampuan generasi masa
depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”. Sidang PBB pada bilan Desember 2002
juga telah menyatakan Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan untuk periode
2005-2014, dengan menekankan bahwa pendidikan adalah unsur yang sangat diperlukan
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
29
Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan mengembangkan nilai-nilai antara lain :
»»
Penghargaan atas martabat dan hak asasi manusia untuk semua orang di seluruh dunia
dan komitmen pada keadilan sosial dan ekonomi bagi semua;
»»
Penghargaan atas hak asasi manusia dari generasi masa depan dan komitmen pada
pertanggungjawaban antar generasi;
»»
Penghargaan dan kepedulian bagi komunitas kehidupan yang lebih luas dengan semua
keragamannya yang melibatkan perlindungan dan pemulihan pada ekosistem bumi;
»»
Penghargaan atas keragaman budaya dan komitmen untuk membangun secara lokal
dan global sebuah budaya toleransi, nirkekerasan dan perdamaian.
Pendidikan adalah kesempatan terbaik mengenalkan dan menerapkan nilai dan perilaku
yang dikandung pembangunan berkelanjutan. Saat ini sangat dibutuhkan pndidikan yang
transformatif: pendidikan yang membantu menuju perubahan-perubahan fundamental yang
dituntut oleh tantangan dari keberlanjutan. Pendidikan memungkinkan manusia sebagai
individu dan komunitas untuk memahami diri sendiri dan orang lain, dan hubungan dengan
alam dan lingkungan sosial yang lebih luas. Pemahaman ini menjadi dasar yang kokoh untuk
menghormati alam dan manusia yang menghuninya. Hal ini sejalan dengan upaya yang
harus dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim, dimana pembangunan berkelanjutan
diharapkan dapat membangun kesadaran para pelajar dan masyarakat untuk membatasi
kerusakan pada atmosfir dan mencegah perubahan iklim yang berbahaya, serta pentingnya
perjanjian internasional bagi seluruh penduduk bumi.
Kerangka pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan pedagogi dapat
memberikan kerangka pendidikan yang mencakup lingkungan,sosial, ekonomi, etika dan isuisu politik yang dikembangkan dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang
mendasari pembangunan berkelanjutan;
»»
Keseimbangan yang berkelanjutan dari aspek alam/lingkungan, masyarakat dan ekonomi;
»»
Mempromosikan belajar seumur hidup;
»»
berbasis lokal relevan dan sesuai dengan budaya;
»»
didasarkan pada kebutuhan lokal, persepsi dan kondisi, namun mengakui bahwa
Memenuhi
»»
Kebutuhan lokal sering memiliki efek internasional dan konsekuensi;
»»
Melibatkan pendidikan formal, non-formal dan informal;
»»
Mengakomodasi sifat berkembang dari konsep keberlanjutan;
»»
Membangun kapasitas masyarakat sipil dalam pengambilan keputusan, yang memiliki
toleransi sosial,lingkungan
»»
Interdisipliner.
»»
Menggunakan berbagai teknik pedagogis yang mempromosikan pembelajaran partisipatif
dan keterampilan berpikir.
Baik pendidikan lingkungan hidup maupun pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan
sebetulnya telah menyediakan kerangka bagi pendidikan perubahan iklim, yang dapat
30
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
mempromosikan pemahaman perubahan iklim secara sistemik dan multi-disiplin tentang
penyebab dan konsekuensinya, serta mengusulkan pendekatan pendekatan pembelajaran
yang mendorong pemikiran kritis dan pemecahan masalah serta mendorong munculnya
keterampilan, serta sikap dan pengetahuan yang memberdayakan individu dan masyarakat
dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan. Pendidikan perubahan iklim harus
dapat membuat orang sadar akan dampak dari emisi gas rumah kaca, yang diakibatkan
dari pola konsumsi dan gaya hidup,serta mencari solusi alternatif untuk pemecahan masalah
agar tetap terjadi keberlanjutan hidup bagi generasi sekarang dan mendatang. Pendidikan
perubahan iklim pendidikan untuk adaptasi diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
untuk mengatasi risiko akibat perubahan iklim, karena perubahan iklim memiliki dampak yang
sangat parah bagi kehidupan masyarakat dunia baik yang tinggal di pedesaan, perkotaan,
pegunungan maupun pesisir, terutama terhadap anak-anak dan perempuan.
Pendidikan untuk perubahan iklim juga harus mempersiapkan dan melindungi peserta
didik, sistem pendidikan, dan infrastruktur pendidikan terhadap dampak dari perubahan
iklim, misalkan saja kesiapan terhadap ancaman bencana akibat perubahan iklim antara
lain hancurnya gedung sekolah, akibat bencana secara psikologis banyak anak-anak dan
masyarakat yang mengalami guncangan, kesejahteraan terganggu, pendidikan iklim harus
dapat menumbuhkan kesiapan terhadap bencana (tanggap bencana) mengajar peserta didik
bagaimana bereaksi dalam situasi bencana.
Pendidikan perubahan iklim harus dapat mendorong peran penting bagi peserta didik
untuk mengatasi pertumbuhan penduduk, kemiskinan, degradasi lingkungan, kekurangan air,
konflik, krisis kesehatan global. Di tingkat formal, pendidikan perubahan iklim tidak terbatas
pada untuk mengajar komposisi atmosfer dan proses dari perspektif ilmu pengetahuan alam,
namun lebih holistik dan lintas kurikulum dan disiplin ilmu.
Pendidikan untuk mitigasi perubahan iklim yang bersifat global antara lain bertujuan untuk
mengubah pola tindak dari diri setiap individu yang dapat ditunjukan dengan perubahan pla
konsumsi, termasuk pola konsumsi penggunaan bahan bakar. Sementara ketrampilan sangat
diperlukan dalam pendidikan adaptasi,
Persiapan pendidikan perubahan iklim harus segera dilakukan, termasuk di Indonesia
meskipun upaya-upaya telah mulai dilakukan, namun harus dilakukan tidak lagi sporadis
dalam noktah-noktah yang sebarannya masih belum merata, tapi menyeluruh meliputi
seluruh lapisan masyarakat dan seluruh wilayah di Indonesia.
31
BAB 4
PEMBELAJARAN
PERUBAHAN IKLIM
DALAM KURIKULUM
SEKOLAH
Seperti diuraikan pada bab tiga, bahwa pendidikan memiliki peran dan posisi strategis dalam
menghadapi permasalahan perubahan iklim, melalui proses pembelajaran, para pendidik dapat
memberikan informasi lebih awal kepada peserta didiknya mengenai penyebab dan akibat perubahan
iklim. Agar dapat memberikan informasi dan menyusun kegiatan dengan baik, pengetahuan tentang
perubahan iklim termasuk tindakan adaptasi dan mitigasi serta metoda pendekatan yang tepat
disampaikan kepada peserta didik tentunya sangat diperlukan bagi para pendidik.
Bagian ke-empat dari buku ini, memaparkan pengembangan pendidikan perubahan iklim yang
terintegrasi dalam kurikulum untuk tingkat sekolah menengah pertama yang diharapkan dapat
membantu pendidik dalam menerapkan di sekolah.
4.1. Integrasi perubahan iklim dalam mata pelajaran
Upaya memasukan perubahan iklim dalam pendidikan formal tingkat sekolah dasar dan
menengah dalam bahasan ini adalah sekolah tingkat menengah pertama dapat dilakukan
dengan mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Integrasi perubahan iklim merupakan
salah satu strategi untuk menyediakan pengalaman belajar dalam meningkatkan pengetahuan,
merubah sikap dan perilaku dan berperan aktif dalam upaya adaptasi dan mitigas dalam
konteks sekolah. Integrasi sebagai sebuah proses untuk menempatkan fakta, konsep, pesanpesan atau isu dalam konteks mata pelajaran lain serta memfokuskan untuk merangsang
siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pilihan untuk mengintegrasikan perubahan iklim dalam mata pelajaran sekolah menengah
pertama dilandasi pertimbangan bahwa :
32
»»
Sekolah merupakan media yang sangat efektif untuk membekali pengetahuan,
keterampilan, sikap dan perilaku positip terhadap lingkungan hidup termasuk isu
perubahan iklim dan tindakan adaptasi dan mitigasi yang harus dilakukan segera.
»»
Dapat menumbuhkan rasa kepedulian dan komitmen terhadap lingkungan hidup;
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
»»
Guru dan siswa dapat berperan sebagai alat untuk menciptakan kesadaran masyarakat
tentang tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Keberhasilan pelaksanaan pengintegrasian topik perubahan iklim memerlukan kreativitas
pendidik merumuskan dan menentukan metode pembelajarannya. Langkah-langkah yang
ditempuh dalam pengintegrasian sebagai berikut:
»»
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang akan
diintegrasikan;
»»
Menentukan substansi yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik;
»»
Memperhatikan urutan logis mata pelajaran dalam menentukan substansi;
»»
Menentukan metoda dan kegiatan pembelajaran
»»
Menentukan indikator
»»
Menentukan jenis penilaian
»»
Mempertimbangkan waktu yang dialokasikan.
»»
Menentukan alat/bahan/sumber belajar
Umumnya metoda yang dapat digunakan berupa eksperimen, observasi, studi lapangan,
studi pustaka, diskusi kelompok, presentasi, wawancara, bermain peran, debat, permainan
alam, permainan,berpartisipasi aktif dalam kegiatan terkait lingkungan, dll. Sementara untuk
pembelajaran, metode inquiry dapat dipakai dalam sebagai panduan dalam merancang
langkah-langkah pembelajaran, dengan tahapan langkah-langkah sebagai berikut ;
1. Tuning in
Memancing ketertarikan siswa akan topic pembelajaran yang akan dibahas. Kegiatan
dapat berupa pemutaran film, atau dengan menunjukkan gambar tentang sumberdaya
alam. Misalkan untuk contoh terkait topik perubahan iklim, beberapa pertanyaan Contoh
pertanyaan panduan: “Apakah yang anda ketahui tentang sumber gas rumah kaca?”;
atau “Apakah yang ingin anda pelajari lebih lanjut tentang gas rumah kaca?”
2. Finding out
Siswa diminta untuk mengidentifikasi rata-rata emisi yang dihasilkan dalam kegiatan
transportasi sehari-hari.
3. Sorting out
Memilih sumber informasi yang tepat untuk melakukan kegiatan pengurangan emisi
gas rumah kaca. Pertanyaan panduan: “Bagaimana anda akan mencari informasi dan
mengumpulkannya?”
4. Going Further
Melakukan kegiatan yang sudah direncanakan. Pertanyaan panduan: “Apa yang ingin
anda pelajari lebih lanjut? “; dan “Tindakan apakah yang akan anda lakukan selanjutnya?”
5. Reflection
Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Pertanyaan panduan: “Dari
topik yang sedang dipelajari, bagian manakah yang paling anda sukai dan atau tidak
sukai?”; dan “Menurutmu mengapa kita harus mempelajari topik ini?”
33
6. Action
Pada bagian ini siswa akan menetapkan komitmen untuk menjadikan kegiatan
pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai suatu kebiasaan. Contoh pertanyaan
panduan yang bisa diajukan guru untuk memancing komitmen siswa antara lain: “Bagian
mana dari pelajaran yang dapat kita terapkan dalam keseharian?” dan “Apa yang akan
anda lakukan sebagai hasil dari pembelajaran?, tuliskan komitmenmu”
Untuk menerapkan integrasi perubahan iklim dalam mata pelajaran, para pendidik dapat
menerapkan proses belajar efektif yang mencakup tahapan sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan, Didasari dengan apersepsi dan memicu motivasi peserta didik
yang dapat diawali dengan:
»»
Penyampaian informasi tentang kompetensi dasar
»»
Tanya jawab berbagai hal terkait dengan wawasan siswa mengenai materi
akan diajarkan.
yang
2. Kegiatan Inti, kegiatan inti terdiri dari proses :
a. Eksplorasi, Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
i.
Menyampaikan gambar-gambar ilustrasi bencana yang terjadi dikaitkan dengan
perubahan iklim
ii. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/
tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam jadi guru dan
belajar dari aneka sumber;
iii. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
iv. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
v. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
vi. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
i.
Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna;
ii. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
iii. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
iv. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
v. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
vi. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
vii.Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
34
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
kelompok;
c. Konfirmasi,dalam kegiatan konfirmasi, guru:
i. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
ii. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
iii. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan,
iv. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
• berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar;
• membantu menyelesaikan masalah;
• memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
• memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
• memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup, dalam kegiatan penutup, guru:
a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/
simpulan pelajaran;
b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram;
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
4.Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
35
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan
dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan
bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh
dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan
tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya
teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
Pengintegrasian perubahan iklim dalam kurikulum sekolah sebaiknya memperhatikan
Standar Kompetensi (SK) kurikulum yang berlaku, dengan tujuan menanamkan nilai-nilai penting
pada seluruh individu di sekolah untuk mengatasi perubahan iklim yang terjadi dengan melakukan
adaptasi dan mitigasi pada kehidupan sehari-hari khususnya di lingkungan sekolah dan sekitar.
Bagian empat dari buku ini, diharapkan dapat membantu pendidik untuk menerapkan
integrasi perubahan iklim dalam kurikulum sekolah tingkat sekolah menengah pertama.
Semua mata pelajaran sebetulnya dapat mengintegrasikan isu perubahan iklim, termasuk
pelajaran agama, kesehatan jasmani, namun dengan keterbatasan waktu, pada bagian
ini hanya beberapa mata pelajaran yang tim penulis eksplorasi bersama-sama para wakil
pendidik untuk dijadikan contoh dalam melakukan integrasi perubahan iklim dalam kurikulum,
yaitu: Bahasa Indonesia, IPS, IPA dan PKN untuk setiap tingkatan, kelas VII, VIII dan IX.
Pemetaan Standar Kompetensi yang mengintegrasikan topik perubahan iklim pada
masing-masing tingkatan di sekolah menengah pertama dapat dijabarkan sebagai berikut.
4.2. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas VII
Pemetaan topik perubahan iklim di kelas VII untuk pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, IPA
dan PKN dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pengantar/pendahuluan yang menjabarkan tentang perubahan iklim, pemahaman
tentang cuaca dan iklim, proses terjadinya perubahan iklim serta yang mempengaruhi
terjadinya perubahan iklim. Dengan
2. E
nergi, topik yang sangat terkait dengan sumber energi dan cadangannya; kebutuhan
energi berdasarkan lokasi dan pengguna akhir.
3. T
ransportasi yang meliputi topik kebutuhan transportasi dan penggunaan bahan bakar
transportasi
4. D
eforestasi dan degradasi hutan, dengan sub topik hutan dan fungsinya, peran hutan
dalam perubahan iklim, peran hutan rawa dan gambut, serta deforestasi dan degradasi
hutan.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3. yang menyajikan peta topik pembelajaran
perubahan iklim kelas VII.
36
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Energi Terbarukan
dan Energi tidak
Terbarukan
Potensi dan
Jenis-jenis Energi
di Indonesia
Cuaca dan Iklim
SK PKn: 1; 3;
Sumber-Sumber
Energi dan
Cadangannya
SK IPS: 2;3;4;6
Apakah Perubahan
Iklim itu? dan Apa
Pola Pemanasan
Global?
SKIPA: 1;2;3;4;7
SK Bahasa: 1;3;6;9
Bab 1.
Pendahuluan
Sumber Energi
Biomasa
Kebutuhan Energi
Berdasarkan
Wilayah
Energi
Sumber-Sumber
Energi dan
Cadangannya
Apakah Gas Rumah
Kaca Itu?
SK IPS: 2;3;4;6
Perubahan Iklim
SK Bahasa: 1;3;6;9
Proses Pemanasan
Global Bisa
Dijelaskan Melalui
Alur Proses Efek
Rumah Kaca
Hutan dan
Fungsinya
Peran Hutan dalam
Perubahan Iklim
Kebutuhan
Transportasi
Perkembangan
Teknologi
Transportasi
Deforestasi dan
Degradasi Hutan
Transportasi
Pola Penggunaan
Bahan Bakar
Emisi dari Sektor
Transportasi
Proses Terjadinya
Perubahan Iklim
SKIPA: 1;2;3;4;7
Pergerakan Arus
Barang
Pergerakan Arus
Manusia
Bagaimana Iklim
Berubah
Penggunaan Bahan
Bakar dalam Sektor
Transportasi
SK Bahasa: 1;3;6;9
SK IPS: 2;3;4;6
SK PKn: 1;3;
SKIPA: 1;2;3;4;7
SK IPS: 2;3;4;6
SK Bahasa: 1;3;6;9
SKIPA: 1;2;3;4;7
Peran Hutan Rawa
gambut dalam
Perubahan Iklim
Apakah Tanah
Gambut Itu?
Mengapa Lahan
Gambut Penting?
Deforestasi dan
Degradasi Hutan
SK PKn: 1;3;
Gambar 3. Peta Pembelajaran Perubahan Iklim Kelas VII
Dalam mengintegrasikan perubahan iklim di kelas VII, yang perlu diperhatikan adalah pemahaman
pendidik tentang topik, nilai-nilai yang harus diterapkan, dapat mengacu pada nilai-nilai konsep
pendidikan lingkungan maupun konsep pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
Kompetensi dasar mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PKN untuk kelas VII yang
terkait perubahan iklim berdasarkan hasil identifikasi (dari hasil proses lokakarya dengan beberapa
guru perwakilan sekolah) disajikan pada Tabel 1, sebagai contoh silabus untuk kelas VII pelajaran
IPA disajikan pada lampiran 1
Materi pembelajaran kelas VII, untuk masing-masing topik perubahan iklim dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Sebagai contoh untuk mengintegrasikan perubahan iklim dalam pelajaran IPS kelas VII dengan
SK 4.2.Membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan obyek geografi, tahapan untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, juga mendorong perubahan prilaku yang bertanggungjawab
khususnya dalam upaya mitigasi perubahan iklim sebagai contoh dapat dilihat pada Box 1 berikut.
Pembelajaran perubahan iklim di kelas VII lebih untuk membuka pengetahuan tentang perubahan
iklim, gas rumah kaca, sumber energi fosil sebagai sumber emisi serta fungsi dan peran hutan.
37
Tabel 1. Standar Kompetensi Kelas VII untuk mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PKN
yang dapat mengintegrasikan perubahan iklim.
IPA
IPS
Bahasa Indonesia
PKN
1.3 Menerapkan norma-norma
kebiasaan, adat istiadat dan
peraturan yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
1.2. Mendeskripsikan
pengertian suhu dan
pengukurannya
4.1. Menggunakan peta,
atlas,dan globe, untuk
mendapat-kan informasi
keruangan
1. 1 Menyimpulkan isi berita
yang dibacakan dalam
beberapa kalimat
1.3 Melakukan pengukuran
dasar secara teliti dengan
menggunakan alat ukur yang
sesuai dan sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari
4.2. Membuat sketsa
dan peta wilayah yang
menggambarkan obyek
geografi
1.2 Menuliskan kembali
berita yang dibacakan ke
dalam beberapa kalimat
2.3 Menjelaskan nama unsur
dan rumus kimia sederhana
4.3. Mendeskripsikan kondisi
geografis dan penduduk
3.1 Menemukan makna kata
tertentu dalam kamus secara
cepat dan tepat dengan konteks
yang diinginkan melalui kegiatan
membaca memindai
7.1 Menentukan ekosistem
dan saling hubungan antara
komponen ekosistem
4.4. Mendeskripsikan gejalagejala yang terjadi di atmosfer
dan hidrosfer serta dampaknya
terhadap kehidupan.
3.2 Menyimpulkan isi bacaan
setelah membaca cepat 200
kata per menit
7.3 Memprediksi pengaruh
kepadatan populasi manusia
terhadap lingkungan
5.1 Mendeskripsikan
perkembangan masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan pada masa
Hindu-Buddha serta
peninggalan-peninggalannya.
6.1 Bercerita dengan urutan
yang baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan mimik
yang tepat
5.2 Mendeskripsikan
perkembangan masyarakat,
kebudayaan, dan
pemerintahan pada masa
Islam di Indonesia, serta
peninggalan-peninggalannya.
6.2 Bercerita dengan alat
peraga
6.1 Mendeskripsikan pola
kegiatan ekonomi penduduk,
penggunaan lahan, dan pola
permukiman berdasarkan
kondisi fisik permukaan bumi.
6.2. Mendeskripsikan
kegiatan pokok ekonomi,
yang meliputi kegiataan
konsumsi, produksi, dan
distribusi barang /jasa
6.3. Mendeskripsikan peran
badan usaha, termasuk
koperasi, sebagai tempat
berlang sungnya proses
produksi dalam kaitannya
dengan pelaku ekonomi
6.4. Menggunakan gagasan
kreatif dalam tindakan ekonomi
untuk mencapai kemandirian
dan kesejahteraan
38
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Integrasi Perubahan Iklim Topik Hutan Gambut
dalam Mata Pelajaran IPS Kelas VII
a. Kompetensi dasar ;
b.
»»
KD 4.2. membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan obyek geografi,
»»
Materi pembelajaran : sketsa wilayah dan obyek geografi dan simbol-simbol geografi pada
peta
Tujuan pembelajaran:
»»
Membuat sketsa wilayah dan obyek geografi dari peta atau observasi lapangan.
»»
Menentukan simbol-simbol geografi pada peta.
c. Proses pembelajaran.
»»
Integrasi perubahan iklim terkait dengan peran hutan rawa gambut dalam perubahan iklim,
maka proses pembelajaran di kelas dapat difasilitasi dengan langkah-langkah berikut:
i.
ii.
Kegiatan pendahuluan
»»
Menyiapkan bahan dan peralatan kertas plano dan spidol berwarna
»»
Menyiapkan bahan materi tentang hutan gambut
»»
uru mengawali dengan penjelasan tujuan standar kompetensi dgan menanyakan
G
‘Apakah ada yang pernah mengetahui atau membuat sketsa sekolah atau lingkungan
sekitar?
Kegiatan pelaksanaan
»»
»»
Untuk membangkitkan antusias siswa, mulai kelas dengan permainan pembangkit
antusias, misalkan permainan animal instinct, dengan langkah berikut:
•
Minta siswa untuk keluar kelas dan berkumpul di halaman, apabila jumlah siswa
sedikit bisa dilakukan di depan kelas
•
etiap siswa diminta untuk menirukan suara hewan yang ada di hutan rawa, sambil
S
menutup mata (misalkan guru menetapkan jenis hewan nya antara lain : burung
kuntul, ular, serangga pengerek, kucing hutan). berdasarkan pilihan yang diberikan
tanpa sepengetahuan kawan lainnya.
•
Minta siswa untuk berkumpul sesuai dengan bunyi suara hewan tersebut.
•
elompok berdasarkan suara hewan tersebut menjadi kelompok untuk bekerja
K
bersama membuat peta lokasi sekitar
ahap Konfirmasi dan Eksplorasi:. Selanjutnya guru meminta setiap kelompok untuk
T
mencari arah menggambar sketsa lingkungan sekitar mereka dan menandai dengan
simbol-simbol yang disepakati sesuai dengan standar pembuatan peta. Untuk
mengintegrasikan fungsi hutan gambut dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,
minta setiap kelompok untuk menandai daerah-daerah yang harus dilindungi dan
dipulihkan untuk menjaga lingkungan kehidupan mereka.
39
»»
Elaborasi: Setelah setiap kelompok selesai melakukan pembuatan sketsa, minta
setiap kelompok mempresentasikan hasilnya.
»»
Konfirmasi. Selanjutnya guru memberikan masukan dan materi untuk melengkapi
proses belajar langsung dengan materi dengan mengacu pada materi pembelajaran
pembuatan sketsa lokasi dan menambahkan penjelasan terkait fungsi hutan gambut
dan kaitannya terhadap perubahan iklim.
»»
enutup, pada akhir kelas, pendidik/guru dapat memberikan informasi tindak lanjut
P
atau pekerjaan rumah untuk mengawali materi selanjutnya.
d. Penilaian
Guru dapat menilai bukan hanya dari sisi cara membuat peta dengan sketsa, dengan simbolsimbolnya namun juga dapat memberikan penilaian dari pemaham siswa tentang peran hutan gambut
atau cara beradaptasi terhadap bencana lingkungan. Guru juga dapat menilai munculnya kesadaran
dari para peserta didik dengan melihat antusias dan pertanyaan kritis dan upaya tanggung jawab
peserta didik.
e. Sumber belajar
Selain materi yang tersedia dalam buku pelajaran perubahan iklim untuk informasi hutan
gambut dapat di link: http://ekologi-hutan.blogspot.com/2011/10/ekosistem-hutan-gambut.html
Peta SOLITAPeta SOsial
Lingkungan
KiTA
Catatan:
Kegiatan ini dapat dilakukan juga untuk sekolah yang berlokasi di perkotaan yang padat,
dengan topik perubahan iklim dikaitkan dengan apa saja yang berubah pada peta yang terjadi
sekarang dengan sebelumnya,
Sumber: Pengalaman penerapan oleh Yayasan DeTara
40
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
4.3. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas VIII
Topik pembelajaran perubahan iklim di kelas VIII ditujukan untuk mempelajari, memahami
tentang dampak-dampak yang terjadi dalam perubahan iklim yang meliputi ;
1. Dampak perubahan iklim terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial
2. K
egiatan transportasi dan kaitannya dengan perubahan iklim, termasuk di dalamya
tentang penggunaan sarana transportasi dan peran transportasi dalam perubahan iklim
3. D
ampak pemanfaatan energi terhadap perubahan iklim yang meliputi pemanfaatan
energi dan dampaknya terhadap perubahan iklim dan dampak pemanfaatan energi
primer dalam ketenegagaan listrik
4. D
ampak deforestasi dan degradasi hutan, yang meliputi peran manusia dalam deforestasi
dan degradasi hutan, serta dampaknya terhadap perubahan iklim dan peran hutan
gambut.
Dampak PI
terhadap aspek
lingkungan
B Ind 3.1,
Pola Penggunaan
Sarana Transportasi
IPA 1.6
Dampak PI
terhadap aspek
ekonomi
B Ind 10.1, 11.2
Kegiatan Transportasi
Versus PI
B Ind 3.1,
IPA 1.6
Dampak PI
Dampak PI
terhadap aspek
sosial
Peran transportasi
terhadap PI
B Ind 10.1,
B Ind 3.1
11.2
Peran Manusia dalam
Deforestasi dan degradasi
hutan
Perubahan
Iklim
IPS; 1.2, 4.1 ; PKN 3.3
Akibat
Deforestasi dan
Degradasi Hutan
Dampak pemakaian energi
primer sektor
ketenagalistrikan terhadap
PI
B Ind; 12.3
Dampak
Pemanfaatan Energi
Terhadap PI
Akibat Deforestasi dan
Degradasi hutan terhadap PI
IPS; 1.3,
4.1
Peran hutan rawa gambut
terhadap PI
IPS; 1.2, 1.3, 4.1
Pemanfaatan energi dan
dampaknya terhadap PI
B Ind 12.3
Gambar 4. Peta Pembelajaran Perubahan Iklim Kelas VIII
41
Tabel 2. Standar Kompetensi Kelas VIII untuk mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PKN
yang dapat mengintegrasikan perubahan iklim.
IPA
IPS
Bahasa Indonesia
PKN
1.1 Menganalisis pentingnya
pertumbuhan dan
perkembangan pada makhluk
hidup
1.1 Mendeskripsikan kondisi
fisik wilayah dan penduduk
3.1 Menemukan infor¬masi
secara cepat dan tepat dari
ensiklopedi/buku telepon
dengan membaca memindai.
1.4 Menampilkan sikap positif
terhadap Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat
2.2 Mendeskripsikan proses
perolehan nutrisi dan
transformasi energi pada
tumbuhan hijau
1.2 Mengidentifikasi
permasalahan
kependudukan dan upaya
penanggulangannya
3.3Menyimpulkan isi suatu
teks dengan membaca cepat
250 kata per menit.
3.3.Mentaati peraturan
perundang-undangan
nasional
5. 3 Menjelaskan hubungan
bentuk energi dan
perubahannya, prinsip
usaha, dan energi serta
penerapannya dalam
kehidupan
1.3 Mendeskripsikan
permasalahan lingkungan
hidup dan upaya
penanggulangannya dalam
pembangunan berkelanjutan
10.1
Menyampaikanpersetujuan,
sanggahan, dan penolakan
pendapat dalam diskusi
disertai dengan bukti atau
alasan
1.4 Mendeskripsikan
permasalahan kependudukan
dan dampaknya terhadap
pembangunan.
12.3 Menulis slogan/poster
untuk berbagai keperluan
dengan pilihan kata dan kalimat
yang bervariasi serta persuasi
2.1 Menjelaskan proses
perkembangan kolonialisme
dan imperalisme Barat, serta
pengaruh yang ditimbulkannya
di berbagai daerah
2.2.Menguraikan proses
terbentuknya kesadaran
nasional, identitas Indonesia ,
dan perkembangan pergerakan
kebangsaan Indonesia
3.1 Mengidentifikasi berbagai
penyakit sosial (miras, judi,
narkoba, HIV/AIDS, PSK, dan
sebagainya) sebagai akibat
penyimpangan sosial dalam
keluarga dan masyarakat
3.2 Mengidentifikasi
berbagai usaha pencegahan
penyimpangan sosial dalam
keluarga dan masyarakat
4.1. Mendeskripsikan
hubungan antara kelangkaan
sumber daya dengan
kebutuhan manusia yang
tidak terbatas
4.2.Mendeskripsi-kan pelaku
ekonomi : rumah tangga,
masyarakat, perusahaan,
koperasi, dan negara
4.3.Mengidentifikasi bentuk
pasar dalam kegiatan
ekonomi masyarakat
42
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Contoh silabus mata pelajaran IPS kelas delapan disajikan pada lampiran 2, sementara silabus
pelajaran PKN kelas delapan disajikan pada lampiran 3.
Untuk pengintegrasian dampak
perubahan iklim pada pelajaran IPS, KD 3.1. mendeskripsikan permasalahan lingkungan dan upaya
penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan, box berikut dapat dijadikan sebagai
contoh tahapan pengintegrasian.
Integrasi Perubahan Iklim Dampak Perubahan Iklim
terhadap Lingkungan dalam Mata Pelajaran IPS Kelas
VIII
a. Kompetensi dasar ;
»» KD 3.1. mendeskripsikan permasalahan lingkungan dan upaya penanggulangannya dalam
pembangunan berkelanjutan
»» Materi pembelajaran : dampak perubahan iklim terhadap lingkungan
b. Tujuan pembelajaran:
»» memahami dampak perubahan iklim terhadap lingkungan
c. Proses pembelajaran
»» integrasi perubahan iklim yang dapat dilakukan dalam terkait dengan dampak perubahan iklim,
maka langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menfasilitasi kelas :
i. Kegiatan pendahuluan
»» Menyiapkan bahan dan peralatan kertas plano dan spidol berwarna
»» Menyiapkan bahan materi tentang dampak perubahan iklim terhadap lingkungan
»» Guru mengawali dengan penjelasan tujuan standar kompetensi dengan menanyakan
‘Apakah ada yang tahu tentang permasalahan lingkungan?’
ii. Kegiatan pelaksanaan
»» Kegiatan pelaksanaan diawali dengan sebuah permainan yang disebut Gempa yang
dapat membangkitkan antusias peserta, dengan tahapan sebagai berikut:
»» Minta siswa untuk keluar kelas dan berkumpul di halaman, apabila jumlah siswa sedikit
bisa dilakukan di depan kelas
»» Minta siswa untuk membentuk lingkaran, sampaikan bahwa Indonesia merupakan
negara rawan gempa, dan bila guru menyampaikan terjadi gempa di Indonesia maka
semua siswa dapat keluar dari lingkarannya dan kembali mencoba membentuk lingkaran
besar. Selanjutnya dapat ditentukan untuk membagi kelompok dengan menyampaikan
misalkan apabila gempa terjadi di Papua siswa diminta untuk berkelompok 13 orang,
bila gempa terjadi di Sulawesi maka siswa harus berkelompok sembilan orang, bila
terjadi di Sumatra maka siswa dapat berkelompok sebanyak 7 orang, bila gempa terjadi
di Jawa maka siswa berkelompok 5 orang dan bila terjadi di Bali berkelompok 3 orang.
Permainan ini dapat digunakan sekaligus untuk berbagi kelompok.
»» Tahap Konfirmasi dan Eksplorasi:. Selanjutnya guru meminta setiap kelompok (maksimal
dalam satu terdiri dari 5 orang) untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan dengan
menggambarkan pada kertas plano yang disediakan, tiap kelompok dapat mengidentifikasi
permasalahan lingkungan yang berbeda, misalkan untuk identifikasi permasalahan lingkungan
yang terjadi di perkotaan; di pesisir dan pantai, di wilayah pertanian, di wilayah pegunungan.
»» Elaborasi: Setelah setiap kelompok selesai melakukan identifikasi, minta setiap kelompok
mempresentasikan hasilnya.
»» Konfirmasi. Selanjutnya guru memberikan masukan dan materi untuk melengkapi proses belajar
langsung dengan materi dengan mengacu pada materi pembelajaran identifikasi permasalahan
lingkungan yang terjadi di setiap wilayah tersebut dan kaitannya dengan perubahan iklim.
Misalkan guru dapat memaparkan dampak perubahan iklim terhadap wilayah pesisir dan pantai
dan kesehatan antara lain:
43
i.
ii.
Kerusakan terumbu karang yang terjadi di wilayah Indonesia telah peningkatan laju abrasi
pantai. Luas terumbu karang Indonesia diduga berkisar antara 50.020 Km2 (Moosa dkk,
1996 dalam KLH, 2002) hingga 85.000 Km2 (Dahuri 2002). Diperkirakan sebagian
terumbu karang Indonesia akan hilang dalam 10-20 tahun dan sebagian lainnya akan hilang
dalam 20-40 tahun. Rusaknya terumbu karang mempunyai dampak pada masyarakat
pesisir, misalnya berkurangnya mata pencaharian nelayan kecil karena ikan dan biota laut
lainnya semakin berkurang
Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan, guru dapat memaparkan tentang:
»» Dampak langsung dari perubahan iklim terhadap kesehatan manusia dapat berbentuk:
stress akibat perubahan variabel iklim, kelainan panas, perubahan respon kekebalan.
Dampak tidak langsungnya berupa bertambahnya penyakit yang dibawa oleh
nyamuk karena perubahan praktik pertanian, bertambahnya kejadian kekurangan gizi
yang menyebabkan bertambahnya frekuensi tuberculosis (TBC), campak dan pes,
bertambahnya penyakit yang dibawa oleh vektor yang disebabkan kondisi sanitasi
yang buruk dan betambahnya penyakit yang dibawa oleh air yang disebabkan dari
bertambahnya frekuensi dan magnitude dari banjir dan kekeringan (KLH, 1994).
Laporan yang sama juga memprediksi kenaikan angka kejadian malaria, DBD dan diare
di masa mendatang. Dari tahun 1989 hingga 2070, kejadian malaria akan meningkat
sebanyak 18% dan DBD akan bertambah 4 kali lipat.
»» Laporan WHO (2002) menyimpulkan bahwa perubahan iklim menyebabkan
meningkatnya 2,4% kasus diare dan 6% kasus malaria di dunia pada tahun 2000.
Penutup, pada akhir kelas, pendidik/guru dapat memberikan informasi tindak lanjut atau pekerjaan
rumah untuk mengawali materi selanjutnya.
d. Penilaian
Guru dapat menilai memberikan penilaian terkait pengetahuan peserta didik tentang permasalahan
lingkungan dan dampak perubahan iklim, kreativitas siswa pada saat menggambarkan hasil diskusi,
peran aktif siswa dalam kelompok. Selain itu Guru juga dapat menilai munculnya kesadaran dari para
peserta didik dengan melihat antusias dan pertanyaan kritis dan upaya tanggungjawab peserta didik.
e. Sumber belajar
Selain materi yang tersedia dalam buku pelajaran, persoalan lingkungan, dampak perubahan
iklim dapat dilink dari berbagai sumber antara lain :
Sumber: Pengalaman penerapan oleh Yayasan DeTara
44
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
4.4. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas IX
Pembelajaran topik perubahan iklim kelas IX (sembilan) terdiri dari topik
1. Pendahuluan, yang berkaitan dengan adaptasi dan mitigasi,
2. U
paya pencegahan deforestasi dan degradasi hutan baik tingkat masyarakat Internasional
dan maupun di Indonesia
3. U
paya penurunan emisi dari sektor transportasi yang meliputi dukungan pemerintah,
kebijakan dan penegakan hukum sektor transportasi serta inovasi teknologi ramah
lingkungan; penggunaan sumber bahan bakar ramah lingkungan dan upaya perubahan
prilaku.
4. Upaya pengelolaan lingkungan meliputi pengurangan emisi sektor energi dunia dan
konservasi energi
5.
Dukungan
pemerintah:
kebijakan dan
penegakan hukum
sektor tranportasi
PKN 2.2
Mitigasi PI
B.Ind 2.2, 3.2, 4.2, 12.1
Upaya penurunan
emisi dari sektor
transportasi
Pendahuluan
Adaptasi
Inovasi teknologi
ramah lingkungan
IPA 2.1; B.Ind 2.2, 3.2, 4.2, 12.1
PS 1.1, BInd 11.1, 11.2
Upaya pencegahan
di masyarakat
internasional
Penggunaan
sumber bahan
bakar ramah
lingkungan
IPA 5.4; 5.5, PKN 3.2, 3.3, 3.4, IPS 5.2, 5.3,
7.2
Perubahan Iklim
IPA 3.4; 5.4, 5.5
Upaya pencegahan
deforestasi &
Degradasi hutan
Perubahan Perilaku
B.Ind 12.3; IPS 3.1, 3.2, 7.3
Kebijakan
pengurangan emisi
sektor energi dunia
PKN 3.3; 3.4
Upaya
pengelolaan
energi
Upaya pencegahan
di Indonesia
IPS 1.1, 4.2; PKN 1.2
Peran sekolah
dalam pencegahan
di Indonesia
B.Ind 10.1, 10.2, 12.3
Upaya Konservasi
energi
PKN 3.3; 3.4; IPS 5.1
Gambar 4. Peta topik pembelajaran perubahan iklim terintegrasi kelas IX
45
Tabel 3. Standar Kompetensi Kelas IX untuk mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PKN
yang dapat mengintegrasikan perubahan iklim
IPA
IPS
Bahasa Indonesia
PKN
2.1. Mengidentifikasi
kelangsungan hidup
makhluk hidup melalui
adaptasi, seleksi alam dan
perkembangbiakan
1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri
negara berkembang dan
negara maju
2.2 Melaporkan secara lisan
berbagai peristiwa dengan
menggunakan kalimat yang
jelas
1.2 . Mengidentifikasi bentukbentuk usaha pembelaan
negara
3.4. mendeskripsikan
hubungan energi dan daya
listrik serta pemanfaatannya
dalam kehidupan sehari-hari
3.2 Menguraikan tipe-tipe
perilaku masyarakat dalam
menyikapi perubahan
3.2 Menemukan informasi
yang diperlukan secara cepat
dan tepat dari indeks buku
melalui kegiatan membaca
memindai.
2.2. Menjelaskan pentingnya
partisipasi masyarakat dalam
perumusan kebijakan publik
di daerah
4.3. Menerapkan Induksi
elektromagnet untuk
menjelaskan prinsip
kerja beberapa alat yang
memanfaatkan prinsip induksi
elektromagnet
4.2.Mendeskripsikan
perdagangan internasional
dan dampaknya terhadap
perekonomian Indonesia
4.2 Meresensi buku
pengetahuan.
3.2. Mendeskripsikan politik
luar negeri dalam hubungan
internasional di era global
5.4. Mendiskripsikan
proses-proses khusus yang
tejadi di lapisan lithosfer dan
atmosfer yang terkait dengan
perubahan zat dan kalor
5.2 Mendeskripsikan
keterkaitan unsur-unsur
geografis dan penduduk di
kawasan Asia Tenggara
4.3 Menyunting karangan
dengan berpedoman pada
ketepatan ejaan, pilihan
kata, keefektifan kalimat,
keterpaduan paragraf, dan
kebulatan wacana
3.3 Mendeskripsikan
dampak globalisasi terhadap
kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
5.5 Menjelaskan hubungan
antarar proses yang terjadi di
lapisan lithosfer dan atmosfer
dengan kesehatan dan
permasalahan lingkungan
5.3 Mendeskripsikan
pembagian permukaan bumi
atas benua dan samudera
5.2Mendeskripsikan
keterkaitan unsur-unsur
geografis dan penduduk di
kawasan Asia Tenggara.
3.4 Menentukan sikap
terhadap dampak globalisasi
7.2. Menguraikan
perkembangan lembagalembaga internasional dan
peran Indonesia dalam
kerjasama internasional
10.1. Berpidato/ berceramah/
berkhotbah dengan intonasi
yang tepat dan artikulasi serta
volume suara yang jelas.
11.2. Mengubah sajian grafik,
tabel atau bagan menjadi
uraian kegiatan membaca
intensif.
12.1 Menulis karya
ilmiah sederhana dengan
menggunakan berbagai
sumber
12.3. Menulis surat pembaca
tentang lingkungan sekolah.
Materi pembelajaran perubahan iklim di kelas IX berfokus pada pemahaman tentang adaptasi dan
mitigasi berkaitan dengan sektor hutan dan energi, sekaligus kebijakan yang terkait upaya adaptasi
dan mitigasi ditingkat nasional dan internasional, serta perubahan prilaku yang dapat dilakukan
ditingkat individu dan komunitas khususnya di komunitas sekolah serta komunitas dunia. Siswa dapat
memahami konsep perubahan iklim dengan melakukan mitigasi terhadap perubahan iklim dan juga
melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Materi adaptasi dan mitigasi disampaikan pada awal
pertemuan agar siswa dapat memahami konsep adaptasi dan mitigasi.
46
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dapat mengintegrasikan materi
perubahan iklim terutama dalam topik adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di pelajaran IPA,
IPS, Bahasa Indonesia dan PKN, secara rinci contoh dari silabus untuk integrasi khususnya
untuk pelajaran Bahasa Indonesia disajikan pada Lampiran 4.
Sebagai contoh, topik pemahaman adaptasi dan mitigasi dapat diintegrasikan pada mata
pelajaran IPS salah satunya KD 3.2. menguraikan tipe-tipe masyarakat dalam menyikapi
perubahan, guru dapat mempelajari topik tentang masyarakat adat dalam melakukan
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim baik yang terjadi di Indonesia maupun di dunia. Materi
berikut merupakan materi yang dikutip langsung dari bahan Perubahan Iklim, REDD+ dan
Masyarakat Adat: Pelatihan untuk Masyarakat Adat (2009). Topik ini diangkat mengingat
Indonesia memiliki keragaman adat istiadat yang berakar dari masyarakat adat yang beragam
yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia, sebagian besar masyarakat adat tersebut
masih mempertahankan pengetahuan lokal yang arif dalam mengelola sumberdaya alam
secara berkelanjutan. misalkan saja masyarakat Adat Kasepuhan di Jawa Barat dan Banten
yang memiliki masih menerapkan sistem pertanian ekologis dan mengelola hutan dengan
sistem yang sangat mirip dengan sistem zonasi taman nasional yang dikembangkan malah
dengan mengadopsi dari Amerika. Topik Masyarakan adat dan mitigasi perubahan iklim
dengan skema REDD menjadi penting dipelajari ditingkat pendidikan formal karena sangat
relevan dengan kondisi Indonesia dan juga isu global.
Masyarakat Adat Kasepuhan : Rumah yang terbuat dari bahan lokal; Upacara Seren TahunPerayaan Panen hasil pertanian yang dikelola secara ekologis
Masyarakat adat merupakan kontributor terkecil terhadap perubahan iklim, namun
mereka merupakan kelompok pertama yang menanggung dampak-dampaknya. Kekeringan
yang parah, topan dan badai yang makin merusak, mencairnya es, banjir, naiknya permukaan
laut, meningkatnya penyebaran dan keganasan penyakit menular telah nyata mempengaruhi
cara hidup, kesehatan, sumber penghidupan, tanah, sumber daya dan wilayah mereka. Dalam
menghadapi ini semua, masyarakat adat terpaksa beradaptasi, menggunakan pengetahuan
tradisional, inovasi dan praktek-praktek mereka, untuk menyesuaikan diri dengan kondisikondisi yang berubah dengan cepat ini. Berikut adalah sejumlah studi kasus dan contohcontoh upaya inovatif yang terdokumentasi di berbagai benua didunia, yang menggunakan
pengetahuan tradisional untuk menghadapi perubahan iklim, disajikan pada box berikut
(Sumber :http://rumahiklim.org):
47
Afrika
a. Petani lokal mempraktekkan praktek pertanian tanpa pengolahan tanah (zero-tilling practices),
menyebarkan dedaunan busuk pada tanaman untuk mengurangi penguapan dan erosi tanah
(mulching) dan teknik pengelolaan tanah lainnya. Kegiatan-kegiatan ini diketahui dapat menurunkan
temperatur tanah, menekan penyakit dan hama perusak, dan menjaga kelembaban tanah. Petanipetani kecil juga menggunakan bahan-bahan tanaman tradisional seperti agrokimia untuk melawan
hama yang umumnya menyerang tanaman pangan.
b. Para penggembala beradaptasi terhadap kondisi iklim yang radikal ini dengan memanfaatkan pakan
ternak darurat, menyisihkan ternak yang lemah untuk makanan, dan membuat komposisi ternak dari
berbagai jenis untuk bertahan dari kondisi iklim yang radikal. Mereka juga berupaya berpindah dari
daerah utara yang kering ke selatan yang lebih basah selama musim kering untuk bertahan hidup dan
mempertahankan hewan peliharaan mereka.
c. Kaum perempuan menanam tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan dan hama, dengan
demikian menyediakan cadangan untuk masa-masa ekonomi sulit yang berkepanjangan. Mereka
juga memilih dan menyimpan bibit untuk ditanam tiap tahun. Mereka merawat berbagai jenis bibit
yang dijamin tahan terhadap kondisi-kondisi yang mungkin timbul di musim tanam kapan saja.
d. Strategi adat lainnya mencakup pembersihan semak terkontrol; menggunakan rumput tinggi untuk
memperbaiki zat hara tanah permukaan yang terkikis luapan air; pengontrolan erosi untuk mengurangi
efek limpasan air; mengembalikan fungsi tanah lewat pemberian pupuk hijau; membangun pematang
dari batu; mengelola dataran rendah dan melindungi tepian sungai.
Asia
a. Masyarakat adat Asia menanam berbagai jenis tanaman untuk meminimalisir risiko kegagalan panen
dan upaya ini dilengkapi dengan perburuan dan penangkapan ikan.
b. Sebagian masyarakat adat melengkapi basis subsisten mereka dengan kerajinan tangan, bekerja
sebagai buruh dan hasil hutan atau menjual kelebihan panen di pasar. Dalam contoh lain, masyarakat
adat beralih ke ekstrasi pati dari pohon sagu selama musim kering ketika tanaman mengalami
kekurangan air.
c. Di Bangladesh, masyarakat desa menciptakan kebun sayuran terapung untuk melindungi sumber
penghidupan mereka dari banjir. Di Vietnam, masyarakat membantu menanam pohon bakau yang
rapat sepanjang pesisir untuk memecah gelombang laut yang disebabkan badai tropis.
d. Panen air hujan di Asia Selatan telah dipraktekkan selama berabad-abad. Praktek ini merupakan
prosedur sederhanadengan menyekop tanah dan membangun galangan sepanjang lahan pertanian
untuk menangkap air. Metode adaptasi ini amat vital dalam penggabungan dan diversifikasi tanaman
pangan.
48
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Amerika Tengah dan Selatan dan Karibia
a. Orang mengalihkan kegiatan pertanian dan pemukiman mereka ke lokasi baru yang lebih tahan
terhadap kondisi iklim yang merugikan.
b. Di musim kering, masyarakat adat mengubah ketergantungan mereka terhadap pertanian ke
penangkapan ikan.
c. Desa terpencil Guarita di Honduras memanfaatkan metode pertanian tradisional bernama Quezungal.
Mereka menanam tanaman di bawah pepohonan yang akarnya mengikat tanah. Mereka juga
memotongi vegetasi untuk menyediakan nutrien bagi tanah dan melestarikan air tanah. Terakhir,
mereka membuat teras-teras untuk menghindari erosi tanah.
d. Masyarakat Aymaras di Bolivia telah berabad-abad harus berjuang menghadapi kerawanan
dan kekurangan air. Untuk menampung air di pegunungan, mereka mengembangkan suatu cara
menampung air yang canggih lewat pembangunan bendungan-nendungan kecil yang disebut
quthanas. Bendungan ini amat bermanfaat bukan hanya untuk konsumsi manusia namun juga untuk
hewan perliharaan mereka terutama di musim kering. Bendungan ini juga berfungsi sebagai pengatur
kelembaban dan menyerap sinar ultra violet dari matahari, dan dengan demikian mengurangi risiko
kanker kulit.
Wilayah Kutub (Artik)
a. Praktek adaptasi masyarakat adat mencakup berburu spesies alternatif saat spesies seperti angsa
dan rusa mengubah saat dan jalur migrasi mereka.
b. Perubahan untuk berburu spesies laut di laut terbuka di akhir tahun sesuai dengan kondisi laut dan
es yang berbeda.
c. Orang membekukan makanan saat teknik penjemuran tradisional tidak mungkin dilakukan akibat
cuaca basah yang tidak pas waktu. Makanan dibekukan sampai muncul cuaca cerah/kering.
Eropa Tengah dan Timur, Federasi Rusia, Asia Tengah dan Transcausia
a. Masyarakat adat secara aktif berupaya bermitra dengan komunitas akademik sehingga kelompokkelompok lokal dapat berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian dan hasil-hasilnya dikomunikasikan
kepada dan antar komunitas lokal. Mereka melakukan program-program pendidikan untuk
meningkatkan kesadaran publik akan isu-isu ini yang akan menuju pada bantuan pengembangan
perilaku mereka sendiri dan norma-norma etika di sekitar upaya adaptasi.
Amerika Utara
a. Masyarakat adat di Amerika Utara sangat positif sehingga bahan baru dan cara baru dalam melakukan
sesuatu telah menjadi suatu hal yang umum dalam sejarah masyarakat. Sebagian mengambil
keuntungan dari perubahan iklim untuk melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan di
masa lalu. Mereka mengubah teknik penyimpanan makanan, perburuan dan daerah tangkapan ikan.
b. Sebagian lainnya mengubah jenis hewan dan ikan yang mereka tangkap.
c. Untuk mempertahankan keluarga dan hewan peliharaan mereka, suku Inuits di musim dingin memberi
makan kijang reindeer mereka dengan rumput dan bukannya lumut seperti biasanya.
d. Dalam kasus-kasus yang ekstrim, orang mencari tempat hunian baru, baik untuk jangka panjang atau
sementara.
e. Untuk masa depan, mereka meyakini bahwa mengadopsi teknologi baru mungkin akan menjadi satusatunya cara untuk menghadapi gangguan terhadap ekonomi subsisten tradisional mereka.
49
Pacific
a. Institusi sosial kelautan tradisional di Ra’ui in Rarotonga, Cook Islands, berfungsi sebagai alat
pengelolaan konservasi yang efektif dan terus berupaya meningkatkan kesehatan terumbu karang.
b. Pengetahuan ekologi masyarakat adat dan penguasaan laut adat mereka juga diintegrasikan dengan
ilmu kelautan dan sosial untuk melestarikan bumphead parrotfish (sejenis ikan) di Roviana Lagoon,
Solomon Islands.
c. Perubahan pada penguasaan laut, yang kembali ke peran-peran yang lebih tradisional, telah dilakukan
Kiribati.
d. Di sebuah desa pesisir di Vanua Levu,Fiji, vanua (yang mengacu pada hubungan antara manusia dan
alam lewat nenek moyang dan roh penjaga mereka) berfungsi sebagai sebagai prinsip yang memandu
pengelolaan dan pemanfaatan lestari hutan bakau, terumbu karang dan kebun desa.
e. Di wilayah Pasifik lainnya, masyarakat adat membangun dinding pelindung pantai dari hempasan,
sistem drainase air dan tanki-tanki air dan melarang penebangan pohon.
Mata pelajaran PKN dikelas IX dapat mengupas kebijakan perubahan iklim ditingkat
nasional dan dunia, terutama terkait dengan kebijakan penurunan emisi di sektor transportasi,
energi dan juga terkait deforestasi dan degradasi hutan. Salah satu yang dapat diangkat
dalam integrasi pembelajaran kebijakan tersebut adalah terkait dengan sala satu program
mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan yang dikenal dengan Pengurangan Emisi
dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Reducing Emission from Deforestation and Forest
Degradation - REDD). Box terkait materi kebijakan REDD di tingkat global dan nasional.
50
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Kebijakan tentang Skema Mitigasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan melalui
Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD)
Kebijakan perubahan iklim global mengidentifikasikan bahwa deforestasi dan degradasi hutan sebagai
salah satu sumber utama gas rumah kaca. Emisi karbon dari perubahan tata guna lahan diperkirakan sebesar
seperlima dari total emisi global dunia saat ini, sehingga banyak pihak yang menganggap bahwa dengan
menjaga tutupan hutan yang masih ada adalah suatu pilihan untuk mitigasi perubahan iklim. Anggapan
tersebut melahirkan suatu skema mitigasi perubahan iklim yang menjadikan sektor kehutanan sebagai pemain
utama dengan lahirnya skema REDD (Reducing Emission from deforestation and Forest Degradation).
Awalnya, upaya mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan mulai mengemuka setelah
diterbitkannya “Stern Review on Climate Change” oleh pemerintah Inggris pada awal 2007. Mantan ekonom
Bank Dunia Sir Nicholas Stern menyarankan langkah pencegahan deforestasi harus dimasukan kedalam
komitmen pasca 2012 disaat berakhirnya Kyoto Protokol. Laporan Stern mengusulkan bahwa suatu tindakan
penting yang seharusnya diambil oleh komunitas internasional untuk memperlambat perubahan iklim adalah
mengatasi “emisi non-energi” dengan cara memberikan imbalan atau kompensasi kepada negara-negara
berkembang untuk mengurangi deforestasi. Semakin sadarnya komunitas dunia akan hal tersebut diatas maka
pada COP-13 di Bali tahun 2007 dihasilkan Bali Action Plan yang merupakan rencana atau peta jalan negosiasi
strategi iklim global untuk melanjutkan Protokol Kyoto. Rencana ini mengakui pentingnya hutan dalam
mengatasi perubahan iklim dan besarnya potensi yang terkandung didalam REDD. Beberapa tahun sebelum
COP-13, pada bulan Desember 2005, Koalisi Bangsa-bangsa Hutan Tropis (Coalition of Rainforest Nations)
yang dipimpin oleh Kosta Rika dan Papua New Guinea menyampaikan usulan resmi untuk menurunkan emisi
gas rumah kaca (greenhouse gases) dari deforestasi dan degradasi hutan. Usulan ini disampaikan pada saat
pelaksanaan COP-11 di Montreal, Kanada. Selanjutnya, setelah COP-14 di Poznan Polandia, dihasilkan suatu
konsensus agar kegiatan REDD sebaiknya diperluas. Pendekatan ini disebut dengan REDD-Plus. Dalam
mekanisme ini transfer financial dibawah REDD-plus tidak hanya digunakan untuk mengurangi deforestasi
dan degradasi hutan. Transfer financial juga akan digunakan untuk melakukan konservasi cadangan karbon di
hutan, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan cadangan karbon melalui kegiatan penanaman pohon dan
rehabilitasi lahan yang terdegradasi.
Terkait dengan konsensus global tersebut, Pemerintah Indonesia, sejak penyelenggaraan COP13 di
Bali c.q. Departemen Kehutanan sangat giat mengembangkan perangkat hukum atau peraturan yang
terkait langsung dengan pelaksanaan REDD. Di antara perangkat tersebut terdapat tiga Peraturan Menteri
yang telah resmi diundangkan, yaitu:
a. Permenhut No. P. 68/Menhut-II/2008 tentang Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi
Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) (www.dephut.go.id/files/P68_08.pdf)
b. Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan
Degradasi Hutan (REDD) (www.dephut.go.id/files/P30_09_r.pdf)
c. Permenhut No. P. 36/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau
Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung (www.dephut.go.id/files/P36_09.pdf)
Permenhut No. 68/2008 pada dasarnya menguraikan prosedur permohonan dan pengesahan
kegiatan demonstrasi REDD, sehingga metodologi, teknologi dan kelembagaan REDD dapat dicoba dan
dievaluasi. Tantangannya adalah bagaimana kegiatan demonstrasi dapat dialihkan menjadi proyek REDD
yang sesungguhnya di masa yang akan datang.
Sementara itu, Permenhut No. 30/2009 mengatur tata cara pelaksanaan REDD, termasuk
persyaratan yang harus dipenuhi pengembang, verifikasi dan sertifikasi, serta hak dan kewajiban pelaku
REDD. Hingga saat ini ketentuan mengenai penetapan tingkat emisi acuan sebagai pembanding belum
ditetapkan.Permenhut No. 36/2009 mengatur izin usaha REDD melalui penyerapan dan penyimpanan
karbon. Di dalamnya juga diatur perimbangan keuangan, tata cara pengenaan, pemungutan, penyetoran
dan penggunaan penerimaan negara dari REDD. Peraturan ini membedakan antara kegiatan penyerapan
dan penyimpanan karbon di berbagai jenis hutan dan jenis usaha.
Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut pada dasarnya REDD sudah dapat dilaksanakan.
Petunjuk Teknis untuk hal-hal tertentu akan diperlukan untuk menunjang pelaksanaan REDD. Seperti
kebanyakan peraturan, ketiga Permenhut tersebut juga mengacu pada berbagai peraturan/perundangan
yang terkait. Tantangan besar yang dihadapi adalah, bagaimana mengintegrasikan peraturanperaturanbaru
ini ke dalam peraturan yang sudah ada baik di sektor kehutanan maupun sektor lain dan Perda terkait.
Sumber :REDD- Apakah itu? Pedoman CIFOR tentang Hutan, Perubahan Iklim dan REDD. CIFOR 2010
51
BAB 5
Adaptasi dan Mitigasi
Pembelajaran dan Aksi di
Tingkat Sekolah
Sekolah merupakan institusi yang memiliki peran penting dalam membudayakan prilaku yang dapat
mengatasi perubahan serta berperan aktif dalam adaptasi dan mitgasi perubahan iklim secara langsung
dalam kegiatan sehari-hari, beberapa tindakan nyata yang dapat segera dilakukan antara lain:
5.1. Kegiatan adaptasi di sekolah
1. Mengoptimalkan penggunaan air.
Saat ini banyak sekolah berada di kawasan yang memiliki sumber air terbatas ataupun
di perkotaan yang padat dan air menjadi kendala utama, maka mereka melakukan
upaya pengelolaan bekas pakai (umumnya air bekas cucian tangan dari wastafel) untuk
menyiram tumbuhan yang ditanam di sekolah baik di halaman maupun di pot.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan air juga
dapat dilakukan melalui upaya penghematan air di sekolah, melalui pembelajaran materi
perubahan iklim yang terintegrasi praktek yang dilakukan bisa mengajak siswa untuk
membuat informasi menghemat air disekolah, misalkan di toilet, kamar mandi, di wastafel
ada poster atau ajakan untuk hemat air (Jangan lupa matikan keran; Yuk hemat air;
dll). Sementara bagi sekolah-sekolah yang memiliki sumber air berlimpah maka upaya
mengelola sumber air sekolah dengan sebaik-baiknya antara lain dengan membuat kolam
pengelolaan limbah air untuk dijadikan media praktek siswa tentang fungsi tanaman
dalam menyerap bahan-bahan berbahaya.
Sekolah juga dapat mengajak aksi bersama masyarakat sekitar dalam momen hari Air
Internasional yang jatuh pada tanggal 21 Maret, misalkan dengan melakukan kampanye
bersama hemat air, praktek mengolah air limbah rumah tangga, eksplorasi sumber air sekolah
dan masyarakat sekitar. Beberapa contoh kegiatan Hari Air dapat dilihat dari link berikut;
2. Kebun Organik Sekolah
Upaya memperkenalkan dan melakukan adaptasi perubuhan iklim di sekolah dapat
dikaitkan dengan isu lokal di sektor pertanian, mengingat lokasi sekolah di Indonesia
terletak di berbagai wilayah, maka bagi yang berlokasi di daratan dan memiliki
pekarangan sekolah, kebun organik sekolah dapat menjadi salah satu alternatif praktek
52
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
adaptasi perubahan iklim yang dipadukan dengan pengetahuan sistem pertanian di
Indonesia. Pertanian organik dapat mengatasi kondisi pertanian yang kurang air dan
juga kekurangan hara tanah, dengan memperkaya unsur-unsur organik kesuburan tanah
semakin meningkat, sehingga menjadi pilihan bagi petani dalam situasi iklim yang tidak
menentu. Pertanian organik juga mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia sebagai
pestisida, karena dalam sistem pertanian organik kombinasi tanaman untuk mencegah
serangan hama menjadi bagian penting, serta penggunaan pestisida alami (racikan
daun sirsak, daun pepaya, bawang putih, kemangi, serta daun tumbuhan lainnya)
mampu menghindari penggunaan bahan-bahan kimia yang membahayakan siswa dan
lingkungan. Contoh sekolah yang mengembangkan pertanian organik di pekarang
sekolah mereka adalah sekolah SMPN 7 Ciamis, Jawa Barat. Bahkan di Jakarta Timur,
SMP 209 yang bertanam padi organik dalam pot dengan halaman sekolah sempit namun
dapat mempraktekan kegiatan pertanian organik. Beberapa informasi lengkap terkait
pertanian organik di sekolah dapat diunduh di alamat web berikut ;
»»
http://emelci.or.id/groups/PendidikanKearifanLokal/PendidikanPetaniPertanian/
docs/satu-lagi-sekolah-negeri-berbasis-keunggulan-lokal-yg-sukses/
»»
http://investasiyuuk.blogspot.com/2012/06/siswa-smp-tanam-padi-organik-diember.html
Pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk
cair organik
Bertani organik di halaman terbatas
Dok. DeTara Foundation
3. Latihan Tanggap Bencana di Sekolah dan Jalur Evakuasi
Banyak kawasan yang rawan bencana di wilayah Indonesia, termasuk dampak
dari perubahan iklim yang menyebabkan banyak bencana banjir, tsunami, longsor, dll.,
sekolah tentunya harus turut berperan aktif, peran tersebut dapat dilakukan dengan cara
melakukan latihan rutin untuk tanggap bencana bagi siswa dan seluruh pihak sekolah.
Misalkan beberapa sekolah yang rawan tsunami, sekolah harus selalu bersiap siaga,
selain latihan rutin juga dapat mengajak siswa untuk menggambar poster atau media lain
yang kreatif untuk mengatasi adanya bencana.
53
Sekolah juga sebaiknya segera menyediakan jalur evakuasi bencana, misalkan
menentukan jalur evakuasi untuk setiap ruangan di sekolah. Jalur evakuasi dapat
menggunakan penunjuk arah yang jelas untuk menuju lapangan terbuka sebagai tempat
berkumpul. Perlu diperhatikan bahwa jalur evakuasi perlu menghindari: tiang listrik
karena dimungkinkan roboh, tower air, dan selokan yang terbuka karena dimungkinkan
anak terperosok ke dalamnya.
4. Jum’at Bersih
Di tingkat pendidikan sekolah dasar maupun menengah penerapan pola hidup sehat
merupakan bagian keseharian, untuk itu tidaklah susah menerapkan upaya adaptasi
perubahan iklim di sekolah. Banyak sekolah yang sudah menerapkan satu hari dalam
seminggu untuk melakukan-bersih-bersih bersama, misalkan saja melalui Jum’at Bersih
- Jumsih, sekolah yang terletak di perkotaan dapat memulai aksi untuk bersih-bersih got
serta wadah-wadah bekas yang tergenang air, menguras bak dan kolam sekolah secara
berkala, sehingga tidak menjadi media untuk tumbuh dan berkembangnya jentik-jentik
nyamuk, mengingat perkembangan nyamuk dengan temperatur udara yang semakin
panas mengalami percepatan pembiakan.
5. Sekolah Penjaga Hutan
Sementara bagi sekolah di pedesaan, misalkan untuk yang sekolah yang berlokasi
di sekitar hutan dapat mengajak siswa untuk berkampanye agar tidak membuang
puntung rokok sembarangan terutama di musim kemarau agar tidak terjadi kebakaran
hutan, mengingat asap kebakaran dapat sangat membahayakan kesehatan siswa dan
masyarakat (sakit pernafasan, dll), disamping akibat kebakaran hutan dan lahan juga akan
berdampak pada kelaparan akibat terbakarnya sumber pangan dari ladang atau huma.
Huma adalah tanah olahan untuk pertanian dengan sistem gilir balik yaitu membuka
lahan kemudian diolah dan ditanami padi dan atau palawija serta pohon buah atau jenis
berkayu laiinnya, setelah dua atau tiga kali tanam akan ditinggalkan sementara untuk
mengembalikan humus. Sistem ini umumnya diterapkan dengan lahan yang masih luas
sebagai salah satu cara mengatur sistem kesuburan tanah.
Sekolah-sekolah yang tinggal di kawasan hutan juga dapat bersama-sama dengan
pihak pengelola kawasan hutan menggunakan hutan sebagai media pendidikan. Salah
satu contoh, di beberapa kawasan hutan konservasi di Indonesia sejak tahun 1990an
telah banyak dikembangkan program pendidikan lingkungan, pendidikan konservasi
dengan salah satu tujuannya adalah mengenalkan ekosistem hutan serta fungsi dan
manfaatnya, bukan hanya sebagai habitat satwa tapi juga memiliki fungsi mengatur
ketersediaan air, sumber oksigen sumber pangan bagi masyarakat sekitar. Sehingga
sekolah dapat menjadi salah satu yang turut menjaga keberadaan hutan sekitar.
6. Pengelolaan Sampah Sekolah
Membudayakan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengurangi dampak kesehatan
dari dampak perubahan iklim menjadi salah satu upaya penting yang harus terus
dilakukan disekolah-sekolah, misalkan saja membiasakan siswa untuk tidak membuang
sampah sembarangan, memilah sampah mengolah sampah organik, serta mendorong
sekolah menjadi inisisator penyediaan pengelolaan sampah sekolah. Beberapa sekolah
sudah mulai merintis upaya pengelolaan sampah, beberapa contoh dapat dilihat dilink
berikut ;
54
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
»»
Bogor:http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=87524
»»
http://surabayaecoschool.tunashijau.org/2012/09/bank-sampah-smkn-10-tetapeksis/
7. Tanam dan Rawat Sepanjang Pesisir dan Pantai Kita
Sekolah-sekolah yang terletak di kawasan pantai tentunya akan sangat rawan
terhadap bencana abrasi, gelombang pasang sampai badai dan tsunami, beradaptasi
melalui upaya menjaga kawasan pantai terdekat sekolah dan wilayah sekitarnya
merupakan bagian paling mudah dilakukan. Sekolah sebaiknya menyempatkan waktu
minimal setahun sekali untuk turut menanami kembali kawasan pantai, misalkan turut
berpartisipasi menghutankan kembali kawasan mangrove, setiap siswa mengadopsi satu
pohon untuk dirawat dan tanam. Bila semua sekolah berpartisipasi aktif tentunya warga
lain akan turut tergerak untuk bersama-sama melakukan penanaman dan menjaga serta
merawat sepanjang pesisir dan pantai.
8. Membangkitkan kesadaran
Upaya membangkitkan kesadaran sekolah (guru, siswa, staf sekolah, komite sekolah)
menjadi sangat penting setiap pendidik di sekolah dapat terus menerus mengingatkan
dan melakukan bersama-sama dengan siswa beragam tindakan yang dapat berkontribusi
untuk mengatasi perubahan iklim dan mencari solusinya. Tindakan kecil namun
berdampak adalah terus melatih tidak buang sampah sembarangan, membiasakan
membawa tempat minum sendiri, mengurangi penggunaan plastik, membuat poster/
pentunjuk untuk aksi-aksi di sekolah, dll.
5. 2. Kegiatan Mitigasi di Sekolah
Upaya mitigasi perubahan iklim terutama strategi mengurangi sumber-sumber penghasil
gas rumah kaca dan penyerapan karbon menjadi bagian penting bagi pembelajaran siswa
dalam keseharian di sekolah yang selanjutnya dapat diterapkan di lingkungan keluarga dan
sekitar, beberapa kegiatan aksi yang dapat diterapkan di sekolah antara lain :
1. Menanam dan merawat pohon dan tanaman sebanyak-banyaknya
Upaya tanam dan rawat pohon serta tanaman sebanyak-banyaknya dapat dilakukan
dalam rangka membantu penyerapan gas berbahaya sekaligus menanamkan nilai-nilai
kasih sayang dalam merawat pohon, membangun sensitivitas lingkungan, karena dengan
menanam dan merawat pohon siswa diajak untuk memahami lebih mendalam fungsi
pohon dan tanaman yang dapat menjadi tempat dan sumber hidup bagi mahluk lainnya.
Upaya menanam pohon dan tanaman dapat dilakukan dengan mengajak siswa menanam
di sekolah dalam pot ataupun dilahan yang tersedia, juga bersama-sama dengan pihak
lain seperti dengan Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai (BPDAS) untuk turut menjaga
daerah-daerah aliran sungai, dengan dinas pertanaman untuk menanam di tanam-taman
kota yang masih kurang tanamannya, dan tempat lain yang dapat dijangkau oleh sekolah
serta dapat dengan mudah dilakukan monitoring pertumbuhan dan perawatannya.
Aksi tanam pohon dan tanaman dalam mitigasi perubahan iklim merupakan bagian
penting, bagi siswa tingkat sekolah menengah pertama dapat dikaitkan dengan mata
pelajaran maupun aksi estra kurikuler di sekolah.
55
Siswa SD dan Mahasiswa serta Rewalan menanam pohon di sepanjang sungai Ciapus
Dok. DeTara Foundation
2. Bersepeda ke Sekolah
Gerakan untuk mengurangi emisi karbon dari buangan kendaraan dapat dilakukan
melalui aksi bersepeda ke sekolah.
3. Gerakan Energi Hemat di Sekolah
Setiap penggunaan energi dari bahan bakar fosil , misalkan listrik dengan tenaga
batu bara, gas, dan bensin/solar, menghasilkan emisi gas rumah kaca. Oleh karena
itu, penghematan energi seringkali turut menurunkan emisi penyebab perubahan iklim.
Sekolah dapat menjadi tempat yang sangat strategis untuk menerapkan hemat energi.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan antara lain dengan mengajak siswa dan seluruh
pendidik di sekolah melakukan gerakan hemat energi. Misalkan:
»»
Bagi sekolah yang menggunakan AC atau di lokasi yang membutuhkan penggunaan
AC maka ajakan untuk dan melakukan perawatan dan membersihkan AC secara
teratur agar transfer panas lancar dan menghemat energi
»»
Mengganti bohlam lampu pijar dengan lampu LED yang lebih hemat energi
»»
Mematikan kipas angin dan AC saat meninggalkan ruangan
»»
Memberikan insulasi pada kamar dan tetap menutup jendela ketika AC sedang
dinyalakan.
4. Konsumsi Pangan Lokal
Salah satu upaya mengurangi emisi adalah dengan memperkenalkan dan
menerapkan di sekolah konsumsi pangan lokal, terutama di tingkat SMP dapat dikaitkan
dengan pelajaran energi, konsumsi energi yang tinggi dan besarnya emisi yang dihasilkan
dari penggunaan transportasi untuk mendatangkan pangan impor menyebabkan pangan
impor berkontribusi pada peningkatan emisi.
Aksi untuk menyajikan pangan lokal dalam setiap pertemuan dan acara di sekolah
dapat menjadi salah satu kegiatan untuk mempromosikan pangan lokal yang sehat.
Disamping itu penyajian pangan lokal yang menarik juga, dapat mendorong minat siswa
untuk mengkonsumsi pangan tersebut, misalkan saja saat ini sudah banyak penggunaan
56
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
bahan pangan lokal dalam makanan ala eropa, misalkan brownis singkong, atau kue
tart dari ubi jalar dengan tampilan yang menarik tidak kalah dengan kue dari luar yang
berbahan baku terigu. Seperti diketahui gandum sebagai bahan baku terigu tidak
banyak diproduksi di Indonesia, sebagian besar didatangkan dari Amerika dan negara
lain seperti Cina dan Uni Eropa. Menurut data tahun 2010/2011 Indonesia mengimpor
gandum sebesar 6.6 juta ton, termasuk salah satu pengimpor gandum terbesar dunia.
Promosi pangan lokal ini diharapkan dapat turut mendorong kreativitas dan pola pikir
generasi ke depan untuk mencari solusi-solusi yang turut mengurangi emisi GRK dari
berbagai aspek termasuk pangan.
5. Penerapan Pengelolaan Sampah dengan 3R di Sekolah
Prinsip 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle (Mengurangi, Menggunakan ulang,
Mendaur ulang) dalam pengelolaan sampah menjadi salah satu upaya nyata mitigasi
perubahan iklim yang dapat langsung diterapkan sekolah-sekolah. Pengelolaan dengan
3R diharapkan dapat mengurangi emisi gas metan yang dihasilkan dari sampah organik.
Penggunaan bahan baku daur ulang untuk melahirkan produk baru terbukti menggunakan
sedikit energi dibandingkan menggunakan bahan baku alam, sehingga dapat mendorong
penghematan energi dari fosil.
Penerapan pengelolaan sampah 3R di sekolah, dapat dimulai dengan membiasakan
siswa, pendidik dan seluruh elemen sekolah untuk memilah sampah organik dan anorganik
termasuk limbah memisahkan limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) seperti bekas tinta
printer, batu batere. Mengajarkan keahlian dalam mendaur ulang, menerapkan praktek
langsung dalam keseharian di sekolah, dan penyediaan sarana dan prasana yang tidak
memberatkan anggaran sekolah., antara lain :
»»
Penyediaan tempat sampah terpisah (organik, anorganik) , bisa dengan
memanfaatkan tong bekas cat atau ban bekas yang dibuang, atau bekerjasama
dengan Dinas Kebersihan untuk membantu penyediaan tempat sampah di sekolah
atau dekat sekolah.
»»
enggunakan kertas bekas soal dan ujian untuk dijadikan amplop, dibuat bubur
M
kertas untuk kertas daur ulang sebagai bahan praktek siswa, atau kerjasama dengan
pihak pengelola daur ulang kertas.
»»
enyediakan komposter untuk mengolah sampah organik yang skalanya disesuaikan
M
dengan potensi sampah organik di sekolah
»»
Membiasakan siswa dan guru untuk mengurangi plastik kemasan
»»
enerapkan pembiasaan untuk membawa botol minum ke sekolah, untuk
M
mengurangi sampah plastik atau botol dari air kemasan.
»»
elakukan praktek-praktek pembelajaran dengan siswa sesuai kondisi dan
M
lingkungan sekitar, misalkan saja bagi siswa yang lokasinya dengan kawasan danau
atau perairan tawar yang banyak menghasilkan eceng gondok maka praktek untuk
memanfaatkan sampah eceng gondok menjadi biogas menjadi salah satu alternatif
pembelajaran di sekolah.
»»
elakukan aksi “Operasi Semut” mengumpulkan sampah plastik lingkungan sekolah
M
dan sekitarnya sebagai salah satu ajakan juga bagi masyarakat sekitar untuk memilah
sampah.
57
»»
embawa dan menyebarluaskan penggunaan kantong belanja daur pakai (kantong
M
dari kain bekas) bukan hanya untuk mengurangi sampah plastik saja, namun juga
dapat membangkitkan kreativitas.
»»
an masih banyak upaya-upaya yang dapat dilakukan mulai dari keseharian di
D
lingkungan sekolah dan rumah.
6. Kompetisi Inovasi Energi Terbaharukan
Untuk siswa tingkatan SMA/SMK,sekolah dapat melakukan kegiatan yang dapat
memunculkan inovasi baru terkait dengan alternatif energi terbaharukan, misalkan saja
melalui kompetisi di Kelompok Ilmiah Remaja di sekolah. Di beberapa tempat sebagai
contoh siswa SMA/SMK sudah banyak yang mulai melakukan kegiatan kajian dan
praktek pembuatan etanol dari limbah pabrik tahu; etanol dari limbah nenas, dll., biogas
skala rumah tangga. Sebagian siswa ada berkat dukungan dari sekolah, ada yang
telah mengikuti perlombaan yang diselenggarakan oleh berbagai pihak seperti Yayasan
Pembangunan Berkelanjutan setiap tahun menyelenggarakan Climate Smart Leader
(CSL) untuk menjaring kelompok siswa-siswa yang memiliki inovasi dalam perbaikan
lingkungan terutama terkait perubahan iklim(link:www.climatesmartleaders.net).
Bagi sekolah-sekolah yang telah menerapkan program sekolah peduli dan berbudaya
lingkungan, dimana Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan mempromosikannya melalui Program Sekolah Adiwiyata, aksi-aksi yang
terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim umumnya sudah banyak dilakukan.
Namun tentunya, masih banyak sekali aksi-aksi yang dapat dilakukan di sekolah dalam
rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Diharapkan aksi-aksi tersebut dapat
menumbuhkan serta menanamkan nilai-nilai yang kuat pada setiap individu di sekolah
untuk selalu bertanggungjawab terhadap setiap tindakan yang berpengaruh terhadap
lingkungan dan masyarakat sekitar.
58
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
BAB 6
PENUTUP
Mengatasi perubahan iklim global dan lokal merupakan salah satu tantangan terbesar bagi generasi
sekarang dan mendatang. Langkah-langkah yang tepat untuk menghentikan atau memperlambat
perubahan iklim harus dilakukan oleh berbagai pihak dengan tindakan cepat dan efektif oleh setiap
negara termasuk Indonesia. Tindakan di setiap negara memerlukan dukungan dari seluruh lapisan
masyarakat, termasuk institusi sekolah sebagai lembaga pendidikan. Peran pendidikan dalam
perubahan iklim yang ditegaskan dalam artikel 6 Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan
Iklim (UNFCCC), pada artikel 6 (b.i.) menekankan perlunya mengembangkan dan melaksanakan
program-program pendidikan dan latihan, termasuk penguatan lembaga-lembaga pendidikan dan
latihan, termasuk pelatihan para pengajar di negara berkembang untuk perubahan iklim.
Hal tersebut selaras dengan peran strategis dunia pendidikan dalam membekali generasi sekarang
dan mendatang dengan pengetahuan terkait perubahan iklim, agar dapat menumbuhkan kesadaran
dan memunculkan prilaku yang dapat mencegah dan mengatasi dampak perubahan iklim yang
sedang dan akan terus terjadi. Peran strategis guru/pendidik dalam mengatasi perubahan iklim
harus ditunjang dengan informasi,pengetahuan dan media pembelajaran, kehadiran buku suplemen
ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran topik perubahan iklim bagi guru di tingkat
sekolah menengah pertama khususnya.
Semakin banyak guru beserta sekolah yang bergerak untuk mengatasi dan mencegah terjadinya
perubahan iklim diharapkan ancaman dan resiko dampak-dampak yang akan terjadi dapat dihindari,
misalkan saja bila di sekolah-sekolah rawan bencana banjir, tsunami, dll. Melalui pengetahuan
mitigasi bencana serta jalur evakuasi sekolah diharapkan dapat mengurangi resiko kerusakan dan
korban. Peningkatan pengetahuan terhadap perubahan iklim serta metoda efektif yang diterapkan
guru kepada siswa tentunya akan menumbuhkan kesadaran dan perubahan prilaku yang akan terus
melekat dalam diri para peserta didik sampai dewasa dan ini akan sangat untuk berkontribusi untuk
mencapai terwujudnya pembangunan berkelanjutan di di masa sekarang dan mendatang.
59
PUSTAKA
Alvin, A. dkk. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. BMKG
Anonimous. 2011. Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Indonesia. DNPI-Dewan Nasional
Perubahan Iklim
Dampak Perubahan Iklim. Sumber : http://www.perubahaniklim.net/climatekit/
Hutan Gambut. Sumber : http://ekologi-hutan.blogspot.com/2011/10/ekosistem-hutan-gambut.
html
Ismi Hadad. 2010. Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan. Prisma Vol. 29 No.2. April
2010.
Kenya Medical Research Institute [KEMRI] (2010, January 4). Warmer temperatures spreading
malaria in Afric. The Ecologist. Retrieved January 11, 2011 fromhttp://www.theecologist.org/News/
news_round_up/391702/warmer_temperatures_spreading_malaria_in_africa.html
Perubahan Iklim dan Dampaknya . Sumber : http://infoenergi.wordpress.com
Rani Moediarta dan Stalker,P. 2007. Sisi lain Perubahan Iklim : Mengapa Indonesia harus Melindungi
untuk Rakyat Miskin. UNDP.
Reed, S. Environment and Security (2007, August). Climate Institute. Retrieved January 11, 2011
from
Shah, A. (2010, June 1). Nepal’s First Climate Refugee Village in Mustang. Nepali Times 511.
Retrieved January 11, 2011 http://chimalaya.org/2010/06/01/nepals-first-climate-refugee-villagein-mustang/
Sumber belajar perubahan iklim http://www.earthwatch.org/europe/get_involved/involved_learning/
learning_resources/resources_climatechange/
Tebtebba, Indigenous Peoples’ International Centre for Policy. 2008. Panduan tentang Perubahan
Iklim dan Masyarakat Adat. Sumber : http://dte.gn.apc.org, [email protected]
Tusy A Adibroto dkk. . IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM: Kajian Kebutuhan Tema Riset
Prioritas. Dewan Riset Nasional. Sumber : www.drn.id
60
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
University of Texas Medical Branch at Galveston (2009, February 9). Role Of Climate Change In
Disease Spread Examined. ScienceDaily. Retrieved January 11, 2011 fromhttp://www.sciencedaily.
com/releases/2009/02/090205142203.htm
Vennila Govindaswamy. 2006. Importance of Environmental Education for Sustainable Development.
Head of the department, Department of civil engineering, K.s.Rangasamy college of technology,
tiruchengode, Tamilnadu
http://www.radarlampung.co.id/read/pendidikan/48493-pendidikan-perubahan-iklim
http://www.rumahiklim.org
http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca
http://indosmarin.com/20080902-dampak-perubahan-iklim-negara-“coral-triangle”-ambilantisipasi.html
http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/application/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdf
(Link: http://www.menlh.go.id, http://www.unfccc.int)
http://www.climate.org/topics/environmental-security/index.html
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/LITBANG/IFCA/Pengurangan.htm
http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=crisis-in-the-drylands
61
GLOSARIUM
Adaptasi (Adaptation)
Tindakan penyesuaian oleh sistem alam atau manusia yang berupaya
mengurangi kerusakan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan iklim.
Aforestasi (Afforestation )
Penanaman atau penghutanan kembali suatu lahan yang sebelumnya
tidak berhutan.
Atmosfer
adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari
permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa
Bahan bakar nabati (Biofuels)
Bahan bakar yang diperoleh dari sumber tumbuhan yang dapat
diperbaharui baik dalam bentuk padat maupun cair. Tumbuhan penghasil
biofuel yang berkaitan dengan deforestasi termasuk kelapa sawit, tebu
dan kedelai.
Deforestasi (Deforestation)
Perubahan lahan yang semula berhutan menjadi lahan tanpa tegakan
pohon.
Efek Rumah Kaca (Green house effect)
Efek yang ditimbulkan GRK ketika gas-gas seperti CO menahan radiasi
balik matahari yang dipancarkan bumi dalam bentuk panas sehingga
memanaskan atmosfer bumi.
Ekosistem (Ecosystem)
Sistem kehidupan yang terdiri dari faktor-faktor yang hidup (biotic) dan
yang tak hidup (abiotic) yang telah mencapai keseimbangan yang mantap.
Emisi antropogenik (Anthropogenic emissions )
Emisi GRK yang dikaitkan dengan kegiatan manusia, seperti deforestasi
dan degradasi hutan dan penggunaan bahan bakar fosil.
Evaporasi
Adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa
berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Penguapan terjadi pada tiap
keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan
uap air.
Gas Rumah Kaca (Green House Gas)
atau GRK adalah gas-gas yang ada di atmosfir yang menyebabkan efek
gas rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di
lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktifitas manusia. Termasuk
didalamnya Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6
(Sulphur hexafluoride). Sumber GRK antara lain Uap air, CO2 (Karbon
dioksida), CH4 (Metan), dan N2O (Nitrous Oksida)
Insulator
adalah materi yang dapat mencegah penghataran panas maupun muatan
listrik
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
(Panel antar pemerintah tentang perubahan iklim)
Panel ahli yang dibentuk oleh gabungan badan-badan PBB (UNEP dan
WMO) yang bertanggung jawab dalam penyediaan informasi ilmiah untuk
UNFCCC.
Karbon dioksida (Carbon dioxide (CO2)
Gas yang terdapat di atmosfer, dihasilkan sebagai produk sampingan dari
pembakaran, contohnya, bahan bakar fosil dan biomasa yang membusuk
atau terbakar. Karbon dioksida juga dapatdilepaskan ketika terjadi
kegiatan alih-guna lahan dan kegiatan industri.
Kondensasi
Perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau
uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi
cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan
ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan
dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut
kondensat. Kondensasi disebut juga pengembunan
62
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Konferensi Para Pihak ( Conference of the Parties
(COP) )
Lembaga tertinggi dalam pengambilan keputusan yang terdiri dari pihakpihak yang telah meratifikasi UNFCCC.
Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan
Iklim (UN Framework Convention on Climate
Change (UNFCCC))
Perjanjian atau kesepakatan yang dibuat pada tahun 1992 yang mendesak
semua negara yang berkepentingan untuk menstabilkan konsentrasi GRK
di atmosfer pada tingkat yang dianggap tidak membahayakan iklim bumi.
Mekanisme
pembangunan
bersih
Development Mechanism (CDM))
Salah satu mekanisme dalam Protokol Kyoto yang membantu
negaranegara industri untuk memenuhi target penurunan emisi
dan membantu negaranegara berkembang dalam mencapaitujuan
pembangunan berkelanjutan.
(Clean
Mitigasi (Mitigation)
Tindakan untuk mengurangi emisi GRK dan untuk meningkatkan
penyimpanan karbon dalam rangka mengatasi perubahan iklim.
Panas laten
Energi yang dibutuhkan oleh kuantitas substansi untuk mengubah fase
dari padat ke cair (panas fusi) atau dari cair ke gas (panas penguapan).
Pana
Pemanasan global (Global)
Meningkatnya suhu rata-rata atmosfer bumi dari tahun ke tahun yang
menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Perubahan iklim (Climate change )
Suatu perubahan rata-rata jangka panjang yang ditentukan dari nilai
tengah parameter cuaca dalam mengukur kondisi iklim atau variabilitasnya.
Paramater tersebut antara lain termasuk suhu udara, curah hujan dan
kecepatan angin.
Presipitasi
Adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan
laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan
curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang. Presipitasi adalah
peristiwa klimatik yang bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk uap
air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses kondensasi.
Presipitasi merupakan factor utama yang mengendalikan proses daur
hidrologi di suatu wilayah daerah aliran sungai dan merupakan elemen
utama yang perlu diketahui medasari pemahaman tentang kelembaban
tanah, proses resapan air tanah dan debit aliran ).
Protokol Kyoto (Kyoto Protocol)
Kesepakatan internasional agar negara-negara industri dapat mengurangi
emisi GRK secara kolektif sebesar 5,2 persen selama periode 2008-2012
dari tingkat emisi tahun 1990.
REDD, atau reducing emissions from deforestation
and forest degradation (Pengurangan emisi dari
deforestasi dan degradasi hutan)
Sebuah mekanisme untuk mengurangi emisi GRK dengan cara
memberikan kompensasi kepada pihak-pihak yang melakukan
pencegahan deforestasi dan degradasi hutan.
Reforestasi (Reforestation)
Pembangunan kembali hutan tanaman di kawasan yang sebelumnya
merupakan lahan berhutan.
Siklus hidrologi
disebut juga siklus air adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari
merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara
terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam
bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis
atau kabut.
Stern Review (Kajian Stern)
Laporan yang disusun oleh Sir Nicholas Stern’s pada tahun 2006 untuk
pemerintah Inggris yang mengkaji perspektif ekonomi perubahan iklim.
Kajian Stern bukanlah yang pertama kali dilaporkan namun demikian
laporan ini dianggap yang paling banyak memberikan pengaruh.
63
Lampiran 1
Kelas
Semester
Mata Pelajaran
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Silabus Pem
: VII ( Tujuh )
: 1 ( Satu )
: Ilmu Pengetahuan Alam
: 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajarai benda-benda alam dengan
Materi Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
1.2 Mendeskripsikan
pengertian suhu dan
pengukurannya
Suhu dan pengukuran
(Misalkan Mengukur suhu
di daerah macet di kota
Bandung)
Menggali potensi siswa tentang cuaca dan
iklim dan di hubungkan dengan suhu udara
di lingkungan tersebut
Menjelaskan tentang cuaca dan ikl
1.3 Melakukan pengukuran
dasar secara teliti
dengan menggunakan
alat ukur yang sesuai
dan sering digunakan
dalam kehidupan
sehari-hari
Pengukuran
Mencari informasi cara menggunakan
termometer dan siswa mempraktekannya
yaitu mengukur suhu udara
pada lingkungan yang sedang
mengalami kemacetan lalu lintas dan
membandingkannya pada suhu lingkungan
yang tidak mengalami kemacetan lalu lintas
Menggunakan termometer untuk
mengukur suhu zat/lingkungan
Mengkonversi dari skala termometer
Celsius dengan termometer yang lain
Membandingkan skala termometer
Celcsius dengan termometer yang
Melakukan eksperimen dengan satuan
baku dan tak baku
Mengukur dengan satuan baku da
baku secara baik dan benar
Melakukan pengukuran dengan penggaris,
neraca, gelas ukur, jangka sorong dan
micrometer dengan benar
Mengukur dengan menggunakan
penggaris,neraca, gelas ukur, jangk
sorong dan micrometer sekrup den
benar
Melakukan pemgukuran dengan neraca
banyaknya sampah plastik pada kegiatan
sehari tanpa plastik kiloan dan hari biasa
Mengukur dengan neraca banyakn
sampah plastik kiloan yang dihasilk
oleh aktivitas konsumsi siswa
Mengaplikasikan keselamatan kerja dalam
pengukuran
Memperhatikan dan menerapkan
keselamatan kerja dalam pengukur
64
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
mbelajaran
menggunakan peralatan
lim
Penilaian
Teknik
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Tes tertulis
Isian
Jelaskan tentang pengertian cuaca dan
iklim yang dihubungkan dengan suhu
udara di lingkungan
4x40’
Buku siswa, LKS,
termometer, Modul
perubahan iklim
Tes unjuk
kerja
Uji Petik Kerja
Produk
Ukurlah suhu udara di daerah yang
sedang mengalami kemacetan lalu
lintas dan yang tidak mengalami
kemacetan lalu lintas dengan
menggunakan termomeer
4x40’
Buku siswa, LKS,
Alat-alat ukur
r
g lain
Tes tertulis
Isian
Termometer C menunjuk angka 45
0, ttermometer Fahrenheit menunjuk
angka ....
a. 25 b. 57 c. 81 d. 113
an tak
Tes unjuk
kerja
Uji Petik Kerja
Prosedur
Ukurlah Panjang dan lebar meja yang
kamu gunakan dengan jengkal tangan
dan penggaris!
Tes unjuk
kerja
Uji Petik Kerja
Prosedur
Ukurlah ketebalan kertas ini dengan
micrometer sekrup !
Tes unjuk
kerja
Uji Petik Kerja
Prosedur
Ukurlah banyaknya sampah plastik yang
di hasilkan oleh tiap kelas 7 pada hari
satu hari tanpa plastik kiloan (hari jumat)
dan pada hari biasa (hari senin) selama
satu bulan
ka
ngan
nya
kan
Nilai
Karakter
Bangsa
Kerja keras dan
teliti
ran
65
Lampiran 2
Kelas
Semester
Mata Pelajaran
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan
kondisi fisik wilayah dan
penduduk
Silabus Pem
: VIII (delapan)
: 1 ( Satu )
: Ilmu Pengetahuan Alam
: 1. Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah pen
Materi Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Letak geografis Indonesia (letak
geografis dan letak astronomis).
Mengamati peta tentang letak geografis dan
letak astronomis Indonesia.
Kaitan letak geografis dengan
iklim dan waktu di Indonesia.
Tanya jawab tentang kaitan letak geografis
dengan iklim di Indonesia.
Indikator
Menunjukkan letak geografis (le
letak astronomis) Indonesia.
Menganalisis hubungan letak g
perubahan musim di Indonesia.
Musim di Indonesia.
Mengkaji kaitan letak geografis dengan
waktu dan perubahan musim di Indonesia.
1.2 Mengidentifikasi
permasalahan
kependudukan
dan upaya
penanggulangannya
Persebaran flora dan fauna
Indonesia dan kaitannya dengan
pembagian wilayah Wallacea
dan Weber.
Membuat peta persebaran flora dan fauna
Indonesia.
Persebaran jenis tanah di
Indonesia.
Pemanfatan berbagai jenis tanah
di Indonesia.
Mengamati peta tentang persebaran jenis
tanah di Indonesia.
Diskusi tentang pemanfaatan berbagai jenis
tanah di Indonesia.
Pertumbuhan penduduk.
Diskusi tentang faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk.
Mengidentifikasi faktor-faktor ya
mempengaruhi pertumbuhan p
upaya mengatasi pertumbuhan
yang tinggi.
Angka kelahiran dan angka
kematian.
Diskusi tentang angka kelahiran dan
kematian, serta faktor-faktor pendorong dan
penghambatnya.
Mendesripsikan angka kelahiran
kematian, serta faktor-faktor pe
penghambatnya.
Ledakan penduduk dan upaya
mengatasinya.
Diskusi tentang dampak dan upaya
penanggulang an ledakan penduduk.
Mendeskripsikan berbagai dam
penduduk dan upaya mengatas
Kepadatan penduduk.
Mengamati peta dan tabel kepadatan
penduduk Indonesia.
Membandingkan tingkat kepad
tiap-tiap propinsi dan pulau di In
Komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin.
Membuat macam-macam bentuk piramida
penduduk.
Mendeskripsikan kondisi pendu
berdasarkan piramida pendudu
Mobilitas penduduk
Diskusi tentang jenis-jenis mobilitas
penduduk, faktor penyebab, dampak positif
dan negatif serta upaya penanggulangannya.
Diskusi tentang kualitas penduduk dan
upaya mengatasi kualitas penduduk yang
rendah di Indonesia.
Mengidentifikasi jenis-jenis mob
faktor penyebab, dampak posit
serta upaya penanggulanganny
Kualitas penduduk
66
Mengidentifikasi penyebab terja
perubahan musim dan menentu
berlangsungnya musim hujan d
kemarau di wilayah Indonesia.
Menyajikan informasi persebara
fauna tipe Asia, tipe Australia s
dengan pembagian wilayah Wa
Weber.
Mendeskripsikan persebaran je
pemanfaatannya di Indonesia.
Mendeskripsikan kualitas pendu
mengatasi kualitas penduduk y
Indonesia.
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
mbelajaran
nduduk.
Penilaian
Teknik
Bentuk
Instrumen
etak geografis,
Tes lisan
Daftar pertanyaan
geografis dengan
.
Tes tulis
Tes
Uraian
adinya
ukan bulan
dan musim
an flora dan
serta kaitannya
allacea dan
Penugasan
Tugas rumah
Pilihan ganda
Tes tulis
Tugas rumah
enis tanah dan
Penugasan
ang
penduduk serta
n penduduk
Tes tulis
Contoh
Instrumen
Sebutkan letak astronomis wilayah
Indonesia?
Alokasi
Waktu
6 JP
Sumber Belajar
Peta Indonesia
Atlas
Peta pembagian wilayah
waktu di Indonesia.
Jelaskan kaitan letak geografis dengan
perubahan musim di Indonesia.
Peta angin muson di
Indonesia.
Buatlah peta pola angin muson di
Indonesia!
Peta pembagian wilayaf
flora dan fauna Indonesia.
Peta persebaran jenis
tanah di Indonesia.
Contoh fauna Asiatis antara lain ….
a. kuskus dan cendrawasih
b. badak dan harimau
c. banteng dan komodo
d. anoa dan babi rusa
LKS
Buku Geografi yang
relevan.
Buatlah daftar jenis tanah di Indonesia
dan pemanfaatannya.
Tes Uraian
Sebutkah faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk alami!
8 JP
Peta Indonesia
Atlas
Peta persebaran
penduduk di Indonesia.
n dan angka
endorong dan
Tes tulis
Tes Uraian
Sebutkan 4 faktor penunjang kelahiran!
mpak ledakan
sinya.
Tes tulis
Tes Uraian
Jelaskan upaya mengatasi ledakan
penduduk!
datan penduduk
ndonesia
Tes unjuk kerja
Uji petik kerja
produk
Buatlah peta kepadatan penduduk antar
propinsi diIndonesia!
uduk Indonesia
uknya.
Tes tulis
Tes Uraian
Proyek
Jelaskan ciri-ciri piramida penduduk
limas!
bilitas penduduk,
tif dan negatif
ya.
Tes tertulis
Tes Uraian
Carilah data penduduk yang datang dan
yang pergi di daerahmu setiap bulan
selama satu tahun!
uduk dan upaya
yang rendah di
Tes tulis
Gambar-gambar yang
relevan.
LKS
Buku Geografi yang
relevan.
Jelaskan dampak negatif urbanisasi bagi
daerah tujuan!
67
Kompetensi Dasar
1.3 Mendeskripsikan
permasalahan
lingkungan
hidup dan upaya
penanggulangannya
dalam pembangunan
berkelanjutan
1.4 Mendeskripsikan
permasalahan
kependudukan dan
dampaknya terhadap
pembangunan.
Materi Pokok/
Pembelajaran
Indikator
Unsur-unsur lingkungan abiotik,
biotik, dan sosial budaya.
Arti penting lingkungan bagi
kehidupan.
Tanya jawab tentang lingkungan hidup dan
unsur-unsurnya.
Tanya jawab tentang arti penting lingkungan
bagi kehidupan.
Mengidentifikasi unsur-unsur lin
abiotik, unsur biotik, sosial bud
Lingkungan di sekitar TPA
Sarimukti
Tanya jawab tentang dampak kerusakn
lingkungan yang disebabkan oleh TPA Sari
mukti
Mengidentifikasi dampak pemb
sampah TPA Sari Mukti terhada
berupa dampak positif dan dam
Bentuk kerusakan lingkungan
hidup dan faktor penyebabnya.
Diskusi tentang kerusakan lingkungan hidup
dan faktor-faktor penyebabnya.
Mengidentifikasi bentuk-bentuk
lingkungan hidup dan faktor pe
Usaha pelestarian lingkungan
hidup
Diskusi tentang usaha pelestarian lingkungan
hidup.
Memberi contoh usaha pelesta
hidup.
Hakekat pembangunan
berkelanjutan.
Membaca buku sumber tentang hakekat
pembangunan yang berkelanjutan.
Menafsirkan hakekat pembangu
berkelanjutan.
Ciri-ciri pembangunan
berkelanjutan.
Membaca buku sumber tentang ciri-ciri
pembangunan berkelanjutan.
Mengidentifikasi ciri-ciri pemban
berkelanjutan.
Penerapan pembangunan
berkelanjutan di wilayah sekitar.
Mengamati usaha pembangunan
berkelanjutan di wilayah sekitarnya.
Mengidentifikasi penerapan pem
berkelanjutan.
Permasalahan penduduk
Indonesia (kuantitas dan kualitas).
Diskusi tentang permasalahan penduduk
(kuantitas dan kualitas).
Menjelaskan permasalahan kua
penduduk (kuantitas dan kualita
Dampak dari permasalahan
penduduk terhadap
pembangunan.
Mencari berita/artikel tentang dampak
permasalahan penduduk terhadap
pembangunan.
Mengidentifikasi dampak perma
penduduk terhadap pembangu
Karakter siswa yang diharapkan :
• Disiplin ( Discipline )
• Rasa hormat dan perhatian ( respect )
• Tekun ( diligence )
• Tanggung jawab ( responsibility )
• Ketelitian ( carefulness)
Mengetahui,
Kepala Sekolah ..................
( …………………………………. )
NIP/NIK : ......................................
68
Kegiatan Pembelajaran
Menafsirkan arti penting lingkun
kehidupan.
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Penilaian
Teknik
ngkungan (unsur
daya)
Bentuk
Instrumen
Alokasi
Waktu
Contoh
Instrumen
Tes lisan
Daftar pertanyaan
Sebutkan 3 unsur lingkungan hidup.
ngan bagi
Tes tulis
Tes uraian
Jelaskan manfaat hutan bagi kehidupan!
buangan
ap aspek sosial
mpak negatif
Tes lisan
Daftar pertanyaan
Apakah Dampak dampak Positif dan
Negatif dari TPA Sarimukti
k kerusakan
enyebabnya.
Tes untuk kerja
Tes uraian
Buatlah kliping berupa gambar atau
baerita dari media cetak masing-masing
5 buah tentang keruskan lingkungan
alam yang disebabkan oleh: alam dan
manusia.
arian lingkungan
Tes tulis
Tes uraian
Uraikan
Berilah contoh usaha untuk melestarikan
daerah aliran sungai!
unan
Tes tulis
Panduan
observasi
Jelaskan yang dimaksud dengan
pembangunan berkelanjutan.
ngunan
Tes tulis
Sebutkan 4 ciri pembangunan
berkelanjutan.
mbangunan
Observasi
Amatilah wilayah sekitar kamu dan
buatlah laporan tentang penerapan
pembangunan berkelanjutan tersebut
antitas
as).
Tes tulis
Tes Uraian
Sebutkan t iga permasalahan utama
bidang kependudukan di Indonesia.
asalahan
unan.
Tes tulis
Tes Uraian
Jelaskan pengaruh kepadatan
penduduk yang tidak merata bagi
pembangunan di daerah yang jarang
penduduknya
8 JP
Sumber Belajar
Sumber yang
relevan,gambar TPA
Sarimukti
4 JP
……………, ……………… 20 ….
Guru Mapel Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
( …………………………………. )
NIP/NIK : ......................................
69
Lampiran 3
Kelas
Semester
Mata Pelajaran
Standar Kompetensi Kompetensi
Dasar
3.3 Mentaati peraturan
perundang-undangan
nasional
3.4 Menampilkan
sikap positif
terhadap Pancasila
dalam kehidupan
bermasyarakat
Silabus Pem
: VIII (delapan)
: 1 ( Satu )
: Pendidikan Kewarganegaraan
: 3. Menampilkan ketaatan terhadap perundang-undangan nasional
Materi Pokok/
Pembelajaran
Sikap mentaati perundangan
undangan tentang pendidikan
Kegiatan Pembelajaran
Mengamati, Mensimulasikan,
mendemontrasikan, contoh mentaati
perundangan di bidang pendidikan,
perlindungan hutan serta UU tentang
narkoba
Indikator
Menampilkan Sikap mentaati perunda
undangan tentang pendidikan
Mentaati perundangan
undangan Narkoba
Menampilkan perilaku mentaati
perundangan undangan Narkoba
Mentaati perundangan
undangan nasional
Mentaati undang-undang
Pelindungan Kehutanan
Mentaati undang-undang
lalulintas
Menampilkan perilaku mentaati
perundangan undangan nasional
Menampilkan perilaku mentaati undan
undang tentang perlindungan hutan
Menampilkan perilaku mentaati undan
undang lalu lintas
Sikap positif terhadap
Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat
Mensimulasikan dan menampilkan
perilaku dan sikap positif terhadap
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Memberikan contoh perilaku yang
sesuai dengan sila 1 s.d. sila ke lima
dalam kehidupan (keluarga, sekolah d
masyarakat)
Memberikan contoh hidup perilaku hid
hemat energi
70
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
mbelajaran
angan
ng
Penilaian
Teknik
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Penilaian diri
Quesioner
Format penilaian skala sikap
( instrumen terlampir )
Penilaian antar
teman/ penilaian
diri
Lembar
penilaian
antar teman/
penilaian diri
Lembar penilaian antar teman perilaku
ketaatan terhadap perundang
undangan nasional ( instrumen
terlampir )
Penilaian antar
teman/ penilaian
diri
Lembar
penilaian antar
Lembar penilaian antar teman perilaku
ketaatan terhadap perundang
undangan nasional ( instrumen
terlampir)
Penilaian antar
teman/ penilaian
diri
Lembar
penilaian antar
teman/ penilaian
diri
Lembar penilaian antar teman
terhadap pengamalan nilai pancasila (
instrumen terlampir )
Alokasi
Waktu
4 x 40’
Sumber Belajar
Karakter
Buku teks, artikel, berita
surat kabar
Bertanggung
jawab,
disiplin,
respek
ng
dan
dup
Siswa diminta mendata temannya
yang pergi ke sekolah dengan berjalan
kaki atau naik sepeda
71
Lampiran 4
Kelas
Semester
Mata Pelajaran
Standar Kompetensi Kompetensi
Dasar
2.2. Melaporkan secara
lisan berbagai
peristiwa/kejadian
dengan menggunakan
kalimat yang jelas.
Silabus Pem
: IX (Sembilan)
: 1 ( Satu )
: Bahasa Indonesia
:
Materi Pokok/
Pembelajaran
Wacana yang berisi peristiwa
atau kejadian.tentang
perubahan iklim,
Kegiatan Pembelajaran
Siswa membaca contoh wacana yang
berisi peristiwa atau kejadian tentang
perubahan iklim,
Siswa mendeskripsikan kejadian/peristiwa
secara rinci dengan kalimat yang jelas
tentang upaya pencegahan terjadinya
perubahan iklim,
Indikator
Mampu mendekripsikan kejadian atau
peristiwa secara rinci dengan kalimat
yang jelas tentang pencegahan terjad
perubahan iklim/mitigasi,
Mampu menceritakan peristiwa atau
kejadian yang telah disusun di depan
Siswa menceritakan peristiwa/kejadian
yang telah disusun di depan kelas
3.2. Menemukan infromasi
yang diperlukan
secara cepat dan
tepat dari indeks
buku melalui kegiatan
membaca memindai.
Cara menemukan informasi
secara cepat tentang adaptasi
terhadap perubahan iklim dan
implementasinya.
Membaca sekilas sebuah buku tentang
perubahan iklim yang berindeks
Mampu menemukan kata dalam buku
dirujuk dalam indeks.
Membaca indeks buku yang dibaca
Mampu menemukan informasi denga
panduan indeks.
Bertanya jawab secara kelompok untuk
menemukan kata dalam buku
Menemukan informasi secara cepat dan
tepat dari kata-kata yang dirujuk dari indeks
10.1. Berpidato/
berceramah/berkhotbah dengan intonasi
yang tepat dan
artikulasi serta volume
suara yang jelas.
Teks pidato/ ceramah/
khotbah.
Guru menjelaskan beberapa kesiapan
dalam kegiatan berpidato (belajar, berfikir,
praktik, motivasi)
Mampu berpidato berdasarkan kerang
pidato dengan intonasi yang tepat ser
artikulasi dan volume suara yang jelas
Guru mengemukakan 4 metode berpidato
Mampu mengungkapkan isi pidato,
ceramah atau khotbah degan ungkap
ungkapan yang menarik.
Siswa memilih topik pidato yang menarik
sekitar pencegahan /deforestasi dan
degradasi hutan
Memahami isi teks pidato/ ceramah/
khotbah
72
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
mbelajaran
Penilaian
Teknik
u
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
NBK
Tes Lisan dan
penugasan
Prosedur
Laporkan kejadian yang kamu amati
dengan kalimat yang jelas !
6 x 40’
Buku teks
Wacana yang berisi
peristiwa atau kejadian
tentang perubahan iklim
Religius
Kreatif
Peduli
lingkungan
Bersahabat/
komunikatif
Tes Tulis
Uraian
Temukanlah secara cepat dan tepat
kata adaptasi dalam buku!
2 x 40’
Stop watch
Buku ber-indeks
Buku teks
Cinta tanah
air
Gemar
membaca
Peduli
Lingkungan
4x40’
Buku teks
Contoh pidato/ ceramah
khotbah
Rasa ingin
tahu
Kerja sama/
komunikatif
Tanggung
jawab
Peduli
lingkungan
dinya
kelas.
u yang
an
gka
rta
s.
pan-
Temukan informasi mengenai kata
adaptasi dalam kertas kosong yang
tersedia di kelompokmu!
Tes lisan
Penugasan
Buatlah sebuah teks pidato/ ceramah/
khotbah dengan pemilihan topik
yang menarik seputar pencegahan/
deforestasi dan degradasi hutan
73
Kompetensi
Dasar
11.2. Mengubah sajian
grafik, tabel atau
bagan menjadi uraian
kegiatan membaca
intensif.
Materi Pokok/
Pembelajaran
Cara mengubah grafik, tabel,
bagan menjadi uraian dan
implementasinya.
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Membaca intensif grafik /tabel/bagan
inovasi teknologi ramah lingkungan
Mengidentifikai isi grafik/tabel/bagan.
Berdiskusi untuk menentukan isi grafik/
tabel/bagan
Memaparkan isi grafik/ tabel/bagan d
beberapa kalimat.
Memaparkan isi grafik/ tabel/bagan ke
dalam beberapa kalimat
12.3. Menulis surat
pembaca tentang
lingkungan sekolah.
Penulisan surat pembaca.
Membaca dan mencermati surat
pembaca yang diambil dari media cetak
berkenaan dengan prilaku berkendaraan
yang ramah lingkungan
Mampu menentukan hal-hal pokok da
surat pembaca.
Berdiskusi untuk menentukan hal-hal
pokok yang harus ada dalam surat
pembaca
Mampu menentukan permasalahan ya
akan dipaparkan dalam surat pembac
Mampu menyunting surat pembaca
Mengamati lingkungan sekolah untuk
menentukan permasalahan/usul/saran
yang akan disampaikan dalam surat
pembaca
Menulis surat pembaca tentang
kampanye kendaraan ramah lingkungan
Menyunting surat pembaca
Memilih tiga surat pembaca terbaik
4.3 Menyunting karangan
dengan berpedoman
pada ketepatan
ejaan, pilihan kata,
keefektifan kalimat,
keterpaduan paragraf,
dan kebulatan wacana
Penyuntingan karangan
tentang upaya pengelolaan
energi
Membaca teks karangan tentang upaya
konservasi energi
Mampu menemukan kesalaha ejaan,
kata, keefektifan kalimat, keterpaduan
paragraf, dan kebulatan wacana.
Mendiskusikan teks untuk menandai
kesalahan ejaan, pilihan kata, keefektifan
kalimat, keterpaduan paragraf, dan
kebulatan wacana
Mampu memperbaiki kesalahan ejaan
pilihan kata, keefektifan kalimat, ketrp
paragraf, dan kebulatan wacana.
Menentukan bentuk yang benar
Memperbaiki kesalahan ejaan, pilihan
kata, keefektifan kalimat, keterpaduan
paragraf, dan kebulatan wacana dengan
cara mengganti bentuk yang salah
dengan bentuk yang benar
74
SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU
Penilaian
Teknik
Tes tulis
Bentuk
Instrumen
Tes uraian
dalam
alam
n,
paduan
Identifikasikan isi grafik/ tabel/bagan
berikut!
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Penugasan
Esai
Sebutkan hal-hal pokok yang harus
ada dalam surat pembaca!
NBK
2 x 40’
Buku teks
Kreatif
Rasa ingin
tahu
Meng-hargai
prestasi
2 x 40’
Meia cetak
Buku teks
Mandiri
Senang
membaca
Disiplin
Kreatif
Kerja keras
Peduli
lingkungan
6 x 40’
Media cetak
Bulu teks
Karangan
Rasa ingin
tahu
Kerja sama/
komunikatif
Tanggung
jawab
Peduli
lingkuungan
Ubahlah sajian grafik/ tabel/bagan
berikut ke dalam beberapa kalimat!
ang
ca.
pilihan
n
Contoh
Instrumen
Tulislah surat pembaca yang berisi
permasalahan yang ada di lingkungan
sekolah!
Suntinglah surat pembaca yang sudah
ditulis!
Penugasan
Tugas Rumah
Suntinglah teks berikut dari segi
ejaan dan tanda baca dengan
memperhatikan kaidah-kaidah
penyuntingan!
Kumpulkan suntinganmu pada
pertemuan berikutnya!
75
Kementerian Lingkungan Hidup
Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Asdep Urusan Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan
Telp. 021-8590 4919 Fax. 021-858 0087
www.menlh.go.id
Download