SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP TIM PENYUSUN Pembina : Ir. Ilyas Asaad, MP. Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Pengarah : Drs. Basuki W. Widodo Samdodo, MS. Asisten Deputi Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Tim Penulis : 1. Jo Kumala Dewi (Kementerian Lingkungan Hidup) 2. Latipah Hendarti (Yayasan Detara) 3. Stien Matakupan (Yayasan Pendidikan Sampoerna) 4. Triyaka Lisdiayanta (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial – LP3ES) Pendukung : Seluruh staf Asdep Peningkatan Peran Organisasi KemasyarakatanKementerian Lingkungan Hidup 1. Nurul Jannah 2. Dian Andryanto 3. Andryansyah 2 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU DAFTAR ISI Daftar Isi Kata Pengantar BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Perubahan Iklim: Isu Global dan Lokal 2.1. Sekilas Sejarah Kebijakan Perubahan Iklim Dunia 2.2. Mengenal Perubahan Iklim 2.3. Perubahan Iklim Lokal dan Global dan Dampaknya 2.4. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim 2.4.1. Adaptasi Perubahan Iklim 2.4.2. Mitigasi Perubahan Iklim BAB 3. Perubahan Iklim dan Pendidikan di Indonesia 3.1. Pendidikan dan Perubahan Iklim 3.2. Perubahan Iklim dan Pendidikan Lingkungan serta Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia BAB 4. Pembelajaran Perubahan Iklim dalam Kurikulum Sekolah 4.1. Integrasi Perubahan Iklim dalam Mata Pelajaran 4.2. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas VII 4.3. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas VIII 4.4. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas IX BAB 5. BAB 6. Adaptasi dan Mitigasi Pembelajaran dan Aksi di Tingkat Sekolah 5.1. KegiatanAdaptasi di Sekolah 5.2. Kegiatan Mitigasi di Sekolah Penutup Pustaka Glosarium Lampiran: 1. 2. 3. 4. Silabus Pembelajaran Perubahan Iklim di Kelas VII (IPA) Silabus Pembelajaran Perubahan Iklim di Kelas VIII (IPS) Silabus Pembelajaran Perubahan Iklim di Kelas VIII (PKN) Silabus Pembelajaran Perubahan Iklim di Kelas IX (B. Indonesia) 3 KATA PENGANTAR Perubahan iklim sebagai fenomena global merupakan tantangan lingkungan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Isu global ini mulai menjadi topik perbincangan sejak diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil dua puluh tahun yang lalu sampai dengan KTT Rio+20 tahun 2012. Konferensi internasional terkait isu perubahan iklim terus berlangsung dari waktu ke waktu. Tahun 2012 sudah mencapai penyelenggaraan COP 18 (Conference of the Parties) to the United Nations Framework Convention on Climate Change di Doha, Afrika Selatan, yang pada dasarnya mencari berbagai upaya terbaik dalam mengurangi emisi karbon untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Namun demikian masih ada sejumlah pandangan pro dan kontra dikalangan para ahli yang masih menyangsikan bahwasanya perubahan iklim telah benar terjadi. Walau fakta telah menunjukkan bahwa pemanasan global saat ini sudah nyata dan terasa dampaknya hampir di seluruh muka bumi. Perubahan iklim yang sedang terjadi perlu disikapi dengan memperdalam pemahaman tentang proses kejadiannya secara ilmiah, baik penyebab maupun dampaknya terhadap manusia dan lingkungan kita. Dengan pemahaman tersebut dapat direncanakan upaya penyesuaian (adaptasi) dan pencegahannya (mitigasi). Meningkatnya suhu global mengakibatkan perubahan dalam pola cuaca, naiknya permukaan air laut, meningkatkan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrim. Dimanamana terjadi bencana banjir dan kekeringan yang membawa korban yang tidak sedikit. Dampak perubahan iklim telah mempengaruhi seluruh umat manusia di bumi ini. Sehingga solusi terhadap perubahan iklim harus bersifat global, yang dilakukan dalam bentuk aksi lokal di seluruh dunia. Terutama bagi negara kita, sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap perubahan iklim yang menyebabkan bencana seperti banjir, longsor, kemarau panjang, angin kencang, dan gelombang tinggi. Ancaman terhadap bencana iklim di Indonesia ini bahkan dapat terjadi dalam intensitas yang lebih besar lagi dan secara langsung dirasakan oleh masyarakat petani, nelayan, pesisir, perdesaan, dan perkotaan. Dampak perubahan iklim yang lebih luas tidak hanya merusak lingkungan akan tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, keamanan pangan, kegiatan pembangunan ekonomi, pengelolaan sumberdaya alam dan infrastruktur fisik. Salah satu tantangannya adalah pemahaman tentang perubahan iklim yang masih belum tersebar luas secara benar. Berbagai pertanyaan yang sering muncul, apa itu pemanasan global? Apa itu efek rumah kaca? Apakah yang mempengaruhi perubahan iklim? Bagaimana solusi dalam mengatasi perubahan iklim dan lain sebagainya masih menyajikan jawaban yang sangat bervariasi. Terlepas dari berbagai pertanyaan tersebut, penanggulangan masalah perubahan iklim perlu dilaksanakan oleh berbagai pihak mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta, masyarakat madani, dunia pendidikan, masing-masing individu maupun pemangku kepentingan lainnya. Perlu menjadi perhatian semua pihak mengenai peningkatan pemahaman tentang isu perubahan iklim, agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengurangi penyebab dan dampak perubahan iklim, terutama para generasi muda mendatang yang akan mewarisi bumi tercinta ini, perlu mendapatkan pendidikan lingkungan yang memadai. 4 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Dunia Pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim. Berdasarkan data statistik Kemendiknas, sampai dengan tahun 2010 menunjukkan jumlah guru Sekolah Menengah Pertama di seluruh Indonesia sebesar 638.014 orang, sedangkan jumlah siswanya sebanyak 9.225.006 orang. Figur ini secara tidak langsung dapat merefleksikan potensi terhadap perwujudan perilaku ramah lingkungan generasi mendatang bilamana dikelola dengan baik. Karena dengan pendidik berkualitas akan menghasilkan siswa didik yang berkualitas serta berperilaku ramah lingkungan. Untuk itu, dengan mendorong peningkatan kualitas tenaga didik dalam hal pengajaran perubahan iklim ini, hampir dapat dipastikan masalah perubahan iklim dimasa mendatang dapat diminimalisasi dan pembangunan berkelanjutan dapat terwujud. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup melalui unit kerja Asdep Peningkatan Peran Serta Organisasi Kemasyarakatan di Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat dibantu para aktivis pendidikan lingkungan hidup dan pakar lingkungan, berupaya menyusun buku suplemen tentang perubahan iklim untuk profesi guru jenjang pendidikan menengah. Buku ini ditujukan untuk mendorong agar pembelajaran tentang perubahan iklim di jenjang pendidikan menengah ini dapat lebih efisien efektif, khususnya melalui pendekatan integratif. Tidak sedikit hambatan yang dihadapi dalam penyusunan buku ini, namun berkat kerjasama dan koordinasi yang baik pada akhirnya buku ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Besar harapan kami buku ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat menjadi arahan dan acuan bagi guru dalam pembelajaran tentang perubahan iklim bagi siswa di jenjang pendidikan menengah pertama, agar di kemudian hari mereka dapat menjadi generasi muda yang berperilaku ramah lingkungan. Jakarta, November 2012 Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Ilyas Asaad 5 BAB 1 PENDAHULUAN Tak dapat dihindari masih adanya pendapat pro dan kontra tentang masalah perubahan iklim, dimana ada anggapan bahwa isu perubahan iklim merupakan isu lingkungan global dan masih milik negara-negara maju. Namun saat ini dampak dari pemanasan global sudah semakin terasa di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia yang secara geografis sangat rentan untuk menerima dampak pemanasan global dan perubahan iklim. Musim kemarau yang semakin panjang serta musim hujan yang semakin intensif merupakan bukti bahwa perubahan iklim sangat dekat dengan kehidupan kita. Ditambah dengan wilayah hutan yang semakin gundul dan longsor terjadi dimanamana di seluruh pelosok tanah air, membuat dampak perubahan iklim semakin terasa. Kerugian materi yang besar terlihat tidak seberapa dibanding nyawa manusia yang terkorbankan. Perubahan iklim jelas menghambat pembangunan di Indonesia, bahkan dalam jangka paling pendek sekalipun. Sebagai isu global, penanganan isu perubahan iklim perlu melibatkan seluruh pihak secara global. Upaya perlindungan dan pengelolaaan lingkungan saat ini baik di tingkat nasional maupun daerah masih belum berjalan optimal karena masih banyak kendala yang dihadapi. Salah satunya adalah tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat yang masih rendah. Sementara masalah lingkungan dan kondisi kerusakan dan pencemaran lingkungan tidak dapat dihentikan. Oleh karenanya pemerintah perlu berupaya untuk menggerakkan semua unsur masyarakat dalam mengatasi masalah perubahan iklim ini. Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa perubahan iklim bukanlah sesuatu hal yang perlu ditakuti, akan tetapi perlu dihadapi dan dijadikan peluang untuk dapat berkembang ke muka serta meningkatkan kapasitas adaptasi maupun mitigasi secara bersama. Komunitas pendidikan merupakan sasaran kelompok yang strategis. Guru sebagai tenaga pengajar siswa merupakan ujung tombak dalam menciptakan generasi muda yang memiliki kesadaran, kepedulian dan perilaku yang ramah lingkungan. Guru sebagai individu yang berperan penting dalam pembentukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta karakter generasi penerus bangsa terlebih dahulu perlu mendapatkan prioritas peroleh informasi, pengetahuan dan keterampilan terpadu tentang perubahan iklim ini. Oleh karenanya, kualifikasi profesi guru memerlukan perhatian untuk ditingkatkan, agar dapat menghasilkan dampak yang positif bagi terciptanya generasi muda yang berkualitas dan ramah lingkungan, serta dapat menyelamatkan lingkungan dari dampak perubahan iklim ini. Dalam rangka mendukung peningkatan informasi, pengetahuan dan ketrampilan profesi guru dalam pembelajaran perubahan iklim pada jenjang pendidikan menengah inilah, disusun buku suplemen pembelajaran perubahan iklim untuk guru Sekolah Menengah Pertama, yang merupakan pelengkap atau tambahan dari buku atau modul tentang perubahan iklim yang sudah 6 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU ada di masyarakat. Pada dasarnya, buku ini dapat digunakan dalam pembelajaran terutama secara terintegrasi dengan mata pelajaran yang relevan. Buku ini terdiri dari 6 Bab, yang berisi tentang uraian perubahan iklim ditingkat lokal dan global termasuk sekilas sejarah kebijakan perubahan iklim global, terjadinya perubahan iklim serta dampakdampak yang ditimbulkannya, dan adaptasi serta mitigasi yang disajikan pada Bab 2. Pada Bab 3, berisi uraian tentang pendidikan lingkungan dan pendidikan berkelanjutan yang selama ini sudah diterapkan di Indonesia sehingga dapat dijadikan titik masuk untuk pembelajaran perubahan iklim dengan menerapkan nilai-nilai yang ada dalam pendidikan lingkungan dan pendidikan berkelanjutan untuk mendorong perubahan prilaku peserta didik sekaligus institusi sekolah. Bab 4 merupakan inti dari buku suplemen yaitu mengintegrasikan perubahan iklim dalam pembelajaran di sekolah tingkat menengah pertama, box yang berisi contoh proses serta peta pemikiran pengintegrasian perubahan iklim dalam mata pelajaran serta box berisi contoh-contoh materi diharapkan dapat membantu guru untuk menerapkan pembelajaran di sekolah termasuk pembelajaran yang kreatif dan efektif. Bagian ini disusun melalui proses lokakarya dengan beberapa wakil sekolah menengah pertama khususnya dari Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sementara Bab 5 merupakan contoh-contoh yang dapat dilakukan di sekolah untuk kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Bagian lampiran merupakan contoh silabus untuk kelas VII, VIII dan IX pelaksanaan pembelajaran perubahan iklim di sekolah. Buku ini memang jauh dari sempurna, namun diharapkan dapat mendukung proses pembelajaran perubahan iklim ditingkat sekolah menengah pertama yang berdampak pada upayaupaya aksi langsung dan segera untuk mengatasi perubahan iklim yang semakin hari semakin dirasakan dampaknya. Semakin banyak yang bergerak untuk melakukan upaya perbaikan dan pemeliharaan lingkungan, tentunya semakin terjamin keberlangsungan kehidupan yang lebih baik bagi generasi sekarang dan mendatang. 7 BAB II PERUBAHAN IKLIM : ISU GLOBAL DAN LOKAL Perubahan iklim bukanlah hal yang baru, bila kita kembali mempelajari dan memperhatikan bahwa kondisi iklim global selalu berubah-ubah, diketahui bahwa wilayah-wilayah dunia yang kini lebih hangat sebetulnya jutaan tahun silam merupakan wilayah yang tertutupi es. Dalam beberapa abad terakhir para peneliti mendata, suhu rata-rata telah naik sebagai akibat dari fluktuasi radiasi matahari yang antara lain disebabkan oleh letusan gunung berapi secara berkala. Namun pengetahuan yang baru menunjukkan, bahwa perubahan iklim yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh peristiwa alam, melainkan disebabkan berbagai kegiatan manusia. Pada bab dua bagian buku ini, mernguraikan kontribusi kegiatan atau aktivitas manusia yang menjadi penyebab perubahan iklim lokal dan global serta dampak dan upaya mengatasinya. 2.1. Sekilas Sejarah Kebijakan Perubahan Iklim Dunia Tahun 1988, Organisasi Meteorologi Dunia (The World Meteorological Organization) dengan UNEP (United Nations Environmental Program) atau Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bersama-sama mendirikan panel antar pemerintah tentang perubahan iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change - IPCC). Panel tersebut bersifat ad hoc tanpa batas waktu, lembaga ini menjadi wadah diskusi tingkat Internasional yang khusus membahas tentang perubahan iklim dunia, terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia. IPCC secara periodik mengkaji dan melaporkan tentang permasalahan iklim yang terjadi dari berbagai belahan dunia. Pada tahun 1990, IPCC menerbitkan laporan pertamanya yang dikenal dengan First Assessment Report yang menyimpulkan suhu meningkat sekitar 0,3-0,6° C dalam satu abad terakhir. Laporan tersebut menjelaskan emisi yang dihasilkan manusia telah menambah Gas Rumah Kaca (GRK) alami dan penambahan itu akan menyebabkan kenaikan suhu. Oleh karena itu, IPCC menyerukan pentingnya sebuah kesepakatan global untuk menanggulangi masalah tersebut. Pada tahun yang sama, Majelis Umum PBB akhirnya menanggapi seruan IPCC untuk mengatasi masalah perubahan iklim secara global dengan meluncurkan negosiasi mengenai kerangka konvensi perubahan iklim dan dengan membentuk Komite Negosiasi Antar pemerintah (Intergovernmental Negotiating Committee-INC) untuk pelaksanaan negosiasi tersebut. Akhirnya, pada bulan Mei 1992, INC menyepakati Kerangka Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change – UNFCCC). Konvensi ini bertujuan untuk melakukan stabilisasi konsentrasi GRK dalam atmosfer pada tingkat yang aman dan memungkinkan terjadinya adaptasi ekosistem, sehingga dapat menjamin ketersediaan pangan dan pembangunan berkelanjutan. Konvensi ini menekankan 8 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU kesetaraan dan kehati-hatian (precautionary principle) sebagai dasar semua kebijakan. Pada konvensi ini juga, dikenal adanya prinsip “common but differentiated responsibilities”, dimana setiap negara memiliki tanggung jawab yang sama tetapi dengan peran yang berbeda-beda, dalam upayanya menekan laju peningkatan emisi GRK di negara masing-masing. Konvensi ini sendiri tak membatasi emisi GRK bagi negara-negara, dan tak memiliki daya paksa apapun. Forum pengambilan keputusan tertinggi dalam kerangka UNFCCC adalah Conference of Parties (COP). UNFCCC mulai ditandatangani pada 9 Mei 1992, serta mulai diterapkan pada 21 Maret 1994. Pada tahun 1994, Indonesia baru meratifikasi UNFCCC melalui UndangUndang No. 6 tahun 1994, dengan meratifikasi UNFCCC tersebut, Indonesia berkewajiban mengkomunikasikan berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka mengurangi dampak pemanasan global akibat terjadinya perubahan iklim global. Setelah diadakan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) yang diselenggarakan tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil, dimana menekankan pentingnya semangat kebersamaan (multilaterisme) untuk mengatasi berbagai masalah yang ditimbulkan dari upaya-upaya melaksanakan pembangunan dan upaya-upaya melestarikan lingkungan. Selanjutnya diselenggarakanlah beberapa Konferensi Para Pihak (COP-Conference of the Parties), salah satu yang penting terkait dengan isu perubahan iklim adalah COP III di Kyoto, Jepang yang diselenggarakan pada bulan Desember 1997, menghasilkan Protokol Kyoto yang mulai berlaku pada 16 Februari 2005. Perbedaan utama antara Konvensi dan Protokol yaitu Konvensi akan mendorong negara–negara industri untuk menstabilkan emisi GRK, sedangkan Protokol membuat negara-negara berkomitmen untuk melakukannya. Bagi negara yang menandatangani dan meratifikasinya, Protokol Kyoto akan mengikat secara hukum. Protokol Kyoto memiliki masa komitmen yang berakhir tahun 2012. Negara-negara penandatangan UNFCCC masih berada dalam proses perumusan perjanjian baru yang akan meneruskan atau menggantikan Protokol Kyoto setelah masa komitmen pertama berakhir. Untuk itu pada tahun 2007 telah dihasilkan Peta jalan Bali (Bali Roadmap) yang melandasi perundingan internasional dalam mencapai hal tersebut. Bali Roadmap membahas antara lain dana adaptasi, transfer teknologi dari negara maju melalui skema investasi, skema pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDDReducing Emission from Deforestation and Forest Degradation) dan mekanisme pembangunan bersih (CDM-Clean Developmen Mechanism). Berikut adalah mekanisme-mekanisme dari Kebijakan Perubahan Iklim yang disepakati : 1. Protokol Kyoto Protokol Kyoto merumuskan secara rinci langkah yang wajib dan dapat diambil oleh berbagai negara yang meratifikasinya untuk mencapai tujuan yang disepakati dalam perjanjian internasional perubahan iklim PBB, yaitu “stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfir pada tingkat yang dapat mencegah terjadinya gangguan manusia/ antropogenis pada sistem iklim dunia”. ProtokolKyoto menempatkan beban berat pada negara-negara maju di bawah prinsip “common but differentiated responsibilities”, hal ini dikarenakan negara–negara maju lebih bertanggung jawab atas tingginya tingkat emisi GRK diatmosfer sebagai hasil dari lebih 150 tahun kegiatan industri di negara–negara maju tersebut. Dalam Protokol Kyoto menggariskan 37 negara industri, yang kemudian disebut dengan negara Annex I. Negara – negara Annex I adalah negara–negara yang terdaftar sebagai Annex I dalam UNFCCC. Mereka terdiri dari negara–negara maju seperti German, Jepang, Swedia, Inggris, dll., dan termasuk negara–negara yang berada dalam tahap transisi ekonomi seperti Rusia dan negara–negara Eropa Timur. Negara Annex I 9 tersebut diwajibkan untuk masing-masing mengurangi emisi GRK sampai dengan 5% di bawah tingkat emisi tahun 1990, untuk periode tahun 2008–2012 (Kyoto Protocol, Article 3). Angka ini disepakati berdasarkan rekomendasi yang tertera dalam laporan panel ilmuwan PBB IPCC. Adapun kelompok GRK yang ditetapkan oleh Protokol Kyoto adalah carbon dioksida (CO2), Metana (CH4), nitro-oksida (N2O), Hydrofluorocarbons (HFCs), perfluorocarbons (PFCs), dan Sulfur Hexafluoride (SF6). Berdasarkan Protokol Kyoto Artikel 3, Annex I memiliki batas emisi GRK yang berbeda untuk periode 5 tahunan dari 2008-2012 yang disebut dengan periode komitmen pertama. Di dalam membantu negara Annex I yang terikat kewajiban dalam penurunan emisi, Protokol Kyoto menetapkan berbagai mekanisme fleksibel seperti implementasi bersama (Joint Implementation), perdagangan emisi internasional (Internasional Emission Trading), dan mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism). Dengan adanya mekanisme tersebut dapat memungkinkan negara industri untuk memperoleh kredit emisi dengan cara pembiayai proyek pengurangan emisi di negara di luar negara Annex I atau dari negara Annex I yang sudah melampaui batas penurunan emisi yang diwajibkan. Mekanisme-mekanisme tersebut adalah : a. Joint Implementation / JI (Implementasi Bersama) Joint Implementation (JI) adalah sebuah mekanisme pada Protokol Kyoto yang tertuang di dalam artikel 6, di mana sebuah negara maju yang terdaftar pada Annex I UNFCCC dapat mengembangkan sebuah proyek yang bertujuan pada penurunan emisi karbon di negara Annex I lainnya. Pelaksanaan JI hanya dapat dilakukan antar dua negara maju pada Annex I. Keadaan tersebut akan membentuk sebuah pasar karbon. Ada dua tingkatan di dalam pelaksanan JI, yaitu JI Tier 1 dan JI Tier 2. Tier 1 adalah untuk negara-negara yang pencatatan emisi domestik serta perubahannya tidak terlalu rapi (mirip dengan situasi negara-negara berkembang), sehingga pencatatan dan monitoring di tingkat proyek menjadi sangat teliti dan hati-hati. Sementara itu, JI Tier 2 adalah untuk negara-negara yang pencatatan emisi domestik serta perubahannya sudah tertib sudah sama dengan situasi negara-negara maju lainnya, sehingga monitoring di tingkat proyek tidak harus terlalu menuntut data dasar. Negara Annex I yang memiliki kelebihan jatah emisi GRK (emission cap) dapat membantu negara Annex I lainnya yang tidak memiliki cap, untuk mengimplementasikan kegiatan proyek yang mereduksi GRK dan kredit reduksi emisi akan diterbitkan berdasarkan jumlah reduksi emisi yang dihasilkan oleh kegiatan proyek. Negara yang menjadi penyelenggara proyek JI ini dinamakan negara tuan rumah. Kredit penurunan emisi dari JI disebutEmission Reduction Unit (ERU). Setiap proyek JI harus dapat menghasilkan reduksi emisi atau penyerapan GRK dan bersifat tambahan (additional) terhadap kondisi yang mungkin terjadi tanpa adanya proyek. Negara Annex I dapat menggunakan ERU untuk memenuhi target penurunan emisi GRK berdasarkan Protokol Kyoto. Total cap emisi negara–negara Annex I tidak akan berubah, karena JI hanya berupa transfer antar negara Annex I yang sama – sama memiliki cap emisi. ERU hanya akan diterbitkan setelah tahun 2008. b. International Emission Trading/IET (Perdagangan Emisi Internasional) 10 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU IET adalah mekanisme perdagangan emisi yang hanya dapat dilakukan antar negara industri dalam Annex I. Dengan adanya IET maka memungkinkan sebuah negara Annex I untuk menjual kredit penurunan emisi GRK kepada negara Annex I lainnya. Semua kredit penurunan emisi yang ditetapkan Protokol Kyoto, seperti Assigned Ammount Unit (AAU), Removal Unit (RMU), Certified Emission Reduction (CER) maupun Emission Reduction Unit (ERU) dapat diperjualbelikan melalui mekanisme ini. Negara industri dengan emisi GRK di bawah batas yang telah diizinkan dapat memperdagangkan kelebihan bagian emisinya dengan negara industri lain yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Namun, jumlah emisi GRK yang diperdagangkan dibatasi agar negara pembeli tetap memenuhi kewajibannya. Berbeda dengan JI yang kredit penurunan emisinya berbasis proyek, IET tidak memerlukan suatu proyek yang spesifik. IET dapat dilaksanakan apabila suatu negara Annex I memiliki kredit penurunan emisi gas rumah kaca melebihi target negaranya. Kredit tersebut dapat dijual ke negara Annex I lainnya c. Clean Development Mechanism/CDM (Mekanisme Pembangunan Bersih) CDM merupakan satu-satunya mekanisme yang flesibeldalam Protokol Kyoto yang memberikan peran bagi negara berkembang (non-Annex I) untuk membantu target penurunan emisi gas rumah kaca negara Annex I. Negara-negara Annex I yang memiliki kewajiban untuk menurunkan emisinya sebagaimana tercantum pada Protokol Kyoto, membantu negara-negara non-Annex I untuk melaksananakan proyek-proyek yang mampu menurunkan atau menyerap emisi, setidaknya satu dari enam jenis gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O, HFC, PFC dan SF6). Dalam CDM, negara-negara Annex I dapat memenuhi target kewajiban penurunan emisinya melalui investasi proyek penurunan emisi (emission reduction project) maupun perdagangan karbon dengan negara-negara non-Annex I. CDM diharapkan dapat menjadi faktor pendukung munculnya proyek-proyek berbasis lingkungan di negara non-Annex I. Proyek berbasis lingkungan tersebut akan dinilai, dievaluasi dan divalidasi apakah telah berhasil menurunkan tingkat emisi. Dalam pelaksanaan CDM, negara maju dapat menanamkan modalnya di negara berkembang dalam proyek-proyek yang dapat menghasilkan pengurangan emisi GRK, dengan imbalan CER (Certified Emission Reductions). CER ini dapat dikatakan sebagai hasil sertifikasi reduksi emisi yang setara dengan 1 ton CO2. Dengan CER, negara-negara Annex Idapat mengkonversi nilai tersebut untuk memenuhi target penurunan emisi negaranya. Tujuan CDM sebagaimana yang tercantum dalam Protokol Kyoto adalah: »» Membantu negara-negara Annex I memenuhi target penurunan emisi negaranya »» Membantu negara non-Annex I dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan untuk berkontribusi pada tujuan utama Konvensi Perubahan Iklim, yaitu menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. CDM mencakup tiga kategori implementasi yaitu “Clean Production” (Produksi Bersih), “Saving Energy” (Penghematan Energi) dan “Fuel Switching” (Pengalihan Bahan Bakar). Realisasi program CDM adalah melakukan reduksi emisi GRK serta penyerapan karbon melalui penanaman pohon di lahan produksi yang mengalami eksploitasi berlebihan. Kegiatan dalam CDM meliputi kegiatan reduksi emisi GRK dan penyerapan karbon. 11 2. Reducing Emissions From Deforestation And Forest Degradation (REDD) Keterbatasan masa berlaku Protokol Kyoto yang akan berakhir pada tahun 2012 itu mendorong banyak negara untuk memikirkan langkah selanjutnya dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim. Jika Protokol Kyoto berakhir pada tahun 2012 maka segala bentuk mekanisme serta instrumennya juga akan ikut berakhir pada tahun tersebut. Oleh karenanya, banyak negara yang memikirkan mekanisme baru untuk mengatasi perubahan iklim yang yang lebih menguntungkan bagi negara berkembang, khususnya mereka yang memiliki sumberdaya hutan luas. Pada COP 11 di Montreal tahun 2005, Costa Rica, Papua New Guinea (PNG), dan negara-negara pemilik hutan tropis yang tergabung dalam CfRN (Coalition for Rainforest Nation) mengusulkan proposal tentang insentif avoided deforestation (menghindari deforestasi). Dalam pertemuan yang sama, beberapa LSM dan ilmuwan dengan dipimpin oleh Environmental Defense salah satu LSM lingkungan, menegaskan kembali seruan mereka agar isu hutan dimasukkan dalam instrumen-instrumen perdagangan Kyoto. Karenanya, COP 11 meminta agar Badan Subsider UNFCCC untuk Pertimbangan Ilmiah dan Teknologi (SBSTA) mengevaluasi isu pengurangan emisi dari deforestasi dan melaporkan kembali ke COP 13/MOP 3 UNFCCC pada bulan Desember 2007. Sementara itu, UNFCCC menyelenggarakan dua pertemuan mengenai pengurangan emisi dari deforestasi (REDD) di negara-negara berkembang (dalam bulan Juli 2006 dan Maret 2007). Pada bulan Desember 2007, dalam Konferensi Para Pihak ke-13 UNFCCC yang diadakan di Bali (Indonesia), kemungkinan untuk memasukkan isu hutan dalam rezim iklim internasional semakin berkembang. Konferensi Para Pihak ke-13 (COP 13) di Bali tahun 2007 menghasilkan Rencana Aksi Bali (Bali Action Plan) sebagai sebuah rencana atau peta jalan negosiasi strategi iklim global untuk melanjutkan Protokol Kyoto. Rencana ini mengakui pentingnya hutan dalam mengatasi perubahan iklim. Selain melakukan pengurangan emisi dari penggunaan bahan bakar fosil di negara-negara industri,kegiatan penanaman pohon untuk menyerap karbon juga berperan dalam mencegah perubahan iklim. Namun demikian, untuk mengurangi 20 persen dari emisi yang berkaitan dengan hutan, diperlukan pendekatan konservasi yang baru dan lebih efektif. Salah satu pendekatan yang dimaksud adalah REDD (Reducing Emissions from Deforestation And Forest Degradation) atau pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Ide ini berbeda dengan kegiatan konservasi hutan sebelumnya karena dikaitkan langsung dengan insentif finansial untuk konservasi yang bertujuan menyimpan karbon di hutan. REDD adalah sebuah mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk memberikan insentif bagi negara berkembang dalam pengurangan deforestasi dan pengrusakan hutan dengan maksud mengurangi emisi dari deforestasi dan kerusakan hutan tersebut. REDD dilaksanakan atas dasar sukarela (voluntary basis) dengan prinsip menghormati kedaulatan negara (sovereignity). Mekanisme REDD sampai akhir tahun 2012 masih terus dikembangkan, meskipun saat ini di Indonesia proyek-proyek percontohan atau yang dikenal dengan demonstration activity (kegiatan contoh) proyek REDD banyak dikembangkan, seperti proyek di Kawasan Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur, di Berau Kalimantan Timur, di Ulumasen, Aceh, dll. 12 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU 2.2. Mengenal Perubahan Iklim Perubahan iklim dipahami sebagai proses berubahnya pola dan intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan, biasanya dalam kurun waktu rata-rata 30 tahun. Perubahan iklim dapat merupakan perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau perubahan dalam distribusi kejadian cuaca terhadap rata-rata (Elvin, A dkk, 2011), paparan dari Kementerian Lingkungan bahwa perubahan iklim adalah perubahan nilai yang signifikan pada variabel iklim seperti suhu udara atau pola curah hujan di suatu tempat yang relatif luas dan dibandingkan dengan masa lalu kira-kira 50 tahun lalu. Unsur-unsur iklim yang dimaksud antara lain adalah suhu, angin, hujan, penguapan, kelembaban dan tutupan awan. Menurut IPCC (2007) bahwa Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh kesetimbangan panas di bumi, dimana aliran panas bekerja karena adanya radiasi matahari. Gambar 1. diambil dari sumber IPCC tahun 2007 yang menggambarkan bahwa dari seluruh radiasi matahari yang menuju ke permukaan bumi, sepertiganya dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh atmosfer dan oleh permukaan bumi, pemantulan oleh atmosfer terjadi karena adanya awan dan partikel yang disebut aerosol. Keberadaan salju, es dan gurun memainkan peranan penting dalam memantulkan kembali radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi. Dua pertiga radiasi yang tidak dipantulkan, besarnya sekitar 240 Watt/m2, diserap oleh permukaan bumi dan atmosfer. Untuk menjaga kesetimbangan panas, bumi memancarkan kembali panas yang diserap tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek. Sebagian radiasi gelombang pendek yang dipancarkan oleh bumi diserap oleh gas-gas tertentu di dalam atmosfer yang disebut gas rumah kaca (GRK). Selanjutnya gas rumah kaca meradiasikan kembali panas tersebut ke bumi. Mekanisme ini disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca inilah yang menyebabkan suhu bumi relatif hangat dengan rata-rata 14oC dan membuat bumi nyaman untuk dihuni, tanpa efek rumah kaca suhu bumi hanya sekitar -19oC. Sebagian kecil panas yang ada di bumi, yang disebut panas laten, digunakan untuk menguapkan air. Panas laten ini dilepaskan kembali ketika uap air terkondensasi di awan. Gambar 1: Sistem kesetimbangan panas di bumi 13 Tetapi permasalahan akan muncul ketika terjadi konsentrasi gas rumah kaca pada atmosfer bertambah. Gas rumah kaca yang dipercaya dapat mempengaruhi konsentrasi gas di atmosfer diantaranya hidrogen (H2O), karbon dioksida (CO2), methane (CH4), dinitrogen oksida (N2O), dan halokarbon (kelompok gas yang mengandung florine, klorin dan bromin). Berdasarkan hasil penelitian, konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer bertambah mendekati 30%, konsentrasi methane lebih dari dua kali, konsentrasi asam nitrat bertambah 15%. Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan menjaring panas pada atmosfer bumi. Kontribusi kegiatan manusia dipercaya telah menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK, antara lain: penggunaan bahan bakar fosil, limbah padat, penggunaan kendaraan, dan penghasil tenaga listrik dengan bahan bakar fosil, telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer. Dan pada saat yang sama jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat penebangan pohon, baik untuk tujuan komersial dalam bentuk kayu, maupun untuk perluasan lahan pertanian dan pemukiman. Kegiatan manusia melepaskan karbon ke atmosfer dari tahun ke tahun semakin banyak terutama terjadi pada saat mulai revolusi industri, sementara kemampuan lautan serta proses alam lainnya untuk mengurangi karbondioksida di atmosfer membutuhkan waktu yang cukup lama. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm atau meningkat sekitar 36% dibanding tahun 1750, bila terus berlanjut maka konsentrasi karbondioksida diperkirakan akan terus meningkat. Dua kegiatan yang menyumbang karbondioksida terbanyak adalah: 1. Pembangkit listrik bertenaga batubara. Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit. Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batu bara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbondioksida per tahun. 2. Pembakaran kendaraan bermotor. Kendaraan yang mengkonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan menghasilkan emisi sebanyak 3 ton karbondioksida ke udara. Dapat membayangkan berapa emisi karbondioksida yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat Indonesia yang setiap hari mengendarai kendaraan bermotor, berapa ton karbondioksida yang akan dihasilkan tiap hari dan berapa yang masuk ke atmosfer per hari atau per tahun. Selain karbondioksida, gas rumah kaca lainnya yang juga banyak dihasilkan oleh aktivitas manusia adalah methane (CH4). Metana merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Emisi gas metana dapat berasal dari alam seperti lautan, lapisan es permanen, tanah-tanah yang gembur, selain dari alam juga berasal dari aktivitas manusia. Berdasarkan hasil penelitian, metana yang dihasilkan dari aktivitas manusia merupakan penyumbang terbesar terutama dari aktivitas pembakaran lahan untuk membuka area baru, pembusukan sampah organik ditempat pembuangan sampah dan dari industri peternakan. Metana juga berdasarkan penelitian lebih berbahaya dari pada emisi CO2, karena bukan hanya menambah efek rumah kaca namun juga dapat merusak ozon yang berdampak terhadap kesehatan manusia, bila gas metana meningkat tinggi dapat mengurangi kadar oksigen dalam atmosfer , sehingga dapat menyebabkan sesak nafas. Emisi lainnya adalah Nitrogen oksida yang merupakan gas insulator panas yang sangat kuat. Nitrogen oksida dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan dari lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. 14 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Peningkatan emisi GRK tersebut telah menyebabkan perubahan iklim terjadi dengan cepat. Perubahan iklim global akan memberikan dampak yang sangat parah bagi Indonesia karena posisi geografis yang terletak di ekuator, antara dua benua dan dua samudera, negara kepulauan dengan 81.000 km garis pantai dengan dua pertiga lautan. Ditambah lagi dengan populasi penduduk nomor empat terbesar di dunia, mengalami degenerasi kearifan budaya lokal yang selama ini memiliki kemampuan dalam mengelola sumberdaya alam yang berkelanjutan, pendidikan yang tidak memadai, keterampilan rendah, keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepedulian sosial yang menurun, kemiskinan dan kesulitan ekonomi, kelemahan tata pemerintahan, korupsi, kurang kepemimpinan, serta perilaku buruk sebagian besar pengusaha dan institusi internasional. Kesemua hal tersebut turut menjadi faktor meningkatnya GRK. 2.3. Perubahan Iklim Lokal dan Global dan Dampaknya Perubahan iklim terjadi secara global namun dampak yang dirasakan bervariasi secara lokal dan global. Indikator utama perubahan iklim terdiri dari perubahan dan pola intensitas berbagai parameter iklim antara lain suhu, curah hujan, kelembaban, angin, tutupan awan dan penguapan (evaporasi). Ditingkat global perubahan iklim yang dirasakan diseluruh dunia antara lain menyebabkan terjadinya: 1. Perubahan dalam siklus hidrologi; kenaikan temperatur telah mempercepat siklus hidrologi, atmosfer yang lebih hangat akan menyimpan lebih banyak uap air, sehingga menjadi kurang stabil dan menghasilkan lebih banyak presipitasi, terutama dalam bentuk hujan lebat. Panas yang lebih besar juga mempercepat proses evaporasi. Dampak dari perubahan-perubahan tersebut dalam siklus air adalah menurunnya kuantitas dan kualitas air bersih di dunia. Sementara itu, pola angin dan jejak badai juga akan berubah. Intensitas siklon tropis akan semakin meningkat (namun tidak berpengaruh terhadap frekuensi siklon tropis), dengan kecepatan angin maksimum yang bertambah dan hujan yang semakin lebat. 2. Meningkatnya Resiko Kesehatan; Perubahan iklim akan mengubah distribusi nyamuknyamuk malaria dan penyakit-penyakit menular lainnya, sehingga mempengaruhi distribusi musiman penyakit alergi akibat serbuk sari dan meningkatkan resiko penyakitpenyakit pada saat gelombang panas (heat waves). 3. Kenaikan Muka Laut; Prediksi paling baik untuk kenaikan muka laut akibat perluasan lautan dan pencairan gletser pada akhir abad 21 (dibandingkan dengan keadaan pada 1989-1999) adalah 28-58 cm. Hal ini akan menyebabkan memburuknya bencana banjir di daerah pantai dan erosi. Kenaikan muka laut yang besar hingga satu meter pada 2100 diperkirakan akan melebihi satu meter, apabila lapisan es terus mencair seiring dengan kenaikan temperatur. Saat ini terdapat bukti yang menunjukkan bahwa lapisan es di Antartika dan Greenland perlahan berkurang dan berkontribusi terhadap kenaikan muka laut. Sekitar 125.000 tahun yang lalu, ketika daerah kutub lebih hangat daripada saat ini selama periode waktu tertentu, pencairan es kutub telah menyebabkan muka laut naik mencapai 4-6 meter. Kenaikan muka laut memiliki kelembaban besar dan akan terus berlangsung selama berabad-abad. Lautan juga akan mengalami kenaikan temperatur yang berpengaruh terhadap kehidupan bawah laut. Selama empat dekade terakhir, sebagai contoh, plankton di Atlantik Utara telah bermigrasi ke arah kutub sebanyak 10o lintang. Selain itu juga, lautan mengalami proses pengasaman seiring dengan diserapnya lebih banyak karbondioksida. Hal ini akan menyebabkan batu karang, keong laut dan 15 spesies lainnya kehilangan kemampuan untuk membentuk cangkang atau kerangka. 4. Menimpa yang paling rentan; Komunitas yang paling miskin akan menjadi yang paling rentan terhadap dampak dari perubahan iklim, sebab mereka akan sulit untuk melakukan usaha untuk mencegah dan mengatasi dampak dari perubahan iklim dengan kurangnya kemampuan. Beberapa komunitas yang paling rentan adalah buruh tani, suku-suku asli dan orang-orang yang tinggal di tepi pantai. Beberapa fakta saat ini menunjukkan bahwa kekurangan pangan terjadi di negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim dan masih berkembang : »» Setengah dari populasi dunia akan menghadapi kekurangan makanan yang serius dalam abad ini. (University of Washington researchers, in Science, 2009) »» Panen sudah dipersulit oleh kekeringan atau banjir di Rusia, Jerman, Kanada, Argentina, Australia, Ukraina, Pakistan, dan lain-lain. »» Harga makanan naik 5% secara global pada bulan Agustus 2010. Di Mozambik, reaksi kerusuhan karena kenaikan harga roti menyebabkan 10 kematian dan 300 luka-luka. »» Harga makanan tinggi yang memicu kerusuhan mematikan di seluruh dunia pada tahun 2008 adalah akibat kombinasi dari perubahan iklim dan meningkatnya permintaan untuk makanan ternak dari populasi di India dan China. (UN World Food Program) »» Jumlah orang yang masih menderita kelaparan melebihi 1 miliar untuk pertama kalinya pada tahun 2009. »» Lebih dari 9 juta orang meninggal di seluruh dunia setiap tahunnya karena kelaparan dan kekurangan makanan. Lima juta adalah anak-anak. »» Menurut Badan Pangan Dunia (FAO) menyebutkan bahwa hampir 870 juta orang menderita kekurangan gizi kronis pada 2010-2012, sebagain besar terjadi di Asia Selatan, Asia Timur, dan Subsahara Afrika. Jumlah orang kelaparan di dunia juga masih tinggi, dimana delapan orang dunia satu orang menderita kelaparan. 5. Mempengaruhi kekayaan keanekaragaman hayati; musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati yang juga disebabkan oleh kejadian hujan badai yang meningkat frekuensi dan intensitasnya, angin topan, dan banjir; meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan; meningkatnya frekuensi kebakaran hutan; daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian. Beberapa fakta kehilangan keanekaragaman hayati antara lain : 16 »» Populasi penguin Antartika menurun lebih dari 80% sejak 1975 akibat hilangnya es lautan. »» Kijang karibu Arktik mengalami penurunan tajam karena kelaparan akibat perubahan iklim saat pencairan awal dan pembekuan membuat tumbuhan makanannya tidak bisa dijangkau. »» Mirip dengan tahun 2007 dan 2009, pada bulan September 2010, sepuluh ribu anjing laut menuju pesisir yang merupakan perilaku tidak normal, akibat kurangnya es di lautan, tempat mereka biasanya beristirahat. SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU »» Burung yang bermigrasi nyaris mati akibat perjalanan yang tidak tepat waktu membuat mereka tidak mendapat persediaan makanan yang cukup saat mereka tiba di tempat tujuan dan/atau tempat-tempat seperti lahan basah pun mengering sehingga tidak lagi menyediakan habitat bagi mereka. Ditingkat nasional, menurut Edvin, A dkk (2011), meskipun ketersediaan data parameter perubahan iklim dalam rentang waktu 30 tahun belum memadai di Indonesia, para ahli di Indonesia telah berupaya menjelaskan adanya perubahan iklim yang terjadi di Indonesia dengan empat indikator berikut: 1. Perubahan suhu daratan, menggambarkan perubahan situasi lokal yang meliputi suhu maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata baik harian maupun bulanan. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi perubahan suhu udara di beberapa tempat yang diamati antara lain di Padang, Jakarta, Cilacap, Biak, Jayapura mengalami kenaikan suhu minimum sementara di Sibolga, Manado, Ambon, Wamena dll mengalami penurunan. Khusus di Jakarta selama kurun waktu pengamatan dari tahun 1956-2001, suhu udara rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0.070C per tahun. 2. Peningkatan curah hujan esktrim, perubahan iklim merupakan perubahan energi dan siklus air yang menyebabkan terjadinya pola curah hujan berubah ekstrim (melebihi ambang batas statistik) yang disebabkan oleh fenomena cuaca seperti banjir, kekeringan, berkurangnya jumlah hari hujan, serta penambahan periode hari hujan secara berturutturut. 3. Maju mundurnya musim; di Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, informasi yang paling penting bagi pertanian adalah informasi awal datangnya musim kemarau dan musim hujan. Pengamatan yang dilakukan oleh BMKG di beberapa wilayah Sumatera, Jawa dan Sulawesi Selatan selama 30 tahun (1971-2000) dan periode 2001-2010 telah terjadi pergeseran musim, misalkan awal musim kemarau di Jawa Barat mengalami pergeseran maju (lebih cepat datang) sekitar 20 hari dibanding 30 tahun lalu. 4. Perubahan jumlah volume hujan; informasi akumulasi curah hujan harian, bulanan dan tahunan menjadi catatan penting yang menunjukan potensi kapasitas sumber daya air tercurah, informasi ini penting untuk pengelolaan sumber daya air jangka panjang. Secara global, hasil kajian IPCC (2007) menunjukkan bahwa sejak tahun 1850 tercatat adanya 12 tahun terpanas berdasarkan data temperatur permukaan global. Sebelas dari dua belas tahun terpanas tersebut terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir ini. Kenaikan temperatur total dari tahun 1850-1899 sampai dengan tahun 2001-2005 adalah 0,76Ëš. Permukaan air laut rata-rata global telah meningkat dengan laju rata-rata 1.8 mm per-tahun dalam rentang waktu antara lain antara tahun 1961-2003. Kenaikan total permukaan air laut yang berhasil dicatat pada abad ke-20 diperkirakan 0,17 m. Laporan IPCC juga menyatakan bahwa kegiatan manusia ikut berperan dalam pemanasan global sejak pertengahan abad ke-20. Pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 apabila tidak ada upaya menanggulanginya. Perubahan iklim yang tengah terjadi menyebabkan sejumlah dampak yang sulit dihindari bagi kehidupan manusia dan mahluk yang ada di bumi, termasuk yang dihadapi Indonesia, yang dikutip langsung dari berbagai sumber, antara lain : 1. Dampak terhadap sektor pertanian, diprakirakan produktivitas pertanian di daerah tropis 17 akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2o C sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras. Pada tahun 1991, Indonesia mengimpor sebesar 600 ribu ton beras dan tahun 1994 jumlah beras yang diimpor lebih dari satu juta ton (KLH, 1998). 2. Dampak terhadap kenaikan muka air laut. Naiknya permukaan laut akan menggenangi wilayah pesisir sehingga akan menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, Kalimantan dan Sulawesi (UNDP, 2007). akibat pemanasan global pada tahun 2050 akan mendegradasi 98 persen terumbu karang dan 50% biota laut. Gejala ini sebetulnya sudah terjadi di kawasan Delta Mahakam Kalimantan Timur, apabila suhu air laut naik 1,50C setiap tahunnya sampai 2050 akan memusnahkan 98% terumbu karang. di Indonesia kita tak akan lagi menikmati lobster, cumi-cumi dan rajungan. Di Maluku, nelayan amat sulit memperkirakan waktu dan lokasi yang sesuai untuk menangkap ikan karena pola iklim yang berubah.Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut juga akan merusak ekosistem hutan bakau, serta merubah sifat biofisik dan biokimia di zona pesisir. 3. Dampak terhadap sumber daya air, di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya. Perubahan pola curah hujan juga menurunkan ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air bersih. Di pulau Lombok dan Sumbawa antara tahun 1985 dan 2006, jumlah titik air menurun dari 580 menjadi hanya 180 titik. Sementara itu, kepulauan ini juga mengalami ‘jeda musim’- kekeringan panjang selama musim penghujan – yang kini menjadi makin sering, menimbulkan gagal panen. Di seluruh negeri, kini makin banyak saja sungai yang makin dangkal seperti Sungai Ular (Sumatra Utara), Tondano (Sulawesi Utara), Citarum (Jawa Barat), Brantas (Jawa Timur), Ciliwung-Katulampa (Jawa Barat), Barito-Muara Teweh (Kalimantan Tengah), serta Larona-Warau (Sulawesi Selatan). Di wilayah pesisir, berkurangnya air tanah disertai kenaikan muka air laut juga telah memicu intrusi air laut ke daratan – mencemari sumbersumber air untuk keperluan air bersih dan irigasi. 4. Dampak terhadap kesehatan. Saat ini sudah mulai dirasakan bahwa beberapa penyakit yang disebabkan oleh nyamuk frekuensinya semakin meningkat, seperti penyakit demam berdarah, malaria. Masyarakat yang memiliki tingkat adaptasi rendah semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus DBD akan meningkat. suhu berhubungan negatif dengan kasus DBD, karena itu peningkatan suhu udara per minggu akan menurunkan kasus DBD. Penderita alergi dan asma akan meningkat secara signifikan. Gelombang panas yang melanda Eropa tahun 2005 meningkatkan angka “heat stroke” (serangan 18 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU panas kuat) yang mematikan, infeksi salmonela, dan “hay fever” (demam akibat alergi rumput kering). 5. Dampak terhadap Ekosistem, kemungkinan punahnya 20-30% spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5oC. Meningkatnya tingkat keasaman laut karena bertambahnya Karbondioksida di atmosfer diperkirakan akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flaura dan fauna khususnya di Indonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang seluas 30% atau sebanyak 90-95% karang mati di Kepulauan Seribu akibat naiknya suhu air laut. (Sumber: WWF Indonesia). 6. Dampak terhadap sektor Lingkungan, Dampak perubahan iklim akan diperparah oleh masalah lingkungan, kependudukan, dan kemiskinan. Karena lingkungan rusak, alam akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi, memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam, berupa : banjir dan tanah longsor. Dengan kata lain daerah rawan bencana menjadi perhatian perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang. 7. Dampak pada pemukim perkotaan, kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai. Masalah ini sudah menjadi makin parah di Jakarta karena bersamaan dengan kenaikan muka air laut, permukaan tanah turun: pendirian bangunan bertingkat dan meningkatnya pengurasan air tanah telah menyebabkan tanah turun. Namun Jakarta memang sudah secara rutin dilanda banjir besar, pada awal Februari 2007 banjir di Jakarta menewaskan 57 orang dan memaksa 422.300 meninggalkan rumah, yang 1.500 buah di antaranya rusak atau hanyut.Total kerugian ditaksir sekitar 695 juta dolar. Suatu penelitian memperkirakan bahwa paduan kenaikan muka air laut setinggi 0,5 meter dan turunnya tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan enam lokasi terendam secara permanen dengan total populasi sekitar 270,000 jiwa, yakni: tiga di Jakarta (Kosambi, Penjaringan dan Cilincing), dan tiga di Bekasi (Muaragembong, Babelan dan Tarumajaya). Banyak wilayah lain juga akhir-akhir ini baru dilanda bencana banjir. Banjir besar di Aceh, misalnya, di penghujung tahun 2006 menewaskan 96 orang dan membuat mengungsi 110,000 orang yang kehilangan sumber penghidupan dan harta benda mereka. Pada tahun 2007 di Sinjai, Sulawesi Selatan banjir yang berlangsung berhari-hari telah merusak jalan dan memutus jembatan, serta mengucilkan 200.000 penduduk. Selanjutnya masih pada tahun itu,banjir dan longsor yang melanda Morowali, Sulawesi Utara memaksa 3.000 orang mengungsi ke tenda-tenda dan barak-barak darurat. 2.4. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Pencegahan dan penanggulangan perubahan iklim global dan lokal harus diatasi bersama-sama dan tidak ditunda-tunda. Ditingkat dunia setiap negara harus harus memberi kontribusi dengan tindakan-tindakan yang dilakukan di dalam negerinya sendiri sesuai kemampuan masing-masing, negara maju harus membantu negara miskin. Bentuk bantuan itu tidak saja berupa bantuan teknis dan ekonomi, namun dibutuhkan juga tekanan politik yang positif untuk menanamkan pentingnya masalah ini dan mendapatkan komitmen dari para pemimpin untuk bertindak. Apabila negara-negara maju mau memperlambat 19 laju pertumbuhan kemakmurannya dan memberikan kesempatan kepada negara yang miskin untuk meningkatkan kemakmuran dengan cara yang bertanggungjawab terhadap lingkungannya, maka pada suatu saat akan tercapai suatu keseimbangan yang dapat berkontribusi menstabilkan iklim yang terjadi. Demikian juga ditingkat lokal, upaya-upaya yang bersifat skala rumah tangga, maupun skala nasional perlu terus dilakukan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya dampak perubahan iklim. Upaya-upaya tersebut dikenal dengan istilah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. 2.3.1.Adaptasi Perubahan Iklim Beradaptasi terhadap perubahan iklim merupakan prioritas mendesak bagi seluruh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Adaptasi dipahami sebagai suatu respon terhadap stimulus atau pengaruh iklim nyata atau perkiraan yang dapat meringankan dampak buruknya atau memanfaatkan peluang-peluangnya yang menguntungkan. Pada manusia, adaptasi dapat bersifat antisipatif atau reaktif dan dapat dilaksanakan oleh berbagai sektor. Menurut UNFCCC (United Nation Framework for Climate Change Convention), adaptasi merupakan upaya menemukan dan menerapkan cara-cara penyesuaian terhadap perubahan iklim. UNFCCC sebagai salah satu lembaga internasional terus mencari upaya-upaya dan tindakan untuk menanggapi dampak perubahan besar yang membawa dampak besar terhadap masyarakat dunia dan sumber kehidupannya, serta menggalang dukungan untuk mengatasi perubahan iklim. Di Indonesia, ditingkat pemerintah upaya adaptasi sudah menjadi bagian dari rencana pembangunan jangka pendek, menengah dan panjang yang dikenal dengan pengarusutamaan adaptasi perubahan iklim, ditekankan bahwa adaptasi perubahan iklim bukan hanya menjadi tanggungjawab Kementerian Lingkungan Hidup, namun menjadi tanggungjawab seluruh Kementerian termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ragam upaya adaptasi perubahan iklim disetiap sektor di Indonesia sekilas dapat diuraikan sebagai berikut ; 1. Adaptasi di sektor pertanian, pertanian paling rentan terhadap perubahan iklim, sehingga adaptasi merupakan tindakan keharusan pada bidang pertanian, misalkan perubahan musim yang berubah harus diatasi antara lain menyesuaikan waktu tanam dengan musim hujan pertama, menanam varietas tanaman pangan yang tahan terhadap suhu ekstrim, memperbaiki sistem irigasi yang lebih mampu menampung air agar pada musim kemarau panjang masih tersedia cadangan air. Beberapa petani telah menerapkan sistem pertanian organik yang tidak membutuhkan banyak air dan juga pestisida. Upaya pemerintah Indonesia antara lain mengembangkan Sekolah Lapang Iklim yang digagas atas kerjasama Asian Disaster Preparedness Center dan Institut Pertanian Bogor, Dinas Pertanian Indramayu, dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) agar para petani memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, dll. 2. Adaptasi di daerah pesisir, pengaruh iklim terhadap wilayah pesisir sangat dirasakan oleh para nelayan, lebih seringnya musim angin besar dan pasang menghambat dan mengurangi aktivitas para nelayan mencari ikan ke laut, beberapa upaya adaptasi yang dapat dilakukan untuk menunjang keberlangsungan hidup para nelayan antara lain dengan 20 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU mengembangkan pertanian pesisir (aquacultur) mengembangkan tambak dan jenis ikan yang selama ini dapat berkembang biak di muara sungai ataupun mengkombinasikan dengan sistem pertanian dan peternakan lain. Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir upaya adaptasi yang dilakukan antara lain membuat perlidungan dengan membangun tanggul air laut, membuat bangunan yang lebih kokoh dan tahan terhadap hempasan air laut, atau mundur yaitu memindahkan pemukiman menjauhi wilaya pantai. Bentuk-bentuk adaptasi lainnya perlu dikembangkan lebih lanjut untuk mengatasi dampak terjadinya perubahan iklim. 3. Adaptasi dibidang kesehatan, Banyak tindakan adaptasi untuk kesehatan antara lain meningkatkan kesadaran kesehatan kepada masyarakat agar lebih memperhatikan kebersihan dan penyimpanan air, menghambat penyebaran penyakit dengan sistem pengawasan pola-pola penyakit lebih ketat, misalkan pada waktu banjir, pengawasannya antara lain adalah dengan memonitor penyakit kolera. Untuk jangka panjang, pengawasan meliputi memonitor distribusi penyakit-penyakit yang disebarkan oleh nyamuk sambil memastikan rumah tangga mampu melindungi diri sendiri, antara lain, misalnya dengan penggunaan kelambu atau kelambu yang dicelupkan ke dalam larutan insektisida. 4. Adaptasi pengelolaan bencana, ditujukan untuk mengurangi risiko dan melakukan persiapan sebelum bencana itu terjadi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain bagi wilayah yang rentan banjir rob maka perlu membuat tanggul. Ditingkat pemerintah saat ini sudah ada kebijakan dengan dikeluarkannya undang-undang baru tentang Pengelolaan Bencana Nasional (Pengurangan Risiko) yang akan mendorong masyarakat berinvetasi bagi keselamatan diri masing-masing dengan mengurangi risiko kerusakan bencana. Pemerintah juga sudah membuat program dialog antar-pemerintahan dan antara umumswasta, mengenai suatu Rencana Aksi Nasional untuk Mengurangi Risiko Bencana, bahkan ditingkat pemerintah lokal sudah mulai menginisiasi dengan menyiapkan Rencana Aksi Daerah untuk Mengurangi Risiko Bencana. Di sektor pendidikan, beberapa upaya yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan tanggap bencana dalam kurikulum di sekolah, terutama sudah dilakukan diwilayah-wilayah rawan bencana. Masih banyak upaya adaptasi yang sudah dan sedang dikembangkan untuk dilaksanakan di Indonesia, termasuk salah satunya adalah beberapa masyarakat adat di Indonesia yang selama ini memiliki pengetahuan yang arif (pengetahuan tradisional) dalam mengelola sumberdaya alamnya terus berupaya mempertahankan pengetahuan yang dapat menjadi upaya adaptasi perubahan iklim, misalkan masyarakat adat Baduy, Kasepuhan, Dayak yang masih tetap mempertahankan sistem bertanam padi tadah hujan dengan sistem sekali panen, dan mengikuti perubahan iklim yang terjadi dengan pengetahuan tradisional yang dimilikinya. 2.3.2.Mitigasi Perubahan Iklim Mitigasi perubahan iklim didefinisikan sebagai upaya stabilisasi konsentrasi GRK dalam atmosfer pada tingkat yang akan mencegah campur tangan manusia (antropegenik) yang berbahaya terhadap sistem iklim, tingkat tersebut harus dicapai dalam kerangka waktu yang memadai sehingga ekosistem dapat melakukan adaptasi secara alami terhadap perubahan iklim untuk memastikan bahwa produksi makanan tidak terancam dan pembangunan ekonomi dapat berjalan secara berkelanjutan (Pasal 2 UNFCCC). Tindakan mitigasi harus dilakukan sesegara mungkin karena proses adaptasi alamiah lebih lambat dibanding proses perubahan iklim yang saat ini terjadi, demikian juga secara analisa ekonomi menurut pakar Inggris - Stern bahwa biaya untuk mencegah perubahan 21 iklim lebih murah dibanding biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi kerusakan akibat perubahan iklim. Menurut UNEP, terdapat empat strategi utama penerapan mitigasi: 1. Eliminasi berarti menghindari penggunaan alat-alat penghasil emisi gas rumah kaca. Tindakan ini memberikan penghematan biaya yang terbesar dan dapat langsung dirasakan. Contoh: Mematikan lampu saat tidak digunakan; mematikan A/C saat tidak ada orang didalam ruangan. 2. Pengurangan dapat dilakukan dengan mengganti peralatan lama dan/atau mengoptimalkan struktur yang sudah ada. Tindakan mitigasi seperti ini sangat efektif dan dapat integrasikan ke dalam bisnis sehari-hari dengan usaha minimum. Contoh: Memasukkan efisiensi energi ke dalam pengambilan keputusan investasi dan dalam pengelolaan usaha juga dalam kehidupan sehari-hari, Upaya mitigasi dengan efisiensi energi misalkan: »» Merawat dan membersihkan AC secara teratur agar transfer panas lancar dan menghemat energi »» Mengganti bohlam lampu pijar dengan lampu LED yang lebih hemat energi »» Mematikan kipas angin dan AC saat meninggalkan ruangan »» Memberikan insulasi pada kamar dan tetap menutup jendela ketika AC sedang dinyalakan. 3. Subtitusi biasanya mempunyai implikasi biaya investasi yang tinggi. Namun demikian, potensi penurunan emisi melalui subtitusi sangatlah tinggi. Contoh: Penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik dan/atau pemanas. Beberapa yang dapat dilakukan antara lain : Energi Terbarukan Contoh Penerapan Energi matahari Alat pengumpul panas matahari yang dipasang di atap untuk memanaskan air (sistem panas matahari) Energi angin Turbin berukuran kecil sebagai pembangkit listrik tenaga angin Energi air Roda air yang dipasang di sungai sebagai pembangkit listrik Energi bio Pembakaran biogas dari limbah untuk memanaskan air Energi panas bumi Pembangkit listrik tenaga panas bumi 4. Offsett adalah metode berbiaya rendah namun mempunyai manfaat yang cukup besar. Walaupun demikian, metode ini sulit dilaksanakan dalam skala kecil. Contoh: Reforestasi yaitu upaya menghutankan kembali lahan bukan hutan. Sementara itu dari UNFCCC menyebutkan beberapa upaya mitigasi dengan teknologi dan praktek yang tersedia saat ini antara lain: 22 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Pasokan energi Peningkatan pasokan dan distribusi energi, peralihan bahan bakar batu bara ke gas, panas dan listrik dengan energi terbaharukan seperti dengan tenaga matahari, tenaga air, angin dan bio energi. Transportasi Penggunaan dan pengembangan kendaraan lebih hemat bahan bakar, perubahan dari sistem transportasi menggunakan jalan ke arah pemakaian rel, serta sistem transportasi masal. Transportasi tak bermotor (jalan kaki, sepeda), Bangunan Pembuatan bangunan yang hemat energi, efisiensi penggunaan energi listrik dimana siang hari tidak perlu menggunakan listrik, pengembangan dan penggunaan bahan baku alat pemanas dan pendingin yang efisien, serta sistem isolasi dalam rumah untuk empat musim yang hemat energi, dll. Industri Peralatan elektronik konsumen yang lebih efisien, pengendalian gas emisi, penerapan teknologi yang lebih efisien terhadap bahan bakar fosil dan rendah emisi Pertanian Peningkatan pengelolaan lahan pertanian dan peternakan, pengelolaan kotoran ternak untuk mengurangi gas methane, pengembangan dan pengelolaan tanaman penghasil energi (biodisel), sistem pertanian yang rendah emisi methane salah satunya dengan sistem pertanian organik Kehutanan Aforestasi (Aforestasi adalah penghutanan pada lahan yang selama 50 tahun atau lebih bukan merupakan hutan), reforestasi (penghutanan pada lahan yang sejak tanggal 31 Desember 1989 bukan merupakan hutan). dan penerapan sistem pengelolaan hutan berkelanjutan (sustainable forest management), penggunaan produk hutan sebagai bahan bakar energi fosil, Limbah Pembuatan kompos dari limbah organik, pemulihan gas methane di tempat pembuangan akhir, daur ulang, minimalisasi limbah. Sementara ditingkat internasional upaya mitigasi yang saat ini juga menjadi salah satu pilihan yang banyak menarik bagi banyak negara maju, yaitu mekanisme mitigasi yang dikenal dengan mekanisme REDD - Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation. Mekanisme REDD merupakan mekanisme internasional untuk memberikan insentif yang bersifat positif bagi negara berkembang yang berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. REDD merupakan salah satu kegiatan mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan, dan bersifat sukarela (voluntary) serta menghormati kedaulatan negara (sovereignty). Menurut data dari World Resource Institute (WRI, 2000) yang dikutip dalam Stern Report disebutkan bahwa deforestasi menyumbang sekitar 18% terhadap emisi gas rumah kaca global. Dari 18% kontribusi emisi tersebut, 75% di antaranya berasal dari deforestasi di negara berkembang. Sementara itu emisi dari deforestasi di negara berkembang diperkirakan akan terus meningkat sebagai konsekuensi dari pertambahan penduduk dan keperluan pembangunan lainnya, apabila tidak ada intervensi kebijakan yang memungkinkan negara berkembang mengurangi deforestasi dengan tetap menjamin keberlanjutan pembangunan nasionalnya. Disisi lain juga perlu dicermati bahwa mekanisme REDD menurut Stern (2007) merupakan gagasan yang lebih murah dibandingkan dengan upaya meng”hijaukan” industri yang boros bahan bakar fosil di negara-negara maju. Karena itu, banyak pihak dari negara maju berlomba-lomba menginvestasikan sumber dayanya dalam mencari konsep final skema REDD. Manfaat REDD harus dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi tanggung jawab sebagai anggota komunitas internasional dan dari sisi kewajiban seluruh komponen bangsa untuk kepentingan nasional, terlepas ada tidaknya mekanisme internasional yang mendorong/ memaksa Indonesia untuk melakukannya. Berdasarkan data FAO (2005), di antara 8,22 juta ha pengurangan hutan per tahun di 10 negara berkembang, Indonesia menyumbang sebesar 22,86% atau sekitar 1,87 juta ha/tahun. Dengan demikian meskipun secara internasional di bawah UNFCCC tidak berkewajiban menurunkan emisi, namun Indonesia telah merasakan dampak negatif dari kerusakan hutannya baik dari sisi lingkungan (hilangnya keaneka23 ragaman hayati termasuk sumberdaya genetik, bencana lingkungan sejalan dengan kerusakan hutan), sosial (rusaknyan sumberdaya dimana masyarakat menggantungkan hidupnya dari hutan). Skema-skema lain yang terkait dengan mitigasi tentunya masih banyak, namun yang terpenting adalah bagaimana tindakan mitigasi juga dapat dilakukan pada tingkat individu dan rumah tangga terutama dimulai dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan sejak dini, tindakan tersebut antara lain: 1. Hemat penggunaan listrik: »» Gunakan lampu hemat energi »» Pilih alat-alat elektronik yang kapasitasnya sesuai kebutuhan rumah tangga kita, misalnya Magic Com/Magic Jar sesuai kebutuhan sekeluarga sehari »» Gunakan mesin cuci sesuai kapasitasnya, bila cucian sangat sedikit sebaiknya dikumpulkan dahulu hingga sesuai dengan kapasitas mesin cuci kita »» Matikan alat-alat elektronik yang sedang tidak digunakan »» Mengisi ulang batere handphone dan barang elektronik sesuai dengan waktu yang dibutuhkan, tidak ditinggal tidur »» Upayakan rumah berventilasi baik sehingga tidak terlalu tergantung pada penggunaan Air Condition (AC) »» Upayakan rumah mendapatkan cahaya matahari secara optimal sehingga pada siang hari tidak perlu menggunakan lampu. 2. Hemat penggunaan kertas dan tinta »» Untuk keperluan menulis konsep atau oretan sebaiknya menggunakan kertas bekas, misalnya bekas print yang sebaliknya masih kosong »» Memanfaatkan kertas bekas untuk amplop »» Batasi penggunaan produk disposable (sekali pakai misalnya: tissue, diaper/pamper, dsb) »» Kertas-kertas bekas dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung atau dimanfaatkan untuk dijadikan produk daur ulang. 3. Hemat penggunaan air dengan tip hemat air berikut: 24 »» Bila menggunakan shower atau washtafel, matikan kran pada saat anda bercukur, menggosok gigi dan kramas dengan cara ini anda dapat berhemat sampai dengan lebih dari 6000 L air perminggu; »» Kumpulkan air bekas mencuci sayur, gunakan air bekas ini untuk sekedar menyiram tanaman, merendam lap-lap kotor dll.; »» Lakukan cuci mobil menggunakan air dalam ember dan lap, jangan gunakan kran air; »» Periksa secara berkala dan ganti kran atau pipa air yang mulai bocor, anda dapat menghemat hingga 9500 Liter air perbulan. SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU »» Hemat penggunaan bahan bakar, misalnya: lakukan perawatan yang baik pada mesin kendaraan anda. 4. Kurangi penggunaan plastik dan kemasa, dengan tips : »» Bawa botol minum yang dapat diisi ulang ketika pergi »» Bawa wadah makan dan bekal ke sekolah »» Bawa kantong dari bahan atau plastik bekas untuk berbelanja. 25 BAB 3 PERUBAHAN IKLIM DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Pendidikan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam isu perubahan iklim, mengingat pendidikan memegang peranan strategis dalam mengatasi perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkannya baik yang terjadi saat ini dan masa datang. Pendidikan berperan penting dalam melakukan proses perubahan prilaku generasi sekarang dan mendatang dengan menanamkan nilainilai kehidupan yang berperan penting dalam isu perubahan iklim. Sejalan dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, Pasal 3 bahwa ‘Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”, maka peran pendidikan Indonesia baik melalui jalur formal, informal dan non formal salah satunya adalah menciptakan bangsa yang bertanggungjawab, termasuk bertanggungjawab dalam mengelola lingkungan yang lebih baik bagi generasi sekarang dan mendatang. Topik perubahan iklim menjadi topik yang harus menjadi bagian dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah tingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi, pengarusutamaan perubahan iklim dalam bidang pendidikan menjadi keharusan untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. 3.1. Pendidikan dan Perubahan Iklim Kebijakan pendidikan dan kurikulum dibutuhkan untuk mempromosikan strategi perubahan iklim khususnya adaptasi dan mitigasi melalui peningkatan pengetahuan, pemahaman tentang penyebab dan dampak perubahan iklim yang terjadi. Pendidikan lingkungan maupun pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan menyediakan kerangka untuk pelaksanaan pendidikan perubahan iklim. Pentingnya peran pendidikan dalam perubahan iklim juga tertuang dalam program UNFCCC, dimana Pasal 6 yang menyatakan bahwa pendidikan, peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang perubahan iklim, serta menciptakan solusi untuk memfasilitasi akses ke informasi tentang perubahan iklim adalah kunci untuk memenangkan dukungan masyarakat terkait kebijakan perubahan iklim. Dalam Protokol Kyoto Pasal 10 (e) menyerukan kepada 26 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU pemerintah untuk mendidik, memberdayakan dan melibatkan semua pemangku kepentingan dan kelompok-kelompok besar pada kebijakan yang terkait dengan perubahan iklim. Di beberapa negara pelaksanaan pendidikan perubahan iklim dilakukan baik ditingkat formal maupun non formal dan informal, bagi negara-negara yang merasakan akibat lebih parah atas terjadinya perubahan iklim telah menginisiasi upaya penyadaran masyarakat antara lain di Ekuador melalui video klip berjudul ‘Cambio Climatico’ telah mensosialisasikan perubahan iklim kepada masyarakat. Di Peru telah mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim dalam kurikulum ditingkat sekolah TK, dasar dan menengah, program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2011 di sekolah-sekolah seluruh Peru. Demikian juga negara Honduras telah menyusun modul perubahan iklim bagi para pendidik. Di Inggris dan negera-negara maju lainnya pelaksanaan pendidikan perubahan iklim telah terintegrasi dalam kurikulum sekolah. Di Indonesia, mulai banyak dikembangkan pendidikan perubahan iklim baik di tingkat formal maupun non dan informal, terutama melalui pelatihan guru-guru serta mengintegrasikan perubahan iklim dalam kurikulum. Meskipun sebetulnya isu-isu terkait perubahan iklim baik adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim sudah banyak diangkat dalam pendidikan non formal dan informal sejak tahun 1990an melalui program pendidikan lingkungan yang dikembangkan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, misalkan saja sejak tahun 1996 beberapa LSM telah mengangkat isu perubahan iklim dalam program pendidikan lingkungan melalui radio, ataupun program pendidikan lingkungan yang dikembangkan di sekolah-sekolah dampingan. Secara khusus beberapa instansi pemerintah maupun lembaga internasional dan lembaga swadaya masyarakat mulai lebih khusus lagi mengembangkan materi maupun peningkatan kapasitas untuk para pendidik untuk topik perubahan iklim, antara lain, Hans Seidel Foundation (HSF) melakukan upaya peningkatan kapasitas pendidik untuk memahami perubahan iklim dan menerbitkan buku Panduan untuk Perubahan Iklim bagi tingkatan SMP secara tematik. Britisch Council telah menyusun dan menerapkan C4C (Climate for Classrooms) untuk membantu dan mendorong siswa dari tingkat SD hingga SMA/SMK untuk lebih mudah mengerti tentang lingkungan dan perubahan iklim serta relevansi di kehidupan lokal maupun global, melalui materi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran guru dan siswa tentang dampak lokal, kerentanan dan kesempatan aksi mitigasi, adaptasi serta tantangan yang terjadi di negara sendiri serta negara lain Demikian pula instansi pemerintah, pengarus utamaan pendidikan perubahan iklim sudah mulai banyak dilakukan terutama di sektor pendidikan non formal dan informal antara lain adanya Sekolah Lapang Iklim yang ditujukan untuk para petani untuk mengatasi perubahan iklim di sektor pertanian yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian. Sementara itu Balai Metereologi dan Klimatogi (BMKG) juga telah meluncurkan panduan untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang kemudian dijadikan sebagai bahan untuk mengintegrasikan perubahan iklim dalam pendidikan formal. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan upaya-upaya mengintegrasikan perubahan iklim dalam kurikulum. Di tingkat pendidikan non formal, sudah banyak dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang mendorong generasi muda dan masyarakat umum untuk lebih mengetahui dan peduli serta mengatasi dan mencegah terjadinya perubahan iklim, seperti kegiatan anak muda yang di inisiasi oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Yayasan Pembangunan Berkelanjutan dengan program Climate Smart Leader, dan masih banyak yang lainnya. 27 3.2. Perubahan Iklim dalam Pendidikan Lingkungan dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia Adaptasi dan mitigasi menyangkut prilaku manusia, agar perubahan iklim dapat dihindari dimasa sekarang dan mendatang maka perubahan prilaku manusia harus menjadi modal dasar untuk tindakan adaptasi dan mitigasi. Di itingkat internasional telah menjadi perhatian bahwa pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan harus diiringi dengan sumberdaya manusia yang memiliki pola pikir kritis yang ditunjang oleh pengetahuan yang cukup serta prilaku yang bertanggungjawab, sehingga para pemimpin dunia yang berkumpul di Stockholm pada tahun 1972 bersepakat bahwa kegiatan pendidikan sangat penting untuk menciptakan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat dalam mengelola dan melestarikan lingkungan, ini yang kemudian dikenal dengan Pendidikan Lingkungan. Pendidikan lingkungan kemudian dibahas dalam konferensi Internasional di Belgare tahun 1975 yang menyatakan bahwa pendidikan lingkungan ditujukan untuk mengembangkan penduduk dunia yang sadar dan memperhatikan lingkungan serta masalah-masalah lingkungan yang terkait, memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap, motivasi dan kepedulian untuk memecahkan masalah lingkungan yang ada sekarang dan mencegah terjadinya masalah-masalah baru dimasa depan. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dikembangkan untuk mendorong lahir dan meningkatnya : »» Kesadaran/Kepekaan, adalah satu proses dimana orang mulai terbangkitkan ketertarikannya, keinginannya untuk mengetahui suatu hal, seperti lingkungan sekitar mereka, persoalan lingkungan, sosial dsb. »» Pengetahuan, munculnya kesadaran ataupun kepekaan haruslah diiringi dengan pengetahuan akan hal yang diminati tersebut sehingga dapat dipelajari dan dihayati. »» Keahlian, ketika pengetahuan sudah dimiliki maka hal penting lainnya adalah bagaimana pengetahuan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, maka diperlukanlah keahlian-keahlian tertentu yang dapat membantu kita berkontribusi dalam suatu aksi. »» Sikap, tanpa perubahan dari dalam diri kita sendiri, pengetahuan dan keahlian yang telah dimiliki tidak akan berarti banyak dan bermanfaat bagi pihak lain, maka dalam PLH perubahan sikap merupakan salah satu bagian terpenting yang harus dikembangkan. »» Partisipasi, apabila hanya individu saja yang bergerak tidak akan banyak membantu perubahan yang kita inginkan, oleh karena itu PLH harus dapat mendorong munculnya partisipasi dan aksi langsung dari setiap individu secara bersama-sama. Dalam mengembangkan PLH kita juga perlu mempelajari dan mempertimbangkan prinsip-prinsip yang mendasari PLH, ada banyak prinsip dalam PLH, salah satu yang menarik adalah prinsip dasar dikatis PLH yang dikembangkan oleh Dr. Helmut Wittmann (German) yang meliputi: 1. Bekerja Menyeluruh, yang dimaksud menyeluruh adalah mencakup semua dimensi yang berhubungan dengan penguasaan alam, baik dengan alat indera maupun dengan kegiatan tangan. Banyak hal yang dapat dimengerti dengan pemikiran, sementara yang lainnya diperoleh dengan perabaan, penciuman atau pendengaran, dan yang lainnya dapat dilakukan dengan suatu kompromi. 2. Diterpakan sesuai dengan situasi –kondisi-kesejarahan, sesuatu yang dapat dipelajari memerlukan situasi yang dapat menyentuh perasaan; dapat memahami kondisi tempat 28 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU kita berada, dan dapat membantu unsur kesejarahan artinya hubungan keterkaitan masa lampau dan masa sekarang serta masa yang akan datang. 3. Menuntut tindakan, artinya belajar yang paling baik adalah proses belajar yang dapat menentukan ‘boleh berbuat sendiri dan harus berbuat sendiri dibawah tanggungjawab sendiri”. Pendekatan partisipatif dan komunikatif antara guru dan murid, antara kelompok sasaran dan fasilitator, antara audiens dengan pembicara dll. Merupakan hal yang harus dilakukan. Keterlibatan aktif dan tindakan nyata yang bertanggungjawab, merupakan prinsip yang harus dikembangkan dalam PLH Tiga prinsip didaktis PLH tersebut apabila dikaitkan dengan pendidikan disekolah sebagai salah satu pendidikan formal harus mencakup seluruh sekolah, bukan hanya untuk siswa, tapi juga guru, staf sekolah, lingkungan fisik-biofisik yang ada di sekolah serta lingkungan sekitarnya menjadi bagian dalam PLH. Prinsip lainnya adalah bahwa PLH : »» Merupakan proses pendidikan sepanjang hayat pada semua tingkatan pendidikan »» Sebuah hubungan (interaksi) yang terjadi dan terbangun antara alam dan lingkungan sosial. »» Memerlukan pendekatan yang holistik dan pendekatan interdisplin dari setiap elemen untuk belajar dari pengalaman-pengalaman selama ini khsususnya pengalaman berinteraksi langsung dengan alam dan pembangunan serta lingkungan sosial. »» Komponen utamanya adalah manusia »» Harus meliputi proses untuk membangkitkan kesadaran, pengetahun, keahlian, perubahan tingkah laku dan pola tindak, serta partisipasi aktif dari setiap individu maupun kelompok masyarakat »» Didasari pengetahuan system ekologi dan sosial Konsep PLH serta prinsip yang dikembangkan PLH sejalan dengan tujuan utama mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, penerapan PLH yang memang sudah lama dilakukan di Indonesia secara formal di era tahun 1975 dan lebih aktif lagi dilaksanakan pada periode 1990an. Di tingkat Internasional sejak tahun 1992, dimana Konferensi PBB untuk Lingkungan dan Pembangunan yang dikenal dengan The Earth Summit, dalam hasil kesepakatanya berupa Agenda 21, telah memberikan prioritas tinggi bagi peranan pendidikan dalam mencapai jenis pembangunan yang akan menghormati dan menjaga lingkungan alam. Pertemuan ini berfokus pada proses orientasi dan re-orientasi pendidikan dalam rangka membantu perkembangan nilai-nilai dan tingkah laku yang bertanggung jawab bagi lingkungan, juga untuk menggambarkan jalan dan cara melakukannya. Pada Pertemuan Tingkat Tinggi Johannesburg pada tahun 2002 visi ini telah diperluas pada upaya meraih keadilan sosial dan memerangi kemiskinan sebagai prinsip-prinsip kunci dari pembangunan yang berkelanjutan yaitu: “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengesampingkan kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri”. Sidang PBB pada bilan Desember 2002 juga telah menyatakan Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan untuk periode 2005-2014, dengan menekankan bahwa pendidikan adalah unsur yang sangat diperlukan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. 29 Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan mengembangkan nilai-nilai antara lain : »» Penghargaan atas martabat dan hak asasi manusia untuk semua orang di seluruh dunia dan komitmen pada keadilan sosial dan ekonomi bagi semua; »» Penghargaan atas hak asasi manusia dari generasi masa depan dan komitmen pada pertanggungjawaban antar generasi; »» Penghargaan dan kepedulian bagi komunitas kehidupan yang lebih luas dengan semua keragamannya yang melibatkan perlindungan dan pemulihan pada ekosistem bumi; »» Penghargaan atas keragaman budaya dan komitmen untuk membangun secara lokal dan global sebuah budaya toleransi, nirkekerasan dan perdamaian. Pendidikan adalah kesempatan terbaik mengenalkan dan menerapkan nilai dan perilaku yang dikandung pembangunan berkelanjutan. Saat ini sangat dibutuhkan pndidikan yang transformatif: pendidikan yang membantu menuju perubahan-perubahan fundamental yang dituntut oleh tantangan dari keberlanjutan. Pendidikan memungkinkan manusia sebagai individu dan komunitas untuk memahami diri sendiri dan orang lain, dan hubungan dengan alam dan lingkungan sosial yang lebih luas. Pemahaman ini menjadi dasar yang kokoh untuk menghormati alam dan manusia yang menghuninya. Hal ini sejalan dengan upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim, dimana pembangunan berkelanjutan diharapkan dapat membangun kesadaran para pelajar dan masyarakat untuk membatasi kerusakan pada atmosfir dan mencegah perubahan iklim yang berbahaya, serta pentingnya perjanjian internasional bagi seluruh penduduk bumi. Kerangka pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan dan pedagogi dapat memberikan kerangka pendidikan yang mencakup lingkungan,sosial, ekonomi, etika dan isuisu politik yang dikembangkan dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mendasari pembangunan berkelanjutan; »» Keseimbangan yang berkelanjutan dari aspek alam/lingkungan, masyarakat dan ekonomi; »» Mempromosikan belajar seumur hidup; »» berbasis lokal relevan dan sesuai dengan budaya; »» didasarkan pada kebutuhan lokal, persepsi dan kondisi, namun mengakui bahwa Memenuhi »» Kebutuhan lokal sering memiliki efek internasional dan konsekuensi; »» Melibatkan pendidikan formal, non-formal dan informal; »» Mengakomodasi sifat berkembang dari konsep keberlanjutan; »» Membangun kapasitas masyarakat sipil dalam pengambilan keputusan, yang memiliki toleransi sosial,lingkungan »» Interdisipliner. »» Menggunakan berbagai teknik pedagogis yang mempromosikan pembelajaran partisipatif dan keterampilan berpikir. Baik pendidikan lingkungan hidup maupun pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan sebetulnya telah menyediakan kerangka bagi pendidikan perubahan iklim, yang dapat 30 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU mempromosikan pemahaman perubahan iklim secara sistemik dan multi-disiplin tentang penyebab dan konsekuensinya, serta mengusulkan pendekatan pendekatan pembelajaran yang mendorong pemikiran kritis dan pemecahan masalah serta mendorong munculnya keterampilan, serta sikap dan pengetahuan yang memberdayakan individu dan masyarakat dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan. Pendidikan perubahan iklim harus dapat membuat orang sadar akan dampak dari emisi gas rumah kaca, yang diakibatkan dari pola konsumsi dan gaya hidup,serta mencari solusi alternatif untuk pemecahan masalah agar tetap terjadi keberlanjutan hidup bagi generasi sekarang dan mendatang. Pendidikan perubahan iklim pendidikan untuk adaptasi diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik untuk mengatasi risiko akibat perubahan iklim, karena perubahan iklim memiliki dampak yang sangat parah bagi kehidupan masyarakat dunia baik yang tinggal di pedesaan, perkotaan, pegunungan maupun pesisir, terutama terhadap anak-anak dan perempuan. Pendidikan untuk perubahan iklim juga harus mempersiapkan dan melindungi peserta didik, sistem pendidikan, dan infrastruktur pendidikan terhadap dampak dari perubahan iklim, misalkan saja kesiapan terhadap ancaman bencana akibat perubahan iklim antara lain hancurnya gedung sekolah, akibat bencana secara psikologis banyak anak-anak dan masyarakat yang mengalami guncangan, kesejahteraan terganggu, pendidikan iklim harus dapat menumbuhkan kesiapan terhadap bencana (tanggap bencana) mengajar peserta didik bagaimana bereaksi dalam situasi bencana. Pendidikan perubahan iklim harus dapat mendorong peran penting bagi peserta didik untuk mengatasi pertumbuhan penduduk, kemiskinan, degradasi lingkungan, kekurangan air, konflik, krisis kesehatan global. Di tingkat formal, pendidikan perubahan iklim tidak terbatas pada untuk mengajar komposisi atmosfer dan proses dari perspektif ilmu pengetahuan alam, namun lebih holistik dan lintas kurikulum dan disiplin ilmu. Pendidikan untuk mitigasi perubahan iklim yang bersifat global antara lain bertujuan untuk mengubah pola tindak dari diri setiap individu yang dapat ditunjukan dengan perubahan pla konsumsi, termasuk pola konsumsi penggunaan bahan bakar. Sementara ketrampilan sangat diperlukan dalam pendidikan adaptasi, Persiapan pendidikan perubahan iklim harus segera dilakukan, termasuk di Indonesia meskipun upaya-upaya telah mulai dilakukan, namun harus dilakukan tidak lagi sporadis dalam noktah-noktah yang sebarannya masih belum merata, tapi menyeluruh meliputi seluruh lapisan masyarakat dan seluruh wilayah di Indonesia. 31 BAB 4 PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM DALAM KURIKULUM SEKOLAH Seperti diuraikan pada bab tiga, bahwa pendidikan memiliki peran dan posisi strategis dalam menghadapi permasalahan perubahan iklim, melalui proses pembelajaran, para pendidik dapat memberikan informasi lebih awal kepada peserta didiknya mengenai penyebab dan akibat perubahan iklim. Agar dapat memberikan informasi dan menyusun kegiatan dengan baik, pengetahuan tentang perubahan iklim termasuk tindakan adaptasi dan mitigasi serta metoda pendekatan yang tepat disampaikan kepada peserta didik tentunya sangat diperlukan bagi para pendidik. Bagian ke-empat dari buku ini, memaparkan pengembangan pendidikan perubahan iklim yang terintegrasi dalam kurikulum untuk tingkat sekolah menengah pertama yang diharapkan dapat membantu pendidik dalam menerapkan di sekolah. 4.1. Integrasi perubahan iklim dalam mata pelajaran Upaya memasukan perubahan iklim dalam pendidikan formal tingkat sekolah dasar dan menengah dalam bahasan ini adalah sekolah tingkat menengah pertama dapat dilakukan dengan mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Integrasi perubahan iklim merupakan salah satu strategi untuk menyediakan pengalaman belajar dalam meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku dan berperan aktif dalam upaya adaptasi dan mitigas dalam konteks sekolah. Integrasi sebagai sebuah proses untuk menempatkan fakta, konsep, pesanpesan atau isu dalam konteks mata pelajaran lain serta memfokuskan untuk merangsang siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Pilihan untuk mengintegrasikan perubahan iklim dalam mata pelajaran sekolah menengah pertama dilandasi pertimbangan bahwa : 32 »» Sekolah merupakan media yang sangat efektif untuk membekali pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku positip terhadap lingkungan hidup termasuk isu perubahan iklim dan tindakan adaptasi dan mitigasi yang harus dilakukan segera. »» Dapat menumbuhkan rasa kepedulian dan komitmen terhadap lingkungan hidup; SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU »» Guru dan siswa dapat berperan sebagai alat untuk menciptakan kesadaran masyarakat tentang tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Keberhasilan pelaksanaan pengintegrasian topik perubahan iklim memerlukan kreativitas pendidik merumuskan dan menentukan metode pembelajarannya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengintegrasian sebagai berikut: »» Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang akan diintegrasikan; »» Menentukan substansi yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik; »» Memperhatikan urutan logis mata pelajaran dalam menentukan substansi; »» Menentukan metoda dan kegiatan pembelajaran »» Menentukan indikator »» Menentukan jenis penilaian »» Mempertimbangkan waktu yang dialokasikan. »» Menentukan alat/bahan/sumber belajar Umumnya metoda yang dapat digunakan berupa eksperimen, observasi, studi lapangan, studi pustaka, diskusi kelompok, presentasi, wawancara, bermain peran, debat, permainan alam, permainan,berpartisipasi aktif dalam kegiatan terkait lingkungan, dll. Sementara untuk pembelajaran, metode inquiry dapat dipakai dalam sebagai panduan dalam merancang langkah-langkah pembelajaran, dengan tahapan langkah-langkah sebagai berikut ; 1. Tuning in Memancing ketertarikan siswa akan topic pembelajaran yang akan dibahas. Kegiatan dapat berupa pemutaran film, atau dengan menunjukkan gambar tentang sumberdaya alam. Misalkan untuk contoh terkait topik perubahan iklim, beberapa pertanyaan Contoh pertanyaan panduan: “Apakah yang anda ketahui tentang sumber gas rumah kaca?”; atau “Apakah yang ingin anda pelajari lebih lanjut tentang gas rumah kaca?” 2. Finding out Siswa diminta untuk mengidentifikasi rata-rata emisi yang dihasilkan dalam kegiatan transportasi sehari-hari. 3. Sorting out Memilih sumber informasi yang tepat untuk melakukan kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca. Pertanyaan panduan: “Bagaimana anda akan mencari informasi dan mengumpulkannya?” 4. Going Further Melakukan kegiatan yang sudah direncanakan. Pertanyaan panduan: “Apa yang ingin anda pelajari lebih lanjut? “; dan “Tindakan apakah yang akan anda lakukan selanjutnya?” 5. Reflection Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Pertanyaan panduan: “Dari topik yang sedang dipelajari, bagian manakah yang paling anda sukai dan atau tidak sukai?”; dan “Menurutmu mengapa kita harus mempelajari topik ini?” 33 6. Action Pada bagian ini siswa akan menetapkan komitmen untuk menjadikan kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai suatu kebiasaan. Contoh pertanyaan panduan yang bisa diajukan guru untuk memancing komitmen siswa antara lain: “Bagian mana dari pelajaran yang dapat kita terapkan dalam keseharian?” dan “Apa yang akan anda lakukan sebagai hasil dari pembelajaran?, tuliskan komitmenmu” Untuk menerapkan integrasi perubahan iklim dalam mata pelajaran, para pendidik dapat menerapkan proses belajar efektif yang mencakup tahapan sebagai berikut: 1. Kegiatan Pendahuluan, Didasari dengan apersepsi dan memicu motivasi peserta didik yang dapat diawali dengan: »» Penyampaian informasi tentang kompetensi dasar »» Tanya jawab berbagai hal terkait dengan wawasan siswa mengenai materi akan diajarkan. yang 2. Kegiatan Inti, kegiatan inti terdiri dari proses : a. Eksplorasi, Dalam kegiatan eksplorasi, guru: i. Menyampaikan gambar-gambar ilustrasi bencana yang terjadi dikaitkan dengan perubahan iklim ii. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam jadi guru dan belajar dari aneka sumber; iii. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; iv. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; v. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan vi. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, atau lapangan. b. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: i. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna; ii. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; iii. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; iv. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; v. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; vi. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; vii.Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun 34 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU kelompok; c. Konfirmasi,dalam kegiatan konfirmasi, guru: i. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, ii. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, iii. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, iv. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: • berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; • membantu menyelesaikan masalah; • memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; • memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; • memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 3. Kegiatan Penutup, dalam kegiatan penutup, guru: a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/ simpulan pelajaran; b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; 4.Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian. a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan 35 posisi seseorang terhadap kelompoknya. c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan. Pengintegrasian perubahan iklim dalam kurikulum sekolah sebaiknya memperhatikan Standar Kompetensi (SK) kurikulum yang berlaku, dengan tujuan menanamkan nilai-nilai penting pada seluruh individu di sekolah untuk mengatasi perubahan iklim yang terjadi dengan melakukan adaptasi dan mitigasi pada kehidupan sehari-hari khususnya di lingkungan sekolah dan sekitar. Bagian empat dari buku ini, diharapkan dapat membantu pendidik untuk menerapkan integrasi perubahan iklim dalam kurikulum sekolah tingkat sekolah menengah pertama. Semua mata pelajaran sebetulnya dapat mengintegrasikan isu perubahan iklim, termasuk pelajaran agama, kesehatan jasmani, namun dengan keterbatasan waktu, pada bagian ini hanya beberapa mata pelajaran yang tim penulis eksplorasi bersama-sama para wakil pendidik untuk dijadikan contoh dalam melakukan integrasi perubahan iklim dalam kurikulum, yaitu: Bahasa Indonesia, IPS, IPA dan PKN untuk setiap tingkatan, kelas VII, VIII dan IX. Pemetaan Standar Kompetensi yang mengintegrasikan topik perubahan iklim pada masing-masing tingkatan di sekolah menengah pertama dapat dijabarkan sebagai berikut. 4.2. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas VII Pemetaan topik perubahan iklim di kelas VII untuk pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, IPA dan PKN dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Pengantar/pendahuluan yang menjabarkan tentang perubahan iklim, pemahaman tentang cuaca dan iklim, proses terjadinya perubahan iklim serta yang mempengaruhi terjadinya perubahan iklim. Dengan 2. E nergi, topik yang sangat terkait dengan sumber energi dan cadangannya; kebutuhan energi berdasarkan lokasi dan pengguna akhir. 3. T ransportasi yang meliputi topik kebutuhan transportasi dan penggunaan bahan bakar transportasi 4. D eforestasi dan degradasi hutan, dengan sub topik hutan dan fungsinya, peran hutan dalam perubahan iklim, peran hutan rawa dan gambut, serta deforestasi dan degradasi hutan. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3. yang menyajikan peta topik pembelajaran perubahan iklim kelas VII. 36 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Energi Terbarukan dan Energi tidak Terbarukan Potensi dan Jenis-jenis Energi di Indonesia Cuaca dan Iklim SK PKn: 1; 3; Sumber-Sumber Energi dan Cadangannya SK IPS: 2;3;4;6 Apakah Perubahan Iklim itu? dan Apa Pola Pemanasan Global? SKIPA: 1;2;3;4;7 SK Bahasa: 1;3;6;9 Bab 1. Pendahuluan Sumber Energi Biomasa Kebutuhan Energi Berdasarkan Wilayah Energi Sumber-Sumber Energi dan Cadangannya Apakah Gas Rumah Kaca Itu? SK IPS: 2;3;4;6 Perubahan Iklim SK Bahasa: 1;3;6;9 Proses Pemanasan Global Bisa Dijelaskan Melalui Alur Proses Efek Rumah Kaca Hutan dan Fungsinya Peran Hutan dalam Perubahan Iklim Kebutuhan Transportasi Perkembangan Teknologi Transportasi Deforestasi dan Degradasi Hutan Transportasi Pola Penggunaan Bahan Bakar Emisi dari Sektor Transportasi Proses Terjadinya Perubahan Iklim SKIPA: 1;2;3;4;7 Pergerakan Arus Barang Pergerakan Arus Manusia Bagaimana Iklim Berubah Penggunaan Bahan Bakar dalam Sektor Transportasi SK Bahasa: 1;3;6;9 SK IPS: 2;3;4;6 SK PKn: 1;3; SKIPA: 1;2;3;4;7 SK IPS: 2;3;4;6 SK Bahasa: 1;3;6;9 SKIPA: 1;2;3;4;7 Peran Hutan Rawa gambut dalam Perubahan Iklim Apakah Tanah Gambut Itu? Mengapa Lahan Gambut Penting? Deforestasi dan Degradasi Hutan SK PKn: 1;3; Gambar 3. Peta Pembelajaran Perubahan Iklim Kelas VII Dalam mengintegrasikan perubahan iklim di kelas VII, yang perlu diperhatikan adalah pemahaman pendidik tentang topik, nilai-nilai yang harus diterapkan, dapat mengacu pada nilai-nilai konsep pendidikan lingkungan maupun konsep pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Kompetensi dasar mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PKN untuk kelas VII yang terkait perubahan iklim berdasarkan hasil identifikasi (dari hasil proses lokakarya dengan beberapa guru perwakilan sekolah) disajikan pada Tabel 1, sebagai contoh silabus untuk kelas VII pelajaran IPA disajikan pada lampiran 1 Materi pembelajaran kelas VII, untuk masing-masing topik perubahan iklim dapat dijabarkan sebagai berikut : Sebagai contoh untuk mengintegrasikan perubahan iklim dalam pelajaran IPS kelas VII dengan SK 4.2.Membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan obyek geografi, tahapan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, juga mendorong perubahan prilaku yang bertanggungjawab khususnya dalam upaya mitigasi perubahan iklim sebagai contoh dapat dilihat pada Box 1 berikut. Pembelajaran perubahan iklim di kelas VII lebih untuk membuka pengetahuan tentang perubahan iklim, gas rumah kaca, sumber energi fosil sebagai sumber emisi serta fungsi dan peran hutan. 37 Tabel 1. Standar Kompetensi Kelas VII untuk mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PKN yang dapat mengintegrasikan perubahan iklim. IPA IPS Bahasa Indonesia PKN 1.3 Menerapkan norma-norma kebiasaan, adat istiadat dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 1.2. Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya 4.1. Menggunakan peta, atlas,dan globe, untuk mendapat-kan informasi keruangan 1. 1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari 4.2. Membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan obyek geografi 1.2 Menuliskan kembali berita yang dibacakan ke dalam beberapa kalimat 2.3 Menjelaskan nama unsur dan rumus kimia sederhana 4.3. Mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk 3.1 Menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca memindai 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem 4.4. Mendeskripsikan gejalagejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan. 3.2 Menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata per menit 7.3 Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha serta peninggalan-peninggalannya. 6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya. 6.2 Bercerita dengan alat peraga 6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi. 6.2. Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi, yang meliputi kegiataan konsumsi, produksi, dan distribusi barang /jasa 6.3. Mendeskripsikan peran badan usaha, termasuk koperasi, sebagai tempat berlang sungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi 6.4. Menggunakan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan 38 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Integrasi Perubahan Iklim Topik Hutan Gambut dalam Mata Pelajaran IPS Kelas VII a. Kompetensi dasar ; b. »» KD 4.2. membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan obyek geografi, »» Materi pembelajaran : sketsa wilayah dan obyek geografi dan simbol-simbol geografi pada peta Tujuan pembelajaran: »» Membuat sketsa wilayah dan obyek geografi dari peta atau observasi lapangan. »» Menentukan simbol-simbol geografi pada peta. c. Proses pembelajaran. »» Integrasi perubahan iklim terkait dengan peran hutan rawa gambut dalam perubahan iklim, maka proses pembelajaran di kelas dapat difasilitasi dengan langkah-langkah berikut: i. ii. Kegiatan pendahuluan »» Menyiapkan bahan dan peralatan kertas plano dan spidol berwarna »» Menyiapkan bahan materi tentang hutan gambut »» uru mengawali dengan penjelasan tujuan standar kompetensi dgan menanyakan G ‘Apakah ada yang pernah mengetahui atau membuat sketsa sekolah atau lingkungan sekitar? Kegiatan pelaksanaan »» »» Untuk membangkitkan antusias siswa, mulai kelas dengan permainan pembangkit antusias, misalkan permainan animal instinct, dengan langkah berikut: • Minta siswa untuk keluar kelas dan berkumpul di halaman, apabila jumlah siswa sedikit bisa dilakukan di depan kelas • etiap siswa diminta untuk menirukan suara hewan yang ada di hutan rawa, sambil S menutup mata (misalkan guru menetapkan jenis hewan nya antara lain : burung kuntul, ular, serangga pengerek, kucing hutan). berdasarkan pilihan yang diberikan tanpa sepengetahuan kawan lainnya. • Minta siswa untuk berkumpul sesuai dengan bunyi suara hewan tersebut. • elompok berdasarkan suara hewan tersebut menjadi kelompok untuk bekerja K bersama membuat peta lokasi sekitar ahap Konfirmasi dan Eksplorasi:. Selanjutnya guru meminta setiap kelompok untuk T mencari arah menggambar sketsa lingkungan sekitar mereka dan menandai dengan simbol-simbol yang disepakati sesuai dengan standar pembuatan peta. Untuk mengintegrasikan fungsi hutan gambut dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, minta setiap kelompok untuk menandai daerah-daerah yang harus dilindungi dan dipulihkan untuk menjaga lingkungan kehidupan mereka. 39 »» Elaborasi: Setelah setiap kelompok selesai melakukan pembuatan sketsa, minta setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. »» Konfirmasi. Selanjutnya guru memberikan masukan dan materi untuk melengkapi proses belajar langsung dengan materi dengan mengacu pada materi pembelajaran pembuatan sketsa lokasi dan menambahkan penjelasan terkait fungsi hutan gambut dan kaitannya terhadap perubahan iklim. »» enutup, pada akhir kelas, pendidik/guru dapat memberikan informasi tindak lanjut P atau pekerjaan rumah untuk mengawali materi selanjutnya. d. Penilaian Guru dapat menilai bukan hanya dari sisi cara membuat peta dengan sketsa, dengan simbolsimbolnya namun juga dapat memberikan penilaian dari pemaham siswa tentang peran hutan gambut atau cara beradaptasi terhadap bencana lingkungan. Guru juga dapat menilai munculnya kesadaran dari para peserta didik dengan melihat antusias dan pertanyaan kritis dan upaya tanggung jawab peserta didik. e. Sumber belajar Selain materi yang tersedia dalam buku pelajaran perubahan iklim untuk informasi hutan gambut dapat di link: http://ekologi-hutan.blogspot.com/2011/10/ekosistem-hutan-gambut.html Peta SOLITAPeta SOsial Lingkungan KiTA Catatan: Kegiatan ini dapat dilakukan juga untuk sekolah yang berlokasi di perkotaan yang padat, dengan topik perubahan iklim dikaitkan dengan apa saja yang berubah pada peta yang terjadi sekarang dengan sebelumnya, Sumber: Pengalaman penerapan oleh Yayasan DeTara 40 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU 4.3. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas VIII Topik pembelajaran perubahan iklim di kelas VIII ditujukan untuk mempelajari, memahami tentang dampak-dampak yang terjadi dalam perubahan iklim yang meliputi ; 1. Dampak perubahan iklim terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial 2. K egiatan transportasi dan kaitannya dengan perubahan iklim, termasuk di dalamya tentang penggunaan sarana transportasi dan peran transportasi dalam perubahan iklim 3. D ampak pemanfaatan energi terhadap perubahan iklim yang meliputi pemanfaatan energi dan dampaknya terhadap perubahan iklim dan dampak pemanfaatan energi primer dalam ketenegagaan listrik 4. D ampak deforestasi dan degradasi hutan, yang meliputi peran manusia dalam deforestasi dan degradasi hutan, serta dampaknya terhadap perubahan iklim dan peran hutan gambut. Dampak PI terhadap aspek lingkungan B Ind 3.1, Pola Penggunaan Sarana Transportasi IPA 1.6 Dampak PI terhadap aspek ekonomi B Ind 10.1, 11.2 Kegiatan Transportasi Versus PI B Ind 3.1, IPA 1.6 Dampak PI Dampak PI terhadap aspek sosial Peran transportasi terhadap PI B Ind 10.1, B Ind 3.1 11.2 Peran Manusia dalam Deforestasi dan degradasi hutan Perubahan Iklim IPS; 1.2, 4.1 ; PKN 3.3 Akibat Deforestasi dan Degradasi Hutan Dampak pemakaian energi primer sektor ketenagalistrikan terhadap PI B Ind; 12.3 Dampak Pemanfaatan Energi Terhadap PI Akibat Deforestasi dan Degradasi hutan terhadap PI IPS; 1.3, 4.1 Peran hutan rawa gambut terhadap PI IPS; 1.2, 1.3, 4.1 Pemanfaatan energi dan dampaknya terhadap PI B Ind 12.3 Gambar 4. Peta Pembelajaran Perubahan Iklim Kelas VIII 41 Tabel 2. Standar Kompetensi Kelas VIII untuk mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PKN yang dapat mengintegrasikan perubahan iklim. IPA IPS Bahasa Indonesia PKN 1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup 1.1 Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk 3.1 Menemukan infor¬masi secara cepat dan tepat dari ensiklopedi/buku telepon dengan membaca memindai. 1.4 Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat 2.2 Mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau 1.2 Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya 3.3Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per menit. 3.3.Mentaati peraturan perundang-undangan nasional 5. 3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip usaha, dan energi serta penerapannya dalam kehidupan 1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan 10.1 Menyampaikanpersetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan 1.4 Mendeskripsikan permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan. 12.3 Menulis slogan/poster untuk berbagai keperluan dengan pilihan kata dan kalimat yang bervariasi serta persuasi 2.1 Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperalisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah 2.2.Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional, identitas Indonesia , dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia 3.1 Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/AIDS, PSK, dan sebagainya) sebagai akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat 3.2 Mengidentifikasi berbagai usaha pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat 4.1. Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas 4.2.Mendeskripsi-kan pelaku ekonomi : rumah tangga, masyarakat, perusahaan, koperasi, dan negara 4.3.Mengidentifikasi bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat 42 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Contoh silabus mata pelajaran IPS kelas delapan disajikan pada lampiran 2, sementara silabus pelajaran PKN kelas delapan disajikan pada lampiran 3. Untuk pengintegrasian dampak perubahan iklim pada pelajaran IPS, KD 3.1. mendeskripsikan permasalahan lingkungan dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan, box berikut dapat dijadikan sebagai contoh tahapan pengintegrasian. Integrasi Perubahan Iklim Dampak Perubahan Iklim terhadap Lingkungan dalam Mata Pelajaran IPS Kelas VIII a. Kompetensi dasar ; »» KD 3.1. mendeskripsikan permasalahan lingkungan dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan »» Materi pembelajaran : dampak perubahan iklim terhadap lingkungan b. Tujuan pembelajaran: »» memahami dampak perubahan iklim terhadap lingkungan c. Proses pembelajaran »» integrasi perubahan iklim yang dapat dilakukan dalam terkait dengan dampak perubahan iklim, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menfasilitasi kelas : i. Kegiatan pendahuluan »» Menyiapkan bahan dan peralatan kertas plano dan spidol berwarna »» Menyiapkan bahan materi tentang dampak perubahan iklim terhadap lingkungan »» Guru mengawali dengan penjelasan tujuan standar kompetensi dengan menanyakan ‘Apakah ada yang tahu tentang permasalahan lingkungan?’ ii. Kegiatan pelaksanaan »» Kegiatan pelaksanaan diawali dengan sebuah permainan yang disebut Gempa yang dapat membangkitkan antusias peserta, dengan tahapan sebagai berikut: »» Minta siswa untuk keluar kelas dan berkumpul di halaman, apabila jumlah siswa sedikit bisa dilakukan di depan kelas »» Minta siswa untuk membentuk lingkaran, sampaikan bahwa Indonesia merupakan negara rawan gempa, dan bila guru menyampaikan terjadi gempa di Indonesia maka semua siswa dapat keluar dari lingkarannya dan kembali mencoba membentuk lingkaran besar. Selanjutnya dapat ditentukan untuk membagi kelompok dengan menyampaikan misalkan apabila gempa terjadi di Papua siswa diminta untuk berkelompok 13 orang, bila gempa terjadi di Sulawesi maka siswa harus berkelompok sembilan orang, bila terjadi di Sumatra maka siswa dapat berkelompok sebanyak 7 orang, bila gempa terjadi di Jawa maka siswa berkelompok 5 orang dan bila terjadi di Bali berkelompok 3 orang. Permainan ini dapat digunakan sekaligus untuk berbagi kelompok. »» Tahap Konfirmasi dan Eksplorasi:. Selanjutnya guru meminta setiap kelompok (maksimal dalam satu terdiri dari 5 orang) untuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan dengan menggambarkan pada kertas plano yang disediakan, tiap kelompok dapat mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang berbeda, misalkan untuk identifikasi permasalahan lingkungan yang terjadi di perkotaan; di pesisir dan pantai, di wilayah pertanian, di wilayah pegunungan. »» Elaborasi: Setelah setiap kelompok selesai melakukan identifikasi, minta setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. »» Konfirmasi. Selanjutnya guru memberikan masukan dan materi untuk melengkapi proses belajar langsung dengan materi dengan mengacu pada materi pembelajaran identifikasi permasalahan lingkungan yang terjadi di setiap wilayah tersebut dan kaitannya dengan perubahan iklim. Misalkan guru dapat memaparkan dampak perubahan iklim terhadap wilayah pesisir dan pantai dan kesehatan antara lain: 43 i. ii. Kerusakan terumbu karang yang terjadi di wilayah Indonesia telah peningkatan laju abrasi pantai. Luas terumbu karang Indonesia diduga berkisar antara 50.020 Km2 (Moosa dkk, 1996 dalam KLH, 2002) hingga 85.000 Km2 (Dahuri 2002). Diperkirakan sebagian terumbu karang Indonesia akan hilang dalam 10-20 tahun dan sebagian lainnya akan hilang dalam 20-40 tahun. Rusaknya terumbu karang mempunyai dampak pada masyarakat pesisir, misalnya berkurangnya mata pencaharian nelayan kecil karena ikan dan biota laut lainnya semakin berkurang Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan, guru dapat memaparkan tentang: »» Dampak langsung dari perubahan iklim terhadap kesehatan manusia dapat berbentuk: stress akibat perubahan variabel iklim, kelainan panas, perubahan respon kekebalan. Dampak tidak langsungnya berupa bertambahnya penyakit yang dibawa oleh nyamuk karena perubahan praktik pertanian, bertambahnya kejadian kekurangan gizi yang menyebabkan bertambahnya frekuensi tuberculosis (TBC), campak dan pes, bertambahnya penyakit yang dibawa oleh vektor yang disebabkan kondisi sanitasi yang buruk dan betambahnya penyakit yang dibawa oleh air yang disebabkan dari bertambahnya frekuensi dan magnitude dari banjir dan kekeringan (KLH, 1994). Laporan yang sama juga memprediksi kenaikan angka kejadian malaria, DBD dan diare di masa mendatang. Dari tahun 1989 hingga 2070, kejadian malaria akan meningkat sebanyak 18% dan DBD akan bertambah 4 kali lipat. »» Laporan WHO (2002) menyimpulkan bahwa perubahan iklim menyebabkan meningkatnya 2,4% kasus diare dan 6% kasus malaria di dunia pada tahun 2000. Penutup, pada akhir kelas, pendidik/guru dapat memberikan informasi tindak lanjut atau pekerjaan rumah untuk mengawali materi selanjutnya. d. Penilaian Guru dapat menilai memberikan penilaian terkait pengetahuan peserta didik tentang permasalahan lingkungan dan dampak perubahan iklim, kreativitas siswa pada saat menggambarkan hasil diskusi, peran aktif siswa dalam kelompok. Selain itu Guru juga dapat menilai munculnya kesadaran dari para peserta didik dengan melihat antusias dan pertanyaan kritis dan upaya tanggungjawab peserta didik. e. Sumber belajar Selain materi yang tersedia dalam buku pelajaran, persoalan lingkungan, dampak perubahan iklim dapat dilink dari berbagai sumber antara lain : Sumber: Pengalaman penerapan oleh Yayasan DeTara 44 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU 4.4. Pembelajaran Topik Perubahan Iklim di Kelas IX Pembelajaran topik perubahan iklim kelas IX (sembilan) terdiri dari topik 1. Pendahuluan, yang berkaitan dengan adaptasi dan mitigasi, 2. U paya pencegahan deforestasi dan degradasi hutan baik tingkat masyarakat Internasional dan maupun di Indonesia 3. U paya penurunan emisi dari sektor transportasi yang meliputi dukungan pemerintah, kebijakan dan penegakan hukum sektor transportasi serta inovasi teknologi ramah lingkungan; penggunaan sumber bahan bakar ramah lingkungan dan upaya perubahan prilaku. 4. Upaya pengelolaan lingkungan meliputi pengurangan emisi sektor energi dunia dan konservasi energi 5. Dukungan pemerintah: kebijakan dan penegakan hukum sektor tranportasi PKN 2.2 Mitigasi PI B.Ind 2.2, 3.2, 4.2, 12.1 Upaya penurunan emisi dari sektor transportasi Pendahuluan Adaptasi Inovasi teknologi ramah lingkungan IPA 2.1; B.Ind 2.2, 3.2, 4.2, 12.1 PS 1.1, BInd 11.1, 11.2 Upaya pencegahan di masyarakat internasional Penggunaan sumber bahan bakar ramah lingkungan IPA 5.4; 5.5, PKN 3.2, 3.3, 3.4, IPS 5.2, 5.3, 7.2 Perubahan Iklim IPA 3.4; 5.4, 5.5 Upaya pencegahan deforestasi & Degradasi hutan Perubahan Perilaku B.Ind 12.3; IPS 3.1, 3.2, 7.3 Kebijakan pengurangan emisi sektor energi dunia PKN 3.3; 3.4 Upaya pengelolaan energi Upaya pencegahan di Indonesia IPS 1.1, 4.2; PKN 1.2 Peran sekolah dalam pencegahan di Indonesia B.Ind 10.1, 10.2, 12.3 Upaya Konservasi energi PKN 3.3; 3.4; IPS 5.1 Gambar 4. Peta topik pembelajaran perubahan iklim terintegrasi kelas IX 45 Tabel 3. Standar Kompetensi Kelas IX untuk mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PKN yang dapat mengintegrasikan perubahan iklim IPA IPS Bahasa Indonesia PKN 2.1. Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam dan perkembangbiakan 1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri negara berkembang dan negara maju 2.2 Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan kalimat yang jelas 1.2 . Mengidentifikasi bentukbentuk usaha pembelaan negara 3.4. mendeskripsikan hubungan energi dan daya listrik serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari 3.2 Menguraikan tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan 3.2 Menemukan informasi yang diperlukan secara cepat dan tepat dari indeks buku melalui kegiatan membaca memindai. 2.2. Menjelaskan pentingnya partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik di daerah 4.3. Menerapkan Induksi elektromagnet untuk menjelaskan prinsip kerja beberapa alat yang memanfaatkan prinsip induksi elektromagnet 4.2.Mendeskripsikan perdagangan internasional dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia 4.2 Meresensi buku pengetahuan. 3.2. Mendeskripsikan politik luar negeri dalam hubungan internasional di era global 5.4. Mendiskripsikan proses-proses khusus yang tejadi di lapisan lithosfer dan atmosfer yang terkait dengan perubahan zat dan kalor 5.2 Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara 4.3 Menyunting karangan dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana 3.3 Mendeskripsikan dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 5.5 Menjelaskan hubungan antarar proses yang terjadi di lapisan lithosfer dan atmosfer dengan kesehatan dan permasalahan lingkungan 5.3 Mendeskripsikan pembagian permukaan bumi atas benua dan samudera 5.2Mendeskripsikan keterkaitan unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara. 3.4 Menentukan sikap terhadap dampak globalisasi 7.2. Menguraikan perkembangan lembagalembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerjasama internasional 10.1. Berpidato/ berceramah/ berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas. 11.2. Mengubah sajian grafik, tabel atau bagan menjadi uraian kegiatan membaca intensif. 12.1 Menulis karya ilmiah sederhana dengan menggunakan berbagai sumber 12.3. Menulis surat pembaca tentang lingkungan sekolah. Materi pembelajaran perubahan iklim di kelas IX berfokus pada pemahaman tentang adaptasi dan mitigasi berkaitan dengan sektor hutan dan energi, sekaligus kebijakan yang terkait upaya adaptasi dan mitigasi ditingkat nasional dan internasional, serta perubahan prilaku yang dapat dilakukan ditingkat individu dan komunitas khususnya di komunitas sekolah serta komunitas dunia. Siswa dapat memahami konsep perubahan iklim dengan melakukan mitigasi terhadap perubahan iklim dan juga melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Materi adaptasi dan mitigasi disampaikan pada awal pertemuan agar siswa dapat memahami konsep adaptasi dan mitigasi. 46 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dapat mengintegrasikan materi perubahan iklim terutama dalam topik adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan PKN, secara rinci contoh dari silabus untuk integrasi khususnya untuk pelajaran Bahasa Indonesia disajikan pada Lampiran 4. Sebagai contoh, topik pemahaman adaptasi dan mitigasi dapat diintegrasikan pada mata pelajaran IPS salah satunya KD 3.2. menguraikan tipe-tipe masyarakat dalam menyikapi perubahan, guru dapat mempelajari topik tentang masyarakat adat dalam melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim baik yang terjadi di Indonesia maupun di dunia. Materi berikut merupakan materi yang dikutip langsung dari bahan Perubahan Iklim, REDD+ dan Masyarakat Adat: Pelatihan untuk Masyarakat Adat (2009). Topik ini diangkat mengingat Indonesia memiliki keragaman adat istiadat yang berakar dari masyarakat adat yang beragam yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia, sebagian besar masyarakat adat tersebut masih mempertahankan pengetahuan lokal yang arif dalam mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan. misalkan saja masyarakat Adat Kasepuhan di Jawa Barat dan Banten yang memiliki masih menerapkan sistem pertanian ekologis dan mengelola hutan dengan sistem yang sangat mirip dengan sistem zonasi taman nasional yang dikembangkan malah dengan mengadopsi dari Amerika. Topik Masyarakan adat dan mitigasi perubahan iklim dengan skema REDD menjadi penting dipelajari ditingkat pendidikan formal karena sangat relevan dengan kondisi Indonesia dan juga isu global. Masyarakat Adat Kasepuhan : Rumah yang terbuat dari bahan lokal; Upacara Seren TahunPerayaan Panen hasil pertanian yang dikelola secara ekologis Masyarakat adat merupakan kontributor terkecil terhadap perubahan iklim, namun mereka merupakan kelompok pertama yang menanggung dampak-dampaknya. Kekeringan yang parah, topan dan badai yang makin merusak, mencairnya es, banjir, naiknya permukaan laut, meningkatnya penyebaran dan keganasan penyakit menular telah nyata mempengaruhi cara hidup, kesehatan, sumber penghidupan, tanah, sumber daya dan wilayah mereka. Dalam menghadapi ini semua, masyarakat adat terpaksa beradaptasi, menggunakan pengetahuan tradisional, inovasi dan praktek-praktek mereka, untuk menyesuaikan diri dengan kondisikondisi yang berubah dengan cepat ini. Berikut adalah sejumlah studi kasus dan contohcontoh upaya inovatif yang terdokumentasi di berbagai benua didunia, yang menggunakan pengetahuan tradisional untuk menghadapi perubahan iklim, disajikan pada box berikut (Sumber :http://rumahiklim.org): 47 Afrika a. Petani lokal mempraktekkan praktek pertanian tanpa pengolahan tanah (zero-tilling practices), menyebarkan dedaunan busuk pada tanaman untuk mengurangi penguapan dan erosi tanah (mulching) dan teknik pengelolaan tanah lainnya. Kegiatan-kegiatan ini diketahui dapat menurunkan temperatur tanah, menekan penyakit dan hama perusak, dan menjaga kelembaban tanah. Petanipetani kecil juga menggunakan bahan-bahan tanaman tradisional seperti agrokimia untuk melawan hama yang umumnya menyerang tanaman pangan. b. Para penggembala beradaptasi terhadap kondisi iklim yang radikal ini dengan memanfaatkan pakan ternak darurat, menyisihkan ternak yang lemah untuk makanan, dan membuat komposisi ternak dari berbagai jenis untuk bertahan dari kondisi iklim yang radikal. Mereka juga berupaya berpindah dari daerah utara yang kering ke selatan yang lebih basah selama musim kering untuk bertahan hidup dan mempertahankan hewan peliharaan mereka. c. Kaum perempuan menanam tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan dan hama, dengan demikian menyediakan cadangan untuk masa-masa ekonomi sulit yang berkepanjangan. Mereka juga memilih dan menyimpan bibit untuk ditanam tiap tahun. Mereka merawat berbagai jenis bibit yang dijamin tahan terhadap kondisi-kondisi yang mungkin timbul di musim tanam kapan saja. d. Strategi adat lainnya mencakup pembersihan semak terkontrol; menggunakan rumput tinggi untuk memperbaiki zat hara tanah permukaan yang terkikis luapan air; pengontrolan erosi untuk mengurangi efek limpasan air; mengembalikan fungsi tanah lewat pemberian pupuk hijau; membangun pematang dari batu; mengelola dataran rendah dan melindungi tepian sungai. Asia a. Masyarakat adat Asia menanam berbagai jenis tanaman untuk meminimalisir risiko kegagalan panen dan upaya ini dilengkapi dengan perburuan dan penangkapan ikan. b. Sebagian masyarakat adat melengkapi basis subsisten mereka dengan kerajinan tangan, bekerja sebagai buruh dan hasil hutan atau menjual kelebihan panen di pasar. Dalam contoh lain, masyarakat adat beralih ke ekstrasi pati dari pohon sagu selama musim kering ketika tanaman mengalami kekurangan air. c. Di Bangladesh, masyarakat desa menciptakan kebun sayuran terapung untuk melindungi sumber penghidupan mereka dari banjir. Di Vietnam, masyarakat membantu menanam pohon bakau yang rapat sepanjang pesisir untuk memecah gelombang laut yang disebabkan badai tropis. d. Panen air hujan di Asia Selatan telah dipraktekkan selama berabad-abad. Praktek ini merupakan prosedur sederhanadengan menyekop tanah dan membangun galangan sepanjang lahan pertanian untuk menangkap air. Metode adaptasi ini amat vital dalam penggabungan dan diversifikasi tanaman pangan. 48 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Amerika Tengah dan Selatan dan Karibia a. Orang mengalihkan kegiatan pertanian dan pemukiman mereka ke lokasi baru yang lebih tahan terhadap kondisi iklim yang merugikan. b. Di musim kering, masyarakat adat mengubah ketergantungan mereka terhadap pertanian ke penangkapan ikan. c. Desa terpencil Guarita di Honduras memanfaatkan metode pertanian tradisional bernama Quezungal. Mereka menanam tanaman di bawah pepohonan yang akarnya mengikat tanah. Mereka juga memotongi vegetasi untuk menyediakan nutrien bagi tanah dan melestarikan air tanah. Terakhir, mereka membuat teras-teras untuk menghindari erosi tanah. d. Masyarakat Aymaras di Bolivia telah berabad-abad harus berjuang menghadapi kerawanan dan kekurangan air. Untuk menampung air di pegunungan, mereka mengembangkan suatu cara menampung air yang canggih lewat pembangunan bendungan-nendungan kecil yang disebut quthanas. Bendungan ini amat bermanfaat bukan hanya untuk konsumsi manusia namun juga untuk hewan perliharaan mereka terutama di musim kering. Bendungan ini juga berfungsi sebagai pengatur kelembaban dan menyerap sinar ultra violet dari matahari, dan dengan demikian mengurangi risiko kanker kulit. Wilayah Kutub (Artik) a. Praktek adaptasi masyarakat adat mencakup berburu spesies alternatif saat spesies seperti angsa dan rusa mengubah saat dan jalur migrasi mereka. b. Perubahan untuk berburu spesies laut di laut terbuka di akhir tahun sesuai dengan kondisi laut dan es yang berbeda. c. Orang membekukan makanan saat teknik penjemuran tradisional tidak mungkin dilakukan akibat cuaca basah yang tidak pas waktu. Makanan dibekukan sampai muncul cuaca cerah/kering. Eropa Tengah dan Timur, Federasi Rusia, Asia Tengah dan Transcausia a. Masyarakat adat secara aktif berupaya bermitra dengan komunitas akademik sehingga kelompokkelompok lokal dapat berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian dan hasil-hasilnya dikomunikasikan kepada dan antar komunitas lokal. Mereka melakukan program-program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran publik akan isu-isu ini yang akan menuju pada bantuan pengembangan perilaku mereka sendiri dan norma-norma etika di sekitar upaya adaptasi. Amerika Utara a. Masyarakat adat di Amerika Utara sangat positif sehingga bahan baru dan cara baru dalam melakukan sesuatu telah menjadi suatu hal yang umum dalam sejarah masyarakat. Sebagian mengambil keuntungan dari perubahan iklim untuk melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan di masa lalu. Mereka mengubah teknik penyimpanan makanan, perburuan dan daerah tangkapan ikan. b. Sebagian lainnya mengubah jenis hewan dan ikan yang mereka tangkap. c. Untuk mempertahankan keluarga dan hewan peliharaan mereka, suku Inuits di musim dingin memberi makan kijang reindeer mereka dengan rumput dan bukannya lumut seperti biasanya. d. Dalam kasus-kasus yang ekstrim, orang mencari tempat hunian baru, baik untuk jangka panjang atau sementara. e. Untuk masa depan, mereka meyakini bahwa mengadopsi teknologi baru mungkin akan menjadi satusatunya cara untuk menghadapi gangguan terhadap ekonomi subsisten tradisional mereka. 49 Pacific a. Institusi sosial kelautan tradisional di Ra’ui in Rarotonga, Cook Islands, berfungsi sebagai alat pengelolaan konservasi yang efektif dan terus berupaya meningkatkan kesehatan terumbu karang. b. Pengetahuan ekologi masyarakat adat dan penguasaan laut adat mereka juga diintegrasikan dengan ilmu kelautan dan sosial untuk melestarikan bumphead parrotfish (sejenis ikan) di Roviana Lagoon, Solomon Islands. c. Perubahan pada penguasaan laut, yang kembali ke peran-peran yang lebih tradisional, telah dilakukan Kiribati. d. Di sebuah desa pesisir di Vanua Levu,Fiji, vanua (yang mengacu pada hubungan antara manusia dan alam lewat nenek moyang dan roh penjaga mereka) berfungsi sebagai sebagai prinsip yang memandu pengelolaan dan pemanfaatan lestari hutan bakau, terumbu karang dan kebun desa. e. Di wilayah Pasifik lainnya, masyarakat adat membangun dinding pelindung pantai dari hempasan, sistem drainase air dan tanki-tanki air dan melarang penebangan pohon. Mata pelajaran PKN dikelas IX dapat mengupas kebijakan perubahan iklim ditingkat nasional dan dunia, terutama terkait dengan kebijakan penurunan emisi di sektor transportasi, energi dan juga terkait deforestasi dan degradasi hutan. Salah satu yang dapat diangkat dalam integrasi pembelajaran kebijakan tersebut adalah terkait dengan sala satu program mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan yang dikenal dengan Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation - REDD). Box terkait materi kebijakan REDD di tingkat global dan nasional. 50 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Kebijakan tentang Skema Mitigasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan melalui Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD) Kebijakan perubahan iklim global mengidentifikasikan bahwa deforestasi dan degradasi hutan sebagai salah satu sumber utama gas rumah kaca. Emisi karbon dari perubahan tata guna lahan diperkirakan sebesar seperlima dari total emisi global dunia saat ini, sehingga banyak pihak yang menganggap bahwa dengan menjaga tutupan hutan yang masih ada adalah suatu pilihan untuk mitigasi perubahan iklim. Anggapan tersebut melahirkan suatu skema mitigasi perubahan iklim yang menjadikan sektor kehutanan sebagai pemain utama dengan lahirnya skema REDD (Reducing Emission from deforestation and Forest Degradation). Awalnya, upaya mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan mulai mengemuka setelah diterbitkannya “Stern Review on Climate Change” oleh pemerintah Inggris pada awal 2007. Mantan ekonom Bank Dunia Sir Nicholas Stern menyarankan langkah pencegahan deforestasi harus dimasukan kedalam komitmen pasca 2012 disaat berakhirnya Kyoto Protokol. Laporan Stern mengusulkan bahwa suatu tindakan penting yang seharusnya diambil oleh komunitas internasional untuk memperlambat perubahan iklim adalah mengatasi “emisi non-energi” dengan cara memberikan imbalan atau kompensasi kepada negara-negara berkembang untuk mengurangi deforestasi. Semakin sadarnya komunitas dunia akan hal tersebut diatas maka pada COP-13 di Bali tahun 2007 dihasilkan Bali Action Plan yang merupakan rencana atau peta jalan negosiasi strategi iklim global untuk melanjutkan Protokol Kyoto. Rencana ini mengakui pentingnya hutan dalam mengatasi perubahan iklim dan besarnya potensi yang terkandung didalam REDD. Beberapa tahun sebelum COP-13, pada bulan Desember 2005, Koalisi Bangsa-bangsa Hutan Tropis (Coalition of Rainforest Nations) yang dipimpin oleh Kosta Rika dan Papua New Guinea menyampaikan usulan resmi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (greenhouse gases) dari deforestasi dan degradasi hutan. Usulan ini disampaikan pada saat pelaksanaan COP-11 di Montreal, Kanada. Selanjutnya, setelah COP-14 di Poznan Polandia, dihasilkan suatu konsensus agar kegiatan REDD sebaiknya diperluas. Pendekatan ini disebut dengan REDD-Plus. Dalam mekanisme ini transfer financial dibawah REDD-plus tidak hanya digunakan untuk mengurangi deforestasi dan degradasi hutan. Transfer financial juga akan digunakan untuk melakukan konservasi cadangan karbon di hutan, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan cadangan karbon melalui kegiatan penanaman pohon dan rehabilitasi lahan yang terdegradasi. Terkait dengan konsensus global tersebut, Pemerintah Indonesia, sejak penyelenggaraan COP13 di Bali c.q. Departemen Kehutanan sangat giat mengembangkan perangkat hukum atau peraturan yang terkait langsung dengan pelaksanaan REDD. Di antara perangkat tersebut terdapat tiga Peraturan Menteri yang telah resmi diundangkan, yaitu: a. Permenhut No. P. 68/Menhut-II/2008 tentang Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) (www.dephut.go.id/files/P68_08.pdf) b. Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) (www.dephut.go.id/files/P30_09_r.pdf) c. Permenhut No. P. 36/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung (www.dephut.go.id/files/P36_09.pdf) Permenhut No. 68/2008 pada dasarnya menguraikan prosedur permohonan dan pengesahan kegiatan demonstrasi REDD, sehingga metodologi, teknologi dan kelembagaan REDD dapat dicoba dan dievaluasi. Tantangannya adalah bagaimana kegiatan demonstrasi dapat dialihkan menjadi proyek REDD yang sesungguhnya di masa yang akan datang. Sementara itu, Permenhut No. 30/2009 mengatur tata cara pelaksanaan REDD, termasuk persyaratan yang harus dipenuhi pengembang, verifikasi dan sertifikasi, serta hak dan kewajiban pelaku REDD. Hingga saat ini ketentuan mengenai penetapan tingkat emisi acuan sebagai pembanding belum ditetapkan.Permenhut No. 36/2009 mengatur izin usaha REDD melalui penyerapan dan penyimpanan karbon. Di dalamnya juga diatur perimbangan keuangan, tata cara pengenaan, pemungutan, penyetoran dan penggunaan penerimaan negara dari REDD. Peraturan ini membedakan antara kegiatan penyerapan dan penyimpanan karbon di berbagai jenis hutan dan jenis usaha. Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut pada dasarnya REDD sudah dapat dilaksanakan. Petunjuk Teknis untuk hal-hal tertentu akan diperlukan untuk menunjang pelaksanaan REDD. Seperti kebanyakan peraturan, ketiga Permenhut tersebut juga mengacu pada berbagai peraturan/perundangan yang terkait. Tantangan besar yang dihadapi adalah, bagaimana mengintegrasikan peraturanperaturanbaru ini ke dalam peraturan yang sudah ada baik di sektor kehutanan maupun sektor lain dan Perda terkait. Sumber :REDD- Apakah itu? Pedoman CIFOR tentang Hutan, Perubahan Iklim dan REDD. CIFOR 2010 51 BAB 5 Adaptasi dan Mitigasi Pembelajaran dan Aksi di Tingkat Sekolah Sekolah merupakan institusi yang memiliki peran penting dalam membudayakan prilaku yang dapat mengatasi perubahan serta berperan aktif dalam adaptasi dan mitgasi perubahan iklim secara langsung dalam kegiatan sehari-hari, beberapa tindakan nyata yang dapat segera dilakukan antara lain: 5.1. Kegiatan adaptasi di sekolah 1. Mengoptimalkan penggunaan air. Saat ini banyak sekolah berada di kawasan yang memiliki sumber air terbatas ataupun di perkotaan yang padat dan air menjadi kendala utama, maka mereka melakukan upaya pengelolaan bekas pakai (umumnya air bekas cucian tangan dari wastafel) untuk menyiram tumbuhan yang ditanam di sekolah baik di halaman maupun di pot. Kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan air juga dapat dilakukan melalui upaya penghematan air di sekolah, melalui pembelajaran materi perubahan iklim yang terintegrasi praktek yang dilakukan bisa mengajak siswa untuk membuat informasi menghemat air disekolah, misalkan di toilet, kamar mandi, di wastafel ada poster atau ajakan untuk hemat air (Jangan lupa matikan keran; Yuk hemat air; dll). Sementara bagi sekolah-sekolah yang memiliki sumber air berlimpah maka upaya mengelola sumber air sekolah dengan sebaik-baiknya antara lain dengan membuat kolam pengelolaan limbah air untuk dijadikan media praktek siswa tentang fungsi tanaman dalam menyerap bahan-bahan berbahaya. Sekolah juga dapat mengajak aksi bersama masyarakat sekitar dalam momen hari Air Internasional yang jatuh pada tanggal 21 Maret, misalkan dengan melakukan kampanye bersama hemat air, praktek mengolah air limbah rumah tangga, eksplorasi sumber air sekolah dan masyarakat sekitar. Beberapa contoh kegiatan Hari Air dapat dilihat dari link berikut; 2. Kebun Organik Sekolah Upaya memperkenalkan dan melakukan adaptasi perubuhan iklim di sekolah dapat dikaitkan dengan isu lokal di sektor pertanian, mengingat lokasi sekolah di Indonesia terletak di berbagai wilayah, maka bagi yang berlokasi di daratan dan memiliki pekarangan sekolah, kebun organik sekolah dapat menjadi salah satu alternatif praktek 52 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU adaptasi perubahan iklim yang dipadukan dengan pengetahuan sistem pertanian di Indonesia. Pertanian organik dapat mengatasi kondisi pertanian yang kurang air dan juga kekurangan hara tanah, dengan memperkaya unsur-unsur organik kesuburan tanah semakin meningkat, sehingga menjadi pilihan bagi petani dalam situasi iklim yang tidak menentu. Pertanian organik juga mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia sebagai pestisida, karena dalam sistem pertanian organik kombinasi tanaman untuk mencegah serangan hama menjadi bagian penting, serta penggunaan pestisida alami (racikan daun sirsak, daun pepaya, bawang putih, kemangi, serta daun tumbuhan lainnya) mampu menghindari penggunaan bahan-bahan kimia yang membahayakan siswa dan lingkungan. Contoh sekolah yang mengembangkan pertanian organik di pekarang sekolah mereka adalah sekolah SMPN 7 Ciamis, Jawa Barat. Bahkan di Jakarta Timur, SMP 209 yang bertanam padi organik dalam pot dengan halaman sekolah sempit namun dapat mempraktekan kegiatan pertanian organik. Beberapa informasi lengkap terkait pertanian organik di sekolah dapat diunduh di alamat web berikut ; »» http://emelci.or.id/groups/PendidikanKearifanLokal/PendidikanPetaniPertanian/ docs/satu-lagi-sekolah-negeri-berbasis-keunggulan-lokal-yg-sukses/ »» http://investasiyuuk.blogspot.com/2012/06/siswa-smp-tanam-padi-organik-diember.html Pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk cair organik Bertani organik di halaman terbatas Dok. DeTara Foundation 3. Latihan Tanggap Bencana di Sekolah dan Jalur Evakuasi Banyak kawasan yang rawan bencana di wilayah Indonesia, termasuk dampak dari perubahan iklim yang menyebabkan banyak bencana banjir, tsunami, longsor, dll., sekolah tentunya harus turut berperan aktif, peran tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan latihan rutin untuk tanggap bencana bagi siswa dan seluruh pihak sekolah. Misalkan beberapa sekolah yang rawan tsunami, sekolah harus selalu bersiap siaga, selain latihan rutin juga dapat mengajak siswa untuk menggambar poster atau media lain yang kreatif untuk mengatasi adanya bencana. 53 Sekolah juga sebaiknya segera menyediakan jalur evakuasi bencana, misalkan menentukan jalur evakuasi untuk setiap ruangan di sekolah. Jalur evakuasi dapat menggunakan penunjuk arah yang jelas untuk menuju lapangan terbuka sebagai tempat berkumpul. Perlu diperhatikan bahwa jalur evakuasi perlu menghindari: tiang listrik karena dimungkinkan roboh, tower air, dan selokan yang terbuka karena dimungkinkan anak terperosok ke dalamnya. 4. Jum’at Bersih Di tingkat pendidikan sekolah dasar maupun menengah penerapan pola hidup sehat merupakan bagian keseharian, untuk itu tidaklah susah menerapkan upaya adaptasi perubahan iklim di sekolah. Banyak sekolah yang sudah menerapkan satu hari dalam seminggu untuk melakukan-bersih-bersih bersama, misalkan saja melalui Jum’at Bersih - Jumsih, sekolah yang terletak di perkotaan dapat memulai aksi untuk bersih-bersih got serta wadah-wadah bekas yang tergenang air, menguras bak dan kolam sekolah secara berkala, sehingga tidak menjadi media untuk tumbuh dan berkembangnya jentik-jentik nyamuk, mengingat perkembangan nyamuk dengan temperatur udara yang semakin panas mengalami percepatan pembiakan. 5. Sekolah Penjaga Hutan Sementara bagi sekolah di pedesaan, misalkan untuk yang sekolah yang berlokasi di sekitar hutan dapat mengajak siswa untuk berkampanye agar tidak membuang puntung rokok sembarangan terutama di musim kemarau agar tidak terjadi kebakaran hutan, mengingat asap kebakaran dapat sangat membahayakan kesehatan siswa dan masyarakat (sakit pernafasan, dll), disamping akibat kebakaran hutan dan lahan juga akan berdampak pada kelaparan akibat terbakarnya sumber pangan dari ladang atau huma. Huma adalah tanah olahan untuk pertanian dengan sistem gilir balik yaitu membuka lahan kemudian diolah dan ditanami padi dan atau palawija serta pohon buah atau jenis berkayu laiinnya, setelah dua atau tiga kali tanam akan ditinggalkan sementara untuk mengembalikan humus. Sistem ini umumnya diterapkan dengan lahan yang masih luas sebagai salah satu cara mengatur sistem kesuburan tanah. Sekolah-sekolah yang tinggal di kawasan hutan juga dapat bersama-sama dengan pihak pengelola kawasan hutan menggunakan hutan sebagai media pendidikan. Salah satu contoh, di beberapa kawasan hutan konservasi di Indonesia sejak tahun 1990an telah banyak dikembangkan program pendidikan lingkungan, pendidikan konservasi dengan salah satu tujuannya adalah mengenalkan ekosistem hutan serta fungsi dan manfaatnya, bukan hanya sebagai habitat satwa tapi juga memiliki fungsi mengatur ketersediaan air, sumber oksigen sumber pangan bagi masyarakat sekitar. Sehingga sekolah dapat menjadi salah satu yang turut menjaga keberadaan hutan sekitar. 6. Pengelolaan Sampah Sekolah Membudayakan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengurangi dampak kesehatan dari dampak perubahan iklim menjadi salah satu upaya penting yang harus terus dilakukan disekolah-sekolah, misalkan saja membiasakan siswa untuk tidak membuang sampah sembarangan, memilah sampah mengolah sampah organik, serta mendorong sekolah menjadi inisisator penyediaan pengelolaan sampah sekolah. Beberapa sekolah sudah mulai merintis upaya pengelolaan sampah, beberapa contoh dapat dilihat dilink berikut ; 54 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU »» Bogor:http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=87524 »» http://surabayaecoschool.tunashijau.org/2012/09/bank-sampah-smkn-10-tetapeksis/ 7. Tanam dan Rawat Sepanjang Pesisir dan Pantai Kita Sekolah-sekolah yang terletak di kawasan pantai tentunya akan sangat rawan terhadap bencana abrasi, gelombang pasang sampai badai dan tsunami, beradaptasi melalui upaya menjaga kawasan pantai terdekat sekolah dan wilayah sekitarnya merupakan bagian paling mudah dilakukan. Sekolah sebaiknya menyempatkan waktu minimal setahun sekali untuk turut menanami kembali kawasan pantai, misalkan turut berpartisipasi menghutankan kembali kawasan mangrove, setiap siswa mengadopsi satu pohon untuk dirawat dan tanam. Bila semua sekolah berpartisipasi aktif tentunya warga lain akan turut tergerak untuk bersama-sama melakukan penanaman dan menjaga serta merawat sepanjang pesisir dan pantai. 8. Membangkitkan kesadaran Upaya membangkitkan kesadaran sekolah (guru, siswa, staf sekolah, komite sekolah) menjadi sangat penting setiap pendidik di sekolah dapat terus menerus mengingatkan dan melakukan bersama-sama dengan siswa beragam tindakan yang dapat berkontribusi untuk mengatasi perubahan iklim dan mencari solusinya. Tindakan kecil namun berdampak adalah terus melatih tidak buang sampah sembarangan, membiasakan membawa tempat minum sendiri, mengurangi penggunaan plastik, membuat poster/ pentunjuk untuk aksi-aksi di sekolah, dll. 5. 2. Kegiatan Mitigasi di Sekolah Upaya mitigasi perubahan iklim terutama strategi mengurangi sumber-sumber penghasil gas rumah kaca dan penyerapan karbon menjadi bagian penting bagi pembelajaran siswa dalam keseharian di sekolah yang selanjutnya dapat diterapkan di lingkungan keluarga dan sekitar, beberapa kegiatan aksi yang dapat diterapkan di sekolah antara lain : 1. Menanam dan merawat pohon dan tanaman sebanyak-banyaknya Upaya tanam dan rawat pohon serta tanaman sebanyak-banyaknya dapat dilakukan dalam rangka membantu penyerapan gas berbahaya sekaligus menanamkan nilai-nilai kasih sayang dalam merawat pohon, membangun sensitivitas lingkungan, karena dengan menanam dan merawat pohon siswa diajak untuk memahami lebih mendalam fungsi pohon dan tanaman yang dapat menjadi tempat dan sumber hidup bagi mahluk lainnya. Upaya menanam pohon dan tanaman dapat dilakukan dengan mengajak siswa menanam di sekolah dalam pot ataupun dilahan yang tersedia, juga bersama-sama dengan pihak lain seperti dengan Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai (BPDAS) untuk turut menjaga daerah-daerah aliran sungai, dengan dinas pertanaman untuk menanam di tanam-taman kota yang masih kurang tanamannya, dan tempat lain yang dapat dijangkau oleh sekolah serta dapat dengan mudah dilakukan monitoring pertumbuhan dan perawatannya. Aksi tanam pohon dan tanaman dalam mitigasi perubahan iklim merupakan bagian penting, bagi siswa tingkat sekolah menengah pertama dapat dikaitkan dengan mata pelajaran maupun aksi estra kurikuler di sekolah. 55 Siswa SD dan Mahasiswa serta Rewalan menanam pohon di sepanjang sungai Ciapus Dok. DeTara Foundation 2. Bersepeda ke Sekolah Gerakan untuk mengurangi emisi karbon dari buangan kendaraan dapat dilakukan melalui aksi bersepeda ke sekolah. 3. Gerakan Energi Hemat di Sekolah Setiap penggunaan energi dari bahan bakar fosil , misalkan listrik dengan tenaga batu bara, gas, dan bensin/solar, menghasilkan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, penghematan energi seringkali turut menurunkan emisi penyebab perubahan iklim. Sekolah dapat menjadi tempat yang sangat strategis untuk menerapkan hemat energi. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan antara lain dengan mengajak siswa dan seluruh pendidik di sekolah melakukan gerakan hemat energi. Misalkan: »» Bagi sekolah yang menggunakan AC atau di lokasi yang membutuhkan penggunaan AC maka ajakan untuk dan melakukan perawatan dan membersihkan AC secara teratur agar transfer panas lancar dan menghemat energi »» Mengganti bohlam lampu pijar dengan lampu LED yang lebih hemat energi »» Mematikan kipas angin dan AC saat meninggalkan ruangan »» Memberikan insulasi pada kamar dan tetap menutup jendela ketika AC sedang dinyalakan. 4. Konsumsi Pangan Lokal Salah satu upaya mengurangi emisi adalah dengan memperkenalkan dan menerapkan di sekolah konsumsi pangan lokal, terutama di tingkat SMP dapat dikaitkan dengan pelajaran energi, konsumsi energi yang tinggi dan besarnya emisi yang dihasilkan dari penggunaan transportasi untuk mendatangkan pangan impor menyebabkan pangan impor berkontribusi pada peningkatan emisi. Aksi untuk menyajikan pangan lokal dalam setiap pertemuan dan acara di sekolah dapat menjadi salah satu kegiatan untuk mempromosikan pangan lokal yang sehat. Disamping itu penyajian pangan lokal yang menarik juga, dapat mendorong minat siswa untuk mengkonsumsi pangan tersebut, misalkan saja saat ini sudah banyak penggunaan 56 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU bahan pangan lokal dalam makanan ala eropa, misalkan brownis singkong, atau kue tart dari ubi jalar dengan tampilan yang menarik tidak kalah dengan kue dari luar yang berbahan baku terigu. Seperti diketahui gandum sebagai bahan baku terigu tidak banyak diproduksi di Indonesia, sebagian besar didatangkan dari Amerika dan negara lain seperti Cina dan Uni Eropa. Menurut data tahun 2010/2011 Indonesia mengimpor gandum sebesar 6.6 juta ton, termasuk salah satu pengimpor gandum terbesar dunia. Promosi pangan lokal ini diharapkan dapat turut mendorong kreativitas dan pola pikir generasi ke depan untuk mencari solusi-solusi yang turut mengurangi emisi GRK dari berbagai aspek termasuk pangan. 5. Penerapan Pengelolaan Sampah dengan 3R di Sekolah Prinsip 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle (Mengurangi, Menggunakan ulang, Mendaur ulang) dalam pengelolaan sampah menjadi salah satu upaya nyata mitigasi perubahan iklim yang dapat langsung diterapkan sekolah-sekolah. Pengelolaan dengan 3R diharapkan dapat mengurangi emisi gas metan yang dihasilkan dari sampah organik. Penggunaan bahan baku daur ulang untuk melahirkan produk baru terbukti menggunakan sedikit energi dibandingkan menggunakan bahan baku alam, sehingga dapat mendorong penghematan energi dari fosil. Penerapan pengelolaan sampah 3R di sekolah, dapat dimulai dengan membiasakan siswa, pendidik dan seluruh elemen sekolah untuk memilah sampah organik dan anorganik termasuk limbah memisahkan limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) seperti bekas tinta printer, batu batere. Mengajarkan keahlian dalam mendaur ulang, menerapkan praktek langsung dalam keseharian di sekolah, dan penyediaan sarana dan prasana yang tidak memberatkan anggaran sekolah., antara lain : »» Penyediaan tempat sampah terpisah (organik, anorganik) , bisa dengan memanfaatkan tong bekas cat atau ban bekas yang dibuang, atau bekerjasama dengan Dinas Kebersihan untuk membantu penyediaan tempat sampah di sekolah atau dekat sekolah. »» enggunakan kertas bekas soal dan ujian untuk dijadikan amplop, dibuat bubur M kertas untuk kertas daur ulang sebagai bahan praktek siswa, atau kerjasama dengan pihak pengelola daur ulang kertas. »» enyediakan komposter untuk mengolah sampah organik yang skalanya disesuaikan M dengan potensi sampah organik di sekolah »» Membiasakan siswa dan guru untuk mengurangi plastik kemasan »» enerapkan pembiasaan untuk membawa botol minum ke sekolah, untuk M mengurangi sampah plastik atau botol dari air kemasan. »» elakukan praktek-praktek pembelajaran dengan siswa sesuai kondisi dan M lingkungan sekitar, misalkan saja bagi siswa yang lokasinya dengan kawasan danau atau perairan tawar yang banyak menghasilkan eceng gondok maka praktek untuk memanfaatkan sampah eceng gondok menjadi biogas menjadi salah satu alternatif pembelajaran di sekolah. »» elakukan aksi “Operasi Semut” mengumpulkan sampah plastik lingkungan sekolah M dan sekitarnya sebagai salah satu ajakan juga bagi masyarakat sekitar untuk memilah sampah. 57 »» embawa dan menyebarluaskan penggunaan kantong belanja daur pakai (kantong M dari kain bekas) bukan hanya untuk mengurangi sampah plastik saja, namun juga dapat membangkitkan kreativitas. »» an masih banyak upaya-upaya yang dapat dilakukan mulai dari keseharian di D lingkungan sekolah dan rumah. 6. Kompetisi Inovasi Energi Terbaharukan Untuk siswa tingkatan SMA/SMK,sekolah dapat melakukan kegiatan yang dapat memunculkan inovasi baru terkait dengan alternatif energi terbaharukan, misalkan saja melalui kompetisi di Kelompok Ilmiah Remaja di sekolah. Di beberapa tempat sebagai contoh siswa SMA/SMK sudah banyak yang mulai melakukan kegiatan kajian dan praktek pembuatan etanol dari limbah pabrik tahu; etanol dari limbah nenas, dll., biogas skala rumah tangga. Sebagian siswa ada berkat dukungan dari sekolah, ada yang telah mengikuti perlombaan yang diselenggarakan oleh berbagai pihak seperti Yayasan Pembangunan Berkelanjutan setiap tahun menyelenggarakan Climate Smart Leader (CSL) untuk menjaring kelompok siswa-siswa yang memiliki inovasi dalam perbaikan lingkungan terutama terkait perubahan iklim(link:www.climatesmartleaders.net). Bagi sekolah-sekolah yang telah menerapkan program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, dimana Kementrian Lingkungan Hidup dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mempromosikannya melalui Program Sekolah Adiwiyata, aksi-aksi yang terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim umumnya sudah banyak dilakukan. Namun tentunya, masih banyak sekali aksi-aksi yang dapat dilakukan di sekolah dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Diharapkan aksi-aksi tersebut dapat menumbuhkan serta menanamkan nilai-nilai yang kuat pada setiap individu di sekolah untuk selalu bertanggungjawab terhadap setiap tindakan yang berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. 58 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU BAB 6 PENUTUP Mengatasi perubahan iklim global dan lokal merupakan salah satu tantangan terbesar bagi generasi sekarang dan mendatang. Langkah-langkah yang tepat untuk menghentikan atau memperlambat perubahan iklim harus dilakukan oleh berbagai pihak dengan tindakan cepat dan efektif oleh setiap negara termasuk Indonesia. Tindakan di setiap negara memerlukan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk institusi sekolah sebagai lembaga pendidikan. Peran pendidikan dalam perubahan iklim yang ditegaskan dalam artikel 6 Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), pada artikel 6 (b.i.) menekankan perlunya mengembangkan dan melaksanakan program-program pendidikan dan latihan, termasuk penguatan lembaga-lembaga pendidikan dan latihan, termasuk pelatihan para pengajar di negara berkembang untuk perubahan iklim. Hal tersebut selaras dengan peran strategis dunia pendidikan dalam membekali generasi sekarang dan mendatang dengan pengetahuan terkait perubahan iklim, agar dapat menumbuhkan kesadaran dan memunculkan prilaku yang dapat mencegah dan mengatasi dampak perubahan iklim yang sedang dan akan terus terjadi. Peran strategis guru/pendidik dalam mengatasi perubahan iklim harus ditunjang dengan informasi,pengetahuan dan media pembelajaran, kehadiran buku suplemen ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran topik perubahan iklim bagi guru di tingkat sekolah menengah pertama khususnya. Semakin banyak guru beserta sekolah yang bergerak untuk mengatasi dan mencegah terjadinya perubahan iklim diharapkan ancaman dan resiko dampak-dampak yang akan terjadi dapat dihindari, misalkan saja bila di sekolah-sekolah rawan bencana banjir, tsunami, dll. Melalui pengetahuan mitigasi bencana serta jalur evakuasi sekolah diharapkan dapat mengurangi resiko kerusakan dan korban. Peningkatan pengetahuan terhadap perubahan iklim serta metoda efektif yang diterapkan guru kepada siswa tentunya akan menumbuhkan kesadaran dan perubahan prilaku yang akan terus melekat dalam diri para peserta didik sampai dewasa dan ini akan sangat untuk berkontribusi untuk mencapai terwujudnya pembangunan berkelanjutan di di masa sekarang dan mendatang. 59 PUSTAKA Alvin, A. dkk. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia. BMKG Anonimous. 2011. Rencana Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Indonesia. DNPI-Dewan Nasional Perubahan Iklim Dampak Perubahan Iklim. Sumber : http://www.perubahaniklim.net/climatekit/ Hutan Gambut. Sumber : http://ekologi-hutan.blogspot.com/2011/10/ekosistem-hutan-gambut. html Ismi Hadad. 2010. Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan. Prisma Vol. 29 No.2. April 2010. Kenya Medical Research Institute [KEMRI] (2010, January 4). Warmer temperatures spreading malaria in Afric. The Ecologist. Retrieved January 11, 2011 fromhttp://www.theecologist.org/News/ news_round_up/391702/warmer_temperatures_spreading_malaria_in_africa.html Perubahan Iklim dan Dampaknya . Sumber : http://infoenergi.wordpress.com Rani Moediarta dan Stalker,P. 2007. Sisi lain Perubahan Iklim : Mengapa Indonesia harus Melindungi untuk Rakyat Miskin. UNDP. Reed, S. Environment and Security (2007, August). Climate Institute. Retrieved January 11, 2011 from Shah, A. (2010, June 1). Nepal’s First Climate Refugee Village in Mustang. Nepali Times 511. Retrieved January 11, 2011 http://chimalaya.org/2010/06/01/nepals-first-climate-refugee-villagein-mustang/ Sumber belajar perubahan iklim http://www.earthwatch.org/europe/get_involved/involved_learning/ learning_resources/resources_climatechange/ Tebtebba, Indigenous Peoples’ International Centre for Policy. 2008. Panduan tentang Perubahan Iklim dan Masyarakat Adat. Sumber : http://dte.gn.apc.org, [email protected] Tusy A Adibroto dkk. . IPTEK UNTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM: Kajian Kebutuhan Tema Riset Prioritas. Dewan Riset Nasional. Sumber : www.drn.id 60 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU University of Texas Medical Branch at Galveston (2009, February 9). Role Of Climate Change In Disease Spread Examined. ScienceDaily. Retrieved January 11, 2011 fromhttp://www.sciencedaily. com/releases/2009/02/090205142203.htm Vennila Govindaswamy. 2006. Importance of Environmental Education for Sustainable Development. Head of the department, Department of civil engineering, K.s.Rangasamy college of technology, tiruchengode, Tamilnadu http://www.radarlampung.co.id/read/pendidikan/48493-pendidikan-perubahan-iklim http://www.rumahiklim.org http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca http://indosmarin.com/20080902-dampak-perubahan-iklim-negara-“coral-triangle”-ambilantisipasi.html http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/application/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdf (Link: http://www.menlh.go.id, http://www.unfccc.int) http://www.climate.org/topics/environmental-security/index.html http://www.dephut.go.id/INFORMASI/LITBANG/IFCA/Pengurangan.htm http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=crisis-in-the-drylands 61 GLOSARIUM Adaptasi (Adaptation) Tindakan penyesuaian oleh sistem alam atau manusia yang berupaya mengurangi kerusakan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Aforestasi (Afforestation ) Penanaman atau penghutanan kembali suatu lahan yang sebelumnya tidak berhutan. Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa Bahan bakar nabati (Biofuels) Bahan bakar yang diperoleh dari sumber tumbuhan yang dapat diperbaharui baik dalam bentuk padat maupun cair. Tumbuhan penghasil biofuel yang berkaitan dengan deforestasi termasuk kelapa sawit, tebu dan kedelai. Deforestasi (Deforestation) Perubahan lahan yang semula berhutan menjadi lahan tanpa tegakan pohon. Efek Rumah Kaca (Green house effect) Efek yang ditimbulkan GRK ketika gas-gas seperti CO menahan radiasi balik matahari yang dipancarkan bumi dalam bentuk panas sehingga memanaskan atmosfer bumi. Ekosistem (Ecosystem) Sistem kehidupan yang terdiri dari faktor-faktor yang hidup (biotic) dan yang tak hidup (abiotic) yang telah mencapai keseimbangan yang mantap. Emisi antropogenik (Anthropogenic emissions ) Emisi GRK yang dikaitkan dengan kegiatan manusia, seperti deforestasi dan degradasi hutan dan penggunaan bahan bakar fosil. Evaporasi Adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Penguapan terjadi pada tiap keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan uap air. Gas Rumah Kaca (Green House Gas) atau GRK adalah gas-gas yang ada di atmosfir yang menyebabkan efek gas rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktifitas manusia. Termasuk didalamnya Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride). Sumber GRK antara lain Uap air, CO2 (Karbon dioksida), CH4 (Metan), dan N2O (Nitrous Oksida) Insulator adalah materi yang dapat mencegah penghataran panas maupun muatan listrik Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) (Panel antar pemerintah tentang perubahan iklim) Panel ahli yang dibentuk oleh gabungan badan-badan PBB (UNEP dan WMO) yang bertanggung jawab dalam penyediaan informasi ilmiah untuk UNFCCC. Karbon dioksida (Carbon dioxide (CO2) Gas yang terdapat di atmosfer, dihasilkan sebagai produk sampingan dari pembakaran, contohnya, bahan bakar fosil dan biomasa yang membusuk atau terbakar. Karbon dioksida juga dapatdilepaskan ketika terjadi kegiatan alih-guna lahan dan kegiatan industri. Kondensasi Perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat. Kondensasi disebut juga pengembunan 62 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Konferensi Para Pihak ( Conference of the Parties (COP) ) Lembaga tertinggi dalam pengambilan keputusan yang terdiri dari pihakpihak yang telah meratifikasi UNFCCC. Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)) Perjanjian atau kesepakatan yang dibuat pada tahun 1992 yang mendesak semua negara yang berkepentingan untuk menstabilkan konsentrasi GRK di atmosfer pada tingkat yang dianggap tidak membahayakan iklim bumi. Mekanisme pembangunan bersih Development Mechanism (CDM)) Salah satu mekanisme dalam Protokol Kyoto yang membantu negaranegara industri untuk memenuhi target penurunan emisi dan membantu negaranegara berkembang dalam mencapaitujuan pembangunan berkelanjutan. (Clean Mitigasi (Mitigation) Tindakan untuk mengurangi emisi GRK dan untuk meningkatkan penyimpanan karbon dalam rangka mengatasi perubahan iklim. Panas laten Energi yang dibutuhkan oleh kuantitas substansi untuk mengubah fase dari padat ke cair (panas fusi) atau dari cair ke gas (panas penguapan). Pana Pemanasan global (Global) Meningkatnya suhu rata-rata atmosfer bumi dari tahun ke tahun yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim (Climate change ) Suatu perubahan rata-rata jangka panjang yang ditentukan dari nilai tengah parameter cuaca dalam mengukur kondisi iklim atau variabilitasnya. Paramater tersebut antara lain termasuk suhu udara, curah hujan dan kecepatan angin. Presipitasi Adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang. Presipitasi adalah peristiwa klimatik yang bersifat alamiah yaitu perubahan bentuk uap air di atmosfer menjadi curah hujan sebagai akibat proses kondensasi. Presipitasi merupakan factor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi di suatu wilayah daerah aliran sungai dan merupakan elemen utama yang perlu diketahui medasari pemahaman tentang kelembaban tanah, proses resapan air tanah dan debit aliran ). Protokol Kyoto (Kyoto Protocol) Kesepakatan internasional agar negara-negara industri dapat mengurangi emisi GRK secara kolektif sebesar 5,2 persen selama periode 2008-2012 dari tingkat emisi tahun 1990. REDD, atau reducing emissions from deforestation and forest degradation (Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan) Sebuah mekanisme untuk mengurangi emisi GRK dengan cara memberikan kompensasi kepada pihak-pihak yang melakukan pencegahan deforestasi dan degradasi hutan. Reforestasi (Reforestation) Pembangunan kembali hutan tanaman di kawasan yang sebelumnya merupakan lahan berhutan. Siklus hidrologi disebut juga siklus air adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Stern Review (Kajian Stern) Laporan yang disusun oleh Sir Nicholas Stern’s pada tahun 2006 untuk pemerintah Inggris yang mengkaji perspektif ekonomi perubahan iklim. Kajian Stern bukanlah yang pertama kali dilaporkan namun demikian laporan ini dianggap yang paling banyak memberikan pengaruh. 63 Lampiran 1 Kelas Semester Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Silabus Pem : VII ( Tujuh ) : 1 ( Satu ) : Ilmu Pengetahuan Alam : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajarai benda-benda alam dengan Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya Suhu dan pengukuran (Misalkan Mengukur suhu di daerah macet di kota Bandung) Menggali potensi siswa tentang cuaca dan iklim dan di hubungkan dengan suhu udara di lingkungan tersebut Menjelaskan tentang cuaca dan ikl 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari Pengukuran Mencari informasi cara menggunakan termometer dan siswa mempraktekannya yaitu mengukur suhu udara pada lingkungan yang sedang mengalami kemacetan lalu lintas dan membandingkannya pada suhu lingkungan yang tidak mengalami kemacetan lalu lintas Menggunakan termometer untuk mengukur suhu zat/lingkungan Mengkonversi dari skala termometer Celsius dengan termometer yang lain Membandingkan skala termometer Celcsius dengan termometer yang Melakukan eksperimen dengan satuan baku dan tak baku Mengukur dengan satuan baku da baku secara baik dan benar Melakukan pengukuran dengan penggaris, neraca, gelas ukur, jangka sorong dan micrometer dengan benar Mengukur dengan menggunakan penggaris,neraca, gelas ukur, jangk sorong dan micrometer sekrup den benar Melakukan pemgukuran dengan neraca banyaknya sampah plastik pada kegiatan sehari tanpa plastik kiloan dan hari biasa Mengukur dengan neraca banyakn sampah plastik kiloan yang dihasilk oleh aktivitas konsumsi siswa Mengaplikasikan keselamatan kerja dalam pengukuran Memperhatikan dan menerapkan keselamatan kerja dalam pengukur 64 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU mbelajaran menggunakan peralatan lim Penilaian Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar Tes tertulis Isian Jelaskan tentang pengertian cuaca dan iklim yang dihubungkan dengan suhu udara di lingkungan 4x40’ Buku siswa, LKS, termometer, Modul perubahan iklim Tes unjuk kerja Uji Petik Kerja Produk Ukurlah suhu udara di daerah yang sedang mengalami kemacetan lalu lintas dan yang tidak mengalami kemacetan lalu lintas dengan menggunakan termomeer 4x40’ Buku siswa, LKS, Alat-alat ukur r g lain Tes tertulis Isian Termometer C menunjuk angka 45 0, ttermometer Fahrenheit menunjuk angka .... a. 25 b. 57 c. 81 d. 113 an tak Tes unjuk kerja Uji Petik Kerja Prosedur Ukurlah Panjang dan lebar meja yang kamu gunakan dengan jengkal tangan dan penggaris! Tes unjuk kerja Uji Petik Kerja Prosedur Ukurlah ketebalan kertas ini dengan micrometer sekrup ! Tes unjuk kerja Uji Petik Kerja Prosedur Ukurlah banyaknya sampah plastik yang di hasilkan oleh tiap kelas 7 pada hari satu hari tanpa plastik kiloan (hari jumat) dan pada hari biasa (hari senin) selama satu bulan ka ngan nya kan Nilai Karakter Bangsa Kerja keras dan teliti ran 65 Lampiran 2 Kelas Semester Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1.1 Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk Silabus Pem : VIII (delapan) : 1 ( Satu ) : Ilmu Pengetahuan Alam : 1. Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah pen Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Letak geografis Indonesia (letak geografis dan letak astronomis). Mengamati peta tentang letak geografis dan letak astronomis Indonesia. Kaitan letak geografis dengan iklim dan waktu di Indonesia. Tanya jawab tentang kaitan letak geografis dengan iklim di Indonesia. Indikator Menunjukkan letak geografis (le letak astronomis) Indonesia. Menganalisis hubungan letak g perubahan musim di Indonesia. Musim di Indonesia. Mengkaji kaitan letak geografis dengan waktu dan perubahan musim di Indonesia. 1.2 Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya Persebaran flora dan fauna Indonesia dan kaitannya dengan pembagian wilayah Wallacea dan Weber. Membuat peta persebaran flora dan fauna Indonesia. Persebaran jenis tanah di Indonesia. Pemanfatan berbagai jenis tanah di Indonesia. Mengamati peta tentang persebaran jenis tanah di Indonesia. Diskusi tentang pemanfaatan berbagai jenis tanah di Indonesia. Pertumbuhan penduduk. Diskusi tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Mengidentifikasi faktor-faktor ya mempengaruhi pertumbuhan p upaya mengatasi pertumbuhan yang tinggi. Angka kelahiran dan angka kematian. Diskusi tentang angka kelahiran dan kematian, serta faktor-faktor pendorong dan penghambatnya. Mendesripsikan angka kelahiran kematian, serta faktor-faktor pe penghambatnya. Ledakan penduduk dan upaya mengatasinya. Diskusi tentang dampak dan upaya penanggulang an ledakan penduduk. Mendeskripsikan berbagai dam penduduk dan upaya mengatas Kepadatan penduduk. Mengamati peta dan tabel kepadatan penduduk Indonesia. Membandingkan tingkat kepad tiap-tiap propinsi dan pulau di In Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Membuat macam-macam bentuk piramida penduduk. Mendeskripsikan kondisi pendu berdasarkan piramida pendudu Mobilitas penduduk Diskusi tentang jenis-jenis mobilitas penduduk, faktor penyebab, dampak positif dan negatif serta upaya penanggulangannya. Diskusi tentang kualitas penduduk dan upaya mengatasi kualitas penduduk yang rendah di Indonesia. Mengidentifikasi jenis-jenis mob faktor penyebab, dampak posit serta upaya penanggulanganny Kualitas penduduk 66 Mengidentifikasi penyebab terja perubahan musim dan menentu berlangsungnya musim hujan d kemarau di wilayah Indonesia. Menyajikan informasi persebara fauna tipe Asia, tipe Australia s dengan pembagian wilayah Wa Weber. Mendeskripsikan persebaran je pemanfaatannya di Indonesia. Mendeskripsikan kualitas pendu mengatasi kualitas penduduk y Indonesia. SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU mbelajaran nduduk. Penilaian Teknik Bentuk Instrumen etak geografis, Tes lisan Daftar pertanyaan geografis dengan . Tes tulis Tes Uraian adinya ukan bulan dan musim an flora dan serta kaitannya allacea dan Penugasan Tugas rumah Pilihan ganda Tes tulis Tugas rumah enis tanah dan Penugasan ang penduduk serta n penduduk Tes tulis Contoh Instrumen Sebutkan letak astronomis wilayah Indonesia? Alokasi Waktu 6 JP Sumber Belajar Peta Indonesia Atlas Peta pembagian wilayah waktu di Indonesia. Jelaskan kaitan letak geografis dengan perubahan musim di Indonesia. Peta angin muson di Indonesia. Buatlah peta pola angin muson di Indonesia! Peta pembagian wilayaf flora dan fauna Indonesia. Peta persebaran jenis tanah di Indonesia. Contoh fauna Asiatis antara lain …. a. kuskus dan cendrawasih b. badak dan harimau c. banteng dan komodo d. anoa dan babi rusa LKS Buku Geografi yang relevan. Buatlah daftar jenis tanah di Indonesia dan pemanfaatannya. Tes Uraian Sebutkah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk alami! 8 JP Peta Indonesia Atlas Peta persebaran penduduk di Indonesia. n dan angka endorong dan Tes tulis Tes Uraian Sebutkan 4 faktor penunjang kelahiran! mpak ledakan sinya. Tes tulis Tes Uraian Jelaskan upaya mengatasi ledakan penduduk! datan penduduk ndonesia Tes unjuk kerja Uji petik kerja produk Buatlah peta kepadatan penduduk antar propinsi diIndonesia! uduk Indonesia uknya. Tes tulis Tes Uraian Proyek Jelaskan ciri-ciri piramida penduduk limas! bilitas penduduk, tif dan negatif ya. Tes tertulis Tes Uraian Carilah data penduduk yang datang dan yang pergi di daerahmu setiap bulan selama satu tahun! uduk dan upaya yang rendah di Tes tulis Gambar-gambar yang relevan. LKS Buku Geografi yang relevan. Jelaskan dampak negatif urbanisasi bagi daerah tujuan! 67 Kompetensi Dasar 1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan 1.4 Mendeskripsikan permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan. Materi Pokok/ Pembelajaran Indikator Unsur-unsur lingkungan abiotik, biotik, dan sosial budaya. Arti penting lingkungan bagi kehidupan. Tanya jawab tentang lingkungan hidup dan unsur-unsurnya. Tanya jawab tentang arti penting lingkungan bagi kehidupan. Mengidentifikasi unsur-unsur lin abiotik, unsur biotik, sosial bud Lingkungan di sekitar TPA Sarimukti Tanya jawab tentang dampak kerusakn lingkungan yang disebabkan oleh TPA Sari mukti Mengidentifikasi dampak pemb sampah TPA Sari Mukti terhada berupa dampak positif dan dam Bentuk kerusakan lingkungan hidup dan faktor penyebabnya. Diskusi tentang kerusakan lingkungan hidup dan faktor-faktor penyebabnya. Mengidentifikasi bentuk-bentuk lingkungan hidup dan faktor pe Usaha pelestarian lingkungan hidup Diskusi tentang usaha pelestarian lingkungan hidup. Memberi contoh usaha pelesta hidup. Hakekat pembangunan berkelanjutan. Membaca buku sumber tentang hakekat pembangunan yang berkelanjutan. Menafsirkan hakekat pembangu berkelanjutan. Ciri-ciri pembangunan berkelanjutan. Membaca buku sumber tentang ciri-ciri pembangunan berkelanjutan. Mengidentifikasi ciri-ciri pemban berkelanjutan. Penerapan pembangunan berkelanjutan di wilayah sekitar. Mengamati usaha pembangunan berkelanjutan di wilayah sekitarnya. Mengidentifikasi penerapan pem berkelanjutan. Permasalahan penduduk Indonesia (kuantitas dan kualitas). Diskusi tentang permasalahan penduduk (kuantitas dan kualitas). Menjelaskan permasalahan kua penduduk (kuantitas dan kualita Dampak dari permasalahan penduduk terhadap pembangunan. Mencari berita/artikel tentang dampak permasalahan penduduk terhadap pembangunan. Mengidentifikasi dampak perma penduduk terhadap pembangu Karakter siswa yang diharapkan : • Disiplin ( Discipline ) • Rasa hormat dan perhatian ( respect ) • Tekun ( diligence ) • Tanggung jawab ( responsibility ) • Ketelitian ( carefulness) Mengetahui, Kepala Sekolah .................. ( …………………………………. ) NIP/NIK : ...................................... 68 Kegiatan Pembelajaran Menafsirkan arti penting lingkun kehidupan. SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Penilaian Teknik ngkungan (unsur daya) Bentuk Instrumen Alokasi Waktu Contoh Instrumen Tes lisan Daftar pertanyaan Sebutkan 3 unsur lingkungan hidup. ngan bagi Tes tulis Tes uraian Jelaskan manfaat hutan bagi kehidupan! buangan ap aspek sosial mpak negatif Tes lisan Daftar pertanyaan Apakah Dampak dampak Positif dan Negatif dari TPA Sarimukti k kerusakan enyebabnya. Tes untuk kerja Tes uraian Buatlah kliping berupa gambar atau baerita dari media cetak masing-masing 5 buah tentang keruskan lingkungan alam yang disebabkan oleh: alam dan manusia. arian lingkungan Tes tulis Tes uraian Uraikan Berilah contoh usaha untuk melestarikan daerah aliran sungai! unan Tes tulis Panduan observasi Jelaskan yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan. ngunan Tes tulis Sebutkan 4 ciri pembangunan berkelanjutan. mbangunan Observasi Amatilah wilayah sekitar kamu dan buatlah laporan tentang penerapan pembangunan berkelanjutan tersebut antitas as). Tes tulis Tes Uraian Sebutkan t iga permasalahan utama bidang kependudukan di Indonesia. asalahan unan. Tes tulis Tes Uraian Jelaskan pengaruh kepadatan penduduk yang tidak merata bagi pembangunan di daerah yang jarang penduduknya 8 JP Sumber Belajar Sumber yang relevan,gambar TPA Sarimukti 4 JP ……………, ……………… 20 …. Guru Mapel Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ( …………………………………. ) NIP/NIK : ...................................... 69 Lampiran 3 Kelas Semester Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 3.3 Mentaati peraturan perundang-undangan nasional 3.4 Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat Silabus Pem : VIII (delapan) : 1 ( Satu ) : Pendidikan Kewarganegaraan : 3. Menampilkan ketaatan terhadap perundang-undangan nasional Materi Pokok/ Pembelajaran Sikap mentaati perundangan undangan tentang pendidikan Kegiatan Pembelajaran Mengamati, Mensimulasikan, mendemontrasikan, contoh mentaati perundangan di bidang pendidikan, perlindungan hutan serta UU tentang narkoba Indikator Menampilkan Sikap mentaati perunda undangan tentang pendidikan Mentaati perundangan undangan Narkoba Menampilkan perilaku mentaati perundangan undangan Narkoba Mentaati perundangan undangan nasional Mentaati undang-undang Pelindungan Kehutanan Mentaati undang-undang lalulintas Menampilkan perilaku mentaati perundangan undangan nasional Menampilkan perilaku mentaati undan undang tentang perlindungan hutan Menampilkan perilaku mentaati undan undang lalu lintas Sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat Mensimulasikan dan menampilkan perilaku dan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan sehari-hari Memberikan contoh perilaku yang sesuai dengan sila 1 s.d. sila ke lima dalam kehidupan (keluarga, sekolah d masyarakat) Memberikan contoh hidup perilaku hid hemat energi 70 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU mbelajaran angan ng Penilaian Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Penilaian diri Quesioner Format penilaian skala sikap ( instrumen terlampir ) Penilaian antar teman/ penilaian diri Lembar penilaian antar teman/ penilaian diri Lembar penilaian antar teman perilaku ketaatan terhadap perundang undangan nasional ( instrumen terlampir ) Penilaian antar teman/ penilaian diri Lembar penilaian antar Lembar penilaian antar teman perilaku ketaatan terhadap perundang undangan nasional ( instrumen terlampir) Penilaian antar teman/ penilaian diri Lembar penilaian antar teman/ penilaian diri Lembar penilaian antar teman terhadap pengamalan nilai pancasila ( instrumen terlampir ) Alokasi Waktu 4 x 40’ Sumber Belajar Karakter Buku teks, artikel, berita surat kabar Bertanggung jawab, disiplin, respek ng dan dup Siswa diminta mendata temannya yang pergi ke sekolah dengan berjalan kaki atau naik sepeda 71 Lampiran 4 Kelas Semester Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2.2. Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa/kejadian dengan menggunakan kalimat yang jelas. Silabus Pem : IX (Sembilan) : 1 ( Satu ) : Bahasa Indonesia : Materi Pokok/ Pembelajaran Wacana yang berisi peristiwa atau kejadian.tentang perubahan iklim, Kegiatan Pembelajaran Siswa membaca contoh wacana yang berisi peristiwa atau kejadian tentang perubahan iklim, Siswa mendeskripsikan kejadian/peristiwa secara rinci dengan kalimat yang jelas tentang upaya pencegahan terjadinya perubahan iklim, Indikator Mampu mendekripsikan kejadian atau peristiwa secara rinci dengan kalimat yang jelas tentang pencegahan terjad perubahan iklim/mitigasi, Mampu menceritakan peristiwa atau kejadian yang telah disusun di depan Siswa menceritakan peristiwa/kejadian yang telah disusun di depan kelas 3.2. Menemukan infromasi yang diperlukan secara cepat dan tepat dari indeks buku melalui kegiatan membaca memindai. Cara menemukan informasi secara cepat tentang adaptasi terhadap perubahan iklim dan implementasinya. Membaca sekilas sebuah buku tentang perubahan iklim yang berindeks Mampu menemukan kata dalam buku dirujuk dalam indeks. Membaca indeks buku yang dibaca Mampu menemukan informasi denga panduan indeks. Bertanya jawab secara kelompok untuk menemukan kata dalam buku Menemukan informasi secara cepat dan tepat dari kata-kata yang dirujuk dari indeks 10.1. Berpidato/ berceramah/berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas. Teks pidato/ ceramah/ khotbah. Guru menjelaskan beberapa kesiapan dalam kegiatan berpidato (belajar, berfikir, praktik, motivasi) Mampu berpidato berdasarkan kerang pidato dengan intonasi yang tepat ser artikulasi dan volume suara yang jelas Guru mengemukakan 4 metode berpidato Mampu mengungkapkan isi pidato, ceramah atau khotbah degan ungkap ungkapan yang menarik. Siswa memilih topik pidato yang menarik sekitar pencegahan /deforestasi dan degradasi hutan Memahami isi teks pidato/ ceramah/ khotbah 72 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU mbelajaran Penilaian Teknik u Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber Belajar NBK Tes Lisan dan penugasan Prosedur Laporkan kejadian yang kamu amati dengan kalimat yang jelas ! 6 x 40’ Buku teks Wacana yang berisi peristiwa atau kejadian tentang perubahan iklim Religius Kreatif Peduli lingkungan Bersahabat/ komunikatif Tes Tulis Uraian Temukanlah secara cepat dan tepat kata adaptasi dalam buku! 2 x 40’ Stop watch Buku ber-indeks Buku teks Cinta tanah air Gemar membaca Peduli Lingkungan 4x40’ Buku teks Contoh pidato/ ceramah khotbah Rasa ingin tahu Kerja sama/ komunikatif Tanggung jawab Peduli lingkungan dinya kelas. u yang an gka rta s. pan- Temukan informasi mengenai kata adaptasi dalam kertas kosong yang tersedia di kelompokmu! Tes lisan Penugasan Buatlah sebuah teks pidato/ ceramah/ khotbah dengan pemilihan topik yang menarik seputar pencegahan/ deforestasi dan degradasi hutan 73 Kompetensi Dasar 11.2. Mengubah sajian grafik, tabel atau bagan menjadi uraian kegiatan membaca intensif. Materi Pokok/ Pembelajaran Cara mengubah grafik, tabel, bagan menjadi uraian dan implementasinya. Kegiatan Pembelajaran Indikator Membaca intensif grafik /tabel/bagan inovasi teknologi ramah lingkungan Mengidentifikai isi grafik/tabel/bagan. Berdiskusi untuk menentukan isi grafik/ tabel/bagan Memaparkan isi grafik/ tabel/bagan d beberapa kalimat. Memaparkan isi grafik/ tabel/bagan ke dalam beberapa kalimat 12.3. Menulis surat pembaca tentang lingkungan sekolah. Penulisan surat pembaca. Membaca dan mencermati surat pembaca yang diambil dari media cetak berkenaan dengan prilaku berkendaraan yang ramah lingkungan Mampu menentukan hal-hal pokok da surat pembaca. Berdiskusi untuk menentukan hal-hal pokok yang harus ada dalam surat pembaca Mampu menentukan permasalahan ya akan dipaparkan dalam surat pembac Mampu menyunting surat pembaca Mengamati lingkungan sekolah untuk menentukan permasalahan/usul/saran yang akan disampaikan dalam surat pembaca Menulis surat pembaca tentang kampanye kendaraan ramah lingkungan Menyunting surat pembaca Memilih tiga surat pembaca terbaik 4.3 Menyunting karangan dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana Penyuntingan karangan tentang upaya pengelolaan energi Membaca teks karangan tentang upaya konservasi energi Mampu menemukan kesalaha ejaan, kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana. Mendiskusikan teks untuk menandai kesalahan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana Mampu memperbaiki kesalahan ejaan pilihan kata, keefektifan kalimat, ketrp paragraf, dan kebulatan wacana. Menentukan bentuk yang benar Memperbaiki kesalahan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana dengan cara mengganti bentuk yang salah dengan bentuk yang benar 74 SUPLEMEN PEMBELAJARAN PERUBAHAN IKLIM UNTUK GURU Penilaian Teknik Tes tulis Bentuk Instrumen Tes uraian dalam alam n, paduan Identifikasikan isi grafik/ tabel/bagan berikut! Alokasi Waktu Sumber Belajar Penugasan Esai Sebutkan hal-hal pokok yang harus ada dalam surat pembaca! NBK 2 x 40’ Buku teks Kreatif Rasa ingin tahu Meng-hargai prestasi 2 x 40’ Meia cetak Buku teks Mandiri Senang membaca Disiplin Kreatif Kerja keras Peduli lingkungan 6 x 40’ Media cetak Bulu teks Karangan Rasa ingin tahu Kerja sama/ komunikatif Tanggung jawab Peduli lingkuungan Ubahlah sajian grafik/ tabel/bagan berikut ke dalam beberapa kalimat! ang ca. pilihan n Contoh Instrumen Tulislah surat pembaca yang berisi permasalahan yang ada di lingkungan sekolah! Suntinglah surat pembaca yang sudah ditulis! Penugasan Tugas Rumah Suntinglah teks berikut dari segi ejaan dan tanda baca dengan memperhatikan kaidah-kaidah penyuntingan! Kumpulkan suntinganmu pada pertemuan berikutnya! 75 Kementerian Lingkungan Hidup Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Asdep Urusan Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Telp. 021-8590 4919 Fax. 021-858 0087 www.menlh.go.id