Uploaded by User61627

JURNAL

advertisement
Control Temperatur Ruangan Menggunakan PLC pada Proses Pengolahan Karet
Zuliantoni, Hendra & Heriansyah
Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu
Jl. W.R. Supratman Kandang Limun Bengkulu
Telepon: (0736) 344087, 22105 - 227
Email: [email protected]
ABSTRACT
Di era yang serba modern seperti sekarang ini banyak bermunculan inovasi – inovasi
baru untuk memudahkan pekerjaan manusia baik dalam bidang industri, pertanian,
perkebunan maupun di bidang ilmu pengetahuan. Untuk itu pergeseran dari proses
yang dilakukan secara manual kearah yang dilakukan secara digital diharapkan mampu
meningkatkan proses produksi terutama dibidang pertanian. Dimana saat ini proses
untuk mendapatkan lembaran karet dari awal sampai akhir membutuhkan waktu yang
tidak sedikit, dimulai dari penyadapan getah karet pada batang hingga proses
pengeringan. Pada saat ini proses pengeringan karet masih banyak dilakukan secara
manual yaitu dengan menggunakan panas yang di dapat dari matahari secara
langsung. Untuk mengatasi masalah tersebut dibuatlah sebuah prototipe serta kontrol
temperatur untuk mengatasi masalah tersebut. Kontrol yang digunakan yaitu PLC,
sedangkan protipe dibuat dengan menggunakan kaca akrilik. Hasil pengujian
menunjukan bahwa prototipe yang dibuat dengan kondisi menggunakan blower
mendapatkan hasil yang sangat baik dimana persentase kering karet mencapai 0%,
dibandingkan dengan kondisi tertutup dan berventilasi. Ini dipengaruhi oleh aliran
udara yang membantu proses pengeringan didalam boks pemanas.
Kata kunci : Proses Pengeringan, Digital, PLC, Karet, Box Pemanas.
PENDAHULUAN
Sistem kontrol adalah proses
pengaturan
ataupun
pengendalian
terhadap satu atau beberapa besaran
(variabel, parameter) sehingga berada
pada suatu harga atau dalam suatu
rangkuman harga (range) tertentu. Di
dalam dunia industri, dituntut suatu
proses kerja yang aman dan berefisiensi
tinggi untuk menghasilkan produk
dengan kualitas dan kuantitas yang baik
serta dengan waktu yang telah
ditentukan.
Otomatisasi
sangat
membantu
dalam
hal
kelancaran
operasional,
keamanan
(investasi,
lingkungan), ekonomi (biaya produksi),
mutu produk, dll.
1
Suatu sistem kontrol otomatis
dalam suatu proses kerja berfungsi
mengendalikan proses tanpa adanya
campur tangan manusia (otomatis). Ada
dua sistem kontrol pada sistem
kendali/kontrol otomatis yaitu open loop
dan close loop.
eksternal dan perubahan internal pada
parameter sistem.
Kerugiannya
adalah
tidak
dapat
mengambil aksi perbaikan terhadap
suatu gangguan sebelum gangguan
tersebut mempengaruhi nilai prosesnya.
Skema dari blok diagram terbuka dapat
dilihat pada Gambar 2.
Open Loop (Loop Terbuka)
Suatu sistem kontrol yang
keluarannya tidak berpengaruh terhadap
aksi pengontrolan. Dengan demikian
pada sistem kontrol ini, nilai keluaran
tidak di umpan-balikkan ke parameter
pengendalian. Skema dari blok diagram
terbuka dapat dilihat pada Gambar 1,
Gambar 1. Diagram Blok Sistem
Pengendalian Loop Terbuka
Close Loop (Loop Tertutup)
Suatu sistem kontrol yang sinyal
keluarannya
memiliki
pengaruh
langsung terhadap aksi pengendalian
yang dilakukan. Sinyal error yang
merupakan selisih dari sinyal masukan
dan sinyal umpan balik (feedback), lalu
diumpankan
pada
komponen
pengendalian
(controller)
untuk
memperkecil kesalahan sehingga nilai
keluaran sistem semakin mendekati
harga yang diinginkan.
Keuntungan sistem loop tertutup
adalah adanya pemanfaatan nilai umpan
balik yang dapat membuat respon
sistem kurang peka terhadap gangguan
Gambar 2. Diagram Blok Sistem
Kontrol Tertutup
Sebuah PLC (Programmable Logic
Controller) adalah sebuah alat yang
digunakan
untuk
menggantikan
rangkaian sederetan relay yang ada
pada sistem kontrol konvensional. PLC
bekerja
dengan
cara
mengamati
masukan (melalui sensor), kemudian
melakukan proses dan melakukan
tindakan sesuai yang dibutuhkan,
berupa menghidupkan atau mematikan
keluaran. Program yang digunakan
adalah berupa ladder diagram yang
kemudian harus dijalankan oleh PLC.
Dengan kata lain PLC menentukan aksi
apa yang harus dilakukan pada
instrument keluaran yang berkaitan
dengan status suatu ukuran atau
besaran yang diamati. Proses yang di
kontrol ini dapat berupa regulasi
variabel secara kontinyu seperti pada
sistem - sistem servo, atau hanya
melibatkan kontrol dua keadaan (on/off)
saja, tetapi dilakukan secara berulangulang seperti umum dijumpai pada
2
mesin pengeboran, sistem konveyor dan
lain sebagainya.
Gambar 3. PLC Zelio Smart Relay
SR3B261BD
Karet remah atau crumb rubber
adalah produk karet alam yang relatif
baru. Dalam perdagangan dikenal
dengan nama karet spesifikasi teknis.
Karena
penentuan
kualitas
dan
penjenisannya
dilaksanakan
secara
teknis dengan analisi yang mutakhir.
Pada awalnya sebagian besar
karet alam Indonesia diperdagangkan
dalam bentuk karet lembaran yaitu
karet sit asap (ribbed smoked sheet).
Teknologi karet remah diperkenalkan
sejak tahun 1968. Sejak saat itu,
produksi karet sit menurun digantikan
dengan karet remah. Hampir 90% karet
alam
Indonesia
setiap
tahunnya
diproduksi menjadi karet remah. Karet
remah menjadi salah satu olahan karet
yang diperjualbelikan di pasar baik
dalam negeri maupun internasional.
Permintaan yang tinggi dari
sektor transportasi terhadap karet alam
sukar dipenuhi oleh karet lembaran,
karena karet jenis ini memerlukan waktu
pengolahan yang cukup lama yakni 7-14
hari. Dengan teknologi karet remah,
bahan olah karet secara cepat, kurang
dari 1 hari dapat diolah menjadi karet
mentah yang siap untuk dijual. Karet
remah lebih bermutu jika dibandingkan
dengan
karet
lembaran
yang
penilaiannya hanya berdasarkan teknis
langsung. Karet remah lebih banyak
digunakan untuk bahan dasar produksi
barang-barang
yang
membutuhkan
unsur keelastisan seperti ban. Bentuk
dari karet jenis crumb rubber dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Karet Jenis Crumb Rubber
METODE EKSPERIMENTAL
Penelitian
ini
membahas
tentang
pengontrolan
temperatur
ruangan
menggunakan alat kontrol PLC Zelio
SR3B261BD dan modul LM35 sebagai
sensor. Dalam penelitian ini dilakukan
perancangan dan pembuatan perangkat
pengontrolan
temperatur
ruangan
berupa prototip ruangan yang terbuat
dari bahan kaca akrilik. Kemudian suhu
di dalam ruangan tersebut dikontrol
menggunakan PLC Zelio SR3B261BD
dengan kipas angin sebagai output.
3
Dalam penyelesaian penelitian ini
terdapat beberapa tahapan yang
dilakukan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 5.
7
6
8
1
5
3
2
Gambar 5. Diagram Alir Mekanisme
Sistem Pengering Karet dengan Kondisi
Boks Pengering Menggunakan Blower
Adapun diagram alir mekanisme
kerja alat pengering untuk kondisi boks
tertutup dan berventilasi mempunyai
mekanisme kerja yang sama. Perbedaan
dari kondisi boks yang mempunyai
blower yaitu hanya pada sirkulasi udara,
untuk kondisi yang tertutup
dan
berventilasi udara panas dibiarkan
mengalir sendiri tanpa bantuan dari
blower.
Gambar rancangan boks pemanas untuk
penering karet secara umum dapat
dilihat pada Gambar 6
4
Gambar 6 Boks Pemanas dan Alat
Penggerak
Keterangan :
1. Motor penggerak
2. Sensor pendeteksi karet
3. Sesnror LM35
4. Blower
5. Alas
6. Heater
7. Boks pemanas
8. Konveyor
Pada Gambar 3.14 dapat dilihat
rancangan boks secara keseluruhan
dimana terdapat bagian-bagian utama
dari sistem pemanas yang di buat.
Setiap bagian tersebut mempunyai
fungsi masing-masing, yaitu motor
berfungsi sebagai komponen penggerak
untuk
menggerakan
konveyor.
Sedangkan sensor yang terpasang
berfungsi untuk mendeteksi keberadaan
karet dan sensor LM35 sebagai
pendeteksi kondisi temperature yang
ada didalam boks. Blower berperan
sebagai pensirkulasi udara panas di
dalam boks, dan konveyor berfungsi
sebagai komponen gerak karet agar bisa
4
keluar dan
pemanas.
masuk
kedalam
boks
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aadapun untuk hasil pengujian
yang pertama yaitu pengujian boks
Pemanas dengan keadaan tertutup.
Perandingan nilai kadar air sebelum dan
setelah pengeringan dapat dilihat pada
Gambar 7
Gambar 7. Grafik Perbandingan Kadar
Air Karet Sebelum Dan Sesudah
Pengeringan Pada Suhu 50°C-60°C
Dengan Kondisi Boks Pemanas Tertutup.
Pada Gambar 7 terlihat bahwa
persntase
kadar
air
sebelum
pengeringan berada diatas 20% dengan
berat awal 40 gram. Setelah dilakukan
pengeringan selama 2 jam dengan
kondisi boks pengeringan tertutup dan
suhu diatur konstan pada 50°C-60°C
terjadi penurunan kadar air pada karet
mencapai kadar air 0%. Akan tetapi
tidak semua bagian karet mengalami
penurunan mencapai 0%. Karet 1 dan 2
masih memiliki persentase kadar air
diantara 5-15 %, hal ini terjadi karena
karet berada pada posisi ujung boks
pemanas sehingga panas yang mengalir
kurang baik. Selain itu pengeringan
dengan kondisi tertutup juga memiliki
kekurangan, diantaranya jika suhu yang
digunakan terlalu tinggi maka dapat
menyebabkan komponen didalam boks
rusak. Selain itu suhu panas yang tidak
mengalir
didalam
boks
dapat
menyebabkan karet meleleh. Sehingga
pegeringan menggunakan boks dengan
kondisi tertutup kurang baik. Kondisi
karet awal juga berpengaruh pada
lambatnya proses pengeringan termasuk
tingginya tingkat air yang terkandung
didalam karet itu sendiri.
Selanjutnya
hasil
pengujian
prototipe dilakukan pada boks dengan
kondisi
berventilasi
dengan
suhu
pengeringan 50°C-60°C selama 2 jam.
Adapun Grafik perbandingan kadar air
karet sebelum dan sesudah pengeringan
dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Grafik Perbandingan Kadar
Air Karet Sebelum Dan Sesudah
Pengeringan Pada Suhu 50°C-60°C
Dengan Kondisi boks Pemanas
Berventilasi.
Pada Gambar 8 terlihat bahwa
penurunan kadar air cukup signifikan
dibandingkan dengan pada saat kondisi
tertutup. Dimana pada sisi A paling
bayak karet yang mengalami penurunan
kadar air mencapai 0%. Ini dipengaruhi
oleh tingkat udara yang melewati
5
ventilasi yang dibuat. Semakin banyak
udara yang mengalir maka tingkat
pengeringan yang berlangsung akan
semakin baik. Akan tetapi hasil yang
diperoleh pada kondisi ini belum begitu
baik dikarenakn pencapain kadar air
setelah pengeringan belum 100%
kering.
Pada pengujian terakhir keadaan
boks dirubah menggunakan blower pada
kedua sisi samping boks menggunakan
kipas 12 Vdc dengan arus 1.5 A. adapun
Grafik hasil pengujian perbandingan
kadar air sebelum dan sesudah
pengeringan dapat dilihat pada Gambar
9
Gambar 9 Grafik Perbandingan Kadar
Air Karet Sebelum Dan Sesudah
Pengeringan Pada Suhu 50°C-60°C
Dengan Kondisi Boks Pemanas
Menggunakan Blower .
Pada Gambar 9 terlihat jika pada
keseluruhan karet yang dikeringkan
kadar air yang dicapai pada tahap akhir
adalah 0%. Dari hasil ini dapat dianalisis
bahwa pengeringan dengan kondisi
boks pemanas menggunakan blower
mempunyai efektifitas yang sangat baik.
Ini dipengaruhi oleh faktor udara panas
yang dibuat mengalir oleh kipas yang
dipasang pada bagian samping boks.
Udara berfungsi mengalirkan udara
panas yang berada sisalam boks keluar
melewati karet sehingga uap air yang
terdapat pada karet bisa terbawa oleh
udara panas, sehingga kadar air yang
terdapat pada karet perlahan-lahan
hilang seiring lamanya pengeringan
yang berlangsung. Dengan kondisi boks
Menggunakan
blower
juga
tidak
menyebabkan karet meleleh sehingga
pengeringan pada kondisi ini sangat
baik untuk digunakan.
Dengan bentuk karet yang
seperti susu, tidak dapat dipungkiri
bahwa kandungan terbesar di dalam
karet segar adalah air. Pada karet segar,
air memiliki jumlah lebih besar di
bandingkan karet. Dalamkaret segar,
sekitar 59.62% kandungan air di
dalamnya, sedangkan pada karet kering
hanya terdapat 1.0% kandungan air di
dalamnya[14]. Dari beberapa kandungan
yang terdapat di dalam karet, dapat
terlihat bahwa selain air semua
kandungan yang terdapat di dalamnya
menjadi
lebih
besar
setelah
di
keringkan, Selain itu faktor lain yang
juga berpengaruh adalah kondisi dari
lateks tersebut sendiri yang pada saat
akan memasuki proses pengeringan
dimungkinkan memiliki kadar air yang
cukup
tinggi
sehingga
proses
pengeringannya berjalan lambat.
Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat
ditarik
beberapa
analilisis,
diantaranya
kondisi
pada
boks
pengering sangat berpengaruh pada
proses
pengeringan.Pertama
pada
6
kondisi boks yang cenderung tertutup
menyebabkan
laju
pengeringan
cenderung lambat diakibatkan tidak
adanya aliran udara yang mengalir
disekitar karet sehingga meyebabkan
penguapan yang terjadi pada karet tidak
terjadi dengan baik. Selain itu kondisi
karet
yang
dihasilkan
cenderung
meleleh dan lengket jika disentuh.
Untuk kondisi boks pemanas yang
mempunyai ventilasi hasilnya juga
hampir sama dengan kondisi yang
tertutup, akan tetapi laju pengeringanya
sudah relatif lebih baik, ini dikeranakan
adanya aliran udara dari luar ataupun
aliran udara panas dari dalam sehingga
penguapan air yang terjadi pada karet
bisa mengalir dan, selain itu karet yang
dihasilkan juga meleleh dan lengket jika
di pegang ataupun ketika disentuhkan
dengan karet yang lain. Sedangkan
pada boks pemanas yang menggunakan
blower laju pengeringanya cukup baik,
ini disebabkan oleh adanya aliran udara
yang mengalir dari dalam boks menuju
keluar sehingga penguapan air yang
terjadi pada karet bisa terbawa oleh
udara keluar dari boks. Selain itu faktor
yang mempengaruhi lambatnya laju
pengeringan yaitu tingkat kadar air yang
terkandung pada karet berbeda-beda
antara karet satu dengan yang lainya.
Faktor selanjutnya yaitu posisi karet
didalam boks dimana karet yang berada
ditengah lebih cepat kering dikarenakn
dekat dengan sumber panas. Posisi dari
konveyor juga menjadi penghalang
panas yang memancar dari heater.
KESIMPULAN
Setelah melakukan pengujian
terhadap program dan prototipe yang
telah dibuat didapatkan kesimpulan,
yaitu :
1. Pada pengujian yang telah di
lakukan dimulai dari pembuatan
program ladder diagram sampai
ketahap pengujian, PLC dapat
berfungsi dengan baik dalam
melakukan
kontrol
terhadap
temperatur. Dimana ketika suhu
berada diatas 60°C secara otomatis
PLC memutus aliran listrik yang
mengalir pada pemanas. Sedangkan
pada saat suhu berada di bawah
50°C PLC langsung mengalirkan
arus listrik pada pemanas sehingga
heater kembali menyala untuk
mengkondisikan suhu didaam boks
konstan diantara 50°C-60°C.
2. Dari kedua sisi karet yang telah
mengalami
proses
pengeringan
didapat bahwa pada sisi A karet
mengalami penurunan kadar air
yang cukup baik. Ini disebabkan
oleh pada sisi A tersebut panas yang
diterimah oleh karet lebih besar
dibandingkan sisi B. Selain itu
pengaruh dari letak karet yang
digantung
pada
hanger
juga
berpengaruh, semakin jauh hanger
dari pemanas, maka panas yang
diterimah oleh karet juga semakin
kecil.
3. Setelah
melakukan
pengujian
dengan kondisi boks tertutup,
berfentilasi
dan
menggunakan
7
blower didapat bahwa pengujian
yang paling baik adalah boks
dengan menggunakan blower dan
pada suhu pengeringan 50°C-60°C
dimana perubahan nilai kadar air
mencapai 0% pada keseluruhan
karet.
Redi.
2012.
Penggunaan
PLC
dalam Pengontrolan Temperatur,
Simulasi
pada
Prototype
Ruangan. Universitas Bengkulu
Volume III, Nomor 2.
Malino, Mariana B. Sulasri. dkk. 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Sasmita,
Erinofriardi, Supardi Nurul Iman, dan
Ramadhan
Nur.
2016.
Pengeringan
Lembar
Karet
(Sheet)
Dengan
Cara
Penjemuran Pengeringan Rumah
Kaca Dan Pengasapan. Lampung:
Universitas Lampung.
Penentuan Kadar Kering Karet
(K3) Dan Pengukuran Konstanta
Dielektrik Lateks Menggunakan
Arus Bolak Balik Berfrekuensi
Tinggi.
Pontianak:
Tanjungpura.
Vol.
Universitas
II,
No.
1
(2014), Hal. 11 – 14.
Pusari, Dewi dan Haryanti Sri. 2014.
Rahardiansyah
Hervian,
dkk.
2014.
Pemanenan Getah Karet (Hevea
Kajian
brasiliensis
dan
Dengan Unit Pengering Bertenaga
Penentuan Kadar Karet Kering
Listrik Pada Pengolahan Karet
(KKK) dengan Variasi Temperatur
(Heven brassiliensis). Universitas
Pengovenan di PT. Djambi Waras
Jember. Vol. 08 No. 02.
Jujuhan
Jambi.
Muell.
Arg)
Kabupaten
Universitas
Pengeringan
Lateks
Bungo,
diponegoro
Volume XXII, Nomor 2.
Talarosha, Basaria. 2005. Menciptakan
Kenyamanan
Thermal
Dalam
Bangunan. Universitas sumatera
utara. Volume 6, No. 3:1-11.
8
Download